Anda di halaman 1dari 214

Dionita Rani:

1. Seorang laki-laki (30 tahun) tersiram air panas sehingha mengalami luka bakar. Hasil pengkajian :
frekuensi nadi 95x/menit, frekuensi napas 24x/menit, suhu 38 C, berat badan 64 kg dan tinggi badan 172
cm, terdapat luka bakar pada dada hingga perut dan kaki kanan pasien. Berapakah jumlah kebutuhan
cairan selama 24 jam yang diberikan kepada pasien?

A. 7680 ml

B. 9216 ml

C. 4608 ml

D. 2304 ml

E. 8192 ml

Jawaban : B.

Pembahasan :

DO : Laki-laki 30 tahun mengalami luka bakar pada dada hingga perut dan kaki kanan.

1. Menghitung luas luka bakar : Luka bakar pada dada 9%, pada perut 9%, dan pada kaki kanan 18%
maka total luas luka bakar yaitu 36%.

2. Menghitung kebutuhan cairan pasien dengan rumus baxter :

(4 ml x Berat badan (Kg) x % presentase luas luka bakar) / 24 jam.

Maka Jumlah Cairan yang dibutuhkan pasien :

4ml x 64 kg x 36% = 9216 ml

2. Pasien perempuan (72 tahun) dirawat di Bangsal bedah. Hasil pengkajian : frekuensi nadi 78x/menit,
frekuensi napas :30x/menit. Hasil analisa gas dkomunitas

njukkan pH arteri 7,31, PCO2 49 mmHg, PaO2 80 mmHg, HCO3 24 meq/L, saturasi O2 : 89%. Apakah
hasil analisa gas darah pasien?

a. Alkalosis metabolik

b. Asidosis respiratorik

c. Alkalosis respiratorik

d. Asidosis metabolik
e. Alkalosis respiratorik terkompensasi

Jawaban : B. Asidosis respiratorik

Pembahasan :

DO : pH 7,31, PCO2 49 mmHg, HCO3 24 meq/L

1. rentang normal pH : 7,35 – 7,45. Jika pH dibawah 7,35 berarti menunjukkan “Asidosis”, dan jika diatas
7,45 menunjukkan “Alkalosis”. Pada soal nilai pH adalah 7,31 yang menunjukkan pasien mengalami
asidosis.

2. Rentang normal PCO2 adalah 35 – 45 mmHg. Jika dibawah 35 menunjukkan “Alkalosis”, dan jika diatas
45 menunjukkan “Asidosis”. Pada soal nilai PCO2 adalah 49 mmHg yang menunjukkan pasien mengalami
asidosis.

3. Rentang normal HCO3 adalah 22-26 meq/L. Dibawah 22 menunjukkan “Asidosis” dan diatas 26
menunjukkan “Alkalosis” pada soal nilai HCO3 adalah 24 meq/L yang menunjukkan “normal”

4. Bandingkan hasil interpretasi dari PCO2 dan HCO3 untuk menentukan kelainan jenis asam basa. Pada
ketiga analisa diatas pH menunjukkan Asidosis, PCO2 asidosis dan HCO3 normal. Maka dapat
disimpulkan hasil interpretasi pasien tersebut adalah asidosis respiratorik (B).

Pilihan Alkalosis metabolik tidak tepat karena tidak sesuai dengan interpretasi

Pilihan Alkalosis respiratorik tidak tepat karena tidak sesuai dengan interpretasi

Pilihan Asidosis metabolik tidak tepat karena tidak sesuai dengan interpretasi

Pilihan Alkalosis respiratorik terkompensasi tidak tepat karena tidak sesuai dengan interpretasi

[27/8 19.56] +62 851-7033-6452: Soal 1

Seorang perempuan (52 tahun) datang ke poli jantung untuk memeriksakan kesehatannya. Perawat akan
melakukan pemeriksaan EKG pada pasien. Perawat telah memasang elektoda 4 dan 3 dan saat ini
perawat akan memasang elektroda ke 5

Dimanakah penempatan elektroda yang akan dipasangkan perawat selanjutnya?

a. ICS 4 Midklavikula kiri

b. ICS 5 aksila anterior kiri

c. ICS 4 Midklavikula kanan


d. ICS 5 Midklavikula kiri

e. ICS 5 mid aksila kiri

Jawaban benar : B

Pembahasan :

Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu grafik yang menggambarkan rekaman listrik jantung. Kegiatan
listrik jantung dapat dicatat dan direkam melalui elektroda-elektroda yang dipasang pada permukaan
tubuh.

Terdapat 2 jenis sandapat (lead) pada EKG yaitu sandapan bipolar dan sandapan unipolar.

Sandapat bipolar adalah sandapan yang hanya merekam perbedaan potensial dari dua (2) elektroda, dan
sandapan ini ditandai dengan angka romawi I, II, III.

Sandapan I : merekam beda potensial antara lengan kanan (RA) dan lengan kiri (LA), dimana lengan
kanan bermuatan negatif (-) dan lengan kiri bermuatan positif (+).

Sandapan II : merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan kiri (LF) dimana lengan kanan
bermuatan negatif (-) dan kaki kiri bermuatan positif (+)

Sandapat III : merekam beda potensiall antara lengan kiri (LA) dengan kaki kiri (LF) dimana lengan kiri
bermuatan negatif (-)

Sandapan unipolar terbagi 2 yaitu sandapan unipolar ekstremitas dan sandapan unipolar prekordial

Penempatan elektroda ekstremitas

Kabel merah (RA) : Lengan kanan

Kabel kuning (LA) : lengan kiri

Kabel hitam (ICF) : kaki/tungkai kanan

Kabel hijau (LF) : kaki/tungkai kiri

Penempatan elektroda prekordial


Sandapan V1 : ICS 4, garis sternal kanan

Sandapan V2 : ICS 4,garis sternal kiri

Sandapan V3 : Antara V2 dan V4

Sandapan V4 : ICS 5, garis midklavikula kiri

*Sandapan V5 : ICS 5, garis aksila anterior kiri*

Sandapan V6 : ICS 5, midaksila kiri

Pada kasus, *perawat telah memasang elektoda 4 dan 3 dan saat ini perawat akan memasang elektroda
ke 5. Maka penempatan elektroda terletak pada ICS 5 aksila anterior kiri (Opsi jawaban b)*

Referensi : Tim Pokja Modul Pelatihan HIPERCCI Pusat. 2016. Modul Pelatihan Keperawatan Intensif
Dasar. Jakarta : In Media

[27/8 19.56] +62 851-7033-6452: Soal 2

Seorang pasien (40 tahun)dirawat di RS dengan gagal ginjal kronis. Pasien direncanakan akan menjalani
prosedur hemodialisis. Saat perawat menginformasikan rencana tersebut, pasien dengan kesadaran
penuh menolak dan marah. Keluarga mengatakan bahwa pasien jarang melakukan ibadah dan mudah
marah

Apakah tindakan yang tepat dilakukan perawat ?

a. Memberikan berkas penolakan tindakan untuk ditandatangani

b. Mendiskusikan terapi dan menentukan alternatif masalah

c. Menjelaskan kembali prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan

d. Berdiskusi dengan Ketua tim

e. Melaporkan penolakan ke dokter

Jawaban benar : C

Gagal ginjal kronik merupakan keadaan ginjal yang kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan
volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal, yang progresif dan lambat.
Hemodialisis adalah proses perpindahan massa berdasarkan difusi antara darah dan cairan dialisis yang
dipisahkan oleh membran semipermeabel. Hemodialisis merupakan salah satu teknik yang digunakan
dalam pengobatan gagal ginjal kronik.(Price & Wilson, 2006)

Sebelum melakukan tindakan invasif pasien/keluarga harus mendapatkan izin atau persetujuan dari
orang yang berhak (pasien/kekuarga/walinya) kepada dokter untuk melakukan tindakan tindakan medis
sesudah orang yang berhak tersebut diberikan informsi secukupnya.

Pada kasus terjadinya penolakan tindakan, hal yang dapat dilakukan oleh perawat adalah sebagai
berikut:

*- Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada pasien termasuk pengaruh yang akan
terjadi bila prosedur dilakukan dan bila prosedur tidak dilakukan.*

- Melaporkan keputusan penolakan pasien kepada tim perawatan (bila perlu kepada komite etik)

- Mendokumentasikan penolakan tindakan

Referensi : Guide to Professional Conduct and Ethics for Registred Medical Practitioners, 7th Edition

[27/8 19.56] +62 851-7033-6452: Soal 3

Seorang laki-laki (57 tahun) dirawat di RS dengan Ca. Colorectal. Perawat akan melakukan perawatan
kolostomi pada pasien. saat ini perawat membuka kantong kolostomi secara perlahan, kemudian
membersihkan kotoran yang menempel dan menutup stoma dengan kassa lembab.

Apakah tindakan selanjutnya yang tepat dilakukan perawat ?

a. Mengkaji kondisi stoma

b. Menggunting kantong kolostomi sesuai ukuran

c. Mengoleskan zinc salf pada kulit disekitar stoma

d. Mengosongkan kantong kolostomi

e. Membersihkan kulit di sekitar stoma

Jawaban benar : E

Pembahasan :
Prosedur perawatan kolostomi

1. Jelaskan prosedur pada pasien

2. Ambil semua peralatan yang diperlukan dan letakkan di dekat perawat

3. Cuci tangan dan pakai handscoon

4. Berikan privasi dan bantu pasien pada posisi yang nyaman (fowler, semifowler,berdiri atau duduk di
kamar mandi)

5. Kosongkan kantong yang sudah terisi sebagian ke dalam pispot bila kantung tersebut mempunyai
saluran pembuangan

6. Lepaskan kantong secara perlahan mulai dari bagian atas sambil mengencangkan kulit perut. Jika ada
tahanan, gunakan air hangat atau zat anti perekat untuk memudahkan pelepasan

*7. Gunakan kertas tissue untuk mengangkat sisa feses dari stoma. Tutup stoma dengan kassa*

*8. Bersihkan dan keringkan kulit di sekitar stoma secara perlahan. Sabun dan zat pembersih ringan
dapat digunakan sesuai peraturan institusi*

9. Periksa tampilan kulit di sekitar stoma dan stoma itu sendiri. Stoma berwarna pink kemerahan dan
agak basah dianggap normal

10.Oleskan pelindung kulit jenis pasta (Zink oksida) jika diperlukan dan biarkan pasta mengering selama
1 – 2 menit

11. Tempelkan pelindung kulit dan kantung secara bersamaan

a. Pilih ukuran lubang stoma dengan memakai panduan ukuran stoma

b. Samakan dengan ukuran lingkaran pada bagian belakang tengah pelapis kulit

c. Gunakan gunting untuk memotong lubang 6 mm atau 3 mm lebih besar dari stoma

d. Lepaskan bagian belakang pelapis kulit untuk memaparkan bagian yang lengket

e. Angkat kasa yang menutupi stoma

f. Rekatkan pelapis kulit dan kantung stoma dan tekan ke kulit secara perlahan sambil meratakan
kerutan. Tahan kantung pada tempatnya selama 5 menit.

12. Masukkan pengharum ke dalam kantong jika perlu

13. Tutup kantung bila ada saluran pembuangnya dengan cara melipat ujungnya ke atas dan gunakan
klem atau penjepit sesuai petunjuk

14. Buang pada tempatnya peralatan yang sudah dipakai, buang handscoon, dan cuci tangan
15. Dokumentasikan penampakan stoma, kondisi kulit di sekitar stoma, dan respon pasien terhadap
prosedur.

[27/8 19.56] +62 851-7033-6452: Soal 4

Seoarang perempuan (28 tahun) datang ke puskesmas untuk memeriksakan kesehatannya. Hasil
pengkajian : klien mengeluh pusing dan demam selama 3 hari. Perawat akan melakukan pemeriksaan
tekanan darah dan saat ini perawat telah memasang manset 3 jari diatas fossa cubiti.

Apakah tindakan selanjutnya yang tepat dilakukan perawat ?

a. Menentukan denyut arteri radialis

b. Menentukan denyut nadi brakialis

c. Memasang stetorkop di bawah manset

d. Memompa balon udara sampai denyut nadi tidak teraba

e. Memompa balon udara manset sampai 20 mmHg lebih tinggi dari titik nadi teraba

Jawaban benar : B

Prosedur pemeriksaan tekanan darah

1. Cuci tangan

2. Beri privasi klien

3. Posisikan klien dengan benar; pasien dewasa harus dalam posisi duduk, siku harus sedikit fleksi
dengan telapak tangan menghadap keatas dan lengan bawah ditopang sejajar dengan jantung.

4. Lepaskan tekanan sepenuhnya darimanset

5. pasien dewasa harus dalam posisi duduk, siku harus sedikit fleksi dengan telapak tangan menghadap
keatas dan lengan bawah ditopang sejajar dengan jantung.

6. Gulung lengan baju bagian atas.

*7. Lilitkan manset yang telah dikempiskn pada lengan atas; pada orang dewasa letakkan tepi bawah
manset kira-kira 2,5 cm diatas ruang antekubiti.*

8. Lakukan pengukuran awal (preliminer) tekanan sistolik dengan metode palpasi

*a. Palpasi arteri brakhialis dengan ujung jari*

b. Tutup katup pompa dengan memutar knop searah jarum jam


c. pompa manset sampai tidak lagi dirasakan denyut nadi brakialis.

d. Lepaskan tekanan sepenuhnya darimanset

9. Posisikan stetoskop dengan benar

10. Auskultasi tekanan darah klien

a. Pompamanset sampai sfigmomanometer menunjukkan 30 mmHg diatas titik tempat nadi brachialis
tidak terdengar.

b. Lepaskan katup pada manset secara perlahan sehingga tenganan turun dengan rata-rata 2-3 mmHg
per detik.

c. Setelah tekanan darah turun secara drastis, perhatikan nilai atau angka yang ditunjukkan manometer
pada setiap fase jika memungkinkan

d. Kempiskan manset dengan segera hingga tuntas.

e. Tunggu selama 1-2 menit sebelum melakukan pengukuran selanjutnya

f. Ulangi langkah-langkah diatas satu atau dua kali sesuai kebutuhan.

Pada kasus, perawat akan melakukan pemeriksaan tekanan darah dan saat ini perawat telah memasang
manset 3 jari diatas fossa cubiti. Maka tindakan selanjutnya yang harus dilakukan perawat adalah
menentukan denyut nadi brachialis dengan palpasi arteri brakhialis dengan ujung jari (Opsi jawaban b)

[27/8 19.56] +62 851-7033-6452: Soal 5

Seorang laki-laki (20 tahun) datang ke poliklinik RS untuk memeriksakan kesehatannya. Hasil pengkajian
pasien mengeluh mengalami penurunan kemampuan pendengaran, tampak ada cairan kuning pada
telinga pasien.

Apakah tindakan yang tepat dilakukan perawat ?

a. Kolaborasi pemberian antibiotik salf

b. Kolaborasi irigasi telinga

c. Kolaborasi pemberian antipiretik

d. Melakukan uji weber

e. Melakukan uji rinne


Jawaban benar : b

Pembahasan

Data fokus pengkajian : pasien mengeluh mengalami penurunan kemampuan pendengaran, tampak ada
cairan kuning pada telinga pasien. Maka tindakan yang harus dilakukan perawat adalah berkolaborasi
melakukan irigasi telinga (Opsi jawaban b)

*Irigasi telinga adalah pencucuian kanal auditorius eksterna dengan menggunakan aliran cairan* (Jacob,
et al. 2014). Tujuan dari irigasi telinga adalah :

1. Mengeluarkan kotoran telinga

2. Mengeluarkan benda asing (kecuali zat-zat higroskopik)

*3. Membersihkan telinga dari sekret nanah akibat infeksi telinga tengah*

4. Untuk efek antiseptik

5. Memberikan efek panas

6. Mengevaluasi fungsi vestibulum (mis: uji kalori bitermal)

Opsi jawaban “Kolaborasi pemberian antibiotik salf” (Kurang tepat). Pada pasien otitis media
penggunaan antibiotik tetes dan oral lebih diutamakan.

Opsi jawaban “Kolaborasi pemberian antipiretik” (Tidak tepat). Hasil pengkajian tidak ada data yang
menunjukkan adanya peningkatan suhu tubuh pada pasien yang memerlukan terapi antipiretik.

Opsi jawaban “Melakukan Uji weber” (Tidak tepat). Uji weber adalah pemeriksaan pendengaran dengan
membandingkan hantaran tulang telinga kanan dengan telinga kiri. Tidak ada data yang menunjukkan
perlunya pemeriksaan penurunan kemampuan dengar pada pasien.

Opsi jawaban “Melakukan uji rinne” (Tidak tetap). Uji rinne adalah pemeriksaan pendengaran dengan
membandingkan hantaran melalui udara dan melalui tulang. Tidak ada data yang menunjukkan perlunya
pemeriksaan penurunan kemampuan dengar pada pasien.
[27/8 19.56] +62 851-7033-6452: Soal 6

Seorang perempuan (48 tahun) drawat di RS dengan CHF. Hasil pengkajian : tekanan darah 130/80
mmHg, frekuensi nadi x/menit, frekuensi napas x/menit. Perawat akan memindahkan pasien ke kursi
roda, saat ini perawat telah mengatur posisi kursi roda dan mengunci kursi roda.

Apakah tindakan yang tepat dilakukan perawat selanjutnya ?

a. Meletakkan kedua tangan pasien di atas bahu perawat

b. Membantu pasien duduk disamping tempat tidur

c. Membatu pasien berdiri disamping tempat tidur

d. Menekuk lutut dan pinggul segaris dengan lutut pasien

e. Menginstruksikan pasien untuk menggunakan lengan kursi roda sebagai pegangan

Jawaban benar : B

Pembahasan

Prosedur Mobilisasi Pasien dari Bed ke Kursi Roda

1. Cuci tangan

2. Jelaskan prosedur pada pasien dan instruksikan apa yang harus dilakukan

3. Rendahkan posisi bed

4. Dekatkan kursi roda ke samping bed, pada sudut 45 derajat terhadap bed

*5. Pastikan kursi roda dalam keadaan terkunci dan pijakan kaki kursi roda dinaikkan*

*6. Bantu pasien duduk di tepi bed*

7. Lebarkan kaki perawat

8. Tekuk lutut dan pinggul perawat segaris dengan lutut pasien

9. Masukkan tangan melewati bawah aksila pasien dan letakkan tangan pada skapula

10. Bantu pasien berdiri pada hitungan ketiga sambil meluruskan pinggul dan lutut perawat

11. Berputar pada kaki yang paling jauh dari kursi roda

See12. Instruksikan pasien untuk menggunakan lengan kursi roda sebagai topangan
13. Tekuk pinggul dan lutut perawat, serta dudukkan pasien di kursi roda

14. Posisikan pasien dengan benar pada posisi duduk (bersandar ke kursi roda dan menaruh kaki pada
pijakan kursi roda)

15. Pasang seat belt jika tersedia

16. Cuci tangan

(Jacob, A. et al. 2014. Buku ajar : Clinical Nursing Procedures. Edisi II. Diterjemahkan oleh : Estrada, R.
Tanggerang : Binarupa Aksara)

[27/8 19.57] +62 851-7033-6452: Soal 7

Seorang laki-laki (36 tahun) dirawat di RS dengan penumpukan cairan di rongga pleura. Hasil pengkajian
pasien mengeluh sesak napas, tekanan darah 130/80 mmHg frekuensi nadi 112x/menit frekuensi napas
32x/menit. Saat auskultasi paru terdengar suara nafas menghilang.

Apakah bunyi napas yang ditemukan pada pemeriksaan tersebut?

a. Ronchi

b. Wheezing

c. Bronkovesikuler

d. Vesikuler

e. Pleural friction rub

Jawaban benar :

Pembahasan :

Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan viseral
dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder
terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml)
berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleura bergerak tanpa adanya friksi
(Smeltzer, 2002).

Auskultasi adalah teknik mendengarkan suara yang ditimbulkan oleh paru-paru. *Pada pasien dengan
efusi pleura, bunyi napas tambahan yang terdengar melalui auskultasi biasanya adalah peural friction
rub* (Opsi jawaban E) yaitu suara akibat gesekan pleura bernada rendah, kisi-kisi, atau bunyi berderit
yang terjadi saat permukaa pleura yang meradang selama respirasi. Lebih sering didengar pada inspirasi
daripada ekspirasi. Pleural friction rub akan berhenti saat pernapasan berhenti (pasien menahan napas
sebentar).

Tinjauan opsi lain

Opsi jawaban “Ronchi” (tidak tepat)

Ronchi adlah suara seperti mendengkur bernada rendah yang mungkin terjadi sepanjang siklus
pernapasan, sering ditandai dengan sekresi di dalam saluran napas yang besar dan dapat didengar pada
kondisi sekresi meningkat, seperti pada fibrosis kistik, pneumonia, bronkitis, edema paru, atau
emphysema.

Opsi jawaban “Wheezing” (tidak tepat)

Wheezing adalah bunyi yang terus menerus, bernada tinggi, musikal, biasanya terjadi saat ekspirasi yang
dihasilkan oleh udara yang mengalir melalui bronki yang menyempit, menyebabkan fluttering dan
resonasi dinding bronkial. Biasanya disebabkan oleh penyempitan bronkus, terutama COPD, asma, dan
bronkitis.

Opsi jawaban “ Crackles” (tidak tepat)

Crackles adalah suara napas tambahan yang bersifat intermitten, non musikal, sangat singkat, dan lebih
terasa selama inspirasi. Suara seperti rambut yang digosok diantara jari-jari seseorang. Sering terdengar
pada pasien COPD, bronchitis, atelectasis, dll.

Opsi jawaban “Vesikuler” (tidak tepat)

Vesikuler adalah suara paru normal dimana suara inspirasi terdengar lebih keras, lebih panjang dan pitch
(nada)nya lebih tinggi dari suara ekspirasi. Suara vesikuler terdengar hampir di seluruh lapangan paru,
kecuali pada daerah supra sternal dan interscapula.

[27/8 19.57] +62 851-7033-6452: Soal 8

Seorang laki-laki (43 tahun) datang ke poliklinik RS untuk memeriksakan kesehatannya. Perawat
melakukan pemeriksaan refleks patella pada pasien, saat ini pasien mengatur posisi pasien duduk di
pinggir tempat tidur dengan tungkai menjuntai.
Apakah prosedur tindakan yang tepat dilakukan selanjutnya ?

a. Mengetuk tendon dengan gerakan cepat dan pasti

b. Menganjurkan pasien untuk rileks

c. Mencuci tangan

d. menentukan lokasi tendon patela

e. Mengamati adanya ekstensi kaki

Jawaban benar : d

Pembahasan

Pemeriksaan refleks patela (tempurung lutut) adalah refleks sistem saraf berupa refleks kontraksi otot di
sekitar patela sehingga kaki akan terlihat seperti menendang.

Prosedur pemeriksaan refleks patela

*1. Minta klien duduk di tepi meja periksa agar kaki klien dapat menjuntai dengan bebas dan tidak
menjejak tanah.*

*2. Tentukan lokasi tendon patela yang berada tepat diujung bawah patela (tempurung lutut).*

3. Ketukkan palu, perkusi langsung pada tendon .

4. Amati adanya ekstensi kaki atau tendangan kaki yang normal saat otot quadtrisep berkontraksi.

5. Apabila tidak terdapat respons dan Anda menduga klien tidak rileks, minta klien mengaitkan jemarinya
dan menarik lengan keatas. Tindakan ini sering kali meningkatkan relaksasi sehingga akan menghasilkan
respons yang akurat.

(Sumber : Kozier, et al. 2014. Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses & praktik. Penerbit :
EGC

*Pada kasus, perawat telah mengatur posisi pasien duduk di pinggir tempat tidur dengan tungkai
menjuntai. Maka tindakan selanjutnya yang dilakukan adalah menentukan lokasi tendon patela yang
berada tepat diujung bawah patela (tempurung lutut) (opsi jawaban d).*

[27/8 19.57] +62 851-7033-6452: Soal 9


Seorang laki-laki (56 tahun) dirawat di RS dengan Emfisema paru. Hasil pengkajian : pasien mengeluh
sesak napas, pola napas cepat dan dangkal,frekuensi napas 26x/menit, tekanan darah : 130/90 mmHg,
frekuensi nadi 96x/menit, Ph 7,31, PCO2 58mmHg, PO2 94 mmHg, HCO3 26 mEq.

Apakah interpretasi pemeriksaan AGD pasien?

a. Asidosis metabolik

b. Asidosis respiratorik

c. Alkalosis metabolik

d. Alkalosis respiratorik

e. Asidosis respiratorik terkompensasi sebagian

Jawaban benar : B

Pembahasan

AGD (Analisa Gas Darah) merupakan prosedur pemeriksaan yang menilai derajat keasaman (pH), jumlah
oksigen (O2) serta karbondioksida (CO2) dalam darah arteri untuk mendeteksi ketidakseimbangan asam
basa yang dapat mengindikasikan adanya gangguan pada fungsi pernapasan, metabolisme, atau ginjal.

Hasil AGD pasien

pH 7, 31, (N = 7,35-7,45) / menurun

PCO2 58 mmHg, (N= 35-45 mmHg) meningkat

PO2 94 mmHg, (N = 80-100 mmHg) normal

HCO3 26 mEq (N = 22-26 mEq) normal

Berdasarkan hasil pemeriksaan AGD, pasien mengalami asidosis respiratorik (opsi jawaban b). Asidosis
respiratorik, yang disebut juga dengan hiperkapnia asidosis atau asidosis karbon dioksida, merupakan
kondisi yang terjadi ketika kadar karbon dioksida di dalam tubuh berlebih. Kondisi ini disebabkan oleh
paru-paru yang tidak mampu membuang zat karbon dioksida yang diproduksi tubuh, sehingga tingkat
keasaman darah dan cairan tubuh lainnya meningkat.

[27/8 19.57] +62 851-7033-6452: Soal 10

Seorang laki-laki (60 tahun) dirawat di rs dengan NSTEMI hari ke-5. Hasil pengkajian : Siang ini pasien
direncanakan pulang. Perawat akan melakukan aff katter dan saat ini perawat telah mencuci tangan
Apakah prosedur tindakan yang tepat dilakukan selanjutnya ?

a. Membuka pakaian bawah pasien

b. Memakai handscoon

c. Memposisikan pasien

d. Mengosongkan urin bag

e. Mengeluarkan cairan fiksasi pada balon kateter

Jawaban benar : B

Pembahasan

Prosedur Aff kateter

*1. Cuci tangan*

*2. Memakai handscoon*

3. Mengosongkan urine bag

4. Membuka pakaian bawah klien

5. Posisikan klien, dan dekatkan alas dan bengkok ke area kerja

6. Keluarkan semua cairan fiksasi yang ada dalam balon kateter

7. Pastikan semua cairan yang ada di dalam balon kateter keluar, dan tarik serang kateter perlahan-lahan

8. Buang semua sampah kateter beserta urine bag ke dalam tempat sampah medis

9. Lakukan perineal hygiene

10. Kembalikan posisi klien ke posisi nyaman

11. Rapikan alat-alat

12. Buka handscoon

13. Cuci tangan

[27/8 19.57] +62 851-7033-6452: Soal 11


Seorang pasien (32 tahun) dirawat di RS dengan Bronkopneumonia. Hasil pengkajian pasien mengeluh
sesak nafas, batuk berdahak sulit dikeluarkan, auskultasi paru terdengar ronchi. Hasil pemeriksaan AGD
pH 7.30, pCO2 54, pO2 76, SaO2 94%.

Apakah masalah keperawatan yang tepat ?

a. Pola napas tidak efektif

b. Bersihan jalan napas tidak efektif

c. Gangguan pertukaran gas

d. Resiko aspirasi

e. Gangguan ventilasi spontan

Jawaban benar : b

Pembahasan :

Bronchopneumonia adalah radang pada paru-paru yang mempunyai penyebaran berbercak, teratur
dalam satu area atau lebih yang berlokasi di dalam bronki dan meluas ke parenkim paru (Brunner dan
Suddarth, 2001).

Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh virus penyebab
Bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan broncus dan
alveolus dan jaringan sekitarnya. . Inflamasi pada bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga
terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli
membentuk suatu proses peradangan.

Data fokus pengkajian : pasien mengeluh sesak nafas, batuk berdahak dan sulit dikeluarkan, auskultasi
paru terdengar ronchi. Hasil pemeriksaan AGD pH 7.30, pCO2 54 mmHg, pO2 76mmHg, HCO3 22 mEq,
SaO2 94%.

DS :

Pasien mengeluh sesak,

*Batuk berdahak sulit dikeluarkan*

DO :
Pasien batuk berdahak

Auskultasi paru terdengar ronchi

Hasil AGD : pH 7,30, pCO2 54 mmHg, pO2 76mmHg, HCO3 22 mEq, SaO2 94%

Berdasarkan data maka masalah utama pada pasien adalah bersihan jalan napas tidak efektif (opsi
jawaban b).

Bersihan jalan napas *tidak efektif adalah ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan
napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten (SDKI, 2017).*

Opsi jawaban a “Pola napas tidak efektif” (tidak tepat). Pola napas tidak efektif adalah inspirasi dan atau
ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat. Pada kasus tidak ditemukan data adanya perubahan
pola napas dan penggunaan otot bantu pernapasan.

Opsi jawaban c “Gangguan pertukaran gas” (kurang tepat). Gangguan pertukaran gas adalah kelebihan
atau kekurangan oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida pada membran alveolus-kapiler. Diagnosis
ini bisa diangkat pada pasien karena ditemukan data dyspnea, peningkatan PCO2 dan penurunan pH,
namun diagnosis ini bukan merupakan masalah utama pada pasien.

Opsi jawaban d “Resiko aspirasi” (tidak tepat). Resiko aspirasi adalah beresiko mengalami masuknya
sekresi gastrointestinal, sekresi orofaring, benda cair atau padat kedalam saluran napas trakeobronkial
akibat disfungsi mekanisme protektif saluran napas. Tidak ada faktor resiko yang ditemukan pada pasien.

Opsi jawaban e “Gangguan ventilasi spontan (tidak tepat). Gangguan ventilasi spontan merupakan
penurunan cadangan energi yang mengakibatkan individu tidak mampu bernapas secara adekuat. Pada
pasien tidak ditemukan data penggunaan otot bantu napas dan penurunan volume tidal.

[27/8 19.57] +62 851-7033-6452: Soal 12

Seorang perempuan (54 tahun) di rawat di RS dengan DM tipe II. Pasien di rencanakan untuk
pemeriksaan GDP. Saat akan melakukan pemeriksaan, pasien mengatakan lupa dengan puasanya telah
sarapan.

Apakah tindakan yang harus dilakukan perawat?

a. Tetap mengambil sampel dara


b. Melaporkan kejadian kepada ketua tim

c. Menunda pengambilan sampel darah

d. Menganjutkan pasien untuk puasa

e. Melaporkan kejadian kepada dokter penanggung jawab

Jawaban benar : C

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan serangkaian gangguan yang ditandai dengan resistensi insulin
perifer, gangguan sekresi insulin, dan produksi glukosa hati yang berlebihan. Kemampuan seseorang
untuk mengatur kadar glukosa plasma agar tetap dalam batas-batas normal dapat ditentukan melalui tes
(1) kadar glukosa serum puasa, dan (2) respon glukosa serum terhadap pemberian glukosa.

Pemeriksaan gula darah puasa merupakan suatu pemeriksaan gula darah yang dilakukan pasien setelah
puasa selama 8-10 jam. Kadar glukosa serum puasa normal (teknik auto nalisis) adalah 70-110 mg/dl.

Pada kasus, pasien dengan DM tipe II direncanakan untuk pemeriksaan GDP. Saat akan melakukan
pemeriksaan, pasien mengatakan lupa dengan puasanya dan sudah sarapan. Maka tindakan yang tepat
dilakukan perawat adalah menunda pengambilan sampel darah (opsi jawaban C)

Tinjauan opsi lain

Opsi jawaban “Tetap mengambil sampel darah” (tidak tepat). Pengambilan sampel akan memberikan
hasil yang tidak valid.

Opsi jawaban “melaporkan kejadian kepada ketua tim” (kurang tepat). Tindakan ini dilakukan setelah
perawat mengambil keputusan untuk menunda pengambilan sampel darah dan mendokumentasikan
tindakan.

Opsi jawaban “Menganjurkan pasien untuk puasa” (tidak tepat). Pemeriksaan laboratorium sebaiknya
dilakukan pada pagi hari karena merupakan keadaan basal tubuh setelah beristirahat pada malam hari.
Selain itu tubuh kita memiliki variasi biologis sesuai dengan waktu, artinya kadar analit yang diperiksa
pada pagi hari dapat memberikan hasil yang berbeda jika diperiksa pada sore hari. Pasien bisa
direncanakan untuk puasa ulang pada malam hari untuk dilakukan pemeriksaan GDP esok harinya.

Opsi jawaban “Melaporkan kejadian kepada dokter penanggung jawab” (tidak tepat). Tindakan ini
dilakukan setelah perawat mengambil keputusan untuk menunda pengambilan sampel darah dan
mendokumentasikan tindakan.
Referensi :

Price, S.A., & Wilson, L. M. 2006. Patofisiologi: Konssep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 6, Vol 2.
Jakarta : EGC

Smeltzer& Bare. 2005. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner & Suddart. Edisi 8, Vol 1, alih
bahasa: Kuncara Monica Ester. Jakarta: EGC.

[27/8 19.58] +62 851-7033-6452: Soal 14

Seorang laki-laki (28 tahun) datang ke poli ortopedi untuk memeriksakan kesehatannya. Pasien riwayat
fraktur tibia-fibula sinistra dan mengalami delayed union. Pasien tepasang verban elastis. Hasil
pengkajian akral kaki teraba dingin, pulsasi nadi melemah.

Apakah tindakan yang tepat dilakukan perawat?

a. Mengkaji CRT

b. Melonggarkan verban

c. Meninggikan ekstremitas yang bermasalah

d. Melaporkan ke dokter

e. Membuka verban elastis

Jawaban benar : b

Pembahasan :

Delayed union adalah fraktur yang tidak sembuh setelah selang waktu 3 -5 bulan (3 bulan untuk anggota
gerak atas dan 5 bulan untuk anggota gerak bawah)

Gambaran klinis delayed union adanya nyeri anggota gerak pada pergerakan dan waktu berjalan,
terdapat pembengkakan, nyeri tekan, terdapat gerakan yang abnormal pada daerah fraktur,
pertambahan deformitas. Pada pemeriksaan radiologis tidak ada gambaran tulang baru pada ujung
daerah fraktur, gambaran kista pada ujung – ujung tulang karena adanya dekalsifikasi tulang, gambaran
kalus yang kurang disekitar fraktur.

Pembalutan merupakan tindakan yang bertujuan untuk menahan bidai, menutup luka, mengurangi
pembengkakan, menunjang bagian yang cidera, imobilisasi bagian yang cidera/fraktur.

Prinsip pembalutan menurut Isnani dan Risnanto & Insani (2014) adalah :

a. Melakukan pembersihan luka sebelum dilakukan pembalutan


b. Balutan yang digunakan merupakan balutan bersih

c. Balutan yang dilakukan menutup semua permukaan luka.

d. Pembalutan yang diterapkan tidak boleh terlalu kencang maupun longgar

e. Simpul balutan dianjurkan pada posisi yang datar dan tidak boleh diatas luka

f. *Segera kendorkan atau melepas balutan yang menimbulkan kebal, kesemutan, dan dingin pada
sekitar balutan*

g. Memperhatikan bentuk tubuh yang akan dilakukan pembalutan, sepeti bulat, siku, atau datar.

Pada kasus, Pasien riwayat fraktur tibia-fibula sinistra dan mengalami delayed union, tepasang verban
elastis. Hasil pengkajian akral kaki teraba dingin, pulsasi nadi melemah. Maka tindakan yang harus
dilakukan adalah melonggarkan atau melepas balutan. (opsi b)

Referensi :

Risnanto & Insani, U. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Bedah (Sistem Muskuloskeletal). Deepublish.
Yogyakarta.

[27/8 19.58] +62 851-7033-6452: Soal 15

Seorang perempuan (27 tahun) dirawat di RS dengan fraktur radius ulna dekstra. Hasil pengkajian: pasien
mengeluh nyeri pada tangan kanan, tekanan darah 128/80 mmHg, frekuensi nadi 90x/menit, frekuensi
napas 20x/menit, suhu 36,8 C. Pasien mendapatkan terapi cairan IVFD NaCl 0,9% 500 cc dalam 24 jam
dengan faktor tetes 15.

Berapa tetes infus pasien dalam 1 menit?

a. 5 tetes/menit

b. 10 tetes/menit

c. 15 tetes/menit

d. 20 tetes/menit

e. 21 tetes/menit
Jawaban benar : a

Pembahasan :

Data fokus : Pasien mendapatkan terapi cairan IVFD NaCl 0,9% 500cc dalam 24 jam dengan faktor tetes
15

Jumlah tetesan/menit = (jumlah kebutuhan cairan x faktor tetes) : (waktu (jam) x 60)

Jumlah tetesan/menit = (500 cc x 15) : (24 jam x 60)

Jumlah tetesan/menit = 7500 :1.440

= 5,2 dibulatkan menjadi 5

Maka jumlah tetesan infus yang diberikan pada pasien adalah 5 tetes/menit

[27/8 19.58] +62 851-7033-6452: Soal 16

Seorang laki-laki (32 tahun) dirawat di RS dengan DHF. Hasil pengkajian pasien mengeluh mual dan
muntah, pasien tampak lemas. Pasien mendapatkan order terapi ondansentron IV sediaan 4mg/2ml
dengan dosis 3 x 3mg

Berapakah dosis obat yang diberikan kepada pasien?

a. 1 cc

b. 1,5 cc

c. 2 cc

d. 0,5 cc

e. 1,75 cc

Jawaban benar : b

Pembahasan Data fokus : Pasien mendapatkan order terapi ondansentron IV sediaan 4mg/2ml dengan
dosis 3x3 mg.

*Dosis pemberiaan obat = (dosis yang diminta : dosis sediaan) x isi*


= (3 mg : 4 mg) x 2 cc

= 1,5 cc

Maka dosis obat yang diberikan kepada pasien sebanyak 1,5 cc (opsi jawaban b)

[27/8 19.58] +62 851-7033-6452: Soal 17

Seorang laki-laki (32 tahun) dirawat di RS dengan pneumothorax. Hasil pengkajian pasien mengeluh
sesak napas, tekanan darah 120/80 mmHg, Frekuensi nasi 96x/menit, frekuensi napas 27x/menit, tidak
ada luka terbuka pada dada, bunyi napas menghilang pada paru kanan.

Apakah tindakan yang harus dilakukan perawat?

a. Memberikan oksigen 2l/menit

b. Memasang terapi IV 2 Line

c. Menutup luka dengan kasa tiga sisi

d. Kolaborasi pemasangan WSD

e. Mengajarkan napas dalam

Jawaban benar : d

Pembahasan :

Tension pneumotoraks terjadi ketika udara ditarik kedalam ruang pleura dari paru yang mengalami
laserasi atau melalui lubang kecil dalam dinding dada. Udara yang masuk bersamaan dengan setiap
inspirasi akan terjebak rongga dada, kemudian tegangan (tekanan terbentuk di dalam ruang pleura, yang
menyebabkan paru kolaps dan jatung, pembuluh darah yang besar, dan trakea bergeser ke arah sisi dada
yang tidak sakit. Baik fungsi pernapasann dan sirkulasi mengalami kerusakan karena dengan
meningkatanya tekanan intratoraks, arus balik ke jantung mengalami gangguan, menyebabkan
penurunan curah jantung dan merusak sirkulasi perifer. Gambaran klinisnya adalah lapar udara, agitasi,
hipotensi, takikardia, diaforesis yang sangat banyak, dan sianosis.

Penatalaksanaan medis : Pasien harus diberikan oksigen konsentrasi tinggi untuk mengatasi hipoksia.
Dalam keadaan darurat, dilakukan pemasangan jarum berdiameter besar pada garis midclavikur ruang
interkostal kedua pada sisi yang sakit. Selang dada kemudian dipasang dan dihubungkan dengan
penghisap untuk membuang udara dan mengembangkan paru kembali.
Data fokus pengkajian : Klien dengan pneumothorax, mengeluh sesak napas, tekanan darah 120/80
mmHg, Frekuensi nasi 96x/menit, frekuensi napas 27x/menit, bunyi napas menghilang pada paru kanan.
Maka tindakan yang harus dilakukan perawat adalah *kolaborasi pemasangan WSD (Opsi jawaban B”

Tinjauan Opsi lain

Opsi jawaban “Memberikan oksigen 2L/menit” (tidak tepat), pada kasus tension pneumotoraks diberikan
oksigen konsentrasi tinggi untuk mengatasi hipoksia.

Opsi jawaban “Memasang IV 2 line” (Tidak tepat), hasil pengkajian tidak ada data yang menunjukkan
pasien membutuhkan resusitasi cairan

Opsi jawaban “Menutup luka dengan kasa tiga sisi” (tidak tepat), menutup luka dengan kassa oklusif
steril yang diplester 3 sisi merupakan penatalaksanaan pada pasien open pneumotoraks

Opsi jawaban “Mengajarkan napas dalam” (tidak tepat), peningkatan ventilasi paru yang tepat pada
pasien dengan tension pneumotoraks adalah dengan membebaskan udara yang terperangkap di rongga
paru.

Referensi : Smeltzer& Bare. 2005. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner & Suddart. Edisi 8, Vol
1, alih bahasa: Kuncara Monica Ester. Jakarta: EGC.

[27/8 19.58] +62 851-7033-6452: Soal 18

Seorang laki-laki (55 tahun) dirawat di RS dengan riwayat diabetes mellitus. Hasil pengkajian tekanan
darah 110/80 mmHg, frekuensi nadi 72x/menit, frekuensi napas 20x/menit. Hasil pemeriksaan glukosa
darah 55mg/dl.

Apakah tindakan keperawatan yang tepat?

a. Memberikan oksigen 2-3 liter/menit

b. Memberikan cairan NaCl 0,9%

c. Memberikan terapi cairan dextrose 40%

d. Memberikan terapi cairan dextrose 10%

e. Memberikan minuman larutan gula

Jawaban benar : E

Pembahasan :
Hipoglikemia merupakan suatu keadaan dimana kadar glukosa dalam darah kurang dari 60 mg/dl
(Standards of Medical Care in Diabetes, 2009; Cryer, 2005; Smeltzer & Bare, 2003). Pada penderita
diabetes hipoglikemia dapat disebabkan karena overdose insulin, asupan makanan kurang, aktivitas
berlebih, gagal ginjal dan hipotiroid.

Menurut PERKENI (2006) pedoman tatalaksana hipoglikemia sebagai berikut

• Glukosa diarahkan pada kadar glukosa puasa yaitu 120 mg/dl.

• Bila diperlukan pemberian glukosa cepat (IV) satu flakon (25 cc) Dex 40% (10 gr Dex) dapat
menaikkan kadar glukosa kurang lebih 25-30 mg/dl.

Manajemen Hipoglikemi menurut Soemadji (2006); Rush& Louise (2004); Smeltzer & Bare (2003) sebagai
berikut

Tergantung derajat hipoglikemi:

• Hipoglikemi ringan:

o Diberikan 150-200 ml teh manis atau jus buah atau 6-10 butir permen atau 2-3 sendok teh sirup
atau madu

o Bila gejala tidak berkurang dalam 15 menit ulangi pemberiannya

o Tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori coklat, kue,

• Hipoglikemi berat:

o Tergantung pada tingkat kesadaran pasien

o Bila klien dalam keadaan tidak sadar, jangan memberikan makanan atau minuman untuk
menghindari ASPIRASI !!!

[27/8 19.59] +62 851-7033-6452: Soal 19

Seorang perempuan (23 tahun) dirawat di RS dengan post eksisi FAM. Hasil pengkajian pasien mengeluh
nyeri, luka tampak merah, perdarahan (-), pus tidak ada, luka tampak bersih.

Bagaimana perawatan luka pada pasien?

a. Tutup dengan kassa lembab

b. Tutup dengan kassa kering

c. Tutup luka dengan kasa lembab dan antiseptik

d. Luka dibiarkan terbuka


e. luke dibersihkan dengan antiseptik

Jawaban benar : B

Pembahasan :

Hasil pengkajian pasien mengeluh nyeri, luka tampak merah, perdarahan (-), pus tidak ada, luka tampak
bersih. Berdasarkan data tersebut luka pasien tergolong kedalam luka bersih.

Luka bersih adalah luka bedah yang tidak terinfeksi. Perawatan luka bersih adalah dengan menutup luka
dengan kassa kering.

Prosedur Perawatan Luka Bersih

1. Cuci tangan dan pakai APD sesuai kebutuhan

2. Dekatkan alat pada pasien

3. Letakkan bengkok di dekat luka pasien

4. Pasang perlak dan pengalat di bawah lokasi luka

5. Pasang handscoon bersih dan buka balutan luka dengan pinset anatomi bersih, jika balutan
kering basahi dengan NaCl 0,9% dan kaji kondisi luka

6. Masukkan bekas balutan luka ke dalam bengkok dengan melipat kearah dalam

7. Masukkan pinset yang telah digunakan ke dalam bengkok berisi larutan desinfektan

8. Lepaskan handscoon kotor

9. Buka set perawatan luka, masukkan kassa steril dan cairan yang akan digunakan

10. Pasang handscoon steril

11. Bersihkan luka dengan NaCl 0,9% dengan satu arah atau sirkuler dari dalam ke luar

12. Bersihkan daerah di sekitar luka dengan kassa yang dibasahi NaCl 0,9%

13. Oleskan luka dengan kassa yang telah diberi antiseptik

14. *Tutup luka dengan kassa kering sesuai ukuran luka dan lakukan fiksasi*

15. Komunikasikan dengan klien bahwa perawatan luka telah selesai dilakukan dan jelaskan kondisi
luka
16. Anjurkan menjaga kebersihan sekitar luka

17. Bereskan alat-alat, lepaskan APD dan cuci tangan

18. Dokumentasikan perawatan luka secara lengkap (kondisi luka : luas luka, warna, bau, eksudat)

Referensi : Smeltzer& Bare. 2005. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner & Suddart. Edisi 8, Vol
1, alih bahasa: Kuncara Monica Ester. Jakarta: EGC.

[27/8 19.59] +62 851-7033-6452: Soal 20

Seorang perempuan (53 tahun) dilarikan ke IGD dengan luka tertusuk paku. Setelah luka dibersihkan,
perawat akan memberikan injeksi ATS intamuskular kepada pasien dan saat ini perawat telah menusuk
otot klien dengan sudut 90.

Apa tindakan selanjutnya yang harus dilakukan perawat?

a. Memeriksa obat

b. Memasukkan obat secara perlahan

c. Melakukan aspirasi

d. Menarik jarum dengan perlahan

e. Menekan area injeksi

Jawaban benar : C

Pembahasan

Prosedur Injeksi Intramuskular

1. Periksa instruksi dokter dan identifikasi pasien

2. Jelaskan prosedurnya kepada pasien, tujuan pengobatan, lokasi penyuntikan, hasil yang
diharapkan dan apa yang harus dilakukan pasien

3. Cuci tangan

4. Siapkan obat dari ampul/vial

5. Cuci tangan

6. Posisikan pasien:
bantu pasien ke posisi telentang, lateral, atau telungkup tergantung lokasi yang dipilih. Jika
ventrogluteal, posisikan pasien telentang dengan lutut ditekuk (fleksi) atau posisi lateral dengan tungkai
atas ditekuk atau telungkup dengan posisi jari kaki mengarah ke dalam.

7. Pilih, cari, dan bersihkan lokasi

a. Pilih lokasi yang bebas dari lesi kulit, nyeri tekan, pembengkakan, kekerasan, inflamasi local, dan
yang belum sering dipakai

b. Tentukan apakah ukuran otot cukup untuk jumlah obat yang akan disuntikkan

c. Cari lokasi yang tepat untuk penyuntikan

d. Pakai handscoon

e. Bersihkan dengan swab alkohol dengan gerakan melingkar mulai dari bagian tengah ke perifer-
mengarah ke luar sampai 5 cm

f. Pindahkan dan pegang swab alkohol di antara jari ketiga dan keempat tangan yang tidak
dominan atau letakkan di nampan. Biarkan area tersebut mengering

8. Buka tutup jarum tanpa mengkontaminasi jarum dengan cara menariknya secara cepat.

9. Pastikan obat dan dosisnya sudah benar

10. Pastikan obat tidak menetes dan mengenai jarum sebelum disuntikkan. Bila menetes, ganti
jarum.

11. Suntikkan obatnya

a. Genggam dan cubit area yang mengelilingi lokasi penyuntikan atau regangkan kulit pada lokasi
tersebut sesuai kebutuhan

b. *Pegang spuit di antara ibu jari dan jari telunjuk seperti memegang pena dan tusukkan jarum
pada kulit dengan sudut 90 derajat*

Aspirasi dengan menahan spuit dengan tangan yang tidak dominan dan tarik pendorong spuit dengan
tangan dominan*

d. Tarik jarum bila muncul darah dalam spuit, buang dan siapkan injeksi baru

e. Suntikkan obat secara perlahan dan stabil jika darah tidak muncul dalam spuit saat aspirasi

12. Tarik jarum secara perlahan dan stabil sambil menahan pada bagian penghubung antara tabung
spuit dan jarum. Dengan tangan yang tidak dominan, tahan permukaan kulit dengan kapas usap untuk
memberikan tarikan yang netral pada lokasi tersebut
13. Tekan lokasi tersebut secara ringan dengan spons kering dan bila ada perdarahan, lanjutkan
penekanan sampai perdarahan berhenti. Jangan dipijat.

