Anda di halaman 1dari 131

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF ( CHF)

TERHADAP MASALAH GANGGUAN PERTUKARAN GAS DENGAN TINDAKAN


PEMBERIAN OKSIGEN PADA TN A DAN TN S DI RUANG PERAWATAN
LANTAI 3 RS PATRIA IKKT JAKARTA BARAT

PROPOSAL KTI

Nama : Sudirah

Nim : 18035

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN Dr.SISMADI
JAKARTA
2021
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF ( CHF)


TERHADAP MASALAH GANGGUAN PERTUKARAN GAS DENGAN TINDAKAN
PEMBERIAN OKSIGEN PADA TN A DAN TN S DI RUANG PERAWATAN
LANTAI 3 RS PATRIA IKKT JAKARTA BARAT

Nama : Sudirah

NIM : 18035

Dosen Pembimbing : 1. Ns. Rogayah, M.Kep

2. Ns.M.Riki Sholin Skep.M.P

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN Dr.SISMADI

JAKARTA

2021
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul :ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF ( CHF)


TERHADAP MASALAH GANGGUAN PERTUKARAN GAS DENGAN
TINDAKAN PEMBERIAN OKSIGEN PADA TN A DAN TN S DI RUANG
PERAWATAN LANTAI 3 RS PATRIA IKKT JAKARTA BARAT
Oleh : Sudirah
NIM : 18035

Proposal penelitian ini telah di setujui untuk di sajikan dalam sidang proposal penelitian

Jakarta, Agustus 2021


Pembimbing 1 Pembimbing 2

Ns. Rogayah, M.Kep Ns. M. Riki sholin SKep.M.P


NIDN: 03-2512-7702 NIDN:

Mengetahui
Ketua STIKES Dr. Sismadi Jakarta

NS, Hernida Dwi Lestari, Spd, M.Kep


NIDN : 03-2810-7202
LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Akhir ini diajukan oleh :

Nama : Sudirah
NPM : 18035
Program Studi : Diploma III Keperawatan
Judul KTI : Asuhan Keperawatan Pasien Gagal Jantung Kongestif ( CHF)
Terhadap Masalah Gangguan Pertukaran Gas Dengan Tindakan
Pemberian Oksigen Pada Tn A Dan Tn S Di Ruang Perawatan
Lantai 3 RS Patria IKKT Jakarta Barat

Telah berhasil dipertahankan di hadapan dewan penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan Program
Studi Diploma III Keperawatan STIKes Dr. Sismadi Jakarta.

DEWAN PENGUJI
Pembimbing I : Ns. Rogayah, M.Kep ( )
Pembimbing II : Ns.M.Riki Sholin Skep.M.P ( )

Jakarta, Agustus 2021

Ka. STIKes Sismadi Ka.Prodi D3 Keperawatan

Ns. Hernida Dwi L, Spd.M.Kep Ns. Rogayah, M.Kep


NIDN 03 2810 7202 NIDN 03 2512 7704
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat serta karunia-Nya
sehingga saya dapat menyusun dan menyelesaikan tugas akhir Program Studi
Diploma III yaitu Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Pasien Gagal Jantung Kongestif ( CHF) Terhadap Masalah Gangguan
Pertukaran Gas Dengan Tindakan Pemberian Oksigen Pada Tn A Dan Tn S
Di Ruang Perawatan Lantai 3 Rs Patria IKKT Jakarta Barat” pada tahun
2021.

Tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah dalam rangka memenuhi
syarat dalam menyelesaikan pendidikan Perguruan Tinggi Diploma III
Keperawatan untuk mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan.

Tersusunn Karya Tulis Ilmiah ini tentu tidak lepas dari bimbingan,saran dan
dukungan moral kepada penulis, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih
kepada:

1. LetKol Kes dr. Crispinus Adhi Suryo, SpAn selaku Direktur RS Patria IKKT
Jakarta
2. Ns. Hernida Dwi Lestari, Spd M.Kep selaku ketua STIKes Dr. Sismadi Jakarta
3. Ns. Rogayah M.Kep selaku kaprodi D3 STIKes Dr. Sismadi Jakarta, pembimbing
1,dan Penguji Karya Tulis Ilmiah.
4. Ns. M.Riki Sholin, S.Kep.M.P selaku pembimbing 2 dan penguji Karya Tulis
Ilmiah
5. Seluruh Dosen dan staf STIKes Dr.Sismadi yang telah memberikan dukungan
dan bimbingan bagi penulis dalam menyelesaikan proses pendidikan dan
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Kedua orang tua saya tercinta serta adik-adik yang senantiasa mendukung saya
dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Suamiku yang saya sayangi senantiasa mendukung dalam Karya Tukis Ilmiah ini.
8. Teman-teman saya dan semua pihak yang penulis tidak bisa sebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari
sempurna,oleh karna itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
yang akan digunakan nantinya untuk masa depan.
Akhir kata saya ucapkan terimakasih. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermnafaat
bagi banyak orang dikemudian hari. Aamiin.

