Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN SEMINAR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.F DENGAN


HIPONATREMI DI RUANGAN ARRAZI RSI IBNU SINA
BUKITTINGGI

Oleh :
Ameliya Gufrani Amanda Trisna

Anisha Fitra Yuza Liza Widya Sari

Nadya Putri Galisa Rafid Rahman Dhana

Salsabila

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan laporan seminar yang berjudul "Asuhan Keperawatan
Hiponatremi" dengan tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa laporan kegiatan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karenanya, diharapkan saran dan kritik yang membangun agar penulis menjadi lebih
baik lagi di masa mendatang.

Semoga laporan seminar ini menambah wawasan dan memberi manfaat bagi
pembaca.

Bukittinggi , 1 Juni 2021

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4

A. Latar Belakang .......................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...................................................................................................................5

C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................................5

D. Manfaat...................................................................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................7

A. Pengertian.............................................................................................................................7

B. Anatomi fisiologi..................................................................................................................8

C. Etiologi.................................................................................................................................9

D. Patofisiologi........................................................................................................................10

E. Tanda dan Gejala................................................................................................................11

F. Penatalaksanaan Medis.......................................................................................................11

G. Pemeriksaan Diagnostik.....................................................................................................13

H. Asuhan Keperawatan..........................................................................................................13

1. Pengkajian.......................................................................................................................13

2. Diagnosis Keperawatan...................................................................................................17

3. Implementasi Keperawatan.............................................................................................17

4. Evaluasi...........................................................................................................................17

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.........................................................................................19

A.Pengkajian..............................................................................................................................19

B. Rencana Asuhan Keperawatan..............................................................................................30

C. Intervensi keperawatan..........................................................................................................33
D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan.............................................................................40

BAB IV
PENUTUP................................................................................................................................
41

DAFTAR
PUSTAKA....................................................................................................................4
2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Hiponatremia merupakan kelainan elektrolit yang paling sering
ditemukan dengan insiden 1,5% dari semua kasus pediatrik di
rumahsakit.Hiponatremiatelahdiobservasi pada 42,6% pasien pada rumah
sakit yang menangani kasus akut dan 30% pasien rawat rumah sakit pada
penangananakut

Penyebab hiponatremiadapatbermacam-macam, hipovolemik,


hiponatremia dapat terjadi akibat kehilangan natrium dan cairan bebas dan
diganti oleh cairan hipotonis yang tidak sesuai. Natrium dapat hilang melalui
jalur ginjal maupun non ginjal, seperti melalui saluran cerna, keringat yang
berlebihan, cairan pada ruang ketiga, dan cerebral salt-wasting syndrome. Salt
wasting syndrom dapat terjadi pada pasien yang mengalami cedera otak
traumatik, pendarahan aneurisma subarachnoid, dan pembedahan intrakranial.
Euvolemik hiponatremia terjadi karena intake cairan yang berlebihan.
Hipervolemik hiponatremia terjadi jika penyimpanan natrium meningkat
secara tidak seharusnya. Hiponatremia juga dapat diakibatkan oleh
hipotiroidism yang tidak terkoreksi atau defisiensi kortisol (insufisiensi
adrenal, hipopituitarism)

Seperti yang telah disebutkan diatas, salah satu penyebab dari


hiponatremia adalah insufisiensi adrenal. Dimana insufisiensi adrenal
merupakan suatu keadaan defisiensi hormonal.1 Penyebab dari adrenal
insufisiensi dapat dibagi menjadi 3 yaitu primer, sekunder, dan tersier,
tergantung dari letak kelainan yang terjadi.
Gejala klinis yang ditampilkan dibedakan atas insufisiensi adrenal
kronik dan insufisiensi adrenal akut. Banyak gejala dan tanda dari insufisiensi
adrenal primer dan sekunder yang mirip. Kebanyakan gejala defisiensi
kortisol berupa lelah, lemah, orthostatik dizziness, penurunan berat badan dan
penurunan nafsu makan, merupakan gejala nonspesifik yang biasanya muncul
secara tersembunyi. Abnormalitas yang terjadi pun bervariasi pada pasien
yang mengalami insufisiensi adrenal. Dengan berbagai macam keluhan dan
gejala yang muncul, keadaan yang mungkin dapat dipakai sebagai pedoman
untuk mengarahkan diagnosis adalah: hiponatremia, hiperkalemia, asidosis,
peningkatan konsentrasi kreatinin plasma, hipoglikemia, anemia normositik
ringan (akibat defisiensi kortisol dan androgen), limfositosis dan eosinofilia
ringan. Hiponatremia dapat muncul baik pada insufisiensi adrenal primer
maupun sekunder, dimana patofisiologinya pada kedua penyakit tersebut
berbeda. Pada insufisiensi adrenal primer hiponatremia terutama terjadi
karena defisiensi aldosteron dan pembuangan natrium. Pada insufisiensi
adrenal sekunder hiponatremia terjadi akibat defisiensi kortisol, peningakatan
sekresi vasopresin dan retensi air.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam laporan ini adalah :
“BagaimanapelaksanaanAsuhanKeperawatan pada pasienibu F yang
mengalami gangguan natrium (Hiponatermia) di ruanginterne RSI Ibnu Sina
Bukittinggi?”

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada Ny. F di
ruangan Arrazi RSI Ibnu Sina Bukittingi
2. Tujuan khusus
a) Mahasiswa mampu memahami konsep hiponatremi
b) Mahasiswa mampu memahami dan melakukan pengkajian pada
pasien dengan hiponatremi
c) Mahasiswa mampu menyusun rencana asuhan keperawatan bagi
pasien hiponatremi
d) Mahasiswa mampu memberikan intervensi pada pasien
hiponatremi
e) Mahasiswa mampu mengimplementasikan dan mengevaluasi
tindakan yang telah dilakukan pada pasien hiponatremi

D. Manfaat
a. Bagi pasien
Dapat menambah pengetahuan pasien tentang tindakan mandiri yang
dapat dilakukan secara kontinyu dalam manajemen hiponatremi
b. Bagi perawat tenaga kesehatan
diharapakan dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi perawat dalam
memberikan intervensi keperawatan pada pasien hiponatremi guna
meningkatkan kualitas dan perbaikan kesehatan dan menjadi salah satu acuan
bagi perawat untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dengan
memberikan intervensi keperawatan yang mandiri khusunya terhadap pasien
hiponatremi sehingga diharapkan dapat menurunkan angka komplikasi dan
mortalitas.
c. Bagi penulis
Hasil karya ilmiah ini dapat menjadi bahan dasar untuk penulis
selanjutnya yang berkaitan dengan asuhan keperawatan pada pasien
hiponatremi
d. Bagi rumah sakit
Bahan panduan dan rujukan bagi rumah sakit tentang tindakan
pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan hiponatremi sehingga
puskesmas dapat menerapkan tindakan-tindakan keperawatan pada pasien
hiponatremia
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Hiponatermia merupakan kondisi dimana kadar natrium serum kurang
dari normal (kurang dari 135 mEq/L atau 135 mmol/L). Konsentrasi natrium
plasma menggambarkan rasio natrium tubuh total terhadap air tubuh total.
Penurunan rasio ini dapat terjadi dari kuantitas natrium tubuh total yang
rendah dengan penurunan yang lebih sedikit pada air tubuh total, kandungan
natrium tubuh total yang normal dengan air tubuh total yang berlebihan dan
natrium tubuh total yang jauh lebih berlebihan dengan air tubuh total yang
jauh lebih berlebihan. Meskipun demikian keadaan hiponatermia dapat
menyertai kekurangan volume cairan atau kelebihan volume cairan (Smeltzer
dan Bare, 2010).

