Disusun Oleh :
Niswatun Hasanah
(P27820716001)
2020
1. LAPORAN PENDAHULUAN ASIDOSIS METABOLIK
1.1. Definisi
1.2. Etiologi
Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan ke dalam 3 bentuk utama :
1.2.1. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu
asam atau bahan yang diubah menjadi asam. Sebagian besar bahan yang
dapat mengakibatkan asidosis bila di makan di anggap beracun.
Contohnya adalah methanol (alcohol kayu ) dan zat anti beku (etilen
glikol). Overdosis aspirinpun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
1.2.2. Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat
dari beberapa penyakit, salah satu diantaranya adalah diabetes tipe 1. Jika
diabetes tidak dikendalikan dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan
menghasilkan asam yang di sebut keton. Asam yang berlebihan juga di
temukan pada shok stadium lanjut, dimana asam laktat di bentuk dari
metabolisme gula.
1.2.3. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang
asam dalam jumlah yang semestinya. Bahkan jumlah asam yang normal
pun bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara normal.
Kelainan fungsi ginjal ini di kenal sebagai asidosis tubulus renalis, yang
biasa terjadi pada penderita gagal ginjal atau pada penderita kelainan
yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam.
1.3. Manifestasi Klinis
1.4. Patofisiologi
1) Darah Lengkap
Meningkatnya leukosit merupakan penemuan yang nonspesifik, tetapi harus
dipertimbangkan adanya septikemia, yang menyebabkan asidosis laktat.
Anemia berat dengan berkurangnya delivery O2 dapat menyebabkan
asidosis laktat.
2) Urinalisa
Pengukuran pH urine dengan adanya hipobikarbonatemia sering digunakan
untuk menilai asidifikasi ginjal. pH urine biasanya asam < 5.0. Dalam
asidemia, urine biasanya menjadi lebih asam. Jika pH urine di atas 5,5 pada
kondisi asidemia, temuan ini merupakan tipe I RTA. Urin yang alkali khas pada
keracunan salisilat. Toksisitas terhadap Ethylene glycol dapat ditemukan kristal
kalsium oksalat, yang muncul berbentuk jarum, dalam urin.
3) Serum Kimia
Kadar natrium, kalium, klorida, dan bikarbonat yang digunakan dalam
perhitungan serum anion gap (SIG). Fosfat, magnesium, serta kadar serum
albumin juga digunakan untuk menghitung SIG.
Hiperkalemia sering mempersulit asidosis metabolik. Ini biasanya terlihat
pada asidosis anorganik (yaitu, non - AG). Diabetik ketoasidosis (DKA)
sering terjadi hiperkalemia yang merupakan akibat dari defisiensi insulin
dan efek hiperosmolalitas. Asidosis laktat dan bentuk lain dari asidosis
organik umumnya tidak muncul dengan pergeseran kalium secara
signifikan. Kadar glukosa umumnya meningkat pada DKA, dan mungkin
rendah, normal, atau sedikit meningkat pada alkohol ketoasidosis. BUN dan
kadar kreatinin meningkat pada asidosis uremik.
4) Serum Anion Gap (AG)
Perhitungan AG sering membantu dalam diagnosis diferensial asidosis
metabolik. AG adalah perbedaan antara konsentrasi plasma dari kation
plasma yang diukur (yaitu, Na+) dan anion yang diukur (yaitu, klorida [Cl-],
HCO3-).
Perhitungan : AG = (Na +) - ([Cl-] + [HCO3-])
AG yang normal adalah 8 - 16 mEq/L, dengan nilai rata-rata 12. Beberapa
penulis menambahkan K+ pada pengukuran kation, dengan nilai normal AG
adalah 12 - 20 mEq/L.
Asidosis metabolik dengan AG yang tinggi dikaitkan dengan penambahan
asam endogen atau eksogen yang dihasilkan. Asidosis metabolik dengan AG
normal dihubungkan dengan hilangnya HCO3 atau kegagalan untuk
mengeluarkan H+ dari tubuh.
5) Kadar Keton
Peningkatan keton menunjukkan diabetes, alkohol, dan ketoasidosis
starvation.
6) Kadar serum laktat
Konsentrasi laktat plasma normal adalah 0,5 - 1,5 mEq/L. Asidosis laktat
dapat dipertimbangkan jika kadar laktat plasma melebihi 4 - 5 mEq/L pada
pasien asidemia.
1.7. Penatalaksanaan medis
1.8. Prognosis
Penurunan
Asam
Asidosis Metabolik pH
↓ , PCO2 normal , Kompensasi
HCO3 ↓ Paru - paru
Penurunan curah
jantung
Aritmia Jantung Me↓ Pengeluaran Co2
Hiperventilasi
Intoleransi
aktivitas Koma / Kematian Dispneu
(3) Kelesuan, pingsan, dan koma dapat terjadi pada asidosis metabolik
yang berat, terutama jika dikaitkan dengan konsumsi zat beracun.
4) B4 (Bladder)
Tidak ditemukan keluhan.
5) B5 (Bowel)
Mual, muntah, sakit perut, dan diare (terutama dalam ketoasidosis
diabetik dan uremik asidosis)
6) B6 (Bone)
Tidak ditemukan keluhan
2.1.3. Pemeriksaan penunjang
1) Gas darah arteri :
pH < 7.35
HCO3 < 22 mEq/L
2) Serum elektrolit
3) pH urine
Muttaqin, Arif. 2011. Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat PPNI
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat PPNI
Sudoyo, Aru W., et al. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.