Jakarta, … Oktober 2021

Penulis

(Sudirah/13035)
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
(Hasil Karya Perorangan)

Sebagai Civitas akademis Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dr Sismadi, saya yang bertanda
tangan dibawah ini :
Nama : Sudirah
NPM/NIM : 18035
Program Studi : DIII Keperawatan
Jenis karya : tugas akhir/laporan penelitian/ makalah
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Sismadi atas Karya Ilmiah saya yang berjudul :
“Asuhan Keperawatan Pasien Gagal Jantung Kongestif ( CHF) Terhadap Masalah Gangguan
Pertukaran Gas Dengan Tindakan Pemberian Oksigen Pada Tn A Dan Tn S Di Ruang
Perawatan Lantai 3 Rs Patria IKKT Jakarta Barat”
Beserta perangkat yang ada (bila diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif ini
STIKes Dr Sismadi berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelolanya dalam
bentuk pangkalan data (database), mendistribusikanya, dan menampilkan/
mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu
meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan
sebagai pemilik Hak Cipta. Segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak
Cipta dalam karya ilmiah ini menjadi tanggung jawab saya pribadi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta
Pada Tanggal :6 September 2021
Yang Menyatakan

(Sudirah)
ABSTRAK

“ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF ( CHF)


TERHADAP MASALAH GANGGUAN PERTUKARAN GAS DENGAN TINDAKAN
PEMBERIAN OKSIGEN PADA TN A DAN TN S DI RUANG PERAWATAN
LANTAI 3 RS PATRIA IKKT JAKARTA BARAT
IT ”

Pendahuluan : Gagal jantung adalah kondisi medis di mana jantung tidak dapat
memompa cukup darah ke seluruh tubuh sehingga jaringan tubuh yang
membutuhkan oksigen dan nutrisi tidak terpenuhi dengan baik. Data tahun 2015
menunjukkan 70% kematian didunia diakibatkan Penyakit Tidak Menular (PTM),
dan 45 % dari PTM ini disebabkan oleh penyakit jantung. Tujuan penelitian ini
untuk menggambarkan asuhan keperawatan pasien dengan gagal jantung
kongestif.
Metode : Desain penelitian ini menggunakan deskriptif analitik dalam bentuk
review kasus yang menganalisis suatu masalah asuhan keperawatan pada pasien
pasien yang mengalami gagal jantung kongestif. Lokasi penelitian pasien 1(Tn.A)
dilakukan di Di Ruang Perawatan Lantai 3 RS Patria IKKT Jakarta Barat. dan
pasien 2 (Tn.S) dilakukan di Di Ruang Perawatan Lantai 3 RS Patria IKKT
Jakarta Barat..
Hasil dan pembahasan : Hasil review kasus terhadap kedua pasien
ditemukannya keluhan utama yang sama yaitu sesak nafas. Dimana sesak nafas
sendiri merupakan gejala khas pada gagal jantung. Selain itu pada pasien 1
ditemukannya gejala edema tungkai bawah sedangkan pada pasien 2 tidak. Pada
penenggakkan diagnosa terdapat 2 diagnosa yang sama dan 2 diagnosa yang
berbeda.
Kesimpulan dan saran : Berdasarkan data pasien ditemukan adanya kesenjangan
dan kurangnya penggalian terhadap keluhan pasien sehingga dalam penenggakan
diagnosa masih terdapat data kurang menunjang. Kedepannya diharapkan agar
dapat melakukan pengkajian yang menyeluruh dengan tepat dan akurat. Serta
dalam pengolahan data lebih teliti lagi agar asuhan keperawatan yang dilakukan
dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan kebutuhan pasien.