Elektrolit adalah senyawa di dalam larutan yang berdisosiasi menjadi


partikel yang bermuatan ion (positif) atau negatif. Ion yang bermuatan positif
disebut dengan kation sedangkan ion yang bermuatan negatif disebut anion.
Keseimbangan dari keduanya disebut elektronetralitas. Sebagian besar proses
metabolisme memerlukan dan dipengaruhi oleh elektrolit. Konsentrasi
elektrolit yang tida normal dapat menyebabkan banyak gangguan.

Pemeliharaan cairan hemeostatis tubuh adalah penting bagi semua


kelangsungan hidup organisme. Pemelharaan tekanan osmotik dan distribusi
beberapa kompartemen cairan tubuh manusia adalah fungsi utama empat
elektrolit mayor yaitu natrium, kalium, klorida, dan bikarbonat. Cairan tubuh
tediri dari air dan elektrolit, cairan tubuh dibedakan atas cairan ekstrasel dan
interasel. Cairan ekstrasel meliputi plasma dan cairan intestinal. Natrium
adalah kation terbanyak dalam cairan ekstrasel, jumlah biasanya mencapai 60
mEq/kg bb dan sebagian kecil sekitar 10-14 mEq/L berada pada cairan
intestinal. Lebih dari 90% tekanan osmotik di cairan ekstrasel ditentukan oleh
garam yang mengandung natrium, khusunya dalam bentuk natrium klorida
(NaCl) dan natrium Bikarbonat (NaHCO3) sehingga perubahan tekanan
osmotik pada ekstrasel menggambarkan perubahan konsentrasi pada cairan
natrium. Perbedaan kadar natrium intravaskuler dengan intestinal disebabkan
oleh keseimbangan gibbsdonnan, sedangkan perbedaan natrium dalam
ekstrasel dan intrasel disebabkan oleh adanya transport aktif dari natrium
keluar sel bertukar dengan masuknya kalium ke dalam sel. Jumlah natrium
dalam tubuh merupakan kesimbangan antara natrium yang masuk dengan
natrium yang keluar. Pemasukan natrium yang berasal dari diet melalui epitel
mukosa saluran cerna dengan proses difusi dan pengeluarannya melalui ginjal
atau saluran cerna dan keringat di kulit. Pemasukan dan pengeluaran natrium
setiap harinya mencapai 48-144 mEq. Jumlah natrium yang keluar dari traktus
gastrointestinal dan kulit kurang dari 10%. Cairan yang berisi pada
konsentrasi natrium berada pada saluran cerna bagian atas hamper mendekati
cairan ekstrasel, namun natrium direabsopsi pada saluran cerna. Keringat
merupakan cairan hipotonik yang berisikan natrium dan klorida. Kandungan
natrium pada cairan keringat orang normal rerata 50 mEq/L. Jumlah
pengeluaran keringat akan meningkat sebanding dengan lamanya periode
terpapar pada lingkungan luar, yang panas, latihan fisik dan demam. Eksresi
natrium dialkukan oleh ginjal untuk mempertahanakan homeostatis natrium
yang sangat diperlukan untuk mempertahankan volume tubuh. Natrium di
filtrasi bebas di glomerulus direabsorpsi secara aktif 60-65% di tubulus
proksimal bersamaan dengan H2O dan klorida di reabsorpsi secara pasif,
sisanya di reabsorpsi di lengkungan henle sekitar 25-30%, tubulus distal 5%
dan di duktus koligentes 4% drakhir di sekresi di urin <1 %. Aldosteron
menstimulus tubulus distal untuk merabsorpsi natrium bersama air secara
pasif dan mensekersi kalium pada sistem renin-angotensin-aldosteron untuk
mempertahankan elektroneutralitas (Yaswir dan Ferawati, 2012)
Natrium mungkin hilang melalui muntah, diare, berkeringat atau mungkin
di hubungakan dengan diuretik terutama pada kombinasi diet rendah garam.
Defisiensi aldosteron seperti yang terjadi pada infusiensi adrenal juga
meningkatkan kecenderungan pasien untuk mengalami defisiensi natrium.
(Smeltzer dan Bare, 2010).

Hiponatermia adalah adalah keadaan dimana natrium serum < 135 mEq/L.
Hal ini dapat terjadi karena retensi air atau kehilangan berlebihan melalui
urin. Gejala awal hiponatermia adalah anoreksia, gangguan pengecapan, kram
otot. Gejala lanjut meliputi sakit kepala, kelemahan, mual, ,muntah, kram
abdomen, kejang, koma. (Upoyo, dkk, 2015).

B. Anatomi fisiologi
Natrium adalah kation terbanyak dalam cairan ekstrasel, jumlahnya
bisa mencapai 60 mEq perkilogram berat badan dan sebagian kecil (sekitar
10-14 mEq/L) berada dalam cairan intrasel4,8. Lebih dari 90% tekanan
osmotik di cairan ekstrasel ditentukan oleh garam yang mengandung natrium,
khususnya dalam bentuk natrium klorida (NaCl) dan natrium bikarbonat
(NaHCO3) sehingga perubahan tekanan osmotik pada cairan ekstrasel
menggambarkan perubahan konsentrasi natrium

Perbedaan kadar natrium intravaskuler dan interstitial disebabkan oleh


keseimbangan sedangkan perbedaan kadar natrium dalam cairan ekstrasel dan
intrasel disebabkan oleh adanya transpor aktif dari natrium keluar sel yang
bertukar dengan masuknya kalium ke dalam (pompa Na+K+), Kadar natrium
dalam cairan ekstrasel dancairan intrasel dapat dilihat pada Jumlah natrium
dalam tubuh merupakan gambaran keseimbangan antara natrium yang masuk
dan natrium yang dikeluarkan. Pemasukan natrium yang berasal dari diet
melalui epitel mukosa saluran cerna dengan proses difusi dan pengeluarannya
melalui ginjal atau saluran cerna atau keringat dikuli. Pemasukan dan
pengeluaran natrium perhari mencapai 48-144 mEq.
jumlah natrium yang keluar dari traktus gastrointestinal dan kulit
kurang dari 10%. Cairan yang berisi konsentrasi natrium yang berada pada
saluran cerna bagian atas hampir mendekati cairan ekstrasel,namun natrium
direabsorpsi sebagai cairan pada saluran cerna bagian bawah, oleh karena itu
konsentrasi natrium pada feses hanya mencapai 40mEq/L4

Keringat adalah cairan hipotonik yang berisi natrium dan klorida.