14.Buang jarum tanpa tutup dan spuit pada tempat yang seharusnya

15.Lepaskan handscoon dan cuci tangan

16.Catat prosedurnya termasuk nama obat, dosis, lokasi, dan respons pasien

17.Periksa efektivitas obat

[27/8 20.22] +62 851-7033-6452: Soal 13

Seorang laki-laki (60 tahun) dirawat dengan gagal ginjal kronik. Hasil pengkajian pasien mengeluh sesak
napas, pola napas cepat dan dangkal, bengkak pada wajah dan kedua kaki, tekanan darah 140/80 mmHg,
frekuensi napas 28x/menit, Nilai ureum 124 mg/dl, nilai kreatinin 4,6 mg/dl.

Pembahasan :

Gagal ginjal kronik merupakan keadaan ginjal yang kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan
volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal, yang progresif dan lambat.
Hemodialisis adalah proses perpindahan massa berdasarkan difusi antara darah dan cairan dialisis yang
dipisahkan oleh membran semipermeabel.

Data fokus pengkajian

DS : pasien mengeluh sesak napas

DO :

• pola napas cepat dan dangkal

• bengkak pada wajah dan kedua kaki

• tekanan darah 140/80 mmHg

• frekuensi napas 28x/menit

• Ur/Cr = 124 mg/dl / 4,6 mg/dl

Berdasarkan data pengkajian, masalah utama pada pasien adalah pola napas tidak efektif (opsi jawaban
a). Pola napas tidak efektif adalah inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat
(SDKI, 2017)
Tinjauan opsi lain

Opsi jawaban “Hipervolemia” (Kurang tepat)

Hipervolemia adalah Peningkatan volume cairan intravascular, intertisial, dan /atau intraselular (SDKI,
2017). Diagnosis ini disebabkan oleh kelebihan volume cairan serta mekanisme regulasi caiaran didalam
tubuh yang terganggu. Pada kasus, diagnosis ini bisa ditegakkan namun bukan merupakan diagnosis
utama.

Opsi jawaban “Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit” (Tidak tepat)

Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit adalah Beresiko mengalami perubahan kadar serum elektrolit (SDKI,
2017). Diagnosis ini muncul untuk pasien yang memiliki faktor resiko yang akan berkibat serum
elektoritnya tidak normal. Pada kasus, diagnosis ini dapat ditegakkan, namun bukan merupakan
diagnosis utama.

Opsi jawaban “Penurunan curah jantung” (Tidak tepat)

Penurunan Curah Jantung adalah ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh (SDKI, 2017). Diagnosis ini ditegakkan jika ditemukan data-data yang
menunjukkan terjadinya penurunan fisiologis jantung.

Opsi jawaban “Gangguan pertukaran gas” (tidak tepat)

Gangguan pertukaran gas merupakan kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan/atau eliminasi
karbondioksida pada membran alveolus-kapiler (SDKI,2017). Diagnosis ini ditegakkan jika ditemukan
dispnea, hiperkapnia/ hiperkarbia, hipoksemia, pH arteri abnormal dan kadar karbon dioksida abnormal.

[27/8 20.40] +62 851-7033-6452: Stadium Permulaan (sadar)

*Berikan gula murni 30 gram (2 sendok makan) atau sirop/permen gula murni (bukan pemanis pengganti
gula atau gula diet/gula diabetes) dan makanan yang mengandung karbohidrat)*

Hentikan obat hipoglikemik sementara

Pantau glukosa darah sewaktu

Pertahankan kadar Gula Darah diatas 100 mg/dL (bila sebelumnya tidak sadar)

Cari penyebab
[27/8 20.40] +62 851-7033-6452: Stadium Lanjut (koma hipoglikemia atau tidak sadar dan curiga
hipoglikemia)

Diberikan larutan Dekstrosa 40% sebanyak 2 flakon (= 50 mL) bolus intravena

Diberikan cairan Dekstrosa 10% per infus, 8 jam kolf bila tanpa penyulit lain

Periksa Gula Darah Sewaktu (GDs), kalau memungkinkan dengan glukometer:

Bila GDs <50 mg/dL → + bolus Dekstrosa 40% 50 mL IV

Bila GDs <100 mg/dL → + bolus Dekstrosa 40% 25 mL IV

Periksa GDs setiap 15 menit setelah pemberian Dekstrosa 40%:

Bila GDs <50 mg/dL → + bolus Desktrosa 40% mL IV

Bila GDs <100 mg/dL → + bolus Dekstrosa 40% 25 mL IV

Bila GDs 100-200 mg/dL → tanpa bolus Dekstrosa 40%

Bila GDs >200 mg/dL → pertimbangkan menurunkan kecepatan drip Dekstrosa 10%

Bila GDs >100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut-turut, pemantauan GDS dilakukan setiap 2 jam, dengan
protokol sesuai di atas. Bila GDs >200 mg/dL → pertimbangkan mengganti infus dengan Dekstrosa 5%
atau NaCl 0,9%.

Bila GDS >100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut-turut masing-masing selang 2 jam, pemantauan GDS
dilakukan setiap 4 jam, dengan protokol sesuai di atas. Bila GDs >200 mg/dL → pertimbangkan
mengganti infus dengan Dekstrosa 5% atau NaCI 0,9%.

Bila GDs >100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut-turut masing-masing selang 4 jam, pemeriksaan GDS
dapat diperpanjang sesuai kebutuhan sampai efek obat penyebab hipoglikemia diperkirakan sudah habis
dan pasien sudah dapat makan seperti biasa.

Bila hipoglikemia belum teratasi, dipertimbangkan pemberian antagonis insulin, seperti: glukagon 0,5-1
mg IV/IM atau kotison, adrenal

[27/8 20.40] +62 851-7033-6452: Bila pasien belum sadar, sementara hipoglikemia sudah teratasi, maka
cari penyebab lain atau pertimbangkan sudah terjadi brain damage akibat hipoglikemia berkepanjangan.

Rujuk pasien ke SpPD untuk mendapatkan tatalaksana komprehensif.

Riska Amalya:

Soal 1
Seorang perempuan (47 tahun) dirawat di RS sejak 1 minggu yang lalu. Pasien didiagnosa oleh dokter
mengalami penyakit kanker paru stadium akhir. Berdasarkan pengkajian pasien mengatakan ia merasa
dirinya baik-baik saja, batuk yang ia alami hanya batuk biasa, dan menurut pasien tidak ada yang bisa ia
andalkan dirumah untuk merawat dirinya. Berdasarkan kasus, apakah diagnosa keperawatan yang
tepat ?

a. Defisit pengetahuan

b. Ansietas

c. Koping defensif

d. Keputusasaan

e. Gangguan citra tubuh

Jawaban: C

Pembahasan:

Data fokus pada kasus: Pasien mengatakan ia merasa dirinya baik-baik saja, batuk yang ia alami hanya
batuk biasa, dan menurut pasien tidak ada yang bisa ia andalkan dirumah untuk merawat dirinya.
Padahal pasien didiagnosa oleh dokter mengalami penyakit kanker paru stadium akhir. Diagnosa
keperawatan pada kasus adalah koping defensif. Koping defensif adalah proyeksi evaluasi diri untuk
melindungi diri dari ancaman terhadap harga dirinya (SDKI, 2017). Dari pilihan jawaban: (a) Tidak tepat,
karena karena tidak ada data penguat diangkatnya diagnosa defisit pengetahuan, (b) Tidak tepat, karena
tidak ada data penguat diangkatnya diagnosa ansietas, (c) Tepat, karena terlihat pasien menyangkal
adanya masalah padahal sebenarnya ada dan pasien juga meremehkan orang lain. Hal ini sesuai dengan
tanda dan gejala untuk diagnosa koping defensif pada SDKI tahun 2017, (d) Tidak tepat, karena tidak ada
data penguat diangkatnya diagnosa keputusasaan, (e) Tidak tepat, karena tidak ada data penguat
diangkatnya gangguan citra tubuh

Soal 2

Seorang laki-laki (30 tahun) di antar ke IGD RSJ oleh keluarganya. Pasien mengeluh setiap pagi dan sore
mendengar suara-suara anak kecil yang tertawa dan bermain, pasien merasa sangat terganggu dengan
suara-suara tersebut padahal pasien tidak melihat ada anak kecil. Keluarga mengatakan pasien
mengalami hal ini sejak kematian anak pertamanya 1 tahun yang lalu sehingga sering melamun dan
berbicara sendiri serta sering memukul-mukul telinganya. Berdasarkan kasus, Apakah faktor predisposisi
pada pasien?
a. Anaknya meninggal

b. Mendengar suara anak kecil

c. Sering memukul-mukul telinganya

Jawaban: A

Pembahasan:

Data fokus pada kasus: Pasien mengalami masalah sejak kematian anak pertamanya 1 tahun yang lalu.
Faktor predisposisi merupakan faktor yang melatarbelakangi seseorang mengalami gangguan jiwa
(waktu berlangsung > 6 bulan). Dari pilihan jawaban: (a) Tepat, karena merupakan faktor yang
melatarbelakangi pasien mengalami gangguan jiwa dengan waktu terjadi lebih dari 6 bulan, (b) Tidak
tepat, karena merupakan tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh pasien akibat faktor yang
melatarbelakangi gangguan jiwa pada pasien, (c) Tidak tepat, karena merupakan tanda dan gejala yang
ditunjukkan oleh pasien akibat faktor yang melatarbelakangi gangguan jiwa pada pasien, (d) Tidak tepat,
karena merupakan tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh pasien akibat faktor yang melatarbelakangi
gangguan jiwa pada pasien, (e) Tidak tepat, karena merupakan tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh
pasien akibat faktor yang melatarbelakangi gangguan jiwa pada pasien

Deky Ardiyasri:

1. Seorang laki-laki(25 tahun) post reposisi os. costae 7,8,9 e.c fraktur costae sinistra 7,8,9 dirawat di
Bangsal Bedah hari ke 3. Hasil pengkajian: klien mengeluh nyeri di dada kiri. Nyeri terasa seperti ditusuk,
nyeri sedikit berkurang dengan tidur dalam posisi miring ke kanan. Skala nyeri Numeric 6.

Berdasarkan kasus, data yang diperlukan untuk melengkapi pengkajian nyeri pada klien adalah?

a. Penyebaran nyeri

b. Tanda-tanda vital

c. Analgetik yang digunakan

d. Penyebaran dan waktu terjadinya nyeri


e. ekspresi klien saat nyeri

Seorang laki-laki(25 tahun) post reposisi os. costae 7,8,9 e.c fraktur costae sinistra 7,8,9 dirawat di
Bangsal Bedah hari ke 3. Hasil pengkajian: klien mengeluh nyeri di dada kiri. Nyeri terasa seperti ditusuk,
nyeri sedikit berkurang dengan tidur dalam posisi miring ke kanan. Skala nyeri Numeric 6.

Berdasarkan kasus, data yang diperlukan untuk melengkapi pengkajian nyeri pada klien adalah?

a. Penyebaran nyeri

b. Tanda-tanda vital

c. Analgetik yang digunakan

d. Penyebaran dan waktu terjadinya nyeri

e. ekspresi klien saat nyeri

Pembahasan:

Pengkajian nyeri harus dilakukan secara lengkap (komprehensif) yang memenuhi unsur-unsur seebagai
berikut: P : Provokatif / Paliatif

Penyebab timbulnya rasa nyeri : “post reposisi os costae 7,8,9 e.c fraktur costae sinistra 7,8,9”

Q : Quality

Seberapa berat keluhan nyeri,Seperti tertusuk, tertekan / tertimpa benda berat, diris-iris, dll.: “Nyeri
terasa seperti ditusuk”

R : Region / Radiasi

Lokasi keluhan nyeri dan area penyebarannya: “klien mengeluh nyeri di dada kiri”

S : Skala Seviritas

skala nyeri / ukuran lain yang berkaitan dengan keluhan: “Skala nyeri Numeric 6”

T : Timing

Kapan keluhan nyeri tersebut mulai dirasakan, Seberapa sering keluhan nyeri tersebut dirasakan dan
apakah terjadi secara mendadak atau bertahap

“Belum ada di kasus”


Jadi.. Berdasarkan pembahasan diatas, maka data yang perlu ditambahkan untuk pengkajian nyeri
adalah Penyebaran nyeri dan Waktu terjadinya nyeri yang didalamnya mencakup kapan nyeri mulai
dirasakan, seberapa sering nyeri dirasakan dan apakah nyeri terjadi mendadak atau bertahap

Jadi jawaban yang tepat adalah : D. Penyebaran dan waktu terjadinya nyeri

Deky Ardiyasri:

2. Seorang laki-laki 55 tahun) dirawat dibangsal jantung dengan Old Miocard Infarction. Klien
direncankan akan dilakukan tindakan Percutaneous Coronary Angiography melalui arteri Radialis dextra .
Klien dilakukan pemeriksaan Allen Test oleh dokter operator tindakan dengan hasil positif.

Berdasarkan kasus, tanda Allen test yang dilihat dan dinyatakan positif adalah?

a. Jari jari dan tangan memerah ( kembali normal )dalam waktu 15 detik

b. Jari-jari tangan membiru

c. Jari jari dan tangan tetap pucat dalam waktu 15 detik

d. Jari jari tangan menghitam dalam 15 detik

e. Jari jari tangan oedema dalam 15 detik

Uji alen test adalah salah satu pemeriksaan arteri radialis dan ulnaris yang dilakukan untuk mengetahui
patensi aliran darah ke tangan.

Cara pemeriksaan: minta klien untuk mengepalkan tangan dengan kuat, kemudian beri tekanan
langsung pada arteri radialis dan ulnaris. Kemudian minta klien membuka tangnnya, lepaskan tekanan
pada arteri. Hasil obersevasi:

1. Positif: Jari jari dan tangan memerah ( kembali normal )dalam waktu 15 detik

2. Negatif : Jari jari dan tangan tetap pucat dalam waktu 15 detik

Bedasarkan kasus, jawaban yang paling tepat adalah "Option A. Jari jari dan tangan memerah ( kembali
normal )dalam waktu 15 detik "

[28/8 20.04] +62 851-7033-6452: Soal 1


Seorang laki-laki (36 tahun) dirawat di RS dengan nefrolitiasis. Hasil pengkajian : pasien mengeluh sering
berkemih dan terasa nyeri dan tidak tuntas, pancaran urin baik dan tidak menetes. Pasien mengatakan
sering terbangun pada malam hari untuk berkemih.

Apakah masalah keperawatan yang tepat ?

a. Retensi urin

b. Inkontinensia urin Fungsional

c. Gangguan eliminasi urin

d. Inkontinensia Urin Berlanjut

e. Inkontinensia urin refleks

Jawaban benar : c

Pembahasan :

Nefrolitiasis adalah adanya batu kalkulus dalam pelvis renal dan batu-batu tersebut dibentuk oleh
kristalisasi larutan urin (kalsium oksalat asam urat, kalium fosfat, struvit dan sistin). Peningkatan
konsentrasi larutan akibat intake yang rendah dan juga peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi
saluran kemih atau urin statis sehingga membuat tempat untuk pembentukan batu, Ditambah dengan
adanya infeksi meningkatkan kebasaan urin oleh produksi ammonium yang berakibat presipitasi kalsium
dan magnesium pospat.

Data fokus pengkajian : *pasien mengeluh sering berkemih dan terasa nyeri dan tidak tuntas, pancaran
urin baik dan tidak menetes. Pasien mengatakan sering terbangun pada malam hari untuk berkemih.
Berdasarkan data tersebut dapat ditegakkan masalah gangguan eliminasi urin (opsi jawaban c).*
Gangguan eliminasi urin adalah disfungsi eliminasi urin (SDKI,2017).

Opsi jawaban A “Retensi urin” (Tidak tepat). Retensi urin adalah pengosongan kandung kemih yang tidak
lengkap (SDKI, 2017). Hasil pengkajian pasien tidak ditemukan adanya keluhan sensasi penuh pada
kandung kemih dan sistensi pada kandung kemih.

Opsi jawaban B “Inkontinensia urin fungsional” (tidak tepat). Inkontinensia urin fungsional merupakan
pengeluaran urin tidak terkendali karena kesulitan dan tidak mampu mencapai toilet pada waktu yang
tepat. Hasil pengkajian pasien tidak ditemukan data pengeluaran urin yang tidak terkendali dan keluhan
klien mengompol sebelum atau selama usaha mencapai toilet
Opsi jawaban D “ Inkontinensia urin berlanjut” (tidak tepat). Inkontinensia urin berlanjut merupakan
pengeluaran urin yang tidak terkendali dan terus menerus tanpa distensi atau perasaan penuh pada
kandung kemih. Hasil pengkajian pasien tidak ditemukan data pengeluaran urin yang tidak terkendali
dan pengeluaran urin konstan tanpa adanya distensi.

Opsi jawaban E “Inkontinensia urin refleks” (tidak tepat). Inkontinensia urin refleks merupakan
pengeluaran urin tidak terkendali pada saat volume kandung kemih tertentu tercapai. Hasil pengkajian
tidak ditemukan data pengeluaran urin yang tidak terkendali, tidak mengalami sensasi berkemih dan
urine menetes.

[28/8 20.04] +62 851-7033-6452: Soal 2

Seorang laki-laki (64 tahun) dirawat di RS dengan BPH. Hasil pengkajian: Pasien mengeluh ari-ari terasa
penuh, nyeri saat buang air kecil dan urin menetes. Teraba distensi pada area suprapubik.

Apakah masalah keperawatan yang tepat ?

a. Retensi urin

b. Inkontinensia urin Fungsional

c. Gangguan eliminasi urin

d. Inkontinensia Urin Berlanjut

e. Inkontinensia urin refleks

Jawaban benar : A

Pembahasan

Benigna prostat hiperplasia adalah kalenjar prostat mengalami, memanjang keatas kedalam kandung
kemih dan menyumbat aliran urin dengan menutupi orifisium ureum (Brunner & Suddarth, 2004).
Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra pars prostatika dan akan menghambat
aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesikal. Untuk dapat mengeluarkan
urin, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus-menerus ini
menyebabkan perubahan anatomik dari buli-buli berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi,
terbentuknya selula, sakula, dan divertikel buli-buli. Fase penebalan otot detrusor ini disebut fase
kompensasi. Dengan semakin meningkatnya resistensi uretra, otot detrusor masuk ke dalam fase
dekompensasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urin.
Data fokus pengkajian :

DS :

Pasien mengeluh ari-ari terasa penuh

Nyeri saat buang air kecil

Urin menetes

DO :

Distensi pada area suprapubik.

Berdasarkan data tersebut maka masalah utama yang ditegakkan pada pasien adalah retensi urin (opsi
jawaban a). Retensi urin adalah pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap (SDKI, 2017).

Opsi jawaban B “Inkontinensia urine fungsional” (tidak tepat)

Inkontinensia urin fungsional merupakan pengeluaran urin tidak terkendali karena kesulitan dan tidak
mampu mencapai toilet pada waktu yang tepat (SDKI, 2017). Hasil pengkajian pasien tidak ditemukan
data pengeluaran urin yang tidak terkendali dan keluhan klien mengompol sebelum atau selama usaha
mencapai toilet

Opsi jawaban C “Gangguan eliminasi urin” (tidak tepat)

Gangguan eliminasi urin adalah disfungsi eliminasi urin (SDKI,2017). Diagnosis ini ditegakkan jika faktor
penyebab inkontinensia atau retensi urin belum berhasil diidentifikasi.

Opsi jawaban D “Inkontinensia urin berlanjut” (tidak tepat)

Inkontinensia urin berlanjut merupakan pengeluaran urin yang tidak terkendali dan terus menerus tanpa
distensi atau perasaan penuh pada kandung kemih (SDKI, 2017). Hasil pengkajian pasien tidak ditemukan
data pengeluaran urin yang terus menerus/konstan tanpa adanya distensi.
Opsi jawaban E “Inkontinensia urin refleks” (tidak tepat). Inkontinensia urin refleks merupakan
pengeluaran urin tidak terkendali pada saat volume kandung kemih tertentu tercapai. Hasil pengkajian
tidak ditemukan data pengeluaran urin yang tidak terkendali, tidak mengalami sensasi berkemih dan
urine menetes.

[28/8 20.04] +62 851-7033-6452: Soal 3

Seorang perempuan (59 tahun) datang ke puskesmas untuk memeriksakan kesehatannya. Hasil
pengkajian: pasien mengeluh sering mengompol karena tidak mampu menahan buang air kecil sebelum
mencapai toilet, buang air kecil tuntas, tidak ada distensi pada suprapubik.

Apakah masalah keperawatan yang tepat ?

a. Gangguan eliminasi urin

b. Inkontinensia urin berlanjut

c. Inkontinensia urin berlebih

d. Inkontinensia urin fungsional

e. Inkontinensia urin refleks

Jawaban benar : d

Pembahasan

Data fokus pengkajian

DS : pasien mengeluh sering mengompol karena tidak mampu menahan buang air kecil sebelum
mencapai toilet

DO : tidak ada distensi pada suprapubik.

Berdasarkan data tersebut maka masalah utama pada pasien adalah inkontinensia urin fungsional (opsi
jawaban d). Inkontinensia urin fungsional merupakan pengeluaran urin tidak terkendali karena kesulitan
dan tidak mampu mencapai toilet pada waktu yang tepat. Diagnosis ini ditegakkan apabila ditemukan
data pasien mengompol sebelum mencapai atau selama usaha mencapai toilet (SDKI, 2017).

Opsi jawaban A “Gangguan eliminasi urin” (Tidak tepat). Gangguan eliminasi urin adalah disfungsi
eliminasi urin (SDKI,2017). Diagnosis ini ditegakkan jika faktor penyebab inkontinensia atau retensi urin
belum berhasil diidentifikasi.
Opsi jawaban B “Inkontinensia urin berlanjut” (Tidak tepat). Inkontinensia urin berlanjut merupakan
pengeluaran urin yang tidak terkendali dan terus menerus tanpa distensi atau perasaan penuh pada
kandung kemih (SDKI, 2017). Hasil pengkajian pasien tidak ditemukan data pengeluaran urin yang terus
menerus/konstan tanpa adanya distensi.

Opsi jawaban C “ Inkontinensia urin berlebih” (tidak tepat). Inkontinenesia urin refleks adalah
pengeluaran urin yang tidak terkendali akibat overdistensi kandung kemih (SDKI, 2017). Hasi pengkajian
tidak ada distensi kandung kemih pada pasien.

Opsi jawaban E”Inkontinensia urin refleks” (Tidak tepat). Inkontinensia urin refleks merupakan
pengeluaran urin tidak terkendali pada saat volume kandung kemih tertentu tercapai (SDKI, 2017). Hasil
pengkajian tidak ditemukan data pengeluaran urin yang tidak terkendali,pasien tidak mengalami sensasi
berkemih dan urine menetes.

[28/8 20.05] +62 851-7033-6452: Soal 4

Seorang laki-laki (38 tahun) dirawat di RS dengan post laparotomy hari ke 3. Hasil pengkajian pasien
mengeluh nyeri pada luka operasi, luka tampak kemerahan dan basah, tidak ada pus, hasil pemeriksaan
GDS 220 g/dL

Apakah masalah keperawatan yang tepat?

a. Gangguan integritas jaringan

b. Gangguan integritas kulit

c. Perlambatan pemulihan pascabedah

d. Resiko infeksi

e. Resiko perlambatan pemulihan pasca bedah

Jawaban benar : E

Pembahasan

Data fokus pengkajian :

post laparotomy hari ke 3. Hasil pengkajian pasien mengeluh nyeri pada luka operasi, luka tampak
kemerahan dan basah, tidak ada pus, hasil pemeriksaan GDS 220 g/dL.
*Berdasarkan data masalah utama yang ditegakkan pada pasien adalah resiko perlambatan pemulihan
pasca bedah (opsi jawaban e) dengan faktor resiko hiperglikemia.*

Resiko perlambatan pemulihan pasca bedah adalah pasien beresiko mengalami pemanjangan jumlah
hari pascabedah untuk memulai dan melakukan aktivitas sehari-hari (SDKI, 2017)

Opsi jawaban a “Gangguan integritas jaringan” (Tidak tepat)

Gangguan integritas jaringan adalah kerusakan jaringan (SDKI, 2017). Diagnosis ini ditegakkan apabila
hasil pengkajian menunjukkan adanya kerusakan pada jaringan (membran mukosa, kornea, fasia, otot,
tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi, dan atau ligamen).

Opsi jawaban b “Gangguan integritas kulit” (Tidak tepat)

Gangguan integritas kulit adalah kerusakan kulit (SDKI, 2017). Masalah ini ditegakkan apabila hasil
pengkajian menunjukkan adanya gangguan integritas pada lapisan epidermis dan dermis.

Opsi jawaban c “Perlambatan pemulihan pascabedah” (Tidak tepat)

Perlambatan pemulihan pascabedah adalah pemanjangan jumlah hari pasca bedah untuk memulai dan
melakukan aktivitas sehari-hari (SDKI, 2017). Diagnosis ini ditegakkan jika idapatkan data pasien
mengeluh tidak nyaman, area luka operasi terbuka dan adanya pemanjangan waktu penyembuhan luka.

Opsi jawaban d “Resiko Infeksi” (Kurang tepat)

Resiko infeksi adalah beresiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik(SDKI, 2017).
Diagnosis ini bisa ditegakkan pada pasien, namun bukan merupakan masalah utama.

[28/8 20.05] +62 851-7033-6452: Soal 5

Seorang perempuan (38 tahun) datang ke poliklinik RS untuk memeriksakan kesehatannya. Hasil
pengkajian : pasien mengeluh gatal-gatal di seluruh tubuh sejak satu minggu yang lalu, kulit tampak
kemerahan, ekskoriasi pada kulit lengan pasien.

Apakah masalah keperawatan yang tepat?

a. Gangguan integritas jaringan

b. Gangguan integritas kulit


c. Resiko gangguan integritas jaringan

d. Resiko infeksi

e. Resiko gangguan integritas kulit

Jawaban benar : b

Data fokus pengkajian :

DS : pasien mengeluh gatal-gatal di seluruh tubuh sejak satu minggu yang lalu

DO : kulit tampak kemerahan

ekskoriasi pada kulit lengan

Berdasarkan pengkajian, masalah utama yang ditegakkan adalah gangguan integritas kulit (Opsi jawaban
b). Gangguan integritas kulit adalah kerusakan kulit (SDKI, 2017). Ekskoriasi adalah lesi akibat garukan
yang terlalu dalam dengan kehilangan jaringan sampai dengan stratum basale.

Opsi jawaban a “kerusakan integritas jaringan” (tidak tepat)

Gangguan integritas jaringan adalah kerusakan jaringan (SDKI, 2017). Diagnosis ini ditegakkan apabila
hasil pengkajian menunjukkan adanya kerusakan pada jaringan (membran mukosa, kornea, fasia, otot,
tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi, dan atau ligamen).

Opsi jawaban c “Resiko gangguan integritas jaringan” (Tidak tepat)

Resiko gangguan integritas jaringan adalah kodisi pasien beresiko mengalami kerusakan jaringan (tidak
hanya kulit, tetapi juga membran mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi
dan/atau ligamen).

Opsi jawaban d “Resiko infeksi” (Tidak tepat)

Resiko infeksi adalah beresiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik (SDKI, 2017).
Diagnosis ini ditegakkan dengan adanya faktor resiko, antara lain ; penyakit kronis, efek prosedur invasif,
malnutrisi, peningkatan paparan patogen lingkungan, ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer dan
ketidakadekuatan pertahanan sekunder.

Opsi jawaban e “Resiko gangguan integritas kulit” (Tidak tepat)

Resiko gangguan integritas kulit adalah kodisi pasien beresiko mengalami kerusakan kulit (dermis, dan
atau epidermis). Pada kasus pasien telah aktual mengalami kerusakan integritas kulit.

[28/8 20.05] +62 851-7033-6452: Soal 6

Seorang perempuan (48 tahun) datang ke puskesmas untuk memeriksakan kesehatannya. Hasil
pengkajian : pasien mengeluh urin keluar tanpa disadari saat pasien tertawa atau mengangkat beban
berat. pasien mengatakan keluhan dirasakan sejak 1 minggu yang lalu dan tidak diketahui penyebabnya

Apakah masalah keperawatan yang tepat?

a. Inkontinensia urin stres

b. Inkontinensia urin refleks

c. Inkontinensia urin urgensi

d. Defisit pengetahuan

e. Gangguan eliminasi urin

Jawaban benar : a

Pembahasan :

Data fokus pengkajian : Pasien mengeluh urin keluar tanpa disadari *saat Pasien tertawa atau
mengangkat beban berat.*

Berdasarkan pengkajian, masalah utama pada Pasien adalah Inkontinensia urine stres (opsi jawaban a)

*Inkontinensia urin stres adalah kebocoran urin mendadak dan tidak dapat dikendalikan karena aktivitas
yang meningkatkan tekanan intaabdominal.* Data mayor untuk menegakkan diagnosis ini : pasien
mengeluh keluar urin <50 ml saat tekanan abdominal meningkat (misal: saat berlari, bersin, tertawa,
atau mengangkat benda berat) (SDKI, 2017).

Tinjauan opsi lain :

Opsi jawaban b “Inkontinensia urin refleks” (tidak tepat)


Menurut SDKI (2017), inkontinensia urin refleks adalah pengeluaran urin yang tidak terkendali pada saat
volume kandung kemih tertentu tercapai, yang ditandai dengan data mayor pasien tidak mengalami
sensasi berkemih, nokturia, volume residu urin meningkat, sering buang air kecil.

Opsi jawaban c “Inkontinensia urin urgensi” (tidak tepat)

Menurut SDKI (2017), inkontinensia urin urgensi adalah keluarnya urin tidak terkendali sesaat setelah
keinginan yang kuat untuk berkemih. Data mayor penegakkan diagnosis ini adalah adanya keluhan
keinginan yang kuat untuk berkemih disertai dengan inkontinensia.

Opsi jawaban d “Defisit pengetahuan” (tidak tepat)

Menurut SDKI (2017), defisit pengetahuan adalah ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang
berkaitan dengan topik tertentu. Data Mayor untuk menegakkan diagnosis ini adalah pasien menanyakan
masalah yang dihadapi, menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran, dan menunjukan persepsi yang
keliru terhadap masalah.

Opsi jawaban e “Gangguan eliminasi urin” (Kurang tepat)

Gangguan eliminasi urin adalah disfungsi eliminasi urin (SDKI,2017). Diagnosis gangguan eliminasi urin
ditegakkan jika faktor penyebab inkontinensia atau retensi urin belum berhasil diidentifikasi.Pada kasus,
keluhan yang dialami pasien termasuk kedalam masalah inkontinensia atau keluarnya urin yang tidak
dapat dikendalikan.

[28/8 20.06] +62 851-7033-6452: Soal 7

Seorang laki-laki (39 tahun) dirawat di RS dengan penurunan kesadaran ec. Syndrom uremik. Hasil
pengkajian: Tekanan darah 140/90 mmHg, frekuensi napas 22x/menit, tampak luka lecet pada area
sacrum, diameter 3 cm berwarna merah muda, tidak ada pus.

Apakah masalah keperawatan yang tepat?

a. Gangguan integritas kulit

b. Gangguan integritas jaringan

c. Resiko infeksi

d. Resiko luka tekan

e. Gangguan mobilitas fisik


Jawaban benar : a

Pembahasan :

Data fokus pengkajian

DS : -

DO :

• Tampak luka lecet pada area sacrum

• Diameter luka 3 cm

• Berwarna merah muda, tidak ada pus.

Berdasarkan hasil pengkajian pasien mengalami luka dekubitus derajat II. *Ulkus dekubitus derajat II
adalah hilangnya sebagian ketebalan dari lapisan dermis* menggambarkan suatu ulkus dekubitus yang
mulai terbuka dengan dasar yang dangkal dan pinggiran luka dapat berwarna merah muda. Keadaan lain
dapat disertai dengan abrasi dan lecet (NPUAP,2014). *Maka masalah utama yang ditegakkan adalah
gangguan integritas kulit* (Opsi jawaban a).

Gangguan integritas kulit adalah kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis) (SDKI, 2017).

Opsi jawaban “Gangguan integritas jaringan” (tidak tepat)

Gangguan integritas jaringan adalah kerusakan jaringan (SDKI, 2017). Diagnosis ini ditegakkan apabila
hasil pengkajian menunjukkan adanya kerusakan pada jaringan (membran mukosa, kornea, fasia, otot,
tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi, dan atau ligamen).

Opsi jawaban “Resiko infeksi” tidak tepat

Resiko infeksi adalah beresiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik(SDKI, 2017).
Diagnosis ini bisa ditegakkan pada pasien, namun bukan merupakan masalah utama.

Opsi jawaban “Resiko luka tekan” (tidak tepat)


Resiko luka tekan adalh beresiko mengalami cedera lokal pada kulit dan atau jaringan, biasanya pada
tonjolam tulang akibat tekanan dan atau gesekan (SDKI, 2017). Hasil pengkajian pasien telah aktual
mengalami luka tekan derajat II.

Opsi jawaban “Gangguan mobilitas fisik” (tidak tepat)

Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara
mandiri (SDKI, 2017). Diagnosis ini ditegakkan apabila adanya keluhan sulit menggerakkan ekstremitas
dan penurunan kekuatan otot dan ROM.

[28/8 20.07] +62 851-7033-6452: Soal 8

Seorang laki-laki (28 tahun) dirawat di RS dengan combustio. Hasil pengkajian pasien mengeluk nyeri,
luka meliputi daerah badan, lengan kanan. Luka pada siku tampak berwarna merah dan luka lebih dalam.

Apakah posisi yang diberikan pada siku pasien?

a. Fleksi siku

b. Ekstensi siku

c. Abduksi siku

d. Adduksi siku

e. Hiperekstensi siku

Jawaban benar : a

Pembahasan :

Luka bakar (combustio) Cedera yang terjadi dari kontak langsung ataupun paparan terhadap sumber
panas, kimia, listrik, atau radiasi. Cedera luka bakar terjadi ketika energy dari sumber panas dipindahkan
ke jaringan tubuh. (Black & Hawk, 2009).

Data fokus pengkajian : Pasien dengan combustio, luka meliputi daerah badan, lengan kanan. Luka pada
siku tampak berwarna merah dan luka lebih dalam. *Pada luka bakar yang dalam dapat terbentuk
sikatrik berlebihan dari proses penyembuhan luka. Maka posisi yang diberikan pada siku pasien adalah
dengan menekukkan sendi atau fleksi siku (Opsi jawaban a)*
Pengaturan posisi yang mempertahankan posisi persendian dilakukan untuk mencegah retraksi (NIC,
2013). Apabila jaringan ikat dan otot dipertahankan dalam posisi memendek dalam jangka waktu yang
lama, serabut-serabut otot dan jaringan ikat akan menyesuaikan memendek dan menyebabkan
kontraktur sendi. Otot yang dihertahan memendek dalam 5-7 hari akan mengakibatkan pemendekan
perut otot yang menyebabkan kontraksi jaringan kolagen dan pengurangan jaringan sarkomer otot. Bila
posisi ini berlanjut sampai 3 minggu atau lebih, jaringan ikat sekitar sendi dan otot akan menebal dan
menyebabkan kontraktur.

[28/8 20.07] +62 851-7033-6452: Soal 9

Seorang perempuan (43 tahun) dirawat di RS dengan post op mastektomi. Hasil pengkajian pasien
mengeluh nyeri pada luka, luka tampak merah, perdarahan (-), pus tidak ada, luka tampak bersih.

Bagaimana perawatan luka pada pasien?

a. Menutup luka dengan kasa lembab

b. Menutup luka dengan kasa kering

c. Menutup luka dengan kasa lembab dan antiseptik

d. Luka diberikan antiseptik dan dibiarkan terbuka

e. Setelah dibersihkan luka dibiarkan terbuka

Jawaban benar : b

Pembahasan :

Prinsip perawatan luka adalah dengan menjaga kondisi lembab pada luka. Lembab yang harus diciptakan
adalah lembab yang seimbang (moisture balance). Hal ini disebabkan jika lembab yang seimbang tidak
tercipta, maka akan terlalu lembab (basah) yang membuat kulit sekitar luka maserasi atau bahkan kurang
lembab (kering) sehingga proses penyembuhan luka tidak terjadi dengan optimal.

Beberapa keuntungan prinsip moisture dalam perawatan luka diantaranya:

 mencegah luka menjadi kering dan keras

 meningkatkan laju epitelisasi

 menjaga pembentukan jaringan

 meningkatkan pembentukan jaringan dermis

 dapat menurunkan kejadian infeksi


 menurunkan nyeri

 mudah digunakan.

Data fokus pengkajian :

*pasien post op mastektomi mengeluh nyeri pada luka, luka tampak merah, perdarahan (-), pus tidak
ada, luka tampak bersih.* Berdasarkan data luka pasien tergolong luka bersih. Perawatan luka yang
dilakukan adalah menutup luka dengan kasa kering (Opsi jawaban b). Balutan kering melindungi luka
dengan drainase minimal dari kontaminasi mikroorganisme. ( Potter & Perry, 2003 ).

Sedangkan balutan basah kering dilakukan pada luka bersih yang terkontaminasi dan luka infeksi. Balutan
basah kering bertujuan untuk membersihkan luka terinfeksi dan nekrotik, dan mengabsorbsi semua
eksudat dan debris luka.

[28/8 20.07] +62 851-7033-6452: Soal 10

Seorang laki-laki (45 tahun) datang puskesmas untuk memeriksakan kesehatannya. Hasil pengkajian
pasien mengeluh sulit buang air kecil dan teraba distensi pada suprapubik. Perawat akan melakukan
pemasangan kateter pada pasien. Saat ini perawat telah mengoleskan jelly ke ujung kateter.

Apakah prosedur tindakan yang tepat dilakukan selanjutnya ?

a. Memasang handscoon steril

b. Memasang duk bolong

c. Menyambungkan kateter dengan urin bag

d. Mengisi balon kateter

e. Memasukkan kateter ke uretra

Jawaban benar : e

Pembahasan

Prosedur Pemasangan Kateter Pria

1. Cuci tangan dan gunakan APD sesuai kebutuhan


2. Pasang sampiran

3. Gantung urin bag di sisi tempat tidur pasien

4. Buka pakaian bawah pasien (celana/kain sarung)

5. Pasang perlak dan atur posisi pasien sesuai kebutuhan

6. Dekatkan nierbeken di antara kedua paha dan lakukan penis hygiene

7. Dekatkan nierbeken yang kedua untuk menampung urin

8. Ganti handscoon bersih dengan steril, pasang duk bolong

9. Olesi ujung kateter dengan kassa jelly

10. Masukkan kateter yang sudah diberi jelly ke uretra sepanjang 15 –25 cm, sampai urin mengalir,
sambil pasien menarik napas dalam ketika kateter dimasukkan

11. Tampung urin dengan menggunakan nierbeken

12. Perhatikan respon pasien

13. Isi balon kateter dengan cairan aquades sesuai dengan kebutuhan dan tarik selang kateter secara
perlahan sampai ada tahanan

14. Angkat duk bolong, sambungkan kateter ke urin bag, fiksasi ke salah satu paha pasien

15. Bersihkan alat-alat, lepaskan APD, dan cuci tangan

16. Dokumentasi tindakan yang telah dilakukan

[28/8 20.08] +62 851-7033-6452: Soal 11

Seorang laki-laki (49 tahun) dirawat di RS dengan diabetes mellitus. Hasil pengkajian : luka pada pedis
dextra, terdapat pus dan jaringan nekrotik, dan berbau. Perawat akan melakukan perawatan luka dan
saat ini perawat telah melepaskan handscoon kotor.

Apakah prosedur tindakan yang tepat dilakukan selanjutnya ?

a. Memasang handscoon steril

b. Membersihkan luka dengan NaCl 0,9%

c. Membersihkan daerah sekitas luka

d. Membuka set perawatan luka

e. Menggunting jaringan nekrotik


Jawaban benar : d

Pembahasan :

Prosedur perawatan luka kotor

1. Cuci tangan dan pakai APD sesuai kebutuhan

2. Dekatkan alat pada pasien

3. Letakkan bengkok di dekat luka pasien

4. Pasang perlak dan pengalas di bawah lokasi luka

5. Pasang handscoon bersih dan buka balutan luka dengan pinset anatomi bersih, jika balutan kering
basahi dengan NaCl 0,9% dan kaji kondisi luka

6. Masukkan bekas balutan luka ke dalam bengkok dengan melipat ke arah dalam

7. Masukkan pinset yang telah digunakan ke dalam bengkok berisi larutan desinfektan

8. Lepaskan handscoon kotor

9. Buka set perawatan luka, masukkan kassa steril dan cairan yang akan digunakan

10. Pasang handscoon steril

11. Bersihkan luka dengan NaCl 0,9% dengan satu arah atau sirkuler dari dalam ke luar

12. Untuk luka kotor yang berongga dan berpus, bersihkan dengan H2O2 3% secara irigasi (tidak
dilakukan pada luka yang sudah memerah/granulasi)

13.Angkat/gunting jaringan yang sudah nekrotik sampai batas jaringan yang sehat

14.Lakukan penekanan, bila perlu pada daerah pinggir/sekitar luka untuk mengeluarkan eksudat/pus

15.Luka yang dibersihkan dengan H2O2 3%, bilas kembali dengan NaCl 0,9%

16.Bersihkan daerah di sekitar luka dengan kassa yang diberi antiseptik

17.Untuk merangsang pertumbuhan jaringan, sebelum luka ditutup dapat ditambahkan growth factor
(amnion, oxoferin, dll).

18.Tutup luka dengan kassa + NaCl 0,9% (kassa lembab, tidak basah) sesuai dengan ukuran luka

19.Tambahkan kassa kering satu lapis di atas kassa lembab


20.Balut luka dengan verban dan tambahkan balutan elastis jika diperlukan

21.Komunikasikan dengan pasien bahwa perawatan luka telah selesai dilakukan dan jelaskan kondisi luka

22.Anjurkan menjaga kebersihan sekitar luka

23.Bereskan alat-alat, lepaskan APD dan cuci tangan

24.Dokumentasikan perawatan luka secara lengkap (kondisi luka : luas luka, warna, bau, eksudat)

[28/8 20.08] +62 851-7033-6452: Soal 12

Seorang laki-laki (52 tahun) datang ke poliklinik RS. Hasil pengkajian pasien mengeluh berkemih tidak
tuntas, urin yang keluar sedikit dan menetes padahal kandung kemih terasa penuh. Perawat akan
melakukan pemasangan kateter pada pasien

Apakah kriteria evaluasi masalah utama pasien?

a. Pola eliminasi normal

b. Pasien dapat mengosongkan kandung kemih

c. Pasien mengatakan nyaman

d. Pasien mengenali keinginan untuk berkemih

e. Tidak ada infeksi saluran kemih

Jawaban benar : b

Pembahasan :

Data fokus pengkajian:

Pasien mengeluh berkemih tidak tuntas, urin yang keluar sedikit dan menetes padahal kandung kemih
terasa penuh. Berdasarkan data, pasien mengalami masalah retensi urin. Salah satu intervensi yang
dilakukan untuk mengatasi masalah retensi urin adalah dengan kateterisasi urin (NIC, 2013).
Pemasangan kateter merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke dalam
kandung kemih melalui uretra yang bertujuan membantu memenuhi kebutuhan eliminasi dan sebagai
pengambilan bahan pemeriksaan (Hidayat, 2006).

Evaluasi masalah setelah tindakan katererisasi dilakukan adalah pasien dapat mengosongkan kandung
kemih (NOC, 2013) (Opsi jawaban b)

Opsi jawaban lainnya termasuk kriteria evaluasi untuk diagnosis retensi urin/gangguan eliminasi urin,
namun tidak spesifik pada intervensi kateterisasi urin.
[28/8 20.08] +62 851-7033-6452: Soal 13

Seorang perempuan (28 tahun) dibawa ke IGD Puskesmas karena tersiram air panas. Hasil pengkajian:
luka meliputi perut, dada, dan seluruh tangan kanan, tampak berwarna merah dan melepuh.

Berapakah luas luka bakar pasien?

a. 18%

b. 24%

c. 27%

d. 30%

e. 36%

Jawaban benar : c

Pembahasan :

Luka bakar (combustio) Cedera yang terjadi dari kontak langsung ataupun paparan terhadap sumber
panas, kimia, listrik, atau radiasi. Cedera luka bakar terjadi ketika energy dari sumber panas dipindahkan
ke jaringan tubuh. (Black & Hawk, 2009).

Data fokus pengkajian : *luka meliputi perut, dada, dan seluruh tangan kanan. Berdasarkan pengkajian
luas luka bakar adalah perut (9%) + dada (9%)+ tangan kanan (9%) = 27% (opsi jawaban c)*

Luas luka bakar dihitung berdasarkan persentase terhadap seluruh luas permukaan tubuh. Luas luka
bakar dihitung dnegan menggunakan rumus Rule of Nine yang membagi luas permukaan tubuh pasien
dewasa ke dalam persentase yang sama dengan 100% sebagai berikut :

Kepala 9%

Ekstermitas atas kanan 9%

Ekstremitas atas kiri 9%

Dada 9%

Perut 9%
Punggung 9%

Perineum 1%

Ekstremitas bawah kanan 9%

Ekstremitas bawah kiri 9%

[28/8 20.08] +62 851-7033-6452: Soal 14

Seorang perempuan (56 tahun) dirawat di RS dengan Gagal ginjal. Hasil pengkajian pasien mengeluh
sesak nafas dan sembab pada wajah dan kaki. Hasil pemeriksaan laboratorium Hb 10,3 gr/dl, ureum 113
mg/dl, kreatinin 7,4 mg/dl, albumin 2,20 g/dl, protein urin +2.

Apakah penyebab edema pada pasien?

a. Peningkatan Ureum

b. Peningkatan Kreatinin

c. Proteinuria

d. Penurunan Hb

e. Nilai albumin menurun

Jawaban benar : e

Pembahasan :

Data fokus pengkajian : pada wajah dan kaki, HB 10,3 gr/dl, ureum 113 mg/dl, kreatinin 7,4 mg/dl,
albumin 2,20 g/dl, protein urin +2.

Pergerakan cairan tubuh bergantung kepada tekanan hidrostatik dan tekanan onkotik. Tekanan
hidrostatik adalah tekanan di dalam pembuluh darah yang sangat ditentukan oleh tekanan darah.
Sedangkan tekanan onkotik (tekanan osmotik koloid) adalah tekanan osmotik yang dihasilkan oleh
molekul koloid yang tidak dapat berdifusi, misalnya protein, yang bersifat menarik air ke dalam kapiler
dan melawan tekanan filtrasi.

Perpindahan cairan dari ruang intavaskular ke interstitium atau sebaliknya sangat dipengaruhi oleh kadar
albumin dalam plasma. Albumin adalah protein utama di dalam plasma yang memberikan 85% tekanan
onkotik plasma. Albumin membantu mempertahankan volume intravaskular. Pengurangan jumlah
albumin menyebabkan pengurangan volume cairan intavaskular. Kemudian ginjal mencatat ada
pengurangan volume cairan dan melakukan homeostatis dengan menahan garam, dengan konsekuensi
cairan bergerak ke ruang interstitial yang menyebabkan terjadinya pitting edema.
Pilihan jawaban lain

Opsi “peningkatan ureum” (tidak tepat)

Ureum adalah produk limbah dari pemecahan protein dalam tubuh. Peningkatan kadan ureum darah
bergantung pada tingkat kerusakan LFG. Pada LFG sebesar 60% pasien masih belum merasakan keluhn
tapi sudah terjadi peningkatan kadar ureum dan kreatinin serum. Pada LFG 30%, mulai terjadi keluhan
seperti nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan berkurang, dan penurunan berat badan. Pada LFG
<30% pasien memperlihatkan gejala dan tanda uremia yang nyata.

Opsi “Peningkatan kreatinin” (tidak tepat)

Kreatinin merupakan hasil akhir metabolisme otot yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang
hampir konstan dan di ekskresi dalam urin dengan kecepatan yang sama.

Opsi “Proteinuria” (tidak tepat)

Proteinuria adalah suatu kondisi dimana urin menganjung jumlah protein yang tidak normal. Gangguan
pada filtrasi glomerulus dapat menyebabkan protein dari darah dapat bocor ke dalam urin.

Opsi Penurunan Hb” (Tidak tepat)

Anemia terjadi akibat produksi eritropoietin yang tidak memadai, memendeknya usia sel darah merah,
defisiensi nutrisi, dan kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat status uremik pasien.

[28/8 20.08] +62 851-7033-6452: Soal 15

Seorang laki-laki (56 tahun) dirawat di rumah sakit dengan Sindrom uremik. Saat pergantian shift, pasien
tiba-tiba mengalami penurunan kesadaran. Perawat akan melakukan resusitasi jantung paru dan saat ini
perawat sudah meminta bantuan ke perawat lain.

Apakah tindakan yang tepat dilakukan selanjutnya ?

a. Membebaskan jalan napas

b. Memeriksa denyut nadi karotis

c. Memberikan kompresi dada sebanyak 30x

d. Memberikan bantuan napas 10-12 kali/menit


e. Memberikan terapi oksigen

Jawaban benar : b

Pembahasan :

Sindrom uremik merupakan suatu kompleks gejala yang terjadi akibat atau berkaitan dengan retensi
metabolit nitrogen karena gagal ginjal. Dua kelompok gejala klinis dapat terjadi pada sinrom uremik;
pertama, gangguan fungsi pengaturan dan ekskresi, kelainan volume cairan dan elektrolit,
ketidakseimbangan asam-basa, retensi metabolit nitrogen dan etabolit lainnya, serta anemia yang
disebabkan defisiensi sekresi ginjal. Kedua, gabungan kelainan kardiovaskular, neuromuskular, saluran
cerna, dan kelainan lainnya (Price & wilson, 2006).

Resusitasi jantung paru merupakan suatu metode untuk mengembalikan fungsi napas dan atau sirkulasi
tubuh yang terhenti yang bertujuan menjaga darah dan oksigen tetap beredar ke seluruh tubuh.

