Anda di halaman 1dari 10

IDK I

GANGGUAN KESEIMBANGAN ASAM-BASA

Disusun Oleh :

Felicia Resa Pangajow

19061035

Kelas A

Fakultas Keperawatan

Universitas Katolik De La Salle

2019
A. Pengertian
Gangguan keseimbangan asam basa adalah kondisi ketika kadar asam dan basa
dalam darah tidak seimbang. Kondisi ini dapat mengganggu kerja berbagai organ.
Kadar asam basa (pH) dalam darah diukur dengan skala pH, dari 1-14. Kadar pH
darah normal berkisar antara 7,35 sampai 7,45. Darah seseorang dinilai terlalu asam
bila pH kurang dari 7,35. Kondisi tersebut dinamakan asidosis. Sedangkan darah
dengan nilai pH lebih besar dari 7,45, dikategorikan terlalu basa, atau disebut dengan
alkalosis.
B. Jenis gangguan keseimbangan asam basa
Keseimbangan asam basa dipengaruhi oleh fungsi paru-paru. Manusia bernapas
menghirup oksigen dan membuangnya dalam bentuk karbondioksida (CO2). CO2
adalah zat yang bersifat asam, sehingga jumlah CO2 yang keluar akan memengaruhi
keseimbangan pH darah, sehingga dapat menimbulkan asidosis atau alkalosis.
Asidosis dan alkalosis yang disebabkan oleh gangguan pada paru-paru atau
pernapasan disebut dengan asidosis respiratorik dan alkalosis respiratorik.
Asidosis dan alkalosis juga dapat terjadi ketika produksi asam basa dalam tubuh
tidak seimbang atau bisa juga terjadi akibat ginjal tidak bisa membuang kelebihan
asam atau basa dari dalam tubuh. Asidosis dan alkalosis yang terjadi akibat dua
kondisi di atas disebut asidosis metabolik dan alkalosis metabolik.
C. Gejala Gangguan Keseimbangan Asam Basa
Gejala gangguan keseimbangan asam basa tergantung kepada jenis gangguan yang
dialami. Di bawah ini akan dijelaskan dengan lebih rinci mengenai gejala pada
masing-masing gangguan tersebut.
1. Asidosis respiratorik
Asidosis respiratorik dapat terjadi secara tiba-tiba (akut) atau dalam jangka
panjang (kronis). Umumnya asidosis respiratorik kronis tidak menimbulkan
gejala apa pun. Namun pada beberapa kasus, penderita dapat mengalami hilang
ingatan, gangguan tidur, dan perubahan kepribadian.
Sedangkan pada asidosis respiratorik akut, gejala awalnya adalah sakit
kepala, cemas, gelisah, bingung, dan penglihatan kabur. Bila tidak segera
ditangani, dapat muncul gejala lain seperti lemas, sesak napas, penurunan
kesadaran, hingga koma.
2. Asidosis metabolik

1
Gejala asidosis metabolik cukup beragam. Beberapa penderita kondisi ini
umumnya memiliki napas yang beraroma buah. Gejala tersebut merupakan
tanda ketoasidosis diabetik atau asidosis metabolik yang terjadi pada pasien
diabetes. Ketoasidosis diabetik termasuk kondisi berbahaya, yang dapat
mengganggu fungsi hati dan ginjal. Gejala lain asidosis metabolik meliputi:
 Pusing
 Sakit kepala
 Nafsu makan menurun
 Mudah mengantuk
 Mudah lelah
 Napas cepat dan dalam
 Detak jantung meningkat
3. Alkalosis respiratorik
Gejala umum alkalosis respiratorik adalah bernapas terlalu cepat atau terlalu
dalam. Kondisi tersebut dikenal dengan hiperventilasi. Gejala lain yang dapat
terjadi akibat rendahnya kadar karbondioksida dalam darah, antara lain:
 Pusing
 Kembung
 Mulut kering
 Kram otot di tangan dan kaki
 Kesemutan
 Nyeri dada
 Sesak napas
 Gangguan irama jantung
4. Alkalosis metabolik
Penderita alkalosis metabolik umumnya mengalami hipoventilasi, yaitu
kondisi ketika penderita bernapas terlalu lambat atau terlalu dangkal. Kondisi
ini menyebabkan kadar oksigen dalam darah terlalu sedikit. Sebaliknya, kadar
karbondioksida dalam tubuh meningkat.
Hipokalemia atau rendahnya kadar kalium dalam darah, juga sering
menyertai alkalosis metabolik. Oleh karena itu, penderita dapat mengalami
gejala seperti mudah lelah, nyeri otot, sering buang air kecil (poliuria), dan
gangguan irama jantung (aritmia).
Gejala lain pada penderita alkalosis metabolik meliputi kulit atau kuku
membiru, sesak napas, kram dan kejang otot, serta mudah marah.
D. Penyebab Gangguan Keseimbangan Asam Basa