Kandungan natrium pada cairan keringat orang normal rerata 50 mEq/L.
Jumlah pengeluaran keringat akan meningkat sebanding dengan lamanya
periode terpapar pada lingkungan yang panas, latihan fisik dan demam.
Ekskresi natrium terutama dilakukan oleh ginjal. Pengaturan eksresi ini
dilakukan untuk mempertahankan homeostasis natrium, yang sangat
diperlukan untuk mempertahankan volume cairan tubuh. Natrium difiltrasi
bebas di glomerulus, direabsorpsi secara aktif 60-65% di tubulus proksimal
bersama dengan H2O dan klorida yang direabsorpsi secara pasif, sisanya
direabsorpsi di lengkung henle (25-30%), tubulus distal (5%) dan duktus
koligentes (4%). Sekresi natrium di urine <1%. Aldosteron menstimulasi
tubulus distal untuk mereabsorpsi natrium bersama air secara pasif dan
mensekresi kalium pada sistem renin-angiotensin-aldosteron untuk
mempertahankan elektroneutralitas.

Nilai rujukan kadar natrium pada:

- serum bayi : 134-150 mmol/L

- serum anak dan dewasa : 135-145 mmol/L

- urine anak dan dewasa : 40-220 mmol/24 jam

- cairan serebrospinal : 136-150 mmol/L

- feses : kurang dari 10 mmol/hari


C. Etiologi
Kehilangan natrium klorida pada cairan ekstrasel atau penambahan air
yang berlebihan pada cairan ekstrasel akan menyebabkan penurunan
konsentrasi natrium plasma. Kehilangan natrium klorida primer biasanya
terjadi pada dehidrasi hipoosmotik seperti pada keadaan berkeringat selama
aktivitas berat yang berkepanjangan, berhubungan dengan penurunan volume
ekstrasel seperti diare, muntah-muntah, dan penggunaan diuretik secara
berlebihan. Hiponatermia juga disebabkan karena beberapa penyakit ginjal
yang menyebabkan glomerulus dan tubulus ginjal, penyakit Addison, serta
retensi air yang berlebihan over-hidrasi (hipo-osmotik) akibat hormone anti
diuretik. Kepustakaan lain menyebutkan bahwa respon fisiologis dari
hiponatermia adalah tertekannya pengeluaran ADH dari hipotalamus
(osmolaritas urin rendah) (Yaswir dan Ferawati, 2012)

D. Patofisiologi
Dalam kondisi hiponatermia jumlah natrium serum <135 mmol/L. Hal
ini menyebabkan air bergerak masuk kedalam sel, sehingga pasien mengalami
kelebihan volume cairan CES dan kelebihan volume CIS. Kondisi-kondisi
yang mempengaruhi jenis hiponatermia ini termasuk SIADH, hiperglikemia,
dan peningkatan masukan cairan pemberian cairan parentral yang kurang
mengandung elektrolit. SIADH merupakan jenis hiponatermia khusus yang
dihubungkan dengan aktivitas hormone anti diuretic (ADH) yang berlebihan
disebut sebagai ADH. Gangguan fisioligis dasar pada SIADH adalah aktivitas
ADH yang berlebihan dengan retensi air dan hiponatermia delusional dan
eksresi natrium pada urin yang tidak sesuai karena terjadinya hiponatermia.
SIADH dapat terjadi baik akibat sekresi ADH terus-menerus oleh hipotalamus
atau produksi suatu substansi yang mirip ADH dari suatu tumor (produksi
ADH yang menyimpang). Kondisi-kondisi sel otak, cedera kepala, gangguan
endokrin dan pulmonal, dan penggunaan obat-obatansepertipitoin, siklofos,
famid, vinkristin, dan amitriptilin (Smeltzer dan Bare, 2010).
Hiponatermia yang disertai dengan retensi air yang berlebihan akan
menyebabkan dilusi natrium di cairan ekstraseluler. Keadaan hiponatermia
dapat ditandai dengan gangguan saluran pencernaan berupa kram, diare, dan
muntah (Price, Sylvia, 2006).
E. Tanda dan Gejala
Manifestasi Klinis dari hiponatermia bergantung pada penyebab,
keparahan, dan kecepatan terjadinya kekurangan. Meskipun mual dan kram
perut muncul kebanyak gejala bersifat neuropsikiatrik dan kemungkinan
berhubungan dengan pembengkakan seluler dan edema serebral yang
diakibatkan oleh hiponatermia. Umumnya pasien-pasien yang mengalami
penurunan akut dari kadar natrium serum menunjukkan gejala lebih berat dan
tingkat mortallitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang
mengalami hiponatermia lebih lambat. Gambarangambaran hiponatermia
yang berhubungan dengan kehilangan natrium dan penambahan air termasuk
anoreksia, kram otot, dan perasaan kelelahan. Jika kadar natrium serum turun
dibawah 115 mEq/L atau 115 mmol/L tanda-tanda peningkatan tekanan
intrakranial, seperti letargi, konfusi, kedutan otot, kelemahan fokal,
hemiparese, papiledema, dan kejang mungkin terjadi. (Smeltzer dan Bare,
2010).

F. Penatalaksanaan Medis
Menurut Smeltzer dan Bare (2010) Penatalaksanaan medis
hiponatermia terdiri dari :

1. Penggantian Natrium.

Pengobatan yang paling nyata dari hiponatermia adalah pemberian


natrium yang hati-hati. Pemberian ini mungkin diberikan melalui oral dengan
nasogastrik atau secara parentral. Bagi pasien yang mampu makan atau
minum penggantian natrium dapat dengan mudah dilakukan, karena natrium
banyak terdapat dalam diet normal. Untuk pasien yang tidak mampu
menerima natrium pernormal, Larutan Ringer Laktat atau saline isotonis
(0,9% natrium klorida) mungkin diberikan. Kebutuhan natrium harian yang
lazim pada orang dewasa adalah kurang lebih 100 mEq/L, jika tidak ada
kehilangan yang abdnormal.
Pada SI1ADH, saline yang hipertonis saja tidak dapat merubah
konsentrasi natrium plasma. Natrium yang berlebihan akan dieksresikan
dengan cepat dalam urin yang sangat pekat. Dengan tambahan furosemid
(Lasix) urin tidak pekat dan urin isotonis dieksresikan dan mencapai suatu
perubahan dalam keseimbangan air. Selain itu pada pasien-pasien yang
mengalami SIADH dimana sulit dilakukan pembatasan air, lithium atau
democlocyline dapat melawan efek osmotik dari ADH pada tubulus
koligentes medularis.

