Anda di halaman 1dari 71

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATA GADAR DAN KRITIS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN D DENGAN SYOK HIPOVOLEMIK


DI RUANG INTENSIF UNIT CARE RUMAH SAKIT
BETHESDA YOGYKARTA

DI SUSUN OLEH:

LUSI SAPTARINAWATI 2104023

OKRYADI PRANAJAYA M 2104026

ONGKI 2104027

PRORAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XIV


STIKES BETHESDA YAKKUM
YOGYAKARTA
2022
HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan Asuhan Keperawatan dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn D


Dengan Ssyok Hipovolemik Di Ruang Intensif Care Unit Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta” ini telah diperiksa dan disahkan/disetujui oleh pembimbing klinik
Rumah Sakit Bethesda dan pembimbing akademik STIKES Bethesda Yakkum
Yogyakarta.

Yogyakarta, April 2022

Perseptor Akademik:
Diah Pujiastuti, S.Kep., Ns., M.Kep ……………….

Perseptor Lahan Praktik:


Danarso, S.Kep. Ns ……………….

Perseptor Lahan Praktik:


Margaretha Rina A, S.Kep. Ns ……………….

1
PRAKATA

Puji syukur penyusun panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaan dan
kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan Pada
Tn D Dengan Syok Hipovolemik Di Ruang Intensif Care Unit Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta. Laporan ini disusun untuk memenuhi pendalaman pendokumentasian
asuhan keperawatan Anak. Dalam proses penyusunan laporan ini penyusun telah
dibantu dan didukung oleh berbagai pihak, untuk itu penyusun ucapkan terima kasih
kepada:
1. Ibu Vivi retno Intning, S.Kep., Ns., MAN, selaku ketua STIKES Bethesda
Yakkum Yogyakarta.
2. dr. Purwoadi Sujatno, Sp. PD., MPH, selaku direktur RS Bethesda Yogyakarta
3. Ibu Margaretha Rina A, S.Kep., Ns selaku Kepala ruang ICU sekaligus preceptor
lahan praktik
4. Bapak Danarso, S.Kep., Ns selaku preceptor lahan praktik.
5. Ibu Diah Pujiastuti, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Pembimbing Akademik.
6. Serta perawat yang ada di ruang ICU.
Penyusun menyadari masih banyak kekurangan, maka penyusun mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi meningkatkan kesempurnaan askep ini.
Semoga laporan kasus ini bermanfaat sebagaimana mestinya.

Yogyakarta, April 2022

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
HALAMAN PERSETUJUAN
PRAKATA
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan
C. Manfaat
BAB II LANDASAN TEORI
A. Konsep Medis
1. Definisi
2. Etiologi
3. Tanda dan gejala
4. Patoflodiagram
5. Pemeriksaan penunjang
6. Penatalaksanaan
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
2. Diagnosa keperawatan
3. Intervensi keperawatan
4. Evaluasi keperawatan
BAB III PENGELOLAAN KASUS
A. Pengkajian
B. Analisa Data
C. Diagnosa Keperawatan
D. Rencana Keperawatan
E. Catatan Perkembangan
BAB IV PEMBAHASAN

3
A. Pengkajian
B. Analisa Data
C. Diagnosa Keperawatan
D. Rencana Keperawatan
E. Catatan Perkembangan
BAB V PENTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu kasus kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan segera adalah
syok. Berdasarkan bermacam-macam sebab dan kesamaan mekanisme terjadinya,
syok dapat dikelompokkan menjadi empat macam yaitu syok hipovolemik, syok
distributif, syok obstruktif, dan syok kardiogenik (Hardisman, 2013). Syok
hipovolemik mengacu pada suatu kondisi di mana darah, plasma, atau kehilangan
cairan yang menyebabkan penurunan sirkulasi darah dan cardiac output. Hal ini
menyebabkan kegagalan multiorgan karena perfusi jaringan yang tidak adekuat
(Hammond and Zimmermann, 2017). Kehilangan cairan dalam jumlah yang
banyak dan dalam waktu yang singkat membuat jantung sulit memompa darah ke
seluruh tubuh sehingga tubuh nantinya dalam keadaan hipoksia ataupun iskemia
(Hobson and Chima, 2013).
Syok hipovolemik merupakan syok yang terjadi akibat berkurangnya volume
plasma di intravaskuler. Syok ini dapat terjadi akibat perdarahan hebat
(hemoragik), trauma yang menyebabkan perpindahan cairan (ekstravasasi) ke
ruang tubuh non fungsional, dan dehidrasi berat oleh berbagai sebab seperti luka
bakar dan diare berat (Hardisman, 2013). Menurut data dari World Health
Organization diare dengan jumlah korban 1,5 juta jiwa masih menempati urutan
ke 7 dari sepuluh penyebab kematian di dunia dan disusul kecelakaan lalu lintas
yang menempati urutan ke 9 dari sepuluh penyebab kematian didunia dengan
jumlah korban 1,3 juta orang (WHO, 2012). Berdasarkan data tahun 2017 angka
insidensi syok hipovolemik berdasarkan etiologi hemoragik dan nonhemoragik
mencapai angka 50.000 pasien per tahun, dengan 10 000 diantaranya mengalami
syok hipovolemik hemoragik (the Trauma Registry of the German Trauma
Society dalam Standl et al., 2018).
Manifestasi klinis pasien saat masuk rumah sakit dengan diagnose syok
hipovolemik meliputi takipnea, takikardia, hipotensi kulit dingin, pucat,

1
penurunan tingkat kesadaran dan oligouria (Ramdani, 2016). Kemungkinan besar
yang dapat mengancam nyawa pada syok hipovolemik berasal dari penurunan
volume darah intravascular, yang menyebabkan penurunan cardiac output dan
tidak adekuatnya perfusi jaringan. Kemudian jaringan yang anoxia mendorong
perubahan metabolisme dalam sel berubah dari aerob menjadi anaerob. Hal ini
menyebabkan akumulasi asam laktat yang menyebabkan asidosis metabolic
(Dewi dan Rahayu, 2010). Jika syok hipovolemik tidak ditangani dengan segera
dapat mengakibatkan hipoksia, penurunan kesadaran karena berkurangnya suplai
darah otak, kerusakan dan kematian jaringan yang irreversible dan berakhir
dengan kematian oleh karena berkurangnya volume sirkulasi dalam tubuh. Oleh
sebab itu syok hipovolemik harus segera mendapatkan penanganan yang cepat,
cermat, dan tepat untuk dapat mencegah kematian (Hidayatulloh et al., 2016).
Penatalaksanaan syok hipovolemik tidak terlepas dari penerapan algoritma ABC,
dimana perawat gawat darurat berperan untuk menangani gangguan Airway,
Breathing dan Circulation segera (Ainun Najib Hidayatulloh et al., 2016). Tujuan
penanganan tahap awal pada pasien syok adalah untuk mengembalikan perfusi
dan oksigenasi jaringan dengan memulihkan volume sirkulasi intravaskuler
(Leksana, 2015). Penatalaksanaan syok hipovolemik meliputi mengembalikan
tanda-tanda vital dan hemodinamik kepada kondisi dalam batas normal.
Selanjutnya kondisi tersebut dipertahankan dan dijaga agar tetap pada kondisi
stabil. Penatalaksanaan syok hipovolemik tersebut yang utama terapi cairan tubuh
atau darah yang hilang (Hardisman, 2013).
Dengan uraian di atas kelompok tertarik untuk menyusun asuhan keperawatan
pada Tn. D dengan syok hipovolemik di ruang ICU rumah sakit Bethesda
Yogyakarta.

2
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Memperoleh pengalaman nyata dalam menerapkan Asuhan Keperawatan
pasien dengan syok hipovolemik secara komprehensif melalui pendekatan
proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Meningkatkan kemampuan asuhan keperawatan dengan menggunakan proses
keperawatan, meliputi:
a. Pengkajian keperawatan pada klien dengan syok hipovolemik.
b. Diagnosis keperawatan pada klien dengan syok hipovolemik.
c. Perencanaan keperawatan pada klien dengan syok hipovolemik.
d. Implementasi keperawatan pada klien dengan syok hipovolemik.
e. Evaluasi keperawatan pada klien dengan syok hipovolemik
.
C. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
a. Menambah ilmu pengetahuan dan sebagai sumber informasi mengenai
penanganan pasien syok hipovolemik dengan tepat.
b. Menambah ilmu pengetahuan tentang pemberian asuhan keperawatan
dengan tepat pada pasien syok hipovolemik.
2. Bagi pendidikan
Menambah ilmu pengetahuan dan sebagai sumber informasi untuk pemberian
asuhan keperawatan secara holistik pada pasien dengan syok hipovolemik saat
di rumah sakit.

BAB II

3
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Medis
1. Definisi
Syok hipovolemik mengacu pada suatu kondisi di mana darah, plasma, atau
kehilangan cairan yang menyebabkan penurunan sirkulasi darah dan cardiac
output. Hal ini menyebabkan kegagalan multiorgan karena perfusi jaringan
yang tidak adekuat (Hammond and Zimmermann, 2017).
Syok hipovolemik terjadi karena volume intravaskuler berkurang akibat
perdarahan, kehilangan cairan akibat diare, luka bakar, muntah, dan third
space loss, sehingga menyebabkan pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel
tidak adekuat (Leksana, 2015).
2. Etiologi
Menurut Standl et al. (2018) penyebab dari syok hipovolemi dibagi dalam 4
bagian, yaitu:
a. Syok hemoragik, dikarenakan adanya perdarahan akut tanpa terjadi
cedera pada jaringan lunak.
b. Syok hemoragik traumatik, dikarenakan adanya perdarahan akut yang
disertai cedera pada jaringan lunak ditambah dengan adanya pelepasan
aktivasi sistem imun.
c. Syok hipovolemik karena kurangnya sirkulasi plasma darah secara kritis
tanpa adanya perdarahan.
d. Syok hipovolemik traumatik, karena kurangnya sirkulasi plasma darah
secara kritis tanpa adanya perdarahan, terjadi cedera pada jaringan lunak
serta adanya pelepasan aktivasi sistem imun.
3. Tanda gejala
Gambaran klinis pada syok hipovolemik meliputi sebagai berikut (Ramdani,
2016):
a. Takipnea, menyebabkan alkalosis respiratorik, kompensasi untuk
asidosis metabolik ; pernapasan tanpa bantuan

4
b. Takikardia, denyut perifer rendah atau tidak ada, tekanan nadi sempit,
pengisian ulang kapiler lambat, hipotensi
c. Kulit dingin, pucat, kehitam-hitaman, sianotik, terdapat bercak,
diaforetik terutama pada ekstemitas
d. Perubahan pada tingkat kesadaran (biasanya somnolen sampai sopor)
e. Oligouria
Tabel 1
Temuan klinis bedasarkan fase syok
(Nurarif dan kusuma, 2015)

Temuan Klinis Fase Fase progresif Fase ireversible


kompesator

Frekeunsi jantung >100 x/menit >150 x/menit Eratik atau sistol

Tekanan darah Normal TDS <80-90 Membutuhkan


mmHg dukungan
mekanik atau
farmakologis

Stasus respiratorik >20 Cepat, pernapasan Membutuhkan


dangkal, krekle intubasi

kulit Dingin, kusam Bercal, petekle Ikterik

Haluaran urine Menurun <20 ml/jam Anuria,


membutuhkan
dialysis

Fungsi mental Kelam piker Letargi Tidak sadar

Keseimbangan asam Resiratori Matabolik asidosis Asidosis hebat


basa alkalosis

5
Menurut Hardisman (2013), tanda dan gejala syok hipovolemik ditentukan
berdasarkaan stadiumnya yaitu:
a. Stadium-I adalah syok hipovolemik yang terjadi pada kehilangan darah
hingga maksimal 15% dari total volume darah. Pada stadium ini tubuh
mengkompensai dengan dengan vasokontriksi perifer sehingga terjadi
penurunan refiling kapiler. Pada saat ini pasien juga menjadi sedikit
cemas atau gelisah, namun tekanan darah dan tekanan nadi rata-rata,
frekuensi nadi dan nafas masih dalam kedaan normal.
b. Stadium-II adalah jika terjadi perdarahan sekitar 15-30%. Pada stadium
ini vasokontriksi arteri tidak lagi mampu menkompensasi fungsi
kardiosirkulasi, sehingga terjadi takikardi, penurunan tekanan darah
terutama sistolik dan tekanan nadi, refiling kapiler yang melambat,
peningkatan frekuensi nafas dan pasien menjadi lebih cemas.
c. Stadium-III bila terjadi perdarahan sebanyak 30-40%. Gejala-gejala yang
muncul pada stadium-II menjadi semakin berat. Frekuensi nadi terus
meningkat hingga diatas 120 kali permenit, peningkatan frekuensi nafas
hingga diatas 30 kali permenit, tekanan nadi dan tekanan darah sistolik
sangat menurun, refiling kapiler yang sangat lambat.
d. Stadium-IV adalah syok hipovolemik pada kehilangan darah lebih dari
40%. Pada saat ini takikardi lebih dari 140 kali permenit dengan
pengisian lemah sampai tidak teraba, dengan gejala-gejala klinis pada
stadium-III terus memburuk. Kehilangan volume sirkulasi lebih dari 40%
menyebabkan terjadinya hipotensi berat, tekanan nadi semakin kecil dan
disertai dengan penurunan kesadaran atau letargik.