2
Masing-masing jenis gangguan keseimbangan asam basa, disebabkan oleh kondisi
yang berbeda pula. Asidosis respiratorik dan alkalosis respiratorik disebabkan oleh
gangguan pada paru-paru. Sedangkan asidosis metabolik dan alkalosis metabolik
dipicu oleh masalah pada organ ginjal.
1. Asidosis respiratorik
Asidosis respiratorik disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kondisi lain
yang memengaruhi fungsi paru-paru dalam membuang karbondioksida (CO2).
Dengan kata lain, asidosis respiratorik terjadi ketika tubuh hanya dapat
membuang sedikit CO2. Sejumlah kondisi yang dapat memicu asidosis
respiratorik kronis, antara lain:
 Asma.
 Penyakit paru obstruktif kronis.
 Edema paru.
 Gangguan pada sistem saraf dan otot, misalnya multiple sclerosis dan
distrofi otot.
 Kondisi lain yang membuat sesorang terganggu dalam bernapas, misalnya
obesitas atau skoliosis.
Sedangkan asidosis respiratorik akut umumnya disebabkan oleh beberapa
kondisi, seperti:
 Henti jantung.
 Penyakit paru-paru, misalnya asma, pneumonia, dan emfisema.
 Kelemahan otot pernapasan.
 Terdapat sumbatan pada saluran pernapasan.
 Overdosis obat penenang.
2. Asidosis metabolik
Asidosis metabolik terjadi ketika tubuh menghasilkan terlalu banyak asam,
atau saat ginjal hanya mampu membuang sedikit asam melalui urine. Asidosis
metabolik terbagi dalam beberapa jenis, yaitu:
 Asidosis diabetik. Asidosis diabetik atau ketoasidosis diabetik terjadi
ketika tubuh kekurangan insulin, sehingga lemak yang dipecah bukan
karbohidrat. Pemecahan lemak ini mengakibatkan keton darah yang bersifat
asam meningkat. Kondisi ini lazim lebih sering terjadi pada pasien diabetes
tipe 1 yang tidak terkontrol.

3
 Asidosis hiperkloremik. Asidosis hiperkloremik disebabkan oleh
kurangnya kadar natrium bikarbonat dalam tubuh. Kondisi ini dapat
disebabkan oleh diare
 Asidosis laktat. Kondisi ini terjadi ketika tubuh kelebihan asam laktat.
Asidosis laktat dapat disebabkan oleh konsumsi alkohol (ketoasidosis
alkoholik), kanker, gagal jantung, kejang, gagal hati, kadar gula darah
rendah, serta kekurangan oksigen dan olahraga yang berlebihan.
Selain beberapa kondisi di atas, asidosis metabolik juga dapat disebabkan
oleh penyakit ginjal, dehidrasi berat, dan keracunan aspirin.
3. Alkalosis respiratorik
Alkalosis respiratorik umumnya disebabkan oleh hiperventilasi, yaitu suatu
kondisi ketika seseorang bernapas terlalu cepat atau terlalu dalam.
Hiperventilasi tersebut bisa disebabkan oleh perasaan panik dan cemas.
Kondisi lain yang dapat memicu alkalosis respiratorik adalah:
 Demam tinggi
 Berada di dataran tinggi
 Penyakit paru
 Penyakit liver
 Kekurangan oksigen
 Keracunan salisilat
4. Alkalosis metabolik
Alkalosis metabolik terjadi bila tubuh seseorang kekurangan asam atau
kelebihan basa. Beberapa hal yang dapat memicu kondisi tersebut adalah:
 Muntah berkepanjangan, sehingga menyebabkan tubuh kekurangan
elektrolit.
 Penggunaan obat diuretik yang berlebihan.
 Penyakit kelenjar adrenal.
 Penggunaan obat pencahar dan obat maag (antasida).
E. Diagnosis Gangguan Keseimbangan Asam Basa
Ada beberapa metode pemeriksaan untuk mendiagnosis gangguan keseimbangan
asam basa, di antaranya adalah:
1. Analisa gas darah