2. Pembatasan air

Jika hiponatermia terjadi pada pasien dengan volume cairan normal


atau berlebihan, pengobatan pilihannya adalah pembatasan air. Hal ini jauh
lebih aman dibandingkan pemberian natrium dan biasanya cukup efektif.
Meskipun demikian jika gejala neurologis timbul mungkin perlu memberikan
volume kecil larutan hipertonis, seperti natrium klorida 3% atau 5%.
Penggunaan yang tidak benar dari cairan ini sangat berbahaya hal ini dapat
dipahami ketika perawat menganggap bahwa satu liter natrium klorida 3%
mengandung 513 mEq natrium dan satu liter liter larutan natrium klorida 5%
mengandung 855 mEq natrium.

Larutan natrium yang sangat hipertonis (natrium klorida 3% dan 5%)


seharusnya diberikan hanya pada perawatan intensif dibawah observasi yang
ketat karena hanya jumlah kecil dibutuhkan untuk meningkatkan kadar
natrium serum dari nilai rendah yang berbahaya. Cairan ini diberikan dengan
perlahanlahan dan volume kecil sementara pasien dipantau dengan ketat
terhadap terjadinya kelebihan cairan.

G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium awal harus mencakup glukosa, natrium
plasma, osmolalitas plasma, fungsi ginjal dan hati, ditambah natrium urin dan
osmolalitas urin. Tes-tes lain untuk mendiagnosis penyebab mungkin
diperlukan seperti fungsi tiroid, lipid dan fungsi adrenal (Yaswir, Ferawati,
2012).

H. Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan
yang ada dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan meliputi :

1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar bagi seseorang perawat
dalam melakukan pendekatan secara sistematis untuk mengumpulkan data dan
menganalisa data pengkajian mencangkup data yang dikumpulkan melalui
wawancara, pengumpulan riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan
laboratorium dan diagnostik, serta review catatan sebelumnya.

Data dasar pengkajian pada pasien dengan gangguan elektrolit


(hiponatermia) menurut Doenges (2010) sebagai

berikut:

1. Aktivitas/Istirahat

Gejala :

a. Kelelahan eksterm, kelemahan, malaise.


b. Gangguan tidur (insomnia/gelisah atau somnolen)

Tanda :

Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.

2. Sirkulasi

Gejala :

a. Riwayat hipertensi lama atau berat


b. Palpitasi : nyeri dada

Tanda :

a. Hipertensi, nadi cepat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki
dan telapak tangan.
b. Nadi lemah halus, hipotnsi ortstatik menunjukan
c. hipovolemia yang jarang pada penyakit tahap akhir.
d. Pucat

3. Intergritas Ego

Gejala :

a. faktor stres
b. Perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.

Tanda :

a. Menolak, ansietas, takut, marah, perubahan


kepribadian.

4. Eliminasi

Gejala :

a. Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria.


b. Abdomen kembung, diare, konstipasi.

Tanda :

a. Perubahan warna urin.


b. Oliguria dapat menjadi anuria.
5. Makanan/Cairan

Gejala :

a. Peningkatan berat badan cepat, penurunan berat badan.


b. Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah.
c. Penggunaan diuretik

Tanda :

a. Distensi abdomen, pembesaran hati (tahap akhir)


b. Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak bertenaga.

1. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, peglihatan kabur. , Kram otot, kebas atau
kesemutan dan kelemahan, khusunya ekstermitas bawah.
Tanda : Gangguan status mental, contoh penurunan perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan
tingkat kesadaran. Rambut tipis, kuku rapuh dan tipis
2. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki
Tanda :Perilaku berhati-hati, distraksi, gelisah.
3. Pernapasan
Gejala : Napas pendek, batuk/tanpa sputum
Tanda : Takipnea, dispnea, peningkatan frekunsi/kedalaman
(pernapasan Kussmaul). Batuk produktif
4. Keamanan
Gejala : Kulit gatal ,Ada/berulangnya infeksi
Tanda : Demam, normotermia dapat secara aktual terjadi
penignkatan pada pasien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari
normal., Petekie, area ekimosis pada kulit

5. Seksualitas
Gejala : Penurunan libido, amenorea, infertilitas.
6. Interaksi sosial
Gejala : Kesulitan menentukan kondisi, contoh tidak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga
7. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Riwayat DM keluarga (resiko tinggi untuk gagal ginjal), nefritis
herediter, kalkulus urinaria, malignasi.

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan
dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah actual
dan resiko tinggi.

a. Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan


b. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan muntah
dan diare
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/
bentuh tubuh

3. Implementasi Keperawatan
Pelakasanaan keperawatan merupakan tahapan pemebrian tindakan
keperawatan untuk emngatasi masalah penderita secara terarah dan
komperhesif berdasrkan rencana tindakan keperawatan yang telah ditetapkan
sebelumnya, yang dilakukan berupa penyuluhan dan pengajaran pada pasien
seperti penyuluhan untuk bedrest selamagejalaterjadi.
4. Evaluasi
Masalah yang dialami pada pasien dapat teratasi semua. Dan dapat
dilihat kemajuan dari intervensi yang telah dilakukan pada pasien
BAB III

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. F DI RUANGAN ARRAZI RIS IBNU


SINA BUKITTINGGI

A. IDENTITAS KLIEN
Nama / Inisial : Ny. F
Umur : 46 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Kawin
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
Pendidikan : SLTA
Alamat : Sijunjung, koto tangah pamatang panjang

PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. H
Umur : 37 Tahun
Hub. Keluarga : Adek
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

B. ALASAN MASUK
Ny. F mengatakan masuk melalui UGD pada tanggal 25 mei 2021 dengan
keluhan sakit perut, muntah, diare, dan sariawan, tidak nafsu makan, dan perut
terasa kembung. Setelah di tes swab dengan hasil negatif pasien dimasukan ke
rawat inap arrazi jam 10 malam
C. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat pengkajian di ruangan arrazi pasien mengeluh mual
dan muntah, sering diare dan selalu merasa lelah, pasien juga sering
merasa haus, pasien juga mengeluh mukanya mulai bengkak dan
merasa tidak nyaman dengan kondisinya, semenjak sakik nafsu pasien
menurun
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Saat pengkajian pasien mengatakan memiliki riwayat
hipertensi pada saat hamil pertama namun pasien tidak memiliki gejala
hiponatremia sebelumnya dan tidak ada riwayat penyakit lain
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Paien mengatakan tidak ada memiliki riwayat kesehatan
keluarga baik dari pihak ayah maupun ibu pasien

