Asam adalah setiap senyawa kimia yang melepas ion hidrogen kesuatu larutan atau
kesenyawa biasa. Contoh asam klorida (HCl), yang berionisasi dalam air membentuk
ion-ion hidrogen (H+) dan ion klorida (Cl-). Demikian juga, asam karbonat (H2CO3)
berionisasi dalam air membentuk ion H+ dan ion bikarbonat (HCO3-).
Basa adalah senyawa kimia yang menerima ion hidrogen. Contoh, ion bikarbonat
HCO3-, adalah suatu basa karena dapat menerima ion H+ untuk membentuk asam
karbonat (H2CO3).
3. A. Asidosis Respratorik
Penyebab :
Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan
karbondioksida secara adekuat.
Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi paru-paru,
seperti:
Emfisema
Bronkitis kronis
Pneumonia berat
Edema pulmoner
Asma.
Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot
dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan. Selain itu, seseorang
dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan obat tidur yang kuat,
yang menekan pernafasan.
B. Asidosis Metabolik
a. Penyebab Asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama:
1. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau
suatu bahan yang diubah menjadi asam. Sebagian besar bahan yang
menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap beracun.
Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol).
Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
2. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.
Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari
beberapa penyakit; salah satu di antaranya adalah diabetes melitus tipe I.
Jika diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan
menghasilkan asam yang disebut keton.Asam yang berlebihan juga ditemukan
pada syok stadium lanjut, dimanaasam laktat dibentuk dari metabolisme gula.
3. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam
dalam jumlah yang semestinya. Bahkan jumlah asam yang normal pun bisa
menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara normal. Kelainan fungsi
ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis (ATR)atau rhenal tubular
acidosis (RTA), yang bisa terjadi pada penderitagagal ginjal atau penderita
kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam.
b. Penyebab utama dari Asidosis Metabolik:
Gagal ginjal
Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
Ketoasidosis diabetikum
Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol,
paraldehid, asetazolamid atau amonium klorida
Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan
karena diare, ileostomi atau kolostomi.
C. ALKALOSIS RESPIRATORIK
a. Penyebab :
Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu
banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah.
Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan.
b. Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah :
Rasa nyeri
sirosis hati
kadar oksigen darah yang rendah
demam
overdosis aspirin.
D. ALKOLOSIS METABOLIK
a. Penyebab :
Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam.
Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode
muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang
lambung (seperti yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah
pembedahan perut).
Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang
mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda
bikarbonat.Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium
atau kalium dalam jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam
mengendalikan keseimbangan asam basa darah.
b. Penyebab utama alkalosis metabolik:
o Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)
o Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung.
o Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat
penggunaan kortikosteroid
4. Penatalaksanaan
A.Gangguan Respiratorik.
Kelainan yang mengancam nyawa pada asidosis respiratorik bukan karena asidosisnya
tetapi karena hipoksemia, oleh karena itu terapi utama adalah terapi oksigen sambil
mengatasi penyebab primer pernapasan (hipoventilasi). Atasi faktor penyebab seperti
kelainan paru, keracunan narkotik, keracunan salisilat. Untuk memperbaiki ventilasi paru
ventilasi mekanik.
