I. Defenisi
Ventilasi mekanis adalah alat pernapasan bertekanan negatif atau positif yang dapat
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dengan jangka waktu yang lama
II. Tujuan
1. Memberikan kekuatan mekanis paru untuk mempertahankan pertukaran O2 dan CO2 yang
fisiologis
2. Mengambil alih (manipulasi) tekanan jalan napas dan pola pernapasan untuk memperbaiki
pertukaran O2 dan CO2 secara efisien dan oksigenasi yang kuat
III. Indikasi
1. Gangguan ventilasi
2. Gangguan Oksigenasi
- Hipoksemia yang sukar diatasi, misalnya : edema paru atau penyakit paru yang lain
3. Lain-lain
Pernapasan yang diberikan diatur oleh waktu. Jumlah udara yang dipompakan mesin akan
berhenti sesudah waktu yang ditentukan, sehingga akan terjadi proses ekspirasi
Inspirasi berhenti sesudah tekanan yang ditentukan tercapai, udara yang diberikan akan
dihentikan sehingga timbul ekspirasi. Besarnya tidal volume yang tercapai tergantung komplians
paru
- penderita dengan tahanan jalan napas dapat timbul ekspirasi premature. Kebocoran dapat
membuat inspirasi berkepanjangan tanpa menghasilkan tidal volume yang diinginkan
- Karena besarnya tidak volume tergantung dari komplian paru, maka pengembangan paru harus
diperhatikan dengan teliti dan besarnya tidak volume yang dihasilkan ventilator harus selalu
dilihat monitor ventilator
- Perlu pemantauan ketat keadaan umum penderita karena berpotensi terjadinya “low tidal
volume”.
Inspirasi berhenti setelah volme gas yang ditentukan tercapai. Ventilator tipe ini yang banyak
dipakai di ICU saat ini. Volume yang diberikan hampir selalu konstan walaupun terjadi perubahan
komplians paru. Dengan demikian ventilator tipe ini lebih berpotensi terjadi kerusakan struktur
paru seperti barotrauma atau volutrauma
2
V. Modus Ventilasi Mekanik
CMV memberikan ventilasi tekanan positif dengan frekwensi dan volume atau pressure yang telah
ditentukan sehingga usaha napas pasien sepenuhnya diambil alih oleh mesin ventilator. Mode ini
biasanya dipilih penderita yang diberi sedasi dan pelumpuh otot atau penderita tidak mampu
bernapas spontan. Kadang-kadang juga dipakai penderita yang memerlukan control hemodinamik
yang ketat.
- Bila penderita mulai ada usaha napas akan terjadi “tabrakan” pernapasan penderita dengan
ventilator sehingga menimbulkan ketidaknyamanan atau komplikasi berupa trauma udara
struktur paru
- Kontrol yang terlalu lama atau dengan tidal volume yang tinggi dapat menimbulkan penurunan
curah jantung dan ketidakstabilan hemodinamik sehingga observasi hemodinamik harus ketat
Ventilasi AC memberikan ventilasi “volume cucled” dengan jumlah udara dan frekwensi yang
telah ditentukan. Apabila pasien mulai bernapas tekanan inspirasi negative yang ditimbulkan akan
menyebabkan ventilator memberikan volume tambahan, tetapi apabila ventilasi mesin tidak
sinkron dengan upaya napas pasien atau aliran gas ventilator tidak cukup untuk memenuhi
kebutuan pasien maka cara ini akan menyebabkan kerja napas tambahan pasien.
3
- Komplikasi hiperventilasi dapat menurunkan rangsang pernapasan sehingga perlu diperhatikan
jumlah pernapasan.
Respirator akan memberikan sejumlah udara (Tidal Volume) dan frekwensi saat tertentu sesuai
dengan napas spontan pasien. mode ini penderita dapat napas spontan sesuai dengan frekwensi
dan tidal volume yang dikehendaki sedang ventilator akan menyesuaikan saat yang tepat untuk
memompa udara sehingga dapat sinkron dengan napas spontan pasien.
Mode ini baik digunakan untuk penyapihan sebab dengan penurunan secara bertahap jumlah
pernapasan yang diberikan oleh mesin akan merangsang penderita secara perlahan akan
memperbanyak usaha napas spontannya sehingga ketergantungan ventilator dapat dikurangi.