GENOGRAM

Ket : = Laki-laki
= Perempuan
= Hubungan Keluarga
= Klien

D. PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : Compos Mentis
BB/TB : 60 kg / 158cm
Tanda vital : TD : 138/98 N : 96 S : 36, 90 C
1. Kepala
a. Rambut
Rambut sedikit berminyak, dan rontok
b. Mata
penglihatan pasien tidak ada gangguan namun wajah pasien
sedikit bengkak , pupil ishokor Konjungtiva tampak pucat.
c. Telinga
Pasien tidak memiliki maslaah pada pendengaran, telinga
bersih, telinga simetris kiri dan kanan
d. Hidung
Tidak ada gangguan pada penciuman pasien , lubang hidung
pasien simetris kiri dan kanan,
e. Mulut dan gigi
Membran mukosa mulut kering, mulut bersih, gigi lengkap
dengan sedikit lubang pada geraham pasien
2. Leher
Leher tidak ada penonjolan dan pembengkakan , tidak ada pembesaran
kelenjer
tiroid
3. Thorax
a. Paru – paru
I : Bentuk dada normal, simetris kiri dan kanan, tidak
menggunakan otot bantu napas, pergeraskan dinding dada
sama kiri dan kanan
P : Tidak ada nyeri tekan dan lepas, tidak teraba masa,
gerak simetris traktil fermitus teraba
P : sonor dikedua lapang paru
A : bunyi napas vesikuler, tidak ada suara tambahan
b. Jantung
I : Tidak ada lesi, simetris kiri dan kanan
P : Tidak ada benjolan
P : Irama jantung saat diperkusi normal atau teratur
A : Suara jantung S1 & S2 terdengar dan seimbang
c. Abdomen
I : abdomen tidak ada perubahan warna, kulit abdomen
terlihat normal, abdomen sedikit buncit
A : Bising usus terdengar normal 30x permenit
P : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan
P : Timpani pada keempat kuadran abdomen
d. Punggung
Tidak ada lecet, dan tidak ada pembengkakan pada punggung
e. Ekstremitas
f. Genetalia
Tidak dilakukan pemeriksaan pada genetalia dan tidak ada
keluhan spesifik pada genetalia
g. Integumen
Warna kulit sawomatang, kulit terlihat kering, tidak ada
oedema pada kulit
h. Persyarafan
tidak ada gangguan dalam persyarafan

E. DATA BIOLOGIS
NO AKTIVITAS SEHAT SAKIT
1. Makan dan Minum
Makan
- Menu Nasi, lauk, daging, sayur Nasi, sayur, lauk
- Porsi 3 x sehari 3 x sehari
- Makanan kesukaan Ayam Ayam
- Pantangan Makanan yang
Makanan ringan terlalu manis
- Cemilan +- 12 gelas/hari
Minum 8 gelas/hari Tidak ada
- Jumlah Teh es Tidak ada
- Minuman kesukaan Tidak ada
- Pantangan
2. Eliminasi
BAB
- Frekuensi 1-2 x/hari +- 1 x sehari
- Warna Kuning kecoklatan Kuning
kecoklatan
- Bau Khas Khas
- Konsistensi Lunak Sedikit cair

BAK
- Frekuensi 2-6 x/hari 2-6 x/hari
- Warna Kuning pucat Kuning pucat
- Bau Pesing Pesing
- Konsistensi Air Air
- Kesulitan Tidak ada Tidak ada
3. Istirahat dan tidur
- Waktu tidur 10 malam 11 malam
- Lama tidur 8 jam 6 jam
- Waktu bangun 05.00 pagi 05.00 pagi
- Hal yang mempermudah Suara azan Suara azan
bangun
- Kesulitan tidur Tidak ada Tidak ada
4. Personal hygiene
- Mandi 2 x sehari 1 x sehari
- Cuci rambut 2 x sehari Tidak ada
- Gosok gigi 2 x sehari Tidak ada
- Potong kuku 1 x seminggu Tidak ada
5. Rekreasi
- Hobby Tidak ada Tidak ada
- Minat khusus Tidak ada Tidak ada
- Penggunaan waktu Tidak ada Tidak ada
senggang
6. Ketergantungan
- Merokok Tidak ada Tidak ada
- Minuman Tidak ada Tidak ada
- Obat-obatan Tidak ada Tidak ada
F. RIWAYAT ALERGI
Ny. F mengatakan tidak memiliki riwayat alergi baik makanan maupun
minuman

G. DATA PSIKOLOGIS
1. Data Non Verbal
Pasien tampak tenang walaupun tidak terasa nyaman
2. Perilaku Verbal
a) Cara menjawab : pasien mampu menjawab dengan baik dan
cukup jelas, cepat respon terhadap pertanyaan
b) Cara memberi info : Pasien tampak bisa memberikan informasi
dengan jelas
3. Emosi
Emosi pasien tampak stabil dan normal
4. Persepsi penyakit
Pasien mengatakan penyakit adalah bentuk rasa sayang tuhan
kepadanya, pasien tampak sabar dengan penyakit yang dideritanya
5. Konsep diri
Pasien tampak sabar dengan penyakit yang diberikan terbukti dengan
emosi yang stabil
6. Adaptasi
Pasien tampak cepat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya
7. Mekanisme pertahanan diri
Pasien menenangkan pikiran agar tidak terasa terancam oleh penyakkit
yang diderita dan juga dukungan dari keluarga untuk bisa cepat
sembuh

H. DATA SOSIAL
1. Pola komunikasi
Mampu berkomunikasi dengan baik dan kooperatif dengan tenaga
kesehatan
2. Orang yang dapat memberi rasa nyaman
Keluarga ( suami dan anak ) beserta keluarga besarnya
3. Orang yang paling berharga bagi pasien
Keluarga pasien
4. Hubungan dengan keluarga dan masyarakat
Berjalan baik dan harmonis

I. DATA SPRITUAL
1. Keyakinan
Pasien mengatakan beragama islam, melaksanakan ibadah dengan baik
dan tepat waktu
2. Ketaatan beribadah
Pasien mengatakan setiap waktu ibadah dapat dijalankan dengan baik,
untuk saat sakit tidak sesempurna saat sehat
3. Keyakinan terhadap kesembuhan
Pasien mengatakan yakin bahwa setiap penyakit diberi Allah, maka suatu
tanda bahwa tuhan sayang terhadap dirinya pasti akan disembuhkan
olehnya, jika kita tabah dan sabar menerima

J. DATA PENUJANG
1. Diagnosa penyakit
Hiponatremi
2. Pemeriksaan diagnostik
Data hasil pemeriksaan labor tanggal 24 mei 2021

HASIL SATUAN NILAI


RUJUKAN
Hematologi
Hitung jenis
Eosinofil* 0 % 1-3
Netrofil batang* 0 % 1- 6
Limfosit 38 % 20 - 40
Monosit 2 % 2-8
NLR 1.6 0.00 - 3.13
Limfosit absolut 1394 Ml > 1500
Limfosit atipik 8 < 20%
Netrofil segmen 60 % 50 - 70

Gambaran darah tepi


Eritrosit : anisositosis normokrom, hipokrom
Leukosit : Jumlah kurang, marfologi normal
Trombosit : Jumlah cukup, marfologi normal
Kesan : susp anemia defisiensi fe DD/bicy topenia ec
Saran : S1, TIBC, ferifen