B. GANGGUAN METABOLIK
1. Asidosis Metabolik.
Meskipun sebagian besar asidosis metabolik dapat diatasi oleh tubuh setelah
penyakit primer nya tertanggulangi, namun bila penurunan pH (<7,2) dan BE/SBE
sangat rendah (<10mEq/L) maka pemberian alkali (natriumbikarbonat) perlu
dipertimbangkan.Koreksi alkali terutama ditujukan pada asidosis metabolik yang
disebabkan olehanion nonorganik.Sedangkan yang disebabkan oleh anion organik
(laktat, keton) yang dapat dimetabolisme kembali oleh tubuh, tata laksana ditujukan
pada penyakit primer bukan pada pemberian alkali (Tabel 7.). Asidosis
metabolikkarena gagal ginjal(anion nonorganic)ditanggulangi dengan dialisis
(renalreplacement therapy) tetapi sementara menunggu dialisis bila asidosis yanmg
terjadi sangat berat maka pemberian alkali dapat dipertimbangkan. Pada asidosis
metabolik karenaanion organik pemberian alkali masih kontroversial , tatalaksana
ditujukan pada penyakit primer dan pemberian alkali dipertimbangkan bila pH < 7,0
Di ruang rawat intensif ada empat penyebab utama asidosis metabolik yaitu asidosis
laktat karena syok dan hipoksemia, ketoasidosis karena diabetesmelitus, asidosis
tubulus ginjal, dan asidosis karena dehidrasi akibat diare. Dari keempat keadaan
tersebut alkali diberikan pada asidosis tubulus ginjal dan diare, sedangkan pada syok,
hipoksemia dan diabetes pengobatan ditujukan pada penyakit primer, yaitu dengan
resusitasi cairan, oksigenisasi dan insulin. Pemberian alkali dipertimbangkan bila pH
plasma < 7,0 setelah dilakukan resusitasi dan terapi lainnya. Pada gangguan asidosis
metabolik kronis pemberian alkali harus dilakukan meskipun pH <7,35 untuk
mencegah katabolisme protein dan demineralisasi tulang, agar tidak terjadi gangguan
pertumbuhan anak.
2. Alkalosis Metabolik.
Terdapat dua jenis alkalosis metabolik yaitu klor sensitif dan klor resisten.
Disebut klor sensitif karena dengan pemberian klor (NaCl fisiologis, KCl, atau HCl)
memberi respons yang baik. Klor sensitif disebabkan karena tubuh kehilangan klor dari
cairan lambung atau muntah sedangkan fungsi ginjal normal. Klor resisten adalah
alkalosis metabolik yang tidak responsif dengan pemberian klor, akibat klor terus-
menerus disekresi ginjal, biasanya terdapat peningkatan kadar klor urin >20mEq/L.
Tata laksana klor resisten alkalosis metabolik ditujukan pada penyakit primer (seperti,
aldosteronisme, sindrom Cushing, dll.).
Terdapat dalam dua sediaan yaitu larutan 8,4% (1 mEq/mL) dan 4,2% (0,5 mEq/L).
Larutan 8,4% sangat hiperosmolar (2000 mOsm/L), pemberian bikarbonat dapat
menyebabkan hipernatremia, hiperosmolalitas, vasodilatasi dan hipotensi ringan. Bila
terjadi ektravasasi dapat menyebabkan sklerosis vena kecil dan nekrosis jaringan.
Larutan 4,2% digunakan untuk bayi baru lahir untuk mengurangi bahaya
hiperosmolaritas dan perdarahan periventrikular dan intraventrikular.Sodium bikarbonat
dapat diberikan melalui intravena, intraoseus, tetapi tidak boleh melalui endotrakeal,
dengan kecepatan lambat yaitu 1mEq/menit.Ada dua pendapat tentang cara kerja
natriumbikarbonat, pertama peningkatkan pH plasma melalui pendaparan ion H+ oleh
bikarbonat dengan reaksi : H+ +HCO3- menjadi H2CO3 dan 505berdisosiasi menjadi
H2O + CO2.Kedua melalui peningkatan ion natrium yang menyebabkan peningkatan
SID dan menyebabkan peningkatan pH (penurunan ion H+). Kedua pendapat tersebut
dengan hasil akhir yang sama yaitu peningkatan pH danpeningkatan CO2.
Karbondioksida yang terbentuk akan dikeluarkan melalui paru-paru, oleh karena itu
sebelum ventilasi baik (terkendali) pemberikan natrium bikarbonat ditunda.
5.
A. Penilaian umum.
Sebagaimana telah diuraikan di atas tentang cara analisis hasil pemeriksaan asam-basa. Secara
cepat gangguan keseimbangan asam-basa dapat diketahui bila:
1.pH darah arteri tidak normal (pH: 7,35-7,45), pH<7,35 asidemia, pH>7,45 alkalemia.
2.PaCO2tidak normal (35-45mmHg).
3.Konsentrasi bikarbonat tidak normal (22-26mEq/L).
4.SBE antara 3 dan -3.Untuk mengetahui apakah kelainan itu sederhana (simple), peran
kompensasi, dan campuran (mixed) diperlukan analisis
korelasi antara pH,PaCO2, bikarbonat, SBE, dan SID seperti telah diurikansebelumnya.Cara
paling mudah untuk analisis asam-basa dibuat oleh Grogono berdasarkan kombinasi pH,
PaCO2dan SBE, yaitu berdasarkan kombinasi perhitungan (pH, PaCO2
dan SBE),sebagai berikut:
1.Langkah pertama: Lihat pH, pH<7,35 asidemia (asidosis); pH>7,45 alkalemia (alkalosis).