- Harus diobservasi keadaan umum pasien saat penyapihan sebab frekwensi dan tidal volume
rendah yang diberikan akan menyebabkan kerja napas dan frekwensi pernapasan bertambah
sehingga dapat menimbulkan kelelahan.
- Frekwensi dan tidal volume yang dicapai secara spontan oleh penderita harus selalu dipantau
monitor ventilator agar mode dan kebutuhannya selalu disesuaikan.
- Modus ini dapat dikombinasikan dengan mode lain seperti “Pressure support ventilation”.
PCV dibatasi oleh tekanan inspirasi tertinggi yang ditentukan sehingga ventilasi semenit akan
dapat berubah sesuai perubahan komplians paru atau tekanan jalan napas. Dapat terjadi volume
tidal yang diberikan rendah. Bisa digunakan untuk penderita dengan “Acute Lung injury”
- Observasi ketat keadaan umum pasien terutama pengembangan paru sebab bisa terjadi
hipo/hiperventilasi bila terjadi perubahan komplians paru.
4
5. “Pressure Support Ventilation” (PSV)
PSV merupakan tekanan positif yang diberikan oleh ventilator untuk membantu inspirasi dengan
tujuan mengatasi tambahan kerja napas yang diakibatkan oleh proses dalam paru, pipa ETT,
sirkuit ventilator atau hambatan lain yang ada dalam mesin. Dengan PSV pasien dapat mengatur
frekwensi, lama inspirasi aliran dan volume tidal. Dengan SIMV,PSV membantu inspirasi spontan
tanpa mempengaruhi ventilasi mesin.
- Observasi keadaan umum pasien dan selalu memonitor besar tidal volume dan frekwensi napas
yang dihasilkan oleh pasien monitor ventilator. Bila perlu besarnya pressure dapat ditambah atau
dikurangi.
mode ini penderita napas spontan tetapi diberikan tekanan positif awal yang lebih tinggi dari
udara. Meskipun cara ini memberikan tekanan jalan napas sebetulnya bukan merupakan bantuan
ventilasi mekanik, tetapi bisa bermanfaat dalam pengobatan penyakit tertentu.
- PEEP yang tinggi dapat menyebabkan hipotensi karena venous return yang turun
- Aspirasi
5
- Trauma jalan nafas, kerusakan pipa suara
- Infeksi
2. Komplikasi paru
- Keracunan Oksigen
- Distensi abdomen
- Hipomutilitas usus
7. Gangguan psikososial
2. Sistem alarm
Perawat harus berespon terhadap setiap alarm. Alarm tidak boleh dimatikan, ditinggikan atau
diturunkan
6
3. Humidifikasi dan temperature
Setiap penderita yang dilakukan ventilasi mekanik harus ditambahkan humidifikasi dengan
temperature yang terkontrol sehingga udara dapat dihangatkan karena system pelembab alamiah
dari hidung tidak berfungsi.
Harus sealu dijaga dari kemungkinan terlepas, tertekuk, bocor atau tersumbat. Kadang dalam
waktu lama selang dapat berisi cairan yang akan mengganggu aliran udara.
5. Endotrakeal tube
Selalu evaluasi tekanan balon ETT dari kebocoran. Perhatikan plester agar ETT tidak tergeser atau
terlepas karena pasien yang berkeringat, plester basah atau penderita yang selalu bergerak
mengakibatkan ETT mudah bermigrasi. Hindari tergigitnya ETT dengan memasang pipa orofaring
(guedel). Ganti ETT tiap 1-2 minggu. Pembilasan ETT dapat dilakukan dengan memasukkan NaCl
0.9 % di dalam ETT untuk mengencerkan lender sehingga lebih mudah untuk diaspirasi
Jaga kebersihan mulut penderita dengan membersihkan gigi dan rongga mulut tiap pagi dengan
cairan antiseptik
I. Ventilasi Mekanik
Alat bantu napas yang bisa bertekanan negatif maupun positif yang dapat mempertahankan
Ventilasi dan pemberian oksigen secara Mekanis dan dalam waktu yang lama.
Ventilasi mekanik dapat dipergunakan di ICU, PICU, NICU dan Unit Perawatan intensive lainnya.
