Anda di halaman 1dari 13

1.

Asam adalah setiap senyawa kimia yang melepas ion hidrogen kesuatu larutan atau
kesenyawa biasa. Contoh asam klorida (HCl), yang berionisasi dalam air membentuk
ion-ion hidrogen (H+) dan ion klorida (Cl-). Demikian juga, asam karbonat (H2CO3)
berionisasi dalam air membentuk ion H+ dan ion bikarbonat (HCO3-).

Basa adalah senyawa kimia yang menerima ion hidrogen. Contoh, ion bikarbonat
HCO3-, adalah suatu basa karena dapat menerima ion H+ untuk membentuk asam
karbonat (H2CO3).

Gangguan Asam Basa


Suatu asam kuat memiliki pH yang sangat rendah (hampir 1,0); sedangkan suatu
basa kuat memiliki pH yang sangat tinggi (diatas 14,0). Darah memiliki pH antara 7,35-
7,45. Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara seksama, karena perubahan
pH yang sangat kecil pun dapat memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ.
Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa darah:
a) Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia. Ginjal
memiliki kemampuan untuk mengubah jumlah asam atau basa yang dibuang, yang
biasanya berlangsung selama beberapa hari.
b) Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap
perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu penyangga pH bekerja
secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu larutan. Penyangga pH yang
paling penting dalam darah adalah bikarbonat. Bikarbonat (suatu komponen basa)
berada dalam kesetimbangan dengan karbondioksida (suatu komponen asam). Jika
lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih
banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk
ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih
sedikit bikarbonat.
c) Pembuangan karbondioksida. Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari
metabolisme oksigen dan terus menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa
karbondioksida ke paru-paru. Di paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan
(dihembuskan). Pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang
dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan. Jika
pernafasan meningkat, kadar karbon dioksida darah menurun dan darah menjadi lebih
basa. Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan darah
menjadilebih asam
Mekanisme kompensasi yang dilakukan oleh tubuh :
 Ginjal menahan Na & HCO3,kemudian mengeluarkan clorida, ion hydrogen dan
anion lain, sehingga urine menjadi lebih asam. Hasilnya adalah peningkatan kadar
HCO3 yang akan membantu memperahankan PH normal.
 Sistem dapat manya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementara
 Paru-paru : berespon secara cepat terhadp perubahan kadar H+ dalam darah dan
mempertahankan kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan
tersebut.
2. Jenis-jenis gangguan keseimbangan asam basa
a) Asidosis metabolic
b) Asidosis respiratorik
c) Alkalosis metabolic
d) Alkalosis respiratorik
Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian pH tersebut, bisa
menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu
asidosis atau alkalosis.
Asidosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung asam
(atau terlalu sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya pH darah.
Alkalosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung basa
(atau terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya pH
darah.
Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan suatu
akibat dari sejumlah penyakit. Terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan petunjuk
dari adanya masalah metabolisme yang serius.Asidosis dan alkalosis dikelompokkan
menjadi metabolik atau respiratorik, tergantung kepada penyebab utamanya. Asidosis
metabolik dan alkalosis metabolik disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam
pembentukan dan pembuangan asam atau basa oleh ginjal. Asidosis respiratorik atau
alkakosis respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kelainan
pernafasan.
a) Asidosis Respiratorik
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena
penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang
buruk atau pernafasan yang lambat.Kecepatan dan kedalaman pernafasan
mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah.Dalam keadaan normal, jika
terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah menjadi asam. Tingginya
kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur pernafasan,
sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.
b) Asidosis Metabolik
Asidosis Metabolik (kekurangan HCO3-) adalah gangguan sistemik yang
ditandai dengan penurunan primer kadar bikarbonat plasma, sehingga terjadinya
penurunan pH (peningkatan [H+]). [HCO3-] ECF adalah kurang dari 22 mEq/L dan pH-
nya kurang dari 7,35. Kompensasi pernapasan kemudian segera dimulai untuk
menurunkan PaCO2 memulai hiperventilasi sehingga asidosis metabolik jarang terjadi
secara akut.
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan
rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui
sistem penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam. Seiring dengan
menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha
tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah
karbon dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan
tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih. Tetapi kedua
mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu
banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan koma.
c) Alkalosis Respiratorik
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena
pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadarkarbondioksida dalam
darah menjadi rendah.
d) Alkalosis Metabolik
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa
karena tingginya kadar bikarbonat.

3. A. Asidosis Respratorik
Penyebab :
Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan
karbondioksida secara adekuat.
Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi paru-paru,
seperti:
 Emfisema
 Bronkitis kronis
 Pneumonia berat
 Edema pulmoner
 Asma.
Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot
dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan. Selain itu, seseorang
dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan obat tidur yang kuat,
yang menekan pernafasan.