Kata Kunci : Gagal jantung kongestif, Asuhan Keperawatan Pasien dengan gagal
jantung Kongestif
DAFTAR ISI

Halaman Kulit..........................................................................................................
Halaman Judul.........................................................................................................
Lembar Persetujuan................................................................................................
Lembar Pengesahan.................................................................................................
Kata Pengantar.........................................................................................................
Abstrak......................................................................................................................
Daftar Isi...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
A. Latar Belakang...............................................................................
B. Tujun Penulisan.............................................................................
C. Rumusan Masalah..........................................................................
D. Sistematika Penulisan....................................................................
E. Manfaat Penulisan..........................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................
A. Konsep Dasar Penyakit..................................................................
1. Definisi Gagal Jantung Kongestif...........................................
2. Etiologi Gagal Jantung Kongestif...........................................
3. Tanda dan Gagal Jantung Kongestif.......................................
4. Definisi Gangguan Pertukaran Gas........................................
5. Penyebab Gangguan Pertukaran Gas......................................
6. Gejala dan Tanda Gangguan Pertukaran Gas.........................
7. Faktor yang Mempengaruhi Pertukaran Gas..........................
8. Patofisiologi Gangguan Pertukaran Gas.................................
B. Konsep Masalah Keperawatan.......................................................
1. Definisi Gangguan Oksigenasi...............................................
2. Penyebab Gangguan Oksigenasi.............................................
C. Konsep Tindakan pada Keperawatan............................................
1. Persediaan Oksigenasi............................................................
2. Tujuan Pemberian Oksigen.....................................................
3. Pentingnya Pemberian Oksigen..............................................
4. Sistem Pemberian Oksigen.....................................................
D. Konsep Asuhan Keperawatan pada Penyakit Gagal Jantung........
1. Pengkajian Keperawatan........................................................
2. Diagnosa Keperawatan...........................................................
3. Intervensi Keperawatan..........................................................
4. Implementasi Keperawatan....................................................
5. Evaluasi Keperawatan............................................................

BAB III METODELOGI STUDI KASUS.......................................................


A. Rancangan Studi Kasus.................................................................
B. Subjek Studi Kasus........................................................................
1. Kriteria Inklusi........................................................................
2. Kriteria Eksklusi.....................................................................
C. Fokus Studi Kasus.........................................................................
D. Definisi Operasional......................................................................
E. Tempat dan Waktu.........................................................................
F. Instrumen Studi Kasus...................................................................
G. Langkah Studi Kasus.....................................................................
H. Analisa Studi Kasus.......................................................................
I. Etika Studi Kasus...........................................................................

BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN...............................


A. Hasil Penelitian..............................................................................
1. Gambaran Lokasi Studi Kasus..................................................
2. Gambaran Subjek Studi Kasus..................................................
B. Pemaparan Fokus Studi Kasus.......................................................
1. Pengkajian.................................................................................
2. Diagnosa Keperawatan..............................................................
3. Perencanaan...............................................................................
4. Evaluasi.....................................................................................
C. Pembahasan...................................................................................
1. Pengkajian Keperawatan..........................................................
2. Diagnosa Keperawatan............................................................
3. Perencanaan.............................................................................
4. Implementasi Keperawatan......................................................
5. Evaluasi Keperawatan..............................................................

BAB V PENUTUP............................................................................................
A. Kesimpulan....................................................................................
1. Pengkajian Keperawatan...........................................................
2. Diagnosa Keperawatan..............................................................
3. Pelaksanaan...............................................................................
4. Evaluasi Keperawatan...............................................................
B. Saran..............................................................................................
1. Bagi Rumah Sakit.....................................................................
2. Bagi Pasien................................................................................
3. Bagi Keluarga Pasien................................................................
4. Bagi Peneliti Selanjutnya..........................................................

AKHIR LAPORAN.................................................................................................
1. Daftar Pustaka...........................................................................
2. Lampiran...................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler termasuk


didalammya Congestive Heart Failure (CHF) masih menduduki peringkat
yang tinggi, menurut data WHO pada tahun 2007 dilaporkan bahwa gagal
jantung mempengaruhi lebih dari 20 juta pasien di dunia dan meningkat
seiring pertambahan usia dan mengenai pasien dengan usia lebih dari 65
tahun, dan sekitar 6-10% lebih banyak mengenai laki-laki dari pada wanita.
Pada tahun 2030 WHO memprediksi peningkatan penderita gagal jantung
mencapai 23 juta jiwa di dunia. Gagal jantung juga menjadi masalah khas
utama pada beberapa negara industri maju dan negara berkembang seperti
Indonesia.