1. Intubasi endotracheal
- Gagal ventilasi
7
- Gagal Oksigenasi
- Obstruksi jalan nafas (efek obat anestesi post operasi,retensi sputum, penerunan kesadaran)
2. Pemasangan ventilator.
Mode ventilasi mekanik anak yang lebih disukai adalah Pressure-Controled, time cycle Ventilation
(PCV) dibandingkan Volume Constant Ventilation (VCV). Keuntungan dari mode ini adalah flow
berjalan secara terus menerus dengan konstan, meskipun dalam fase ekspirasi, sehingga
memungkinkan napas spontan pasien.
berat badan diatas 10 kg, dapat digunakan volume constan, time cycle, pressure-limited, Diatas
usia dua tahun maka pengelolaan umum hampir menyamai orang dewasa.
volume constant. Time-controled ventilator, maka VT ( Volume Tidal ) di set langsung, sedangkan
pressure-limited, time-cycle, constant flow ventilator, Tidal Volume yang diterima pasien
tergantung dari compliance dan resistance dari pasien dan juga dari parameter ventilasi seperti
inspirasi time (Ti),
Sejumlah udara yang diinspirasikan oleh mesin ke pasien yang dibatasi oleh volume control (VC)
atau Pressure control (PC)
a. TV a. RR
b. RR b. T insp
c. FiO2 c. P insp
d. T insp. d. PEEP
e. Flow e. FiO2
f. P E E P
8
V. Synchronous Intermittent Mandatory Ventilation (SIMV)
Mode ini menekankan mandat yang telah ditentukan sehingga pasien bernafas waktu-waktu
tertentu
Terkadang mode ini diberikan bersamaan dengan pressure support (PS) dengan SIMV Rate
ditiadakan
> Parameter
a. TV
b. SIMV Rate
c. Inspirasi Time
d. Pressure Support
e. FiO2
f. P E E P
Dalam mode ini tiap inspirasi disuppor dengan preset constan pressure ( 15 – 35 cmH2O ), pasien
harus melakukan trigger ventilator dan biasanya dikombinasi dengan SIMV.
>Parameter :
a. PEEP
b. FiO2
1. Respirasi Rate ( RR )
2. Tidal Volume ( TV )
a. Volume gas yang dihantarkan oleh Ventilator setiap siklus napas Diset 6 – 8 ml/Kg.BB
9
b. ARDS, gunakan volume lebih kecil 4 – 6 ml/Kg.BB untuk meminimalkan tekanan berlebihan
didalam alveoli
b. Terkadang diperlukan fase inspirasi yang sama / lebih lama dibanding ekspirasi untuk
meningkatkan PaO2
4. Inspirasi Pressure ( IP )
d. Jika inspirasi pressure/valume tercapai maka ventilator menghentikan hantarannya dan alarm
berbunyi.
e. Peningkatan pressure bila terjadi obstruksi, batuk, retensi sputum, ETT tergigit, fighting atau
kingking.
b. Konsentrasi 21 – 100 %
e. Setting 100 % bila ada tindakan tertentu yang menginterupsi pemberian ventilasi, berikan
oksigen 100 % selama 15 menit.
10
b. Rumus : Flow Rate = (TV x 60) : T.insp
INTERVENSI
A. Suctioning
Suctioning atau penghisapan lendir merupakan prosedur yang rutin dilakukan untuk
membebaskan jalan nafas. Frekuensi yang terlalu sering dapat mengakibatkan produksi lendir
menjadi bertambah atau resiko infeksi menjadi tinggi. Tindakan ini dilakukan jika memang
dianggap perlu sekali karena pertimbangan jalan nafas yang buruk atau jika saturasi oksigen
monitor mengalami penurunan atau jika lendir mengakibatkan penumpukan CO2 dalam darah
yang ditunjukkan dengan AGD. Untuk menghindari hipoksemia saat tindakan, dapat diberikan
FiO2 dengan konsentrasi tinggi (100%) dalam 3-5 siklus pernafasan atau sampai nilai saturasi
oksigen diatas 95%. Untuk menghindari atelektasis akibat penghisapan lendir, perawat harus
menggunakan teknik yang tepat misalnya diameter suction tidak kurang dari 0,5 diameter ETT.