B. Asidosis Metabolik
a. Penyebab Asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama:
1. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau
suatu bahan yang diubah menjadi asam. Sebagian besar bahan yang
menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap beracun.
Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol).
Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
2. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.
Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari
beberapa penyakit; salah satu di antaranya adalah diabetes melitus tipe I.
Jika diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan
menghasilkan asam yang disebut keton.Asam yang berlebihan juga ditemukan
pada syok stadium lanjut, dimanaasam laktat dibentuk dari metabolisme gula.
3. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam
dalam jumlah yang semestinya. Bahkan jumlah asam yang normal pun bisa
menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara normal. Kelainan fungsi
ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis (ATR)atau rhenal tubular
acidosis (RTA), yang bisa terjadi pada penderitagagal ginjal atau penderita
kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam.
b. Penyebab utama dari Asidosis Metabolik:
 Gagal ginjal
 Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
 Ketoasidosis diabetikum
 Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
 Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol,
paraldehid, asetazolamid atau amonium klorida
 Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan
karena diare, ileostomi atau kolostomi.

C. ALKALOSIS RESPIRATORIK
a. Penyebab :
 Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu
banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah.
 Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan.
b. Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah :
 Rasa nyeri
 sirosis hati
 kadar oksigen darah yang rendah
 demam
 overdosis aspirin.

D. ALKOLOSIS METABOLIK
a. Penyebab :
Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam.
Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode
muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang
lambung (seperti yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah
pembedahan perut).
Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang
mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda
bikarbonat.Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium
atau kalium dalam jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam
mengendalikan keseimbangan asam basa darah.
b. Penyebab utama alkalosis metabolik:
o Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)
o Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung.
o Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat
penggunaan kortikosteroid

4. Penatalaksanaan
A.Gangguan Respiratorik.
Kelainan yang mengancam nyawa pada asidosis respiratorik bukan karena asidosisnya
tetapi karena hipoksemia, oleh karena itu terapi utama adalah terapi oksigen sambil
mengatasi penyebab primer pernapasan (hipoventilasi). Atasi faktor penyebab seperti
kelainan paru, keracunan narkotik, keracunan salisilat. Untuk memperbaiki ventilasi paru
ventilasi mekanik.

B. GANGGUAN METABOLIK
1. Asidosis Metabolik.
Meskipun sebagian besar asidosis metabolik dapat diatasi oleh tubuh setelah
penyakit primer nya tertanggulangi, namun bila penurunan pH (<7,2) dan BE/SBE
sangat rendah (<10mEq/L) maka pemberian alkali (natriumbikarbonat) perlu
dipertimbangkan.Koreksi alkali terutama ditujukan pada asidosis metabolik yang
disebabkan olehanion nonorganik.Sedangkan yang disebabkan oleh anion organik
(laktat, keton) yang dapat dimetabolisme kembali oleh tubuh, tata laksana ditujukan
pada penyakit primer bukan pada pemberian alkali (Tabel 7.). Asidosis
metabolikkarena gagal ginjal(anion nonorganic)ditanggulangi dengan dialisis
(renalreplacement therapy) tetapi sementara menunggu dialisis bila asidosis yanmg
terjadi sangat berat maka pemberian alkali dapat dipertimbangkan. Pada asidosis
metabolik karenaanion organik pemberian alkali masih kontroversial , tatalaksana
ditujukan pada penyakit primer dan pemberian alkali dipertimbangkan bila pH < 7,0

Di ruang rawat intensif ada empat penyebab utama asidosis metabolik yaitu asidosis
laktat karena syok dan hipoksemia, ketoasidosis karena diabetesmelitus, asidosis
tubulus ginjal, dan asidosis karena dehidrasi akibat diare. Dari keempat keadaan
tersebut alkali diberikan pada asidosis tubulus ginjal dan diare, sedangkan pada syok,
hipoksemia dan diabetes pengobatan ditujukan pada penyakit primer, yaitu dengan
resusitasi cairan, oksigenisasi dan insulin. Pemberian alkali dipertimbangkan bila pH
plasma < 7,0 setelah dilakukan resusitasi dan terapi lainnya. Pada gangguan asidosis
metabolik kronis pemberian alkali harus dilakukan meskipun pH <7,35 untuk
mencegah katabolisme protein dan demineralisasi tulang, agar tidak terjadi gangguan
pertumbuhan anak.

2. Alkalosis Metabolik.
Terdapat dua jenis alkalosis metabolik yaitu klor sensitif dan klor resisten.
Disebut klor sensitif karena dengan pemberian klor (NaCl fisiologis, KCl, atau HCl)
memberi respons yang baik. Klor sensitif disebabkan karena tubuh kehilangan klor dari
cairan lambung atau muntah sedangkan fungsi ginjal normal. Klor resisten adalah
alkalosis metabolik yang tidak responsif dengan pemberian klor, akibat klor terus-
menerus disekresi ginjal, biasanya terdapat peningkatan kadar klor urin >20mEq/L.
Tata laksana klor resisten alkalosis metabolik ditujukan pada penyakit primer (seperti,
aldosteronisme, sindrom Cushing, dll.).