HASIL SATUAN NILAI


RUJUKAN
Hematologi
Darah lengkap
Hemoglobin* 7.7L 9/dL 12 . 0 – 14 . 0
No Nama obat Dosis Waktu Indikasi
Leukosit * 3 . 67 L 10^3/u1 4 . 50 – 11 . 00
1. Infus
InfusEritrosit
NaCl 3%* 3 Kolf 2 .12
Per 55jam
L 10^3/u1
Mengatur jumlah air4dalam
. 00 –tubuh
4 . 60
Infus NaCl Menggantikan cairan tubuh yang
Hematokrit * 21 . 7 L % 36 . 0 – 41 . 0
0.9% hilang, mengoreksi ketidakseimbangan
Trombosit * 130 L 10^3/u1 150 – 400
elektrolit, dan menjaga tubuh agar
MCV 85 . 1 fL 80 . 0 – 90 . 0
tetap terhidrasi dengan baik
MCH ** 30 . 2 H pg 26 . 0 – 30 .0
2. Injeksi
MCHC ** 35 . 5 H g / dL 31 . 0 – 34 . 0
Omz 1 gr 2 x 1 hari -Mengatasi gangguan lambung
RDW – SD 40 . 0 fL
-Mengurangi produksi asam di dalam
RDW – CV 12 . 8 %
lambung 11 . 5 – 15 . 0
Ondonsentron
PDW 1 amp 3 x12
1 hari
.6 Mencegah
fL dan mengobati mual dan
muntah
MPV 10 . 5 fL
Ceftriaxone 2 gr 1 x 1 hari Antibiotik, Mengobati berbagai macam
dalamPNaCl
– LCR 29 . 0 infeksi%bakteri
100ccPCT 0 . 14 %

3. Obat oral
Antosid syp 1 sdm 3 x 1 hari Menetralisir asam lambung
Candesartan 16 mg 1 x 1 hari Menurunkan tekanan darah
Amlodipine 5 mg 1 x 1 hari Membantu mengobati tekanan darah
Candistation 1 mL 4 x 1 hari Mengobati sariawan di mulut akibat
pertumbuhan jamur

4. Transfusi 2 PRC Per 12 jam

Ket :
 (*) = Kurang dari nilai rujukan
 (**) = Lebih dari nilai rujukan

K. DATA PENGOBATAN
L. DATA FOKUS

1. Data Subjektif
o Klien mengatakan badan terasa letih
o Klien mengatakan sering haus
o Klien mengeluh lemah
o Klien mengatakan nafsu makan kurang
o Klien mengeluh diare
o Klien mengeluh mual dan muntah
o Klien mengatakan tidak nafsu makan akibat sering muntah
o Klien mengatakan merasa tidak nyaman dengan kondisi tubuhnya
o Klien mengatakan tidak percaya diri dengan kondisi tubuhnya yang
membengkak

2. Data objektif
o Klien tampak lemas
o Klien tampak tidak ada nafsu makan
o Turgor kulit menurun
o Mukosa klien kering
o Klien terlihat brfokus pada perubahan tubuhnya
o Klien terlihat tidak nyaman dengan kondisinya
o Wajah dan tubuh klien terlihat membengkak
o Td : 163/98
o N : 86 x/i
o S : 37 C
o SpO2 : 94 %
ANALISA DATA

N DATA MASALAH ETIOLOGI


O
1. DS: Hipovolemia Kekurangan
- Klien mengatakan intake cairan
badan terasa letih
- Klien mengatakan
sering haus
- Klien mengeluh lemah

DO:
- Mukosa klien kering
- Turgor kulit menurun

2. DS: Resiko Ketidak


- Klien mengeluh diare ketidakseimbangan seimbangan
- Klien mengeluh mual elektrolit cairan
dan muntah
- Klien mengatakan
tidak nafsu makan
akibat sering muntah
DO:
- Klien tampak lemas
- Klien tampak tidak ada
nafsu makan

3. DS: Gangguan citra Perubahan


- Klien mengatakan tubuh struktur atau
merasa tidak nyaman bentuk tubuh
dengan kondisi
tubuhnya
- Klien mengatakan tidak
percaya diri dengan
kondisi tubuhnya yang
membengkak
DO:
- Klien terlihat brfokus
pada perubahan
tubuhnya
- Klien terlihat tidak
nyaman dengan
kondisinya
- Wajah dan tubuh klien
terlihat membengkak

Diagnosa Keperawatan

a. Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan


b. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan muntah dan diare
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/ bentuh tubuh
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No SDKI SLKI SIKI


1. Hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia
berhubungan intervensi keperawatan (I.03116)
dengan kekurangan selama 3 x 24 jam , maka Observasi
intake cairan diharapkan hasil dengan
criteria hasil:  Periksa tanda dan
 Tugor kulit gejala hipovolemia
meningkat ( misalnya frekuensi
 Edema anarsaka nadi meningkat, nadi
menurun teraba lemah, tekanan
 Dispnea menurun darah menurun,
 Edema perifer tekanan nadi
menurun menyempit, tugor

 Perasaan lemah kulit menurun,

menurun membrane mukosa

 Keluhan haus kering, volume urine

menurun menurun, hematokrit

 Frekuensi nadi meningkat,haus,

membaik lemah)

 Membrane mukosa
Terapeutik
membaik
 Hitung kebutuhan
 Intake cairan
cairan
membaik
 Berikan asupan cairan
oral

Edukasi
 Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan oral
 Anjurkan
menghindari
perubahan posisi
mendadak

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis
( misalnya NaCI. RL)
 Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis
( misalnya glukosa
2,5%, NaCI 0,4%)
 Kolaborasi pemberian
cairan koloid
 Kolaborasi pemberian
produk darah

2. Resiko Setelah dilakukan Pemantauan Elektrolit


ketidakseimbangan intervensi keperawatan ( I.14526)
elektrolit selama 3 x 24 jam,
berhubungan diharapkan hasil dengan Observasi
dengan muntah dan criteria hasil :  Identifikasi
diare  Serum natrium kemungkinan
meningkat penyebab
 Serum kalium ketidakseimbangan
meningkat elektrolit
 Serum klorida  Minitor kadar
meningkat elektrolit serum
 Serum kalsium  Monitor mual, muntah
meningkat dan diare
 Serum magnesium  Monitor kehilangan
meningkat cairan, jika perlu
 Serum fospor  Monitor tanda dan
meningkat gejala hiponatremia

Terapeutik
 Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
 Dokumentasi hasil
pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
 Informasikan hasil
pemantauan jika perlu

3. Gangguan citra Setelah dilakukan Promosi Citra Tubuh ( I.


tubuh berhubungan intervensi keperawatan 09305)
dengan perubahan selama 3 x 24 jam maka
struktur/ bentuh ekspetasi meningkat Observasi
tubuh dengan Kriteria Hasil :  Identifikasi harapan
 Verbalisasi citra tubuh
perasaan negative berdasarkan tahap
tentang perubahan perkembangan
tubuh menurun  Identifikasi budaya,
 Verbalisasi agama, jenis kelamin,
kekhawatiran pada dan umur terkait citra
penolakan/reaksi tubuh
orang lain menurun  Identifikasi perubahan
 Verbalisasi gaya citra tubuh yang
hidup menurun mengakibatkan isolasi
 Respon nonverbal social
pada perubahan  Monitor frekuensi
tubuh membaik. pernyataan kritik
terhadap diri sendiri
 Monitor apakah
pasien bisa melihat
bagian tubuh yang
berubah