Menarik ujung suction 1-2 cm dari karina (setelah ada rangsangan batuk) dan tekanan suction
tidak melebihi 100 cmH2O. untuk menghindari infeksi nosokomial kanula suction digunakan tipe
system tertutup atau prosedur 1 kali pakai buang kanula suction tipe terbuka. Aspirasi tidak
melebihi 10 detik dan berikan FiO2 konsentrasi tinggi selama 5-6 siklus nafas untuk menghindari
hipoksemia paska penghisapan lendir. pasien ARDS, resiko kolaps tidak saja akibat suctioning
namun lepasnya tubing saat akan melakukan tindakan suctioning mengakibatkan PEEP yang
sudah diset menjadi nol dan seketika itu paru-paru menjadi kolaps.
B. Hemodinamik
11
Pemilihan PEEP dan TV yang terlalu tinggi pasien hipotensi akan mengakibatkan penekanan
berlebih oleh kedua paru terhadap ventrikel sehingga akan menurunkan isi sekuncup (stroke
volume) dan penurunan terhadap curah jantung.
pasien-pasien yang terpasang ventilator jangka panjang, disorientasi atau keadaan yang tidak
kooperatif sering dijumpai. Ekstubasi yang dilakukan oleh pasien sendiri bukan suatu hal yang
tidak mungkin terjadi. Pemasangan restrain kedua tangan diperlukan pasien-pasien seperti ini
karena resiko ekstubasi dengan keadaan balon ETT masih mengembang sangat beresiko terhadap
rupture trakhea.
D. Komunikasi
Komunikasi pasien dilakukan dengan membuat catatan-catatan yang sederhana dan pasien
dipantau terhadap kemungkinan pemakaian energi yang terlalu berlebih sehingga berdampak
peningkatan komsumsi
oksigen (VO2) dan hemodinamik yang merugikan. Penyampaian komunikasi dilakukan pasien
dengan menulis sendiri dan perawat membantu membimbing tentang apa yang ingin disampaikan
pasien.
Merubah posisi tidur miring ke kiri-kanan, terlentang dan atau tengkurap (jika tidak terdapat
kontra indikasi) secara periodik setiap 2 jam selain memiliki keuntungan terhadap penurunan
resiko dekubitus juga akan membantu memperbaiki komplain paru dan sirkulasi kapiler pulmonal
terhadap efek gravitasi (west zone) terutama posisi semi rekumben.
F. Humidifier
Humudifer atau pelembab udara inspirasi dari ventilator menuju pasien harus diisi air akuades
dengan ukuran yang sesuai dengan anjuran pabrik. Keuntungan lain dari humudifer adalah untuk
mematikan bakteri yang masuk ke dalam paru melalui tubing inspirasi. Kelebihan mengisi air akan
mengakibatkan naiknya air dari humudifer ke dalam paru. Dan jika air yang masuk paru dalam
12
jumlah berlebihan akan mengakibatkan pneumotoraks. beberapa merk ventilator, suhu
humudifer perlu dipantau juga keakuraratannya dengan meraba tubing inspirasi karena beberapa
masalah bisa terjadi seperti suhu yang tertera dihumudifer tidak sesuai dengan suhu yang
sebenarnya (bisa saja lebih panas dari nilai yang tertera) sehinga akan menyebabkan luka baker
disekitar jalur trakheo-bronkhial.
G. Water trapping
Water trapping adalah penampung air diantara dua pipa (tubing). Keuntungannya adalah untuk
mencegah masuknya air ke dalam paru-paru pasien. Water trapping yang penuh harus segerah
dibuang sebelum air naik ke bagian tubing dan masuk kedalam paru. Akumulasi air akuades tubing
inspirasi akan mengakibatkan hambatan udara inspirasi dari ventilator ke dalam paru pasien
sehingga akan mengakibatkan Tidal Volume (TV) menurun.
H. Mechanical Malfunction
Yakinkan alarm setting aktif, mesin ventilator bisa saja tiba-tiba tidak berfungsi dengan baik,
olehnya itu siapkan resusitation bag disetiap pasien yang terventilator. Segera lepas ventilator
dari pasien dan lakukan manual resuscitation, kemudian cari penyebab kerusakan bila perlu ganti
ventilator.
I. Observasi
h. Gelisah
13
i. Pasien tampak lemah
j. Nyeri dada.