6
4. Patoflodiagram

7
8
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dapat membantu menegakan diagnosis syok menurut
Kowalak, 2011 yaitu:
a. Nilai hematokrit dapat menurun pada perdarahan atau meninggi pada
jenis syok lain yang disebabkan hypovolemia.
b. Pemeriksaan koagulasi dapat mendeteksi koagulopati akibat DIC
(Diseminata Intravascular Coagulation).
c. Pemeriksaan laboratorium dapat mengungkapkan kenaikan jumlah sel
darah putih dan laju endap darah yang disebabkan cedera dan inflamasi,
kenaikan kadar ureum dan kreatinin akibat penurunan perfusi renal,
peningkatan serum laktat yang terjadi sekunder karena metabolism
anaerob, kenaikan kadar glukosa serum pada stadium dini syok karena
hati melepas cadangan glikogen sebagai respon terhadap stimulasi saraf
simpatik.
d. Analisis gas darah arteri dapat mengungkapkan alkalosis respiratorik
pada syok dalam stadium dini yang berkaitan dengan takipnea, asidosis
respiratorik pada stadium selanjutnya yang berkaitan dengan depresi
pernapasan, dan asidosis metabolik pada stadium selanjutnya yang
terjadi sekunder karena metabolism anaerob.

Menurut Nurarif dan Kusum (2015) pemeriksaan penunjang yang dilakukan


pada pasien dengan syok hipovolemik adalah sebagai berikut:
a. Kultur darah
b. Kimia Serum seperti elektrolit, BUN dan kreatinin
c. AGD (Analisa Gas Darah) dan Oksimetri nadi
d. Pemeriksaan curah jantung
e. Laktat Serum
f. Urinalisis dengan berat jenis, osmoralitas, dan elektrolit urin
g. EKG
h. Tes fungsi ginjal dan hati

9
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan syok hipovolemik meliputi mengembalikan tanda tanda
vital dan hemodinamik kepada kondisi dalam batas normal. Selanjutnya
kondisi tersebut dipertahankan dan dijaga agar tetap pada kondisi satabil.
Penatalaksanaan syok hipovolemik tersebut yang utama terapi cairan sebagai
pengganti cairan tubuh atau darah yang hilang (Kolecki and Menckhoff,
2016). Standl et al. (2018) menyatakan bahwa penanganan syok hipovolemik
terdiri dari resusitasi cairan menggunakan cairan kristaloid dengan akses
vena perifer, dan pada pasien karena perdarahan, segera kontrol perdarahan
(tranfusi). Dalam mencegah terjadinya hipoksia, disarankan untuk dilakukan
intubasi dengan normal ventilasi. Menurut Kolecki & Menckhoff (2016)
Cairan resusitasi yang digunakan adalah cairan isotonik NaCl 0,9% atau
ringer laktat. Pemberian awal adalah dengan tetesan cepat sekitar 20
ml/KgBB pada anak atau sekitar 1-2 liter pada orang dewasa. Pemberian
cairan terus dilanjutkan bersamaa n dengan pemantauan tanda vital dan
hemodinamiknya. Jika terdapat perbaikan hemodinamik, maka pemberian
kristaloid terus dilanjutkan. Pemberian cairan kristaloid sekitar 5 kali lipat
perkiraan volume darah yang hilang dalam waktu satu jam, karena distribusi
cairan kristaloid lebih cepat berpindah dari intravaskuler ke ruang intersisial.
Jika tidak terjadi perbaikan hemodinamik maka pilihannya adalah dengan
pemberian koloid, dan dipersiapkan pemberian darah segera.
7. Penatalaksaan keperawatan
Monitoring pada pasien syok yang dapat dilakukan yaitu (Simmons and
Ventetuolo, 2017):
a. Monitor tekanan darah
Pada pasien dengan syok hemoragik, tekanan darah sistol dipertahankan
>70 mmHg dengan MAP >65 mmHg.
b. Mengukur CVP (Central Venous Pressure)

10
c. Nilai CVP normal yaitu 5-7 mmHg pada orang dewasa dengan bernapas
secara spontan. Nilai CVP <5 mmHg menandakan pasien mengalaami
syok hipovolemik
d. Passsive leg raising (PLR)
PLR merupakan pengaturan posisi dengan meninggalkan kaki 45 derajat
dengan kepala dan badan sejajar. PLR berfungsi untuk meningkatkan
aliran balik vena dari ekstremitas kembali ke jantung.

B. Konsep Asuhan keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan
mengadakan kegiatan mengumpulkan data-data atau mendapatkan data yang
akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada
(Hidayat, 2021). Adapun yang perlu dikaji sebagai berikut:
a. Keluhan utama
Keluhan utama ialah keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien
berobat atau gejala awal yang dialami pasien saat pengkajian (Hidayat,
2021). Gejala yang biasanya timbul pada pasien dengan hipovolemia
ialah nadi meningkat dan teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan
nadi menyempit, turgor kulit menurun, membrane mukosa kering,
volume urin menurun dan hematocrit meningkat (PPNI, 2016). Menurut
Ramdani (2016) gejala yang bisa dialami oleh pasien dengan syok
hipovolemik ialah takipnea, takikardia, denyut perifer lemah atau tidak
ada, tekanan nadi sempit, pengisian ulang kapiler lambat, hipotensi, kulit
dingin, pucat, sianotik, perubahan pada tingkat kesadaran (biasanya
somnolen sampai sopor) dan oligouria.
b. Pengkajian primer
Dalam melakukan asuhan keperawatan pada kasus kegawatdaruratan
selalu diawali dengan melakukan pengkajian. Pengkajian
kegawatdaruratan pada umumnya menggunakan pendekatan A-B-C

11
(Airway= JALAN NAFAS, Breathing=PERNAFASAN dan Circulation
= SIRKULASI). Perlu diingat sebelum melakukan pengkajian harus
memperhatikan proteksi diri (keamanan dan keselamatan diri) dan
keadaan lingkungan sekitar (Hamarno, 2016).
1) Airway
Pengkajian jalan nafas bertujuan menilai apakah jalan nafas paten
(longgar) atau mengalami obstruksi total atau partial sambil
mempertahankan tulang servikal. Pada kasus non trauma dan pasien
tidak sadar posisi kepala headtilt dan chin lift (hiperekstensi)
sedangkan pada kasus trauma kepala sampai dada harus terkontrol
atau mempertahankan tulang servikal posisi kepala (Hamarno, 2016).
2) Breathing
Pengkajian breathing (pernafasan) dilakukan setelah penilaian jalan
nafas. Pengkajian pernafasan dilakukan dengan cara inspeksi,
palpasi. Bila diperlukan auskultasi dan perkusi. Inspeksi dada pasien:
Jumlah, ritme dan tipe pernafasan; Kesimetrisan pengembangan
dada; Jejas/kerusakan kulit; Retraksi intercostalis. Palpasi dada
pasien, adakah nyeri tekan, adakah penurunan ekspansi paru.
Bagaimanakah bunyi nafas (normal atau vesikuler menurun), adakah
suara nafas tambahan seperti ronchi, wheezing, pleural friksionrub.
Perkusi, dilakukan di daerah thorak beberapa hasil yang akan
diperoleh adalah sebagai berikut: Sonor (normal); Hipersonor atau
timpani bila ada udara di thorak; Pekak atau dullnes bila ada
konsolidasi atau cairan (Hamarno, 2016).
3) Circulation
Pengkajian sirkulasi bertujuan untuk mengetahui dan menilai
kemampuan jantung dan pembuluh darah dalam memompa darah
keseluruh tubuh. Pengkajian sirkulasi meliputi: tekanan darah;
jumlah nadi; keadaan akral: dingin atau hangat; sianosis; bendungan
vena jugularis (Hamarno, 2016). Periksa denyut nadi, kualitas dan

12
karakternya, periksa adanya gangguan irama jantung atau
abnormalitas jantung dengan atau tanpa EKG, periksa pengisian
kapiler, warna kulit dan suhu tubuh serta adanya diaphoresis
(Ningsih, 2015). Pada pasien dengan diagnosa keperawatan
hipovolemia biasanya mengalami beberapa gejala seperti nadi
meningkat dan teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit menurun, membrane mukosa kering, volume
urin menurun dan hematocrit meningkat (PPNI, 2016).
4) Disablitiy
Mengkaji status umum dan neurologis pasien dengan menilai tingkat
kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil. Gejala-gejala syok seperti
kelemahan, penglihatan kabur, dan kebingungan. Nyeri dada, perut,
atau punggung mungkin menunjukkan gangguan pada pembuluh
darah. Pasien dengan kehilangan cairan berat dapat mengalami
penurunan kesadaran (Hamarno, 2016). Menurut Ramdani (2016)
gejala yang bisa dialami oleh pasien dengan syok hipovolemik ialah
perubahan pada tingkat kesadaran (biasanya somnolen sampai sopor)
dan oliguria.
5) Exposure
Pada pengkajian ini yang dilakukan yaitu menentukan apakah pasien
mengalami cidera tertentu (Hamarno, 2016).
c. Pengkajian sekunder
Menurut Horne and Swearingen (2010) beberapa pengkajian sekunder
yang perlu diperhatikan khususnya pada pasien dengan syok
hipovolemik adalah sebagai berikut:
1) Penampilan umum (GCS) 2)
2) Riwayat Penyakit/Pengkajian SAMPLE (sign and Symptom,
Allergies, Medications, Past Illnes, Last Meal, Event leading to
injury illness)
3) Pengkajian Nyeri (PQRST)

13
4) Pengkajian Fisik
Pada pengkajian ini dapat dilakukan inspeksi dan didapatkan hasil
takipnea dan hiperventilasi, pada pemeriksaan secara palpasi
didapatkan hasil kulit dingin, berkeringat dan saat di auskultasi
didapatkan takikardi dan nadi lemah halus. Selain itu secara umum
hasil pengkajian akan di dapati penurunan tekanan darah,
peningkatan frekuensi jantung, turgor kulit menjadi buruk, lidah
kering dan kasar, mata cekung, vena leher kempes, peningkatan suhu,
dan penurunan berat badan akut. Pasien syok hipovolemik akan
tampak pucat, hipotensi terlentang dan oliguria.
5) Pengkajian perubahan pada hipovolemia
Hipovolemia ringan biasanya dengan perubahan seperti anoreksia,
keletihan dan kelemahan. Hipovolemia sedang biasanya dengan
perubahan seperti hipotensi ortostatik, takikardi, penurunan CVP dan
penurunan haluaran urine. Hipovolemia berat biasanya dengan
perubahan seperti hipotensi berbaring, nadi cepat dan lemah, oliguria,
kacau mental, stupor dan koma.
6) Pengukuran hemodinamik
Penurunan CVP, penurunan tekanan arteri pulmoner (TAP),
penurunan curah jantung, penurunan tekanan arteri rerata,
peningkatan tahanan vaskuler sistemik
7) Riwayat dan faktor-faktor risiko
a) Kehilangan GI abnormal : muntah, diare, drainase intestinal
b) Kehilangan kulit abnormal : diaforesis berlebihan terhadap
demam atau latihan, luka bakar, fibrosis sistik
c) Kehilangan ginjal abnormal : terapi diuretik, diabetes insipidus,
dirusis oemotik, insufisiensi adrenal (misal diabetes melitus tak
terkontrol)
d) Spasium ke tiga atau perpindahan cairan plasma ke intersisial :
peritonitis, obstruksi usus, luka bakar, asites.