Data fokus pengkajian : pasien tiba-tiba mengalami penurunan kesadaran. Perawat akan melakukan
resusitasi jantung paru dan saat ini perawat sudah meminta bantuan ke perawat lain. Maka tindakan
yang selanjutnya harus dilakukan perawat adalah memeriksa denyut nadi karotis (opsi jawaban b).

Algoritme Bantuan Hidup Dasar :

1. Danger

Memperhatikan keamanan bagi penolong maupun penderita yang mengalami keadaan gawat darurat.

2. Respon

Respon yang diperhatikan dan pertama dinilai adalah kesadaran. Menilai tingkat kesadaran dengan cara
memanggil penderita, menepuk pundak atau bahu, jika penderita merespon, maka penderita akan
menjawab, bergerak, atau mengerang. Jika tidak berespon segera aktifkan sistem respon kegawat
daruratan.

3. Call for help (meminta bantuan)

Setelah menilai kesadaran penderita ternyata tidak ada respon, maka kita harus segera mengaktifkan
sistem kegawatdaruratan.

4. Compression
*Setelah penolong meminta bantuan selanjutnya jika penolong orang awam langsung melakukan
kompresi dada sebanyak 30 kali kompresi. Apabila petugas terlatih/medis melakukan pengecekan nadi
karotis terlebih dahulu.*

Sumber : (Modul Pelatihan Keperawatan Intensif Dasar, 2016)

[28/8 20.08] +62 851-7033-6452: Soal 16

Seorang perempuan (45 tahun) dirawat di RS dengan Infeksi Oportunisik. Hasil pengkajian : pasien
mengalami penurunan kesadaran, tekanan darah 110/70 mmHg, frekuensi napas 24x/menit frekuensi
nadi 98x/menit, suhu tubuh 37 C, tampak kemerahan pada daerah bokong, pengkajian skala braden 15

Apakah tindakan yang harus dilakukan oleh perawat?

a. Mengubah posisi pasien miring kana-kiri

b. Mengencangkan linen tempat tidur

c. Melakukan ROM

d. Membantu ADL

e. Mengoleskan lotion pada kulit yang kemerahan

Jawaban benar : a

Pembahasan :

Dekubitus merupakan kerusakan kulit pada suatu area dan dasar jaringan yang disebabkan oleh tulang
yang menonjol, sebagai akibat dari tekanan, pergeseran, gesekan, atau kombinasi dari beberapa hal
tersebut (NPUAP, 2014). Luka dekubitus merupakan dampak dari tekanan yang terlalu lama pada area
permukaan tulang yang menonjol dan mengakibakan berkurangnya sirkulasi darah pada area yang
tertekan dan lama kelamaan jaringan setempat mengalami iskemik, hipoksia dan berkembang menjadi
nekrosis.

Data fokus pengkajian : tampak kemerahan pada daerah sacrum. Hal ini menunjukkan klien mengalami
luka dekubitus derajat I (nonblachable Erythema). Kulit yang masih utuh yang menunjukkan adanya
tanda-tanda akan terjadi luka. Seperti : perubahan temperatur kulit (lebih dingin atau lebih hangat),
perubahan konsistensi jaringan (lebih keras atau lunak), dan perubahan sensasi (gatal atau nyeri). Pada
orang yang berkulit putih luka akan terlihat sebagai kemerahan yang menetap, sedangkan pada orang
kulit gelap, luka akan terlihat sebagai warna merah yang menetap, biru, atau ungu.
Opsi jawaban a “Mengubah posisi pasien miring kanan-kiri” (Tepat) Teknik posisi sangat penting dalam
penanganan ulkus dekubitus. *Pasien yang imobilisasi harus ditempatkan pada 30 ° posisi miring ke kiri
atau kanan, bergantian setiap 2 jam minimal.* Pasien harus diangkat dan bukan diseret di tempat tidur,
menggunakan perangkat seperti trapeze atau alas tempat tidur, Repositioning harus dilakukan sesering
mungkin untuk menjaga kondisi pasien.

Opsi jawaban b “Mengencangkan linen tempat tidur” (Kurang tepat). Mengencangkan linen tempat tidur
merupakan tindakan umum untuk mencegah terjadinya luka tekan pada pasien di rumah sakit.

Opsi jawaban c “Melakukan ROM” (Tidak tepat). Latihan Range of Motion (ROM) adalah latihan yang
dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakkan
persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry,
2005).

Opsi jawaban d “Membantu ADL” (Tidak tepat). Pasien mengalami penurunan kesadaran, namun data
pengkajian menunjukkan intervensi untuk mengatasi masalah luka tekan lebih utama dilakukan.

Opsi jawaban e “Mengoleskan lotion” (Kurang tepat). Penggunaan lotion/pelembab kulit ditujukan untuk
melembabkan kulit kering untuk mengurangi risiko kerusakan kulit.

[28/8 20.08] +62 851-7033-6452: Soal 17

Seorang perempuan (42 tahun) dirawat setelah sebelumnya mengalami salmonellosis. Pasien mengeluh
nyeri dada seperti ditusuk-tusuk dan bertambah berat dan sesak napas jika berbaring. Hasil pengkajian:
tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi 80x/menit, suhu 39,5 C, auskultasi dada: pericardial friction
rub (+), leukosit 12.000 mm3.

Apakah intervensi keperawatan mandiri yang tepat diberikan kepada pasien ?

a. Mengajarkan teknik napas dalam

b. Memposisikan pasien high fowler condong ke depan

c. Memberikan kompres hangat

d. Memberikan terapi NSAID

e. Memberikan antibiotik
Jawaban benar : b

Pembasan :

DS:

- Pasien mengeluh nyeri dada seperti ditusuk-tusuk

- Pasien merasa nyeri dada bertambah berat jika berbaring

- Pasien merasa nyeri menjalar ke punggung

- Pasien merasa sesak napas jika berbaring -> dyspnea dan orthopnea mungkin diakibatkan oleh
kesulitan bernapas akibat nyeri pleuritic

- Skala nyeri 7/10

DO:

- Auskultasi: pericardial friction rub -> mengindikasikan adanya pericarditis yang menyebabkan nyeri
tajam pada dada

Masalah keperawatan: Nyeri akut b.d inflamasi pericardium d.d nyeri menusuk pada dada, nyeri referral
ke punggung, skala nyeri 7

Berdasarkan karakteristik pada kasus, pasien mungkin mengalami inflamasi pericardium karena hasil
auskultasi menggambarkan adanya pericardial friction rub (khas penanda pericarditis). Nyeri yang
dirasakan bersifat tajam dan pleuritik (yang bertambah saat inspirasi dan ekspirasi, atau batuk) akibat
peradangan pada pericardium.

*Tindakan keperawatan yang sesuai dengan masalah keperawatan pada kasus adalah melakukan
positioning. Posisi yang mengurangi rasa nyeri secara non-farmakologi atau keperawatan mandiri pada
pericarditis adalah dengan memberikan posisi yang tepat yaitu memberi posisi anatomis pada jantung
melalui posisi high fowler condong ke depan* (Lilly, 2007; Nurselabs, 2018).

Tinjauan opsi lainnya:


- Opsi mengajarkan teknik napas dalam: tidak tepat karena teknik dalam akan memperberat nyeri dada.
Nyeri dada pada pericarditis meningkat karena inspirasi maupun ekspirasi

- Opsi memberikan kompres hangat: kurang tepat. pasien memang menderita hipertermi, namun
keluhan here and now mengindikasikan nyeri perlu diintervensi terlebih dahulu agar memudahkan
intervensi berikutnya. Setelah mengatasi nyeri, maka disusul dengan mengintervensi hipertermi

- Opsi Memberikan terapi NSAID: tepat, tetapi merupakan tindakan kolaborasi keperawatan. NSAID
digunakan untuk mengatasi nyeri secara farmakologik

- Opsi Memberikan antibiotic: tepat, tetapi merupakan tindakan kolaborasi untuk mengatasi dan
merupakan kewenangan dokter karena pada kasus, penyebab pericarditis belum dapat dipastikan (ada
keterangan post salmonellosis, tetapi belum dipastikan sebagai etiologi pericarditis)

[28/8 20.08] +62 851-7033-6452: Soal 18

Seorang perempuan (50 tahun) dirawat dengan keluhan nyeri pada bagain tengah dada seperti diremas-
remas, menjalar ke punggung kiri. Hasil pengkajian: tekanan darah 200/100 mmHg, frekuensi nadi
110x/menit, frekuensi napas 28x/menit dan suhu 37,6 C. Pasien mendapat Nitrogliserin 0,4 mg
sublingual. Sediaan farmasi terdapat 500 mcg /tablet.

Berapa tablet yang harus diberikan perawat kepada pasien?

a. 1,25 tablet

b. 0,0008 tablet

c. 0,8 tablet

d. 200 tablet

e. 0,2 tablet

Jawaban benar : c

Diketahui:

- Order: 0,4 mg sublingual = 0,4 x 1000 mcg = 400 mcg

- Sediaan: 500 mcg / tablet

Perhitungan:

- Dosis yang diberikan:

Jumlah yang diberikan = (dosis yang diinginkan :Dosis yang tersedia x sediaan
= ( 400 mg : 500 mg) x 1 tablet = *0,8 tablet*

[28/8 20.09] +62 851-7033-6452: Soal 19

Seorang laki-laki (48 tahun) mengalami ketidaknyamanan pada dada seperti ditindih beban berat dan
merasa pegal pada ketiak dan tangan kiri. Pasien mendapatkan terapi injeksi pethidine I.V 0,04 gr setiap
4 jam. Sediaan dari farmasi adalah 1 ampul pethidine 50 mg/ml.

Berapa ml pethidine yang *tidak* dimasukan ke dalam spuit sebelum diberikan kepada pasien?

a. 0,0008

b. 0,99

c. 0,8

d. 0,2

e. 1,25

Jawaban benar : d

Pembahasan

Diketahui:

- Order: 0,04 gr = 0,04 x 1000 mg = 40 mg

- Sediaan: 50 mg / ml

Perhitungan:

- Dosis yang diberikan:

Jumlah yang diberikan = (dosis yang diinginkan : Dosis yang tersedia) x sediaan

= (40 mg :50 mg ) x 1 ml = 0,8 ml


*Jumlah yang tidak dimasukkan* = 1 ml – 0,8 ml = *0,2 ml*

[28/8 20.09] +62 851-7033-6452: Soal 20

Seorang perempuan (33 tahun) dirawat dengan Anemia hari kedua. Hasil pengkajian: pasien tampak
pucat, lemas dan melaporkan adanya alopesia, Hb 8,7 gr/dl dan Ht 30 %. Pasien mendapatkan transfusi 2
unit PRC. 1 unit PRC diberikan dengan flow rate 150 ml/jam. Transfusi dimulai pada pukul 13.00.

Pada jam berapakah 1 unit PRC pertama diperkirakan habis? (1 unit PRC = 250 cc)

a. 13.24

b. 13.40

c. 15.30

d. 15.50

e. 18.00

Jawaban benar : C

Pembahasan :

Diketahui:

- Flow rate: 100 ml/jam

- Sediaan: 1 unit PRC = 250 cc

Penghitungan:

Waktu yg dibutuhkan = (total cairan yang dibutuhkan : Flow rate)

= 250 ml : 100 ml / jam

= 2,5 jam = 2 jam 30 menit


*Maka, infus habis pada: 13.00 + 02.30 = 15.30*

[28/8 20.09] +62 851-7033-6452: Soal 21

Seorang laki-laki (18 tahun) post appendectomy mendapat terapi 1,2 L D5 dengan kebutuhan cairan 50
mg/jam.

Berapa jumlah tetesan infus yang harus diatur oleh perawat dalam 1 menit? (faktor tetes = 15)

a. 13

b. 24

c. 17

d. 42

e. 26

Jawaban benar : a

Pembahasan :

Diketahui:

- Kebutuhan cairan: 1,2 L D5 à 1000 ml

- Flow rate: 50 ml / jam

Penghitungan:

Flow rate = total cairan yang dibutuhkan

---------------------------------------

Waktu yang ditentukan (jam)

Waktu yg dibutuhkan = total cairan yang dibutuhkan


---------------------------------------

Flow rate

= 1200 ml

--------------- = 24 jam

50 ml / jam

Jumlah tetesan infus = total cairan yang dibutuhkan

------------------------------------------ x faktor tetes

Waktu yang ditentukan (menit)

= 1200

------------ x 15 = 12,5 tetes / menit = 13 tts / menit

(24 x 60)

ATAU

Jumlah tetesan infus = total cairan yang dibutuhkan 1

---------------------------------------- x ------------------------

Waktu yang ditentukan (jam) (60 : faktor tetes)

= 1200 1 1200

------- x ----------- = --------

24 (60 : 15) 48

= <b>12,5 tetes / menit = *13 tetes / menit*


[29/8 17.21] Kak Ririn Perintis: *Soal 1*

Seorang perawat mengunjungi rumah seorang laki-laki (59 tahun) yang didiagnosis stroke sejak 9 bulan
lalu. Keluarga mengatakan sudah membawa klien ke RS untuk berobat dan berhenti 3 bulan lalu karena
klien tidak sembuh. Sekarang klien hanya berbaring di tempat tidur, berbicara pelo dan sulit
mengeluarkan kata-kata. Keluarga mengatakan lelah merawat klien dan membiarkan kondisi klien.

Apakah diagnosis keperawatan yang tepat pada pasien?

A. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif

B. Ketidakmampuan koping keluarga

C. Ketidakpatuhan

D. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif

E. Ketegangan peran pemberi asuhan

*Jawaban : d. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif*

*Pembahasan :*

Data focus :

- Klien didiagnosis stroke 6 bulan yang lalu.

- Klien hanya berbaring di tempat tidur, bicara pelo dan sulit mengeluarkan kata-kata

- Keluarga lelah merawat klien dan membiarkan konsidi klien memburuk

- Klien tidak lagi dibawa ke RS sejak 3 bulan yang lalu karena klien tidak sembuh-sembuh

*diagnosis keperawatan : Manajemen kesehatan keluarga yang tidak efektif*

*Manajemen kesehatan keluarga yang tidak efektif adalah Sebuah pola penanganan masalah kesehatan
dalam keluarga tidak memuaskan untuk memulihkan kondisi kesehatan keluarganya. (SDKI,2017).*
dengan tanda dan gejala mayorsebagai berikut :
a. mengungkapkan kesulitan menjalankan perawatan terlihat dari keluarga yang pasrah dan membiarkan
kondisi klien memburuk.

b. Kesulitan dengan regimen ditandai dengan tidak adanya pengambilan keputusan mengenai
pengobatan anggota keluarga yang sakit.

c. Gejala penyakit anggota keluarga semakin memburuk

d. Altivitas keluarga untuk mengatasi masalah tidak tepat terlihat dari keluarga tidak lagi membawa klien
ke rs karena klien tidak sembuh-sembuh.

Tinjauan opsi lainnya:

Opsi Pemeliharaan kesehatan keluarga tidak efektif kurang tepat, karena walaupun terdapat data yang
menggambarkan ketidakmampuan keluarga untuk mengidentifikasi, mengelola, dan / atau mencari
bantuan untuk menjaga kesehatan. Namun ini bukan diagnosis utama.

Opsi Ketidakmampuan koping keluarga kurang tepat, walaupun terdapat data keluarga yang pasrah dan
kurangnya dukungan dari keluarga untuk mendukung kesembuhan dari klien. Namun ini bukan diagnosis
utama.

Opsi Ketidakpatuhan kurang tepat, karena walaupun terdapat data yang mendukung seperti Perilaku
menunjukkan individu gagal mematuhi kepatuhan, terjadi perkembangan komplikasi dan perburukan
gejala. Namun ini diagnosis utama.

Opsi ketegangan peran pemberi asuhan kurang tepat karena kurangnya data yang menggambarkan
tentang kekhawatiran keluarga dalam pemberian asuhan kepada anggota keluarga yang sakit.

[29/8 17.21] Kak Ririn Perintis: *Soal 2*

Seorang perawat mengunjungi sebuah keluarga dengan seorang perempuan (53 tahun) yang didiagnosis
hipertensi 10 tahun lalu. Klien mengeluh pusing, tengkuk terasa berat dan tekanan darah 190/110
mmHg. Klien mengatakan suka makan jeroan dan makanan asin. Klien jarang mengontrol tekanan darah,
tidak mau berobat dan tidak pernah berolahraga. Saat gejala muncul klien hanya beristirahat dan
keluarga bersikap acuh terhadap penyakit klien.

Apakah diagnosis keperawatan yang tepat pada pasien?


A. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif

B. Ketidakmampuan koping keluarga

C. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif

D. Ketegangan peran pemberi asuhan

E. Penampilan peran tidak efektif

*Jawaban : a. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif*

*Pembahasan :*

Data fokus:

- Klien didiagnosis hipertemsi dan suka makan jeroan dan makanan bergaram

- Jarang mengontrol tekanan darah

- Tidak mau minum obat dan tidak pernah berolahraga

- Keluarga bersikap acuh terhadap penyakit klien

*diagnosis keperawatan: pemeliharaan kesehatan tidak efektif*

*Pemeliharaan kesehatan tidak efektif adalah ketidakmampuan mengidentifikasi, mengelola, dan/atau


menemukan bantuan untuk mempertahankan kesehatan.* diagnosis ini memiiliki gejala dan tanda
mayor sebagai berikut:

- Kurang menunjukkan perilaku adaptif terhadap perubahan lingkungan

- Kurang menunjukkan pemahaman tentang perilaku sehat

- Tidak mampu menjalankan perilaku sehat pada kasus tampak klien tidak mengontrol makanan, tidak ke
yankes untuk kontrol tekanan darah, tidak mau minum obat dan tidak pernah berolahraga.

- Tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan

- Tidak memiliki sistem pendukung terlihat dari sikap acuh keluarga.

Tinjauan opsi lainnya :


Opsi Ketidakmampuan koping keluarga kurang tepat, karena walaupun ada data yang mendukung untuk
perilaku terdekat anggota keluarga yang membatasi kapasitas kemampuannya dan kemampuan klien
untuk secara efektif menangani masalah kesehatan. Namun bukan diagnosis prioritas.

Opsi Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif kurang tepat karena kurangnya data yang
menggambarkan konflik dalam memutuskan terapi, pilihan tidak efektif terhadap tujuan pengobatan dan
pernyataan keluarga dan pasien tidak mendukung regimen pengobatan/perawatan.

Opsi Ketegangan peran pemberi asuhan tidak tepat karena tidak ada data yang menggambarkan tentang
kekhawatiran keluarga dalam pemberian asuhan kepada anggota keluarga yang sakit.

Opsi Penampilan peran tidak efektif tidak tepat karena tidak ada data yang mendukung mengenai peran
yang tidak sesuai.

[29/8 17.21] Kak Ririn Perintis: *Soal 3*

Seorang perawat mengunjungi sebuah keluarga. pengkajian : laki-laki (60 tahun) didiagnosis stroke 1
bulan yang lalu. Klien hanya berbaring di tempat tidur, berbicara pelo dan sulit mengerakkan anggota
tubuh kanan. Keluarga khawatir klien akan dirawat kembali dan merasa tidak sanggup untuk merawat
klien karena semua anggota keluarga bekerja.

Apakah diagnosis keperawatan yang tepat pada pasien?

A. Manajemen kesehatan tidak efektif

B. Ketegangan peran pemberi asuhan

C. Penampilan peran tidak efektif

D. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif

E. Ketidakpatuhan

*Jawaban : b. Ketegangan peran pemberi asuhan*

*Pembahasan:*

Data focus:
- Klien didiagnosis stroke

- Klien hanya berbaring di tempat tidur, berbicara pelo dan sulit mengerakkan anggota tubuh kanan.

- Keluarga khawatir klien akan dirawat kembali dan merasa tidak sanggup untuk merawat klien karena
semua anggota keluarga bekerja.

*diagnosis keperawatan : ketegangan peran pemberi asuhan*

*Ketegangan peran pemberi asuhan adalah kesulitan dalam melakukan pemberian asuhan dalam
keluarga yang ditandai dengan :*

- Keluarga mengatakan khawatir klien akan dirawat di rumahsakit

- Keluarga mengatakan khawatir tentang kelanjutan perawatan klien

- Keluarga mengatakan khawatir tentang ketidakmampuan pemberi asuhan dalam merawat klien

- Tampak adanya kesulitan dalam melakukan tugas merawat klien.

Tinjauan opsi lainnya:

Opsi Manajemen kesehatan tidak efektif tidak tepat karena kurangnya data yang menggambarkan konflik
dalam memutuskan terapi, pilihan tidak efektif terhadap tujuan pengobatan dan pernyataan keluarga
dan pasien tidak mendukung regimen pengobatan/perawatan.

Opsi Penampilan peran tidak efektif tidak tepat karena tidak ada data yang mendukung mengenai peran
yang tidak sesuai.

Opsi Pemeliharaan kesehatan tidak efektif tidak tepat karena tidak adanya data yang menggambarkan
ketidakmampuan keluarga untuk mengidentifikasi, mengelola, dan/atau mencari bantuan untuk menjaga
kesehatan.

Opsi Ketidakpatuhan tidak tepat, karena kurang adanya data yang mendukung seperti : perilaku
menunjukkan individu gagal mematuhi kepatuhan, terjadi perkembangan komplikasi dan perburukan
gejala.
[29/8 17.21] Kak Ririn Perintis: *Soal 4*

Seorang perawat melakukan kunjungan rumah. Hasil pengkajian: seorang perempuan (19 tahun) hamil 4
bulan. Klien mengatakan masih terlalu muda, belum mau memiliki anak dan bingung bagaimana menjadi
ibu. Klien belum pernah memeriksakan kehamilan ke pelayanan kesehatan karena jauh. Sebenarnya klien
belum ingin menikah, tetapi karena desakan ekonomi dan orang tua maka ia menikah.

Apakah diagnosis keperawatan yang tepat pada pasien?

A. Pencapaian peran menjadi orang tua

B. Ketegangan peran pemberi asuhan

C. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif

D. Manajemen kesehatan tidak efektif

E. Resiko proses pengasuhan tidak efektif

*Jawaban : e. Resiko proses pengasuhan tidak efektif*

*Pembahasan :*

Data focus:

- Klien hamil 4 bulan

- Klien mengatakan masih terlalu muda, belum mau memiliki anak dan bingung bagaimana menjadi ibu.

- Klien belum pernah memeriksakan kehamilan ke pelayanan kesehatan karena jauh.

*Diagnose keperawatan : Resiko proses pengasuhan tidak efektif*

*Resiko proses pengasuhan tidak efektif adalah beresiko mengalami proses kehamilan, persalinan dan
setelah persalinan termasuk perawatan bayi baru lahir yang tidak sesuai dengan norma dan harapan
(SDKI, 2017).* Dimana factor resiko dari diagnose ini berdasarkan kasus diantaranya:

- Kehamilan yang tidak diinginkan atau direncanakan

- Kurang terpaparnya dengan informasi mengenai kehamilan, persalinan dan pengasuhan


- Akses pelayanan yang sulit dijangkau

Tinjauan opsi lainnya :

Opsi Pencapaian peran menjadi orang tua tidak tepat karena tidak ada data yang menggambarkan
interaksi antara anggota keluarga

Opsi Ketegangan dalam pemberian asuhan tidak tepat karean tidak ada data yang menggambarkan
kesulitan anggota keluarga dalam memberikan asuhan kepada klien.

Opsi Pemeliharaan kesehatan tidak efektif tidak tepat karena pada kasus tidak ada data yang
mengambarkan gangguan kesehatan pada klien. Dan diagnose ini berfokus kepada ketidakmampuan
dalam menunjukkan perilaku sehat.

Opsi Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif kurang tepat karena kurangnya data yang
menggambarkan konflik dalam memutuskan terapi, pilihan tidak efektif terhadap tujuan pengobatan dan
pernyataan keluarga dan pasien tidak mendukung regimen pengobatan/perawatan.

[29/8 17.21] Kak Ririn Perintis: *Soal 5*

Seorang perawat mengunjungi sebuah keluarga. Hasil pengkajian : seorang laki-laki ( 45 tahun)
didiagnosis Hepatitis seminggu yang lalu. Sklera dan kulit klien ikterik, BAK bewarna seperti teh dan
kadang mengeluh mual. Keluarga tidak mau klien dirawat di RS dan klien tampak masih menggunakan
peralatan makan bersama anggota keluarga yang lain dan keluarga tidak mengetahui penyebab dan
perawatan penyakit hepatitis.

Apakah diagnosis keperawatan yang tepat pada pasien?

A. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif

B. Perilaku cenderung beresiko

C. Deficit pengetahuan

D. Ketidakmampuan koping keluarga

E. Ketidakpatuhan
*Jawaban ; c. defisit pengetahuan*

*pembahasan :*

Data focus:

- Klien didiagnosis hepatitis seminggu yang lalu

- Keluarga tidak mau klien dirawat di RS

- Keluarga masih menggunakan peralatan makan yang sama dengan anggota keluarga lain

- Keluarga tidak tidak mengetahui penyebab dan perawatan penyakit hepatitis.

*diagnosis keperawatan : defisit pengetahuan*

*Defisit pengetahuan adalah ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif mengenai suatu topik tertentu.
(SDKI,2017).*

Pada kasus tampak bahwa keluarga tidak mengetahui mengenai penyakit hepatitis. Tindakan yang harus
dilakukan perawat adalah memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit hepatitis.

Tinjauan opsi lainnya :

Opsi Pemeliharaan kesehatan tidak efektif kurang tepat walaupun terdapat data yang menggambarkan
ketidakmampuan keluarga untuk mengidentifikasi, mengelola, dan/atau mencari bantuan untuk menjaga
kesehatan. Namun ini bukan diagnosis prioritas karena terlebih dahulu harus diberikan penkes untuk
peningkatan kognitif klien.

Opsi Perilaku cenderung beresiko kurang tepat, karena walupun terdapat data yang mendukung namun
bukanlah diagnosis prioritas.

Opsi Ketidakmampuan koping keluarga tidak tepat, karena kurangnya data yang mendukung untuk
perilaku terdekat anggota keluarga yang membatasi kapasitas kemampuannya dan kemampuan klien
untuk secara efektif menangani masalah kesehatan.
Opsi Ketidakpatuhan tidak tepat karena tidak ada data yang mendukung.

[29/8 17.21] Kak Ririn Perintis: *Soal 6*

Seorang perawat mengunjungi sebuah rumah. Hasil pengkajian : keluarga baru dikaruniahi anak kedua
berjenis kelamin perempuan. Keluarga mengatakan mereka bahagia mendapatkan anak lagi dan mereka
saling membantu serta berbagi tugas dalam merawat anak. Anak pertama senang mendapatkan adik
agar bisa diajak untuk bermain.

Apakah diagnosis keperawatan yang tepat pada pasien?

A. Pencapaian peran menjadi orang tua

B. Penampilan peran tidak efektif

C. Ketegangan peran pemberi asuhan

D. Kesiapan peningkatan koping keluarga

E. Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan

*Jawaban : a. Pencapaian peran menjadi orang tua*

*Pembahasan :*

Data focus:

- keluarga baru dikaruniahi anak kedua berjenis kelamin perempuan.

- Keluarga mengatakan mereka bahagia mendapatkan anak lagi dan mereka saling membantu serta
berbagi tugas dalam merawat anak.

- Anak pertama senang mendapatkan adik agar bisa diajak untuk bermain.

*diagnosis keperawatan : Pencapaian peran menjadi orang tua*

*Pencapaian peran menjadi orang tua adalah terjadinya proses interaksi antar anggota keluarga yang
ditunjukkan dengan perkembangan bayi yang optimal. Biasanya ditandai dengan bounding attachment
yang optimal, perilaku positif menjadi orang tua, saling berinteraksi dalam merawat bayi dan
mengungkapkan kepuasan/kebahagiaan dalam memiliki bayi.*

Tinjauan opsi lainnnya:

Opsi Penampilan peran tidak efektif tidak tepat karena tidak ada data yang mendukung.

Opsi Ketegangan peran pemberi asuhan tidak tepat karena tidak ada data yang mendukung.

Opsi Kesiapan peningkatan koping keluarga tidak tepat karena tidak ada data yang mendukung.

Opsi Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan tidak tepat karena tidak ada data yang mendukung.

[29/8 17.42] Kak Ririn Perintis: Sebenarnya sudah saya jelaskan di pembahasannya..

Tp biar gampang2 diingat.

Saya ringkas ya.. ���

Untuk *manajemen kesehatan tidak efektif* biasanya ditandai dengan adanya ketidakefektifan
pemulihan kesehatan anggota keluarga yang sakit biasanya ada perburukan penyakit dan anggota
keluarga tampak pasrah atau mengatakan sulit untuk merawat anggota keluarga nya..

Kalau untuk *pemeliharaan kesehatan tidak efektif* biasanya klien tidak mampu untuk mencari bantuan
untuk m zaempertahankan kesehatan biasanya ditunjukkan dengan perilaku yg tidak sehat..

Sedangkan *ketegangan peran pemberi asuhan* lebih ke anggota keluarganya dimana mereka tidak bisa
menjalankan peran dalam memberikan perawatan..

Seperti itu kira2..��

Ihsanul Husna:
Sesak napas dibarengi dengan adanya abnormalitas hasil AGD (PO2 menurun, PCO2
meningkat/menurun, pH darah abnormal) : Gangguan Pertukaran gas

Sesak napas dibarengi dengan adanya penggunaan otot bantu napas, Saturasi oksigen menurun, PCO2
meningkat, PO2 menurun tanpa adanya abnormalitas pH darah : Gangguan Ventilasi Spontan

Soal 1

Seorang bayi baru lahir dirawat di ruang NICU dengan keluhan sesak napas yang diikuti tubuh membiru.
Ibu mengatakan bayinya langsung tersedak dan muntah setelah diberikan ASI pertama kali. Hasil
pengkajian : penggunaan otot bantu napas meningkat, pernapasan cuping hidung, frekuensi napas 45
x/menit, pH 7,40, PCO2 52 mmHg, PO2 71 mmHg, HCO3 24 mmol/L dan SaO2 87 %. Apakah masalah
keperawatan yang tepat ?

A. Menyususi tidak efektif

B. Pola napas tidak efektif

C. Resiko aspirasi

D. Gaangguan ventilasi spontan

E. Gangguan pertukaran gas

Jawaban : D

Pembahasan :

Data fokus masalah : penggunaan otot bantu napas meningkat, pernapasan cuping hidung, pH 7,40,
PCO2 52 mmHg, PO2 71 mmHg, HCO3 24 mmol/L dan SaO2 87 %.

Masalah keperawatan yang tepat : Gangguan ventilasi spontan. Menurut SDKI, 2016 gangguan ventilasi
spontan adalah penurunan cadangan energi yang mengakibatkan individu tidak mampu bernapas secara
adekuat. Pada kasus ditemukan bayi sesak napas dibarengi dengan adanya penggunaan otot bantu
napas, peningkatan PCO2 52 mmHg, penurunan PO2 71 mmHg dan penurunan SaO2 87 % yang
merupakan tanda dan gejala mayor dari gangguan ventilasi spontan.

Tinjauan opsi lain :


Opsi “Menyusui tidak efektif” (Tidak tepat), karena tidak ada data penguat diangkatnya diagnosis, seperti
: bayi tidak mau melekat pada payudara ibu, ASI tidak menetes/memancar, bayi menangis dan rewel saat
disusui dan menolak untuk menghisap.

Opsi “Pola napas tidak efektif” (Kurang tepat), pada pengkajian memang ada gangguan pola napas
seperti : mengalami penggunaan otot bantu napas meningkat, pernapasan cuping hidung, namun pada
pengkajian adanya peningkatan PCO2 52 mmHg, penurunan PO2 71 mmHg dan penurunan SaO2 87 %
yang diakibatkan oleh penurunan cadangan energi, sehingga gangguan ventilasi spontan lebih aktual
untuk masalah keperawatan pasien.

Opsi ”Resiko aspirasi” (Tidak tepat), karena tidak ada data penguat diagnosis, seperti beresiko
mengalami masuknya sekresi gastrointestinal, sekresi orofaring, benda cair atau padat ke dalam saluran
trakeobronkial akibat disfungsi mekanisme protektif saluran napas. Pada pengkajian pasien sudah terjadi
penurunan oksigenasi secara aktual yaitu penurunan PO2 71 mmHg, penurunan SaO2 87 % dan
peningkatan PCO2 52 mmHg.

Opsi “Gangguan pertukaran gas” (Kurang tepat), pada pengkajian memang terjadi beberapa
keabnormalan komponen nilai AGD yaitu peningkatan PCO2 52 mmHg, penurunan PO2 71 mmHg dan
penurunan SaO2 87 % namun pH masih normal 7,40 dan HCO3 masih normal 24 mmol/L, sehingga
diagnosa yang tepat berdasarkan data pengkajian pasien yaitu gangguan ventilasi spontan.

Soal 2

Seorang bayi baru lahir dengan spontan di rawat di ruang perinatologi . Bayi tersebut akan direncanakan
untuk pemberian imunisasi setelah pemberian vitamin K. Apakah jenis imunisasi yang tepat diberikan
pada bayi?

A. Hepatitis B

B. DPT

C. Polio

D. Haemophilus influenza type b

E. BCG
Jawaban : A

Pembahasan :

Hepatitis B diberikan pada bayi baru lahir untuk mencegah penularan hepatitis B dari ibu ke anak pada
proses kelahiran. Hepatitis B dapat menyebabkan pengerasan hati yang berujung pada kegagalan fungsi
hati dan menyebabkan kanker hati (Depkes, 2014).

Jenis pemberian imunisasi berdasarkan usia menurut MTBS, 2015 :

• Imunisasi HB0 diberiakan pada usia 0-7 hari.

• Imunisasi BCG, Polio 1 diberikan pada usia 1 bulan.

• Imunisasi DPT, HB, Hib 1, Polio 2 diberiakan pada usia 2 bulan.

• Imunisasi DPT, HB, Hib 2, Polio 3 diberikan pada usia 3 bulan.

• Imunisasi DPT, HB, Hib 3, Polio 4 diberikan pada usia 4 bulan

• Imunisasi campak diberikan pada usia 9 bulan.

Tinjauan Opsi lain :

Opsi “DPT” (Tidak tepat), karena diberikan saat bayi berumur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan

Opsi “Polio” (Tidak tepat), karena diberikan saat bayi berumur 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan

Opsi “Haemophilus influenza type b/Hib” (Tidak tepat), karena diberikan saat bayi berumur 2 bulan, 3
bulan dan 4 bulan

Opsi “BCG” (Tidak tepat), karena diberikan saat bayi berumur 1 bulan

[30/8 09.41] +62 823-8638-1882: *SOAL 1*

Seorang pasien (38 tahun) dirawat di RS dengan GGK. Hasil pengkajian ; pasien mengeluh lemah, pusing
dan nafsu makan menurun. Pasien terpasang kateter urin, IVFD RL 500/24 jam, mendapat terapi diuretic
dan observasi TTV/4 jam. Aktivitas kebersihan diri dan pemenuhan nutrisi dibantu oleh keluarga.
Apakah tingkat ketergantungan perawatan klien tersebut ?

a. Minimal care

b. Self Care

c. Intermediate Care

d. Parsial Care

e. Intensive Care

*_Jawaban Benar: D_*

*_Pembahasan:_*

Data focus: *pasien dengan GGK terpasang kateter urin, IVFD RL 500/24 jam, mendapat diuretic dan
observasi TTV/4 jam. Aktivitas kebersihan diri dan pemenuhan nutrisi dibantu keluarga.*

Berdasarkan klasifikasi Douglas, pasien pada kasus diatas termasuk pada kategori pasien dengan derajat
ketergantungan parsial.

Menurut Douglas ( 1992 ), klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi dalam 3 kategori :

a. Perawatan minimal memerlukan waktu 1 – 2 jam/ 24 jam

Kriteria :

- Kebersihan diri, mandi ganti pakaian dilakukan sendiri

- Makan dan minum dilakukan sendiri

- Ambulansi dengan pengawasan

- Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap jaga (shift)

- Pengobatan minimal dengan status psikologis stabil

*b. Perawatan parsial memerlukan waktu 3 – 4 jam/ 24jam*

Kriteria :
- Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu

- Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam

- Ambulansi dibantu, pengobatan lebih dari sekali

- Pasien dengan kateter urine, pemasukan dan pengeluaran intake output cairan dicatat / dihitung.

- Pasien dengan infus, persiapan pengobatan yang memerlukan prosedur.

c. Perawatan total memerlukan waktu 5 – 6 jam/ 24jam

Kriteria :

- Semua keperluan pasien dibantu

- Perubahan posisi, observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap 2 jam

- Makan melalui slang ( NGT / pipa lambung ), terapi intravena

- Dilakukan penghisapan lender

- Gelisah / disorientasi.

[30/8 09.42] +62 823-8638-1882: *SOAL 2*

Seorang pasien (21 tahun) masuk IGD RS rujukan dari klinik dengan kondisi kejang, dehidrasi berat
disertai penurunan kesadaran. Pasien direncanakan untuk dilakukan pemasangan kateter urin. Sebelum
melakukan tindakan, perawat menanyakan persetujuan kepada keluarga untuk dilakukan pemasangan
kateter.

Apakah prinsip etik yang diterapkan oleh perawat?

a. Nonmaleficience

b. Autonomy

c. Beneficience

d. Veracity

e. Fidelity

*_Jawaban Benar: B_*


*_Pembahasan:_*

*Berdasarkan kasus di atas, perawat telah menerapkan prinsip etik autonomy, dimana prinsip ini
menjelaskan bahwa klien/keluarga diberi kebebasan untuk menentukan sendiri atau mengatur diri
sendiri sesuai dengan hakikat manusia yang mempunyai harga diri dan martabat.*

Prinsip moral yang sering digunakan dalam keperawatan (John Stone, 1989; Baird et.al, 1991 dalam
Utami, dkk 2016). yaitu :

a. Otonomi (Autonomy) Prinsip ini menjelaskan bahwa klien diberi kebebasan untuk menentukan
sendiri atau mengatur diri sendiri sesuai dengan hakikat manusia yang mempunyai harga diri dan
martabat.

b. Berbuat Baik (Beneficience) Prinsip ini menjelaskan bahwa perawat melakukan yang terbaik bagi
klien, tidak merugikan klien, dan mencegah bahaya bagi klien.

c. Keadilan (Justice) Prinsip ini menjelaskan bahwa perawat berlaku adil pada setiap klien sesuai
dengan kebutuhannya.

d. Kejujuran (Veracity) Prinsip ini menekankan bahwa perawat harus mengatakan yang sebenarnya
dan tidak membohongi klien. Kebenaran merupakan dasar dalam membina hubungan saling percaya.

e. Kesetiaan (Fidelity) Prinsip ini menekankan pada kesetiaan perawat pada komitmennya,
menepati janji, menyimpan rahasia, caring terhadap klien/keluarga.

f. Kerahasiaan (confidentiality) yaitu menjaga informasi pribadi pasien. Dokumentasi tentang


keadaan kesehatan klien hanya bisa digunakan untuk keperluan pengobatan dan peningkatan kesehatan
klien. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan harus dihindari.

g. Akuntabilitas (Accountability) yaitu standar profesionalitas perawat yang dapat diukur dan
dipertanggungjawabkan.
[30/8 09.42] +62 823-8638-1882: *SOAL 3*

Pada bulan April 2018, di satu ruang rawat inap RS terdapat 27 pasien yang dirawat dengan kriteria: 17
pasien ketergantungan minimal, 8 pasien ketergantungan parsial, dan 2 pasien ketergantungan total.
Dalam ruangan terdapat 48 tempat tidur, namun 3 diantara tempat tidur dalam kondisi rusak sehingga
tidak dapat digunakan.

Berapakah Bed Occupancy Rate (BOR) pada bulan tersebut?

a. 50%

b. 55%

c. 60%

d. 65%

e. 70%

*_Jawaban Benar: C_*

*¬_Pembahasan:_*

BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)

Menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu.
Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.
Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).

Cara perhitungan BOR berdasarkan soal ini:

*BOR=(Jumlah hari perawatan)/(Jumlah tempat tidur x jumlah periode hari) x 100%.*

Pada kasus diketahui:

• Jumlah pasien = 27 orang


• Jumlah periode rawatan = 30 hari

• Jumlah hari perawatan = (jumlah pasien x jumlah periode hari rawatan) = (27 orang x 30 hari) = *810
hari.*

• Jumlah tempat tidur yang terpakai di RS = (48 - 3) = *45 TT*

• Jumlah periode hari = 30 hari

Maka :

BOR = (Jumlah hari perawatan)/(Jumlah tempat tidur x jumlah periode hari) x 100 %

BOR = (810/ (45 x 30) x 100%)

*BOR = 60 %*

[30/8 09.42] +62 823-8638-1882: *SOAL 4*

Pada ruang bangsal bedah suatu RS terdapat 5 pasien dengan tingkat ketergantungan total care, 11
pasien tingkat ketergantungan parsial care, dan 3 pasien minimal care. Rata-rata jumlah waktu yang
dibutuhkan dalam perawatan yakni; minimal care 2 jam, parsial care 4 jam, dan total care 6 jam.

Berapakah jumlah waktu rawatan langsung yang diperlukan ?

a. 60 jam

b. 62 jam

c. 70 jam

d. 72 jam

e. 80 jam

*_Jawaban Benar: E_*

*_Pembahasan:_*

Berdasarkan kasus, diketahui perawatan pasien:


Jumlah pasien dengan tingkat ketergantungan minimal: 3 orang

Jumlah pasien dengan tingkat ketergantungan parsial: 11 orang

Jumlah pasien dengan tingkat ketergantungan total: 5 orang

Waktu yang dibutuhkan:

Minimal care: 2 jam

Parsial care: 4 jam

Total care: 6 jam

Jumlah waktu perawatan langsung yang dibutuhkan, yakni;

= (Jumlah waktu perawatan pasien tingkat ketergantungan minimal + parsial + total)

= (3 x 2) + (11 x 4) + (5 x 6)

= 6 + 44 + 30

= *80 jam*

[30/8 09.42] +62 823-8638-1882: *SOAL 5*

Pada satu rumah sakit diketahui bahwa jumlah hari perawatan 3900 hari dan terdapat 250 tempat tidur.
Setelah dilakukan penghitungan selama bulan Juni 2018, terdapat jumlah pasien yang keluar sebanyak
1200 orang.

Berapakah TOI (Turn Over Interval) RS tersebut?

a. 1 hari

b. 2 hari

c. 3 hari

d. 4 hari

e. 5 hari
*_Jawaban Benar: C_*

*_Pembahasan:_*

TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)

TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi
ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur.
Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.

TOI (Turn Over Interval) adalah rata-rata dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi
berikutnya.

Cara penghitungan TOI adalah:

TOI=((Jumlah tempat tidur x jumlah periode hari)-hari perawatan)/(Jumlah pasien keluar (hidup+mati))

Pada kasus diketahui:

Jumlah tempat tidur di RS: 250 TT

Jumlah periode hari bulan Juni 2018: 30 hari

Jumlah hari perawatan: 3900

Jumlah pasien yang keluar: 1200

Maka:

TOI=((250x30)-3900)/(1200 )

TOI=3600/(1200 )

*TOI = 3 hari*

[30/8 09.43] +62 823-8638-1882: *SOAL 6*

Pada bulan Mei 2018 di bangsal penyakit dalam suatu rumah sakit diketahui beberapa orang pasien
yang dirawat yakni: pada tanggal 21 Mei sebanyak 95 orang, 22 Mei 110 orang, dan 23 Mei 65 orang.
Jumlah tempat tidur di RS tersebut 150 unit tempat tidur.
Berapakah Bed Occupancy Rate (BOR) RS tersebut ?

a. 50%

b. 55%

c. 60%

d. 65%

e. 70%

*_Jawaban Benar: C_*

*_Pembahasan:*_

BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)

Menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu.
Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.
Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).

Cara perhitungan BOR berdasarkan soal ini:

BOR=(Jumlah hari perawatan)/(Jumlah tempat tidur x jumlah periode hari) x 100%

Pada kasus diketahui:

Jumlah hari perawatan: (jumlah pasien dari tanggal 21 – 23 Mei) = (95 orang + 110 orang + 65 orang) =
270 orang.

Jumlah tempat tidur di RS: 150 TT

Jumlah periode hari: 3 hari

Maka:

BOR=270/(150 x 3 ) x 100%

*BOR = 60%*
[30/8 09.43] +62 823-8638-1882: *SOAL 7*

Seorang laki-laki (56 tahun) dirawat di RS dengan GGK. Perawat menjelaskan tentang kebutuhan nutrisi
pasien selama dirawat, pasien dibatasi dalam pemberian minum dan larangan konsumsi makanan dari
luar. Saat keluarga bertanya alasan terkait penjelasan tersebut, perawat tidak memberikan jawaban,
hanya mengatakan bahwa itu adalah perintah dokter.

Apakah prinsip etik yang dilanggar oleh perawat?

a. Autonomy

b. Beneficience

c. Confidentiality

d. Fidelity

e. Veracity

*Jawaban Benar: E*

*_Pembahasan:_*

Prinsip moral yang sering digunakan dalam keperawatan (John Stone, 1989; Baird et.al, 1991 dalam
Utami, dkk 2016). yaitu :

a. Otonomi (Autonomy) Prinsip ini menjelaskan bahwa klien diberi kebebasan untuk menentukan
sendiri atau mengatur diri sendiri sesuai dengan hakikat manusia yang mempunyai harga diri dan
martabat.

b. Kebaikan (Beneficience) Prinsip ini menjelaskan bahwa perawat melakukan yang terbaik bagi
klien, tidak merugikan klien, dan mencegah bahaya bagi klien.

c. Keadilan (Justice) Prinsip ini menjelaskan bahwa perawat berlaku adil pada setiap klien sesuai
dengan kebutuhannya.

d. Kejujuran (Veracity) Prinsip ini menekankan bahwa perawat harus mengatakan yang sebenarnya
dan tidak membohongi klien. Kebenaran merupakan dasar dalam membina hubungan saling percaya.

e. Kesetiaan (Fidelity) Prinsip ini menekankan pada kesetiaan perawat pada komitmennya,
menepati janji, menyimpan rahasia, caring terhadap klien/keluarga.
f. Kerahasiaan (confidentiality) yaitu menjaga informasi pribadi pasien. Dokumentasi tentang
keadaan kesehatan klien hanya bisa digunakan untuk keperluan pengobatan dan peningkatan kesehatan
klien. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan harus dihindari.

g. Akuntabilitas (Accountability) yaitu standar profesionalitas perawat yang dapat diukur dan
dipertanggungjawabkan.

Pada kasus diketahui bahwa pasien dengan GGK yang dibatasi dalam pemberian minum dan larangan
konsumsi makanan dari luar RS. *Dari kasus juga dinyatakan bahwa keluarga bertanya kepada perawat
alasan batasan makan maupun minum yang diberikan, namun perawat hanya berkata untuk mengikuti
perintah tanpa menjelaskan penyebabnya. Perawat seharusnya mengatakan yang sebenarnya dan tidak
membohongi klien, sehingga prinsip etik yang dilanggar oleh perawat ialah veracity (kejujuran).*

[30/8 09.43] +62 823-8638-1882: *SOAL 8*

Suatu RS memiliki kapasitas 275 unit tempat tidur. Hasil pengkajian bulan Juni 2018 ; jumlah pasien
keluar dalam kondisi hidup sebanyak 545 orang dan jumlah pasien yang meninggal 55 orang. Total hari
rawatan pasien di ruangan adalah 4200 hari.

Berapakah Average Length of Stay (AVLOS) RS pada bulan Juni 2018 ?

a. 6 hari

b. 7 hari

c. 8 hari

d. 9 hari

e. 10 hari

*_Jawaban Benar: B_*

*_Pembahasan:_*

AVLOS (Average Length of Stay) = Rata-rata lamanya pasien dirawat


AVLOS adalah rata-rata lama rawat seorang pasien (Depkes RI. 2005). Indikator ini disamping
memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila
diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara
umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes RI. 2005).

*Rumus AVLOS = Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien keluar (hidup + mati).*

Pada kasus, diketahui :

Jumlah pasien yang keluar RS dalam kondisi hidup = 545 orang.

Jumlah pasien yang meninggal = 55 orang.

Total pasien (keluar hidup + pasien meninggal )= (545 + 55) = 600 orang.

Total hari perawatan pasien di ruangan 4200 hari.

Penghitungan AVLOS pada kasus :

AVLOS = Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

AVLOS = 4200/(545+55) = 4200/600 = 7 hari.

*Jadi AVLOS RS bulan Juni 2018 adalah 7 hari.*

[30/8 09.43] +62 823-8638-1882: *SOAL 9*

Suatu ruangan rawat inap anak memiliki kepala ruangan dengan model kepemimpinan yang bebas.
Tenaga kesehatan yang bertugas di ruangan tersebut melakukan tindakan atau pekerjaan sesuai
keinginan masing masing. Kepala ruangan hanya sebagai sumber informasi dan pengendali minimal bagi
tenaga yang lain apabila terdapat keraguan dalam melakukan pekerjaan/tindakan.

Apakah tipe kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala ruangan ?

a. Laisserz Faire
b. Autokratis

c. Demokratis

d. Birokratis

e. Partisipatif

*_Jawaban Benar: A_*

*¬_Pembahasan:_*

Teori model/Gaya kepemimpinan :

1. Gaya kepemimpinan autokratis

Merupakan kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau pekaryaan. Menggunakan kekuasaan
posisi dan kekuatan dalam memimpin dengan cara otoriter, mempertanggung jawab untuk semua
perencanaan tujuan dan pembuatan keputusan serta memotivasi bawahannya dengan menggunakan
sanjungan, kesalahan, dan penghargaan. Pemimpin menetukan semua tujuan yang akan dicapai dalam
pengambilan keputusan (Gillies, 1986). Seorang pemimpin yang menggunakan gaya ini biasanya akan
menentukan semua keputusan yang berkaitan dengan seluruh kegiatannya dan memerintah seluruh
anggotanya untuk mematuhi dan melaksanakannya (DepKes, 1990).