Menurut Kompas (2010), sekitar 4,3 juta penduduk Indonesia mengalami


gagal jantung, dan 500.000 kasus baru gagal jantung telah di diagnosis tiap
tahunnya. Harapan hidup penderita gagal jantung lebih buruk
dibandingkan dengan kanker apapun kecuali kanker paru-paru dan kanker
ovarium karena sampai 75% penderita gagal jantung meninggal dalam
kurun waktu 5 tahun sejak diagnosis. Sedangkan menurut profil kesehatan
Indonesia pada tahun 2005 gagal jantung merupakan urutan ke 5 penyebab
kematian terbanyak di rumah sakit seluruh Indonesia. Perubahan gaya
hidup, kadar kolesterol yang tinggi, perokok aktif dan kurangnya
kesadaran berolahraga menjadi faktor pemicu munculnya penyakit gagal
jantung.

Gagal jantung merupakan suatu keadaan yang serius. Kadang orang salah
mengartikan gagal jantung sebagai berhentinya jantung. Sebenarnya istilah
gagal jantung menunjukkan berkurangnya kemampuan jantung untuk
mempertahankan beban kerjanya. Kondisi ini dapat disebabkan oleh
berbagai hal tergantung bagian jantung mana yang mengalami gangguan
(Russel, 2011).
Penyebab gagal jantung digolongkan berdasarkan sisi dominan jantung
yang mengalami kegagalan. Jika dominan pada sisi kiri yaitu : penyakit
jantung iskemik, penyakit jantung hipertensif, penyakit katup aorta,
penyakit katup mitral, miokarditis, kardiomiopati, amioloidosis jantung,
keadaan curah tinggi (tirotoksikosis, anemia, fistula arteriovenosa).
Apabila dominan pada sisi kanan yaitu : gagal jantung kiri, penyakit paru
kronis, stenosis katup pulmonal, penyakit katup trikuspid, penyakit jantung
kongenital (VSD,PDA), hipertensi pulmonal, emboli pulmonal masif
(chandrasoma,2006) didalam (Aspani, 2016).

Pada gagal jantung kanan akan timbul masalah seperti : edema, anorexia,
mual, dan sakit didaerah perut. Sementara itu gagal jantung kiri
menimbulkan gejala cepat lelah, berdebar-debar, sesak nafas, batuk, dan
penurunan fungsi ginjal. Bila jantung bagian kanan dan kiri sama-sama
mengalami keadaan gagal akibat gangguan aliran darah dan adanya
bendungan, maka akan tampak gejala gagal jantung pada sirkulasi sitemik
dan sirkulasi paru (Aspani, 2016).

Pasien dengan tanda dan gejala klinis penyakit gagal jantung akan
menunjukkan masalah keperawatan aktual maupun resiko yang berdampak
pada penyimpangan kebutuhan dasar manusia seperti penurunan curah
jantung, gangguan pertukaran gas, pola nafas tidak efektif, perfusi perifer
tidak efektif, intoleransi aktivitas, hipervolemia, nyeri, ansietas, defisit
nutrisi, dan resiko gangguan integritas kulit (Aspani, 2016).

Pada pasien dengan gagal jantung perencanaan dan tindakan asuhan


keperawatan yang dapat dilakukan diantaranya yaitu memperbaiki
kontraktilitas atau perfusi sistemik, istirahat total dalam posisi semi fowler,
memberikan terapi oksigen sesuai dengan kebutuhan, menurunkan volume
cairan yang berlebih dengan mencatat asupan dan haluaran (Aspani, 2016).

Istirahat total dalam posisi semi fowler dapat mengurangi keluhan yang
dialami pasien gagal jantung diantaranya, sesak nafas dan kesulitan tidur.
Hal ini sejalan dengan penelitian (Melanie, 2012) tentang sudut posisi
tidur semi fowler 45° terhadap kualitas tidur dan tanda vital pasien gagal
jantung diruang rawat intensif RS Patria IKKT Jakarta. Hasil Penelitian ini
membuktikan adanya pengaruh antara sudut posisi tidur terhadap kualitas
tidur pasien gagal jantung. Namun, tidak ada pengaruh yang signifikan
antara sudut posisi tidur terhadap tanda vital. Oleh karena itu pengaturan
sudut posisi tidur dapat menghasilkan kualitas tidur yang baik, sehingga
bisa dipertimbangkan sebagai salah satu intervensi untuk memenuhi
kebutuhan istirahat dan tidur pasien.