14
e) Hemoragi
f) Perubahan masukan : koma, kekurangan cairan
8) Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialami baik
yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan
untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas
terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (PPNI, 2016). Diagnosis
keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga,
atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang aktual atau potensial (Hidayat, 2021). Adapun diagnosis
keperawatan yang muncul pada pasien dengan syok hipovolemik adalah
hipovolemia yang dapat disebabkan oleh kehilangan cairan aktif, kegagalan
mekanisme regulasi, peningkatan permeabilitas kapiler, kekurangan intake
cairan dan evaporasi (PPNI, 2016)

15
3. Rencana keperawatan
Menurut Persatuan Perawat Nasional Indonesia (2016) intervensi
keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran
(outcome) yang diharapkan. Adapun intervensi keperawatan yang diberikan
sesuai dengan diagnosa yang diprioritaskan ialah sebagai berikut:
Tabel 2
Rencana keperawatan pada pasien hipovolemia dengan syok hopivolemik

Standar diagnosis Standar luaran keperawatan Standar intervensi keperawatan


keperawatan Indonesia Indonesia Indonesia

Hipovolemia Definisi: Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipovolemia Observasi:


Penurunan volume cairan keperawatan selama …...x…... 1. Periksan tanda dan gejala
instravaskular, interstisial, menit diharapkan Status Cairan hipovolemias (mis. Nadi
dan/atau intraselular. Membaik dengan kriteria hasil: meningkat, nadi teraba lemah,
Penyebab: tekanan darah menurun, tekanan
1. Kekuatan nadi meningkat
● Kehilangan cairan aktif nadi menyempit, turgor kulit
2. Turgor kulit meningkat
● Kegagalan mekanisme menurun, membrane mukosa
3. Output urine meningkat
regulasi kering, urine menurun,
4. Pengisian vena meningkat
● Peningkatan hematokrit meningkat, haus,
5. Frekuensi nadi membaik
permeabilitas kapiler lemah)
6. Tekanan darah membaik
● Kekurangan intake 2. Monitor intake dan output cairan
7. Tekanan nadi membaik
cairan Terapeutik
8. Membran mukosa membaik
● Evaporasi 1. Hitung kebutuhan cairan Berikan
9. Jugular Venous Pressure
posisi modified Trendelenburg
Gejala dan tanda mayor (JVP) membaik
2. Berikan asuhan cairan oral
Subjektif: - 10. Kadar Hb membaik
Edukasi
11. Kadar Ht membaik
Objektif: 1. Anjurkan memperbanyak asupan

● Frekuensi nadi cairan oral


meningkat 2. Anjurkan menghindari perubahan

16
● Nadi teraba lemah posisi mendadak
● Tekanan darah
menurun Kolaborasi
● Tekanan nadi
menyempit
1. Kolaborasi pemberian cairan IV
● Turgor kulit menurun
● Membrane mukosa isotonis (mis. NaCl, RL)
kering
2. Kolaborasi pemberian cairan IV
● Volume urine menurun
● Hematokrit meningkat hipotonis (mis. Glukosa 2,5%,

Gejala dan tanda minor NaCl 0,4%)


3. Kolaborasi pemberian cairan
Subjektif: -
koloid (mis. Albumin,
● Merasa lemah
Plasmanate)
● Mengeluh haus
4. Kolaborasi pemberian produk
Objektif:
darah.
● Pengisian vena Manajemen Syok Hipovolemik
menurun
● Status mental berubah Observasi:
● Suhu tubuh meningkat 1. Monitor status kardiopulmonal
● Konsentrasi urine
meningkat (frekuensi dan kekuatan nadi,
● Berat badan turun tiba- frekuensi napas, TD, MAP)
tiba
2. Monitor status oksigenasi
Kondisi klinis terkait:
3. Monitor status cairan (masukan
● Penyakit Addison dan haluaran, turgor kulit, CRT)
● Trauma atau
perdarahan 4. Periksa tingkat kesadaran dan
● Luka bakar respon pupil
● AIDS
● Penyakit Crohn 5. Periksa seluruh permukaan tubuh
● Muntah terhadap adanya DOTS
● Diare
● Colitis ulseratif ( deformity/deformitas, open
● Hipoalbuminemia wound/luka terbuka,
tendemess/nyeri tekan,
swelling/bengkak).
Terapeutik

17
1. Pertahankan jalan napas paten
2. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >94%
3. Persiapkan intubasi dan ventilasi
mekanis, jika perlu
4. Berikan posisi syok (modified
Trendelenburg)
5. Pasang jalur IV berukuran besar
(mis. nomor 14 atau 16)
6. Pasang kateter urine untuk
menilai produksi urine
7. Pasang selang nasogastric untuk
dekompresi lambung
8. Ambil sampel darah untuk
pemeriksaan darah lengkap dan
elektrolit
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian infus
cairan kristaloid 1- 2 L pada
dewasa
2. Kolaborasi pemberian infus
cairan kristaloid 20 mL/kgBB
pada anak Kolaborasi pemberian
transfuse darah, jika perlu.

4. Tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang
dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi

18
keperawatan (PPNI, 2018a). Implementasi keperawatan adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah
status kesehatan yang dihadapi kestatuskesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Hidayat, 2021).

5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau tidak. Menurut Hidayat (2021) evaluasi keperawatan dibagi
menjadi sebagai berikut:
a. Evaluasi Formatif: Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon
segera pada saat dan setelah dilakukan tindakan keperawatan.
b. Evaluasi Sumatif: Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan
analisa status kesehatan sesuai waktu pada tujuan ditulis pada catatan
perkembangan.
Status cairan didefinisikan sebagai kondisi volume cairan intravaskular,
interstisiel dan intraseluler yang menjadi luaran atau outcome dari diagnosa
keperawatan hipovolemia. Ekspektasi yang diharapkan yaitu status cairan
membaik dengan kriteria hasil kekuatan nadi meningkat, turgor kulit
meningkat, output urine meningkat, pengisian vena meningkat, frekuensi
nadi membaik, tekanan darah membaik, tekanan nadi membaik, membran
mukosa membaik, Jugular Venous Pressure (JVP) membaik, kadar Hb
membaik dan kadar Ht membaik (PPNI, 2018).

19
BAB III
TINJAUAN KASUS

I. IDENTITAS
A. PASIEN
Nama : Bp. D
Umur : 54 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Boyolali, Jawa Tengah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pedagang bakso dan mie ayam
Status Perkawinan : Kawin
Tgl Masuk RS : 02 April 2022
Tgl Pengkajian : 04 April 2022
Waktu : 21.30 WIB
Sumber Informasi : Rekam Medik dan Keluarga

B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Nn. P
Umur : 20 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Boyolali, Jawa Tengah
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa

20
II. RIWAYAT KESEHATAN
A. Keluhan Utama
Tidak terkaji karena kesadaran pasien Soporos, GCS: E2, V2, M5 dan
terpasang VM
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Dua hari SMRS pasien BAB darah, kemudian oleh keluarga pasien dibawa
ke IGD RS Bethesda pada tanggal 02 April 2022 jam 11.34 WIB. Di IGD
pasien diperiksa oleh dr. P didapatkan data respirasi 22x/mnt, SpO 2 96%, T:
111/81 mmHg, HR: 98x/mnt, S: 36,6 0C, kesadaran Compos Mentis, GCS:
E4, V5, M6. Pasien mendapatkan terapi infus RL 20tpm, Injeksi Asam
Traneksamat 3x500mg (IV), Sucralfat yrup 3x10ml (PO). Pasien dilakukan
pemeriksaan EKG, Ro” Thorax, pemeriksaan laboratorium PDL, Antigen,
Kalium, Natrium, Ureum, dan Creatin. Pasien dilaporkan ke dr. L, Sp. PD
mendapat terapi onfus Nacl 0,9% lini, Injeksi Esomeperazole 40mg/12 jam
(IV), Injeksi Ceftriaxone 1 gr 2x1fl (IV), dan USG Abdomen, dan pasien
bisa dirawat di ruang biasa. Pasien diantar ke Ruang Catleya jam 16.00
WIB di Catleya pasien diterima oleh Zr. D dilakukan pengkajian pasien
masih BAB darah, kesadaran CM, T: 130/70 mmHg, HR: 110x/mnt, S:
36,20C. Tanggal 03 April 2022 kesadaran pasien apatis dan masih melena,
dilakukan pemasangan NGT no 16 dan D. Catheter no 16. Tangggal 04
April 2022 dilakukan pemeriksaan laboratorium Hb: 8,1 g/dl, Hct 22%
kemudian dari dr L, Sp. PD mendapatkan program tranfusi PRC 1 Kolf.
Hasil laborat post tranfusi Hb: 8,4 g/dl dari dr. L, Sp. PD tidak perlu
tranfusi lagi. Tanggal 05 April 2022 jam 14.00 WIB kondisi pasien
menurun, respirasi 22x/mnt, SpO2 97%, T:80/60 mmHg, HR:140x/mnt
kesadaran Apatis dan masih melena. Dr. L, Sp.PD visite memberikan terapi
loading Nacl 0,9% 250 cc jika tensi naik loading Nacl 0,9% 250 cc lagi, jika
tidak naik masukkan Koloid atau darah, injeksi Esomeperazole 20 mg 2 fl