Terapeutik
 Diskusikan perubahan
tubuh dan fungsinya
 Diskusikan perbedaan
penampilan fisik
terhadap harga diri
 Diskusikan cara
mengembangkan
harapan citra tubuh
secara realistis

Edukasi
 Jelaskan kepada
keluarga tentang
perawatan
perubahan citra
tubuh
 Anjurkan
mengungkapkan
gambaran diri
terhadap citra
tubuh

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

N HARI DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI


O /TANGGA
L
1. 13.30 Hipovolemia Melakukan S:
Manajemen  Klien
Hipovolemia mengataka
(I.03116) n badan
Observasi terasa letih,
sering haus
 Memeriksa tanda dan badan
dan gejala lemah
hipovolemia sudah agak
( misalnya berkurang
frekuensi nadi O:
meningkat, nadi  Mukosa
teraba lemah, klien masih
tekanan darah terlihat
menurun, tekanan sedikit
nadi menyempit, kering
tugor kulit  Turgor
menurun, kulit klien
membrane masih
mukosa kering, sedikit
volume urine menurun
menurun, A:
hematokrit  Manajemen
meningkat,haus, hipovolemi
lemah) a teratasi
sebagian
Terapeutik
 Menghitung P:
kebutuhan cairan  intervensi
 Memberikan dilanjutkan
asupan cairan oral

Edukasi
 Menganjurkan
memperbanyak
asupan cairan oral
 Menganjurkan
menghindari
perubahan posisi
mendadak

Kolaborasi
 Mengkolaborasi
pemberian cairan
IV isotonis
( misalnya NaCI.
RL)
 Mengkolaborasi
pemberian cairan
IV hipotonis
( misalnya
glukosa 2,5%,
NaCI 0,4%)
 Mengkolaborasi
pemberian cairan
koloid
 Mengkolaborasi
pemberian produk
darah

2. 18.00 Resiko Melakukan S:


ketidakseimbang Pemantauan  Pasien
an elektrolit Elektrolit ( I.14526) mengataka
n mual
Observasi sudah
 Mengidentifikasi berkurang
kemungkinan  Pasien
penyebab mengataka
ketidakseimbanga n diare
n elektrolit sudah
 Memoninitor berkurang
kadar elektrolit  Pasien
serum mengataka
 Memonitor mual, n nafsu
muntah dan diare makan
 Memonitor sudah
kehilangan cairan, mulai ada
jika perlu
 Memonitor tanda O :
dan gejala  Pasien
hiponatremia terlihat
sudah lebih
Terapeutik bertenaga
 Mengatur interval dari yang
waktu sebelumnya
pemantauan
sesuai dengan A:
kondisi pasien  Pemantaua
 Mendokumentasi n elektrolit
hasil pemantauan teratasi
Edukasi sebagian

 Menjelaskan
tujuan dan P:

prosedur  Intervensi
pemantauan dilanjutkan
Menginformasika
n hasil
pemantauan jika
perlu
3 20.00 Gangguan citra Melakukan Promosi S:
tubuh Citra Tubuh ( I.  Klien
09305) mengataka
n merasa
Observasi tidak
 Mengidentifikasi nyaman
harapan citra dengan
tubuh berdasarkan kondisi
tahap tubuhnya
perkembangan sedikit
 Mengidentifikasi berkurang
budaya, agama, O:
jenis kelamin, dan  Klien
umur terkait citra terlihat
tubuh lebih
 Mengidentifikasi nyaman
perubahan citra  Wajah dan
tubuh yang tubuh klien
mengakibatkan masih
isolasi social membengk
 Memonitor ak
frekuensi
pernyataan kritik A:
terhadap diri  Promosi
sendiri citra tubuh
 Memonitor teratasi
apakah pasien sebagian
bisa melihat
bagian tubuh yang P : intervensi
berubah dilanjutkan

Terapeutik
 Mendiskusikan
perubahan tubuh
dan fungsinya
 Mendiskusikan
perbedaan
penampilan fisik
terhadap harga
diri
 Mendiskusikan
cara
mengembangkan
harapan citra
tubuh secara
realistis

Edukasi
 Menjelaskan
kepada
keluarga
tentang
perawatan
perubahan
citra tubuh
 Menganjurkan
mengungkapk
an gambaran
diri terhadap
citra tubuh
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada Ny. F dengan


Hiponatremi di ruang Az-zahrawi RSI Ibni Sina Yarsi Bukittinggi tahun 2021 di
dapatkan pembahasan sebagai berikut :

1. Pengkajian

Pada saat penulis melakukan pengkajian pada Ny. F tanggal 24 Mei 2021 – 26
Mei 2021 didapat data melalui pasien dan keluarga pasien Ny. F menderita
Hiponatremi. Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan bengkak pada
tubuh Ny.F terutama di bagian wajah dan ekstremitas . Tingkat kesadaran pasien
compos mentis GCS 15 . Pasien tampak lemah, nafsu makan klien menurun dan
menghabiskan porsi makan sebanyak ½ saja, pasien juga mengeluh diare, mual
dan muntah.

Hiponatermia adalah adalah keadaan dimana natrium serum < 135 mEq/L. Hal ini
dapat terjadi karena retensi air atau kehilangan berlebihan melalui urin. Gejala
awal hiponatermia adalah anoreksia, gangguan pengecapan, kram otot. Gejala
lanjut meliputi sakit kepala, kelemahan, mual, ,muntah, kram abdomen, kejang,
koma. (Upoyo, dkk, 2015).

Pada kasus ditemukan pasien mengalami hiponatremi dengan tanda gejala


kelemahan, mual, ,muntah, udem. Natrium mungkin hilang melalui muntah, diare,
berkeringat atau mungkin di hubungkan dengan diuretik terutama pada kombinasi
diet rendah garam.