2. Gaya kepemimpinan demokratis

Merupakan kepemimpinan yang menghargai sifat dan kemampuan setiap staf. Menggunakan kekuasaan
posisi dan pribadinya untuk mendorong ide–ide dari staf, memotivasi kelompok untuk menentukan
tujuan sendiri. Membuat perencanaan, mengontrol dalam penerapannya, informasi diberikan seluas –
luasnya dan terbuka (Nursalam, 2002). Prinsipnya pemimpin melibatkan kelompok dalam pengambilan
keputusan dan memberikan tanggung jawab pada karyawannya (La Monica, 1986).

3. Gaya kepemimpinan Partisipatif

Merupakan gabungan bersama antara gaya kepemimpinan otoriter dan demokratis. Dalam pemimpin
partisipatif, manajer menyajikan analisa masalah dan mengusulkan tindakan kepada para anggota
kelompok, mengundang kritikan dan komentar mereka. Dengan menimbang jawaban bawahan atas
usulannya, manajer selanjutnya membuat keputusan final bagi tindakan oleh kelompok tersebut (Gillies,
1986).

*4. Gaya kepemimpinan Laisserz Faire.*

*Disebut juga bebas tindak atau membiarkan. Merupakan pimpinan ofisial, karyawan menentukan
sendiri kegiatan tanpa pangarah, supervisi, dan koordinasi. Staf/bawahan mengevaluasi pekaryaan sesuai
dengan cara sendiri. Pimpinan hanya sebagai sumber informasi dan pengendali secara minimal atau
sebagai fasilitator (Nursalam. 2002)*

5. Gaya kepemimpinan Birokratis

Gaya kepemimpinan yang ditandai dengan keterikatan yang terus-menerus kepada aturan-aturan
organisasi. Gaya ini menganggap bahwa kesulitan-kesulitan akan dapat diatasi bila setiap orang
mematuhi peraturan. Keputusan-keputusan dibuat berdasarkan prosedur-prosedur yang baku dari
instansi terkait.

[30/8 09.44] +62 823-8638-1882: *SOAL 10*

Di sebuah ruang rawat inap rumah sakit terjadi perburukan keadaan seorang pasien akibat kelalaian
penanganan oleh perawat yang bertanggung jawab terhadap pasien tersebut. Perawat dan ketua tim
yang terlibat dalam masalah tersebut saling menyalahkan dan tidak mau menyelesaikan masalah dengan
baik.

Apakah jenis konflik tersebut ?

a. Konflik antar individu-kelompok

b. Konflik Intrapersonal

c. Konflik Interpersonal

d. Konflik antar organisasi

e. Konflik Intergrup

*_Jawaban Benar: C_*


*_Pembahasan:_*

Menurut James A.F. Stoner dan Charles Wankel dikenal ada lima jenis konflik, diantaranya :

1. Konflik Intrapersonal

Konflik intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi bila pada waktu
yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus.

*2. Konflik Interpersonal.*

*Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena pertentangan
kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua orang yang berbeda status, jabatan, bidang
kerja dan lain-lain.

Konflik interpersonal ini merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi. Karena
konflik semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi yang bisa
mempengaruhi proses pencapaian tujuan organisasi tersebut.*

3. Konflik antar individu-individu dan kelompok

Hal ini seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai
konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja mereka. Sebagai contoh : individu
yang dihukum oleh kelompok kerjanya karena ia tidak dapat mencapai norma-norma produktivitas
kelompok dimana ia berada.

4. Konflik antara kelompok dalam organisasi yang sama (Intergroup)

Konflik ini merupakan tipe konflik yang banyak terjadi di dalam organisasi-organisasi. Konflik antar
anggota kelompok yang satu dengan anggota kelompok lainnya, anggota kelompok pekerja dan anggota
manajemen merupakan dua macam contoh konflik antar kelompok yang biasanya terjadi.

5. Konflik antar organisasi

Konflik antar organisasi adalah pertentangan antara organisasi yang satu dengan organisasi lainnya
karena pertentangan kepentingan atau keinginan. Konflik bisa juga terjadi karena adanya ketidakcocokan
suatu badan terhadap kinerja suatu organisasi.
[30/8 09.44] +62 823-8638-1882: *SOAL 11*

Suatu ruang rawat sedang melaksanakan rapat rutinan ruangan. Kepala ruangan melakukan tanya jawab
dengan anggota terkait permasalahan yang ada di ruangan, memberikan penjelasan tentang SOP baru
terkait beberapa tindakan, dan memberikan movitasi kepada anggotanya agar tetap menjalankan tugas
dengan baik.

Apakah jenis tindakan yang dilakukan oleh kepala ruangan?

a. Perencanaan

b. Pengorganisasian

c. Pengelolaan Staff

d. Pengarahan

e. Pengendalian

*_Jawaban Benar: D_*

*_Pembahasan:_*

Peran dan fungsi manajemen keperawatan :

1. Planning (Perencanaan)

Pada proses perencanaan, menentukan misi, visi, tujuan, kebijakan, prosedur, dan peraturan-peraturan
dalam pelayanan keperawatan, kemudian membuat perkiraan proyeksi jangka pendek dan jangka
panjang serta menentukan jumlah biaya dan mengatur adanya perubahan berencana.

2. Organizing (Pengorganisasian)

Meliputi beberapa kegiatan diantaranya adalah menetapkan struktur organisasi, menentukan model
penugasan keperawatan sesuai dengan keadaan klien dan ketenagaan, mengelompokkan aktivitas-
aktivitas untuk mencapai tujuan dari unit, bekerja dalam struktur organisasi yang telah ditetapkan dan
memahami serta menggunakan kekuasaan dan otoritas yang sesuai.
3. Staffing (Pengelolaan Staff)

Meliputi kegiatan yang berhubungan dengan kepegawaian diantaranya adalah rekruitmen, wawancara,
mengorientasikan staf, menjadwalkan dan mengsosialisasikan pegawai baru serta pengembangan staf.

*4. Directing (Pengarahan).*

*Meliputi pemberian motivasi, supervisi, mengatasi adanya konflik, pendelegasian, cara berkomunikasi
dan fasilitasi untuk kolaborasi.*

5. Controlling (Pengendalian)

Meliputi pelaksanaan penilaian kinerja staf, pertanggungjawaban keuangan, pengendalian mutu,


pengendalian aspek legal dan etik serta pengendalian profesionalisme asuhan keperawatan.

[30/8 09.44] +62 823-8638-1882: *SOAL 12*

Seorang pasien (55 tahun) dirawat dengan Gastritis hari ke-2. Hasil pengkajian; pasien mengeluh mual,
nyeri ulu hati meskipun sudah meminum obat yang diberikan oleh perawat sebelumnya. Perawat
menganjurkan pasien untuk melakukan kompres hangat pada perut yang nyeri agar nyeri dapat
berkurang.

Apakah prinsip etik yang diterapkan oleh perawat?

a. Veracity

b. Autonomy

c. Beneficience

d. Fidelity

e. Justice

*_Jawaban Benar: C_*

*_Pembahasan:_*
Pada kasus diketahui bahwa pasien dengan Gastritis. Pasien mengeluh mual serta nyeri pada bagian
perut walaupun telah diberikan obat. Perawat menganjurkan pasien untuk dikompres dengan air hangat
pada bagian perut yang nyeri agar nyeri dapat berkurang. Perawat melakukan yang terbaik bagi klien
serta tidak merugikan klien, sehingga prinsip etik yang dilanggar oleh perawat ialah *beneficience
(kebaikan).*

Prinsip moral yang sering digunakan dalam keperawatan (John Stone, 1989; Baird et.al, 1991 dalam
Utami, dkk 2016). yaitu :

a. Otonomi (Autonomy) Prinsip ini menjelaskan bahwa klien diberi kebebasan untuk menentukan
sendiri atau mengatur diri sendiri sesuai dengan hakikat manusia yang mempunyai harga diri dan
martabat.

b. Kebaikan (Beneficience) Prinsip ini menjelaskan bahwa perawat melakukan yang terbaik bagi
klien, tidak merugikan klien, dan mencegah bahaya bagi klien.

c. Keadilan (Justice) Prinsip ini menjelaskan bahwa perawat berlaku adil pada setiap klien sesuai
dengan kebutuhannya.

d. Kejujuran (Veracity) Prinsip ini menekankan bahwa perawat harus mengatakan yang sebenarnya
dan tidak membohongi klien. Kebenaran merupakan dasar dalam membina hubungan saling percaya.

e. Kesetiaan (Fidelity) Prinsip ini menekankan pada kesetiaan perawat pada komitmennya,
menepati janji, menyimpan rahasia, caring terhadap klien/keluarga.

f. Kerahasiaan (confidentiality) yaitu menjaga informasi pribadi pasien. Dokumentasi tentang


keadaan kesehatan klien hanya bisa digunakan untuk keperluan pengobatan dan peningkatan kesehatan
klien. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan harus dihindari.

g. Akuntabilitas (Accountability) yaitu standar profesionalitas perawat yang dapat diukur dan
dipertanggungjawabkan.

[30/8 09.44] +62 823-8638-1882: *SOAL 13*

Seorang perawat mengkaji tingkat ketergantungan perawatan pasien. Terdapat seorang pasien dirawat
post laparatomi hari ke 5. Pasien mendapatkan perawatan langsung selama 4 jam dan perawatan tidak
langsung selama 90 menit.

Apakah tingkat ketergantungan perawatan pasien tersebut?

a. Self care

b. Minimal care
c. Intermediate care

d. Modified Intensive care

e. Intensive care

*_Jawaban Benar: C_*

*_Pembahasan:_*

Tingkat Ketergantungan Pasien Menurut Hanson :

a. Kategori I : Self Care

Biasanya membutuhkan waktu 1 - 2 jam dengan waktu rata-rata efektif, 1,5 jam / 24 jam.

b. Kategori II : Minimal Care

Biasanya membutuhkan 3 - 4 jam dengan waktu rata-rata efektif 3,5 jam / 24 jam.

c. Kategori III : Intermediate Care

Biasanya membutuhkan 5 - 6 jam dengan waktu rata-rata efektif 5,5 jam / 24 jam.

d. Kategori IV : Modified Intensive Care

Biasanya membutuhkan 7 - 8 jam dengan waktu rata-rata efektif 7,5 jam / 24 jam.

e. Kategori V : Intensive Care

Biasanya membutuhkan 10 - 14 jam dengan waktu rata-rata efektif 12 jam / 24 jam.

Berdasarkan kasus, diketahui bahwa pasien mendapatkan perawatan langsung selama 4 jam dan
perawatan tidak langsung 90 menit (1,5 jam).

Total waktu perawatan pada pasien 5,5 jam, maka menurut Hanson, tingkat ketergantungan pasien ini
ialah kategori III : Intermediate Care.

[30/8 09.44] +62 823-8638-1882: *SOAL 14*

Di suatu ruang rawat inap RS berkapasitas 30 tempat tidur. Kepala ruangan kewalahan membagi tugas
karena ada 2 orang perawat yang sakit pada waktu yang sama. Kepala ruangan menugaskan perawat
untuk mengambil satu tanggung jawab masing-masing. Perawat A bertugas memberikan obat, perawat B
bertugas memeriksa TTV.

Apakah metode penugasan yang digunakan di ruang rawat tersebut ?

a. Metode tim

b. Metode Primer

c. Metode Kasus

d. Metode Modular

e. Metode Fungsional

*_Jawaban Benar:_ E*

*_Pembahasan:_*

Data kunci masalah : Kepala ruangan mengambil kebijakan dengan membagi beberapa orang perawat
dengan menugaskan ke beberapa bagian proses rawatan seperti pemberian terapi obat, memeriksa
tanda vital, perawatan luka serta pendokumentasian.

Hal ini merupakan ciri khas dari metode fungsional.

Metode Asuhan Keperawatan

1. Metode Kasus

Menurut Sitorus (2006), pada metode ini satu perawat akan memberikan asuhan keperawatan kepada
seorang klien secara total dalam satu periode dinas. Jumlah klien yang dirawat oleh satu perawat
bergantung pada kemampuan perawat tersebut dan kompleksnya kebutuhan klien. Setiap perawat
ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan klien pada saat dinas. klien akan dirawat oleh perawat
yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa klien akan dirawat oleh orang yang sama
pada hari berikutnya.

2. * Metode Fungsional.*
*Metode keperawatan yang membagi tugas perawat per tindakan tertentu, misal : ada perawat yang
bertugas hanya melakukan perawatan luka saja, ada yang bertugas injeksi saja, dan ada yang bertugas
mengisi laporan ASKEP saja.*

3. Metode Tim

Metode tim merupakan pemberian asuhan keperawatan, yaitu seorang perawat profesional memimpin
sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok klien
melalui upaya kooperatif dan kolaboratif.

4. Metode Keperawatan Primer

Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap
asuhan keperawatan klien mulai dari klien masuk sampai keluar rumah sakit.

5. Metode Modular

bentuk variasi dari metode keperawatan primer, dengan perawat profesional dan perawat non-
profesional bekerja sama dalam memberikan asuhan keperawatan. Dalam memberikan asuhan
keperawatan dengan menggunakan metode modifikasi primer, satu tim terdiri dari 2 hingga 3 perawat
memiliki tanggung jawab penuh pada sekelompok klien berkisar 8 hingga 12 orang.

[30/8 09.45] +62 823-8638-1882: *SOAL 15*

Seorang perawat pelaksana mendapat tanggung jawab mengelola seorang klien dengan Myasthenia
Gravis. Klien mendapatkan perawatan langsung selama 8 jam dan perawatan tidak langsung 2 jam.

Apakah tingkat ketergantungan perawatan klien ?

a. Self care

b. Minimal care

c. Intermediate care

d. Modified Intensive care

e. Intensive care

*_Jawaban Benar: E_*

*_Pembahasan:_*
Tingkat Ketergantungan Pasien Menurut Hanson :

• Kategori I : Self Care

Biasanya membutuhkan waktu 1 - 2 jam dengan waktu rata-rata efektif, 1,5 jam / 24 jam.

• Kategori II : Minimal Care

Biasanya membutuhkan 3 - 4 jam dengan waktu rata-rata efektif 3,5 jam / 24 jam.

• Kategori III : Intermediate Care

Biasanya membutuhkan 5 - 6 jam dengan waktu rata-rata efektif 5,5 jam / 24 jam.

• Kategori IV : Modified Intensive Care

Biasanya membutuhkan 7 - 8 jam dengan waktu rata-rata efektif 7,5 jam / 24 jam.

• Kategori V : Intensive Care

*Biasanya membutuhkan 10 - 14 jam dengan waktu rata-rata efektif 12 jam / 24 jam.*

[31/8 14.25] +62 831-8139-1399: 1. Seorang bayi (3 bulan) dibawa ke RS dengan keluhan anak tampak
membiru terutama saat menangis. Hasil pengkajian: frekuensi napas 40x/menit, frekuensi nadi
160x/menit, pulsasi perifer teraba lemah, CRT 4 detik, terdengar murmur pada auskultasi jantung, kulit
tampak pucat dan edema pada tungkai.

Apakah diagnosis keperawatan yang tepat pada pasien?

A. Pola nafas tidak efektif

B. Resiko perfusi miokard tidak efektif

C. Kelebihan volume cairan

D. Penurunan curah jantung

E. Perfusi perifer tidak efektif

Jawaban : D

"DO :

- Nadi : 160 kali/menit -> gejala mayor perubahan irama dan frekuensi jantung

- Nadi teraba lemah pada perifer -> gejala mayor perubahan afterload
- CRT 4 detik - > gejala mayor perubahan afterload

- murmur pada auskultasi jantung -> gejala minor perubahan preload

- kulit tampak pucat -> gejala mayor perubahan preload

- edema pada tungkai-> gejala mayor perubahan preload

Masalah keperawatan :

D. Penurunan curah jantung

Penurunan curah jantung definisinya adalah penurunan fungsi jantung sehingga tidak mampu memompa
darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh (SDKI, 2016)

Penyebab :

1. perubahan irama jantung

2. perubahan frekuensi jantung

3. perubahan kontraktilitas

4. perubahan preload

5. perubahan afterload

Tinjauan opsi lain :

- Pola nafas tidak efektif, tidak tepat, karena belum ada data pendukung yang kuat untuk penegakan
diagnosis ini

- Resiko perfusi miokard tidak efektif, tidak tepat karena tidak ada data yang menunjukan adanya
penurunan pada sirkulasi darah ke area jantung

- Kelebihan volume cairan, tidak tepat karena edema yang terjadi pada kasus merupakan manifestasi dari
adanya penurunan volume darah yang dipompa oleh jantung ke ginjal sehingga menyebabkan retensi
garam dan cairan.

- Perfusi jaringan perifer tidak efektif, tidak tepat karena terjadinya penurunan sirkulasi ke bagian perifer
adalah karena adanya penurunan curah jantung, sehingga masalah keperawatan yang harus diangkat
terlebih dahulu adalah penurunan curah jantung."
[31/8 14.25] +62 831-8139-1399: 2. Seorang anak (6 tahun) dibawa ke IGD setelah tersiram air panas.
Hasil pengkajian: tampak luka bakar derajat 2 pada area wajah, dada, punggung, leher dan lengan. Pola
napas anak tampak cepat dan dangkal. Anak tampak cenderung diam dan respon minimal.

Apakah pemeriksaan yang cepat dan efektif untuk menentukan status hidrasi anak?

A. Pitting Edema

B. CRT

C. Observasi diuresis

D. Turgor

E. Cek Tekanan Nadi

Jawaban : b

"Capillary refill time adalah tes paling cepat dan akurat yang dapat dilakukan untuk memonitor dehidrasi
dan jumlah aliran darah ke jaringan (perfusi). Jaringan membutuhkan oksigen untuk hidup, oksigen
dibawa kebagian tubuh oleh system vaskuler darah.

Nilai normal : Jika aliran darah baik ke daerah kuku, warna kuku kembali normal kurang dari 2 detik

CRT memanjang (> 2 detik) pada :

• Dehidrasi (hipovolumia)

• Syok

• Peripheral vascular disease

• hipotermia

CRT memanjang utama ditemukan pada pasien yang mengalami keadaan hipovolumia (dehidrasi,syok),
dan bisa terjadi pada pasien yang hipervolemia yang perjalanan selanjutnya mengalami ekstravasasi
cairan dan penurunan cardiac output dan jatuh pada keadaan syok.
CRT yang memanjang merupakan gejala awal yang dapat mengindikasikan kondisi hipovolemik stadium-
I. Stadium-I adalah syok hipovolemik yang terjadi pada kehilangan darah hingga maksimal 15% dari total
volume darah. Pada stadium ini tubuh mengkompensai dengan dengan vasokontriksi perifer sehingga
terjadi penurunan refiling kapiler. Pada saat ini pasien juga menjadi sedkit cemas atau gelisah, namun
tekanan darah dan tekanan nadi rata-rata, frekuensi nadi dan nafas masih dalam kedaan normal.
(Hardisman, Jurnal Kesehatan Andalas, 2013)"

[31/8 14.25] +62 831-8139-1399: 3. Seorang anak (1 tahun) dibawa ke puskesmas dengan keluhan BAB
cair lebih dari 10x/hari, mual dan muntah 1 kali serta nyeri perut. Hasil pengkajian: BB 10 kg, anak
letargis, frekuensi nadi 120x/menit, frekuensi napas 32x/menit .

Apakah masalah keperawatan yang tepat pada pasien?

A. Resiko ketidakesimbangan cairan

B. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

c. Resiko ketidakseimbangan elektrolit

D. Diare

E. Pola Nafas tidak efektif

Jawaban : D

"DS :

- Ibu mengatakan anak BAB cair

- pasien mengeluh mual muntah

- pasien mengeluh nyeri perut

DO :

- letargis

- frekuensi BAB 10x

- frekuensi mual muntah 1x

- BB : 10 kg
Diare adalah pengeluaran feses yang sering, lunak dan tidak berbentuk (SDKI, 2016).

Menurut World Health Organization (WHO), diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi
buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai
dengan muntah atau tinja yang berdarah. Penyakit ini paling sering dijumpai pada anak balita, terutama
pada 3 tahun pertama kehidupan (Simatupang, 2004).

Jawaban tidak tepat :

- Resiko ketidakseimbangan elektrolit : tidak tepat, karena tidak ada data perubahan elektolit pada anak.

- Resiko ketidakseimbangan cairan : tidak tepat, karena tidak ada data penurunan dan peningkatan cairan
pada anak.

- resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh: kurang tepat, karena anak memang
mengalami mual muntah tetapi tidak menimbulkan masalah pada nutrisi yang ditunjukan dengan
penurunan BB dan abnormalitas pada IMT.

- Pola nafas tidak efektif: tidak tepat, karena tidak ada data gangguan pada pola nafas."

[31/8 14.26] +62 831-8139-1399: 4. Seorang anak (12 tahun) dibawa ke IGD dengan keluhan demam
sejak 3 hari lalu dan nyeri epigastrium. Hasil pengkajian: anak tampak gelisah, akral teraba dingin, suhu
36 C, tekanan darah 100/80 mmHg, frekuensi nadi 70x/menit pulsasi lemah, frekuensi napas 30x/menit.
Orang tua mengatakan anak belum BAK sejak pagi. Hb 11 gr/dL, trombosit 12000/mikroliter, hematokrit
50%, skala nyeri 2.

Apakah diagnosis keperawatan yang tepat pada pasien?

A. Pola nafas tidak efektif

B. Retensi urin

C. Resiko syok

D. Nyeri

E. Hipertermia

Jawaban : C
"Data Fokus :

- Anak tampak gelisah

- Akral teraba dingin

- TD : 100/80 mmHg

- Nadi teraba lembut

- Nadi : 70x/menit

- Anak belum buang air kecil sejak pagi (anuria)

Data pendukung :

- trombosit : 12000/mikroliter

- hematokrit : 50%

Masalah Keperawatan Utama : Resiko Syok

Berdasarkan data yg disampaikan pada kasus maka diagnosis utama yg tepat kita angkat sesuai dengan
NANDA adalah resiko syok.

Resiko syok berdefenisi terjadinya resiko ketidakcukupan aliran darah kejaringan tubuh, yang dapat
mengakibatkan disfungsi seluler yang mengancam jiwa. Pada kasus ini pasien mengalami penurunan
tingkat kesadaran.

Faktor Resiko syok yang terjadi pada pasien adalah :

- Hipotensi

- Hipovolemia

- Infeksi

Opsi pilihan lain :


- Pola nafas tidak efektif, tidak tepat krena tidak ada data yang menunjukan perubahan pada pola
pernafasan.

- Retensi urin, tidak tepat karena kondisi anuria pada pasien merupakan respon kompensasi fisiologis
tubuh pada kondisi syok. Tubuh secara fisiologis akan menahan cairan (retensi) untuk mencegah
kehilangan cairan lebih banyak pada tubuh.

- Nyeri, tidak tepat karena diagnosa nyeri bukan merupakan diagnosa utama yang harus diangkatkan
terlebih dahulu untuk menyelamatkan nyawa pasien. Nyeri epigastrium pada pasien yang terindikasi
demam dengue merupakan patogenesis dari virus dengue, sehingga keluhan nyeri akan menghilang
sesuai dengan penyembuhan.

- Hipertermia, tidak tepat karena tidak ada data yang menunjukan adanya kenaikan suhu tubuh."

[31/8 14.27] +62 831-8139-1399: 5. Seorang anak laki-laki (12 tahun) dibawa ke poliklinik RS oleh orang
tuanya. Anak mengatakan bahwa ia sering merasa ngompol saat tertawa, batuk atau bersin. Urin
merembes pada saat anak tertawa, berlari, batuk ataupun bersin.

Apakah diagnosis keperawatan yang tepat pada pasien?

A. Inkontinensia urin refleks

B. Inkontinensia urin stres

C. Inkontinesia urin berlebih

D. Inkontinensia urin fungsional

E. Inkontinensia urin urgensi

Jawaban : B

"DS : Anak mengatakan sering merasa ngompol pada saat tertawa, batuk atau bersin

DO : Urin merembes pada saat anak tertawa, berlari, batuk ataupun bersin.

Jawaban : B. Inkontinensia urin stres

Pembahasan : Inkontinensia urin stres adalah rembesan urin tiba-tiba karena aktivitas yang
meningkatkan tekanan intraabdomen (NANDA 2015)
Keyword diagnosis ini adalah adanya keluhan urin merembes saat tekanan abdominal meningkat,
misalnya pada saat berdiri, bersin, tertawa, berlari atau mengangkat benda berat (SDKI 2017)

Tinjauan opsi lain :

A. Inkontinensia urin refleks Adalah pengeluaran urin yang tidak terkendali pada saat volume kandung
kemih tertentu tercapai. Untuk menegakan diagnosis ini haru ditemukan data : Sering buang air kecil
dengan tidak ada sensasi/dorongan berkemih dan pola berkemih yang dapat diprediksi.

C. Inkontinensia urin berlebih Adalah pengeluaran urin yang tidak terkendali akibat overdistensi kandung
kemih (SDKI, 2017) Keywod dari diagnosis ini adalah : Hasil pemeriksaan suprapubik ditemukan distensi
kandung kemih, adanya keluhan residu volume urin setelah berkemih. Biasanya masalah ini ditemukan
pada klien yang mengalami blok sphingter atau obstruksi pada saluran keluar urin.

D. Inkontinensia urin fungsional Adalah pengeluaran urin tidak terkendali karena kesulitan dan tidak
mampu mencapai toilet pada waktu yang tepat (SDKI, 2017) Untuk menegakan diagnosis ini harus
disertai data : klien mengompl sebelum mencapai atau selama usaha untuk mencapai toilet, baik itu
disebabkan faktor isik maupun lingkungan.

E. Inkontinensia urin urgensi Adalah pengeluaran urin tidak terkendali dan terus menerus tanpa distensi
atau perasaan penuh pada kandung kemih. Keyword dari diagnosis ini adalah : adanya pengeluaran urin
konstan tanpa distensi dan nokturia lebih dari 2 kali sepanjang tidur."

[31/8 14.27] +62 831-8139-1399: 6. Seorang anak (10 bulan) dibawa ke RS dengan keluhan mual dan
muntah terus menerus. Ibu mengatakan anak tidak mau makan. Wajah tampak pucat, mata cekung,
mukosa cenderung kering dan turgor kulit menurun.

Apakah masalah keperawatan yang tepat pada pasien?

A. Intoleransi aktifitas

B. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

C. Nausea

D. Hipovolemia

E. Resiko syok

Jawaban : D

"Data Fokus :

DS :
- Ibumengatakan anak tidak mau makan

DO :

- wajah pucat

- mata cekung

- mukosa bibir kering

- turgor kulit menurun

Jawaban tepat: D. Hipovolemia

Etiologi dari masalah keperawatan adalah: mual dan muntah yang berlebihan.

Tinjauan Opsi Lainnya :

- Opsi “Intoleransi Aktivitas” (Tidak Tepat), karena tidak ada data penguat berupa adanya perubahan
tanda-tanda vital pada pasien saat melakukan aktifitas yang merupakan data kunci diangkatkannya
diagnosis Intoleransi Aktivitas.

- Opsi “Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh” (Tidak Tepat), karena data IMT
(Indeks Massa Tubuh) dibawah normal yang merupakan data kunci diangkatkannya diagnosis
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan data tersebut tidak terdapat pada kasus.

- Opsi “Resiko Syok” (Tidak Tepat), karena tidak terdapat data penguat diangkatkannya diagnosis pada
kasus.

- Opsi “Nausea” (Tidak Tepat), karena kondisi mual yang dialami klien sudah disertai muntah dan
menunjukkan indikasi dehidrasi., sehingganya diagnosis hipovolemia lebih tepat

[31/8 14.28] +62 831-8139-1399: 7. "Seorang anak laki-laki (6 tahun) dirawat di RS dengan ISK (Infeksi
Saluran Kemih). Hasil pengkajian ; anak mengeluh nyeri saat BAK dan urin keluar menetes. Teraba
distensi pada kandung kemih. " Apakah masalah keperawatan yang tepat ?

A. Nyeri akut

B. Gangguan eliminasi urin


C. Inkontinensia urin berlebih

D. Inkontinensia urin refleks

E. Retensi urin

Jawaban : E

"DS :

- Ibu mengatakan anak mengeluh nyeri saat BAK

- Ibu mengatakan urin keluar menetes (dribling)

DO:

- Distensi kandung kemih (+)

Data fokus diangkatnya masalah keperawatan retensi urin adalah pasien mengeluh kandung kemih
terasa penuh, nyeri saat buang air kecil dan urin menetes disertai distensi pada kandung kemih.

Sesuai dengan definisinya dalam SDKI (2016), Retensi urin didefinisikan sebagai pengosongan kandung
kemih yang tidak lengkap. Diagnosis ini ditegakkan apabila terdapat distensi kandung kemih saat
dipalpasi pada suprapubik, adanya disuria/anuria, dan pasien mengeluh sensasi penuh pada kandung
kemih.

Tinjauan opsi lainnya :

- Opsi “Nyeri akut” (tidak tepat), karena data pada kasus tidak secara spesifik menjelaskan masalah nyeri
yang dirasakan oleh pasien, yang didukung oleh data; pasien tampak meringis, peningkatan frekuensi
nadi, tekanan darah meningkat, dan gelisah.

- Opsi “inkontinensia urin berlebih” (tidak tepat), inkontinensia urin berlebih merupakan pengeluaran
urin yang tidak terkendali akibat overdistensi kandung kemih (SDKI, 2016). Hasil pengkajian tidak
ditemukan data pengeluaran urin tidak terkendali.

-Opsi “inkontinensia urin refleks” (tidak tepat), inkontinensia urin refleks didefinisikan sebagai
pengeluaran urin yang tidak terkendali pada saat volume kandung kemih tertentu tercapai (SDKI, 2016).
Tidak ada data yang menunjukkan pasien sering buang air kecil dengan tidak ada sensasi/dorongan
berkemih dan pola berkemih yang dapat diprediksi. )
- Opsi “Gangguan eliminasi urin” (tidak tepat), menurut SDKI, 2016, gangguan eliminasi urin didefinisikan
sebagai adanya disfungsi eliminasi urin, yang didukung oleh data; desakan berkemih (urgensi), urine
menetes (dribbling), sering buang air kecil, berkemih tidak tuntas (hesitancy). "

[31/8 14.28] +62 831-8139-1399: 8. Seorang anak (10 tahun) dengan riwayat PJB dirawat di RS. Hasil
pengkajian : anak tampak lemah, kurang aktif, pola napas cepat dan dangkal serta denyut jantung
meningkat saat beraktifitas. Anak mengeluh dada terasa sakit, sesak dan berdebar-debar saat
beraktifitas. Anak mengatakan mudah merasa lelah.

Apa masalah keperawatan yang tepat

A.Nyeri kronis

B.Penurunan curah jantung

C.Intoleransi aktifitas

D.Gangguan perfusi jaringan perifer

E.Kelemahan

Jawaban : C

"DO :

- Nafas cepat dan dangkal

- HR meningkat saat beraktifitas

- Anak tampak lemah dan kurang aktif.

DS :

- Anak sering mengeluhkan lelah ketika sedang beraktifitas.

- Anak mengeluhkan berdebar-debar, sesak dan nyeri dada saat beraktifiktas

Berdasarkan data diatas, masalh keperawatan yang harus diangkatkan pada saat ini adalah : C.
Intoleransi Aktifitas

Definisi: Tidak mencukupinya energi fisiologis atau psikologis untuk bertahan dan menyelesaikan aktifitas
sehari-hari. (NANDA 2015-2017)
Batasan Karakteristik

-Tekanan darah tidak normal sebagai respon terhadap aktivitas

- Respons denyut nadi abnormal untuk aktivitas

- Perubahan EKG (misalnya, aritmia, kelainan konduksi, iskemia)

- Ketidaknyamanan exertional

- Dispnea exertional

- Kelelahan

- Kelemahan umum

Faktor Terkait

- Bed Rest

- Kelemahan umum

- Ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suply oksigen

- Immobilitas

- Gaya hidup tak teratur

Intoleransi Aktivitas berkaitan dengan ketidaknyamanan exertional yang dibuktikan oleh dyspnea, pasien
menyatakan perasaan nafas pendek/sesak, pasien membutuhkan bantuan dengan aktivitas sehari-hari,
pasien menyatakn perasaan lemah, dan kebutuhan untuk sering beristirahat selama aktivitas.

Opsi lain :

- Nyeri kronis : tida ada data yang menunjukan adanya nyeri kronis

- Penurunan curah jantung : Meski pada kasus pasien memiliki riwayat PJB, namun belum ada tanda
klinis yang menunjukan adanya penurunan curah jantung

- Kelemahan (Fatigue) : Definisi : Rasa kelelahan yang luar biasa dan penurunan kapasitas untuk
melakukan pekerjaan fisik dan mental biasa. Pada kasus, anak belum mencapai kelemahan luar biasa
sehingga anak tidak mampu melakukan aktifitas.
- Resiko gangguan perfusi jaringan perifer : Belum ada tanda yang menunjukan adanya gangguan perfusi
pada perifer."

[31/8 14.29] +62 831-8139-1399: 9. Seorang anak (5 tahun) dibawa ke Puskesmas dengan keluhan nyeri
telinga sejak 3 hari yang lalu, telinga berair dan rasa penuh pada telinga, anak mengeluh nyeri dan
tampak pembengkakan di belakang telinga. Hasil pengkajian: skala nyeri 6, membran timpani tampak
merah, suhu tubuh 37,7 C, frekuensi napas 33x/menit, frekuensi nadi 120x/menit.

Apakah klasifikasi infeksi telinga berdasarkan MTBS pada anak tersebut?

A. Infeksi telinga akut

B. Infeksi telinga kronis

C. Infeksi telinga berat

D. Mastoiditid

E. Tidak ada infeksi telinga

Jawaban : D

"Jawaban tepat: D. Mastoiditis Mastoiditis merupajan masalh telinga pada anak yang ditandai dengan
pembengkakan dan nyeri di belakang telinga (MTBS, 2015)

Tinjauan opsi lain :

- infeksi telinga akut (tidak tepat) ditandai dengan gejala nyeri telinga < 14 hari, rasa penuh di telinga,
dan terdapat cairan dari telinga

- Infeksi telinga kronis tidak tepat karena ditandai dengan nyeri telinga lebih dari 14 hari.

- Infeksi telinga berat tidak tepat karena bukan merupakan klasifikasi infeksi telinga berdasarkan mtbs

- Tidak ada infeksi telinga tidak tepat karena pada kasus sudah terjadi infeksi telinga sedangkan tanda
gejala tidak ada infeksi yaitu tidak ada nyeri dan keluar cairan pada telinga. "

[31/8 14.29] +62 831-8139-1399: 10. Seorang anak (3 tahun) dirawat dengan diagnosis pneumonia. Hasil
pengkajian: perawat melihat adanya retraksi dinding dada, pernafasan 60 kali/menit, dan saturasi
oksigen 83%.

Apakah tindakan utama yang tepat dilakukan oleh perawat?

A. Memberikan bantuan terapi oksigen


B. Melakukan pemeriksaan AGD

C. Mengatur pasien pada posisi high fowler

D. Memonitor pola nafas pasien

E. Melakukan pemasangan OPA

Jawaban : A

"DS : -

DO :

- retraksi dinding dada (+)

- Frekuensi nafas : 60 x/menit (takipnea)

- saturasi oksigen : 83%

Masalah pada kasus : Pola nafas tidak efektif

Jawaban : A. Memberikan bantuan terapi oksigen

Adanya kekurangan oksigen pada pasien ditandai dengan keadaan hipoksia. Keadaan ini pada proses
lanjut dapat mengakibatkan kematian jaringan dan mengancam kehidupan pasien. Dalam kasus ini,
perawat sudah mendapati data kondisi hipokssemia pada pasien, sehingga perawat harus segera
mengatasi masalah tersebut. Pemberian terapi oksigen harus segera diberikan dengan indikasi pasien
dengan peningkatan usaha bernafas dimana hal tersebut merupakan respon tubuh terhadap kondisi
hipoksemia melalui peningkatan laju dan dalamnya pernafasan, adanya retraksi dinding dada dan
menurunnya saturasi oksigen perifer.

Tinjauan opsi lain :

- Melakukan pemeriksaan AGD, kurang tepat, karena pemeriksaan AGD memang dimaksudkan untuk
mengetahui kondisi gas darah, namun membutuhkan waktu untuk proses pemeriksaan dan pasien sudah
jatuh pada kondisi hipoksemia yang membutuhkan intervensi cepat.
- Mengatur pasien pada posisi high fowler, tidak tepat karena posisi high fowler dapan membantu
memaksimalkan jalan nafas, namun tidak memperbaiki pola nafas pada kasus. Pada kondisi hipoksemia,
kita harus memberikan supply oksigen tambahan untuk mengurangi kondisi kekurangan oksigen tubuh
terlebih dahulu.

- Monitor pola nafas pasien, tidak tepat, karena pasien sudah pada kondisi membutuhkan intervensi,
bukan observasi.

- Melakukan pemasangan OPA, tidak tepat karena tujuan pemasangan opa adalah untuk membuka jalan
nafas bagian atas pada pasien tidak sadar"

[31/8 19.25] +62 852-7885-5461: 1. Seorang perempuan (45 tahun) dirawat di ruang interna dengan luka
diabetik pada telapak kaki kanan. Setelah 3 minggu perawatan, luka telah sembuh dan pasien
diperbolehkan pulang. Hasil pemeriksaan GDS terakhir 345 mg/dL. Apakah pendidikan kesehatan yang
sebaiknya diberikan oleh perawat sebelum pasien pulang ?

A. Cara mencegah timbulnya luka diabetik

B. Diet pada pasien diabetes

C. Cara melakukan perawatan luka

D. Pengobatan diabetes melitus

E. Pencegahan diabetes melitus

Jawaban : *B. Diet Pada Pasien Diabetes*

Pembahasan :

DO : GDS 345 mg/dL.

Kadar Gula darah pasien pada saat pulang menjadi fokus topik pendidikan kesehatan yang akan
diberikan kepada keluarga atau klien, agar kadar gula darah klien terkontrol selama perawatan di rumah.

Maka pendidikan kesehatan yang sebaiknya diberikan oleh perawat sebelum pasien pulang adalah Diet
Pada Pasien Diabetes.

Option Cara Mencegah Timbulnya Luka Diabetik (Tidak Tepat), karena mencegah timbulnya luka diabetik
dapat dengan menjaga diet pasien DM
Option Cara Melakukan Perawatan Luka (Tidak Tepat), karena luka pasien sudah sembuh.

Option Pengobatan Diabetes Melitus (Tidak Tepat) karena ini bukan menjadi topik penkes kepada pasien

Option Pencegahan Diabetes Melitus (Tidak Tepat), karena DM pada pasien sudah terjadi, sehingga
kurang tepat diberikan penkes tentang pencegahan DM

[31/8 19.26] +62 852-7885-5461: 2. Seorang laki-laki (56 tahun) dirawat di RS dengan SNH hari rawatan
ke 4. Hasil pengkajian : hemiparese kanan, nyeri kepala skala 6, mulut mencong, bicara pelo, asimetris
saat mengangkat alis, dan tersenyum. Apakah tindakan yang dilakukan untuk mengetahui parese Nervus
X?

A. Skrining wicara

B. terapi menelan

C. Terapi wicara

D. Skrining disfagia

E. skrining malnutrisi

Jawaban : *D. Skrining Disfagia*

Pembahasan :

DO : hemiparese kanan, mulut mencong, bicara pelo, asimetris saat mengangkat alis, dan tersenyum.

DS : nyeri kepala skala 6.

Tindakan yang dilakukan perawat untuk mengetahui parese Nervus X adalah Skrining Disfagia.

Disfagia adalah kesulitan menelan.

Nervus X adalah Nervus Vagus (Motorik Dan Sensorik)

Fungsi : saraf sensorik dan motorik, refleks muntah dan menelan. Dengan cara : menyentuh faring
posterior, pasien menelan saliva, pasien disuruh Membuka Mulut Lebar-Lebar Dan Disuruh Berkata :
Aah”.
Option Skrining Wicara (Tidak Tepat), karena nervus yang lebih tepat untuk skrining wicara adalah
Nervus Trigeminus dan Facialis

Option Terapi Menelan (Tidak Tepat), karena sebelum dilakukan terapi menelan terlebih dahulu
dilakukan skrining menelan.

Option Terapi Wicara (Tidak Tepat) karena pada kasus do fokuskan pertanyaan kepada fungsi Nervus
Vagus

Option Skrining Malnutrisi (Tidak Tepat), karena malnutrisi bisa terdeteksi apabila telah dilakukan
skrining disfagia.

[31/8 19.27] +62 852-7885-5461: 3. Seorang perempuan (20 tahun) dibawa ke puskesmas dengan cedera
kepala ringan / CKR. Hasil pengkajian : kesadaran penuh, nyeri skala 4, pusing, muntah (-), jejas pada
frontal kiri. Pasien bisa perawatan dirumah sesuai permintaan pasien. Pasien bertanya kepada perawat
cara menghilangkan bengkak di kepala. Apakah tindakan yang sebaiknya dilakukan ?

A. Anjurkan Minum Air Hangat

B. Kompres air biasa

C. Kompres hangat

D. Istirahat

E. Kompres Dingin

Jawaban : *E. Kompres Dingin*

Pembahasan :

DO : kesadaran penuh, muntah (-), jejas pada frontal kiri.

DS : nyeri skala 4, pusing, Pasien bertanya kepada perawat cara menghilangkan bengkak di kepala.
Tindakan yang sebaiknya dilakukan adalah Kompres Dingin.

Kompres dingin biasa dipakai untuk daerah yang bengkak atau memar. Pada kompres dingin, suhu yang
rendah dapat merangsang penyempitan diameter pembuluh darah dan memperlambat aliran darah
yang menuju ke lokasi cedera. Pada daerah yang cedera terjadi proses peradangan dan kerusakan
pembuluh darah yang akan menyebabkan sel-sel darah keluar dari pembuluh darah dan menyebabkan
sel-sel darah keluar dari pembuluh darah dan menyebabkan kulit berwarna merah kebiruan. Es atau air
dingin dapat menurunkan jumlah darah yang keluar tersebut. Penurunan aliran darah ini akan
menyebabkan berkurangnya zat-zat perangsang inflamasi yang bergerak menuju lokasi cedera sehingga
dapat mengurangi bengkak dan nyeri.

Option Anjurkan Minum Air Hangat (Tidak Tepat), karena minum air hangat biasanya digunakan untuk
mengencerkan sputum.

Option Kompres Air Biasa (Tidak Tepat), karena tidak akan dapat mengurangi bengkak atau nyeri.

Option Kompres Hangat (Tidak Tepat) karena kompres hangat biasa digunakan untuk meredakan nyeri
otot atau sendi, menurunkan demam.

Option Istirahat (Tidak Tepat), karena dengan istirahat saja tidak mengurangi bengkak atau nyeri.

[31/8 19.28] +62 852-7885-5461: 4. Seorang laki-laki (19 tahun) dirawat di RS dengan keluhan nyeri
punggung skala 6. Hasil radiologi: kesan HNP pada L3 – L4. Pasien dianjurkan untuk menjalani operasi
namun pasien merasa takut. Perawat kemudian mengajarkan teknik napas dalam disertai bayangan yang
menyenangkan. Apakah tindakan yang dilakukan oleh perawat tersebut ?

A. Hipnoterapi

B. Imajinasi

C. Distraksi

D. Relaksasi

E. Stimulasi kutaneus
Jawaban : *B. Imajinasi*

Pembahasan :

DO : Hasil radiologi : HNP pada L3-L4

DS : nyeri punggung skala 6, pasien mengatakan takut untuk di operasi.

Tindakan yang dilakukan perawat adalah Perawat mengajarkan nafas dalam disertai bayangan yang
menyenangkan, hal tersebut merupakan teknik imajinasi.

IMAJINASI adalah daya pikir untuk membayangkan (dalam angan-angan) atau menciptakan gambar
(lukisan, karangan, dan sebagainya) kejadian berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang secara
umum. Bertujuan untuk mengurangi stress, meningkatkan perasaan tenang, mengurangi nyeri,
mempercepat penyembuhan dan membantu tubuh mengurangi berbagai macam penyakit seperti
depresi.

Option Hipnoterapi (Tidak Tepat), karena hipnoterapi adalah jenis terapi mental, pikiran dan emosi serta
perilaku yang dilakukan dalam keadaan hipnotis.

Option Distraksi (Tidak Tepat), karena distraksi adalah suatu teknik mengalihkan perhatian klien ke hal
yang lain sehingga dapat menurunkan intensitas nyeri, bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri.

Option Relaksasi (Tidak Tepat) karena relaksasi adalah suatu kegiatan positif yang dapat memberikan
rasa nyaman dan puas dengan cara menyalurkan kelebihan energi atau ketegangan psikis melalui suatu
kegiatan yang menyenangkan.

Option Stimulasi Kutaneus (Tidak Tepat), karena stimulasi kutaneus (Slow Stroke Back Massage) adalah
stimulasi kulit yang dilakukan untuk menghilangkan nyeri, bekerja dengan mendorong pelepasan
endorfin, sehingga memblok transmisi stimulus nyeri .

[31/8 19.29] +62 852-7885-5461: 5. Seorang laki-laki (55 tahun) dibawa ke puskesmas dengan nyeri dada
skala 5. Hasil pengkajian: pasien mengeluh dalam 6 bulan terakhir mengalami nyeri dada yang terjadi
ketika beraktifitas. Perawat kemudian mengajak pasien bercerita mengenai hobi pasien yang senang
jalan-jalan ke dalam maupun luar negeri. Apakah tindakan yang dilakukan oleh perawat tersebut ?

A. Hipnoterapi

B. Imajinasi

C. Distraksi

D. Relaksasi

E. Stimulasi kutaneus

Jawaban : *C. Distraksi*

Pembahasan :

DS : nyeri dada skala 5, pasien mengeluh 6 bulan terakhir ini mengalami nyeri dada, terjadi ketika
beraktifitas.

Diagnosis keperawatan pada kasus diatas adalah Nyeri Akut.

Tindakan yang dilakukan perawat adalah Distraksi.

DISTRAKSI adalah suatu teknik mengalihkan perhatian klien ke hal yang lain sehingga dapat menurunkan
intensitas nyeri, bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri.

Option Hipnoterapi (Tidak Tepat), karena hipnoterapi adalah jenis terapi mental, pikiran dan emosi serta
perilaku yang dilakukan dalam keadaan hipnotis.

Option Imajinasi (Tidak Tepat), karena imajinasi adalah daya pikir untuk membayangkan (dalam angan-
angan) atau menciptakan gambar (lukisan, karangan, dan sebagainya) kejadian berdasarkan kenyataan
atau pengalaman seseorang secara umum.
Option Relaksasi (Tidak Tepat) karena relaksasi adalah suatu kegiatan positif yang dapat memberikan
rasa nyaman dan puas dengan cara menyalurkan kelebihan energi atau ketegangan psikis melalui suatu
kegiatan yang menyenangkan.

Option Stimulasi Kutaneus (Tidak Tepat), karena stimulasi kutaneus (Slow Stroke Back Massage) adalah
stimulasi kulit yang dilakukan untuk menghilangkan nyeri, bekerja dengan mendorong pelepasan
endorfin, sehingga memblok transmisi stimulus nyeri.

[31/8 19.30] +62 852-7885-5461: 6. Seorang laki-laki (48 tahun) dibawa ke puskesmas untuk konsultasi
DM. Klien sudah 3 kali cek gula darah tetapi tidak turun, padahal diet sudah mengikuti petunjuk dokter,
dosis OAD pun sudah ditambah. Klien mengatakan sudah tidak menggunakan gula, hanya diganti dengan
kecap manis. Tindakan apakah yang harus dilakukan oleh perawat ?

A. Menyarankan istri klien untuk tidak memasak menggunakan kecap manis

B. Memberikan konseling tentang pola diet yang benar

C. Menjelaskan tentang penyakit DM yang diderita klien

D. Meminta istri klien tetap memasak menggunakan kecap manis

E. Meminta istri klien untuk mempelajari buku pengaturan diet DM

Jawaban : *B. Memberikan konseling tentang pola diet yang benar*

Pembahasan :

DS : Klien sudah 3 kali cek gula darah tetapi tidak turun, padahal diet sudah mengikuti petunjuk dokter,
dosis OAD pun sudah ditambah. Makanan klien sudah tidak menggunakan gula, tetapi diganti dengan
kecap manis.

Tindakan yang harus dilakukan perawat adalah Memberikan Konseling Tentang Pola Diet Yang Benar.

Konseling tidak hanya terbatas memberitahu klien pola diet yang tepat, namun juga memberikan contoh
pilihan makanan yang harian sesuai kebutuhan kalori dan zat gizi klien.

Option Menyarankan istri klien untuk tidak memasak menggunakan kecap manis (Tidak Tepat), karena
intake kecap tidak dilarang tetapi dibatasi agar tidak melebihi kebutuhan sesuai kondisi klien.
Option Menjelaskan tentang penyakit DM yang diderita klien (Tidak Tepat), karena masalah utama pada
klien lebih terfokus kepada pola diet DM.

Option Meminta istri klien tetap memasak menggunakan kecap manis (Tidak Tepat) karena keluarga atau
klien tidak mengetahui pasti tentang takaran dan pola diet DM.

Option Meminta istri klien untuk mempelajari buku pengaturan diet DM (Tidak Tepat), karena sekedar
dianjurkan untuk melihat tanpa memberitahu atau menjelaskan pola diet, akan membuat klien dan
keluarga bingung.

[31/8 19.32] +62 852-7885-5461: 7. Seorang perempuan (50 tahun) dirawat di RS dengan keluhan
sesak napas. Hasil pengkajian : pasien tampak sesak, tampak penggunaan otot-otot bantu pernapasan,
kulit lembab, akral dingin, sianosis, terpasag selang NGT sejak 5 hari yang lalu untuk memberikan nutrisi.
Perawat akan memasukkan makanan melalui NGT dan pasien sudah diposisikan. Apakah tindakan yang
harus dilakukan sebelum pemberian makanan ?