4
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel darah pasien melalui
pembuluh darah arteri di pergelangan tangan, lengan, atau
selangkangan. Analisa gas darah mengukur sejumlah unsur yang memengaruhi
keseimbangan asam basa, meliputi:
 pH darah
Tingkat keseimbangan asam basa dinilai normal bila pH darah berada
dalam kisaran 7,35 sampai 7,45. Kadar pH yang kurang dari 7,35 dinilai
terlalu asam.
 Bikarbonat
Bikarbonat adalah zat kimia yang berfungsi menyeimbangkan kadar asam
dan basa. Kadar bikarbonat normal berkisar antara 22-28 mEq/L.
 Saturasi oksigen
Saturasi oksigen adalah ukuran kadar oksigen yang dibawa oleh
hemoglobin di dalam sel darah merah. Nilai saturasi oksigen (SaO2) normal
berkisar antara 94-100 persen.
 Tekanan parsial oksigen
Tekanan parsial oksigen (PaO2) merupakan ukuran tekanan oksigen yang
larut dalam darah. Ukuran ini menentukan seberapa baik oksigen mengalir
dari paru-paru ke darah. PaO2 normal berada dalam rentang 75-100 mmHg.
 Tekanan parsial karbondioksida
Tekanan parsial karbondioksida (PaCO2) adalah ukuran tekanan CO2 yang
larut dalam darah. Ukuran ini menentukan seberapa baik CO2 keluar dari
tubuh. Nilai normal PaCO2 berada dalam kisaran 38-42 mmHg.
2. Tes darah metabolik
Tes darah untuk melihat kelainan metabolik dilakukan dengan mengambil
sampel darah pasien melalui pembuluh darah vena di tangan atau lengan.
Selain digunakan untuk mengukur kadar pH darah, tes ini juga mengukur
sejumlah unsur kimia dalam darah seperti gula darah, protein, kalsium, dan
elektrolit.
3. Pemeriksaan paru-paru
Pada pasien yang diduga mengalami asidosis respiratorik, dokter akan
menjalankan Rontgen dada untuk melihat kondisi paru-parunya. Selain
Rontgen dada, dokter dapat menjalankan tes fungsi paru seperti spirometri

5
dan plethysmography. Spirometri adalah pemeriksaan untuk mengukur jumlah
udara yang dihirup dan dikeluarkan. Sedangkan plethysmography bertujuan
mengukur volume udara di dalam paru-paru.
Selain melalui pemeriksaan sampel darah, gangguan keseimbangan asam
basa dapat didiagnosis melalui tes urine (urinalisis). Melalui urinalisis, dapat
menjadi tanda perubahan kadar asam basa pada pasien.
F. Pengobatan Gangguan Keseimbangan Asam Basa
Pengobatan gangguan keseimbangan asam basa tergantung kepada jenis gangguan
yang dialami.
1. Asidosis respiratorik
Salah satu metode pengobatan pada asidosis respiratorik adalah dengan obat-
obatan, yang meliputi:
 Antibiotik, untuk menangani infeksi.
 Bronkodilator, untuk melebarkan saluran pernapasan.
 Diuretik, untuk mengurangi kelebihan cairan di jantung dan paru-paru.
 Kortikosteroid, guna mengurangi peradangan.
Asidosis respiratorik juga dapat ditangani dengan metode yang
disebut continuous positive airway pressure (CPAP). Pada terapi ini, pasien
akan diminta mengenakan masker di hidung dan/atau mulut. Kemudian, mesin
yang terhubung ke masker tadi, akan mengalirkan udara bertekanan positif ke
saluran pernapasan.
2. Asidosis metabolik
Pengobatan asidosis metabolik tergantung pada penyebab yang
mendasarinya, di antaranya:
 Infus natrium bikarbonat pada asidosis hiperkloremik.
 Suntik insulin pada penderita asidosis diabetik.
 Pemberian pengganti cairan tubuh melalui suntik.
 Detoksifikasi pada asidosis yang mengalami keracunan obat atau alkohol.
Pada penderita asidosis laktat, dokter dapat memberikan suplemen
bikarbonat atau suntik pengganti cairan tubuh. Pemberian oksigen atau
antibiotik juga dapat dilakukan, tergantung kepada penyebab yang
mendasarinya.
3. Alkalosis respiratorik