C. Pemberian “alkali” (natrium bikarbonat)


Natrium bikarbonat diberikan pada asidosis metabolik berat terutama pada
asidosis metabolik yang disebabkan karena anion mineral (Tabel 7.). Dosis optimal
natrium bikarbonat diberikan berdasarkan nilai SBE atau SID dengan perhitungan :
0,3 X BB(kg) X SBE ( SID) mEq, diberikan separuh dosis dengan pertimbangan:
1. Natrium bikarbonat diberikan langsung intravena, sehingga dosis yang
diberikan jauh lebih besar dari target perhitungan (volume intravaskularlebih
kecil dari total volumeekstraselular).
2. Natrium bikarbonat akan segera menghasilkan karbondioksida yang tinggi
(1mEq natrium bikarbonat = 22 mL karbondioksida).
3. Karbondioksida mudah berdifusi melalui membran sel, sehingga dapat
menembus sawar darahotak , asidosis.

Terdapat dalam dua sediaan yaitu larutan 8,4% (1 mEq/mL) dan 4,2% (0,5 mEq/L).
Larutan 8,4% sangat hiperosmolar (2000 mOsm/L), pemberian bikarbonat dapat
menyebabkan hipernatremia, hiperosmolalitas, vasodilatasi dan hipotensi ringan. Bila
terjadi ektravasasi dapat menyebabkan sklerosis vena kecil dan nekrosis jaringan.
Larutan 4,2% digunakan untuk bayi baru lahir untuk mengurangi bahaya
hiperosmolaritas dan perdarahan periventrikular dan intraventrikular.Sodium bikarbonat
dapat diberikan melalui intravena, intraoseus, tetapi tidak boleh melalui endotrakeal,
dengan kecepatan lambat yaitu 1mEq/menit.Ada dua pendapat tentang cara kerja
natriumbikarbonat, pertama peningkatkan pH plasma melalui pendaparan ion H+ oleh
bikarbonat dengan reaksi : H+ +HCO3- menjadi H2CO3 dan 505berdisosiasi menjadi
H2O + CO2.Kedua melalui peningkatan ion natrium yang menyebabkan peningkatan
SID dan menyebabkan peningkatan pH (penurunan ion H+). Kedua pendapat tersebut
dengan hasil akhir yang sama yaitu peningkatan pH danpeningkatan CO2.
Karbondioksida yang terbentuk akan dikeluarkan melalui paru-paru, oleh karena itu
sebelum ventilasi baik (terkendali) pemberikan natrium bikarbonat ditunda.
5.
A. Penilaian umum.