A. Buka Klem NGT

B. Bilas NGT menggunakan air hangat

C. Atur posisi semi fowler

D. Cek kekuatan fiksasi selang NGT

E. Cek kepatenan NGT

Jawaban : *E. Cek kepatenan NGT*

Pembahasan :

DO : sesak, penggunaan otot-otot bantu pernapasan, kulit lembab, akral dingin, sianosis, intake melalui
selang NGT yang telah terpasang 5 hari yang lalu.

Tindakan yang harus dilakukan sebelum pemberian makanan adalah Aspirasi Isi Lambung.

Prosedur Pemberian Makanan dengan NGT :

1. Identifikasi pasien dan jelaskan prosedur


2. Periksa apakah ada alergi makanan, waktu makan terakhir, bising usus, dan hasil pemeriksaan
laboratorium

3. Letakkan wadah berisi makanan dalam air hangat (untuk menghangatkan cairan yang akan diberikan
kepada pasien)

4. Cuci tangan

5. Bantu pasien untuk berada dalam posisi semi fowler (30-45 derajat)

6. Pasang perlak dan handuk di atas dada pasien

7. Pasang handscoon dan tempelkan spuit pada selang nasogastrik

8. Aspirasi isi lambung

9. Jika sisa isi lambung berada dalam batas normal dan posisi selang sudah dapat dipastikan, kembalikan
isi lambung ke dalam lambung

10. Bila posisi selang sudah dipastikan dalam lambung, cubit tekanan selang makan dan pasang tabung
spuit makan ke selang

11. Isi tabung spuit dengan air dan biarkan cairan mengalir masuk akibat daya gravitasi, dengan
meninggikan tabung diatas kepala pasien

12. Tuang makanan ke dalam tabung spuit dan biarkan mengalir akibat daya gravitasi. Teruskan
menuang makanan / formula ke dalam tabung, bila sudah ¾ kosong, cubit tekanan selang kapanpun
diperlukan untuk menghentikan aliran ketika sedang menuang

13. Setelah selesai memberikan makan, bilas selang dengan paling sedikit 30 ml air putih

14. Setelah selang selesai dibilas, tutup ujung selang

15. Bilas peralatan dengan air hangat dan keringkan

16. Tetap naikkan kepala ranjang selama 30 – 60 menit setelah selesai makan

17. Cuci tangan

18. Catat jenis dan jumlah makanan, jumlah air yang diberikan dan toleransi pemberian makanan

19. Pantau suara napas, bising usus, distensi lambung, diare, konstipasi, serta masukan da keluaran

20. Instruksikan pasien untuk memberitahu perawat jika ia merasa kenyang, mual atau muntah (Jacob,
A.et al, 2014).
Option Buka klem NGT (Tidak Tepat), karena membuka klem NGT tanpa melakukan tindakan setelah itu
akan mengakibatkan udara masuk ke dalam selang NGT.

Option Bilas NGT Menggunakan Air Hangat (Tidak Tepat), karena membilas selang NGT menggunakan air
hangat dilakukan setelah pemberian makanan.

Option Atur Posisi Semi Fowler (Tidak Tepat) karena pada kasus pasien sudah diposisikan.

Option Cek Kekuatan Fiksasi Selang NGT (Tidak Tepat), karena hal ini dilakukan setelah pemasangan NGT
bukan sebelum dilakukan pemberian makan.

[31/8 19.33] +62 852-7885-5461: 8. Seorang klien (22 tahun) dirawat di RS dengan HIV sejak 5 hari yang
lalu. Hasil pengkajian : klien mengeluh nyeri punggung skala 5. Perawat akan melakukan penanganan
nyeri. Klien tersebut bertanya pada perawat apakah nyerinya akan hilang. Apa respon yang paling tepat
diberikan oleh perawat ?

A. "Nyerinya akan hilang jika kamu berbaring dan membiarkan obatnya bekerja."

B. "Cobalah untuk tidak berpikir tentang itu. Semakin memikirkannya maka akan semakin terasa
sakit."

C. "Saya tahu pasti terasa sakit, tapi jika kamu memberi tahu ketika nyeri, saya akan membantu
mengurangi nyerinya."

D. "Setiap saat terasa nyeri, tekan tombol panggilan dan saya akan memberikan sesuatu untuk
membuat nyerinya hilang."

E. "Nyerinya akan hilang jika kamu membiarkan saya melakukan semua penatalaksanaan nyeri."

Jawaban : *C. “Saya tahu pasti terasa sakit, tapi jika kamu memberi tahu ketika nyeri, saya akan
membantu mengurangi nyerinya."*

Pembahasan :

DS : klien mengeluh nyeri punggung skala 5.

diagnosis keperawatan adalah Nyeri Akut


Respon yang paling tepat diberikan oleh perawat adalah "Saya tahu pasti terasa sakit, tapi jika kamu
memberi tahu ketika nyeri, saya akan membantu mengurangi nyerinya".

Manajemen nyeri yang agresif sangat penting sehingga klien mempunyai kualitas hidup yang wajar.
Perawat harus memberitahukan adanya nyeri pada klien dan membiarkan klien untuk mengetahui segala
hal yang akan dilakukan untuk mengurangi nyeri.

Memberikan informasi pada klien tentang nyeri dengan kalimat yang dipahami oleh klien namun tanpa
memberi harapan palsu bahwa nyeri bisa dihilangkan sepenuhnya atau memberikan informasi yang tidak
sesuai tentang manajemen nyeri.

Option "Nyerinya akan hilang jika kamu berbaring dan membiarkan obatnya bekerja." (Tidak Tepat),
karena memberi harapan palsu dengan memberitahu klien bahwa nyeri akan menghilang seluruhnya
bukan hal yang jujur maupun realistis.

Option "Cobalah untuk tidak berpikir tentang itu. Semakin memikirkannya maka akan semakin terasa
sakit." (Tidak Tepat), karena membiarkan klien untuk berpikir bahwa ia bisa mengontrol nyerinya dengan
berpikir atau tidak berpikir tentang nyeri termasuk meremehkan siklus nyeri yang terkait HIV.

Option "Setiap saat terasa nyeri, tekan tombol panggilan dan saya akan memberikan sesuatu untuk
membuat nyerinya hilang." (Tidak Tepat) karena memberi harapan palsu dengan memberitahu klien
bahwa nyeri akan menghilang seluruhnya bukan hal yang jujur maupun realistis.

Option "Nyerinya akan hilang jika kamu membiarkan saya melakukan semua penatalaksanaan nyeri."
(Tidak Tepat), karena memberi harapan palsu dengan memberitahu klien bahwa nyeri akan menghilang
seluruhnya bukan hal yang jujur maupun realistis.

[31/8 19.33] +62 852-7885-5461: 9. Seorang klien (56 tahun) dirawat di ruang interne dengan hipertensi.
Hari ini klien diperbolehkan pulang dan obat antihipertensi telah diresepkan. Klien memberitahu
perawat bahwa ingin mengkonsumsi herbal untuk membantu menurunkan tekanan darahnya. Manakah
tindakan yang harus dilakukan perawat ?

A. Beritahu klien bahwa herbal tidak aman dan seharusnya tidak digunakan sama sekali

B. Ajarkan klien bagaimana cara mengukur tekanan darah sehingga bisa memonitor tekanan darah
sendiri
C. Dorong klien untuk mendiskusikan penggunaan herbal dengan dokter

D. Beritahu klien jika mengkonsumsi herbal maka mereka harus sering mengukur tekanan darah

E. Izinkan klien menggunakan herbal apapun sesuai keyakinannya

Jawaban : *C. Dorong klien untuk mendiskusikan penggunaan herbal dengan dokter*

Pembahasan :

Tindakan yang harus dilakukan perawat adalah Dorong klien untuk mendiskusikan penggunaan herbal
dengan dokter.

Meskipun beberapa herbal memiliki manfaat, tapi tidak semua herbal aman digunakan. Klien yang sudah
mendapatkan terapi konvensional harus dimotivasi untuk menghindari herbal dengan efek farmakologis
yang sama karena kombinasi kedua hal tersebut dapat memicu reaksi yang berlebihan atau efek interaksi
yang belum diketahui. Perawat harus menyarankan klien untuk mendiskusikan penggunaan herbal
dengan dokter.

Option Beritahu klien bahwa herbal tidak aman dan seharusnya tidak digunakan sama sekali (Tidak
Tepat), karena hal tersebut menyangkal keyakinan klien.

Option Ajarkan klien bagaimana cara mengukur tekanan darah sehingga bisa memonitor tekanan darah
sendiri (Tidak Tepat), karena fokus masalah bukan pada pengukuran tekanan darah.

Option Beritahu klien jika mengkonsumsi herbal maka mereka harus sering mengukur tekanan darah
(Tidak Tepat) karena membiarkan mengkonsumsi herbal berbahaya bagi klien.

Option Izinkan klien menggunakan herbal apapun sesuai keyakinannya (Tidak Tepat), karena
membiarkan memilih herbal apa saja berbahaya bagi klien.

[31/8 19.34] +62 852-7885-5461: 10. Seorang laki-laki (18 tahun) dengan hemofilia dibawa keluarga ke
Puskesmas. Hasil pengkajian : klien terjatuh dari pohon lalu mengalami luka pada lutut dan nyeri skala
4. Tekanan darah 110/80 mmHg, frekuensi nadi 78x/menit, frekuensi nafas 20x/menit. Apakah tindakan
yang harus dilakukan perawat ?
A. Injeksi IC faktor VIII

B. Memberikan IVFD

C. Memberikan IVFD faktor VIII

D. Injeksi IM faktor VIII

E. Injeksi SC faktor VIII

Jawaban : *C. Memberikan IVFD faktor VIII*

Pembahasan :

DO : klien terjatuh dari pohon, luka pada lutut, nyeri skala 4, tekanan darah 110/80 mmHg, frekuensi
nadi 78x/menit, frekuensi nafas 20 x/menit.

Hemofilia adalah penyakit koagulasi darah kongenital karena kekurangan faktor pembekuan VIII
( Hemofilia A) atau Faktor IX (Hemofilia B). Hemofilia adalah penyakit gangguan pembekuan darah yang
diturunkan melalui kromosom X. Karena itu, penyakit ini lebih banyak terjadi pada pria karena mereka
hanya mempunyai kromosom X. Penatalaksanaan utamanya adalah pemberian faktor pembekuan darah,
obat-obatan seperti pereda nyeri, mungkin akan diberikan berdasarkan asal perdarahan. Seseorang
dengan hemofilia rentan terjadi perdarahan sendi setelah kejadian terjatuh. Faktor VIII akan diberikan
secara intravena untuk mengganti ketidakadaan faktor pembekuan dan akan meminimalkan perdarahan.

Tindakan yang harus dilakukan perawat adalah Memberikan IVFD Faktor VIII.

Option Injeksi IC Faktor VIII (Tidak Tepat), karena pemberian faktor VIII harus diberikan secara intravena.

Option Memberikan IVFD (Tidak Tepat), karena memberikan IVFD tanpa memberikan faktor VIII tidak
akan membantu keadaan pasien.

Option Injeksi IM Faktor VIII (Tidak Tepat) karena pemberian faktor VIII harus diberikan secara intravena.

Option Injeksi SC Faktor VIII (Tidak Tepat), karena pemberian faktor VIII harus diberikan secara intravena.
[31/8 19.35] +62 852-7885-5461: 11. Seorang laki-laki (27 tahun) dirawat di RS dengan sesak napas. Hasil
pengkajian: pasien merasa sesak napas, terdapat riwayat penggunaan inhaler sejak 2 tahun lalu, retraksi
dinding dada, wheezing dikedua lapang paru, frekuensi napas 29x/menit, pH 7,35, PCO2 57mmHg, PO2
94% dan HCO3 30mmHg. Apakah tindakan keperawatan yang tepat pada kasus tersebut ?

A. Pemasangan Nasal kanul 5 lpm

B. Pemasangan Simple mask 4 lpm

C. Pemasangan Rebreathing mask 10 lpm

D. Pemasangan Nasal Kanul 8 lpm

E. Pemasangan Rebreathing mask 12 lpm

Jawaban : *A. Pemasangan Nasal Kanul 5 lpm*

Pembahasan :

DO : riwayat penggunaan inhaler sejak 2 tahun yang lalu, sesak napas, retraksi dinding dada, wheezing
dikedua lapang paru, frekuensi napas 29 x/menit, pH 7,35, PCO2 57mmHg, PO2 94% dan HCO3
30mmHg.

Diagnosis keperawatan pada kasus adalah Gangguan Pertukaran Gas.

Tindakan keperawatan yang tepat adalah Pemasangan Nasal Kanul 5 lpm.

Nasal kanul adalah kanul yang sering digunakan untuk menghantarkan oksigen secara kontinyu dengan
aliran 1-6 liter/menit. Konsentrasi oksigen yang dihasilkan dengan nasal kanul yaitu 24-44%.

Option Pemasangan Simple Mask 4 lpm (Tidak Tepat), karena pada pemasangan simple mask, aliran O2
tidak boleh kurang dari 5 liter/menit.

Option Pemasangan Rebreathing Mask 10 lpm (Tidak Tepat), karena kadar CO2 pasien sangat tinggi,
sehingga tidak bisa digunakan Rebreathing mask.

Option Pemasangan Nasal kanul 8 lpm (Tidak Tepat) karena pada pemasangan nasal kanul, aliran O2
tidak boleh melebihi 6 liter/menit karena dapat berakibat mengeringkan dan mengiritasi mukosa nasal
Option Pemasangan Rebreathing Mask 12 lpm (Tidak Tepat), karena kadar CO2 pasien sangat tinggi,
sehingga tidak bisa digunakan Rebreathing mask.

[31/8 19.36] +62 852-7885-5461: 12. Seorang laki-laki (63 tahun) dirawat di ruang bedah post operasi
repair hernia diafragmatika hari ke 11. Pasien dicurigai atelaktasis paru. Hasil pengkajian: pasien merasa
sesak napas, mampu batuk efektif, sputum kental kekuningan produksi sedang, pusing ketika duduk
lama, tekanan darah 110/70mmHg, frekuensi nadi 88x/menit, frekuensi napas 20x/menit, suhu 36,7 C.
Apakah Intervensi keperawatan yang tepat ?

A. Menganjurkan untuk melakukan mobilisasi

B. Memberikan bantuan penghisapan lendir

C. Menganjurkan untuk bedrest total

D. Menganjurkan minum air hangat

E. Melakukan fisioterapi dada

Jawaban : *D. Menganjurkan minum air hangat*

Pembahasan :

DO : sesak, mampu batuk efektif, sputum kental kekuningan produksi sedang, tekanan darah
110/70mmHg, frekuensi nadi 88x/menit, frekuensi napas 20x/menit, suhu 36,7C.

DS : pasien mengeluh pusing ketika lama duduk.

Diagnosis keperawatan pada kasus adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif.

Intervensi keperawatan yang tepat adalah Menganjurkan Minum Air Hangat.

Dengan anjuran minum air hangat akan membantu memudahkan mengencerkan sputum pasien yang
kental, tindakan ini efektif karena pasien mampu melakukan batuk efektif.

Option Menganjurkan Untuk Melakukan Mobilisasi (Tidak Tepat), karena tindakan ini kurang membantu
dalam mengatasi masalah keperawatan pada pasien.
Option Memberikan Bantuan Penghisapan Lendir (Tidak Tepat), karena pasien dalam keadaan sadar dan
mampu melakukan batuk efektif.

Option Menganjurkan Bedrest Total (Tidak Tepat) karena tindakan ini kurang membantu dalam
mengatasi masalah keperawatan pada pasien.

Option Melakukan Fisioterapi Dada (Tidak Tepat), karena pasien post operasi repair hernia diafragmatika,
apabila dilakukan fisioterapi dada maka akan memperburuk keadaan pasien.

[31/8 19.37] +62 852-7885-5461: 13. Seorang perempuan (18 tahun) dirawat di RS dengan keluhan sulit
bernapas. Hasil pengkajian: pasien tampak sesak napas, batuk berdahak, lendir encer, retraksi dinding
dada (+), berkeringat dingin, kulit lembab, sianosis, tekanan darah 120/80mmHg, frekuensi nadi
120x/menit, frekuensi napas 30x/menit, suhu 37,3 C. Saat ini pasien baru menyelesaikan terapi
nebulizer. Apakah Intervensi keperawatan yang tepat selanjutnya ?

A. Mengatur posisi semi fowler

B. Anjurkan minum air hangat

C. Posisikan untuk mengoptimalkan pernapasan

D. Anjurkan Istirahat

E. Auskultasi Suara Paru

Jawaban : *E. Auskultasi Suara Paru*

Pembahasan :

DO : sesak, batuk berdahak, lendir encer, retraksi dinding dada, berkeringat dingin, kulit lembab,
sianosis, tekanan darah 120/80mmHg, frekuensi nadi 120x/menit, frekuensi napas 30x/menit, suhu
37,3C, baru menyelesaikan terapi nebulizer.

Diagnosis keperawatan pada kasus adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif.

Dari DO tersebut sudah terlihat bahwa belum ada data bunyi pernafasan klien, maka tindakan yang tepat
selanjutnya adalah melakukan auskultasi paru.

Dengan dilakukan auskultasi pernapasan setelah dilakukan nebulizer dapat membantu mengevaluasi
tindakan nebulizer.
Prosedur Pemasangan Nebulizer :

1. Siapkan alat dan bahan, pastikan nebulizer bekerja, konektor sudah tersambung ke chamber, dan
pilihlah ukuran masker yang sesuai.

2. Pastikan nebulizer sudah terpasang sumber listrik

3. Masukkan obat kedalam chamber, tambahkan cairan salin normal bila diperlukan.

4. Pasangkan masker dengan ujung chamber sehingga menempel.

5. Nyalakan nebulizer. Apabila nebulizer bekerja dengan baik akan terlihat uap keluar dari masker.

6. Minta pasien untuk melakukan inspirasi dalam melalui masker selama uap keluar.

7. Tunggu sekitar 15-20 menit sampai uap habis.

8. Periksa respon pasien terhadap obat.

9. Apabila hendak mengulangi nebulisasi disarankan pemberian jeda selama 15-20 menit, Aisyarini
(2016).

Option Mengatur Posisi Semi Fowler (Tidak Tepat), karena pasien telah selesai mendapatkan terapi
nebulizer, otomatis sebelum dilakukan nebulizer pasien sudah diposisikan semi fowler.

Option Anjurkan Minum Air Hangat (Tidak Tepat), karena nebulizer sudah dilakukan kepada pasien yang
bertujuan untuk melapangkan jalan nafas pasien.

Option Posisikan untuk Mengoptimalkan Pernapasan (Tidak Tepat) karena pasien sudah dalam posisi
semi fowler pada saat melakukan nebulizer.

Option Anjurkan Istirahat (Tidak Tepat), karena kurang membantu dalam mengatasi masalah
keperawatan yang dialami pasien.

[1/9 19.17] +62 852-6313-4992: *Soal 1*


Seorang bayi dirawat dengan diagnosis Hyaline Membrane Disease hari ke-2. Hasil pengkajian: frekuensi
napas 82x/menit, retraksi ringan, sianosis hilang dengan pemberian oksigen, udara masuk menurun, bayi
merintih dapat didengar dengan stetoskop.

Berapakah Down Score pada bayi tersebut?

A.5

B.6

C.7

D.8

E.9

Jawaban yang benar: b

Pembahasan:

DO:

1. Frekuensi napas 82x/menit

2. retraksi ringan

3. Sianosis hilang dengan pemberian oksigen

4. Udara masuk menurun,

5. Bayi merintih dapat didengar dengan stetoskop

Down Score adalah pemeriksaan yang dilakukan pada bayi baru lahir, bertujuan untuk mengevaluasi
status gawat napas. Untuk mendapatkan nilai APGAR tersebut, diperlukan perhitungan saat melakukan
penilaian sebagai berikut:
Frekuensi napas:

0: < 60x/menit

1: 60-80x/menit

2: > 80x/menit

Retraksi:

0: tidak ada retraksi

1: retraksi ringan

2: retraksi berat

Sianosis:

0: tidak ada sianosis

1: sianosis hilang dengan pemberian Oksigen

2: sianosis menetap walaupun diberi Oksigen

Udara masuk:

0: udara masuk baik

1: udara masuk menurun

2: tidak ada udara masuk

Merintih:

0: tidak ada merintih

1: dapat didengar dengan stetoskop


2: dapat didengar tanpa alat bantu

Pada kasus:

frekuensi napas 82x/menit skor 2, retraksi ringan skor 1, sianosis hilang dengan pemberian oksigen skor
1, udara masuk menurun skor 1, bayi merintih dapat didengar dengan stetoskop skor 1. Maka nilai down
score pada bayi adalah 6.

[1/9 19.19] +62 852-6313-4992: *Soal 2*

Seorang bayi (9 bulan) dibawa ke puskesmas untuk mendapatkan imunisasi. Hasil Pemeriksaan fisik
didapatkan frekuensi napas 38x/menit, frekuensi nadi 112x/menit dan suhu 36,5 C. Perawat akan
memberikan imunisasi campak pada bayi.

Berapakah dosis yang diberikan pada bayi tersebut?

A.0,5 cc

B.0,05 cc

C.5 cc

D.0,1 cc

E.1 cc

Jawaban yang tepat: a

Imunisasi campak diberikan pada bayi berusia 9 bulan dengan dosis 0,5 cc secara subkutan.

Tinjauan opsi lain:

0,05 cc merupakan dosis untuk imunisasi BCG

5 cc bukan merupakan dosis untuk imunisasi pada bayi

0,1 bukan merupakan dosis untuk imunisasi pada bayi


1 cc bukan merupakan dosis untuk imunisasi pada bay

[1/9 19.19] +62 852-6313-4992: *Soal 3*

Seorang anak (5 tahun)dirawat di RS denagn diagnosis ALL. Anak pre kemoterapi siklus ke 3. Anak
tampak rewel, nyeri perut dan BAB cair dengan frekuensi 6x/hari. Hasil pemeriksaan: suhu 37,0 C,
frekuensi nafas 28x/menit, frekuensi nadi 98x/menit, bising usus hiperaktif.

Apakah masalah keperawatan yang tepat pada anak?

A.Perfusi perifer tidak efektif

B.Defisit nutrisi

C.Inkontinensia fekal

D.Diare

E.Kekurangan volume cairan

Jawaban yang tepat : d. Diare.

Pembahasan:

DS : BAB cair dengan frekuensi 6 x dalam sehari. Anak tampak rewel, nyeri perut dan bising usus
hiperaktif.

Diare adalah pengeluaran feses yang sering, lunak dan tidak berbentuk (SDKI, 2016). Defekasi cair lebih
dari 3 kali dalam 24 jam dan feses cair/lembek merupakan data mayor dari diagnosis diare. Sedangkan
nyeri perut/abdomen dan bising usus hiperaktif merupakan data minor dari diagnosis diare.
Option “Perfusi perifer tidak efektif” tidak tepat karena tidak terdapat data penurunan sirkulasi darah
yang dapat mengganggu metabolisme tubuh pada anak.

Option “Defisit nutrisi” tidak tepat karena tidak ada data penurunan berat badan yang signifikan pada
anak.

Option “Inkontinensia fekal” tidak tepat karena inkontinensia fekal merupakan ketidakmampuan klien
untuk menahan sensasi untuk BAB, data pada kasus tidak sesuai dengan diagnosa ini.

Option “Kekurangan volume cairan” tidak tepat karena tidak terjadi dehidrasi/kehilangan cairan pada
anak.

[1/9 19.19] +62 852-6313-4992: *Soal 4*

Seorang anak laki-laki (2 tahun) dibawa ke Puskesmas dengan keluhan demam sejak 3 hari yang lalu,
batuk berdahak dan sakit kepala. Hasil pemeriksaan: suhu 38,8 C, frekuensi napas 36x/menit, dan
frekuensi nadi 104x/menit. Saat ini anak mendapatkan Paracetamol 10 mg. BB: 11 kg.

Berapakah dosis obat yang diberikan pada pasien?

A.150 mg

B.140 mg

C.130 mg

D.120 mg’

E.110 mg

Jawaban yang tepat : E. 110 mg


Pembahasan:

DS:

- p/ mengeluh demam

- p/ mengeluh batuk berdahak

-p/ mengeluh sakit kepala

DO:

- Suhu 38,8 C

- frekuensi napas 36x/menit

- frekuensi nadi 104x/menit

- BB: 11 kg

Diagnosis pada kasus yaitu Hipertermi. Maka untuk mengatasi masalah tersebut, intervensi yang tepat
adalah terapi pemberian obat. Pada kasus, anak mendapatkan terapi paracetamol 10 mg. BB anak 11 kg.
Maka dosis obat yang diberikan pada anak adalah sebagai berikut

Dosis anak = 10mg x 11 kg

Kg BB

dosis anak = 110 mg

[1/9 19.20] +62 852-6313-4992: *Soal 5*

Seorang anak (3 tahun) dirawat di RS dengan Demam Thypoid. Hasil pengkajian : anak rewel, nafsu
makan menurun, nyeri perut, diare dengan frekuensi 2x, dan membran mukosa pucat. Frekuensi napas
32x/menit, suhu 37,2 C, frekuensi nadi 102x/menit, BB sebelum sakit 15 kg serta BB setelah sakit 9 kg.
Apakah masalah keperawatan yang tepat pada anak?

A.Gangguan tumbuh kembang

B.Pola napas tidak efektif

C.Defisit nutrisi

D.Diare

E.Resiko infeksi

Jawaban yang tepat: c. Defisit nutrisi

Pembahasan:

DS

- anak rewel

- nafsu makan berkurang

- nyeri perut

- diare dengan frekuensi 2x

- membran mukosa pucat

DO

- pernafasan 32x/menit,

- suhu 37,2 C dan frekuensi

- nadi 102x/menit,
- BB sebelum sakit 15 kg, BB setelah sakit 9 kg.

Masalah keperawatan yang tepat pada kasus adalah Defisit Nutrisi. Defisit nutrisi adalah asupan nutrisi
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme (SDKI, 2016). Hal ini sesuai dengan kasus, dimana
anak mengalami anemia dengan keluhan nafsu makan menurun, penurunan berat badan 5 kg. Hasil
pengkajian tersebut merupakan gejala mayor dan minor pada diagnosis defisit nutrisi (SDKI, 2016).

Option "Gangguan tumbuh kembang" tidak tepat, karena tidak ada data penguat diangkatkannya
diagnosis gangguan tumbuh kembang pada anak.

Option "Pola napas tidak efektif" tidak tepat, karena tidak ada data penguat diangkatkannya diagnosis.
Frekuensi napas anak masih dalam batas normal dan tidak adanya data penggunaan otot bantu napas
pada anak.

Option diare "tidak tepat", karena tidak ada penguat diangkatkannya diagnosis berupa feses lembek/cair
dan frekuensi BAB lebih dari 3x. Pada kasus anak diare dengan frekuensi baru 2x.

Option "Resiko infeksi" tidak tepat, karena masalah defisit nutrisi yang dialami oleh anak sudah bersifat
aktual dan lebih prioritas untuk ditangani segera.

[1/9 19.20] +62 852-6313-4992: *Soal 6*


Seorang bayi (3 hari) dirawat dengan diagnosis Hiperbilirubin. Ibu mengatakan kulit bayi menguning
sejak 2 hari yang lalu. Hasil pengkajian: membran mukosa kuning, sklera kuning, bayi menolak menyusu,
suhu tubuh 36,6 C, frekuensi napas 36x/menit, frekuensi nadi 108x/menit, kadar bilirubin > 2 mg/dL. BB:
2900 gr, TB: 34 cm.

Apakah masalah keperawatan yang tepat pada anak?

A.Menyusui tidak efektif

B.Ikterik Neonatus

C.Resiko infeksi

D.Hipotermi

E.Defisit nutrisi

Jawaban yang tepat: b. Ikterik Neonatus

Pembahasan:

DS

- kulit menguning

- membran mukosa menguning

- sklera kuning

- bayi menolak menyusu

DO

- pernafasan 36x/menit,
- suhu 36,2 C dan frekuensi

- nadi 108x/menit,

- kadar bilirubin > 2 mg/dL

- BB: 2900 gr, TB: 34 cm

Ikterik Neonatus didefinisikan sebagai suatu keadaan kulit dan membran mukosa neonatus yang
menguning setelah 24 jam kelahiran akibat bilirubin tidak terkonjungasi masuk ke dalam sirkulasi, yang
didukung dengan data ; profil darah abnormal (hemolisis, bilirubin serum total >2mg/dL), membran
mukosa kuning , kulit kuning, sklera kuning (SDKI, 2016).

Tinjauan opsi lainnya;

Opsi Menyusui tidak efektif (tidak tepat), karena tidak terdapat data penguat diangkatkannya diagnosis
berupa bayi tidak melekat pada payudara ibu, ASI tidak menetes/memancar, BAK bayi < 8 kali dalam 24
jam, serta nyeri pada puting payudara ibu.

Opsi Resiko infeksi (tidak tepat), karena tidak adanya data yang menunjukkan adanya risiko peningkatan
serangan organisme patogenik pada kasus.

Opsi Hipotermi (tidak tepat), karena tidak terdapat data pada kasus yang menunjukkan keadaan
hipotermi secara spesifik (suhu < 36,5).

Opsi Defisit nutrisi (tidak tepat), karena tidak terdapat data penguat diangkatkannya diagnosis berupa
berat badan menurun di bawah rentang ideal dan status gizi yang menunjukkan malnutrisi.

[1/9 19.20] +62 852-6313-4992: *Soal 7*

Seorang anak laki-laki (6 bulan) dirawat dengan diagnosis tuberculosis. Hasil pengkajian: anak tampak
lemah, batuk berdahak, malas menetek, badan tampak kurus dan penurunan berat badan sejak 2 bulan
yang lalu. Hasil pemeriksaan: suhu 36,2 C, frekuensi napas 42x/menit, frekuensi nadi 98x/menit. BB: 4
kg, PB: 57 cm. Grafik BB/PB: -3 SD, LILA 12 cm.

Apakah status gizi pada bayi tersebut?

A.Gizi baik

B.Gizi kurang

C.Gizi buruk dengan komplikasi

D.Gizi buruk tanpa komplikasi

E.Obesitas

Jawaban yang tepat adalah B. gizi kurang.

Pembahasan:

DS:

- i/ mengatakan bayi lemah

- i/ mengatakan bayi batuk berdahak

- i/ mengatakan bayi malas menetek

- i/ mengatakan bayi tampak kurus

- i/ mengatakan bayi mengalami penurunan berat badan

DO:

- suhu 36,2 C

- frekuensi napas 42x/menit

- frekuensi nadi 98x/menit.

- BB: 4 kg, PB: 57 cm.


- Grafik BB/PB: -3 SD.

- LILA 12 cm

Status gizi sesuai pada kasus diatas yaitu gizi kurang. Menurut (MTBS, 2015) gizi kurang pada anak
ditandai dengan BB/PB: ≥ - 3 SD - < - 2 SD*,* LILA antara 11,5 cm < 12,5 cm.

Jawaban tidak tepat:

- Gizi baik: tidak tepat karena status gizi baik ditandai dengan BB/PB: 2 SD - + 2 SD, LILA ≥ 12,5 cm.

- Gizi buruk dengan komplikasi: tidak tepat karena status gizi buruk dengan komplikasi ditandai dengan
BB/PB: < - 3 SD dan LILA < 11,5 cm, anak tampak sangat kurus, edema pada kedua kaki, terdapat tanda
bahaya umum dan masalah pemberian ASI.

- Gizi buruk tanpa komplikasi: tidak tepat karena status gizi buruk dengan komplikasi ditandai dengan
BB/PB: < - 3 SD dan LILA < 11,5 cm., anak tampak sangat kurus, dan edema pada minimal kedua
punggung tangan/kaki.

- Obesitas: tdak tepat karena tidak terdapat data penguat diangkatkannya diagnosis berupa IMT lebih
dari persentil 95 pada anak.

[1/9 19.20] +62 852-6313-4992: *Soal 8*

Seorang pasien inpartu, baru saja melahirkan seorang laki-laki 1 menit yang lalu secara spontan. Hasil
pengkajian: bayi segera menangis kuat, gerakan aktif, nadi teraba 120x/menit. Warna kulit tampak
kemerahan serta pernapasan baik dan irama napas teratur.

Berapakah nilai APGAR bayi tersebut ?

A.8

B.9

C.10

D.11

E.12
Jawaban tepat: C nilai Apgar Score adalah 10.

Pembahasan:

DO:

1. bayi menangis kuat

2. gerakan aktif

3. nadi teraba 120x/menit

4. warna kulit tampak kemerahan

5. pernapasan baik dan irama teratur.

APGAR Score adalah metode penilaian yang digunakan setelah bayi baru lahir sampai lima menit setelah
lahir. Untuk mendapatkan nilai APGAR tersebut, diperlukan perhitungan saat melakukan penilaian
sebagai berikut (Sari, H, 2010):

1. Appearance (warna kulit)

Normalnya warna kulit bayi setelah lahir adalah kemerahan atau tidak pucat. Jika saat bayi lahir warna
kulitnya pucat, maka diberi nilai 0. Jika hanya pada ektermitas (tangan atau kaki) pucat atau biru, maka
diberi nilai 1. Sedangkan jika warna kulitnya kemerahan, diberikan nilai 2.

2. Pulse / heart rate (frekuensi jantung)

Ketika tidak terdengar suara jantung bayi maka penilaian APGAR adalah 0 (Nol). Saat suara detak jantung
bayi terdengar, namun tidak mencapai 100 x/menit nilai APGAR adalah 1. Normalnya jantung bayi
berdetak di atas 100 kali per menit, maka nilai APGAR adalah 2.

3. Grimace (refleks terhadap rangsangan)


Refleks yang dihasilkan bayi umumnya adalah menangis, batuk atau bersin. Jika reflek tersebut ada maka
nilai APGAR adalah 2. Apabila saat di stimulasi (memberikan rangsang taktil atau yang lainnya) bayi tidak
merespon. Maka nilai APGAR adalah 0. Sedangkan, nilai 1 diberikan apabila saat di stimulasi, hanya
terlihat pergerakan pada wajah bayi.

4. Activity (tonus otot)

Saat bayi lahir, bagian kaki dan tangan secara spontan akan bergerak. gerakan tersebut berupa flexi
(menekuk ke arah diri sendiri) atau ektensi ( seperti gerak meluruskan). Jika gerakan bayi aktif maka
penilaian APGAR adalah 2. Apabila bagian ektermitas hanya sedikit yang flexi atau seperti lunglai, maka
nilainya 1. Sedangkan nila 0 diberikan apabila tidak ada tonus otot yang terjadi.

5. Respiration (usaha napas)

Apabila bayi menangis kuat tentu usaha napas bayi baik (nilai APGAR 2). Sedangkan jika hanya terdengar
suara seperti merintih maka usaha napasnya kurang baik (nilai APGAR 1). Jika bayi tidak menangis sama
sekali ini pertanda bahwa tidak ada usaha napas pada bayi (nilai APGAR 0).

Pada kasus badan bayi merah bernilai 2, menangis kuat bernilai 2, gerakan aktif bernilai 2, pernapasan
baik dan irama nafas teratur bernilai 2, frekuensi nadi 110x/menit bernilai 2.. Maka jumlah apgar score
adalah 10.

[1/9 19.21] +62 852-6313-4992: *Soal 9*

Seorang pasien inpartu, baru saja melahirkan seorang bayi perempuan 1 menit yang lalu secara spontan.
Hasil pengkajian: bayi tidak menangis, warna kulit kemerahan ekstremitas biru, nadi teraba 76x/menit.
Pernapasan lemah dan irama napas tidak teratur serta gerakan tonus otot tidak ada.

Apakah kategori skor APGAR pada bayi tersebut?

A.Normal

B.Asfiksia sedang

C.Asfiksia berat

D.Sianosis
E.Gagal nafas

Jawaban yang tepat: C Asfiksia berat

DO:

1. bayi tidak menangis

2. warna kulit kemerahan ekstremitas biru

3. nadi teraba 76x/menit

4. pernapasan lemah dan irama napas tidak teratur

5. gerakan tonus otot tidak ada

APGAR Score adalah metode penilaian yang digunakan setelah bayi baru lahir sampai lima menit setelah
lahir. Untuk mendapatkan nilai APGAR tersebut, diperlukan perhitungan saat melakukan penilaian
sebagai berikut (Sari, H, 2010):

1. Appearance (warna kulit)

Normalnya warna kulit bayi setelah lahir adalah kemerahan atau tidak pucat. Jika saat bayi lahir warna
kulitnya pucat, maka diberi nilai 0. Jika hanya pada ektermitas (tangan atau kaki) pucat atau biru, maka
diberi nilai 1. Sedangkan jika warna kulitnya kemerahan, diberikan nilai 2.

2. Pulse / heart rate (frekuensi jantung)

Ketika tidak terdengar suara jantung bayi maka penilaian APGAR adalah 0 (Nol). Saat suara detak jantung
bayi terdengar, namun tidak mencapai 100 x/menit nilai APGAR adalah 1. Normalnya jantung bayi
berdetak di atas 100 kali per menit, maka nilai APGAR adalah 2.

3. Grimace (refleks terhadap rangsangan)

Refleks yang dihasilkan bayi umumnya adalah menangis, batuk atau bersin. Jika reflek tersebut ada maka
nilai APGAR adalah 2. Apabila saat di stimulasi (memberikan rangsang taktil atau yang lainnya) bayi tidak
merespon. Maka nilai APGAR adalah 0. Sedangkan, nilai 1 diberikan apabila saat di stimulasi, hanya
terlihat pergerakan pada wajah bayi.

4. Activity (tonus otot)

Saat bayi lahir, bagian kaki dan tangan secara spontan akan bergerak. gerakan tersebut berupa flexi
(menekuk ke arah diri sendiri) atau ektensi ( seperti gerak meluruskan). Jika gerakan bayi aktif maka
penilaian APGAR adalah 2. Apabila bagian ektermitas hanya sedikit yang flexi atau seperti lunglai, maka
nilainya 1. Sedangkan nila 0 diberikan apabila tidak ada tonus otot yang terjadi.

5. Respiration (usaha napas)

Apabila bayi menangis kuat tentu usaha napas bayi baik (nilai APGAR 2). Sedangkan jika hanya terdengar
suara seperti merintih maka usaha napasnya kurang baik (nilai APGAR 1). Jika bayi tidak menangis sama
sekali ini pertanda bahwa tidak ada usaha napas pada bayi (nilai APGAR 0).

Pembahasan:

Pada kasus bayi tidak menangis skor 0, warna kulit kemerahan ekstremitas biru skor 1, nadi teraba
76x/menit skor 1. pernapasan lemah dan irama napas tidak teratur skor 1, gerakan tonus otot tidak ada
skor 0, Maka nilai APGAR pada bayi tersebut 3. Dan interpretasi APGAR adalah Asfiksia berat.

[1/9 19.21] +62 852-6313-4992: *Soal 10*

Seorang anak (4 tahun) dirawat di RS dengan DHF grade II. Hasil pengkajian: suhu 37,7 C, pernafasan
34x/menit dan frekuensi nadi 93x/menit. Saat ini anak terpasang cairan Ringer-Laktat 500 cc. Cairan
habis dalam waktu 12 jam.

Berapakah tetes infus per menit yang akan dimonitor perawat?

A.7 tts/menit

B.10 tts/menit
C.14 tts / menit

D.40 tts/menit

E.42 tts/menit

Jawaban yang tepat adalah E. 42x/menit.

DO: Anak terpasang cairan Ringer-Laktat 500 cc. Cairan habis dalam waktu 12 jam.

Rumus tetesan infus pada anak sebagai berikut: Pasien anak-anak= (jumlah cairan (kolf) x Faktor tetes) :
(lamanya waktu x 60)

=(500 x 60 ) : (12 x 60)

=30.000 : 720[3/9 14.28] +62 852-6414-0756: 1. Seorang perempuan (27 tahun) status obstetri P1A0
post partum spontan hari ke-2. Hasil pengkajian: pasien mengeluh payudaranya nyeri dan bayinya rewel.
Payudara teraba keras, puting menonjol dan ASI sudah keluar. Ibu tampak kesulitan menyusui dan bayi
kesulitan menghisap. Hanya puting saja yang masuk ke dalam mulut bayi. Apakah diagnosis keperawatan
prioritas yang tepat?

A. Ketidakefektifan Pemberian ASI

B. Gangguan Pemberian ASI

C. Ketidakcukupan ASI

D. Diskontinuitas pemberian ASI

E. Ketidakefektifan pola menyusui

. Jawaban Tepat :

Opsi “Ketidakefektifan pemberian ASI” (tepat) adalah ketidakpuasan atau kesulitan ibu, bayi, atau anak
menjalani proses pemberian ASI. Pada kasus, data yang ada bayi mengalami kesulitan menghisap
payudara ibu karena posisi menyusui yang salah, sehingga bayi sulit menghisap payudara ibu padahal ASI
ibu sudah ada.
DS : Pasien mengeluh payudaranya nyeri, dan bayi nya rewel.

DO : payudara keras, puting menonjol, dan ASI sudah keluar. Saat menyusui ibu kesulitan dan bayi
mengalami kesulitan untuk menghisap payudara, hanya puting saja yang masuk ke dalam mulut bayi.

Jawaban Tidak Tepat :

Option B (Kurang tepat) Gangguan pemberian ASI adalah terhentinya kontinuitas penyediaan ASI pada
bayi atau anak langsung dari payudara ibu, yang mungkin bisa memberikan dampak bahaya pada status
nutrisi bayi atau anak.

Option C (Tidak Tepat) Ketidakcukupan ASI keadaan dimana produksi Air Susu Ibu yang masih rendah.
Pada kasus, data yang ada tidak menunjukkan bahwa produksi ASI rendah.

Option D (Tidak tepat) diskontinuitas pemberian ASI berhentinya kontinuitas pemberian ASI pada bayi
atau anak langsung dari payudara, yang dapat mengganggu keberhasilan menyusui dan atau status
nutrisi bayi/anak

Option E (Tidak tepat) Ketidakefektifan pola menyusui adalah Terganggunya kemampuan bayi untuk
mengisap atau respon mengisap dan menelan yang menyebabkan tidak adekuatnya nutrisi oral untuk
kebutuhan metabolisme. Pada kasus tidak data yang menggambarkan terganggunya kemampuan bayi
menelan.

[3/9 14.28] +62 852-6414-0756: 2. Seorang perempuan (29 tahun) status obstetri P2A0H2 post-
partum spontan hari ke-2. Pasien dirawat gabung bersama bayinya. Hasil pengkajian: pasien mengeluh
payudaranya nyeri, keluar darah dari payudara dan bayinya rewel. Payudara teraba keras, puting
menonjol dan ASI sudah keluar bercampur darah. Pasien cemas dengan keadaannya saat ini dan takut
kalau bayinya tidak bisa ASI eksklusif. Diagnosis keperawatan yang tepat untuk kasus tersebut adalah

a. Ketidakefektifan Pemberian ASI

b. Gangguan Pemberian ASI

c. Ketidakcukupan ASI

d. Kesiapan untuk meningkatkan pemberian ASI

e. Ketidakefektifan pola menyusui

Jawaban Tepat :
Option B “Gangguan pemberian ASI” adalah terhentinya kontinuitas penyediaan ASI pada bayi atau anak
langsung dari payudara ibu, yang mungkin bisa memberikan dampak bahaya pada status nutrisi bayi atau
anak. Pada data ASI ibu yang keluar bercampur darah sehingga tidak dapat diberikan kepada bayinya.

DS : Pasien mengeluh payudaranya nyeri, keluar darah dari payudara dan bayi nya rewel. Pasien
mengatakan cemas dengan keadaannya saat ini, ia takut kalau bayinya tidak bisa ASI eksklusif.

DO : Payudara keras, puting menonjol, dan ASI sudah keluar bercampur darah.

Jawaban Tidak Tepat :

Option A (Kurang tepat) Ketidakefektifan pemberian ASI adalah ketidakpuasan atau kesulitan ibu, bayi,
atau anak menjalani proses pemberian ASI. dari data yang ada penyebab ASI tidak bisa diberikan karena
ASI yang keluar bercampur dengan darah.

Option C (Tidak Tepat) Ketidakcukupan ASI keadaan dimana produksi Air Susu Ibu yang masih rendah.
Pada kasus, data yang ada tidak menunjukkan bahwa produksi ASI rendah, tetapi ada abnormalitas pada
pengeluaran asi.

Option D (Tidak tepat) Kesiapan untuk meningkatkan pemberian ASI adalah Pola pemberian susu untuk
bayi atau anak, langsung dari payudara, yang mungkin dapat diperkuat, pada kasus ASI yang dikeluarkan
ibu bercampur darah sehingga tidak bisa diberikan ke bayi nya.

Option E (Tidak tepat) Ketidakefektifan pola menyusui adalah Terganggunya kemampuan bayi untuk
mengisap atau respon mengisap dan menelan yang menyebabkan tidak adekuatnya nutrisi oral untuk
kebutuhan metabolisme. Pada kasus tidak data yang menggambarkan terganggunya kemampuan bayi
menelan.

[3/9 14.29] +62 852-6414-0756: 3. Seorang perempuan (27 tahun) berada diruang bersalin dalam
keadaan inpartu, saat ini pasien telah melewati kala 3, plasenta lahir tidak lengkap, pasien mengeluh
nyeri pada ari-ari, kontraksi uterus lembek, keluar darah berbongkah-bongkah. Hasil pemeriksaan
tekanan darah 110/80 mmHg, frekuensi nadi 80x/menit, frekuensi napas 21x/menit dan suhu 36.9 C,
jumlah darah yang keluar ± 650 cc. Apakah diagnosis keperawatan yang tepat?
a. Resiko cidera pada ibu

b. Resiko Perdarahan

c. Perfusi Jaringan tidak efektif

d. Hipovolemia

e. Resiko Syok

Jawaban Tepat : e. Resiko syok

DS : Pasien mengeluh nyeri pada ari-ari, keluar darah berbongkah-bongkah

DO : Pasien inpartu telah melewati kala 3, plasenta lahir tidak lengkap, Hasil pemeriksaan tekanan darah
110/80 mmHg, nadi 80x/menit, nafas 21 x/menit dan suhu 36.9c, jumlah darah yang keluar ± 650cc, dan
kontraksi uterus lembek.

Tinjauan opsi lain :

opsi “Resiko cidera pada ibu” dimana ibu beresiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik pada ibu
selama masa kehamilan sampai dengan proses kelahiran (SDKI, 2017). Pada kasus data yang ada tidak
mencukupi untuk menegakkan diagnosa resiko cidera.

opsi “Resiko Perdarahan” resiko perdarahan adalah beresiko mengalami kehilangan darah baik internal
(terjadi didalam tubuh) maupun eksternal (terjadi hingga keluar tubuh. pada kasus diatas pasien telah
mengalami pendarahan aktif akibat kontraksi uterus yang tidak adekut ditandai dengan uterus yang
lembek.

opsi “Perfusi Jaringan tidak efektif” merupakan Pengurangan/penurunan konsentrasi dalam sirkulasi
darah ke perifer yang bisa menyebabkan gangguan kesehatan/membahayakan kesehatan. diagnosa ini
tidak tepat karena belum ada data spesifik lainnya terkait perfusi jaringan

Opsi “ Hipovolemia” Keadaan individu yang mengalami penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan
atau intrasel. Diagnosis ini merujuk ke dehidrasi yang merupakan kehilangan cairan saja tanpa
perubahan dalam natrium. diagnosa ini tidak tepat karena belum ada data spesifik lainnya terkait
hipovolemia

[3/9 14.29] +62 852-6414-0756: 4. Seorang perempuan (35 tahun) usia kehamilan 37-38 minggu
datang ke UGD dengan keluhan mual, sakit kepala dan berat pada tengkuk. Hasil pengkajian: tekanan
darah 170/100 mmHg, frekuensi nadi 110x/menit, nafas 23x/menit, dan suhu 36,8 C. Kaki tampak
edema. Apakah tindakan kolaborasi yang tepat dilakukan kepada pasien?

a. Mempertahankan tirah baring


b. Memenuhi kebutuhan nutrisi

c. Memberikan cairan infus NaCl/RL

d. Memberikan drip oksitosin

e. Memberikan obat MgSO4

Jawaban Tepat : e. Memberikan MgSO4

DS : Pasien mengeluh mual, sakit kepala dan berat pada tengkuk

DO : usia kehamilan 37-38 minggu, hasil pengkajian: tekanan darah 170/100mmHg, frekuensi nadi
110x/menit, nafas 23 x/menit, dan suhu 36,8c. Kaki tampak edema.

Masalah keperawatan: Resiko cedera pada Ibu dan Janin

Pada kasus diatas yang diminta adalah aktivitas kolaborasi yang dilakukan oleh perawat dengan dokter
untuk intervensi selanjutnya yang akan diberikan. Pada pasien dengan preeklamsi. Penanganan utama
pada pasien preeklampsia adalah dengan memberikan MgSO4,

Berdasarkan buku Pedoman Diagnosis dan Terapi RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2007,
antikejang yang digunakan adalah MgSO4 yaitu dengan pemberian dosis awal 8 gram IM (4 gram bokong
kanan dan 4 gram bokong kiri) dengan dosis lanjutan setiap 6 jam diberikan 4 gram (Anonim, 2007).

[3/9 14.30] +62 852-6414-0756: 5. Seorang perempuan (28 tahun) G2P1A0 usia kehamilan 38
minggu datang ke IGD mengeluh mulas dan sudah keluar lendir darah. Hasil pengkajian: pasien sudah
bukaan 3 cm dengan presentasi kepala dibawah. Pasien mengatakan nyeri pada saat kontraksi. DJJ
140x/menit. Apakah intervensi keperawatan yang tepat dilakukan kepada pasien?

a. Berkolaborasi pemberian analgetik

b. Menyiapkan partus set

c. Memantau kontraksi uterus

d. Memimpin meneran

e. Mengajarkan manajemen nyeri

Jawaban Tepat : e. mengajarkan manajemen nyeri

DS : Pasien mengeluh mulas dan sudah keluar lendir darah, Pasien mengatakan nyeri pada saat kontraksi.