21
dalam Nacl 0,9% 100cc dengan infus pump 60cc/jam habis dalam 30 menit
dilanjutkan injeksi Esomeperazole 20 mg 2 fl dalam Nacl 0,9% 100 ml
dengan infus pump 10 cc/jam selama 72 jam, traanfusi PRC 3 Kolf, EKG,
dan bila perlu pindah ICU. Jam 15.15 WIB pasien gelisah, T: 50 mmhg
palpasi, HR: 121x/mnt, SpO2 95% dengan O2 NRM 10 lpm, oleh Zr. D
dilaporkan ke dr. L, Sp.PD advis, EKG, dan pasang infus 2 jalur, cairan
Koloid sudah diberikan kemudian pindah ke ICU. Jam 16.25 WIB pasien
masuk ICU diterima oleh Zr. E, kondisi pasien lemah respirasi 30x/mnt,
SpO2 95%, T: 70/50 mmHg, HR: 166x/mnt, S: 36,6 0C, kesadaran apatis,
GCS: E4, V3, M5, masuk ICU prioritas 1. Jam 18.03 Zr. E lapor dr. D, Sp.
An memberikan advis pasang Dobutamin 250 mg dalam Nacl 0,9% 50 cc
dengan syring pump kecepatan 7,2cc/jam, Vascon 4 mg dalam Nacl 0,9%
50 cc dengan syring pump kecepatan 10cc/jam, loading Nacl 0,9% 500cc
lagi, periksa Elektrolit, GDS, Ureum, Creatin, Albumin, dan Globulin. Hasil
laboratorium Albumin 1,8 g/dl, Globulin 1,6 g/dl, Ureum: 181 mg/dl,
Creatin: 2,89 mg/dl, Narium: 133,3 mmol/L, Kalium: 3,84 mmol/L,
Clorida: 110,1 mmol/L, Calcium: 12,3 mg/dl kemmudian dilaporkan ke dr.
D, Sp. An memberikan advis tranfusi Albumin 25% 100 ml selama 2 hari
pre injeksi Furosemid 20 mg ½ ampul. Kemudian kondisi pasien dilaporkan
ke dr. L, Sp. PD advis loading Nacl 0,9% 200cc masuk dalam 4 jam
kemudian ulang Calsium, monitor ueine output dan konsul Kardiologi. Jam
21.30 WIB dilakukan pengkajian, kondisi pasien respirasi 30x/mnt dengan
O2 NRM 10 lmpm, SpO2 100%, T: 60/40mmHg, HR: 170x/mnt, S: 37 0C,
Pupil isochor diameter 2mm RC+/+, kesadaran Apatis, GCS: E2, V2, M5,
terpasang NGT no 16 tidak keluar cairan, tidak ada residu, membrane
mukosa mulut kering, BAB hitam satu pampers penuh, terpasang D. Cath
no 16 belum keluar urine dari jam 19.00 WIB, kekuatan otot ekstermitas
atas 5/5, kekuatan otot ekstermitas bawah 5/5, terpasang restrain non
farmakologis tali tangan, akral dingin pada ekstermitas atas dan anemis.
Terpasang tranfusi PRC darah pertama, injeksi Esomeperazole 40 mg 2 fl

22
dalam Nacl 0,9% 100 ml dengan infus pump 10 cc/jam, Dobutamin 250 mg
dalam Nacl 0,9% 50 cc dengan syring pump kecepatan 7,2cc/jam, Vascon
4mg dalam Nacl 0,9% 50 cc dengan syring pump kecepatan 10cc/jam.
Teraba benjolan keras dengan diameter 5 cm di gluteal kanan

C. Riwayat Penyakit Dahulu


Nn. P anak pasien mengatakan 2 bulan SMRS, pasien mengeluh ada
benjolan keras di panggul kanan kira-kira diameter 5 cm, dan terasa sangat
nyeri, kemudian pasien diperiksakan ke RS Queen Latifa didiagnosa
Sarcoma Gluteal kemudian dirujuk ke RS Bethesda periksa dengan dr. K,
Sp. Onk dirujuk ke RS Sardjito dengan diagnosis medis Sarcoma Gluteal
Dextra untuk penanganan lebih lanjut. Satu bulan SMRS pasien melakukan
pengobatan di RS Sardjito mendapatkan obat MSCT tablet yang diminum
jika nyeri. Dua minggu SMRS, Nn. P mengatakan pasien terlihat lebih
kurus, tidak nafsu makan, tidak ada muntah. Dua hari SMRS pasien
mengeluh BAB hitam, tidak muntah. Pasien belum pernah sakit
sebelumnya, belum pernah ada riwayat rawat inap. Nn. P mengatakan
sambil menangis minta tolong diupayakan usaha yang maksimal untuk
ayahnya karena masih mempunyai adik yang masih kecil. Nn.P mengatakan
dari keluarga pasien tidak ada yang mempunyai riwayat sakit kanker/tumor,
hipertensi, DM, dan jantung.

D. Diagnosis Medik
Tanggal 02 April 2022 : Melena, Tumor Panggul (IGD)
Tanggal 02 April 2022: Melena, Sepsis, AKI dd CKD
Tanggal 03 April 2022: Melena, AKI dd CKD, Cholelithiaisis,
Cholecystisis, Susp Sarcoma Gluteal
Tanggal 04 April 2022: Melena, AKI dd CKD, Cholelithiaisis,
Cholecystisis, Susp Sarcoma Gluteal

23
Tanggal 05 April 2022: Impending Gagal Nafas, Melena, Syock
Hypovolemik, AKI dd CKD, Cholelithiaisis, Cholecystisis, Susp Sarcoma
Gluteal, Dextra
Tanggal 05 April 2022: Gagal Nafas, Melena, Syock Hypovolemik, AKI dd
CKD, Cholelithiaisis, Cholecystisis, Susp Sarcoma Gluteal, Dextra

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi
a. Ro” Thorax
b. USG Abdomen
2. EKG
3. Laboratorium

F. Tindakan Yang Telah Dilakukan


1. Tanggal 02 April 2022
Pemasangan infus Nacl 0,9% 20 tpm
2. Tanggal 03 April 2022
Pemasangan NGT no 16 dan D. Catheter no 16
3. Tanggal 04 April 2022
Tranfusi PRC 1 Kolf
4. Tanggal 05 April 2022
a. Tranfusi PRC III Kolf
b. Jam 23.30 WIB Intubasi dengan Endotracheal Tube (ET) no 7,5
c. Jam 24.00 WIB pemasangan ventilator dengan mode ASV 100%
PEEP 5 FiO2 50%

24
III. OBSERVASI DAN PENGKAJIAN FISIK (BODY SISTEM)
A. Breath
1. Respirasi 30x/mnt menggunakan O2 NRM 10 lpm
2. Pola nafas tachypnoe
3. Suara nafas tracheal di manubrium, suara nafas bronchial di
percabangan paru kanan dan kiri, suara nafas paru vesikuler di lapang
paru
4. Suara nafas tambahan : Tidak ada suara nafas tambahan
5. Kesimetrisan dada : Ekspansi paru kanan & kiri sama
6. Kelainan bentuk dada : Tidak ada kelainan bentuk dada
7. Penggunaan artifisial airway: Pasien menggunakan otot bantu
pernafasan (otot diafragma)
8. Terapi Oksigen : 10 lpm
9. Saturasi Oksigen : 100% di telunjuk tangan kanan

B. Blood
1. Tekanan darah : 60/40 mmHg di lengan kiri, berbaring
2. MAP : 47 mmHg
3. Nadi : 170x/mnt
4. Pulsasi nadi : Lemah, reguler
5. Irama : Sinus Ventrikel Tachicardi Rhitme
6. Bunyi Jantung : BJ II Katub Aorta tunggal
: BJ II Katub Pulmonal tunggal
: BJ I Katup Mitral tunggal
: BJ I Katup Tricuspid tunggal
C. Brain
1. Kesadaran : Soporos
2. GCS : E2, V2, M: 5
E: 4 ( Membuka mata dengan rangsang nyeri kuat)
V: 3 (Bicara tidak ada artinya)

25
M: 5 (Mampu menunjuk tempat nyeri)
3. FOUR Score : Soporos (12)
E: 1 (Mata tertutup namun dapat terbuka dengan rangsang nyeri)
M: 3 (Tangan mampu menyentuh sumber nyeri/melokalisasi nyeri)
Refelek Batang Otak: 4 (terdapat reflek pupil)
Respirasi: 4 (Pola nafas regular, tidak terintubasi)
4. Pupil : Isokor, diameter 3 mm, RC +/+
: Konjungtiva anemis
5. Reflek Fisiologis : Bisep (+)
: Trisep (+)
: Patella (+)
: Achiles (+)
6. Reflek Pathologis : Babinski (-)
7. Kekuatan Otot : Kekuatan otot tangan kanan/kiri 5/5
: Kakuatan otot kaki kanan/kiri 5/5

D. Bladder
1. Urine output : Belum keluar urine dari jam 20.00 WIB
2. Warna :-
3. Catheter : Terpasang D. Cath no 14 tgl 03 April 2022
4. Tidak ada distensi di vesica urinaria, tidak ada nyeri tekan di vesica
urinaria

E. Bowel
1. Peristaltic 12x/mnt, lemah
2. Vascular sound (bruit) : Tidak ada
3. Distensi abdomen : (-)
4. Asites : (-)
5. Muntah : (-)
6. Tidak ada hepatomegaly, spelomegali, & pembesaran ginjal

26
7. Pasien BAB merah kehitaman + 500 ml (satu pampers penuh)

F. Bone
1. Teraba benjolan keras dengan diameter 5 cm di gluteal dextra
2. Terpasang infus di tangan kanan dan kaki kiri
3. Tidak ada fraktur, tidak ada nyeri, tidak ada compartemen syndrome
4. Akral ekstermitas atas dan bawah dingin dan pucat

IV. PROGRAM TERAPI


A. Parenteral
1. Infus Nacl 0,9% 20 tpm
2. Albumin 25% 100 ml
3. Furosemid 20 mg
4. Ceftriaxone 1 gr 1x1 fl (12)
5. Asam Traneksamat 500 mg 3x1 amp (12, 20, 04)
6. Vit. K 10 mg 3x1 amp (08, 16, 24)
7. Fargoxin 1 mg
8. Esomeperazol 20 mg II fl dalam 100 ml Nacl 0,9% 10cc/jam selama 72
jam (sampai tgl 7/4/2022 jam 19.00 WIB)
9. Dobutamin 250 mg dalam 50 ml Nacl 0,9% dengan kecepatan 7,2cc/jam
10. Vasvon 4 mg dalam 50 ml Nacl 0,9% dengan kecepatan 10cc/jam

B. Enteral
-

27
ANAISIS OBAT
No Nama Obat Indikasi Kontra Indikasi Efek Samping Implikasi
Keperawatan

1 Nacl 0,9% Pengganti cairan Gagal jantung Edema Pantau cairan


isotonoik kongestif
plasma

2 Albumin 25 % ❖ Cairan infus ❖ Alergi lateks atau ❖ Mual atau 1. Pantau kadar
untuk kandungan yang muntah elektrolit
mengatasi ada dalam ❖ Demam 2. Pantau balance
hipoalbumin albumin ❖ Rasa panas di cairan/urine
❖ Menangani ❖ Anemia berat, wajah, leher, output
syok gagal jantung, atau dada 3. Pantau efek
hypovolemic hipertensi, (flushing) samping
akibat cedera oedema paru, ❖ Tachicardi Pantau tanda-tanda
atau luka penyakit ginjal alergi obat
bakar parah ❖ Wanita hamil &
menyusui

3 Furosemid 20 Mengatasi ❖ Pasien anuria ❖ Hipotensi 1. Pantau tanda


mg oedema yang Riwayat hipersensitif ❖ Pusing vital
disebabkan oleh terhadap roxemid ❖ Ketidakseimban 2. Pantau urine
gagal jantung, gan elektrolit output &
penyakit ginjal, balance cairan
sirosis hepatis, 3. Pantau elektrolit
oedema pulmo

4 Ceftriaxone 1 Mengatasi Pasien dengan Nyeri perut, mual, Pantau keadaan


gr infeksi bakteri hipersensitivitas muntah pasien

5 Asam Antifibrinolitik Penyakit Mual, muntah, Pantau keadaan


Traneksamat tromboembolik, diare pasien, dan keadaan
500 mg gangguan ginjal yang cairan
berat

6 Vit K 10 mg Mengatasi Katup jantung Gangguan indra Pantau keadaan


perdarahan mekanik, dan hati- pengecap, kulit dan pasien
hati pemberian pada putih mata
lanjut usia menguning

7 Fargoxin 1 mg Gagal jantung Blok AV komplit Gangguan SSP dan Pantau keadaan
kongestif, dan derajat 2, henti GI pasien
takikardia sinus

8 Esomeperazole ❖ Golongan Pasien dengan ❖ Hipomaganasemi 1. Pantau tanda


20 mg Proton Pump hipersensitivitas a alergi obat
Inhibitor terhadap obat atau ❖ Diare