3. Kaji ventilator setiap 1-2 jam, mengenai jenis, pola, tidal volume, frekuensi nafas, Fi02, dan
airway pressure.
6. Lakukan oral higiene, inspeksi mulut dan membran mukosa sekitar ETT.
PROSES KEPERAWATAN
Pengkajian
Pengkajian Klien:
Dalam mengkaji klien yang menggunakan ventilator, perawat mengevaluasi hal-hal berikut:
1. Tanda-tanda vital
2. Bukti adanya hipoksia (gelisah, ansietas, takikardi, peningkatan frekuensi pernafasan, dan
sianosis)
14
3. Frekuensi dan pola nafas
4. Bunyi nafas
5. Status neurologic
7. Kebutuhan pengisapan/suctoning
9. Status nutrisi
Pengkajian Peralatan
1. Jenis ventilator
2. Mode ventilator
4. Pengesetan Fi02
7. Humidifikasi
9. PEEP
15
- Mempertahankan airway, mobilisasi sekret, tetap bebas dari dyspnea dan gelisah.
- Monitor perubahan oksigenasi dan ventilasi, perubahan AGD, pulse oxymetri, dan end tidaICO2-
- Pertahankan ETT atau trakheostomy; amankan tube dengan plester atau perlengkapan lain.
- Kolaborasi dengan dokter untuk meningkatkan sedasi jika agitasi mengganggu ventilasi.
- Reposisi F- I I dari sisi satu ke sisi yang lain setiap 4 jam, kaji dan dokumentasikan kondisi kulit.
Catatan: tempatkan tube pada batas garis di bibir, lakukan prosedur oleh 2 prang staff, lakukan
suction di atas cuff ETT sebelum mereposisi ETT.
R: mencegah kerusakan kulit, mengurangi aspirasi dari sekret oral dan pneumonia akibat
pemasangan ventilator, menjaga tube dalam posisi yang benar setelah manipulasi.
Kaji status respirasi setiap 4 jam; segera merespon adanya perubahan: suara nafas di anterior,
posterior, chest excursion, kemampuan klien untuk melakukan nafas spontan, tanda dan gejala
hipoxemia.
16
Monitor RR dan bantuan nafas dan inisiatif klien untuk bernafas. R: Mengkaji efektivitas ventilasi
mekanik.
- Kaji toleransi terhadap bantuan nafas dan monitor adanya pergerakan nafas yang asinkron,
melaporkan adanya sesak nafas, atau pressure alarm yang tinggi. Jika simptomatik, lepaskan klien
dari ventilator dan berikan ventilasi manual dan siapkan untuk pemasangan chest tube.
R: mengkaji efektivitas ventilasi mekanik dan berjaga-jaga terhadap komplikasi; volutrauma, untuk
secepatnya merespon dan menangani volutrauma.
- Sediakan ambu bag dan perlengkapan suction yang siap digunakan. R: menjaga jalan nafas dan
ventilasi klien apabila terjadi keadaan emergency.
Pertahankan integritas sirkuit ventilator; monitor seting ventilator, responsif terhadap alarm
ventilator, jags tubing bebas dari uap lembab/embun dan gunakan perlengkapan seperti water
trap untuk memfasilitasi pembuangan uap lembab.
- Monitor cuff pressure dari ETT atau trakheostomy tube: Penggembungan cuff dengan jumlah
minimal udara diperlukan untuk mencegah kebocoran udara sekitar cuff dan menjaga tidal
volume. Laporkan ke dokter jika cuff pressure melebihi 30 cmH20 atau jika cuff tidak bisa menjaga
tekanan yang adekuat.
17
R: Terapi mungkin diperlukan untuk memfasilitasi ventilasi mekanik untuk mengoptimalkan
ventilasi dan pertukaran gas.
- Kolaborsi dengan tim kesehatan untuk merawat dan merespon hal-hal yng mendasari gagal
pernafasan.
- Support klien dan keluarga untuk terlibat dalam perencanaan perawatan dan pencapaian tujuan.
2. Inefektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan jalan nafas buatan; penurunan kemampuan
untuk batuk, sekret yang kental.
- Kaji kebutuhan klien untuk suction pada ETT, adanya pressure alarm ventilator, terdengar suara
sekret, suara nafas yang kasar.
18
- 3ika sekresi trakea kental kaji hidrasi klien dan humidifikasi ventilator, hindari memasukkan
normal saline.