DO : Status obstetri G2P1A0 usia 38 minggu, . Hasil pemeriksaan pasien sudah bukaan 3cm dengan
presentasi kepala dibawah. DJJ 140x/menit.

MK: nyeri melahirkan


Tindakan yang tepat dilakukan pada pasien dengan kasus diatas adalah mengajarkan manajemen nyeri,
misalnya dengan mengajarkan teknik nafas dalam dan mengajarkan cara mengatur nafas saat kontraksi,
karena pasien masih pembukaan 3cm DJJ masih dalam rentang normal.

Tinjauan Opsi Lain :

- Opsi A : Berkolaborasi Pemberian Analgetik (tidak tepat) karena nyeri yang dialami pasien disebabkan
karena kontraksi yang dialaminya.

- Opsi B : Menyiapkan partus set (tidak tepat) karena pasien masih berada pada fase laten

- Opsi C : Memantau kontraksi uterus (tidak tepat) pada kondisi pasien diatas masih dalam fase laten dan
kontraksi yang terjadi pada bukaan 3 belum terlalu sering,

- Opsi D : Memimpin meneran (tidak tepat) karena pasien masih berada pada fase laten .

[3/9 14.30] +62 852-6414-0756: 6. Seorang ibu hamil (28 tahun) G2P1A0H1 usia kehamilan 40
minggu. Pasien tidak merasakan mulas sama sekali sehingga direncanakan SC atas indikasi bayi letak
lintang. Hasil pengkajian: tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi 100x/menit, frekuensi napas
24x/menit. Pasien merasa cemas, takut, tampak tegang dan keringat dingin karena belum pernah
menjalani operasi. Apakah intervensi utama untuk mengatasi kecemasan pada pasien?

a. mengajarkan teknik nafas dalam

b. menjelaskan prosedur tindakan operasi yang akan dijalani

c. mengajarkan teknik distraksi

d. mengajarkan senam hamil

e. Menganjurkan untuk melakukan yoga

Jawaban Tepat :

DS : pasien mengatakan cemas dan takut untuk operasi karena belum pernah menjalani sebelumnya,
pasien tampak tegang dan keringat dingin.

DO: pemeriksaan fisik tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 100 kali/menit, frekuensi napas 24 kali/menit.
MK: Kecemasan : Kecemasan merupakan perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar yang
disertai respon autonom (sumber tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu). pada kasus diatas
pasien dengan kecemasan akan menjalani tindakan operasi untuk pertama kalinya, perawat harus
menjelaskan terlebih dahulu tindakan operasi yang akan dijalani pasien (B)

Jawaban Tidak Tepat :

Option A (kurang tepat) sebelum mengajarkan teknik nafas dalam perawat terlebih dahulu harus
menjelas prosedur yang akan dijalani pasien

Option C ( Kurang Tepat) teknik distraksi merupakan intervensi lanjutan pada pasien kecemasan akan
menjalani tindakan operasi.

Option D (Tidak Tepat) senam hamil merupakan suatu bentuk latihan guna memperkuat dan
mempertahankan elastisitas dinding perut dan otot-otot dasar panggul.

Option E (Tidak Tepat) yoga adalah suatu olahraga yang dilakukan dengan memusatkan seluruh pikiran
agar bisa mengendalikan panca indera.

[3/9 14.30] +62 852-6414-0756: 7. Seorang perempuan (21 tahun) riwayat obstetri P1A0 dirawat
post SC hari ke-4. Hasil pengkajian: payudara pasien bengkak, keras dan terasa nyeri. ASI keluar sedikit
dan pasien sudah menyusui anaknya. Apakah intervensi keperawatan yang tepat pada pasien?

a. Kompres dingin

b. Masase payudara

c. mengajarkan teknik distraksi

d. Kompres hangat

e. Mengajarkan relaksasi

Jawaban Tepat : d. Kompres Hangat

DS : Pasien mengeluh payudara terasa nyeri.


DO : Hasil pengkajian perawat diketahui payudara bengkak, keras. ASI keluar sedikit dan pasien sudah
menyusui anaknya..

Pada kasus ini, payudara pasien bengkak karena ASI yang tidak keluar, sehingga pasien merasakan nyeri
dan salah satu intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan kompres hangat pada
payudara. Stimulasi kulit dengan teknik kompres hangat dilakukan untukmerangsang serat syaraf yang
menutup gerbang sehingga transmisi impuls nyeri ke medula spinalis dan otak dapat dihambat (Potter &
Perry, 2005).

Tinjauan Opsi Lain :

- Opsi A : Kompres Dingin (kurang tepat) karena Untuk stimulasi dengan kompres dingin mempunyai efek
analgesik dengan memperlambat kecepatan hantaran syaraf sehingga impuls nyeri yang mencapai otak
lebih sedikit (Potter & Perry, 2005).

- Opsi B : Masase payudara (tidak tepat) karena nyeri yang terjadi adalah akibat dari penumpukan ASI
yang terbendung di payudara yang tidak bisa dikeluarkan. Apabila di masase pasien akan merasa lebih
nyeri lagi

- Opsi C : Mengajarkan teknik distraksi (tidak tepat) karena teknik distraksi hanya mengurangi nyeri tanpa
memberikan tindakan pada payudara pasien yang bengkak

- Opsi E : Mengajarkan relaksasi (tidak tepat) karena teknik ini hanya mengurangi nyeri tanpa
memberikan tindakan pada payudara pasien yang bengkak

[3/9 14.31] +62 852-6414-0756: 8. Seorang perempuan (24 tahun) G1P0A0 gravid 8-9 minggu
dibawa oleh keluarganya ke IGD karena keluar darah pervaginam berbongkah-bogkah dan terasa nyeri
pada ari-ari. Hasil pengkajian: pasien terpeleset di kamar mandi, Tekanan darah 90/50 mmHg, frekuensi
nadi 60x/menit. Jumlah darah yang keluar lebih kurang 1 liter, pasien tampak pucat. Apakah tindakan
keperawatan yang tepat dilakukan perawat?

a. Lakukan transfusi darah

b. Lakukan Resusitasi Cairan

c. Lakukan Pemeriksaan Laboratorium

d. Melakukan balance cairan

e. Mengajarkan manajemen nyeri

Jawaban Tepat : b. melakukan resusitasi cairan

DS : Pasien mengeluh keluar darah pervaginam dan darah yang keluar berbongkah dan terasa nyeri pada
ari-ari.
DO : Hasil pengkajian: pasien terpeleset di kamar mandi, Tekanan darah 90/50 mmHg, frekuensi nadi
60x/menit. Jumlah darah yang keluar lebih kurang 1 liter, Pasien tampak pucat, usia kehamilan 8-9
minggu

Diagnosa Keperawatan : Resiko Syok

Pada kasus ini, karena pasien banyak kehilang cairan, jadi hal pertama yang dapat dilakukan adalah
dengan melakukan resusitasi cairan untuk mengganti cairan tubuh pasien yang ikut hilang akibat
perdarahan.

Tinjauan Opsi Lain :

- Opsi A : Lakukan transfusi darah (tidak tepat) karena ini membutuhan waktu yang cukup lama untuk
dilakukan karena pasien harus dilakukan crossmatch terlebih dahulu

- Opsi C :Lakukan pemeriksaan laboratorium (tidak tepat) karena tindakan yang dilakukan pertama kali
pada pasien syok adalah penggantian cairannya terlebih dahulu

- Opsi D : Melakukan balance cairan (tidak tepat) hal ini dilakukan setelah syok pasien tertangani.

- Opsi E : Mengajarkan manajemen nyeri (tidak tepat) karena mengajarkan manajemen nyeri bukan
merupakan prioritas utama pada pasien

[3/9 14.31] +62 852-6414-0756: 9. Seorang perempuan (28tahun) G2P1A0H1 usia kehamilan 39
minggu datang ke IGD dengan keluhan mulas dan kontraksi yang sangat kuat. Hasil pengkajian: tekanan
darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi 89x/menit, frekuensi napas 23x/menit. Hasil pemeriksaan dalam
bukaan 10cm, kontraksi 4x dalam 10 menit selama 45 detik. Ketuban belum pecah. Apakah tindakan
perawat selanjutnya kepada pasien?

a. Memimpin meneran

b. Injeksi Oksitosin

c. Masase Uterus

d. Periksa DJJ

e. Melakukan amniotomi

Jawaban Tepat : e. Melakukan amniotomi

DS : Pasien mengeluh mulas dan kontraksi yang sangat kuat

DO : tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi 89x/menit, frekuensi napas 23x/menit. Hasil
pemeriksaan dalam bukaan 10cm, kontraksi 4x dalam 10 menit selama 45 detik. Ketuban belum pecah.
Tindakan selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan amniotomi, pada kasus pasien sudah bukaan
lengkap, kontraksi juga sudah sering dan ketuban belum pecah sehingga kita harus melakukan
amniotomi

Tinjauan Opsi lain :

Opsi A: pemeriksaan DJJ dilakukan setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ
dalam batas normal. Pemeriksaan ini berada pada kala 1 fase aktif

Opsi B (Tidak tepat) injeksi oksitosin dilakukan 1 menit setelah bayi lahir, oksitosin yang disuntikkan 10
unit IM, tindakan ini berada pada kala 2

Option C (Tidak Tepat) Masase Uterus dilakukan segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,
letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga
uterus berkontraksi (fundus teraba keras). Tindakan ini dilakukan pada kala 3

Option D (Kurang tepat) sebelum memimpin meneran dilakukan apabila bukaan sudah lengkap dengan
ketuban sudah pecah dan ibu ada keinginan meneran. Hal ini dilakukan pada kala 1

[3/9 14.31] +62 852-6414-0756: 10. Seorang perempuan (25 tahun) G2P1A0 usia kehamilan 39
minggu datang ke IGD dengan keluhan nyeri menjalar ke ari-ari dan keluar darah bercampur lendir. Hasil
pengkajian: tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi 90x/menit, frekuensi napas 23x/menit. Hasil
pemeriksaan dalam pembukaan 8cm, ketuban belum pecah. Kontraksi 2x dalam 10 menit selama 30
detik. Apakah tindakan selanjutnya yang dilakukan perawat?

a. Periksa DJJ

b. Injeksi Oksitosin

c. Masase Uterus

d. Memimpin meneran

e. Melakukan amniotomi

Jawaban Tepat :

Option A (Tepat) pemeriksaan DJJ dilakukan setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk memastikan
bahwa DJJ dalam batas normal.

Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa pasien berada pada Kala I, pemeriksaan fisik didapatkan tekanan
darah 120/80 mmHg, Nadi 90 kali/menit, nafas 23 kali /menit. Pembukaan 8cm. Ketuban belum pecah.
Kontraksi 2 kali dalam 10 menit selama 30 detik.

Jawaban Tidak Tepat :


Option B (Tidak tepat) injeksi oksitosin dilakukan 1 menit setelah bayi lahir, oksitosin yang disuntikkan 10
unit IM. Tindakan ini dilakukan pada kala 2

Option C (Tidak Tepat) Masase Uterus dilakukan segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,
letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga
uterus berkontraksi (fundus teraba keras), Tindakan ini dilakukan pada kala 3

Option D (Kurang tepat) sebelum memimpin meneran dilakukan apabila bukaan sudah lengkap dengan
ketuban sudah pecah dan ibu ada keinginan meneran, Hal ini dilakukan pada kala 1

Option E (Tidak tepat) Amniotomi dilakukan apabila pada saat pemeriksaan dalam bukaan sudah lengkap
dan selaput ketuban belum pecah, Aminotomi dilakukan pada kala 1

[3/9 14.32] +62 852-6414-0756: 11. Seorang perempuan (23 tahun) G1P0A0 gravid 8-9 minggu
dibawa oleh keluarganya ke IGD. Pasien mengeluh keluar darah berbongkah dan terasa nyeri ari-ari. Hasil
pengkajian: tekanan darah 85/50 mmHg, frekuensi nadi 60x/menit. Jumlah darah yang keluar ± 800 cc.
Pasien tampak pucat dan perawat telah melakukan resusitasi cairan. Apakah hasil yang diharapkan
setelah dilakukan tindakan tersebut?

a. Syok tidak terjadi

b. Perdarahan berhenti

c. Tanda vital stabil

d. Nyeri Berkurang

e. Perdarahan Berkurang

Jawaban Tepat : A. Syok tidak terjadi

DS : Pasien mengatakan keluar darah pervaginam. darah yang keluar berbongkah dan terasa nyeri pada
ari-ari.

DO : Hasil pengkajian: pasien terpeleset di kamar mandi, Tekanan darah 85/50 mmHg, frekuensi nadi
60x/menit. jumlah darah yang keluar ± 800 cc. Pasien tampak pucat dan perawat telah melakukan
resusitasi cairan

MK: resiko syok

Hasil yang diharapkan setelah dilakukan resusitasi cairan adalah supaya tidak terjadi syok hipovolemik
pada pasien karena kehilangan darah yang sangat banyak.

Tinjauan Opsi Lain :


Opsi B : Perdarahan berhenti (tidak tepat) pada kasus perawat telah selesai melakukan resusitasi cairan
dan sebelumnya telah melakukan penghentian perdarahan. Pada soal yang diminta adalah hasil yang
diharapkan dari tindakan resusitasi cairan yang dilakukan oleh perawat.

Opsi C : Tanda vital stabil (tidak tepat) hal ini kita harapkan selama pasien mengalami perdarahan hebat
dan saat resusitasi cairan berjalan.

Opsi D : Nyeri Berkurang (tidak tepat) mengurangi nyeri bukanlah tindakan prioritas karena ada hal yang
lebih mengancam jiwa pasien, dan Pada soal yang diminta adalah hasil yang diharapkan dari tindakan
resusitasi cairan yang dilakukan oleh perawat.

Opsi E : Perdarahan berkurang (tidak tepat) Pada soal yang diminta adalah hasil yang diharapkan dari
tindakan resusitasi cairan yang dilakukan oleh perawat.

[3/9 14.32] +62 852-6414-0756: 12. Seorang perempuan (23 tahun) status obstetri P1A0, post-
partum spontan hari pertama akan pulang nanti sore. Hasil pengkajian: tanda vital dalam batas normal,
lochea rubra ± 100 cc. Pasien masih mengeluh sedikit mulas pada perut bagian bawah. Bagaimana
kondisi uterus yang diharapkan pada pasien sebelum dipulangkan?

a. Uterus teraba lunak dan berisi cairan

b. Uterus teraba keras, berada tepat di umbilikus

c. Uterus teraba keras dan berada 3 jari diatas simfisis

d. Uterus tidak teraba dan kandung kemih distensi

e. Uterus teraba lunak, berada dibawah PX

Jawaban tepat B “Uterus teraba keras, berada tepat di umbilikus” menandakan involusi berjalan dengan
baik, kontraksi uterus baik. Uterus segera setelah melahirkan TFU menjadi 2 cm dibawah umbilikus, dan
setelah 12 jam akan kembali 1 cm diatas pusat dan akan turun 1 cm setiap hari.

Ciri-ciri involusi yang abnormal antaranya : tidak secara progresif dalam pengembalian ukuran uterus,
uterus teraba lunak dan kontraksi buruk, sakit pada punggung/nyeri pada pelvik yang persisten,
perdarahan pervaginam yang abnormal.

Option A "Uterus teraba lunak dan berisi cairan" (Tidak tepat), uterus yang teraba lunak merupakan alah
satu tanda involusi yang abnormal.

Option C "Uterus teraba keras dan berada 3 jari diatas simfisis" (tidak tepat) proses involusi uterus terlalu
cepat. uterus segera setelah melahirkan TFU menjadi 2 cm dibawah umbilikus, dan setelah 12 jam akan
kembali 1 cm diatas pusat dan akan turun 1 cm setiap hari.

Option D "Uterus tidak teraba dan kandung kemih distensi " (Tidak tepat) uterus akan tidak teraba pada
hari ke 10 setelah melahirkan.
Option E "Uterus teraba lunak, berada dibawah PX" (Tidak tepat) uterus yang lunak merupakan ciri
involusi yang abnormal.

[3/9 14.32] +62 852-6414-0756: 13. Seorang perempuan (30 tahun) status obstetri G1P0A0 usia
kehamilan 38-39 minggu datang ke IGD. Keluarga mengatakan pasien kejang dan sebelumnya mengeluh
pandangan kabur, mual dan muntah, berat pada tengkuk dan edema pada tungkai. Tekanan darah
150/80mmHg, nadi 90x/menit, napas 23 x/menit dan suhu 36,5c. Hasil pemeriksaan urin terdapat
protein +2. Apakah kondisi yang dialami pasien?

a. Pre Eklampsia

b. Hipertensi

c. Eklampsia

d. HEG

e. Ketuban Pecah Dini

Jawaban Tepat : c. Eklampsia

DS : Keluarga mengatakan pasien kejang dan sebelumnya mengeluh pandangan kabur, mual dan muntah,
berat pada tengkuk dan edema pada tungkai.

DO : status obstetri G1P0A0 dengan usia kehamilan 38-39 minggu, Hasil pemeriksaan Tekanan darah
150/80mmHg, nadi 90x/menit, napas 23 x/menit dan suhu 36,5c. Hasil pemeriksaan urin terdapat
protein +2.

Eklampsia merupakan keadaan dimana ditemukan serangan kejang tibatiba yang dapat disusul dengan
koma pada wanita hamil, persalinan atau masa nifas yang menunjukan gejala preeklampsia sebelumnya.
Kejang disini bersifat

grand mal dan bukan diakibatkan oleh kelainan neurologis.

Tinjauan Opsi lain :

- Pre Eklampsia : suatu kondisi yang langka yang terjadi ketika seorang wanita memiliki tekanan darah
tinggi dan kelebihan protein dalam urin. Pada kasus, pasien sudah mengalami kejang dan memiliki
tekanan darah tinggi sehingga opsi ini tidak tepat.

- Hipertensi : Hipertensi atau tekanan darah tinggi, adalah meningkatnya tekanan darah atau kekuatan
menekan darah pada dinding rongga di mana darah itu berada. Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah
suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Pada kasus ini, pasien dengan keadaan hamil dan
memiliki tekanan darah yang tinggi.
- HEG : Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah di masa kehamilan dengan frekuensi serta
gejala yang jauh lebih parah daripada morning sickness, pada kasus ini, pasien mengalami mual dan
muntah yang disebabkan oleh tekanan darah yang tinggi.

- Ketuban Pecah Dini : keluarnya air-air dari vagina setelah usia kehamilan 22 minggu. Ketuban
dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Pecahnya selaput ketuban
dapat terjadi pada kehamilan preterm maupun aterm.

=41,66 tetes/menit ( bulatkan menjadi 42 tetes per menit )

[3/9 14.28] +62 852-6414-0756: 1. Seorang perempuan (27 tahun) status obstetri P1A0 post
partum spontan hari ke-2. Hasil pengkajian: pasien mengeluh payudaranya nyeri dan bayinya rewel.
Payudara teraba keras, puting menonjol dan ASI sudah keluar. Ibu tampak kesulitan menyusui dan bayi
kesulitan menghisap. Hanya puting saja yang masuk ke dalam mulut bayi. Apakah diagnosis keperawatan
prioritas yang tepat?

A. Ketidakefektifan Pemberian ASI

B. Gangguan Pemberian ASI

C. Ketidakcukupan ASI

D. Diskontinuitas pemberian ASI

E. Ketidakefektifan pola menyusui

. Jawaban Tepat :

Opsi “Ketidakefektifan pemberian ASI” (tepat) adalah ketidakpuasan atau kesulitan ibu, bayi, atau anak
menjalani proses pemberian ASI. Pada kasus, data yang ada bayi mengalami kesulitan menghisap
payudara ibu karena posisi menyusui yang salah, sehingga bayi sulit menghisap payudara ibu padahal ASI
ibu sudah ada.

DS : Pasien mengeluh payudaranya nyeri, dan bayi nya rewel.

DO : payudara keras, puting menonjol, dan ASI sudah keluar. Saat menyusui ibu kesulitan dan bayi
mengalami kesulitan untuk menghisap payudara, hanya puting saja yang masuk ke dalam mulut bayi.

Jawaban Tidak Tepat :

Option B (Kurang tepat) Gangguan pemberian ASI adalah terhentinya kontinuitas penyediaan ASI pada
bayi atau anak langsung dari payudara ibu, yang mungkin bisa memberikan dampak bahaya pada status
nutrisi bayi atau anak.
Option C (Tidak Tepat) Ketidakcukupan ASI keadaan dimana produksi Air Susu Ibu yang masih rendah.
Pada kasus, data yang ada tidak menunjukkan bahwa produksi ASI rendah.

Option D (Tidak tepat) diskontinuitas pemberian ASI berhentinya kontinuitas pemberian ASI pada bayi
atau anak langsung dari payudara, yang dapat mengganggu keberhasilan menyusui dan atau status
nutrisi bayi/anak

Option E (Tidak tepat) Ketidakefektifan pola menyusui adalah Terganggunya kemampuan bayi untuk
mengisap atau respon mengisap dan menelan yang menyebabkan tidak adekuatnya nutrisi oral untuk
kebutuhan metabolisme. Pada kasus tidak data yang menggambarkan terganggunya kemampuan bayi
menelan.

[3/9 14.28] +62 852-6414-0756: 2. Seorang perempuan (29 tahun) status obstetri P2A0H2 post-
partum spontan hari ke-2. Pasien dirawat gabung bersama bayinya. Hasil pengkajian: pasien mengeluh
payudaranya nyeri, keluar darah dari payudara dan bayinya rewel. Payudara teraba keras, puting
menonjol dan ASI sudah keluar bercampur darah. Pasien cemas dengan keadaannya saat ini dan takut
kalau bayinya tidak bisa ASI eksklusif. Diagnosis keperawatan yang tepat untuk kasus tersebut adalah

a. Ketidakefektifan Pemberian ASI

b. Gangguan Pemberian ASI

c. Ketidakcukupan ASI

d. Kesiapan untuk meningkatkan pemberian ASI

e. Ketidakefektifan pola menyusui

Jawaban Tepat :

Option B “Gangguan pemberian ASI” adalah terhentinya kontinuitas penyediaan ASI pada bayi atau anak
langsung dari payudara ibu, yang mungkin bisa memberikan dampak bahaya pada status nutrisi bayi atau
anak. Pada data ASI ibu yang keluar bercampur darah sehingga tidak dapat diberikan kepada bayinya.

DS : Pasien mengeluh payudaranya nyeri, keluar darah dari payudara dan bayi nya rewel. Pasien
mengatakan cemas dengan keadaannya saat ini, ia takut kalau bayinya tidak bisa ASI eksklusif.

DO : Payudara keras, puting menonjol, dan ASI sudah keluar bercampur darah.
Jawaban Tidak Tepat :

Option A (Kurang tepat) Ketidakefektifan pemberian ASI adalah ketidakpuasan atau kesulitan ibu, bayi,
atau anak menjalani proses pemberian ASI. dari data yang ada penyebab ASI tidak bisa diberikan karena
ASI yang keluar bercampur dengan darah.

Option C (Tidak Tepat) Ketidakcukupan ASI keadaan dimana produksi Air Susu Ibu yang masih rendah.
Pada kasus, data yang ada tidak menunjukkan bahwa produksi ASI rendah, tetapi ada abnormalitas pada
pengeluaran asi.

Option D (Tidak tepat) Kesiapan untuk meningkatkan pemberian ASI adalah Pola pemberian susu untuk
bayi atau anak, langsung dari payudara, yang mungkin dapat diperkuat, pada kasus ASI yang dikeluarkan
ibu bercampur darah sehingga tidak bisa diberikan ke bayi nya.

Option E (Tidak tepat) Ketidakefektifan pola menyusui adalah Terganggunya kemampuan bayi untuk
mengisap atau respon mengisap dan menelan yang menyebabkan tidak adekuatnya nutrisi oral untuk
kebutuhan metabolisme. Pada kasus tidak data yang menggambarkan terganggunya kemampuan bayi
menelan.

[3/9 14.29] +62 852-6414-0756: 3. Seorang perempuan (27 tahun) berada diruang bersalin dalam
keadaan inpartu, saat ini pasien telah melewati kala 3, plasenta lahir tidak lengkap, pasien mengeluh
nyeri pada ari-ari, kontraksi uterus lembek, keluar darah berbongkah-bongkah. Hasil pemeriksaan
tekanan darah 110/80 mmHg, frekuensi nadi 80x/menit, frekuensi napas 21x/menit dan suhu 36.9 C,
jumlah darah yang keluar ± 650 cc. Apakah diagnosis keperawatan yang tepat?

a. Resiko cidera pada ibu

b. Resiko Perdarahan

c. Perfusi Jaringan tidak efektif

d. Hipovolemia

e. Resiko Syok

Jawaban Tepat : e. Resiko syok

DS : Pasien mengeluh nyeri pada ari-ari, keluar darah berbongkah-bongkah


DO : Pasien inpartu telah melewati kala 3, plasenta lahir tidak lengkap, Hasil pemeriksaan tekanan darah
110/80 mmHg, nadi 80x/menit, nafas 21 x/menit dan suhu 36.9c, jumlah darah yang keluar ± 650cc, dan
kontraksi uterus lembek.

Tinjauan opsi lain :

opsi “Resiko cidera pada ibu” dimana ibu beresiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik pada ibu
selama masa kehamilan sampai dengan proses kelahiran (SDKI, 2017). Pada kasus data yang ada tidak
mencukupi untuk menegakkan diagnosa resiko cidera.

opsi “Resiko Perdarahan” resiko perdarahan adalah beresiko mengalami kehilangan darah baik internal
(terjadi didalam tubuh) maupun eksternal (terjadi hingga keluar tubuh. pada kasus diatas pasien telah
mengalami pendarahan aktif akibat kontraksi uterus yang tidak adekut ditandai dengan uterus yang
lembek.

opsi “Perfusi Jaringan tidak efektif” merupakan Pengurangan/penurunan konsentrasi dalam sirkulasi
darah ke perifer yang bisa menyebabkan gangguan kesehatan/membahayakan kesehatan. diagnosa ini
tidak tepat karena belum ada data spesifik lainnya terkait perfusi jaringan

Opsi “ Hipovolemia” Keadaan individu yang mengalami penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan
atau intrasel. Diagnosis ini merujuk ke dehidrasi yang merupakan kehilangan cairan saja tanpa
perubahan dalam natrium. diagnosa ini tidak tepat karena belum ada data spesifik lainnya terkait
hipovolemia

[3/9 14.29] +62 852-6414-0756: 4. Seorang perempuan (35 tahun) usia kehamilan 37-38 minggu
datang ke UGD dengan keluhan mual, sakit kepala dan berat pada tengkuk. Hasil pengkajian: tekanan
darah 170/100 mmHg, frekuensi nadi 110x/menit, nafas 23x/menit, dan suhu 36,8 C. Kaki tampak
edema. Apakah tindakan kolaborasi yang tepat dilakukan kepada pasien?

a. Mempertahankan tirah baring

b. Memenuhi kebutuhan nutrisi

c. Memberikan cairan infus NaCl/RL

d. Memberikan drip oksitosin

e. Memberikan obat MgSO4

Jawaban Tepat : e. Memberikan MgSO4

DS : Pasien mengeluh mual, sakit kepala dan berat pada tengkuk

DO : usia kehamilan 37-38 minggu, hasil pengkajian: tekanan darah 170/100mmHg, frekuensi nadi
110x/menit, nafas 23 x/menit, dan suhu 36,8c. Kaki tampak edema.
Masalah keperawatan: Resiko cedera pada Ibu dan Janin

Pada kasus diatas yang diminta adalah aktivitas kolaborasi yang dilakukan oleh perawat dengan dokter
untuk intervensi selanjutnya yang akan diberikan. Pada pasien dengan preeklamsi. Penanganan utama
pada pasien preeklampsia adalah dengan memberikan MgSO4,

Berdasarkan buku Pedoman Diagnosis dan Terapi RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2007,
antikejang yang digunakan adalah MgSO4 yaitu dengan pemberian dosis awal 8 gram IM (4 gram bokong
kanan dan 4 gram bokong kiri) dengan dosis lanjutan setiap 6 jam diberikan 4 gram (Anonim, 2007).

[3/9 14.30] +62 852-6414-0756: 5. Seorang perempuan (28 tahun) G2P1A0 usia kehamilan 38
minggu datang ke IGD mengeluh mulas dan sudah keluar lendir darah. Hasil pengkajian: pasien sudah
bukaan 3 cm dengan presentasi kepala dibawah. Pasien mengatakan nyeri pada saat kontraksi. DJJ
140x/menit. Apakah intervensi keperawatan yang tepat dilakukan kepada pasien?

a. Berkolaborasi pemberian analgetik

b. Menyiapkan partus set

c. Memantau kontraksi uterus

d. Memimpin meneran

e. Mengajarkan manajemen nyeri

Jawaban Tepat : e. mengajarkan manajemen nyeri

DS : Pasien mengeluh mulas dan sudah keluar lendir darah, Pasien mengatakan nyeri pada saat kontraksi.

DO : Status obstetri G2P1A0 usia 38 minggu, . Hasil pemeriksaan pasien sudah bukaan 3cm dengan
presentasi kepala dibawah. DJJ 140x/menit.

MK: nyeri melahirkan

Tindakan yang tepat dilakukan pada pasien dengan kasus diatas adalah mengajarkan manajemen nyeri,
misalnya dengan mengajarkan teknik nafas dalam dan mengajarkan cara mengatur nafas saat kontraksi,
karena pasien masih pembukaan 3cm DJJ masih dalam rentang normal.

Tinjauan Opsi Lain :

- Opsi A : Berkolaborasi Pemberian Analgetik (tidak tepat) karena nyeri yang dialami pasien disebabkan
karena kontraksi yang dialaminya.

- Opsi B : Menyiapkan partus set (tidak tepat) karena pasien masih berada pada fase laten

- Opsi C : Memantau kontraksi uterus (tidak tepat) pada kondisi pasien diatas masih dalam fase laten dan
kontraksi yang terjadi pada bukaan 3 belum terlalu sering,
- Opsi D : Memimpin meneran (tidak tepat) karena pasien masih berada pada fase laten .

[3/9 14.30] +62 852-6414-0756: 6. Seorang ibu hamil (28 tahun) G2P1A0H1 usia kehamilan 40
minggu. Pasien tidak merasakan mulas sama sekali sehingga direncanakan SC atas indikasi bayi letak
lintang. Hasil pengkajian: tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi 100x/menit, frekuensi napas
24x/menit. Pasien merasa cemas, takut, tampak tegang dan keringat dingin karena belum pernah
menjalani operasi. Apakah intervensi utama untuk mengatasi kecemasan pada pasien?

a. mengajarkan teknik nafas dalam

b. menjelaskan prosedur tindakan operasi yang akan dijalani

c. mengajarkan teknik distraksi

d. mengajarkan senam hamil

e. Menganjurkan untuk melakukan yoga

Jawaban Tepat :

DS : pasien mengatakan cemas dan takut untuk operasi karena belum pernah menjalani sebelumnya,
pasien tampak tegang dan keringat dingin.

DO: pemeriksaan fisik tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 100 kali/menit, frekuensi napas 24 kali/menit.

MK: Kecemasan : Kecemasan merupakan perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar yang
disertai respon autonom (sumber tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu). pada kasus diatas
pasien dengan kecemasan akan menjalani tindakan operasi untuk pertama kalinya, perawat harus
menjelaskan terlebih dahulu tindakan operasi yang akan dijalani pasien (B)

Jawaban Tidak Tepat :

Option A (kurang tepat) sebelum mengajarkan teknik nafas dalam perawat terlebih dahulu harus
menjelas prosedur yang akan dijalani pasien
Option C ( Kurang Tepat) teknik distraksi merupakan intervensi lanjutan pada pasien kecemasan akan
menjalani tindakan operasi.

Option D (Tidak Tepat) senam hamil merupakan suatu bentuk latihan guna memperkuat dan
mempertahankan elastisitas dinding perut dan otot-otot dasar panggul.

Option E (Tidak Tepat) yoga adalah suatu olahraga yang dilakukan dengan memusatkan seluruh pikiran
agar bisa mengendalikan panca indera.

[3/9 14.30] +62 852-6414-0756: 7. Seorang perempuan (21 tahun) riwayat obstetri P1A0 dirawat
post SC hari ke-4. Hasil pengkajian: payudara pasien bengkak, keras dan terasa nyeri. ASI keluar sedikit
dan pasien sudah menyusui anaknya. Apakah intervensi keperawatan yang tepat pada pasien?

a. Kompres dingin

b. Masase payudara

c. mengajarkan teknik distraksi

d. Kompres hangat

e. Mengajarkan relaksasi

Jawaban Tepat : d. Kompres Hangat

DS : Pasien mengeluh payudara terasa nyeri.

DO : Hasil pengkajian perawat diketahui payudara bengkak, keras. ASI keluar sedikit dan pasien sudah
menyusui anaknya..

Pada kasus ini, payudara pasien bengkak karena ASI yang tidak keluar, sehingga pasien merasakan nyeri
dan salah satu intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan kompres hangat pada
payudara. Stimulasi kulit dengan teknik kompres hangat dilakukan untukmerangsang serat syaraf yang
menutup gerbang sehingga transmisi impuls nyeri ke medula spinalis dan otak dapat dihambat (Potter &
Perry, 2005).

Tinjauan Opsi Lain :

- Opsi A : Kompres Dingin (kurang tepat) karena Untuk stimulasi dengan kompres dingin mempunyai efek
analgesik dengan memperlambat kecepatan hantaran syaraf sehingga impuls nyeri yang mencapai otak
lebih sedikit (Potter & Perry, 2005).
- Opsi B : Masase payudara (tidak tepat) karena nyeri yang terjadi adalah akibat dari penumpukan ASI
yang terbendung di payudara yang tidak bisa dikeluarkan. Apabila di masase pasien akan merasa lebih
nyeri lagi

- Opsi C : Mengajarkan teknik distraksi (tidak tepat) karena teknik distraksi hanya mengurangi nyeri tanpa
memberikan tindakan pada payudara pasien yang bengkak

- Opsi E : Mengajarkan relaksasi (tidak tepat) karena teknik ini hanya mengurangi nyeri tanpa
memberikan tindakan pada payudara pasien yang bengkak

[3/9 14.31] +62 852-6414-0756: 8. Seorang perempuan (24 tahun) G1P0A0 gravid 8-9 minggu
dibawa oleh keluarganya ke IGD karena keluar darah pervaginam berbongkah-bogkah dan terasa nyeri
pada ari-ari. Hasil pengkajian: pasien terpeleset di kamar mandi, Tekanan darah 90/50 mmHg, frekuensi
nadi 60x/menit. Jumlah darah yang keluar lebih kurang 1 liter, pasien tampak pucat. Apakah tindakan
keperawatan yang tepat dilakukan perawat?

a. Lakukan transfusi darah

b. Lakukan Resusitasi Cairan

c. Lakukan Pemeriksaan Laboratorium

d. Melakukan balance cairan

e. Mengajarkan manajemen nyeri

Jawaban Tepat : b. melakukan resusitasi cairan

DS : Pasien mengeluh keluar darah pervaginam dan darah yang keluar berbongkah dan terasa nyeri pada
ari-ari.

DO : Hasil pengkajian: pasien terpeleset di kamar mandi, Tekanan darah 90/50 mmHg, frekuensi nadi
60x/menit. Jumlah darah yang keluar lebih kurang 1 liter, Pasien tampak pucat, usia kehamilan 8-9
minggu

Diagnosa Keperawatan : Resiko Syok

Pada kasus ini, karena pasien banyak kehilang cairan, jadi hal pertama yang dapat dilakukan adalah
dengan melakukan resusitasi cairan untuk mengganti cairan tubuh pasien yang ikut hilang akibat
perdarahan.

Tinjauan Opsi Lain :

- Opsi A : Lakukan transfusi darah (tidak tepat) karena ini membutuhan waktu yang cukup lama untuk
dilakukan karena pasien harus dilakukan crossmatch terlebih dahulu
- Opsi C :Lakukan pemeriksaan laboratorium (tidak tepat) karena tindakan yang dilakukan pertama kali
pada pasien syok adalah penggantian cairannya terlebih dahulu

- Opsi D : Melakukan balance cairan (tidak tepat) hal ini dilakukan setelah syok pasien tertangani.

- Opsi E : Mengajarkan manajemen nyeri (tidak tepat) karena mengajarkan manajemen nyeri bukan
merupakan prioritas utama pada pasien

[3/9 14.31] +62 852-6414-0756: 9. Seorang perempuan (28tahun) G2P1A0H1 usia kehamilan 39
minggu datang ke IGD dengan keluhan mulas dan kontraksi yang sangat kuat. Hasil pengkajian: tekanan
darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi 89x/menit, frekuensi napas 23x/menit. Hasil pemeriksaan dalam
bukaan 10cm, kontraksi 4x dalam 10 menit selama 45 detik. Ketuban belum pecah. Apakah tindakan
perawat selanjutnya kepada pasien?

a. Memimpin meneran

b. Injeksi Oksitosin

c. Masase Uterus

d. Periksa DJJ

e. Melakukan amniotomi

Jawaban Tepat : e. Melakukan amniotomi

DS : Pasien mengeluh mulas dan kontraksi yang sangat kuat

DO : tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi 89x/menit, frekuensi napas 23x/menit. Hasil
pemeriksaan dalam bukaan 10cm, kontraksi 4x dalam 10 menit selama 45 detik. Ketuban belum pecah.

Tindakan selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan amniotomi, pada kasus pasien sudah bukaan
lengkap, kontraksi juga sudah sering dan ketuban belum pecah sehingga kita harus melakukan
amniotomi

Tinjauan Opsi lain :

Opsi A: pemeriksaan DJJ dilakukan setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ
dalam batas normal. Pemeriksaan ini berada pada kala 1 fase aktif

Opsi B (Tidak tepat) injeksi oksitosin dilakukan 1 menit setelah bayi lahir, oksitosin yang disuntikkan 10
unit IM, tindakan ini berada pada kala 2

Option C (Tidak Tepat) Masase Uterus dilakukan segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,
letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga
uterus berkontraksi (fundus teraba keras). Tindakan ini dilakukan pada kala 3
Option D (Kurang tepat) sebelum memimpin meneran dilakukan apabila bukaan sudah lengkap dengan
ketuban sudah pecah dan ibu ada keinginan meneran. Hal ini dilakukan pada kala 1

[3/9 14.31] +62 852-6414-0756: 10. Seorang perempuan (25 tahun) G2P1A0 usia kehamilan 39
minggu datang ke IGD dengan keluhan nyeri menjalar ke ari-ari dan keluar darah bercampur lendir. Hasil
pengkajian: tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi 90x/menit, frekuensi napas 23x/menit. Hasil
pemeriksaan dalam pembukaan 8cm, ketuban belum pecah. Kontraksi 2x dalam 10 menit selama 30
detik. Apakah tindakan selanjutnya yang dilakukan perawat?

a. Periksa DJJ

b. Injeksi Oksitosin

c. Masase Uterus

d. Memimpin meneran

e. Melakukan amniotomi

Jawaban Tepat :

Option A (Tepat) pemeriksaan DJJ dilakukan setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk memastikan
bahwa DJJ dalam batas normal.

Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa pasien berada pada Kala I, pemeriksaan fisik didapatkan tekanan
darah 120/80 mmHg, Nadi 90 kali/menit, nafas 23 kali /menit. Pembukaan 8cm. Ketuban belum pecah.
Kontraksi 2 kali dalam 10 menit selama 30 detik.

Jawaban Tidak Tepat :

Option B (Tidak tepat) injeksi oksitosin dilakukan 1 menit setelah bayi lahir, oksitosin yang disuntikkan 10
unit IM. Tindakan ini dilakukan pada kala 2

Option C (Tidak Tepat) Masase Uterus dilakukan segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,
letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga
uterus berkontraksi (fundus teraba keras), Tindakan ini dilakukan pada kala 3

Option D (Kurang tepat) sebelum memimpin meneran dilakukan apabila bukaan sudah lengkap dengan
ketuban sudah pecah dan ibu ada keinginan meneran, Hal ini dilakukan pada kala 1

Option E (Tidak tepat) Amniotomi dilakukan apabila pada saat pemeriksaan dalam bukaan sudah lengkap
dan selaput ketuban belum pecah, Aminotomi dilakukan pada kala 1

[3/9 14.32] +62 852-6414-0756: 11. Seorang perempuan (23 tahun) G1P0A0 gravid 8-9 minggu
dibawa oleh keluarganya ke IGD. Pasien mengeluh keluar darah berbongkah dan terasa nyeri ari-ari. Hasil
pengkajian: tekanan darah 85/50 mmHg, frekuensi nadi 60x/menit. Jumlah darah yang keluar ± 800 cc.
Pasien tampak pucat dan perawat telah melakukan resusitasi cairan. Apakah hasil yang diharapkan
setelah dilakukan tindakan tersebut?

a. Syok tidak terjadi

b. Perdarahan berhenti

c. Tanda vital stabil

d. Nyeri Berkurang

e. Perdarahan Berkurang

Jawaban Tepat : A. Syok tidak terjadi

DS : Pasien mengatakan keluar darah pervaginam. darah yang keluar berbongkah dan terasa nyeri pada
ari-ari.

DO : Hasil pengkajian: pasien terpeleset di kamar mandi, Tekanan darah 85/50 mmHg, frekuensi nadi
60x/menit. jumlah darah yang keluar ± 800 cc. Pasien tampak pucat dan perawat telah melakukan
resusitasi cairan

MK: resiko syok

Hasil yang diharapkan setelah dilakukan resusitasi cairan adalah supaya tidak terjadi syok hipovolemik
pada pasien karena kehilangan darah yang sangat banyak.

Tinjauan Opsi Lain :

Opsi B : Perdarahan berhenti (tidak tepat) pada kasus perawat telah selesai melakukan resusitasi cairan
dan sebelumnya telah melakukan penghentian perdarahan. Pada soal yang diminta adalah hasil yang
diharapkan dari tindakan resusitasi cairan yang dilakukan oleh perawat.

Opsi C : Tanda vital stabil (tidak tepat) hal ini kita harapkan selama pasien mengalami perdarahan hebat
dan saat resusitasi cairan berjalan.

Opsi D : Nyeri Berkurang (tidak tepat) mengurangi nyeri bukanlah tindakan prioritas karena ada hal yang
lebih mengancam jiwa pasien, dan Pada soal yang diminta adalah hasil yang diharapkan dari tindakan
resusitasi cairan yang dilakukan oleh perawat.

Opsi E : Perdarahan berkurang (tidak tepat) Pada soal yang diminta adalah hasil yang diharapkan dari
tindakan resusitasi cairan yang dilakukan oleh perawat.

[3/9 14.32] +62 852-6414-0756: 12. Seorang perempuan (23 tahun) status obstetri P1A0, post-
partum spontan hari pertama akan pulang nanti sore. Hasil pengkajian: tanda vital dalam batas normal,
lochea rubra ± 100 cc. Pasien masih mengeluh sedikit mulas pada perut bagian bawah. Bagaimana
kondisi uterus yang diharapkan pada pasien sebelum dipulangkan?
a. Uterus teraba lunak dan berisi cairan

b. Uterus teraba keras, berada tepat di umbilikus

c. Uterus teraba keras dan berada 3 jari diatas simfisis

d. Uterus tidak teraba dan kandung kemih distensi

e. Uterus teraba lunak, berada dibawah PX

Jawaban tepat B “Uterus teraba keras, berada tepat di umbilikus” menandakan involusi berjalan dengan
baik, kontraksi uterus baik. Uterus segera setelah melahirkan TFU menjadi 2 cm dibawah umbilikus, dan
setelah 12 jam akan kembali 1 cm diatas pusat dan akan turun 1 cm setiap hari.

Ciri-ciri involusi yang abnormal antaranya : tidak secara progresif dalam pengembalian ukuran uterus,
uterus teraba lunak dan kontraksi buruk, sakit pada punggung/nyeri pada pelvik yang persisten,
perdarahan pervaginam yang abnormal.

Option A "Uterus teraba lunak dan berisi cairan" (Tidak tepat), uterus yang teraba lunak merupakan alah
satu tanda involusi yang abnormal.

Option C "Uterus teraba keras dan berada 3 jari diatas simfisis" (tidak tepat) proses involusi uterus terlalu
cepat. uterus segera setelah melahirkan TFU menjadi 2 cm dibawah umbilikus, dan setelah 12 jam akan
kembali 1 cm diatas pusat dan akan turun 1 cm setiap hari.

Option D "Uterus tidak teraba dan kandung kemih distensi " (Tidak tepat) uterus akan tidak teraba pada
hari ke 10 setelah melahirkan.

Option E "Uterus teraba lunak, berada dibawah PX" (Tidak tepat) uterus yang lunak merupakan ciri
involusi yang abnormal.

[3/9 14.32] +62 852-6414-0756: 13. Seorang perempuan (30 tahun) status obstetri G1P0A0 usia
kehamilan 38-39 minggu datang ke IGD. Keluarga mengatakan pasien kejang dan sebelumnya mengeluh
pandangan kabur, mual dan muntah, berat pada tengkuk dan edema pada tungkai. Tekanan darah
150/80mmHg, nadi 90x/menit, napas 23 x/menit dan suhu 36,5c. Hasil pemeriksaan urin terdapat
protein +2. Apakah kondisi yang dialami pasien?

a. Pre Eklampsia

b. Hipertensi

c. Eklampsia

d. HEG

e. Ketuban Pecah Dini

Jawaban Tepat : c. Eklampsia


DS : Keluarga mengatakan pasien kejang dan sebelumnya mengeluh pandangan kabur, mual dan muntah,
berat pada tengkuk dan edema pada tungkai.

DO : status obstetri G1P0A0 dengan usia kehamilan 38-39 minggu, Hasil pemeriksaan Tekanan darah
150/80mmHg, nadi 90x/menit, napas 23 x/menit dan suhu 36,5c. Hasil pemeriksaan urin terdapat
protein +2.

Eklampsia merupakan keadaan dimana ditemukan serangan kejang tibatiba yang dapat disusul dengan
koma pada wanita hamil, persalinan atau masa nifas yang menunjukan gejala preeklampsia sebelumnya.
Kejang disini bersifat

grand mal dan bukan diakibatkan oleh kelainan neurologis.

Tinjauan Opsi lain :

- Pre Eklampsia : suatu kondisi yang langka yang terjadi ketika seorang wanita memiliki tekanan darah
tinggi dan kelebihan protein dalam urin. Pada kasus, pasien sudah mengalami kejang dan memiliki
tekanan darah tinggi sehingga opsi ini tidak tepat.

- Hipertensi : Hipertensi atau tekanan darah tinggi, adalah meningkatnya tekanan darah atau kekuatan
menekan darah pada dinding rongga di mana darah itu berada. Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah
suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Pada kasus ini, pasien dengan keadaan hamil dan
memiliki tekanan darah yang tinggi.

- HEG : Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah di masa kehamilan dengan frekuensi serta
gejala yang jauh lebih parah daripada morning sickness, pada kasus ini, pasien mengalami mual dan
muntah yang disebabkan oleh tekanan darah yang tinggi.

- Ketuban Pecah Dini : keluarnya air-air dari vagina setelah usia kehamilan 22 minggu. Ketuban
dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Pecahnya selaput ketuban
dapat terjadi pada kehamilan preterm maupun aterm.

[3/9 19.17] +62 853-6410-0947: 1. Seorang perempuan (35 tahun) dirawat di RR kamar operasi 1
jam post SC. Perawat melakukan observasi dan vagina tuse (VT), tiba-tiba pasien mengalami perdarah ±
700 cc, darah berwarna merah segar. Hasil palpasi abdomen uterus lembek dan 3 jari di bawah
umbilikus.

Apakah penyebab perdarahan postpartum yang dialami pasien?

a. Atonia uteri

b. Retensio plasenta

c. Laserasi jalan lahir


d. Involusi uteri

e. Koagulopati

Jawaban yang benar : a

Pembahasan :

Data fokus : pasien berada pada tahap observasi 1 jam post SC, dilakukan VT, tiba – tiba terjadi
perdarahan ± 700 cc, hasil palpasi abdomen uterus lembek dan 3 jari di bawah umbilikus. Key words dari
kasus ini adalah uterus lembek (kontraksi jelek) dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami Atonia uteri
sehingga terjadi perdarahan post partum. Perdarahan postpartum (PPP) didefinisikan sebagai
kehilangan 500 ml atau lebih darah setelah persalinan pervaginam atau 1000 ml atau lebih setelah seksio
sesaria (Leveno, 2009; WHO, 2012).

Atonia uteri adalah ketidakmampuan uterus khususnya miometrium untuk berkontraksi setelah plasenta
lahir. Perdarahan postpartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serat-serat miometrium terutama
yang berada di sekitar pembuluh darah yang mensuplai darah pada tempat perlengketan plasenta
(Wiknjosastro, 2006). Kegagalan kontraksi dan retraksi dari serat miometrium dapat menyebabkan
perdarahan yang cepat dan parah serta syok hipovolemik.

Tinjauan opsi yang lain:

Opsi “retensio plasenta” tidak tepat. Retensio plasenta merupakan plasenta belum lahir hingga atau
melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. Pada kasus telah dijelaskan pasien berada pada kala 4
persalinan ( palsenta telah lahir).

Opsi “ Laserasi jalan lahir” tidak tepat. Laserasi jalan lahir yaitu robekan jalan lahir biasanya akibat
episiotomi, robekan spontan perineum, trauma forsep atau vakum ekstraksi, atau karena versi ekstraksi
(Prawirohardjo, 2010). Pada kasus tidak ada dijelaskan adanya robekan pada jalan lahir saat persalinan.