2. Diagnosis Keperawatan
Pada masalah keperawatan khususnya pada kasus hiponatremia terdapat 3
diagnosa keperawatan yaitu :

a) Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan . Hal ini


terlihat dari data : klien mengatakan badan terasa letih, klien mengatakan
sering haus, klien mengeluh lemah, mukosa klien kering, turgor kulit
menurun.
b) Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan muntah dan
diare. Hal ini terlihat dari data : Klien mengeluh diare, klien mengeluh
mual dan muntah, klien mengatakan tidak nafsu makan akibat sering
muntah, klien tampak lemas, klien tampak tidak ada nafsu makan
c) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/ bentuk
tubuh.
Hal ini terlihat dari data : klien mengatakan merasa tidak nyaman dengan
kondisi tubuhnya, klien mengatakan tidak percaya diri dengan kondisi
tubuhnya yang membengkak, klien terlihat brfokus pada perubahan
tubuhnya, klien terlihat tidak nyaman dengan kondisinya, wajah dan tubuh
klien terlihat membengkak

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah semua tindakan asuhan yang perawat lakukan


atas nama pasien. Tindakan ini termasuk intervensi yang di prakarsai oleh
perawat, dokter, atau intervensi kolaboratif.
Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan kepada pasien berdasarkan
prioritas masalah yang ditemukan tidak semua rencana tindakan pada teori
dapat ditegakkan pada tinjauan kasus, karena rencana tindakan pada teori
dapat ditegakkan pada tinjauan kasus, karena rencana tindakan pada tinjauan
kasus disesuaikan dengan keluhan dan keadaan pasien.
a) Untuk diagnosis pertama
Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan , rencana
keperawatan yang akan dilakukan kepada pasien yaitu periksa tanda dan
gejala hipovolemia, hitung kebutuhan cairan, berikan asupan cairan oral,
anjurkan memperbanyak asupan cairan oral, anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak, kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
( misalnya NaCI. RL), kolaborasi pemberian cairan koloid, kolaborasi
pemberian produk darah.

b) Untuk diagnosis kedua


Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan muntah dan
diare rencana keperawatan yang akan dilakukan kepada pasien yaitu
Identifikasi kemungkinan penyebab ketidakseimbangan elektrolit, monitor
kadar elektrolit serum, monitor mual, muntah dan diare, monitor
kehilangan cairan, jika perlu, monitor tanda dan gejala hiponatremia, atur
interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien, dokumentasi
hasil pemantauan , jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan,
informasikan hasil pemantauan.

c) Untuk diagnosis ketiga


Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/ bentuh
tubuh rencana keperawatan yang akan dilakukan kepada pasien yaitu
identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan,
identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan umur terkait citra tubuh,
identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi social,
monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri, monitor apakah
pasien bisa melihat bagian tubuh yang berubah, Diskusikan perubahan
tubuh dan fungsinya, diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap
harga diri, diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara
realistis, jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra
tubuh, anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh.

4. Implementasi

Pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun


pada tahap perencanaan ( intervensi ). Proses pelaksanaan implementasi harus
berpusat pada kebutuhan pasien. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi
kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan dan kegiatan
komunikasi. Setelah rencana tindakan ditetapkan, maka dilanjutkan dengan
melakukan rencana tersebut dalam bentuk nyata, sebelum diterapkan kepada
pasien dan keluarga pasien agar tindakan yang akan diberikan dapat disetujui
pasien dan keluarga pasien, sehingga seluruh rencana tindakan asuhan
keperawatan sesuai dengan masalah yang dihadapi pasien.

a) Untuk diagnosis pertama


Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan ,
implementasi yang akan dilakukan kepada pasien yaitu memeriksa tanda
dan gejala hipovolemia, menghitung kebutuhan cairan, memberikan
asupan cairan oral, menganjurkan memperbanyak asupan cairan oral,
menganjurkan menghindari perubahan posisi mendadak, mengkolaborasi
pemberian cairan IV isotonis ( misalnya NaCI. RL), mengkolaborasi
pemberian cairan koloid, mengkolaborasi pemberian produk darah.

b) Untuk diagnosis kedua


Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan muntah dan
diare implementasi yang akan dilakukan kepada pasien yaitu
mengidentifikasi kemungkinan penyebab ketidakseimbangan elektrolit,
memonitor kadar elektrolit serum, memonitor mual, muntah dan diare,
memonitor kehilangan cairan, memonitor tanda dan gejala hiponatremia,
mengatur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien,
mendokumentasi hasil pemantauan , menjelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan, menginformasikan hasil pemantauan.

c) Untuk diagnosis ketiga


Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/ bentuh
tubuh implementasi yang akan dilakukan kepada pasien yaitu
mengidentifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan,
mengidentifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan umur terkait citra
tubuh, mengidentifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi
social, memonitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri,
memonitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh yang berubah,
mendiskusikan perubahan tubuh dan fungsinya, mendiskusikan perbedaan
penampilan fisik terhadap harga diri, mendiskusikan cara
mengembangkan harapan citra tubuh secara realistis, menjelaskan kepada
keluarga tentang perawatan perubahan citra tubuh, menganjurkan
mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh.

5. Evaluasi

Dari 4 diagnosa keperawatan yang penulis tegakkan sesuai dengan apa yang
penulis temukan dalam melakukan asuhan keperawatan kurang lebih sudah
mencapai perkembangan yang lebih baik dan optimal. Maka dari itu, dalam
melakukan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang maksimal
memerlukan adanya kerjasama antara penulis dengan pasien, perawat, dokter,
dan tim kesehatan lainnya. Penulis mengevaluasi selama 3 hari berturut-turut
dari tanggal 24 Mei 2021 – 26 Mei 2019
a) Pada diagnosis Hipovolemia , setelah melakukan pengamatan selama 3
hari didapatkan evaluasi pasien pada hari ketiga yaitu klien mengatakan
badan masih terasa letih, sering haus dan badan lemah sudah agak
berkurang, mukosa klien masih terlihat sedikit kering, Turgor kulit klien
masih sedikit menurun, manajemen hipovolemia teratasi sebagian dan
intervensi dilanjutkan

b) Pada diagnosis Resiko ketidakseimbangan elektrolit, setelah melakukan


pengamatan selama 3 hari didapatkan evaluasi pasien pada hari ketiga
yaitu pasien mengatakan mual sudah berkurang, pasien mengatakan diare
sudah berkurang, pasien mengatakan nafsu makan sudah mulai ada, pasien
terlihat sudah lebih bertenaga dari yang sebelumnya, pemantauan
elektrolit teratasi sebagian, intervensi dilanjutkan

c) Pada diagnosis Gangguan citra tubuh , setelah melakukan pengamatan


selama 3 hari didapatkan evaluasi pasien pada hari ketiga yaitu klien
mengatakan merasa tidak nyaman dengan kondisi tubuhnya sedikit
berkurang, klien terlihat lebih nyaman, wajah dan tubuh klien masih
membengkak, promosi citra tubuh teratasi sebagian, intervensi dilanjutkan
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hiponatremia adalah suatu kondisi yang terjadi ketika kadar natrium
dalam darah adalah rendah abnormal. Natrium merupakan elektrolit yang
membantu mengatur jumlah air di dalam dan di sekitar sel-sel tubuh. Satu atau
lebih faktor, mulai dari kondisi medis yang mendasari untuk minum terlalu
banyak air selama olahraga dapat menyebabkan natrium dalam tubuh menjadi
encer.
Ketika kondisi tersebut terjadi, kadar cairan tubuh meningkat, dan sel-
sel dapat mulai membengkak. Pembengkakan ini dapat menyebabkan banyak
masalah kesehatan, dari ringan hingga parah. Pengobatan hiponatremia
ditujukan untuk menyelesaikan kondisi yang mendasarinya. Pengobatan
hiponatremia tergantung pada penyebabnya.

B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika laporan diatas masih terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki
makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang
membangun dari para pembaca.

Anda mungkin juga menyukai