28
(PPI) bahan yang terdapat ❖ Defisiensi vit 2. Pantau efek
❖ Pengobatan dalam formulasi B12 samping obat
tukak ❖ Mual, muntah,
pambung & dhiare, kembung
tukak ❖ Kelemahan,
duodenum malaise
❖ Sakit kepala,
pusing
❖ Batuk

9 Dobutamin Terjadi Hipersesnsitifitas Sakit kepala, Pantau keadaan


250 mg dekompensasi terhadap obat ini demam, mual dan pasien
jantung akibat muntah
penurunan
kontraktilitas

10 Vascon 4 mg Digunakan pada Hipertensi, Hipertensi, sakit Pantau tekanan


pasien dengan kehamilan kepala, bradikardia darah
tekanan darah
rendah

V. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN LABORATORIUM


1. Radiologi
a. Ro” Thorax Tgl 02 April 2022
Mengarah atelectasis lobus superior dextra, besar Cor dalam batas
normal, CTR<0,56, tampak coracan bronkovaskuler pulmo bilateral
meningkat dan kasar
b. USG Abdomen Tanggal 02April 2022
Cholelithiasis diameter 1,2 cm dengan tanda Cholecystisis, tanda
Gastritis, non obstruktif chronis kidney disease bilateral, tak tampak
kelainan pada hepar, lien, visica urinary, dan prostat
2. EKG
a. Tanggal 05 April 2022 jam 15.37 WIB
HR: 164x/mnt (SVT)
b. Tanggal 05 April 2022 jam 19.00 WIB
HR: 194x/mnt (SVT)

29
3. Laboratorium
a. Tanggal 04 April 2022
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

Hemoglobin 8,1 (L) g/dl 11,7-15,5

Hematokrit 22 (L) % 35-49

Golongan A

b. Tanggal 05 April 2022


Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai
Rujukan

Hemoglobin 8,4 (L) g/dl 11,7-15,5

Hematokrit 23,2 (L) % 35-49

Albumin 1,8 (L) g/dl 3,5-5,2

Ureum 181(H) Mg/dL 20.0-43.0

Creatinin 2,84 (H) Mg/dL 0,55-1,02

Natrium 133,3 Mmol/L 130-146

Kalium 3,84 Mmmol 3,5-5,1

Chlorida 110 (H) Mmol/L 98-107

Golongan A

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

pH 7,499 (H) 7,35-7,45

pCO2 20,4(L) mmHg 34-45

HCO3 (-) 16 (L) Mmol/L 21-28

Base Excess -7,3 (L) Mmol/L (-)2-(+)3

O2 Saturasi 97,4 % 95-98

A-aDO2 145,1 mmHg

30
VI. ANALISA DATA
NO DATA MASALAH PENYEBAB

1 DS: Defisit Nutrisi Sarcoma Gluteal


Nn. P mengatakan 2 minggu Dextra
SMRS, pasien terlihat lebih kurus
dan tidak nafsu makan
DO:
a. Hb : 8,1 g/dl
b. Hct: 22 %
c. Alb: 1,8 g/dl
d. Conjungtiva anemis
e. Benjolan keras di gluteal kanan
dengan diameter 5 cm

2 DS: Hipovolemia Perdarahan


DO: (Melena)
a. Hct: 22 %
b. Tensi : 60/40 mmHg di lengan
kiri, berbaring
c. Nadi : 170x/mnt
d. Pulsasi nadi : Lemah, regular
e. Membran mukosa mulut kering
f. Ekstermitas atas teraba dingin
dan anemis
g. BAB hitam satu pampers penuh
h. Urine output belum keluar dari
jam 20.00 WIB

3 DS: Risiko Jatuh Penurunan Tingkat


DO: Kesadaran
c. Kesadaran Soporos
d. GCS: E2, V2, M5
e. Tensi : 60/40 mmHg di lengan
kiri, berbaring
f. Terpasang restrain non
farmakologis di tangan kanan
dan kiri

4 DS: Berduka Antisipasi


Nn. P mengatakan minta tolong Kematian Keluarga

31
NO DATA MASALAH PENYEBAB

diupayakan usaha yang maksimal atau Orang Yang


untuk ayahnya karena masih Berarti
mempunyai adik yang masih kecil.

DO:

Keluarga menangis

5 DS: Gangguan Ketidakseimbangan


DO: Pertukaran Gas Ventilasi-Perfui
a. pH : 7,49
b. pCO2: 20,4
c. pO2 : 251,9
d. Hb : 8,1 g/dl
e. HR : 177x/mnt
f. Resp : 33x/mnt

6 DS: Defisit Perawatan Kelemahan


DO: Diri (Mandi,
a. Kesadaran Soporos makan, berpakaian,
b. GCS: E2, V2, M5
toileting)
c. Terpasang NGT no 16
d. Terpasang D. Catheter no 16

VII. DIAGNOSIS KEPERAWATAN


No DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan


ventilasi-perfusi, ditandai dengan:
DS: -
DO:
a. pH : 7,49
b. pCO2: 20,4
c. pO2 : 251,9
d. Hb : 8,1 g/dl
e. HR : 177x/mnt

32
No DIAGNOSIS KEPERAWATAN

f. Resp : 33x/mnt

2 Hipovolemi berhubungan dengan perdarahan (melena), ditandai


dengan:
DS : -
DO:
a. Hct: 22 %
b. Tensi : 60/40 mmHg di lengan kiri, berbaring
c. Nadi : 170x/mnt
d. Pulsasi nadi : Lemah, regular
e. Membran mukosa mulut kering
f. Ekstermitas atas teraba dingin dan anemis
g. BAB hitam satu pampers penuh

3 Defisit nutrisi berhubungan dengan sarcoma gluteal, ditandai


dengan:
DS:
Nn. P mengatakan 2 minggu SMRS, pasien terlihat lebih kurus dan
tidak nafsu makan

DO:
a. Hb : 8,1 g/dl
b. Alb: 1,8 g/dl
c. Conjungtiva anemis
d. Ada benjolan keras di gluteal kanan dengan diameter 5 cm

4 Berduka berhubungan dengan antisipasi kematian keluarga atau


orang yang berarti, ditandai dengan:
DS:
Nn. P mengatakan minta tolong diupayakan usaha yang maksimal
untuk ayahnya karena masih mempunyai adik yang masih kecil.

DO:

33
No DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Keluarga menangis

5 Risiko jatuh berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran,


ditandai dengan:
DS:
DO:
a. Kesadaran Soporos
b. GCS: E2, V2, M5
c. Tensi : 60/40 mmHg di lengan kiri, berbaring
d. Terpasang restrain non farmakologis di tangan kanan dan kiri

6 Defisit Perawatan Diri (Mandi, makan, berpakaian, toileting)


berhubungan dengan kelemahan, ditandai dengan:
DS:
DO:
a. Kesadaran Soporos
b. GCS: E2, V2, M5
c. Terpasang NGT no 16
d. Terpasang D. Catheter no 16

34
VIII. RENCANA KEPERAWATAN
MASALAH TINDAKAN KEPERAWATAN Rasional
KEPERAWATAN
Tujuan dan Kriteria Intervensi

Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan Pemantauan respirasi (I.01014) 1. Kecepatan biasanya
keperawatan selama 3x24 jam mencapai kedalaman
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman
diharapkan pertukaran gas pernafasan bervariasi
dan upaya napas, pola napas tergantung derajat gagal
meningkat dengan kriteria
2. Monitor adanya produksi sputum napas. Ekspansi napas
hasil 3. Monitor adanya sumbatan jalan napas terbatas yang berhubungan
4. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru dengan elastisitas dan atau
1. Dispnea menurun 5. Auskultasi bunyi napas nyeri
2. Bunyi napas tambahan 6. Monitor saturasi oksigen
2. Peningkatan produksi
menurun 7. Monitor nilai AGD sputum dapat membuat pola
3. PCO2 membaik 8. Atur interval pemantauan respirasi napas terganggu
4. PO2 membaik sesuai kondisi pasien 3. Ventilasi maksimal
5. pH arteri membaik 9. Jelaskan tujuan dan prosedur 4. Ekspansi paru kiri dan kanan
pemantauan tidak simetris menandakan
pola napas terganggu
5. Bunyi napas ronki
menandakan ada bersihan
jalan napas yang terganggu
sehingga dapat
mempengaruhi pola napas
6. Saturasi O2 dibawah 95%
menandakan terdapat
gangguan pada pernapasan
7. Hasil AGD dapat
MASALAH TINDAKAN KEPERAWATAN Rasional
KEPERAWATAN
Tujuan dan Kriteria Intervensi

memberikan informasi
tentang kadar O2 dalam
darah
8. Pemantauan secara berkala
untuk memantau kondisi
pasien dan mempersiapkan
tindakan secara cito

Hipovolemia Setelah dilakukan tindakan Manajemen hypovolemia (I.03116) 1. Tanda dan gejala
keperawatan selama 3x24 jam hipovolemia yaitu frekuensi
1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia
diharapkan status cairan nadi meningkat, nadi teraba
2. Monitor intake dan output
lemah, TD menurun, turgor
membaik dengnan kriteria 3. Hitung kebutuhan cairan
kulit menurun, membrane
hasil 4. Berikan posisi modified trendelenburg
mukosa kering
5. Berikan asupan cairan oral
2. Intake dan output
1. Kekuatan nadi meningkat 6. Edukasi keluarga tentang cairan pasien
memberikan informasi
2. Turgor kulit meningkat 7. Berikan cairan IV Nacl 0,9% 20 tpm
tentang balance cairan pasien
3. Output urine meningkat 8. Berikan produk darah PRC 3 Kolf
3. Agar pasien mendapatkan
4. Frekuansi nadi membaik 9. Berikan injeksi Vit. K 3x1 ampul (08,
cairan sesuai dengan
5. Tekanan darah membaik 16, 24)
kebutuhan
6. Membran mukosa 10. Berikan injeksi Asam Traneksamat 500
4. Memprediksi perbaikan
membaik mg 3x1 ampul (12, 20, 04)
hemodinamik pasien dalam
7. Kadar HB membaik
pemberian resusitasi cairan
8. Kadar HT membaik
5. Asupan diberikan untuk
memenuhi kebutuhan cairan
pasien
MASALAH TINDAKAN KEPERAWATAN Rasional
KEPERAWATAN
Tujuan dan Kriteria Intervensi

6. Menyamakan persepsi
dengan keluarga agar asuhan
keperawatan menjadi lebih
baik
7. Cairan melalui IV lebih cepat
di olah oleh tubuh
8. Mengembalikan perdarahan
yang keluar akibat melena

Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi (I.0119) 1. Identifikasi penting
keperawatan selama 3x24 jam dilakukan untuk mengetahui
diharapkan status nutrisi 1. Identifikasi status nutrisi status nutrisiklien sehingga
2. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis dapat menentukan intervensi
membaik dengan kriteria nutrient yang diberikan
hasil 3. Monitor hasil pemeriksaan laborat 2. Informasi laborat dapat
4. Lakukan suction sebelum diberikan membantu dalam
1. Serum albumin zonde menyiapkan kebutuhan
meningkat 5. Berikan makanan tinggi serat, tinggi nutrisi
2. Indeks masa tubuh kalori, dan tinggi protein 3. Akumulasi secret dapat
membaik 6. Memberikan jumlah kalori dan jenis menyumbat makanan yang
nutrien sesuai yang dibutuhkan diberikan
4. Sesuai dengan kebutuhan
pasien
5. Sesuai dengan kebutuhan
pasien
IX. CATATAN PERKEMBANGAN HARI I
Nama Pasien : Bp. D
Ruangan : ICU 7
Diagnosa Medis :Impending Gagal Nafas, Melena, Syock Hypovolemi,
AKI dd CKD, Cholelithiaisis, Cholecystisis, Susp Sarcoma Gluteal
N DIAGNOSA Tgl/Jam PERKEMBANGAN Tnada
o KEPERAWATAN Tangan