Opsi “Involusi Uteri” tidak tepat. Involusi uteri (pengerutan uterus) adalah proses dimana uterus
kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai setelah plasenta lahir
akibat kontraksi otot – otot polos uterus ( Ambarwati dan Wulandari, 2008).
Opsi “Koagulopati” tidak tepat. Koagulopati adalah kelainan dalam pembekuan darah yang dapat berupa
hipofibrinogenemia, trombositopenia, Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP), HELLP syndrome
(hemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet count), Disseminated Intravaskuler Coagulation
(DIC), dan Dilutional coagulopathy (Wiknjosastro, 2006; Prawirohardjo, 2010). Pada kasus, tidak ada
dijelaskan pasien mengalami masalah dalam pembekuan darah.

[3/9 19.17] +62 853-6410-0947: 2. Seorang perempuan (38 tahun) datang ke poli kebidanan diantar
suaminya. Pasien mengeluhkan sering lelah, letih, tidak berdaya, aktivitas sehari-hari terganggu, tidak
nafsu makan. Pasien tampak lesu dan pucat, status obstetri G3P1A1H1, usia kehamilan 20 minggu,
tekanan darah 90/60 mmHg, frekuensi nadi 68 x/menit, frekuensi napas 20x/menit, Hb 10 gr/dl.

Apakah masalah keperawatan utama pada pasien?

a. Defisit nutrisi

b. Keletihan

c. Intoleransi aktivitas

d. Ansietas

e. Gangguan rasa nyaman

Jawaban yang benar : b

Pembahasan :

Data fokus masalah : Pasien mengeluhkan sering lelah, letih, tidak berdaya, aktivitas sehari-hari
terganggu, tidak nafsu makan. Pasien tampak lesu dan pucat, status obstetri G3P1A1H1, usia kehamilan
20 minggu, tekanan darah 90/60 mmHg, frekuensi nadi 68 x/menit, frekuensi napas 20x/menit, Hb 10
gr/dl. Dilihat dari Hb, pasien mengalami anemia ( Hb normal >11 g% trimester 1 dan 3, > 10,5 gr%
trimester 2. dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami keletihan yang berhubungan dengan anemia.
Menurut SDKI keletihan adalah penurunan kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak pulih dengan
istirahat. Salah satu penyebabnya adalah kondisi fisiologis ( misalnya penyakit kronis, penyakit terminal,
anemia, malnutrisi, dan kehamilan).

Gejala dan tanda mayor, Subjektif ( merasa energi tidak pulih walaupun telah tidur, merasa kurang
tenaga, mengeluh lelah) Objektif (tidak mampu mempertahankan aktivitas rutin, tampak lesu). dengan
kondisi klinis terkait (anemia, kanker, AIDS, depresi, monopouse).
Option jawaban “ Defisit Nutrisi” tidak tepat. Tidak ada keluhan pasien yang mendukung penegakan
diagnosa ini seperti tidak nafsu makan, karam pada perut, penurunan berat badan, dll.

Option jawaban” Intoleransi aktivitas” kurang tepat karena menurut SDKI gejala objektif mayor
(frekuensi jantung meningkat > 20% dari kondisi istirahat) penyebab ( ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen, tirah baring, kelemahan, imobilitasm gaya hidup yang menutun).

Option jawaban “ Ansietas” tidak tepat. Tidak ada keluhan pasien untuk diagnosa ini. Diagnosa/ masalah
keperawatan ini bisa ditegakkan jika pasien mengeluhkan cemas, tegang, gelisah, dll.

Option jawaban “ gangguan rasa nyaman “ tidak tepat. Masalah keperawatan ini bisa muncul jika ada
keluhan ketidaknyamanan dari pasien.

[3/9 19.18] +62 853-6410-0947: 3. Seorang perempuan (30tahun) melahirkan bayi per vaginam ±
20 menit yang lalu. Hasil pengkajian: bayi tampak menangis kuat, warna kulit kemerahan dan tonus otot
baik. Satatus obstetri P2A0H2, Plasenta baru saja lahir, fundus uteri 1 jari di bawah pusat.

Berada pada fase apakah pasien saat ini?

a. Kala I

b. Kala II

c. Kala III

d. Kala IV

e. Postpartum

Jawaban yang benar : d

Pembahasan :

Data fokus : perempuan (30tahun) melahirkan bayi per vaginam ± 20 menit yang lalu.berdasarkan hasil
pengkajian: bayi tampak menangis kuat, warna kulit kemerahan dan tonus otot baik. Satatus obstetri
P2A0H2,Plasenta baru saja lahir, fundus uteri 1 jari di bawah pusat.

Pasien berada pada fase Kala 4 yaitu fase yang dimulai setelah plasenta lahir sampai 2 jam post partum, (
data pendukung bayi lahir 20 menit yang lalu)
Fase – fase persalinan yaitu:

1. Kala I

Yaitu kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap.

Kala dibagi 3 fase, yaitu :

a. Fase Laten

Berlangsung selama 8 jam, pembukaan terjadi sangat lambat sampai pembukaan 3 cm

b. Fase Aktif ( pembukaan 4 – 10 / lengkap)

Dibagi menjadi 3 fase :

1) Fase Akselerasi : Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm

2) Fase dilatasi maksimal : Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi
9 cm

3) Fase diselerasi : Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm sampai
lengkap.

2. Kala II

Dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir.

Tanda Gejala Kala II :

a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran

b. Ibu merasakan tekanan pada anus

c. Perineum Menonjol

d. Vulva vagina dan sfingter ani membuka

3. Kala III

Dimulai segera setelah bayi lahir sampai plasenta lahir yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.

Manajemen aktif kala III, terdiri dari :

a. Pemberian oksitosin dengan segera


b. Penegangan tali pusat terkendali

c. Massase uterus

4. Kala IV

Dimulai dari saat lahirnya placenta sampai 2 jam post partum

Option jawaban “Post partum” kurang tepat. Data fokus yang paling utama adalah plasenta baru saja
lahir dan bayi lahir ± 20 menit yang lalu, berarti pasien masih berada pada fase kala IV persalinan.

[3/9 19.19] +62 853-6410-0947: 4. Seorang perempuan (26 tahun) dirawat di kamar bersalin. Hasil
pengkajian: pasien tampak gelisah, mengeluh nyeri perut seperti ditekan menjalar ke ari-ari, skala nyeri 8
sejak 5 jam lalu, keluar lendir bercampur darah dari vagina. Status obstetri G3P1A1H1, usia kehamilan
38-39 minggu, tekanan darah 120/60 mmHg, frekuensi nadi 92x/menit, frekuensi napas 26x/menit,
DJJ(+) 145x/menit, pembukaan 7-8 cm.

Apakah masalah keperawatan prioritas pada pasien?

a. Gangguan rasa nyaman

b. Nyeri akut

c. Nyeri kronis

d. Nyeri melahirkan

e. Pola nafas tidak efektif

Jawaban yang benar : d

Pembahasan :

Data fokus masalah : pasien tampak gelisah, mengeluh nyeri perut seperti ditekan menjalar ke ari - ari,
skala nyeri 8 sejak 5 jam yang lalu, keluar lendir bercampur darah dari vagina. Status obstetri G3P1A1H1,
usia kehamilan 38 - 39 minggu, tekanan darah 120/60 mmHg, frekuensi nadi 92 x/menit, frekuensi napas
26x/menit, DJJ(+) 145x/menit, pembukaan 7 – 8 cm.

Berdasarkan data fokus, pasien menagalami masalah keperawatan “ nyeri melahirkan”.

Menurut SDKI nyeri melahirkan adalah pengalaman sensorik dan emosional yang bervariasi sari
menyenangkann persalinan sampai tidak menyenangkan yang berhubungan dengan persalinan.
Penyebab ( dilatasi serviks, pengeluaran janin). gejala dan tanda mayor, subjektif ( mengeluh nyeri,
periniun terasa tertekan), objektif ( Ekspresi wajah meringis, berposisi meringankan nyeri, uterus terasa
membulat). Kondisi klinis terkait proses persalinan. Jika klien mengeluhkan nyeri, wajah meringis, untuk
data objektif harus memuat PQRST , P = Paliatif (Penyebab), Q = Quality (Kualitas), R = Region
=( Penyebaran ), S = severity (tanda dan gejala nmyeri), T = Time (Waktu timbulnya nyeri ).

Option jawaban “ Gangguan rasa nyaman” tidak tepat, karena tidak ada keluhan pasien terkait
ketidaknyamanannya yang mendukung penegakan diagnosa keperawatan ini.

Option jawaban “ nyeri akut “ kurang tepat. Nyeri akut merupakan sensasi tidak nyaman karena nyeri
akibat kerusakan jaringan. Durasi ≤ 3 bulan. Sementara nyeri yang dirasakan pasien adalah nyeri akibat
persalinan.

Option jawaban “ nyeri kronik” tidak tepat. Nyeri kronik berdurasasi > 3 bulan.

Option jawaban “ pola nafas tidak efektif” kurang tepat, meskipun ada data pendukung yaitu frekuensi
nafas 26 x/menit ( n = 16 – 20 x/menit), namun sesak nafas ini akibat respon pasien terhadap nyeri yang
dirasakannya. Untuk penegakan diagnosa pola nafas tidak efektif, selain frekuensi nafas yang tidak
normal perlu data pendukung lainnya seperti retraksi dinding data, takipnue, adanya bantuan otot
pernafasan, nafas cuping hidung, dll.

[3/9 19.19] +62 853-6410-0947: 5. Seorang perempuan (55 tahun) dirawat hari ke-1 dengan kanker
serviks stadium 3. Hasil pengkajian: pasien mengeluhkan nyeri menetap di perut bagian bawah yang
menjalar ke panggul seperti ditusuk-tusuk dan terhimpit dengan skala 7 sejak 5 bulan yang lalu dan
mengganggu aktivitas. Tekanan darah 140/80 mmHg, frekuensi nafas 24x/menit.

Apakah diagnosis keperawatan prioritas pada pasien?

a. Nyeri akut

b. Nyeri kronis

c. Intoleransi aktivitas

d. Gangguan rasa nyaman

e. Keletihan

Jawaban yang benar : b

Pembahasan :
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya
pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal disekitarnya. Manifesstasi
klinis kanker serviks yaitu :

- keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis jaringan

- perdaranhan yang terjadi di luar senggama

- perdarahan yang dialami segera setelah senggama,

- perdarahan spontan saat defekasi dan pervaginam.

pada tahap lanjut keluhan berupa : a) cairan pervaginam yang berbau busuk, b) nyeri panggul , c) nyeri
pinggang dan pinggul, d) sering berkemih, e) buang air kecil atau besar yang sakit, f) gejala penyakit yang
redidif ( nyeri pinggang, edema kaki unilateral, obstruktif kateter), g) anemia akibat perdarahan
berukang, h) rasa sakit akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf.

Data fokus masalah : pasien dengan kanker serviks stadium 3. pasien mengeluhkan nyeri menetap di
perut bagian bawah yang menjalar ke panggul seperti ditusuk-tusuk dan terhimpit dengan skala 7 sejak
5 bulan yang lalu dan mengganggu aktivitas.

Berdasarkan data fokus pasien mengalami nyeri kronis.

Menurut SDKI 2016 nyeri kronis adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berakaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan omset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan atau berat yang berlangsung lebih dari 3 bulan. Pada pasien nyeri menetap berlangsung sejak 5
bulan yang lalu.

Option jawaban “ nyeri akut” kurang tepat, karena nyeri akut berdurasi < 3 bulan.

Option jawaban “ intoleransi aktivitas” tidak tepat. Tidak ada data pendukung untuk penegakan diagnosa
ini seprti pasien mengatakan sulit beraktivitas, dan terjadi perubahan irama jantung, dll.

Option jawaban “ gangguan rasa nyaman “ tidak tepat. Pasien tidak ada mengungkapkan
ketidakanyamanan sebagai data pendukung utama untuk penegakan diagnosa keperawatan ini.

Option jawaban “ keletihan “ tidak tepat. Pada kasus, tidak ada data pendukung penegakan diagnosa
seperti keluhan keletihan, tidak berrdaya, lemah lesu dan faktor penyebab seperti anemia.
[3/9 19.19] +62 853-6410-0947: 6. Seorang perempuan (40 tahun) dirawat di kamar bersalin 30
menit post partum. Hasil pengkajian: terjadi perdarahan jalan lahir, ± 1000 cc, warna merah segar. Pasien
tampak pucat, akral dingin, frekuensi nadi 126x/menit pulsasi lemah, tekan darah 80/50 mmHg,
frekuensi nafas 26x/menit, CRT > 3 detik, uterus teraba lembek 2 jari di bawah pusat.

Apakah tindakan utama pada pasien?

a. Menganjurkan bedrest tota

b. Memasang nasal kanul O2 4 liter permenit

c. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam

d. Segera melakukan transfusi darah

e. Memasang terapi intravena dua line

Jawaban yang benar : e

Pembahasan :

Data fokus masalah : terjadi perdarahan jalan lahir, ± 1000 cc, warna merah segar, pasien tampak pucat,
akral dingin, frekuensi nadi 126 x/menit dan lambat (n = 60 – 100 x/menit), tekan darah 80/50 mmHg,
(n= 100 – 120/60 – 80 x/menit, frekuensi nafas 26 x/menit, (n= 16 – 20 x/menit) CRT > 3 detik,(n= < 2
detik) uterus lembek 2 jari di bawah pusat. Berdasarkan data diatas pasien telah mengalami syok
hipovolemi . Syok adalah kegagalan sistem kardiovaskuler untuk memenuhi kebutuhan tubuh untuk
perfusi organ dan oksigenisasi jaringan. Perdarahan adalah penyebab syok yang paling umum dan sering
tejadi. Tanda dan gejala syok yang dapat dengan mudah dan cepat dikenali adalah nadi pasien cepat dan
lemah, akral dingin, dan lambat waktu pengisian kapiler ( Pro emergency, 2014).

Berdasarkan data, pasien berada pada perdarahan kelas II yaitu kehilangan volume darah 15 – 30 % ( 750
– 1500 cc) gejala klinis yang terjadi takikardi, takipnea, dan penurunan tekanan nadi. Langkah awal yang
perlu dilakukan untuk mengatasi syok adalah dengan memasang intravena dua jalur guna pemberia
cairan. Maksudnya memungkinkan pemberian cairan secara simultan terapi cairan dan komponen darah
jika memungkinkan. Penggantian cairan primer ( kristaloid) pada perdarahan kelas II akan memperbaiki
keadaan sirkulasi ( Pro emergency, 2014).

Tinjauan opsi yang lain:

Opsi “ menganjurkan untuk bedrest total” tidak tepat, karena hal ini tidak bisa membantu mengatasi
syok yang dialami pasien.
Opsi “ memasang nasal kanul O2 4 liter permenit” tidak tepat, pasien memang memiliki frekuensi
pernafasan 26 x/menit ( n = 16 – 20 x/menit) namun yang harus dilakukan pertama kali adalah
penggantian cairan yang hilang.

Opsi “ mengajarkan relaksasi nafas dalam” tidak tepat. Hal ini tidak bisa membantu mengatasi syok
akibat kehilangan cairan (perdarahan ) yang dialami pasien.

Opsi “ memberikan tranfusi darah” kurang tepat. Transfusi darah diberikan pada pasien yang kehilangan
darah 1500 – 2000 cc atau lebih, dan atau pasien dalam keadaan anemis ( Hb < 8 g/dl). Pada kasus,
pasien kehilangan darah 1000 cc dan Hb tidak diketahui.

[3/9 19.19] +62 853-6410-0947: 7. Seorang perempuan (40 tahun) dirawat di kamar bersalin 30
menit post partum. Hasil pengkajian: terjadi perdarahan jalan lahir, ± 1000 cc, warna merah segar. Pasien
tampak pucat, akral dingin, frekuensi nadi 126x/menit pulsasi lemah, tekan darah 80/50 mmHg,
frekuensi nafas 26x/menit, CRT > 3 detik, uterus teraba lembek 2 jari di bawah pusat.

Apakah kelemahan kontrasepsi IUD?

a. Bisa menyebabkan menstruasi tidak teratur

b. Menstruasi menjadi lebih ringan

c. Mengurangi sensasi seksual

d. Terasa lebih tidak nyeri

e. Membutuhkan waktu untuk pemasangannya

Jawaban yang benar : a

Pembahasan :

IUD ( Intra Uterine Device) atau spiral : terbuat dari terbuat dari plastik atau plastik dan tembaga,
diletakkan di dalam rahim. Efektivitasnya 92 – 94 %.

Kelemahan atau efek samping dari IUD adalah :

1. Mules

2. Haid tdk teratur

3. Haid berlangsung lama


4. Pendarahan ringan

5. Kadang-kadang bisa menyebabkan infeksi rongga panggul (Rosyidi, 2013)

Kelebihan dari metode kontrasepsi IUD yaitu:

(1) dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi.

(2) Sangat efektif (0,6–0,8 kehamilan/100 perempuan dalam tahun pertama, atau 1 kegagalan dalam 125
– 170 kehamilan) segera setelah pemasangan.

(3) Reversibel, berjangka panjang (dapat sampai 10 tahun tidak perlu ganti).

(4) Tidak mempengaruhi hubungan seksual.

(5) Meningkatkan hubungan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.

(6) Dengan AKDR CuT-380A, tidak ada efek samping hormonal.

(7) Tidak mempengaruhi produksi dan kualitas ASI.

(8) Dapat dipasang segera setelah abortus bila tidak ada infeksi.

(9) Membantu mencegah kehamilan ektopik.

(10) Dapat digunakan sampai menopause, 1 tahun atau lebih setelah haid terakhir (Pinem, 2009).

[4/9 16.23] +62 823-8276-3027: *SOAL 1*

Seorang lansia (78 tahun) didiagnosis gout sejak 5 tahun lalu dan mengalami penurunan pendengaran.
Klien tinggal bersama cucunya yang sudah bekerja sehingga klien sering di rumah sendirian. Hasil
pengkajian: klien mengatakan merasa bosan karena sendirian di rumah dan pernah jatuh dikamar mandi
2 bulan lalu. Penerangan di lingkungan klien kurang baik.

Apakah diagnosis keperawatan yang tepat pada lansia tersebut?

A.Gangguan mobilitas fisik

B.Intoleransi Aktivitas

C.Resiko Jatuh

D.Gangguan komunikasi verbal

E.Isolasi Sosial
*Jawaban yang tepat adalah : C. Resiko Jatuh*

Data fokus masalah : klien juga mengatakan pernah jatuh dikamar mandi 2 bulan yang lalu, penerangan
di lingkungan klien kurang, dan klien mengalami penurunan pendengaran.

Masalah keperawatan yang tepat : Resiko Jatuh.

Resiko jatuh adalah berisiko mengalami kerusakan fisik dan gangguan kesehatan akibat terjatuh. Dengan
faktor resiko yang sesuai pada kasus adalah : Usia > 65 tahun, adanya riwayat jatuh, lingkungan yang
tidak aman (penerangan yang kurang), dan adanya gangguan pendengaran.

*Tinjauan opsi lainnya:*

Opsi Gangguan mobilitas fisik ( Tidak Tepat ), Karena pada kasus, tidak dijelaskan bahwa klien mengalami
keterbatasan dalam gerakan atau menurunnya kekuatan otot.

Opsi Intoleransi Aktivitas ( Tidak Tepat ), karena Intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energi untuk
melakukan aktivitas sehari-hari. Pada kasus, tidak ditemukan data untuk menegakkan diagnosis ini.

Opsi Gangguan Komunikasi Verbal (Tidak Tepat ), Berdasarkan kasus, memang adanya penurunan
pendengaran pada klien, akan tetapi tidak ada data "klien menunjukkan respon yang tidak sesuai ketika
berkomunikasi" sehingga diagnosa gangguan komunikasi verbal belum bisa ditegakkan.

Opsi Isolasi Sosial ( Tidak Tepat ), karena tidak ada data penguat diangkatkannya diagnosis berupa
menarik diri atau menolak berinteraksi dengan orang lain (SDKI, 2016).

[4/9 16.23] +62 823-8276-3027: *SOAL 2*

Seorang lansia (67 tahun) dirawat di panti jompo sejak 1 bulan lalu. Hasil pengkajian: klien memiliki
riwayat hipertensi sejak 5 tahun lalu, jarang kontrol ke dokter dan tidak patuh minum obat. Klien
mengatakan belum terlalu nyaman di panti ini karena belum dekat dengan lansia lainnya. Klien juga
mengatakan ingin meningkatkan kebersamaan, bersosialisasi serta bertukar pengalaman dengan
mereka.

Apakah tindakan yang tepat dilakukan perawat ?

A.Terapi berkebun

B.Terapi kognitif

C.Terapi okupasi
D.Terapi musik

E.Terapi Aktivitas Kelompok

*Jawaban yang tepat adalah : E. Terapi Aktivitas Kelompok*

Data fokus masalah : klien mengatakan belum terlalu nyaman dipanti ini karena belum terlalu dekat
dengan orang-orang yang ada disini, klien juga mengatakan ingin meningkatkan kebersamaan,
bersosialisasi serta bertukar pengalaman dengan orang-orang yang ada di panti jompo ini.

Maka tindakan yang tepat yaitu “Terapi Aktivitas Kelompok” yang bertujuan untuk meningkatkan
kebersamaan, bersosialisasi, bertukar pengalaman, dan mengubah perilaku.

*Tinjauan Opsi Lainnya :*

Opsi “terapi berkebun” tidak tepat, tujuan terapi ini untuk melatih kesabaran, kebersamaan, dan
memanfaatkan waktu luang.

Opsi “terapi kognitif” tidak tepat karena data pada kasus tidak lengkap untuk dilakukan terapi tersebut.
Terapi kognitif : bertujuan agar daya ingat tidak menurun.

Opsi “terapi okupasi” tidak tepat, terapi ini bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan
meningkatkan produktivitas dengan membuat atau menghasilkan karya dari bahan yang telah
disediakan.

Opsi “Terapi musik” (tidak tepat), Terapi musik : untuk menghibur para lansia sehingga meningkatkan
gairah hidup dan fantasi mengenang masa lalu (Maryam, 2008).

[4/9 16.24] +62 823-8276-3027: *SOAL 3*

Seorang lansia (75 tahun) tinggal di panti jompo sejak 1 tahun lalu dan mengalami stroke 6 bulan lalu.
Perawat akan memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi roda. Saat ini, perawat sudah mendekatkan
kursi roda ke samping bed, memastikan kursi roda dalam keadaan terkunci dan menaikkan pijakan kaki
roda.

Apakah tindakan yang tepat dilakukan selanjutnya ?

A.Merendahkan posisi bed

B.Membantu klien duduk di tepi bed

C.Menekuk lutut dan pinggul perawat segaris dengan lutut klien


D.Menjelaskan prosedur kepada klien

E.Mengintruksikan pada klien apa yang harus dilakukan

*Jawaban yang tepat adalah : B. Membantu klien duduk di tepi bed*

SOP Mobilisasi Pasien dari Bed ke Kursi Roda

1. Cuci Tangan

2. Jelaskan prosedur pada pasien dan instruksikan apa yang harus dilakukan

3. Rendahkan posisi bed

4. Dekatkan kursi roda ke samping bed, pada sudut 45 derajat terhadap bed

*5. Pastikan kursi roda dalam keadaan terkunci dan pijakan kursi roda dinaikkan*

*6. Bantu pasien duduk di tepi bed*

7. Lebarkan kaki perawat

8. Tekuk lutut dan pinggul perawat segaris dengan lutut pasien

9. Masukkan tangan melewati bawah aksila pasien dan letakkan tangan pada skapula

10. Bantu pasien berdiri pada hitungan ketiga sambil meluruskan pinggul dan lutut perawat

11. Berputar pada kaki yang paling jauh dari kursi roda

12. Instruksikan pasien untuk menggunakan lengan kursi roda sebagai topangan

13. Tekuk pinggul dan lutut perawat, serta dudukan pasien di kursi roda

14. Posisikan pasien dengan benar pada posisi duduk (bersandar ke kursi roda dan menaruh kaki pada
pijakan kursi roda)

15. Pasang seat belt jika tersedia

16. Cuci tangan

(Jacob, A. et al. 2014. Buku ajar : clinical nursing procedures. Edisi II. Diterjemahkan oleh : Estrada, R.
Tangerang : Binarupa Aksara)

[4/9 16.24] +62 823-8276-3027: *SOAL 4*

Seorang perawat melakukan kunjungan ke rumah seorang lansia (66 tahun). Hasil pengkajian: klien
mengeluh nyeri pada kedua lututnya dengan skala nyeri VAS 4. Perawat akan melatih klien teknik
relaksasi napas dalam untuk mengurangi sensasi nyeri yang dirasakan klien. Perawat telah menjelaskan
maksud, tujuan, dan cara dilakukannya teknik relaksasi pernapasan.

Apakah tindakan yang tepat dilakukan selanjutnya ?

A.Menganjurkan klien untuk menarik napas dalam melalui hidung dengan merasakan perut dan dada
anda terangkat perlahan

B.Mempersiapkan lingkungan yang nyaman bagi klien sebelum tindakan dilakukan

C.Menganjurkan klien untuk latihan pursed lips breathing sebelum relaksasi dimulai

D.Menganjurkan klien untuk menghembuskan napas melalui mulut secara perlahan-lahan

E.Membantu klien untuk mencari posisi yang paling nyaman

*Jawaban yang tepat adalah : B. Mempersiapkan lingkungan yang nyaman bagi klien sebelum tindakan
dilakukan*

SOP Teknik relaksasi nafas dalam

*a. Menjelaskan maksud, tujuan, dan cara dilakukannya teknik relaksasi pernapasan.*

*b. Persiapan sebelum pelaksanaan tindakan relaksasi :*

*i. Persiapan ruangan : (Lingkungan harus berada dalam kondisi yang nyaman bagi klien)*

*- Ruangan yang nyaman*

- Minimalkan kebisingan dan gangguan

c. Langkah-langkah tindakan keperawatan Teknik Relaksasi Napas Dalam:

i. Mencari posisi yang paling nyaman

ii. klien meletakkan lengan disamping klien

iii. Kaki jangan di silangkan

iv. Tarik napas dalam, rasakan perut dan dada anda terangkat perlahan

v. Rileks, keluarkan napas dengan perlahan-lahan

vi. Hitung sampai 4, tarik napas pada hitungan 1 dan 2, keluarkan napas pada hitungan 3 dan

vii. Lanjutkan bernapas dengan perlahan, rilekskan tubuh, perhatikan setiap ketegangan pada otot anda
viii. Lanjutkan untuk bernapas dan rileks

ix. Konsentrasi pada wajah anda, rahang anda, leher anda, perhatikan setiap kesulitan

x. Napas dalam kehangatan dan relaksasi kosentrasi setiap ketegangan di tangan anda, perhatikan
bagaimana rasanya

xi. Sekarang buat kepalan-kepalan tangan yang kuat, saat anda mulai mengeluarkan napas, relaksasikan
kepala dan tangan anda.

xii. Perhatikan apa yang dirasakan tangan anda, pikir “rileks” tangan anda terasa hangat, berat atau
ringan.

xiii. Upayakan untuk lebih rileks dan lebih rileks lagi.

xiv. Sekarang fokus pada lengan atas anda, perhatikan setiap ketegangan, relaksasikan lengan anda,
biarkan perasaan relaksasi menyebar dari jari-jari dan tangan anda melalui otot lengan anda.

[4/9 16.25] +62 823-8276-3027: *SOAL 5*

Perawat mengunjungi rumah seorang lansia (69 tahun). Hasil pengkajian: klien sering mengeluh sakit
kepala dan memilih beristirahat untuk mengatasinya. Klien didiagnosis hipertensi sejak 5 tahun lalu
namun tidak rutin minum obat karena merasa sehat dan bosan minum obat. Klien mengatakan tidak
mampu mengikuti anjuran untuk mengurangi konsumsi garam karena membuatnya tidak nafsu makan.

Apakah masalah keperawatan yang tepat ?

A.Keputusasaan

B.Defisit pengetahuan

C.Ketidakpatuhan

D.Nyeri akut

E.Nyeri kronis

*Jawaban yang tepat adalah : C. Ketidakpatuhan*

Data fokus masalah : klien mengatakan didiagnosis hipertensi sejak 5 tahun yang lalu, klien tidak rutin
minum obat karena merasa baik-baik saja dan bosan harus minum obat setiap hari. Klien juga
mengatakan tidak mampu mengurangi konsumsi garam sesuai anjuran perawat, karena membuat klien
tidak nafsu makan.
Masalah keperawatan yang tepat : Ketidakpatuhan

Ketidakpatuhan adalah perilaku individu dan/atau pemberi asuhan tidak mengikuti rencana
perawatan/pengobatan yang disepakati dengan tenaga kesehatan, sehingga menyebabkan hasil
perawatan/pengobatan tidak efektif.

Kata kunci diangkatkannya diagnosis ini adalah : klien tidak menjalani pengobatan (minum obat) dan
tidak mengikuti anjuran (mengurangi konsumsi garam).

*Tinjauan Opsi Lain:*

Opsi Keputusasaan ( Tidak Tepat ), karena diagnosis keputusasaan adalah kondisi individu yang
memandang adanya keterbatasan atau tidak tersedianya alternatif pemecahan pada masalah yang
dihadapi dengan gejala dan tanda mayor yaitu mengungkapkan keputusasaan.

Opsi Defisit Pengetahuan ( Tidak Tepat ), karena klien tidak menjalani pengobatan dan tidak mengikuti
anjuran, serta klien tidak menanyakan masalah yang dihadapinya. Defisit pengetahuan adalah ketiadaan
atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu.

Opsi Nyeri akut ( Tidak Tepat ), karena kurangnya data untuk menegakkan diagnosis ini, seperti skala
nyeri, tampak meringis, gelisah, frekuensi nadi meningkat dan sulit tidur.

Opsi Nyeri kronis ( Tidak Tepat ),karena kurangnya data untuk menegakkan diagnosis ini, seperti skala
nyeri, merasa depresi (tertekan), tampak meringis, gelisah dan tidak mampu menuntaskan aktivitas
(SDKI, 2016).

[4/9 16.25] +62 823-8276-3027: *SOAL 6*

Seorang lansia (72 tahun) memeriksakan kesehatannya ke Puskesmas. Hasil pengkajian: klien mengeluh
mulut kering, badan terasa lesu, sering BAK apalagi dimalam hari sehingga mengganggu tidur klien, klien
juga mengatakan memiliki riwayat DM sejak 10 tahun yang lalu. Kadar gula darah klien : 342 mg/dL.

Apakah masalah keperawatan yang tepat ?

A.Gangguan eliminasi urin

B.Keletihan

C.Gangguan pola tidur

D.Risiko ketidakstabilan kadar gula darah

E.Ketidakstabilan kadar gula darah


*Jawaban yang tepat adalah : E. Ketidakstabilan kadar gula darah*

Data fokus masalah : klien mengeluh mulut kering, badan terasa lesu, klien memiliki riwayat DM sejak 10
tahun yang lalu. Kadar gula darah klien : 342 mg/dL.

Masalah keperawatan yang tepat : Ketidakstabilan kadar gula darah.

Ketidakstabilan kadar gula darah adalah variasi kadar glukosa darah naik/turun dari rentang normal.

Kata kunci diangkatkannya diagnosis ini adalah : badan terasa lesu, kadar glukosa darah : 342 mg/dL

*Tinjauan Opsi Lain:*

Opsi Gangguan eliminasi urin ( Tidak Tepat ), karena pada kasus tidak ditemukan adanya distensi
kandung kemih, berkemih tidak tuntas dan volume residu urin meningkat.

Opsi Keletihan ( Tidak Tepat ), karena pada kasus tidak ditemukan data merasa energi tidak pulih
walaupun telah tidur dan tidak mampu mempertahankan aktivitas rutin. keletihan adalah penurunan
kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak pulih dengan istirahat.

Opsi Gangguan pola tidur ( Tidak Tepat ), karena gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan
kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal.

Opsi Risiko ketidakstabilan kadar gula darah ( Tidak Tepat ), karena kadar glukosa darah klien sudah
diatas normal yaitu 342 mg/dL (SDKI, 2016).

[4/9 16.26] +62 823-8276-3027: *SOAL 7*

Seorang lansia (65 tahun) tinggal di panti jompo sejak 1 tahun lalu. Klien mengeluh sulit bergerak akibat
nyeri yang dirasakan pada kakinya. ADL klien sebagian dibantu oleh perawat. Klien mampu makan,
berpindah tempat dan kontinen secara mandiri, tetapi mandi, berpakaian dan toileting dibantu oleh
perawat.

Apa kategori Indeks KATZ pada klien tersebut?

A.A

B.B

C.C

D.D

E.E
*Jawaban yang tepat adalah : D. D*

Menurut Wallace & Shelkey dalam Dewy, 2013:21) pengkajian kemandirian pada lansia dapat
menggunakan Indeks KATZ, yang meliputi aktivitas mandi, berpakaian, toileting, berpindah tempat,
kontinen dan makan. Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan orang lain. Alat
ini secara luas dapat mengukur kemampuan fungsional lansia di lingkungan klinis dan rumah. Indeks Katz
telah menetapkan skala dalam ADL oleh dua kemandirian, yaitu kemandirian tingkat tinggi (Indeks A, B, C
dan D), dan kemandirian rendah (E dan F). Dari kemampuan melaksanakan 6 aktivitas dasar tersebut,
kemudian diklasifikasikan menjadi 7 tahapan dan disebut sesuai dengan aktivitas yang biasa dikerjakan
sendiri.

Indeks Katz A : Kemandirian dalam hal makan, kontinen (BAK/BAB), berpindah, kekamar mandi, mandi
dan berpakaian.

Indeks Katz B : Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi lain

Indeks Katz C : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi dan satu fungsi lain.

*Indeks Katz D : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi lain.*

Indeks Katz E : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, dan satu fungsi
lain.

Indeks Katz F : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan
satu fungsi lain.

Indeks Katz G : Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut.

[4/9 16.26] +62 823-8276-3027: *SOAL 8*

Seorang lansia (66 tahun) dibawa ke puskesmas oleh keluarganya. Hasil pengkajian : klien mengatakan
mencret sejak 2 hari lalu, frekuensi BAB 5-6x/hari dengan konsistensi feses cair lebih banyak daripada
ampas. Klien mengeluh badan terasa lemas, nafsu makan menurun, dan wajah tampak pucat serta diit
hanya habis < 1/2 porsi.

Apakah masalah keperawatan yang tepat ?

A.Kekurangan volume cairan

B.Diare

C.Risiko kekurangan Volume Cairan

D.Intoleransi aktivitas

E.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


*Jawaban yang tepat adalah : B. Diare*

Data fokus masalah : pasien mengeluh mencret sejak 2 hari yang lalu, frekuensi BAB 5-6 kali/hari dengan
konsistensi feses cair lebih banyak daripada ampas, nafsu makan menurun dan badan terasa lemas.
wajah pasien tampak pucat serta diit hanya habis < 1/2 porsi.

Masalah Keperawatan : Diare

Sesuai dengan definisinya dalam buku SDKI (2016), Diare merupakan suatu kondisi dimana terjadi
pengeluaran feses dengan frekuensi yang sering, konsistensi feses lunak dan tidak berbentuk.

*Tinjauan Opsi Lainnya :*

Opsi Kekurangan Volume Cairan (Tidak Tepat), karena tanda dan gejala pada kasus belum menunjukkan
adanya hipovolemia yang berdampak sistemik hingga menimbulkan adanya abnormalitas pada TTV,
penurunan turgor kulit, membrane mukosa kering dan penurunan volume urin.

Opsi Risiko kekurangan volume cairan (kurang Tepat), karena tanda dan gejala yang terjadi pada pasien
sudah bersifat aktual dimana terjadi kondisi pengeluaran feses dengan konsistensi cairan lebih dari 3 kali
dalam 24 jam. diagnosis ini dapat menjadi diagnosis pendamping, bukan sebagai diagnosis utama.

Option Intoleransi Aktivitas (Tidak Tepat), karena gejala badan lemas yang dirasakan oleh pasien tidak
cukup dijadikan alasan untuk mengangkatkan diagnosis ini.

Option Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (Tidak Tepat), Diagnosis
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh diidentikkan dengan adanya penurunan berat
badan hingga 10% dibawah standar ideal atau adanya indikasi malnutrisi yang dinilai dari status Indeks
Massa Tubuh (SDKI, 2016).

[4/9 16.26] +62 823-8276-3027: *SOAL 9*

Seorang lansia (72 tahun) dirawat di panti jompo sejak 2 tahun yang lalu. Hasil pengkajian : klien
mengalami stroke 6 bulan yang lalu, terdapat kelemahan pada ekstremitas kanan. Perawat berencana
melakukan ROM pada klien, tetapi klien menolaknya.

Apakah prinsip etik yang telah diterapkan oleh perawat ?

A.Autonomy

B.Benificience

C.Fidelity
D.Nonmaleficience

E.Confidentiality

*Jawaban yang tepat adalah : A. Autonomy*

Prinsip etik keperawatan :

a. Autonomy yaitu menghargai hak-hak pasien dalam membuat keputusan tentang keperawatannya

b. Benificience yaitu hanya melakukan sesuatu yang baik

c. Fidelity yaitu menepati janji dan komitmen terhadap klien

d. Nonmaleficience yaitu tidak menimbulkan bahaya atau cedera fisik dan psikologis terhadap klien.

e. Confidentiality yaitu menjaga informasi pribadi pasien.

*Kata kunci pada kasus : Perawat berencana melakukan ROM pada klien, tetapi klien menolaknya. Maka
prinsip etik yang diterapkan oleh perawat yaitu Autonomy.*

[4/9 16.26] +62 823-8276-3027: *SOAL 10*

Seorang lansia (77 tahun) tinggal di panti jompo sejak 2 bulan lalu. Hasil pengkajian: klien mengatakan
sering ngompol pada malam hari sekitar 2-3 kali. Klien mengatakan tidak nyaman dengan kondisi ini
karena mengganggu tidurnya. Klien mengatakan selalu berkemih sebelum tidur namun tetap saja
ngompol tanpa sadar dan kadang urin menetes.

Apakah masalah keperawatan yang tepat ?

A.Inkontinensia urin refleks

B.Inkontinensia urin stress

C.Inkontinensia urin fungsional

D.Inkontinensia urin berlebih

E.Inkontinensia urin berlanjut

*Jawaban yang tepat adalah : D. Inkontinensia Urin Berlebih*


Data fokus masalah : klien mengatakan sering ngompol pada malam hari sekitar 2-3 kali, Klien
mengatakan selalu berkemih sebelum tidur namun tetap saja ngompol tanpa sadar, urin menetes.

Masalah Keperawatan : Inkontinensia Urin berlebih

Inkontinensia Urin berlebih merupakan suatu kondisi dimana terjadi pengeluaran urin tanpa terkendali
akibat overdistensi pada kandung kemih.

*Tinjauan Opsi Lainnya :*

Opsi Inkontinensia Urin Refleks (Tidak Tepat), Diagnosis inkontinensia urin refleks diangkatkan pada
kondisi pengeluaran urin tanpa sadar saat volume kandung kemih tertentu tercapai yang ditandai
dengan adanya dribbling, hesistansi, sering buang air kecil, enuresis dan nokturia.

Opsi Inkontinensia Urin Stres (Tidak Tepat), Diagnosis inkontinensia urin stress diangkatkan pada kondisi
pengeluaran urin tanpa sadar saat melakukan aktivitas yang dapat memicu peningkatan tekanan
abdominal, seperti : berdiri, bersin, tertawa, berlari dan mengangkat benda berat.

Opsi Inkontinensia Urin Fungsional (Tidak Tepat), Diagnosis inkontinensia urin fungsional diangkatkan
pada kondisi pengeluaran urin tanpa sadar karena kesulitan dan tidak mampu mencapai toilet pada
waktu yang tepat.

Opsi Inkontinensia Urin berlanjut (Tidak Tepat), Diagnosis inkontinensia urin berlanjut diangkatkan pada
kondisi pasien berkemih terus menerus tanpa ada distensi kandung kemih.

[5/9 17.18] +62 813-7201-8682: 1. Berdasarkan hasil survey di suatu desa pada tahun 2015 :
terdapat 35% masyarakat menderita ISPA, 2 balita dan 1 lansia diantaranya meninggal karena ISPA. Desa
X berada di lingkungan industri yang menghasilkan asap. Masyarakat tidak menggunakan masker ketika
beraktifitas di luar rumah. Pada tahun 2016 kasus ISPA menurun 17%. Masyarakat menggunakan masker
yang disediakan oleh Puskesmas setiap bulannya. Apakah diagnosis keperawatan yang tepat?

a. Kesiapan peningkatan koping komunitas

b. Perilaku kesehatan cenderung berisiko

c. Defisit kesehatan komunitas

d. Defisit pengetahuan

e. Kesiapan manajemen kesehatan

JAWAB : A
PEMBAHASAN

DO : Pada tahun 2015 35% masyarakat menderita ISPA, 2 balita dan 1 lansia meninggal karena ISPA.
Masyarakat tidak menggunakan masker ketika beraktifitas di luar rumah. Pada tahun 2016 kasus ISPA
menurun 17%. Masyarakat menggunakan masker yang disediakan oleh Puskesmas setiap bulannya.
Berdasarkan data yang diperlah maka diagnosa yang tepat adalah “Kesiapan peningkatan koping
komunitas”.

Kesiapan peningkatan koping komunitas adalah pola adaptasi dan penyelesaian masalah komunitas yang
memuaskan untuk memenuhi tuntutan atau kebutuhan masyarakat, serta dapat ditingkatkan untuk
penatalaksanaan masalah saat ini dan mendatang. Tanda dan gejala yang mendukung : pemecahan
masalah oleh komunitas dan terdapat sumber-sumber daya yang adekuat.

Tinjauan opsi lain

Opsi “Perilaku kesehatan cenderung berisiko”(tidak tepat) karena tidak ada data yang menjelaskan
bahwa klien/komunitas memiliki hambatan kemampuan dalam mengubah gaya hidup/perilaku untuk
memperbaiki status kesehatan

Opsi “Defisit kesehatan komunitas”(kurang tepat) karena pada kasus tidak hanya menjelaskan masalah
yang terjadi, melainkan terjadi perubahan status kesehatan dan perilaku pada masyarakat

Opsi “Defisit pengetahuan”(tidak tepat) karena tidak ada data yang menjelskan bahwa masyarakat
menanyakan tentang ISPA.

Opsi “Kesiapan manajemen kesehatan”(kurang tepat) karena tidaka ada data masyarakat
mengekspresikan keinginan untuk mengelola masalah kesehatan dan pencegahanya serta pilihan hidup
sehari-hari yang tepat untuk mengikuti progam.

[5/9 17.18] +62 813-7201-8682: 2. Hasil pengkajian perawat di sebuah wilayah, terdapat 18%
buruh pabrik pupuk tidak menggunakan sarung tangan dan alas kaki selama pengadukan pupuk karena
kurang nyaman. Pemilik pabrik mengatakan tidak masalah dengan perilaku buruh karena tidak ada buruh
yang mengeluh sakit. Apakah diagnosis keperawatan yang tepat?

a. Kesiapan peningkatan koping komunitas

b. Perilaku kesehatan cenderung berisiko

c. Defisit kesehatan komunitas

d. Defisit pengetahuan

e. Kesiapan manajemen kesehatan

JAWAB : B

Pembahasan
Terdapat 18% buruh pabrik pupuk tidak menggunakan sarung tangan dan alas kaki selama pengadukan
pupuk karena kurang nyaman. Pemilik pabrik mengatakan tidak masalah dengan perilaku buruh karena
tidak ada buruh yang mengeluh sakit. Data data ini sesuai dengan diagnosis “Perilaku kesehatan
cenderung berisiko”. Perilaku kesehatan cenderung berisiko adalah hambatan kemampuan dalam
mengubah gaya hidup/perilaku untuk memperbaiki status kesehatan. Tanda dan gejala: gagal melakukan
tindakan pencegahan masalah seperti tidak menggunakan sarung tangan dan alas kaki selama
pengadukan pupuk. Penyebab : ketidakadekuatan dukungan sosial seperti Pemilik pabrik mengatakan
tidak masalah dengan perilaku buruh karena tidak ada buruh yang mengeluh sakit

Tinjauan opsi lain

Opsi “Kesiapan peningkatan koping komunitas” (tidak tepat) karena tidak ada data yang menjelaskan
bahwa komunitas melakukan pemecahan masalah.

Opsi “Defisit kesehatan komunitas” (tidak tepat) karena tidak ada data yang menjelaskan bahwa terdapat
masalah kesehatan di pabrik

Opsi “Defisit pengetahuan” (tidak tepat) karena tidak ada data yang menjelaskan bahwa buruh maupun
pemilik pabrik menanyakan masalah yang dihadapi.

Opsi “Kesiapan manajemen kesehatan” (tida tepat) karena tidaka ada data buruh maupun pemilik pabrik
mengekspresikan keinginan untuk mengelola masalah kesehatan dan pencegahanya serta pilihan hidup
sehari-hari yang tepat untuk mengikuti progam.

[5/9 17.18] +62 813-7201-8682: 3. Pada saat melakukan pemeriksaan kesehatan di suatu RW
ditemukan 20% balita mengalami gizi buruk, 8% ibu hamil mengalami anemia dan 37% lansia mengalami
atritis. Apakah diagnosis keperawatan yang tepat?

a. Kesiapan peningkatan koping komunitas

b. Perilaku kesehatan cenderung berisiko

c. Defisit kesehatan komunitas

d. Defisit pengetahuan

e. Kesiapan manajemen kesehatan

JAWAB : C

Pembahasan

Ditemukan 20% balita mengalami gizi buruk, 8% ibu hamil mengalami anemia dan 37% lansia mengalami
atritis. Data data ini sesuai dengan diagnosis “Defisit Kesehatan Komunitas”. Defisit kesehatan komunitas
adalah terdapat masalah kesehatan atau faktor resiko yang dapat mengganggu kesejahteraan pada suatu
kelompok. Maka pilihan yang tepat adalah “Defisit Kesehatan Komunitas.
Tinjauan opsi lain

Opsi “Kesiapan peningkatan koping komunitas” (tidak tepat) karena tidak ada data yang menjelaskan
bahwa komunitas melakukan pemecahan masalah.

Opsi “Perilaku kesehatan cenderung berisiko”(tidak tepat) karena tidak ada data yang menjelaskan
bahwa klien/komunitas memiliki hambatan kemampuan dalam mengubah gaya hidup/perilaku untuk
memperbaiki status kesehatan

Opsi “Defisit pengetahuan” (tidak tepat) karena tidak ada data yang menjelaskan bahwa masyarakat
menanyakan masalah yang dihadapi.

Opsi “Kesiapan manajemen kesehatan” (tida tepat) karena tidak ada data masyarakat mengekspresikan
keinginan untuk mengelola masalah kesehatan dan pencegahanya serta pilihan hidup sehari-hari yang
tepat untuk mengikuti progam.

[5/9 17.18] +62 813-7201-8682: 4. Perawat komunitas pertama kali mengunjungi sebuah desa
terpencil. Pada saat pertemuan, 80% warga mengeluhkan bagaimana cara menjaga kesehatan ibu hamil
dan balita agar tetap sehat karena banyak ibu hamil yang banyak mengalami keguguran. Apakah
diagnosis keperawatan yang tepat?

a. Kesiapan peningkatan koping komunitas

b. Perilaku kesehatan cenderung berisiko

c. Defisit kesehatan komunitas

d. Defisit pengetahuan

e. Kesiapan manajemen kesehatan

JAWAB : D

Pembahasan

80% warga mengeluhkan bagaimana cara menjaga kesehatan ibu hamil dan balita tetap sehat. Data ini
sesuai dengan diagnosa “Defisit pengetahuan”. Defisit pengetahuan adalah ketiadaan atau jurangnya
informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu.

Tinjauan opsi lain

Opsi “Kesiapan peningkatan koping komunitas” (tidak tepat) karena tidak ada data yang menjelaskan
bahwa komunitas melakukan pemecahan masalah.

Opsi “Perilaku kesehatan cenderung berisiko”(tidak tepat) karena tidak ada data yang menjelaskan
bahwa klien/komunitas memiliki hambatan kemampuan dalam mengubah gaya hidup/perilaku untuk
memperbaiki status kesehatan
Opsi “Defisit kesehatan komunitas” (tidak tepat) karena tidak ada data yang menjelaskan bahwa terdapat
masalah kesehatan di komunitas

Opsi “Kesiapan manajemen kesehatan” (tida tepat) karena tidak ada data masyarakat mengekspresikan
keinginan untuk mengelola masalah kesehatan dan pencegahanya serta pilihan hidup sehari-hari yang
tepat untuk mengikuti progam.

[5/9 17.18] +62 813-7201-8682: 5. Perawat akan melakukan evaluasi terhadap kelompok PPOK
setelah 1 bulan diberikan penyuluhan kesehatan mengenai PPOK. 3 dari 5 penderita PPOK mengatakan
memiliki keinginan untuk hidup sehat, mengurangi komsumsi rokok dan rutin melakukan pemeriksaan
kesehatan. Apakah diagnosis keperawatan yang tepat?

a. Kesiapan peningkatan koping komunitas

b. Perilaku kesehatan cenderung berisiko

c. Defisit kesehatan komunitas

d. Defisit pengetahuan

e. Kesiapan manajemen kesehatan

JAWAB : E

Pembahasan

Data : 3 dari 5 penderita PPOK mengatakan memiliki keinginan untuk hidup sehat, mengurangi komsumsi
rokok dan rutin melakukan pemeriksaan kesehatan. Data data yang ada pada kasus sesuai dengan data
diagnosis “Kesiapan manajemen kesehatan”, yaitu pola pengaturan dan pengintegrasian program
kesehatan ke dalam kehidupan sehari-hari yang cukup untuk memenuhi tujuan kesehatan dan dapat
ditingkatkan. Data pendukung yaitu adanya keinginan untuk mengelola masalah.