6
Pada alkalosis respiratorik yang disebabkan oleh hiperventilasi, dokter dapat
menyarankan pasien menghirup karbondioksida. Pertama-tama, buang napas ke
dalam kantong kertas. Kemudian, hirup karbondioksida di dalam kantong tadi.
Ulangi langkah tersebut hingga beberapa kali. Cara ini bisa membantu
menaikkan kadar karbondioksida dalam darah.
Perlu diketahui bahwa metode di atas hanya boleh dilakukan bila dokter telah
memastikan hiperventilasi terjadi akibat gangguan keseimbangan asam basa.
Jika Anda baru pertama kali mengalami gejala tersebut, sangat disarankan untuk
segera mencari pertolongan medis ke rumah sakit.
4. Alkalosis metabolik
Penanganan alkalosis metabolik tergantung pada penyebab yang
mendasarinya. Pada sejumlah kasus, dokter dapat memberikan beberapa jenis
obat di bawah ini:
 Diuretik golongan penghambat karbonik anhydrase, seperti acetazolamide.
 Diuretik hemat kalium seperti spironolactone.
 ACE inhibitor, seperti captopril dan lisinopril.
 Kortikosteroid, seperti dexamethasone.
 Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti ibuprofen.
G. Komplikasi Gangguan Keseimbangan Asam Basa
Asidosis yang tidak ditangani dapat memicu sejumlah komplikasi. Di antaranya
adalah:
 Batu ginjal
 Gagal ginjal
 Penyakit tulang
 Terhambatnya proses tumbuh kembang
 Kegagalan sistem pernapasan
 Syok
Seperti halnya asidosis, alkalosis yang tidak ditangani dapat menimbulkan
sejumlah komplikasi, yaitu:
 Gangguan irama jantung (aritmia)
 Gangguan elektrolit, terutama hipokalemia
 Koma

7
H. Pencegahan Gangguan Keseimbangan Asam Basa
Asidosis tidak dapat dicegah sepenuhnya. Akan tetapi, ada beberapa langkah yang
dapat dilakukan untuk menurunkan risikonya. Pencegahan tergantung kepada jenis
asidosis yang dialami, seperti yang akan dijelaskan di bawah ini.
1. Pencegahan asidosis respiratorik:
 Berhenti merokok untuk mencegah kerusakan paru-paru.
 Menjaga berat badan ideal, karena obesitas (berat badan berlebih) dapat
membuat Anda susah bernapas.
2. Pencegahan asidosis metabolik:
 Menjaga cairan tubuh tetap cukup dengan banyak minum.
 Mengontrol gula darah untuk mencegah ketoasidosis.
 Berhenti mengonsumsi minuman beralkohol agar penumpukan asam laktat
tidak terjadi.
Alkalosis dapat dicegah dengan menjaga tubuh tetap terhidrasi, dan menjalani pola
makan yang sehat. Memilih makanan bergizi dan tinggi kalium dapat membantu
mencegah kekurangan elektrolit. Contoh makanan berkadar kalium tinggi adalah
bayam, kacang-kacangan, pisang, dan wortel.
Sedangkan untuk mencegah dehidrasi, disarankan melakukan sejumlah hal berikut:
 Minum 8-10 gelas air putih perhari.
 Rutin minum sebelum, saat, dan setelah olahraga.
 Minum pengganti elektrolit saat sedang menjalani olahraga berat.
 Hindari minuman berkadar gula tinggi, seperti soda.
 Batasi minuman berkafein, seperti kopi dan teh.
Khusus untuk alkalosis respiratorik, pencegahan dapat dilakukan dengan
menangani penyebab hiperventilasi, seperti stres dan panik. Di antaranya dengan
meditasi, latihan pernapasan, atau olahraga rutin.

Referensi :
Hamilton, PK. et al. (2017). Understanding Acid-Base Disorders. Ulster Medical Society,
86(3), pp. 161-166 
Tanemoto, M. (2017). Calculated Bicarbonate for Acid-Base Disorders. The American
Journal of Medicine, 130(10), pp 1135-1136 

8
NIH (2016). MedlinePlus. Blood Gases. 
NIH (2016). MedlinePlus. Respiratory Acidosis. 
NIH (2017). MedlinePlus. Alkalosis. 
NIH (2017). MedlinePlus. Metabolic Acidosis. 
NIH (2017). MedlinePlus. Hypoventilation. 
NIH (2018). MedlinePlus. Positive Airway Pressure Treatment. 
Allen, et al. Healthline (2017). Acidosis. 
Drugs.com (2018). Metabolic Alkalosis. 
The Healthline Editorial Team. Healthline (2017). Respiratory Acidosis. 
Hecht, M. Healthline (2018). Ketosis vs. Ketoacidosis: What You Should Know. 
Khan, et al. Healthline (2017). Alkalosis. 
Lewis, JL. MSD Manual (2018). Overview of Acid-Base Balance. 
Leader, D. Verywell (2018). Acid-Base Balance and Abnormalities. 
Martel, J. Healthline (2017). Pulmonary Function Test. 
Nall, R. Healthline (2016). Blood Gas Test. 
Nall, R. Healthline (2016). Urine pH Level Test. 
O’Connell, K. Healthline (2017). Respiratory Alkalosis. 
Pietrangelo, A. Healthline (2016). Acid-Base Balance. 
Thomas, CP. Medscape (2017). Metabolic Alkalosis Clinical Presentation. 
WebMD (2017). What is Metabolic Acidosis?

Anda mungkin juga menyukai