2.Langkah ke dua: Lihat PaCO2, apakah perubahan PaCO2sesuai
pH, bila sesuai respiratorik. Kecuali ada faktor metabolik yang menyebabkan perubahan pada
PaCO2 akibat mekanisme kompensasi.
Contoh bila PaCO2asam (>normalnaik) dan pH asam
(turun) adalah asisosis respiratorik, demikian sebaliknya. 501
3.Langkah ke tiga: Lihat SBE (komponen metabolik), apakah nilai SBE sesuai pH, bila sesuai
metabolik. Kecuali ada faktor respiratorik yang menyebabkan perubahan SBE akibat
mekanisme kompensasi. Contoh bila SBE negatif dan pH turun adalah asidosis metabolik,
demikian sebaliknya.
4.Langkah ke empat: Lihat berat ringan kelainan dengan melihat kadar PaCO2
dan SBE (lihat Tabel 4.).
5.Langkah kelima:Lihat kompensasi. Untuk kompensasi penuh (complete compensation)
gunakan rumus setiap 3mEq/L SBE = 5 mm HgPaCO2(lihat Tabel 5 dan 6.).
6.Langkah ke enam padankan dengan keadaan klinis pasien.
B. Penilaian Khusus Asidosis metabolik
Untuk mengetahui adanya penyebab asidosis metabolik, dapat dilakukan pemeriksaan AG
Dan atau BEG.
1.Langkah pertama. Ikuti cara Grogono
.
2.Langkah kedua. Apakah asidosis disebabkan oleh anion terukur atau tidak terukur (
unmeasured anions).Hitung AG,
1.Normal: pemberian cairan yang mengandung klor berlebihan (asidosis metabolik
hiperkloremik), kehilangan natrium lebih banyak dari klor (diare, ileostomi), asidosis tubulus
ginjal.
2.Meningkat (>16 mEq/L): anion metabolik lain sebagai penyebab (laktat, keton, dll) Periksa
laktat, > 2mEq/L, asidosis laktat,
1.Gangguan sirkulasi (syok, hipovolemia, keracunan CO, kejang).
2.Tidak ada gangguan sirkulasi (keracunan biguanida, etilen glikol).
Periksa produksi urin dan kreatinin.
1.Gagal ginjal akut (renal acids).
Periksa gula darah dan keton urin.
1.Hiperglikemia dan ketosis,ketoasidosis diabetikum.
2.Normoglikemia dan ketosis, keracunan alkohol, kelaparan.
3.Langkah ketiga bila semua uji laboratorium normal, pertimbangkan keracunan sebagai
penyebab.
Penilaian pada kasus dengan hipoalbuminemia berat lebih tepat dilakukan dengan
menggunakan Agcorrected dan atau BEG, karena perhitungan AG,albumin termasuk
komponen yang tidak dihitung (unmeasured). Rumus untuk AG corrected
adalah:AG corrected (for albumin) = AG + 2,5 x (42–kadar albumin sekarang (g/dL)
Berdasarkan soal diatas diketahui dan ditanya:
Jawab:
pH:
pCO2:
alkalosis = Di bawah 35
asidosis = di atas 45 .
HCO3:
alkalosis = di atas 26
asidosis = Di bawah 22
jika pH asidosis dan CO2 asidosis, maka kelainannya disebabkan oleh sistem pernapasan (asidosis
respiratorik)
jika pH alkalosis dan HCO3 alkalosis, maka kelainan asam basanya disebabkan oleh sistem metabolik
(metabolik alkalosis)
jika pH asidosis, CO2 asidosis dan HCO3 alkalosis, CO2 cocok dengan pH sehingga kelainan primernya
asidosis respiratorik.
Sedangkan jika HCO3 berlawanan dengan pH menunjukkan adanya kompensasi dari sistem
metabolik.
•pH 7.30, PCO2 50, HCO3 29 = asidosis, asidosis, alkalosis (asidosis respiratorik)