Tinjaun opsi lain

Opsi “Kesiapan peningkatan koping komunitas” (kurang tepat) karena tidak ada data yang menjelaskan
bahwa komunitas melakukan pemecahan masalah.

Opsi “Perilaku kesehatan cenderung berisiko”(tidak tepat) karena tidak ada data yang menjelaskan
bahwa klien/komunitas memiliki hambatan kemampuan dalam mengubah gaya hidup/perilaku untuk
memperbaiki status kesehatan

Opsi “Defisit kesehatan komunitas” (tidak tepat) karena tidak ada data yang menjelaskan bahwa terdapat
masalah kesehatan di pabrik

Opsi “Defisit pengetahuan” (tidak tepat) karena tidak ada data yang menjelaskan bahwa buruh maupun
pemilik pabrik menanyakan masalah yang dihadapi.
[5/9 17.18] +62 813-7201-8682: 6. Perawat memperoleh data dari puskesmas bahwa 4 warga
sebuah kelurahan menderita gangguan jiwa 3 bulan terakhir. Puskesmas ingin mengumpulkan data untuk
perencanaan progam dan melengkapi pengkajian data klien gangguan jiwa. Apakah metode pengkajian
yang tepat pada wilayah tersebut?

a. Whinshield Survey

b. Survey

c. Focus Group

d. Literature Riview

e. Archival data

JAWAB : B

PENBAHASAN

Pengkajian dengan metode survey adalah pengkajian menggunakan kuesioner ataupun face to face
interviews. Maka pilihan yang tepat adalah “survey”

Tinjauan opsi lain:

Opsi “Winshield Survey” (tidak tepat) karena pengkajian dilakukan dengan cara berjalan-jalan
disepanjang lingkungan yang diamati

Opsi “Focus Group” (tidak tepat) karena pengkajian dengan cara mengumpulkan sekelompok orang
untuk menanggapi serangkaian pertanyaan

Opsi “Literatur Review” (tidak tepat) karena data yang diperoleh melalui literature review hanya
memaparkan masalah kesehatan yang ad dikomunitas secara umum.

Opsi “Archival data” (tidak tepat) karena pengkajian menggunakan data-data arsip seperti data penyakit
dan ksehatan yang ditemukan pada unit pelayanan kesehatan

[5/9 17.19] +62 813-7201-8682: 7. Perawat komunitas melakukan pendidikan kesehatan kepada
masyarakat tentang Demam Berdarah di balai desa. Setelah penyampaian materi, perawat mengajak
masyarakat yang hadir untuk berdiskusi. Peserta tampak antusias dalam kegiatan tersebut. Apa kriteria
hasil yang tepat dari kegiatan tersebut ?

a. Masyarakat mampu melakukan P3M Plus

b. Masyarakat antusias dalam berdiskusi

c. Masyarakat mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

d. Masyarakat mengetahui tentang Demam Berdarah


e. Masyarakat merencanakan program P3M plus

JAWAB : A

PEMBAHASAN

Perawat melakukan tindakan keperawatan berupa pendidikan kesehatan tentang Demam Berdarah.
Pendidikan kesehatan merupakan intervensi dari diagnosis defisit pengetahuan. Salah satu kriteria hasil
yang dituju dari tindakan pendidikan kesehatan adalah kemampuan pencegahan dan pengendalian
infeksi. Maka jawaban yang tepat adalah masyarakat mampu melakukan tindakan P3M Plus sehingga
masyarakat mampu melakukan tindakan pencegahan terhadap penyakit Demam Berdarah.

Tinjauan opsi lainnya :

Opsi “Masyarakat antusias dalam berdiskusi” (salah) karena hasil ini merupakan evaluasi dari kegiatan
pendidikan kesehatan. (maksudnya ??)

Opsi “Masyarakat mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir”(salah). karena hal ini merupakan evaluasi
dari kegiatan pendidikan kesehatan (maksudnya ?? bisa dibuat lebih detail ?)

Opsi “Masyarakat mengetahui tentang Demam Berdarah”(salah) karena pendidikan kesehatan tidak
hanya bertujuan untuk menambah wawasan pengetahuan saja tapi juga diharapkan mampu merubah
perilaku/gaya hidup masyarakat

Opsi “Masyarakat merencanakan program P3M plus”(salah), karena kriteria hasil tidak hanya sebatas
dalam perencanaan program P3M plus saja, namun masyarakat juga harus mampu melakukan tindakan
P3M PLUS tersebut.

[5/9 17.19] +62 813-7201-8682: 8. Seorang anak (6 tahun) sudah terkena TBC sejak 4 bulan yang
lalu dan mendapat pengobatan OAT yang diberikan oleh dokter Puskesmas. Ibu dari anak yang menjadi
PMO mengatakan anaknya tidak mau lagi meminum obat. Anak lebih suka mengkomsumsi makanan
yang manis-manis. Apakah tindakan perawat yang tepat terhadap PMO ?

a. Mengingatkan dan mendampingi klien agar menelan obat secara teratur dan sesuai dosis

b. Mengawasi penderita dalam berobat ke pelayanan kesehatan

c. Memberi penyuluhan pada keluarga klien tentang TBC

d. Mengingatkan klien untuk memeriksakan kesehatan setelah obatnya habis

e. Mengenali gejala-gejala efek samping obat

JAWAB : A

Pembahahasan
Tugas seorang PMO adalah mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan, memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat secara teratur, mengingatkan pasien
untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah ditentukan, memberikan penyuluhan pada anggota
keluarga TB yang mempunyai gejala mencurigakan TB utuk segera memeriksakan kesehatan ke Unit
Pelayanana Kesehatan, menemukan dan mengenali gejala-gejala efek samping obat dan mengisi kartu
kontrol (Depkes RI, 2007). Pada kasus ditemukan data bahwa anak tidak mau lagi meminum obat, maka
yang harus dilakukan oleh perawat adalah menjelaskan kepada PMO untuk Mengingatkan dan
mendampingi klien agar menelan obat secara teratur dan sesuai dosis

Tinjauan opsi lain

Opsi “Mengawasi penderita dalam berobat ke pelayanan kesehatan” (salah) tidak ada data yang
menjelaskan bahwa penderita TB tidak mau melakukan pengobatan ke pelayanan kesehatan

Opsi “Memberi penyuluhan pada keluarga klien tentang TBC” (salah) tidak ada data yang menjelaskan
bahwa lien tidak mengetahui terkait TB

Opsi “Mengingatkan klien untuk memeriksakan kesehatan setelah obatnya habis” (salah) karena tidak
ada data yang menjelaskan bahwa penderita putus obat karena persediaan obat habis

Opsi “Mengenali gejala-gejala efek samping obat ” (salah) tidak ada data yang menjelaskan bahwa PMO
tidak mengetahui gejala-gejala efek samping obat

[5/9 17.20] +62 813-7201-8682: 9. Hasil winshield survey perawat pada suatu desa : tampak
perumahan yang padat penduduk dan berada dekat dengan kawasan industri. 65% warga BAB, mandi
dan mencuci di sungai. Air sungai tampak kotor karena tercemar dari limbah industri dan sampah. 67 %
bahan rumah terbuat dari kayu dan 23% semi permanen. Apakah data penting yang harus dikaji untuk
menyelesaikan masalah prioritas pada masyarakat ?

a. Lingkungan rumah

b. Persepsi warga tentang penyakit

c. Angka kejadian penyakit

d. Pelayanan kesehatan

e. Pendidikan

JAWAB : C

PEMBAHASAN

b>Angka kejadian penyakit merupakan data yang penting untuk dikaji karena pada kasus, desa tersebut
adalah desa yang berisiko terkena penyakit yang disebabkan oleh lingkungan. Dengan adanya data angka
kejadian penyakit, maka akan dapat ditemukan penyakit apa yang paling banyak dialami
masyarakat.</b>
Tinjauan opsi lain:

Opsi “Lingkungan Rumah” (salah) karena pengkajian terhadap lingkungan rumah sudah dikaji berupa
perumahan padat penduduk dan berada dilingkungan industri. 67 % bahan rumah terbuat dari kayu dan
23% semi permanen.

Opsi “Persepsi Masyarakat tentang penyakit” (salah) karena persepsi masyarakat tentang penyakit hanya
memberikan pernyataan bukan untuk menyelesaikan masalah

Opsi “Pelayanan Kesehatan” (salah) karena dalam pengkajian pelayanan kesehatan data yang ditemukan
berupa ada tidaknya pelayanan kesehatan di suatu wilayah, bukan menyelesaikan masalah kasus diatas

Opsi “Pendidikan” (salah) karena dalam pengkajian pendidikan data yang ditemukan terkait pendidikan.

[5/9 17.20] +62 813-7201-8682: 10. Sebuah kelurahan terdapat 4 ibu hamil. 3 diantaranya mengeluh
lemah, letih dan lesu. 1 ibu hamil mengeluh mual dan muntah serta pusing. Terdapat 1 ibu hamil yang
memiliki riwayat keguguran. Rerata ibu hamil tidak mengetahui gizi yang baik, tanda dan bahaya
kehamilan. Perawatan kehamilan lebih percaya pada dukun bayi daripada tenaga kesehatan. Apa
diagnosis keperawatan yang tepat ?

a. Defisit kesehatan komunitas

b. Manajemen kesehatan tidak efektif

c. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif

d. Defisit pengetahuan

e. Ketidakpatuhan

JAWAB : D

PEMBAHASAN

DS: Rerata ibu hamil tidak mengetahui gizi yang baik, tanda dan bahaya kehamilan. Perawatan kehamilan
lebih percaya pada dukun bayi daripada tenaga kesehatan. Data data ini telah menunjukkan ibu hamil
mengalami defisit pengetahuan yaitu ketiadaan atau kurangya informasi kognitif yang berkaitan dengan
topic tertentu. (SDKI, 2016). Adapun tanda dan gejala berupa menunjukkan perilaku yang tidak sesuai
anjuran dengan penyebab kurang terpapar informasi

Tinjauan opsi lain

Opsi “Defisit kesehatan komunitas” (salah) karena tidak ada dat yang menjelaskan terjadi masalah
kesehatan seperti terjadinya preklamasi pada ibu hamil

Opsi “Manajemen kesehatan tidak efektif” (salah) karena tidak ada data yang menjelaskan bahwa klien
mengungkapkan kesulitan dalam menjalani program perawatan/pengobatan
Opsi “pemeliharaan kesehatatan tidak efektif” (salah) karena tidak ada data yang menjelaskan klien tidak
mampu menjalankan perilaku sehat

Opsi “ketidakpatuhan” (salah) karena tidak ada data yang menjelaskan klien menolak menjalani
perawatan/pengobatan

[5/9 17.21] +62 813-7201-8682: 11. Perawat puskesmas sedang melakukan posyandu ibu dan anak.
Perawat memberikan imunisasi pada bayi, anak balita dan ibu hamil. Apa jenis pelayanan yang telah
diberikan perawat?

a. Pencegahan Primer

b. Pencegahan Sekunder

c. Pencegahan Tertier

d. Preventif

e. Promotif

JAWAB : A

PEMBAHASAN

Perawat memberikan imunisasi pada bayi, anak balita dan ibu hamil merupakan tindakan pencegahan
primer. Pencegahan primer adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk menghindari atau menunda
munculnya penyakit atau gangguan kesehatan. Tindakan dapat berupa memberikan imunisasi,
penyuluhan gizi dll.

Opsi “pencegahan sekunder” (salah) karena pencegahan sekunder adalah pencegahan yang dilakukan
pada saat terjadi perubahan derajat kesehatan masyarakat yang ditandai dengan ditemukannya masalah
kesehatan yang berfokus pada diagnosis dini dan tindakan untuk menghambat proses penyakit. Contoh
melakukan pemeriksaan kesehatan

Opsi “ pencegahan tersier” (salah) karena pencegahan tersier adalah pencegahan yang menekankan
pada pengembalian individu pada tingkat berfungsinya secar optimal.

Opsi “preventif” (salah) karena masih umum dimana dalam preventif terdapat 3 upaya preventif yaitu
dan primer, sekunder dan tersier.

Opsi “Promotif” (salah) karena tidak ada data yang menjelaskan perawat melakukan pendidikan
kesehatan

[5/9 17.21] +62 813-7201-8682: 12. Terjadi 5 kasus baru Filariasis di sebuah Desa dan puskesmas
melakukan POPM Filariasis kepada seluruh warga selama 5 tahun berturut-turut. Obat yang diberikan
yaitu DEC 6mg/kg BB dikombinasikan dengan Albendazole 400mg. Pada tahun ke-2, 45% warga tidak
mau minum obat. Apakah tindakan yang harus dilakukan perawat?
a. Melakukan pemeriksaan ulang terhadap warga Desa

b. Pemeriksaan darah tepi terhadap seluruh warga

c. Pengobatan ulang terhadap seluruh warga

d. Pendidikan kesehatan tentang keteraturan obat

e. Membiarkan masalah yang terjadi

JAWAB : D

PEMBAHASAN

DO : Terjadi kasus baru Filariasis di Desa X sebanyak 5 orang, Pada tahun ke-2, 45% warga tidak mau
minum obat. Berdasarkan data yang diperoleh maka diagnosis keperawatanya adalah “Ketidakpatuhan”.
Implementasi dari ketidakpatuhan adalah memberikan pendidikan kesehatan tentang keteraturan obat

Tinjauan opsi lain:

Opsi “Melakukan pemeriksaan ulang terhadap warga Desa X” (salah) karena masalah yang ada pada
kasus adalah warga tidak mau minum obat. Tindakan ini dilakukan jika terjadi kesalahan dalam
pemeriksaan

Opsi “Pemeriksaan darah tepi terhadap seluruh warga” (salah), kegiatan ini dilakukan untuk deteksi awal
menentukan microfilaria.

Opsi “membiarkan masalah yang terjadi” (salah) karena seorang perawat tidak melaksanakan peran dan
fungsi sebagai perawat komunitas

[7/9 14.29] +62 821-2165-6668: Soal 138

Seorang perempuan (14 tahun) datang ke poliklinik jiwa untuk berkonsultasi masalahnya yang sering
merasa ketakutan tetapi tidak tahu kenapa. Hasil pengkajian pasien mengatakan hal itu sering terjadi
ketika ia akan menjalani masa ujian disekolah. Pasien juga mengatakan ia sulit menikmati kegiatan
harian, merasa tidak aman, dan terkadang pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu. Apakah
diagnosis keperawatan yang tepat pada pasien?

a. Harga diri rendah situasional

b. Keputusasaan

c. Ketidakberdayaan
d. Ansietas

e. Gangguan citra tubuhJawaban: D

Pembahasan:

"Data fokus masalah pada kasus: Pasien mengatakan ia sulit menikmati kegiatan harian, merasa tidak
aman, dan terkadang pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu hal ini terjadi ketika akan menjalani ujian
disekolah. Diagnosis keperawatan pada kasus adalah Ansietas (d). Ansietas merupakan perasaan takut
yang tidak jelas tanpa objek yang spesifik karena ketidaktahuan dan mendahului semua pengalaman
yang baru (Stuart, Keliat, & Pasaribu, 2016). Dari pilihan jawaban: (a) Tidak tepat, karena tidak ada data
penguat diangkatnya diagnosis harga diri rendah situasional, (b) Tidak tepat, karena tidak ada data
penguat diangkatnya diagnosis keputusasaan, (c) Tidak tepat, karena tidak ada data penguat
diangkatnya diagnosis ketidakberdayaan, (e) Tidak tepat, karena tidak ada data penguat diangkatnya
diagnosis gangguan citra tubuh "

[7/9 14.31] +62 821-2165-6668: Soal 139

Seorang perempuan (16 tahun) dirawat di RS post amputasi tangan sebelah kiri akibat kecelakaan mobil.
Hasil pengkajian: pasien selalu menutupi tangannya dan terlihat murung. Ketika ditanyakan pasien
mengatakan tidak puas dengan hasil operasi yang dijalani dan khawatir jika tidak ada yang mau
berteman dengannya. Apakah diagnosis keperawatan yang tepat pada pasien?

a. Gangguan citra tubuhb. Ketidakberdayaan

c. Keputusasaan

d. Harga diri rendah situasional

e. Harga diri rendah kronik

Jawaban: A

Jawaban:

"Data fokus pada kasus: pasien selalu menutupi tangannya, dan terlihat murung. Ketika ditanyakan
pasien mengatakan tidak puas dengan hasil operasi yang dijalani dan khawatir jika tidak ada yang mau
berteman dengannya. Diagnosis keperawatan pada kasus adalah Gangguan citra tubuh. Gangguan
citra tubuh adalah perasaan tidak puas terhadap tubuhnya yang diakibatkan oleh perubahan struktur,
ukuran, bentuk, dan fungsi tubuh karena tidak sesuai dengan yang diinginkan (Stuart, Keliat, & Pasaribu,
2016). Dari pilihan jawaban: (b) Tidak tepat, karena tidak ada data penguat diangkatnya diagnosis
ketidakberdayaan, (c) Tidak tepat, karena tidak ada data penguat diangkatnya diagnosis keputusasaan,
(d) Tidak tepat, karena tidak ada data penguat diangkatnya diagnosis harga diri rendah situasional, (e)
Tidak tepat, karena tidak ada data penguat diangkatnya diagnosis harga diri rendah kronik "
[7/9 14.33] +62 821-2165-6668: Soal 140

Seorang laki-laki (32 tahun) dibawa oleh keluarga ke RSJ 3 hari yang lalu karena tidak mau keluar kamar
sejak 1 bulan sebelum masuk RS. Hasil pengkajian pasien terlihat murung, kontak mata kurang, dan
pasien mengatakan ia merasa menjadi orang yang tidak berharga karena tidak sembuh-sembuh dari
penyakit gangguan jiwa dan belum memiliki pekerjaan diusia sekarang. Apakah diagnosis keperawatan
yang tepat pada pasien? a. Isolasi sosial

b. Harga diri rendah situasional

c. Harga diri rendah kronik

d. Keputusasaan

e. Ketidakberdayaan

Jawaban: C

Pembahasan:

"Data fokus pada kasus: Pasien terlihat murung, kontak mata kurang, dan pasien mengatakan ia merasa
menjadi orang yang tidak berharga karena tidak sembuh-sembuh dari penyakit gangguan jiwa dan belum
memiliki pekerjaan diusia sekarang. Diagnosis keperawatan pada kasus adalah HARGA DIRI RENDAH
KRONIK karena evaluasi negatif pada diri pasien sudah terjadi secara terus menerus dibuktikan dengan
data pasien mengatakan ia merasa menjadi orang yang tidak berharga karena tidak sembuh-sembuh dari
penyakit gangguan jiwa dan belum memiliki pekerjaan diusia sekarang, Harga diri rendah kronik adalah
evaluasi diri negatif yang berhubungan dengan perasaan yang lemah, tidak berdaya, putus asa,
ketakutan, rentan, rapuh, tidak berharga, dan tidak memadai (Stuart, Keliat, & Pasaribu, 2016) Dari
pilihan jawaban: (a) Tidak tepat, karena data untuk mengangkat diagnosis ini tidak kuat, pada diagnosis
isolasi sosial tidak ada umpan balik sama sekali dari pasien, (b) Tidak tepat, karena harga diri rendah
yang dialami pasien sudah berlangsung lama dan terus menerus, (d) Tidak tepat, karena tidak ada data
penguat untuk diangkatnya diagnosis keputusasaan, (e) Tidak tepat, karena tidak ada data penguat
untuk diangkatnya diagnosis ketidakberdayaan "

[7/9 14.38] +62 821-2165-6668: Soal 141

Seorang laki-laki (35 tahun) di PHK dari pekerjaannya sejak 1 minggu yang lalu. Hasil pengkajian: klien
mengungkapkan merasa malu dengan keadaannya sekarang, ia merasa menjadi orang yang tidak
berguna dalam keluarganya. Klien terlihat sedih, bingung, dan mudah tersinggung ketika ada tetangga
yang bertanya keadaannya. Apakah diagnosis keperawatan yang tepat pada pasien?

a. Harga diri rendah kronik

b. Ketidakberdayaan
c. Harga diri rendah situasional

d. Ansietas

e. Isolasi sosial

Jawaban: C

Pembahasan:

"Data fokus pada kasus: Klien merasa malu dengan keadaannya sekarang, ia merasa menjadi orang yang
tidak berguna dalam keluarganya. Klien terlihat sedih, bingung, dan mudah tersinggung ketika ada
tetangga yang bertanya keadaannya. Hal ini terjadi sejak klien di PHK 1 minggu yang lalu. diagnosis
keperawatan pada kasus adalah HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL karena evaluasi negatif pada diri
klien terjadi karena situasi yaitu diPHK dari pekerjaannya. Harga diri rendah situasional adalah evaluasi
atau perasaan negatif terhadap diri sendiri sebagai respon terhadap situasi saat ini (SDKI, 2017).
Jawaban tidak tepat: (a) Tidak tepat, karena evaluasi negatif pada diri klien terjadi karena situasi saat ini
bukan berlangsung secara terus menerus, (b) Tidak tepat, karena tidak ada data penguat untuk
diangkatnya diagnosis ketidakberdayaan, (d) Tidak tepat, karena tidak ada data penguat untuk
diangkatnya diagnosis ansietas., (e) Tidak tepat, karena tidak ada data penguat untuk diangkatnya
diagnosis isolasi sosial. "

[7/9 14.41] +62 821-2165-6668: Soal 142

Seorang perempuan (27 tahun) dirawat di RSJ sejak 2 hari lalu karena sering keluyuran dan bicara sendiri.
Hasil pengkajian: pasien selalu mengatakan bahwa ia adalah seorang penyanyi terkenal dan sering
diundang ke luar negeri. Menurut keluarga hal ini bermula sejak pasien gagal dalam audisi bernyanyi.
Apakah diagnosis keperawatan yang tepat pada pasien? a. Isolasi sosial

b. Waham

c. Harga diri rendah kronik

d. Halusinasi

e. Resiko perilaku kekerasan

Jawaban: b

Pembahasan:

"Data fokus pada kasus: Pasien selalu mengatakan bahwa ia adalah seorang penyanyi terkenal dan sering
diundang ke luar negeri. Dari hasil pengkajian pada keluarga hal ini terjadi bermula dari pasien gagal
dalam audisi bernyanyi. Diagnosis keperawatan pada kasus adalah Waham karena pasien memiliki
suatu keyakinan yang ia pertahankan padahal tidak benar. Dibuktikan dengan data Pasien selalu
mengatakan bahwa ia adalah seorang penyanyi terkenal dan sering diundang ke luar negeri. Waham
adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat/terus menerus namun tidak sesuai
dengan kenyataan (Keliat, dkk, 2012). Dari pilihan jawaban: (a) Tidak tepat, karena tidak ada data
penguat diangkatnya diagnosis isoalsi sosial, (c) Tidak tepat, karena data untuk mengangkat diagnosis
HDRK tidak kuat. HDRK merupakan penyebab dari masalah pasien yaitu waham, (d) Tidak tepat, karena
halusinasi merupakan akibat dari waham yang dialami pasien, (e) Tidak tepat, karena tidak ada data
penguat diangkatnya diagnosis resiko perilaku kekerasan "

[7/9 14.44] +62 821-2165-6668: Soal 143

Seorang laki-laki (45 tahun) dirawat di RSJ sejak 4 hari lalu karena marah-marah dan memukul
tetangganya dengan balok. Hasil pengkajian: pasien terlihat selalu berjalan, bicara sendiri, dan ketika
ditanya pasien mengatakan ia melihat sosok ayahnya yang meminta ia untuk terus berjalan. Apakah
diagnosis keperawatan yang tepat pada pasien? a. Isolasi sosial

b. Waham

c. Perilaku kekerasan Resiko

d. perilaku kekerasan

e. Halusinasi

Jawaban: E

Pembahasan:

"Data fokus pada kasus: Pasien terlihat selalu berjalan, bicara sendiri, dan ketika ditanya pasien
mengatakan ia melihat sosok ayahnya yang meminta ia untuk terus berjalan. Diagnosis keperawatan
pada kasus adalah HALUSINASI karena pasien menunjukkan tanda dan gejala merasakan stimulus yang
sebenarnya tidak ada dibuktikan dengan data selalu berjalan, bicara sendiri, dan ketika ditanya pasien
mengatakan ia melihat sosok ayahnya yang meminta ia untuk terus berjalan. Halusinasi adalah satu
gejala gangguan jiwa yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan, pasien disini merasakan stimulus yang
sebenarnya tidak ada (Keliat & Akemat, 2010). Dari pilihan jawaban: (a) Tidak tepat, karena tidak ada
data penguat diangkatnya diagnosis isolasi sosial, (b) Tidak tepat, karena tidak ada data penguat
diangkatnya diagnosis waham, (c) Tidak tepat, karena tidak ada data penguat diangkatnya diagnosis
perilaku kekerasan, (d) Tidak tepat, karena tidak ada data penguat diangkatnya diagnosis resiko perilaku
kekerasan "

[7/9 14.46] +62 821-2165-6668: Soal 144

Seorang perempuan (47 tahun) dirawat di RS sejak 1 minggu yang lalu. Pasien didiagnosis oleh dokter
mengalami penyakit kanker paru stadium akhir. Hasil pengkajian: pasien mengatakan ia merasa dirinya
baik-baik saja, batuk yang ia alami hanya batuk biasa, dan menurut pasien tidak ada yang bisa ia
andalkan dirumah untuk merawat dirinya. Apakah diagnosis keperawatan yang tepat pada pasien?

a. Defisit pengetahuan

b. Ansietas

c. Koping defensif

d. Keputusasaan

e. Gangguan citra tubuhJawaban: C

Pembahasan:

"Data fokus pada kasus: Pasien mengatakan ia merasa dirinya baik-baik saja, batuk yang ia alami hanya
batuk biasa, dan menurut pasien tidak ada yang bisa ia andalkan dirumah untuk merawat dirinya.
Padahal pasien didiagnosis oleh dokter mengalami penyakit kanker paru stadium akhir. Diagnosis
keperawatan pada kasus adalah KOPING DEFENSIF karena terlihat pasien menyangkal adanya masalah
padahal sebenarnya ada dan pasien juga meremehkan orang lain. Hal ini sesuai dengan tanda dan gejala
untuk diagnosis koping defensif. Koping defensif adalah proyeksi evaluasi diri untuk melindungi diri dari
ancaman terhadap harga dirinya (SDKI, 2017). Dari pilihan jawaban: (a) Tidak tepat, karena karena tidak
ada data penguat diangkatnya diagnosis defisit pengetahuan, (b) Tidak tepat, karena tidak ada data
penguat diangkatnya diagnosis ansietas, (d) Tidak tepat, karena tidak ada data penguat diangkatnya
diagnosis keputusasaan, (e) Tidak tepat, karena tidak ada data penguat diangkatnya gangguan citra
tubuh"

[7/9 14.48] +62 821-2165-6668: Soal 145

Seorang laki-laki (42 tahun) dirawat di RSJ sejak 2 hari yang lalu karena sering keluyuran dengan tidak
menggunakan pakaian. Keluarga mengatakan pasien pernah menjalani operasi kepala 2 tahun yang lalu,
sedangkan dalam 4 bulan terakhir pasien diceraikan oleh istrinya dan hak asuh anaknya tidak diberikan
padanya. Klien mengatakan bahwa ia seperti ini sejak diejek oleh tetangganya 1 minggu sebelum masuk
RS. Apakah faktor predisposisi pada pasien? a. Di ejek oleh tetangga

b. Cerai dengan istri

c. Tidak mendapatkan hak asuh anaknya

d. Operasi Kepala

e. Keluyuran dijalan
Jawaban: d

Pembahasan:

"Data fokus pada kasus: Keluarga mengatakan pasien pernah menjalani operasi kepala 2 tahun yang lalu.
Faktor predisposisi merupakan faktor yang melatarbelakangi seseorang mengalami gangguan jiwa
(waktu berlangsung > 6 bulan). Dari pilihan jawaban: (a) Tidak tepat, karena bukan merupakan faktor
predisposisi pada pasien tetapi menjadi faktor presipitasi (faktor sosialkultural), (b) Tidak tepat, karena
bukan merupakan faktor predisposisi pada pasien tetapi menjadi faktor presipitasi (faktor psikologis), (c)
Tidak tepat, karena bukan merupakan faktor predisposisi pada pasien tetapi menjadi faktor presipitasi
(faktor psikologis), (d) Tepat, karena merupakan faktor yang melatarbelakangi pasien mengalami
gangguan jiwa dengan waktu terjadi lebih dari 6 bulan, (e) Tidak tepat, karena meruapakan tanda dan
gejala gangguan yang pasien alami "

[7/9 14.49] +62 821-2165-6668: Soal 146

Seorang laki-laki (34 tahun) dibawa ke IGD RSJ dengan keadaan mengamuk dan berteriak. Keluarga
mengatakan 4 tahun yang lalu usaha klien gagal dan dua bulan yang lalu ayah klien yang sakit meninggal
setelah itu klien dirawat oleh keluarganya dan tidak mendapat perhatian. Apakah faktor
presipitasi pada pasien?

a. Gagal menjadi pengusaha

b. Ayah meninggal dunia

c. Mengamuk

d. Kurang perhatian

e. Dirawat keluarga

Jawaban: a

Pembahasan:

"Data fokus pada kasus: Ayah pasien meninggal sejak bulan yang lalu. Faktor presipitasi adalah Faktor
pencetus yang menyebabkan klien mengalami gangguan jiwa atau yang menyebabkan kekambuhan,
Contoh: Pengalaman yang tidak menyenangkan yang dialami klien (kegagalan, kehilangan, perpisahan,
kematian, trauma selama tumbuh kembang) yang pernah dialami dalam rentang waktu < 6 bulan
terakhir. Dari pilihan jawaban: (a) Tidak tepat, karena waktunya lebih dari 6 bulan terakhir, (b) Tepat,
karena kejadian klien mengalami kehilangan yaitu ayah meninggal dunia terjadi pada waktu < 6 bulan,
(c) Tidak tepat, karena bukan merupakan faktor presipitasi tetapi tanda dan gejala yang muncul akibat
faktor presipitasi, (d) Tidak tepat, karena bukan merupakan faktor pencetus utama , (e) Tidak tepat,
karena bukan merupakan bagian dari faktor pencetus. "

[7/9 14.51] +62 821-2165-6668: Soal 147

Seorang perempuan (24 tahun) dibawa ke IGD RSJ dengan masalah utama harga diri rendah kronik. Hasil
pengkajian: pasien tidak mau berinteraksi, melamun, tatapan mata kosong, dan terlihat tidak
bersemangat. Pasien mengatakan bahwa ia tidak tahu harus berbuat apa lagi. Apakah data
selanjutnya yang perlu dikaji pada pasien tersebut?

a. Berbicara kasar

b. Ingin mencederai diri sendiri

c. Bersikap curiga

d. Sulit mengambil keputusan

e. Tatapan mata tajam Jawaban: b

Pembahasan:

"Data fokus pada kasus: pasien dengan masalah utama harga diri rendah kronik. Data yang muncul
pasien tidak mau berinteraksi, melamun, tatapan mata kosong, dan terlihat tidak bersemangat. Pasien
mengatakan bahwa ia tidak tahu harus berbuat apa lagi. Dari pilihan jawaban: (a) Tidak tepat, karena
dari data pasien tidak ada menunjukkan respon marah, (b) Tepat, karena tanda dan gejala yang terlihat
pada pasien juga merupakan tanda dan gejala pasien dengan resiko bunuh diri. Resiko bunuh diri juga
merupakan akibat yang bisa terjadi dari masalah harga diri rendah, (c) Tidak tepat, karena masalah yang
dialami pasien lebih kepada masalah evaluasi negatif pada diri, (d) Tidak tepat, karena tidak begitu
prioritas untuk mengkaji permasalahan pada pasien, (e) Tidak tepat, karena dari data pasien tidak ada
menunjukkan respon marah "

[7/9 14.53] +62 821-2165-6668: Soal 148

Seorang perempuan (54 tahun) dibawa oleh keluarganya ke IGD RS Jiwa dengan keadaan pasien sudah 1
minggu tidak mau mandi dan takut melihat air. Hal ini terjadi pasca gempa 1 minggu lalu karena pasien
sedang berada di kamar mandi saat gempa terjadi. Pasien terlihat kotor, rambut acak-acakan, badan
tercium bau tidak sedap, gigi terlihat kuning dan baju tidak pernah diganti sejak satu minggu yang lalu.
Apakah faktor presipitasi pada pasien? a. Malas mandi
b. Tidak mandi selama 1 minggu

c. Terjadi gempa 1 minggu yang lalu

d. Malas ganti baju

e. Malas sikat gigi

Jawaban: C

Pembahasan:

"Data fokus pada kasus: sejak 1 minggu yang lalu terjadi gempa saat pasien berada di kamar mandi.
Faktor presipitasi adalah Faktor pencetus yang menyebabkan klien mengalami gangguan jiwa atau yang
menyebabkan kekambuhan, Contoh: Pengalaman yang tidak menyenangkan yang dialami klien
(kegagalan, kehilangan, perpisahan, kematian, trauma selama tumbuh kembang) yang pernah dialami
dalam rentang waktu < 6 bulan terakhir. Dari pilihan jawaban: (a) Tidak tepat, karena merupakan tanda
dan gejala yang ditunjukkan oleh pasien akibat faktor pencetus yang menimbulkan gangguan jiwa pada
pasien, (b) Tidak tepat, karena merupakan tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh pasien akibat faktor
pencetus yang menimbulkan gangguan jiwa pada pasien, (c) Tepat, karena merupakan hal yang menjadi
pencetus pasien mengalami gangguan jiwa dalam rentang waktu < 6 bulan ini, (d) Tidak tepat, karena
merupakan tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh pasien akibat faktor pencetus yang menimbulkan
gangguan jiwa pada pasien, (e) Tidak tepat, karena merupakan tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh
pasien akibat faktor pencetus yang menimbulkan gangguan jiwa pada pasien "

[7/9 14.57] +62 821-2165-6668: Soal 149

Seorang laki-laki (30 tahun) di antar ke IGD RSJ oleh keluarganya. Pasien mengeluh setiap pagi dan sore
mendengar suara-suara anak kecil yang tertawa dan bermain, padahal tidak ada anak kecil sehingga
pasien merasa sangat terganggu dengan suara-suara tersebut. Hal ini terjadi sejak kematian anak
pertamanya 1 tahun lalu sehingga pasien sering melamun, berbicara sendiri serta memukul-mukul
telinganya. Apakah faktor predisposisi pada pasien?

a. Anaknya meninggal

b. Mendengar suara anak kecil

c. Sering memukul-mukul telinganya

d. Tidak melihat ada anak kecil


e. Berbicara sendiri Jawaban: A

Pembahasan:

"Data fokus pada kasus: Pasien mengalami masalah sejak kematian anak pertamanya 1 tahun yang lalu.
Faktor predisposisi merupakan faktor yang melatarbelakangi seseorang mengalami gangguan jiwa
(waktu berlangsung > 6 bulan). Dari pilihan jawaban: (a) Tepat, karena merupakan faktor yang
melatarbelakangi pasien mengalami gangguan jiwa dengan waktu terjadi lebih dari 6 bulan, (b) Tidak
tepat, karena merupakan tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh pasien akibat faktor yang
melatarbelakangi gangguan jiwa pada pasien, (c) Tidak tepat, karena merupakan tanda dan gejala yang
ditunjukkan oleh pasien akibat faktor yang melatarbelakangi gangguan jiwa pada pasien, (d) Tidak tepat,
karena merupakan tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh pasien akibat faktor yang melatarbelakangi
gangguan jiwa pada pasien, (e) Tidak tepat, karena merupakan tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh
pasien akibat faktor yang melatarbelakangi gangguan jiwa pada pasien "

[7/9 14.59] +62 821-2165-6668: Soal 150

Seorang laki-laki (33 tahun) dirawat di RSJ 5 hari yang lalu. Hasil pengkajian: pasien mengatakan bahwa ia
tidak berguna, merasa sangat malu, dan dibuang oleh keluarganya. Pasien juga mengatakan lebih baik ia
tidak dilahirkan kedunia. Hal ini mulai dialami oleh pasien sejak ditinggal pergi istrinya menikah lagi 1
tahun lalu. Apakah faktor predisposisi pada pasien? a. Masuk RSJ 5 hari yang lalu

b. Dibuang oleh keluarganya

c. Pasien ditinggal oleh istri yang menikah lagi

d. Merasa tidak berguna

e. Merasa sangat malu

Jawaban: c

Pembahasan:

"Data fokus pada kasus: Pasien ditinggal pergi oleh istrinya menikah lagi 1 tahun yang lalu. Faktor
predisposisi merupakan faktor yang melatarbelakangi seseorang mengalami gangguan jiwa (waktu
berlangsung > 6 bulan). Dari pilihan jawaban: (a) Tidak tepat, karena bukan merupakan penyebab
pasien mengalami gangguan jiwa tetapi merupakan waktu pasien masuk RSJ, (b) Tidak tepat, karena
perasaan negatif pada diri pasien, (c) Tepat, karena merupakan faktor yang melatarbelakangi pasien
mengalami gangguan jiwa dalam waktu > 6 bulan, (d)Tidak tepat, karena perasaan negatif pada diri
pasien dan tanda gejala yang muncul akibat masalah pasien, (e) Tidak tepat, karena perasaan negatif
pada diri pasien dan tanda gejala yang muncul akibat masalah pasien "

[7/9 15.00] +62 821-2165-6668: Soal 151

Seorang laki-laki (24 tahun) di bawa ke RSJ oleh keluarga karena mengurung diri dikamar. Keluarga
mengatakan pasien mengurung diri semenjak di PHK dari tempatnya bekerja. Sebelumnya pasien sudah
2 kali dirawat di rumah sakit jiwa. Pasien sering mengurung diri semenjak Ibunya meninggal saat berusia
ia 10 tahun, ayahnya menikah lagi 5 bulan yang lalu. Apakah faktor predisposisi pada pasien?

a. PHK dari perusahaan

b. Ibu pasien meninggal

c. Ayah menikah lagi

d. 2 kali Masuk RSJ

d. Mengurung diri

Jawaban: b

Pembahasan:

"Data fokus pada kasus: Ibu pasien meninggal sejak 10 tahun yang lalu. Faktor predisposisi merupakan
faktor yang melatarbelakangi seseorang mengalami gangguan jiwa (waktu berlangsung > 6 bulan). Dari
pilihan jawaban: (a) Tidak tepat, karena tidak dijelaskan kapan waktu pasien di PHK, (b) Tepat, karena
merupakan faktor yang melatarbelakangi pasien mengalami gangguan jiwa dalam waktu > 6 bulan, (c)
Tidak tepat, karena merupakan faktor pencetus menyebabkan pasien mengalami gangguan jiwa kembali,
(d) Tidak tepat, karena merupakan akibat dari faktor pencetus dan faktor predisposisi yang pasien alami
dalam kehidupannya, (e) Tidak tepat, karena merupakan tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh pasien
akibat faktor yang melatarbelakangi gangguan jiwa pada pasien "

[7/9 15.02] +62 821-2165-6668: Soal 152


Seorang perempuan (23 tahun) dirawat di RSJ dengan diagnosis medis skizofrenia paranoid. Pasien
mendapatkan terapi chlorpromazin (CPZ) 50 mg per oral per 12 jam. Pasien mengeluh mulut terasa
kering dan susah untuk buang air besar selama 4 hari. Apakah tindakan keperawatan yang tepat
diberikan pada pasien?

a. Anjurkan pasien menghindari makanan yang bergas

b. Anjurkan makan makanan yang bergas

c. Anjurkan pasien banyak minum air putih

d. Kolaborasi pemberian laxatif

e. Anjurkan pasien berolahraga

Jawaban: d

Pembahasan:

"Data fokus pada kasus: Pasien mendapatkan terapi chlorpromazin (CPZ) 50 mg per oral per 12 jam.
Pasien mengeluh mulut terasa kering dan susah untuk buang air besar selama 4 hari. Dari pilihan
jawaban: (a) Tidak tepat, karena sebagai tindakan tambahan untuk kondisi yang sedang dialami pasien,
(b) Tidak tepat, karena bukan merupakan tindakan yang dapat membantu permasalahan pasien, (c)
Tidak tepat, karena sebagai tindakan pencegahan untuk kondisi yang sedang dialami pasien, (d) Tepat,
karena masalah BAB pasien perlu untuk ditangani segera, (e) Tidak tepat, karena sebagai tindakan
tambahan untuk kondisi yang sedang dialami pasien "

[7/9 15.03] +62 821-2165-6668: Soal 153

Seorang laki-laki (18 tahun) dibawa oleh keluarga ke RSJ karena marah-marah dan melempar barang
setelah tidak dibelikan sepeda motor oleh orang tuanya. Klien juga memiliki riwayat memukul ibunya.
Hasil pengkajian: pasien mendengar suara-suara, tampak sering berbicara dan tertawa sendiri, bingung,
suka menyendiri dan penampilan tidak rapi. Apakah masalah yang diatasi terlebih dahulu pada
pasien?

a. Defisit perawatan diri

b. Perilaku kekerasan

c. Resiko perilaku kekerasan


d. Isolasi sosial

e. Halusinasi

Jawaban: e

Pembahasan:

"Data fokus pada kasus: Pasien mendengar suara-suara, tampak sering berbicara sendiri, tertawa
sendiri, bingung ,suka menyendiri, dan penampilan tidak rapi. Dari pilihan jawaban: (a) Tidak tepat,
karena bukan merupakan masalah prioritas yang perlu untuk diatasi, (b) Tidak tepat, karena tanda dan
gejala PK tidak muncul pada saat pengkajian dan tidak merupakan masalah prioritas untuk diatasi, (c)
Tidak tepat, karena tanda dan gejala RPK tidak muncul pada saat pengkajian dan tidak merupakan
masalah prioritas untuk diatasi, (d) Tidak tepat, karena pasien tidak mengalami masalah isolasi sosial,
(e) Tepat, karena tanda dan gejala yang muncul menunjukkan pasien mengalami halusinasi dan perlu
diberikan tindakan untuk dapat membantu masalah pasien. "

[7/9 15.05] +62 821-2165-6668: Soal 154

Perawat melakukan kunjungan rumah klien laki-laki (45 tahun) dengan riwayat DM dan hipertensi. Hasil
pengkajian klien merasa khawatir dan selalu memikirkan keadaan penyakitnya sehingga membuat ia
susah tidur. Keluarga klien mengatakan klien tidak minum obat dengan teratur dan tidak menjaga pola
makan. Apakah tindakan keperawatan yang tepat diberikan pada klien?

a. Kolaborasi pemberian obat penenang

b. Memberikan informasi tentang obat

c. Menganjurkan klien patuh minum obat

d. Mengajarkan teknik relaksasi

e. Memotivasi klien patuh diet

Jawaban: d

Pembahasan:
"Data fokus pada kasus: klien merasa khawatir dan selalu memikirkan keadaan penyakitnya sehingga
membuat ia susah tidur. Keluarga klien mengatakan klien tidak minum obat dengan teratur dan tidak
menjaga pola makan. Masalah keperawatan psikososial yang dialami klien adalah ansietas. Dari pilihan
jawaban: (a) Tidak tepat, karena tingkatan ansietas yang dialami pasien masih bisa ditangaani dengan
cara lain., (b) Tidak tepat, karena masalah yang dialami klien lebih kepada masalah psikososial akibat
penyakit yang dialami., (c) Tidak tepat, karena tidak mengatasi masalah yang dialami klien tetapi
merupakan tindakan penunjang untuk keberhasilan pengobatan penyakit klien., (d) Tepat, karena tanda
dan gejala yang dialami klien menunjukkan klien mengalami masalah ansietas dan cara untuk
mengurangi kekhawatiran klien adalah dengan mengajarkan teknik relaksasi, (e) Tidak tepat, karena
tidak mengatasi masalah yang dialami klien tetapi merupakan tindakan penunjang untuk keberhasilan
pengobatan penyakit klien "

[7/9 15.06] +62 821-2165-6668: Soal 155

Seorang perempuan (15 tahun) dirawat di RSJ 3 hari yang lalu dikarenakan marah-marah tanpa sebab.
Hasil pengkajian: pasien mendengar suara-suara yang mengancam, bicara sendiri dan mulut komat
kamit. Pasien juga terlihat ketakutan dan cemas berat. Apakah tindakan keperawatan yang paling tepat
diberikan pada pasien?

b. Mengajarkan pasien untuk mengidentifikasi halusinasi

b. Melatih pasien melaksanakan aktivitas terjadwal

c. Melatih pasien minum obat secara teratur

d. Melatih pasien latihan menghardik halusinasi

e. Melatih pasien bercakap-cakap dengan orang lain

Jawaban: d

Pembahasan:

"Data fokus pada kasus: Pasien mendengar suara-suara yang mengancam, bicara sendiri, dan mulut
komat kamit. Pasien juga terlihat ketakutan dan cemas berat. Masalah keperawatan yang dialami pasien
adalah halusinasi. Dari pilihan jawaban: (a) Tidak tepat, karena terlihat pasien sudah mampu
mengidentifikasi halusinasinya dan keadaan pasien saat ini membutuhkan penanganan untuk ketakutan
dan cemas berat akibat halusinasinya, (b) Tidak tepat, karena keadaan pasien saat ini membutuhkan
penanganan untuk ketakutan dan cemas berat akibat halusinasinya, (c) Tidak tepat, karena keadaan
pasien saat ini membutuhkan penanganan untuk ketakutan dan cemas berat akibat halusinasinya, (d)
Tepat, karena pasien berada pada tahap halusinasi controlling dimana pada tahap ini pasien mengalami
ketakutan dan cemas berat akibat halusinasinya dan tindakan yang tepat diajarkan pada pasien adalah
latihan menghardik halusinasi, (e) Tidak tepat, karena pasien berada pada tahap takut dan cemas berat
dengan halusinasinya. "

[7/9 15.08] +62 821-2165-6668: Soal 156

Seorang perempuan (27 tahun) dirawat diRS dengan luka bakar dipipi sebelah kanan. Hasil pengkajian:
pasien tidak mau berinteraksi dengan orang lain, tidak mau melihat wajahnya, dan memecahkan cermin
dikamar RS. Pasien mengatakan dirinya tidak cantik lagi dan tidak akan ada orang yang mau dengannya
lagi. Apakah tindakan keperawatan yang paling tepat diberikan pada pasien?

a. Melatih pasien cara mengontrol marah

b. Membiarkan pasien mengekspresikan perasaannya

c. Mendisikusikan aspek positif yang dimiliki pasien

d. Menganjurkan pasien berinteraksi dengan orang lain

e. Mendiskusikan cara meningkatkan citra tubuh pasien

Jawaban: e

Pembahasan:

"Data fokus pada kasus: Hasil pengkajian pada keluarga, pasien tidak mau berinteraksi dengan orang
lain, tidak mau melihat wajahnya, dan memecahkan cermin dikamar RS. Ketika dikaji pasien mengatakan
dirinya tidak cantik lagi dan tidak akan ada orang yang mau dengannya lagi. Masalah keperawatan yang
dialami pasien adalah gangguan citra tubuh. Dari pilihan jawaban: (a) Tidak tepat, karena bukan
merupakan tindakan yang diperlukan oleh pasien dalam kondisinya yang sekarang, (b) Tidak tepat,
karena jika berlarut-larut juga tidak baik untuk mental pasien, (c) Tidak tepat, karena merupakan
tindakan yang diberikan pada pasien harga diri rendah, (d) tidak tepat, karena keadaan pasien saat ini
belum bisa menerima keadaannya, (e) Tepat, karena pasien butuh diajak untuk berdiskusi terkait
bagaimana cara meningkatkan citra tubuh akibat luka bakar yang ia alami. "

[7/9 15.09] +62 821-2165-6668: Soal 157


Seorang laki-laki (3 1tahun) dirawat di RSJ sejak 5 hari yang lalu. Hasil pengkajian: pasien bicara dengan
suara pelan, menyendiri dikamar dan gelisah. Kondisi ini dialaminya sejak bercerai dengan istrinya dan
dikeluarkan dari pekerjaan. Pasien merasa malu untuk berbicara dengan orang lain karena sudah tidak
ada yang bisa dibanggakan dari dirinya. Apakah tindakan keperawatan yang paling tepat diberikan pada
pasien?

a. Membina hubungan saling percaya

b. Identifikasi aspek positif yang dimiliki pasien

c. Latih pasien dapat mengungkapkan perasaannya

d. Latih pasien dapat meningkatkan harga diri

e. Latih paien dapat berinteraksi dengan orang lain

Jawaban: b

Pembahasan:

"Data fokus pada kasus: Pasien bicara dengan suara pelan, menyendiri dikamar, dan gelisah. Kondisi ia
alami sejak bercerai dengan istrinya dan dikeluarkan dari pekerjaan. Pasien mengatakan merasa malu
untuk bicara dengan orang lain karena sudah tidak ada yang bisa dibanggakan dari dirinya. Masalah
keperawatan pada pasien adalah harga diri rendah kronik. Dari pilihan jawaban: (a) Tidak tepat, karena
tindakan ini sudah pasti dilakukan pada awal pertemuan dengan pasien, (b) Tepat, karena dari tanda dan
gejala yang muncul pada pasien berupa evaluasi negatif pada diri akibat bercerai dengan istri dan
dikeluarkan dari pekerjaannya. Maka tindakan yang akan diberikan pada pasien adalah identifikasi aspek
positif yang dimiliki pasien, (c) Tidak tepat, karena terlihat pasien mampu mengugkapkan perasaannnya,
(d) Tidak tepat, karena pasien terlebih dahulu perlu tahu dulu apa saja aspek positif yang dimiliki, (e)
Tidak tepat, karena pasien mampu untuk berinteraksi dengan orang lain walaupun dengan bicara pelan.
Bicara dengan pelan disebabkan oleh harga diri pasien yang rendah. "

Anda mungkin juga menyukai