1 Gangguan 5/4/2022 I
pertukaran gas 23.00 1. Memberikan edukasi keluarga
untuk pemasangan jalan nafas
(ET) dan pemasangan
ventilator
DS:
keluarga mengatakan setuju
untuk pemasangan jalan (ET)
dan pemasangan ventilator
DO:
Keluarga menandatangani
form persetujuan pemasangan
jalan (ET) dan pemasangan
ventilator
23.30 2. Melaporkan hasil AGD ke
DPJD
DS:
Dr. D, Sp. An advis intubasi
dan konek ventilator dengan
mode ASV 100% PEEP 5
FiO2 50 %
DO:
● Pasien terintubasi dengan
ET no 7,5 dengan
kedalaman 22 cm
● Ekspansi dada kanan dan
kiri simetris
● Sputum tidak produktif
23.45 3. Melakukan pemasangan
ventilator dengan mode ASV
100 % PEEP 5 Fio2 50%
DS: -
DO:
● Ventilator terpasang
dengan mode ASV 100%
N DIAGNOSA Tgl/Jam PERKEMBANGAN Tnada
o KEPERAWATAN Tangan

PEEP 5 FiO2 50 %
● SpO2: 100%

24.00
E

S:-

O:

● Respirasi on ventilator ASV


100% PEEP 5 FiO2 50%
● SpO2: 100%
● Retraksi dada kanan dan kiri
simetris
● Tidak ada suara paru
tambahan
● Ekstermitas anemis

A:

Gangguan pertukaran gas belum


teratasi

P:

Intervensi lanjut

2 Hipovolemi 5/4/2022 I
22.00 1. Memberikan edukasi kepada
keluarga untuk tranfusi PRC 3
N DIAGNOSA Tgl/Jam PERKEMBANGAN Tnada
o KEPERAWATAN Tangan

Kolf
DS:
Keluarga mengatakan setuju
untuk tranfusi darah

DO:
Keluarga menandatangani
form persetujuan tranfusi darah
22.30 2. Memberikan darah I PRC 238
cc
DS:-
DO:
Darah I PRC 238 cc lancar
22.45 3. Mengobservasi tanda vital dan
reaksi tranfusi
DS:-
DO:
T : 70/40 mmHg
HR: 177x/mnt
S : 36,60C
Tidak ada reaksi alergi
24.00 4. Mengobservasi tanda vital dan
reaksi tranfusi
DS:-
6/4/2022 DO:
T : 80/40 mmHg
HR: 164x/mnt
S : 370C
Tidak ada reaksi alergi
01.00 5. tranfusi II PRC 252 cc
DS:-
DO:
Darah I PRC 252 lancar
01.15 6. Mengobservasi tanda vital dan
reaksi tranfusi
DS:-
DO:
T : 60/40 mmHg
HR: 180x/mnt
S : 370C
Tidak ada reaksi alergi
02.00 7. Mengobservasi tanda vital dan
reaksi tranfusi
DS:-
DO:
T : 70/40 mmHg
N DIAGNOSA Tgl/Jam PERKEMBANGAN Tnada
o KEPERAWATAN Tangan

HR: 164x/mnt
S : 36,80C
Tidak ada reaksi alergi
03.00 8. Mengobservasi perdarahan
(melena)
DS:-
DO:
Melena satu pampers lebih
04.00 9. Memberikan injeksi Vit. K 10
mg 1 ampul (IV) dan injeksi
Asam Traneksamat 500 mg 1
ampul (IV)
DS:-
DO:
Injeksi diberikan melalui tree
way cathter setelah tranfusi
PRC ke 2 selesai
Tetasan infus Nacl 0,9% 30
tpm lancar
06.00
E

S:-

O:
6/4/2022
06.00 ● Perdarahan melena +1000 ml
● Darah PRC II kolf sudah
masuk
● Tidak ada reaksi alergi
● T : -/-
● HR: 174x/mnt
● S : 37,80C
● Nadi tidak teraba di arteri
radialis dan brachialis
● Anuria
● IVFD:
Dobutamin 250 mg dalam
Nacl 0,9% 50 ml dengan
kecepatan 7,2cc/jam
Vascon 4 mg dalam Nacl
0,9% 50 ml dengan
kecepatan 10cc/jam
● CM : 1634,8 cc
CK : 1000 cc
IWL: 225 cc_
N DIAGNOSA Tgl/Jam PERKEMBANGAN Tnada
o KEPERAWATAN Tangan

BC :+)309,8 cc
A:
Hipovolemi belum teratasi
P:
● Masukkan tranfusi PRC ke 3
● Observasi perdarahan
(melena)
● Observasi tanda vital
● Intervensi lanjut

3 Defisit Nutrisi 5/4/2022 I


24.00 1. Melaporkan kepada DPJP hasil
laborat Albumin 1,8g/dl
DS:
Dr. D, Sp. An advis tranfusi
N DIAGNOSA Tgl/Jam PERKEMBANGAN Tnada
o KEPERAWATAN Tangan

albumin 25% 100 ml selama 2


hari (1 botol perhari) dengan
pre tranfusi injeksi Furosemid
20 mg ½ ampul
DO:
Tranfusi albumin 25 % belum
diberikan karena tranfusi PRC
1 dalam perjalanan
2. Mengobservasi residu NGT
DS:-
DO:
Tidak ada residu, cairan
lambung keluar + 20 ml cairan
6/4/2022 coklat bening
NGT dialirkan karena post
intubasi untuk mencegah
aspirasi
03.00 3. Mengobservasi peristaltic usus
DS:
DO:
Peristaltic usus 5x/mnt
05.00 4. Memberikan injeksi
Esomeperazole 20 mg II fl
dalam Nacl 0,9 % 100 ml
dengan infus pump dengan
kecepatan 10cc/jam
DS: -
DO:
Infus lancar, tidak ada tanda-
tanda plebhitis
06.00
E

S: -

O:

● NGT dialirkan, cairan lambung


keluar + 50 ml
● IVFD
Esomeperazole 20 mg II fl
dalam Nacl 0,9 % 100 ml
dengan infus pump dengan
kecepatan 10cc/jam
N DIAGNOSA Tgl/Jam PERKEMBANGAN Tnada
o KEPERAWATAN Tangan

A:

Defisit nutrisi belum teratasi

Masukkan Albumin 25 % 100 ml


(IV) jam 12.00

X. CATATAN PERKEMBANGAN HARI II


Nama Pasien : Bp. D
Ruangan : ICU 7
Diagnosa Medis : Gaga Nafas, Melena, Syock Hypovolemik, AKI dd
CKD, Cholelithiaisis, Cholecystisis, Susp Sarcoma Gluteal
N DIAGNOSA Tgl/Jam PERKEMBANGAN Tnada
o KEPERAWATAN Tangan

1 Gangguan 6/4/2022 S: -
pertukaran gas 14.00 O:
● Respirasi dibantu ventilator
dengan mode PSIMV 12 PEEP
5 FiO2 40%
● SpO2: 99% RR 12 TV 548
● Hb: 8,4 g/dl
● Tidak ada suara paru tambahan
● Retraksi dada kanan dan kiri
simetris
● Kesadaran Soporos
● GCS: E1, VT, M3
N DIAGNOSA Tgl/Jam PERKEMBANGAN Tnada
o KEPERAWATAN Tangan

A:
Gangguan pertukaran gas belum
teratasi
P:
Intervensi lanjut
I:
15.00 1. Melakukan air way care
DS: -
DO:
Sputum tidak produktif
Spo2: 100%
2. Menjaga patensi jalan nafas
DS: -
DO:
● ET dengan kedalaman 22
cm
● ET difiksasi dengan
hypafix
3. Memberikan posisi head up
300
DS: -
DO:
Pasien posisi tidur head up 300
4. Mengobservasi tanda vital
16.00 ● T : 50/40 mmHg
● HR: 165x/mnt
6/4/2022 ● S : 370C
● Resp: On nentilator
PSIMV 12 PEEP 5 Fio2
50% RR 12 TV 453
● SpO2: 100%
18.00 5. Mengobservasi tanda vital
● T : 70/40 mmHg
● HR: 150x/mnt
● S : 37,60C
● Resp: On nentilator
PSIMV 12 PEEP 5 Fio2
50% RR 12 TV 453
● SpO2: 100%
20.00 6. Melakukan suctioning
DS: -
DO:
● Sputum tidak produktif
● Tidak ada suara paru
tambahan
N DIAGNOSA Tgl/Jam PERKEMBANGAN Tnada
o KEPERAWATAN Tangan

● Jalan nafas bersih


21.00
E

S: -

O:

● T : 50/40 mmHg
● HR: 165x/mnt
● S : 370C
● Resp: On nentilator PSIMV 12
PEEP 5 Fio2 50% RR 12 TV
453
● SpO2 99%
● Retraksi dada kanan dan kiri
simetris
● Tidak ada penggunaan otot
dada untuk bernafas
● Kesadaran Soporos

A:

Gangguan pertukaran gas belum


teratasi

P:

Intervensi lanjut
N DIAGNOSA Tgl/Jam PERKEMBANGAN Tnada
o KEPERAWATAN Tangan

2 Hipovolemi 6/4/2022 S:
14.00 Perawat shift pagi mengatakan tadi
pagi pasien masih melena + 500 cc
O:
● T : 50/40 mmHg
6/4/2022 ● HR: 165x/mnt
● S : 370C
● Hb: 8,5 g/dl
● Hct: 23,2%
● Nadi teraba lemah di jugularis,
reguler
● Darah ke 3 PRC 223 sudah
masuk
● Mukosa mulut kering
● Melena satu pampers
● Urine output

A:

Hipovolemi belum teratasi

P:

Intervensi lanjut
14.30
Observas perdarahan (melena)

Tranfusi Albumin 25% 100 ml

Masukkan darah ke 4 PRC 1 kolf


16.00 I:
1. Mengobservasi melena
DS: -
DO:
Pasien masih melena satu
pampers penuh + 500 cc
N DIAGNOSA Tgl/Jam PERKEMBANGAN Tnada
o KEPERAWATAN Tangan

2. Memberikan darah ke 4 PRC


255 cc
DS: -
DO:
19.30 Darah ke 4 PRC 255cc lancar
3. Mengobservasi reaksi alergi
tranfusi
20.00 DS: -
DO:
Tidak ada reaksi alergi
4. Mengobservasi urine output
21.00 DS: -
DO: Anuria
5. Menghitung Balance Cairan
CM : 799,8cc
CK : 500 cc
IWL: 168 cc _
BC :+)131,8 cc

E:
S: -

O:

● T : 50/40 mmHg
● HR: 165x/mnt
● S : 370C
● Nadi teraba lemah di jugularis,
reguler
● Mukosa mulut kering
● Akral dingin, anemis
● Darah ke 4 PRC 255 cc sudah
masuk
● Tidak ada reaksi alergi tranfusi
● Anuria

A:

Hipovolemi belum teratasi

P:

Intervensi lanjut
N DIAGNOSA Tgl/Jam PERKEMBANGAN Tnada
o KEPERAWATAN Tangan

3 Defisit Nutrisi 6/4/2022 S: -


14.00 O:
● NGT jernih
● Program diet ZV 150cc/2 jam
● Terapi baru Sucralfat Syrup
3x10cc (12, 20, 24)
● Tranfusi Albumin 25 % 100 cc
hr 1 sudah diberikan
● Hb : 8,5 g/dl
● Hct: 23,2 %
● Konjungtiva anemis
A: Defisit nutrisi
P:
Intervensi lanjut
Besok masukkan tranfusi Albumin
25 % 100 cc hari ke 2 (12.00)
I:
1. Memberikan diet ZV 150
16.00 DS: -
DO:
● Tidak ada residu
● Diet ZV dapat masuk 150
cc
16.30 2. Mengobservasi peristaltic usus
DS: -
DO:
● Peristaltic 3x/mnt
● Pasien muntah, cairan
kuning kecoklatan
● NGT dialirkan
3. Melakukan spoel lambung
20.00 melalui NGT menggunakan
Sucralfat syrup 10 cc
DS: -
DO:
Spoel lambungisa masuk,
pasien tidak muntah