Penyakit jantung dan pembuluh darah telah menjadi salah satu masalah
penting kesehatan masyarakat dan merupakan penyebab kematian yang
utama sehingga sangat diperlukan peran perawat dalam penanganan pasien
gagal jantung. Adapun peran perawat yaitu care giver merupakan peran
dalam memeberikan asuhan keperawatan dengan pendekatan pemecahan
masalah sesuai dengan metode dan proses keperawatan yang teridiri dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi sampai
evaluasi (Gledis & Gobel, 2016). Selain itu perawat berperan melakukan
pendidikan kepada pasien dan keluarga untuk mempersiapkan pemulangan
dan kebutuhan untuk perawatan tindak lanjut di rumah (Pertiwiwati &
Rizany, 2017).

Hasil studi pendahuluan didapatkan data tahun 2021 di RS Patria IKKT


Jakarta khususnya ruang perawatan Flamboyan B terdapat 293 kasus dan
menjadi penyakit dengan urutan ke-5 dari Top 1000 diagnosis. Sedangkan
diruang Flamboyan E dalam periode bulan Oktober-Desember 2019 lalu
terdapat 23 kasus.

Berdasarkan pembahasan diatas, penulis tertarik untuk mengangkat


masalah tersebut dalam sebuah karya tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pasien Gagal Jantung Kongestif ( CHF) Terhadap Masalah
Gangguan Pertukaran Gas Dengan Tindakan Pemberian Oksigen Pada Tn
A Dan Tn S Di Ruang Perawatan Lantai 3 RS Patria IKKT Jakarta Barat.”
B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pasien gagal jantung kongestif


(CHF) terhadap masalah gangguan pertukaran gas dengan tindakan
pemberian oksigen pada Tn A dan Tn S.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien yang mengalami gagal


jantung kongestif (CHF).

b. Mampu menegakkan diasnosa keperawatan pada pasien yang


mengalami gagal jantung kongestif (CHF).

c. Menyuusun perencanaan keperawatan pada pasien yang mengalami


gagal jantung kongestif (CHF).

d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien yang mengalami


gagal jantung kongestif (CHF).

e. Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan pada pasien yang


mengalami gagal jantung kongestif (CHF).

C. Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan pasien gagal jantung kongestif (CHF)


terhadap masalah gangguan pertukaran gas dengan tindakan pemberian
oksigen pada Tn A dan Tn S di RS Patria IKKT?

D. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari 5 BAB yaitu :

BAB I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, rumusan
masalah, sistematika penulisan dan manfaat penulisan.
BAB II Tinjauan teori yang terdiri dari pengertian, etiologi, patofisiologi yang
terdiri dari proses perjalanan penyakit, manifestasi klinis,
komplikasi.Penatalaksanaan medis, pengkajian keperawatan (termasuk
pemeriksaan diagnostik), diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
pelaksanaan perawatan dan evaluasi tindakan keperawatan.

BAB III merupakan Metodologi Karya Tulis Ilmiah yang memuat rancangan
studi kasus, subjek studi kasus, fokus studi kasus, definisi operasional, tempat
dan waktu yang digunakan, instrument studi kasus, skala penelitian, langkah
hasil studi kasus, analisa studi kasus, serta etika studi kasus.

BAB IV merupakan hasil studi kasus dan pembahasan terdiri dari pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
keperawatan.

BAB V Penutup terdiri dari kesimpulan berdasarkan pada pembahasan yaitu


pengkajian sampai evaluasi keperawatan. Saran ditujukan kepada mahasiswa,
pasien, petugas kesehatan, institusi dan Rumah Sakit. Daftar pustaka dan
lampiran-lampiran.

E. Manfaat Penulisan

1. Bagi Pelayanan Kesehatan


Diharapkan melalui studi kasus ini, pelayanan kesehatan kedepannya
mampu memberi pendidikan kesehatan pada gagal jantung kongestif
(CHF) dan cara penanganannya dengan segera.

2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Tekhnologi Keperawatan


Diharapkan melalui studi kasus ini dapat menambah pengetahuan serta
pengembangan di dalam ilmu dan Tekhnologi Keperawatan.