R: Mengencerkan sekret yang kental dan memudahkan untuk clikeluarkan. Pemberian NS tidak
menunjukkan keefektifan dan mengakibatkan hipoksemia.
R: meingkatkan drainase sekret dan ventilasi untuk semua bagian paru sehingga menurunkan
resiko atelektasis
R: meningkatkan ventilasi pada semua segmen paru dan membantu drainase sekret.
3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan terpasang jalan nafas buatan dan ventilator.
Klien dapat mempertahankan metode komunikasi yang diinginkan sesuai dengan kebutuhan.
• Intervensi keperawatan:
- Kaji kemampuan komunikasi klien untuk pola komunikasi pengganti. R: membantu menentukan
pola komunikasi yang memungkinkan untuk klien.
komunikasi, daftar alfabet, kontak mats, dan validasi arti dari komunikasi
yang diinginkan.
19
- Bicara pelan dan jelas ke klien.
Kelembaban membran mukosa oral klien terjaga; tidak terjadi ulserasi atau lesi yang lain.
• Intervensi keperawatan:
- Kaji membran mukosa oral terhadap ulserasi atau lesi yang lain.
- Inspeksi mulut dengan hati-hati, di sekitar dan di bawah plester atau alat¬alat yang digunakan
untuk mengamankan ETT.
- Jaga kebersihan mulut, oral hygiene paling sedikit I kali per shift dengan
menggunakan oral swab, sikat gigi dengan bulu yang halus. Lumasi bibir
R: semua intervensi meningkatkan kenyamanan klien; mengeluarkan bakteri dari orofaring, dan
mengurangi kemungkinan terjadinya pneumonia karena penggunaan ventilator.
5. Resiko terjadi infeksi pulmonal berhubungan dengan pemasangan jalan nafas buatan.
• Intervensi keperawatan:
20
- Monitor temperatur setiap 4 jam. Monitor jumlah, warns, konsistensi, dan bau lendir. Lapor
dokter jika terjadi peru ba han lendir.
- Gunakan teknik mencuci tangan yang balk, gunakan gloves untuk prosedur, gunakan teknik
aseptik untuk suctioning.
- Suction rongga oral paling sedikit setiap 4 jam. Lakukan perawatan mulut dan pertahankan
integritas cuff ETT.
R: mengeluarkan bakteri dari orofaring dan mencegah aspirasi dari bakteri yang dapat
menyebabkan pneumonia karena penggunaan ventilator.
8. Perubahan nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan untuk makan per oral, meningkatnya
kebutuhan nutrisi, kerusakan fungsi gastrointestinal.
9. Kelebihan volume cairan, resiko, berhubungan dengan hidrasi, mekanisme stimulasi RAA.
11.Disfungsi respon penyapihan ventilator berhubungan dengan inefektif bersihan jalan nafas,
gangguan pola tidur, nutrisi inadekuat, nyeri, faktor psikologis.
• Gangguan kardiovaskuler.
21
• Barotrauma dan pneumothorax.
• Infeksi paru.
Evaluasi
• Menunjukkan pertukaran gas, kadar gas darah arteri, tekanan arteri pulmonal dan tanda-tanda
vital yang adekuat.
• Bebas dari ceders atau infeksi yang dibuktikan dengan suhu tubuh dan jumlah sel darah putih
yang normal.
• Berkomunikasi secara efektif melalui pecan tertulis dan gerak tubuh, atau slat komunikasi
lainnya.
Klien dapat diweaning dari ventilator dengan AGD yang adekuat, bebas dari dyspnea dan sesak
nafas, jalan nafas efektif.[--)
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn (1999). Nursing Care Plans, Guidelines for Planning and Documenting Patient
Care. (3 1h ed). (Kariasa, dkk, Penerjemah). Philadelphia: F.A. Davis Company. (Sumber asli
diterbitkan 1993)
Smeltzer, Suzanne (2001). Brunner & Suddarths textbook of medical surgical nursing. (8th ed).
(Waluyo, dkk, Penerjemah). Philadelphia: Lippincott. (Sumber asli diterbitkan 1996)
Sole. Klein. Moseley (2005). Introduction to Critical Care Nursing. (4th ed). St. Louis: Elsevier
Saunders
22
23