Sebagaimana telah diuraikan di atas tentang cara analisis hasil pemeriksaan asam-basa. Secara
cepat gangguan keseimbangan asam-basa dapat diketahui bila:
1.pH darah arteri tidak normal (pH: 7,35-7,45), pH<7,35 asidemia, pH>7,45 alkalemia.
2.PaCO2tidak normal (35-45mmHg).
3.Konsentrasi bikarbonat tidak normal (22-26mEq/L).
4.SBE antara 3 dan -3.Untuk mengetahui apakah kelainan itu sederhana (simple), peran
kompensasi, dan campuran (mixed) diperlukan analisis
korelasi antara pH,PaCO2, bikarbonat, SBE, dan SID seperti telah diurikansebelumnya.Cara
paling mudah untuk analisis asam-basa dibuat oleh Grogono berdasarkan kombinasi pH,
PaCO2dan SBE, yaitu berdasarkan kombinasi perhitungan (pH, PaCO2
dan SBE),sebagai berikut:
1.Langkah pertama: Lihat pH, pH<7,35 asidemia (asidosis); pH>7,45 alkalemia (alkalosis).
2.Langkah ke dua: Lihat PaCO2, apakah perubahan PaCO2sesuai
pH, bila sesuai respiratorik. Kecuali ada faktor metabolik yang menyebabkan perubahan pada
PaCO2 akibat mekanisme kompensasi.
Contoh bila PaCO2asam (>normalnaik) dan pH asam
(turun) adalah asisosis respiratorik, demikian sebaliknya. 501
3.Langkah ke tiga: Lihat SBE (komponen metabolik), apakah nilai SBE sesuai pH, bila sesuai
metabolik. Kecuali ada faktor respiratorik yang menyebabkan perubahan SBE akibat
mekanisme kompensasi. Contoh bila SBE negatif dan pH turun adalah asidosis metabolik,
demikian sebaliknya.
4.Langkah ke empat: Lihat berat ringan kelainan dengan melihat kadar PaCO2
dan SBE (lihat Tabel 4.).
5.Langkah kelima:Lihat kompensasi. Untuk kompensasi penuh (complete compensation)
gunakan rumus setiap 3mEq/L SBE = 5 mm HgPaCO2(lihat Tabel 5 dan 6.).
6.Langkah ke enam padankan dengan keadaan klinis pasien.
B. Penilaian Khusus Asidosis metabolik
Untuk mengetahui adanya penyebab asidosis metabolik, dapat dilakukan pemeriksaan AG
Dan atau BEG.
1.Langkah pertama. Ikuti cara Grogono
.
2.Langkah kedua. Apakah asidosis disebabkan oleh anion terukur atau tidak terukur (
unmeasured anions).Hitung AG,
1.Normal: pemberian cairan yang mengandung klor berlebihan (asidosis metabolik
hiperkloremik), kehilangan natrium lebih banyak dari klor (diare, ileostomi), asidosis tubulus
ginjal.
2.Meningkat (>16 mEq/L): anion metabolik lain sebagai penyebab (laktat, keton, dll) Periksa
laktat, > 2mEq/L, asidosis laktat,
1.Gangguan sirkulasi (syok, hipovolemia, keracunan CO, kejang).
2.Tidak ada gangguan sirkulasi (keracunan biguanida, etilen glikol).
Periksa produksi urin dan kreatinin.
1.Gagal ginjal akut (renal acids).
Periksa gula darah dan keton urin.
1.Hiperglikemia dan ketosis,ketoasidosis diabetikum.
2.Normoglikemia dan ketosis, keracunan alkohol, kelaparan.
3.Langkah ketiga bila semua uji laboratorium normal, pertimbangkan keracunan sebagai
penyebab.
Penilaian pada kasus dengan hipoalbuminemia berat lebih tepat dilakukan dengan
menggunakan Agcorrected dan atau BEG, karena perhitungan AG,albumin termasuk
komponen yang tidak dihitung (unmeasured). Rumus untuk AG corrected
adalah:AG corrected (for albumin) = AG + 2,5 x (42–kadar albumin sekarang (g/dL)
Berdasarkan soal diatas diketahui dan ditanya:

Kerjakan semua hasil analisa gas darah di bawah ini :

•pH 7.32, PCO2 40, HCO3 19

•pH 7.55, PCO2 20, HCO3 22

•pH 7.55, PCO2 37, HCO3 30

•pH 7.49, PCO2 35, HCO3 29

•pH 7.30, PCO2 50, HCO3 29

•pH 7.43, PCO2 53, HCO3 30

•pH 7.44, PCO2 38, HCO3 26

•pH 7.43, PCO2 32, HCO3 20

Jawab:

Cara membaca hasil BGA (analisa gas darah):

pH:

normal = 7,35 – 7,45.

alkalosis = di atas 7,45


asidosis = di bawah 7,35

pCO2:

normal = 35-45 mmHg.

alkalosis = Di bawah 35

asidosis = di atas 45 .

HCO3:

normal = 22-26 mEq/L.

alkalosis = di atas 26

asidosis = Di bawah 22

jika pH asidosis dan CO2 asidosis, maka kelainannya disebabkan oleh sistem pernapasan (asidosis
respiratorik)

jika pH alkalosis dan HCO3 alkalosis, maka kelainan asam basanya disebabkan oleh sistem metabolik
(metabolik alkalosis)

jika pH asidosis, CO2 asidosis dan HCO3 alkalosis, CO2 cocok dengan pH sehingga kelainan primernya
asidosis respiratorik.

Sedangkan jika HCO3 berlawanan dengan pH menunjukkan adanya kompensasi dari sistem
metabolik.

•pH 7.32, PCO2 40, HCO3 19 = asidosis, normal, asidosis


•pH 7.55, PCO2 20, HCO3 22 = alkalosis, alkalosis, normal (metabolik alkalosis)

•pH 7.55, PCO2 37, HCO3 30 = alkalosis, normal, alkalosis

•pH 7.49, PCO2 35, HCO3 29 = alkalosis, normal, alkalosis

•pH 7.30, PCO2 50, HCO3 29 = asidosis, asidosis, alkalosis (asidosis respiratorik)

•pH 7.43, PCO2 53, HCO3 30 = normal, asidosis, alkalosis

•pH 7.44, PCO2 38, HCO3 26 = normal, normal, normal

•pH 7.43, PCO2 32, HCO3 20 = normal, alkalosis , asidosis

Simak lebih lanjut di Brainly.co.id - https://brainly.co.id/tugas/17304096#readmore

Asidemia : kondisi asam darah pH <7,35


Alkalemia : kondisi alkali darah pH >7,45
Asidosis : proses penyebab asidemia
Alkalosis : proses penyebab alkalemia

Anda mungkin juga menyukai