3. Bagi Institusi Pendidikan


Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi untuk meningkatkan
kualitas dan pengalaman pendidikan keperawatan pada pengaplikasian
asuhan keperewatan dengan masalah gagal jantung kongestif (CHF)

4. Bagi Penulis
Manfaat bagi penulis dapat menegakkan diagnosa dan intervensi dengan
tepat untuk pasien dengan masalah keperawatan pada system peredaran
darah, khususnya dengan pasien yang mengalami gagal jantung
kongestif (CHF), sehingga perawat dapat melakukan tindakan asuhan
keperawatan yang tepat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit Gagal Jantung Kongestif

1. Pengertian Gagal Jantung Kongestif

Gagal jantung kongestif adalah suatu kondisi di mana jantung mengalami


kegagalan dalam memompa darah untuk mencukup kebutuhan sel-sel tubuh akan
nutrien dan oksigen secara adekuat dan mengakibatkan peregangan ruang jantung
(dilatasi) guna menampung darah lebih banyak untuk dipompakan ke seluruh
tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal dan menyebabkan
jantung hanya mampu memompa darah untuk waktu yang singkat dan dinding
otot jantung yang tidak mampu memompa dengan kuat (Udjianti, 2013).

2. Etiologi Gagal Jantung Kongestif

Menurut Majid (2018) gagal jantung kongestif memiliki beberapa etiologi atau
penyebab, antara lain :

a. Beban tekanan berlebihan-pembebanan sistolik (systolic overload)


Beban sistolik yang berlebihan diluar kemampuan ventrikel (systolic
overload) menyebabkan hambatan pada pengosongan ventrikel, sehingga
menurunkan curah ventrikel atau isi sekuncup.

b. Beban volume berlebihan-pembebanan diastolik (diastolik overload)


Preload yang berlebihan dan melampaui kapasitas ventrikel (diastolik
overload) akan menyebabkan volume dan tekanan pada akhir diastolik dalam
ventrikel meninggi. Pada prinsip Frank Starling yaitu curah jantung mula-
mula akan meningkat sesuai dengan besarnya regangan otot jantung, tetapi
bila beban terus bertambah sampai melampaui batas tertentu, maka curah
jantung justru akan menurun kembali.

c. Peningkatan kebutuhan metabolik-peningkatan kebutuhan yang berlebihan


(demand overload)
Beban kebutuhan metabolik meningkat melebihi kemampuan daya kerja
jantung di mana jantung sudah bekerja maksimal, maka akan terjadi
keadaan gagal jantung walaupun curah jantung sudah cukup tinggi, tetapi
tidak mampu memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh.

d. Gangguan pengisian (hambatan input)


Hambatan pada pengisian ventrikel karena gangguan aliran masuk ke dalam
ventrikel atau pada aliran balik vena/venous return akan menyebabkan
pengeluaran atau output ventrikel berkurang dan curah jantung menurun.

e. Kelainan otot jantung


Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung yang
menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari
penyebab kelainan fungsi otot mencakup arterosklerosis koroner, hipertensi
arterial, dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi.

f. Aterosklerosis koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke
otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat pemupukan asam laktat).
Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya
gagal jantung. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif,
berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi yang secara langsung
merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.

g. Hipertensi sistemik/pulmonal
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan
hipertropi serabut otot jantung. Efek tersebut (hipertrofi miokard) dapat
dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan
kontraktilitas jantung.

h. Peradangan dan penyakit miokardium


Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung
merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.

i. Penyakit jantung
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya
secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya mencakup
gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katup semilunar),
ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade, perikardium,
perikarditif konstriktif atau stenosis AV), peningkatan mendadak overload.

j. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya
gagal jantung. Meningkatnya laju metabolism, hipoksia, dan anemia
memerlukaan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen
sistemik. Hipoksia atau anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke
jantung. Asidosis dan abnormalitas elektrolit juga dapat menurunkan
kontraktilitas jantung.