21.00 S: -

● Tanfusi albumin 25 % 100 cc


hr 1 sudah diberikan
● Pasien muntah satu kali
N DIAGNOSA Tgl/Jam PERKEMBANGAN Tnada
o KEPERAWATAN Tangan

A:

Defisit nutrisi belum teratasi

P:

Intervensi lanjut

XI. CATATAN PERKEMBANGAN HARI III


Nama Pasien : Bp. D
Ruangan : ICU 7
Diagnosa Medis : Gagal Nafas, Melena, Syok Hipovolemi, AKI dd
CKD, Cholelithiaisis, Cholecystisis, Susp Sarcoma Gluteal
No DIAGNOSA Tgl/Jam PERKEMBANGAN Tnada
KEPERAWATAN Tangan

1 Gangguan 7/4/2022 S:
pertukaran gas 21.00 Perawat shift sore mengatakan pasien Okryadi PM
post RKP tgl 6/4/22 jam 21.30 WIB
O:
● Respirasi on ventilator PSIMV 12
PEEP 5 FiO2 30% RR 24 TV 484
● SpO2 99%
● Kesadaran Coma
● GCS: E1,VT, M1
● IVFD:
⮚ Dobutamin 250 mg dalam
Nacl 0,9% 50 ml dengan
kecepatan 3,6 cc/jam
⮚ Vascon 4 mg dalam Nacl
0,9% 50 ml dengan kecepatan
6cc/jam
A:Gangguan pertukaran gas belum
teratasi
P: Intervensi lanjut
I
1. Mengobservasi tanda vital
DS: -
22.00
DO:
● T : 110/70 mmHg
● HR: 110x/mnt
● Respirasi on ventilator PSIMV
12 PEEP 5 FiO2 RR 12 TV
484 ml
● SpO2 99%
2. Melakukan suctioning
23.00
DS: -
DO:
Sputum putih, cair, tidak bau

3. Mengobservasi tanda vital


8/4/2022 ● T : 120/90 mmHg
● HR: 110x/mnt
01.00
● Respirasi on ventilator PSIMV
12 PEEP 5 FiO2 RR 21 TV
No DIAGNOSA Tgl/Jam PERKEMBANGAN Tnada
KEPERAWATAN Tangan

354 ml
● SpO2 99%
● Kesadaran Comatus
● GCS: E1, VT, M1

E:
06.00
S: -

O:

● Respirasi on ventilator PSIMV 12


PEEP 5 FiO2 RR 12 TV 356 ml
● FiO2 100%
● T : 130/80 mmHg
● HR: 110 xmnt
● Kesadaran Coma
● GCS: E1, VT, M1
● IVFD:
⮚ Dobutamin 250 mg dalam Nacl
0,9% 50 ml dengan kecepatan
3,6 cc/jam
⮚ Vascon 4 mg dalam Nacl 0,9%
50 ml dengan kecepatan
6cc/jam

A:Gangguan pertukaran gas belum


teratasi

P:

Intervensi lanjut

Usul ulang AGD

2 Hipovolemi 7/4/2022 S:
21.00 Perawat shift pagi mengatakan pasien
masih melena + 200 cc
O:
● Melena di pampers
● T : 130/80 mmHg
● HR: 110 xmnt
● Nadi teraba lemah di nadi
No DIAGNOSA Tgl/Jam PERKEMBANGAN Tnada
KEPERAWATAN Tangan

brachialis
● Hb: 8,5 g/dl
● Hct: 24,8%
● Akral dingin
● Konjungtiva anemis

7/4/22 A: Hipovolemi belum teratasi


22.00 P: Intervensi lanjut

I:

1. Mengobservasi infus
DS: -
DO:
● Nacl 0,9% 20 tpm lancar
● Tidak ada tanda-tanda
plebhitis
● IVFD:
⮚ Dobutamin 250 mg dalam
Nacl 0,9% 50 ml dengan
8/4/2022 kecepatan 3,6 cc/jam
⮚ Vascon 4 mg dalam Nacl
05.30 0,9% 50 ml dengan
kecepatan 6cc/jam
2. Mengobservasi perdarahan
(melena)
DS: -
DO: Tidak melena
3. Menghitung balance cairan
CM : 392,4 CC
CK : 700
06.00
IWL: 198 _
BC :-) 496,6 CC

E:

S: -

O:

● T : 110/80 mmHg
● HR: 120 xmnt
● Nadi teraba lemah di nadi
brachialis
No DIAGNOSA Tgl/Jam PERKEMBANGAN Tnada
KEPERAWATAN Tangan

● Akral dingin
● Konjungtiva anemis
● Tidak melena
● Urine output 77 cc/jam

A: Hipovolemi teratasi sebagian

P: Intervensi lanjut

3 Defisit Nutrisi 7/4/2022 S: -


21.00 O:
● NGT dialirkan, cairan lambung
keluar hijau
● Injeksi Esomeperazole 20 mg II fl
7/4/22 dalam Nacl 0,9% 100 ml stop
diganti injeksi Esomeperazole 20
mg 2x1 fl (08,20)

A: Defisit nutris
24.00
P: Inervensi lanjut

I:

1. Spoel lambung dengan Sucralfat


syrup 10 ml
DS:-
8/4/2022 DO:
04.00 Pasien tidak muntah, spoel dapat
masuk
2. Mengobservasi residu NGT
DS: -
06.00
DO:
Cairan lambung masih hijau, NGT
dialirkan

E:

S: -

O:
No DIAGNOSA Tgl/Jam PERKEMBANGAN Tnada
KEPERAWATAN Tangan

Cairan lambung hijau, NGT dialirkan

A: Defisit nutrisi belum teratasi

P: Intervensi lanjut

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas studi kasus Asuhan Keperawatan Gadar Kritis
Pada Tn. D Dengan Syok Hipovolemik Di Ruang ICU kamar 7 Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta. Prinsip dari pembahasan ini dilakukan dengan memperhatikan
apakah terdapat kesenjangan antara teori dan kasus dari proses keperawatan yang
terdapat kesenjangan antara teori dan kasus dari proses keperawatan yang terdiri dari
pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi keperawatan, implemantasi
keperawatan dan evaluasi keperawatan.
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pada proses
pengkajian semua data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan
status kesehatan klien saat ini, pengkajian dilakukan secara komprehensif terkait
aspek biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual klien. Penulis melakukan
pengkajian keperawatan dengan metode observasi, wawancara, pemeriksaan fisik
dan studi dokumentasi rekam medis pasien.
Berdasarkan teori syok hipovolemik bisa disebabkan oleh dehidrasi, diare hebat,
perdarahan hebat, dan luka bakar. Tanda dan gejala pada pasien dengan syok
hipovolemik adalah takipneu, takikardia, pucat, perubahan tingkat kesadaraan,
dan oligouria. Pada pasien Tn. D terdapat tanda dan gejala yang sama ada teori
yang didapat, sehingga penulis menyimpulkan tidak ada kesenjangan tentang
tanda dan gejala pada tinjauan kasus dan tinjauan teori.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien dengan syok hipovolemik
adalah analisis gas darah, kultur darah, kimia serum seperti elektrolit, BUN dan
kreatinin, pemeriksaan curah jantung, laktat serum, urinalis dengan berat jenis,
osmoralitas, dan elektrolit urin, EKG, tes fungsi ginjal dan hati. Pada pasien Tn.
D pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah PDL, ureum, certain, elektrolit,
albumin, AGD, EKG, USG Abdomen, dan Rontgen thorax

B. Diagnosis
Tahapan kedua proses keperawatan adalah merumuskan Diagnosis Keperawatan.
Penyusunan diagnosis disesuaikan dengan masalah yang muncul dalam
pengkajian baik masalah yang aktual atau resiko. Rumusan diagnosis disusun
sesuai teori yang meliputi empat komponen untuk diagnosis aktual yaitu masalah,
etiologi dan tanda gejala, sedangkan diagnosa resiko terdiri dari tiga komponen
utama yaitu masalah dan etiologi.
Diagnosis keperawatan yang muncul pada asuhan keperawatan pasien syock
hypovolemia adalah (PPNI, 2017):
1. Kekurangan volume cairan
2. Penurunan curah jantung
3. Perubahan perfusi tidak efektif
4. Gangguan eliminasi urine
5. Risiko infeksi
6. Gangguan pertukaran gas
7. Pola nafas tidak efektif
8. Risiko jatuh
9. Kerusakan mobilitas fisik
Sedangkan pada diagnosis pada Tn. D yaitu
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi
Gangguan pertukaran gas adalah kelebihan atau kekurangn oksigenasi
dan/ataueliminasi karbondioksida pada membrane alveolus-kapiler. Diagnosis
tersebut ditegakkan bila ada peningkatan atau menurunnya pCO2, pO2 turun,
tachicardi, pH arteri meningkat/menurun, serta ada buni nafas tambahan
Alasan diagnosis ini diangkat karena didapatkan penyebab pendukung utama
yaitu pH: 7,49 (H), pCO2: 20,4 (L), pO2: 251,9 (H), HR: 177x/mnt, dan
respirasi 33x/mnt

2. Hipovolemia berhubungan dengan perdarahan (melena)


Hipovolemi adalah perubahan volume cairan intravaskuler, interstesial,
dan/atau intraseluler. Diagnosis tersebut ditegakkan bila ada frekuensi nadi
meningkat, tekanan darah menurun, nadi teraba lemah, membrane mukos
kering, hematocrit meningkat, turgor kulit menurun.
Alasan diagnosis ini diangkat karena didapatkan penyebab pendukung utama
yaitu Hct: 22% (L), Tensi : 60/40 mmHg, Nadi: 17x/mnt, pulsasi nadi lemah,
membrane mukosa mulut kering, ekstermitas atas teraba dingin dan anemis,
serta BAB hitam (melena)
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan sarcoma gluteal
Defisit nutrisi adalah asupan nutris tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme. Diagnosis ini ditegakkan jika didapatkan data berat badan
menurun minimal 10% di bawah rentang ideal, bising usus hiperaktif, otot
mengunyah lemah, membrane mukosa pucat, serum albumin turun, diare,
ramut rontok.
Alasan diagnosis ini diangkat karena ditemukan penyebab pendukung utama
data subyektif keluarga mengatakan jika pasien lebih kurus, tidak nafsu
makan, anemis, albumin: 1,8g/dl
4. Berduka berhubungan dengan antisipasi kematian keluarga atau orang yang
berarti
Berduka adalah respon psikososial yang ditunjukkan oleh klien akibat
kehilangan (orang, objek, fungsi, status, bagian tubuh atau berhubungan).
Diagnosis tersebut ditegakkan jika ada kesedihan, menangis, pola tidur
berubah, dan tidak mampu berkonsentrasi
Alasan diagnosis ini ditegakkan karena didapatkan data keluarga mengatakan
sangat sedih, karena pasien belum pernah sakit sebelumnya, keluarga
menangis dan minta perawatan yang maksimal untuk pasien karena masih
memiliki anak yang masih kecil

5. Risiko jatuh berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran


Risiko jatuh adalah berisiko mengalami kerusakan fisik dan gangguan
kesehatan akibat terjatuh. Diagnosis ini ditegakkan karena jika faktor risiko
usia > 65 tahun (pada dewasa) atau <2 tahun (pada anak), riwayat jatuh,
anggota gerak bawah prosthesis (bantuan), penggunaan alat bantu berjalan,
anemia, perubahan tingkat kesadaran, perubahan kadar glukosa darah,
gangguan pendengaran, gangguan keseimbangan, gangguan penglihatan, efek
agen farmakologis.
Alasan diagnosis ini diangkat karena didapatkan data pendukung kesadaran
pasien spoors, GCS: E2, V2, M5, Tensi: 60/40 mmHg, terpasang restrain non
farmakologis di tangan kanan dan kiri
6. Defisit perawatan diri (mandi, makan, berpakaian) berhubungan dengan
kelamahan
Defisit perawatan diri (mandi, makan, berpakaian) adalah kondisi dimana
pasien tidak mampu melakukan atau menyelesiakan aktivitas perawatan diri.
Diagnosis ini ditegakkan jika didapatkan gejala tida mampu
mandi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias secara mandiri, minat
melakukan perawatan diri kurang
Alasan diagnosis ini diangkat karena didapatkan data pendukung kesadaran
pasien spoors, GCS: E2, V2, M5, terpasang NGT no 16, dan terpasang D.
Catether no 16

C. Intervensi Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan disusun bertujuan untuk menentukan implementasi
yang berpusat kepada pasien sesuai dengan diagnose yang ditegakkan, sehingga
tujuan yang ingin dicapai dapat terpenuhi. Intervensi keperawatan yang pengkaji
berikan sesuai dengan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Rencana
keperawatan yang dilakukan meliputi observasi, tindakan keperawatan mandiri,
edukasi, dan kolaborasi dengan team para pemberi asuhan yang lain.