3. Tanda Dan Gejala Gagal Jantung Kongestif

Menurut Wijaya & Putri (2013), tanda dan gejala gagal jantung sebagai berikut:

1) Gagal jantung kiri


Menyebabkan kongestif, bendungan pada paru dan gangguan pada
mekanisme kontrol pernapasan. Gejala :

a. Dispnea
Dispnea disebabkan oleh adanya penumpukan atau penimbunan cairan
dalam alveoli yang mengganggu pertukaran gas. Dispnea dapat terjadi
ketika istirahat atau di cetuskan oleh gerakan yang minimal atau sedang
(Smeltzer & Bare, 2013).

b. Orthopnea
Kesulitan bernapaas saat berbaring. Pasien yang mengalami orthopnea
tidak mau berbaring tetapi akan menggunakan bantal agar bisa tegak di
tempat tidur atau dikursi, bahkan saat tidur (Smeltzer & Bare, 2013).

c. Paroxymal Nocturnal Dispnea (PND)


Hal ini terjadi apabila pasien duduk lama dengan posisi kaki dan tangan
dibawah, pergi berbaring ke tempat tidur. Setelah beberapa jam cairan
akan tertimbun di ekstremitas yang sebelumnya berada di bawah mulai
diabsorbsi, dan ventrikel kiri yang terganggu, tidak mampu
mengosongkan peningkatan volume dengan adekuat. Akibatnya,tekanan
dalam sirkulasi paru meningkat dan cairan berpindah ke alveoli (Smeltzer
& Bare, 2013).

d. Batuk
Batuk berhubungan dengan gagal ventrikel kiri bias kering dan tidak
produktif, tetapi yang tersering adalah batuk basah, yaitu batuk yang
menghasilkan sputum berbusa dalam jumlah banyak, dan disertai bercak
darah (Smeltzer & Bare, 2013).

e. Mudah Lelah
Terjadi akibat curah jantung yang kurang lalu menghambat jaringan dan
sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil
katabolisme. Juga terjadi akibat meningkatnya energi yang digunakan
untuk bernapas dan insomnia yang terjadi akibat distress pernapasan dan
batuk (Smeltzer & Bare, 2013).

f. Gelisah dan cemas


Terjadi akibat gangguan oksigenasi dan jaringan, stress akibat kesakitan
bernapas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik.
Ketika terjadi kecemasan, maka akan terjadi dispnea dan akan
memperberat kecemasan (Smeltzer & Bare, 2013).

2) Gagal jantung kanan


Menyebabkan peningkatan vena sistemik dengan gejala, yaitu : oedem
perifer, peningkatan bb, distensi vena jugularis, hematomegali, asites pitting
edema, anorexia, dan mual.

4. Definisi Gangguan Pertukaran Gas


Gangguan pertukaran gas adalah keadaan dimana terjadi perubahan membran
alveolus-kapiler sehingga menyebabkan membran alveolus kapiler mengalami
kelebihan atau kekurangan dan/atau eliminasi karbondioksida (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, 2016). Pertukaran gas di paru melibatkan dua proses, yaitu membawa
udara ke permukaan alveolus (ventilasi) dan membawa darah ke jaringan kapiler
paru (perfusi)(Saminan, 2012). Terjadinya gangguan pertukaran gas
menunjukkan kapasitas difusi menurun, antara lain disebabkan oleh penurunan
luas permukaan difusi, penebalan membran alveolar kapiler, terganggunya
pengangkutan O2 dari paru ke jaringan akibat rasio ventilasi perfusi tidak baik
dan terganggunya aliran darah (Hidayat, 2013).

5. Penyebab Gangguan Pertukaran Gas Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif

Gangguan pertukaran gas disebabkan oleh perubahan membrane alveolus-


kapiler (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

6. Gejala Dan Tanda Gangguan Pertukaran Gas

a. Mayor

Gejala : Dispnea

Tanda: PCO2 meningkat/menurun, PO2 menurun, takikardia, pH arteri


meningkat/menurun, bunyi napas tambahan.

b. Minor

Gejala : Pusing, penglihatan kabur

Tanda : Sianosis, diaphoresis, gelisah, napas cuping hidung, pola napas


abnormal (cepat/lambat, regular/ireguler, dalam/dangkal), warna kulit
abnormal (mis. Pucat, kebiruan), kesadaran menurun.