Rencana asuhan keperawatan Tn. D adalah


1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi
Pemantauan Respirasi
a. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas, pola napas
b. Monitor adanya produksi sputum
c. Monitor adanya sumbatan jalan napas
d. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
e. Auskultasi bunyi napas
f. Monitor saturasi oksigen
g. Monitor nilai AGD
h. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
i. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Hypovolemia berhubungan dengan perdarahan (melena)
Manajemen hypovolemia (I.03116)
a. Periksa tanda dan gejala hipovolemia
b. Monitor intake dan output
c. Hitung kebutuhan cairan
d. Berikan posisi modified trendelenburg
e. Berikan asupan cairan oral
f. Edukasi keluarga tentang cairan pasien
g. Berikan cairan IV Nacl 0,9% 20 tpm
h. Berikan produk darah PRC 3 Kolf
i. Berikan injeksi Vit. K 3x1 ampul (08, 16, 24)
j. Berikan injeksi Asam Traneksamat 500 mg 3x1 ampul (12, 20, 04)
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan sarcoma gluteal
Manajemen nutrisi (I.0119)
a. Identifikasi status nutrisi
b. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
c. Monitor hasil pemeriksaan laborat
d. Lakukan suction sebelum diberikan zonde
e. Berikan makanan tinggi serat, tinggi kalori, dan tinggi protein
f. Memberikan jumlah kalori dan jenis nutrien sesuai yang dibutuhkan

D. Implementasi Keperawatan
Dalam setiap diagnosis keperawatan tujuan yang ingin dicapai disusun secara
spesifik dan relevan. Penatalaksanaan asuhan keperawatana selama 2 hari dimulai
pada hari Selasa 5 April 2022 sampai Kamis 7 April 2022. Catatan perkembangan
dilaksanakan berdasarkan rencana keperawatan yang telah dibuat dan disesuaikan
dengan kondisi pasien sebagai berikut
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi
2. Tindakan keperawatan untuk diagnosis gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi adalah edukasi keluarga terkait
rencana pemasangan jalan nafas dan ventilator, memasang endotracheal tube
dan ventilator, mengobservasi tanda vital serta evaluasi AGD
3. Hypovolemia berhubungan dengan perdarahan (melena)
Tindakan keperawatan untuk diagnosis hypovolemia berhubungan dengan
perdarahan (melena) adalah memantau perdarahan (melena), memberikan
tranfusi PRC 4 kolf, memberikan injeksi Vit. K 10 mg 3x1 ampul, dan
memberikan injeksi Asam Traneksamat 500 mg 3x1 ampul
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan sarcoma gluteal
Tindakan keperawatan untuk diagnosis defisit nutrisi berhubungan dengan
sarcoma gluteal adalah mengobservasi residu NGT, memberikan spoel
lambung dengan Sucralfar syrup 3x10 ml, memberikan albumin 25 % 100 ml

E. Evaluasi Keperawatan
1. Evaluas gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi pada hari ke dua didapatkan data pasien post RKP, kesadaran
comatus, GCS: E1,VT, M1, T : 50/40 mmHg, HR: 165x/mnt, S: 37 0C, Resp:
On nentilator PSIMV 12 PEEP 5 Fio2 50% RR 12 TV 453, SpO2 99%
Masalah gangguan pertukaran gas belum teratasi karena kesadaran pasien
comatus dan tidak ada triger respirasi
2. Evaluasi hypovolemia berhubungan dengan perdarahan (melena) pada hari ke
tiga didapatkan data T : 110/80 mmHg, HR: 120 xmnt, Nadi teraba lemah di
nadi brachialis, akral dingin, konjungtiva anemis, tdak melena, urine output
77 cc/jam. Masalah hypovolemia teratasi sebagian karena tekanan darah
sudah dapat diukur, nadi sudah peraba dan urine output sudah lebih dari
50cc/kgBB/jam
3. Evaluasi defisit nutrisi berhubungan dengan sarcoma gluteal pada hari ke tiga
didapatkan data NGT hijau, kadar albumin 1,8 g/dl dan Hb: 8,5 g/dl. Masalah
defisit nutrisi belum teratasi karena nutrisi enteral tidak dapat diberikan,
cairan lambung masih kotor, hasil serum albumin <3,4 g/dl dan hemoglobin
<13,2 g/dl
4. Evaluasi berduka berhubungan dengan antisipasi kematian keluarga atau
orang yang berarti teratasi sebagian karena keluarga mengatakan sudah ikhlas
dan mengharapkan yang terbaik untuk pasien, serta sudah pasrah
5. Evaluasi isiko jatuh berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran belum
teratasi karena kesadaran pasien comatus, GCS: E1, VT, M1
6. Evaluasi defisit perawatan diri (mandi, makan, berpakaian, toileting)
berhubungan dengan kelemahan belum teratasi karena kesadaran pasien
comatus, GCS: E1, VT, M1

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan Tn D dengan Syock Hypovolemi yang telah dilakukan
selama tiga hari mulai tanggal 5 April 2022 sampai dengan 7 April 2022. Penulis
melakukan asuhan keperawatan mulai pengkajian, menyusun diagnose
keperawatan, menyusun rencana keperawatan, melakukan tindakan keperawatan,
dan evaluasi. Hasil evaluasi keperawatan didapatkan data sebagai berikut:
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi belum teratasi dan intervensi pemantauan respirasi dilanjutkan
2. Hypovolemia berhubungan dengan perdarahan (melena) teratasi sebagian dan
intervensi manajemen hypovolemia dilanjutkan
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan sarcoma gluteal belum teratasi dan
intervensi manajemen nutris dilanjutkan
4. Berduka berhubungan dengan antisipasi kematian keluarga atau orang yang
berarti teratasi sebagian karena keluarga mengatakan sudah ikhlas dan
mengharapkan yang terbaik untuk pasien, serta sudah pasrah
5. Risiko jatuh berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran belum teratasi
karena kesadaran pasien comatus, GCS: E1, VT, M1
6. Defisit perawatan diri (mandi, makan, berpakaian, toileting) berhubungan
dengan kelemahan belum teratasi karena kesadaran pasien comatus, GCS: E1,
VT, M1, intervensi dukungan perawatan diri dilanjutkan

B. Saran
1. Bagi STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta
Membantu meningkatkan skill mahasiswa dalam tindakan keperawatan pada
pasien Syock Hypovolemia

2. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan dan ketrampilan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien Syock Hypovolemia di era
pandemic COVID-19
DAFTAR PUSTAKA

Ainun Najib Hidayatulloh, M. et al. (2016) pengaruh resusitasi cairan terhadap status
hemodinamik (map), dan status mental (gcs) pada pasien syok hipovolemik
di igd rsud dr. meowardi surakarta, Jurnal Ilmu Keperawatan dan
Kebidanan. Available at:
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/jikk/article/view/37 6

Dewi, E., & Rahayu, S. (2010). Kegawatdaruratan Syok Hipovolemik. Berita Ilmu
Keperawatan ISSN 1979-2697, 2(2), 93–96. Retrieved from
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/xmlui/bitstream/handle/11617/2043/BI
K_Vol_2_No_2_8_Enita_Dewi.pdf?sequence=1&isAllowed=y
Hammond, B. B., & Zimmermann, P. G. (2017). Sheehy’s Emergency and Disaster
Nursing - 1st Indonesian Edition (A. Kurniati, S. Theresia, & Y. Trisyani,
Eds.). Retrieved from https://www.google.co.id/books/edition/
Sheehy_s_Emergency_and_Disaster_Nursing/sez3DwAAQBAJ?hl=id&
gbpv=0

Hamarno, R. (2016). Keperawatan Kegawatdaruratan & Manajemen Bencana.


Retrieved from http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/
uploads/2017/08/Keperawatan-GAdar-dan-MAnajemen-
BencanaKomprehensif.pdf

Hardisman (2013) ‘167-333-1-Sm (1)’, Memahami Patofisiologi Dan Aspek Klinis


Syok Hipovolemik:Update Dan Penyegaran., 2(3), pp. 178–182. Available
at: http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/167/162

Hidayatulloh, M. N., Supriyadi, & Sriningsih, I. (2016). Pengaruh Resusitasi Cairan


Terhadap Status Hemodinamik (MAP), Dan Status Mental (GCS) Pada
Pasien Syok Hipovolemik Di Igd Rsud Dr. Meowardi Surakarta. Jurnal
Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 8(2), 222–229. Retrieved from
http://182.253.197.100/e-journal/index.php/jikk/article/view/376

Hidayat, A. A. (2021). Proses Keperawatan; Pendekatan NANDA, NIC, NOC dan


SDKI - Google Books. Retrieved from https://www.google.co.id/
books/edition/Proses_Keperawatan_Pendekatan_NANDA_NIC/h3scEA
AAQBAJ?hl=id&gbpv=0

Hobson, M. J. and Chima, R. S. (2013) Send Orders of Reprints at


reprints@benthamscience.net Pediatric Hypovolemic Shock, The Open
Pediatric Medicine Journal.

Horne, M. M., & Swearingen, P. . (2010). Keseimbangan Cairan, Elektrolit, dan


Asam Basa. Jakarta: EGC.

Kolecki, P. and Menckhoff, C. R. (2016) Hypovolemic Shock Treatment &


Management: Prehospital Care, Emergency Department Care, Medscape.
Available at: https://emedicine.medscape.com/article/760145-treatment

Kowalak, J. P. (2011) Buku Ajar Patofisiologi (Professional Guide to


Pathophysiology). EGC.

Leksana, E. (2015) Dehidrasi dan Syok, Cermin Dunia Kedokteran. Available at:
http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/view/1016
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2018) Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Ramdani, B. (2016). Syok Hipovolemik pada Anak. Retrieved from


http://www.pustakadokter.com/2016/11/12/syok-hipovolemik-pada-anak/

Standl, T., Annecke, T., Cascorbi, I., Heller, A. R., Sabashnikov, A., & Teske, W.
(2018). The Nomenclature, Definition and Distinction of Types of Shock.
Deutsches Arzteblatt International, 115(45), 757–767.
https://doi.org/10.3238/arztebl.2018.0757

Simmons, J. and Ventetuolo, C. E. (2017) ‘Cardiopulmonary monitoring of shock’,


Current Opinion in Critical Care, 23(3), pp. 223–231. doi: 10.1097/.

World Health Organization (WHO). (2012). The ten leading causes of death in the
world 2000 and 2012. Retrieved from http://www.who.int

Anda mungkin juga menyukai