7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertukaran Gas Pada Gagal Jantung


Kongestif

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertukaran gas pada gagal jantung


kongestif menurut Corwin (2009) , yaitu :

a. Konsentrasi oksigen dan karbon dioksida dalam alveolus dan kapiler


Darah vena sistemik memiliki konsentrasi oksigen yang rendah karena
merupakan aliran balik darah dari sirkulasi perifer yang sebagian besar
oksigen telah digunakan sel-sel tubuh.oleh karena itu, konsentrasi oksigen
secara normal lebih tinggi di dalam alveolus daripada di dalam kapiler
paru yang mengakibatkan oksigen berdifusi sesuai penurunan gradien
konsentrasi dari alveolus ke dalam kapiler.

b. Luas permukaan
Luas permukaan adalah luas membran alveolus dan kapiler untuk difusi
gas. Luas permukaan paru biasanya sangat besar namun ada penyakit yang
mampu menurunkan luas permukaan, salah satunya adalah gagal jantung
kongestif sehingga menyebabkan kecepatan proses difusi oksigen dan
karbon dioksida menurun.

c. Jarak untuk difusi


Dalam keadaan normal jarak yang harus dilewati oksigen dan karbon
dioksida cukup kecil. Membran alveolus dan kapiler berdampingan sangat
dekat yang dipisahkan oleh lapisan interstisial yang sangat tipis. Pada
keadaan tertentu dapat meningkatkan jarak difusi menyebabkan edema dan
pembengkakan ruang interstisial. Keadaan ini menurunkan kecepatan
difusi gas.

c. Suhu
Penurunan suhu akan menurunkan kecepatan difusi oksigen dan karbon
dioksida. Peningkatan suhu akan meningkatkan kecepatan difusi kedua gas.

8. Patofisiologi Gangguan Pertukaran Gas Pada Gagal Jantung Kongestif

Mekanisme yang mendasari gagal jantung kongestif adalah curah jantung yang
lebih rendah dari curah jantung normal disebabkan oleh gangguan kemampuan
kontraktilitas jantung. Ketika curah jantung berkurang maka sistem saraf
simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah
jantung. Apabila mekanisme kompensasi ini gagal untuk mempertahankan
perfusi jaringan, maka volume sekuncup jantung harus menyesuaikan untuk
mempertahankan curah jantung (Smeltzer & Bare, 2013). Penurunan curah
jantung terjadi akibat meningkatnya tekanan kapiler dan vena disebabkan oleh
kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi volume sekuncup dan
meningkatkan volume residu ventrikel sehingga meningkatkan tekanan akhir
diastolik ventrikel kiri dan menyebabkan tekanan pada atrium kiri meningkat
(Price, 2006). Peningkatan tekanan atrium kiri berdampak pada tekanan kapiler
dan vena meningkat sehingga menyebabkan penurunan curah
jantung.Peningkatan tekanan vena pulmonalis dapat menyebabkan cairan
mengalir dari kapiler paru ke alveoli (Smeltzer & Bare, 2013).

B. Konsep Masalah Keperawatan Gangguan Oksigenasi

1. Gangguan Oksigenasi
Gangguan pemenuhan oksigenasi yaitu kebutuhan oksigen dalam tubuh
tidak terpenuhi secara optimal yang disebabkan oleh beberapa faktor
seperti faktor fisiologi, perilaku, perkembangan, dan faktor lingkungan.
Masalah atau gangguan yang terkait pemenuhan kebutuhan oksigenasi
yaitu perubahan fungsi jantung dan perubahan fungsi pernafasan.
Perubahan fungsi jantung yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi yaitu
gangguan konduksi jantung seperti disritmia (takikardia/bradikardia),
menurunnya kardiak output seperti pada pasien dekompensi kordis
menimbulkan hipoksia jaringan, kerusakan fungsi katup seperti pada
stenosis, obstruksi, myokardial iskemia/infark mengakibatkan kekurangan
pasokan darah dari arteri koroner ke miokardium sedangkan pada
perubahan fungsi pernafasan masalah yang dapat mempengaruhi
kebutuhan oksigenasi yaitu hiperventilasi, hipoventilasi dan hipoksia.

Gangguan kebutuhan oksigenasi pada diagnosis keperawatan terdapat 3


masalah keperawatan yaitu gangguan pertukaran gas, pola napas tidak
efektif, dan bersihan jalan napas tidak efektif. Gangguan pertukaran gas
adalah keadaan ketika individu mengalami penurunan jalannya gas
(oksigen dan karbondioksida ) yang aktual antara alveoli paru-paru dan
sistem vascular. Pola nafas tidak efektif adalah keadaan ketika seorang
individu mengalami kehilangan ventilasi yang aktual atau potensial yang
berhubungan dengan perubahan pola pernafasan. Sedangkan bersihan jalan
napas tidak efektif adalah suatu keadaan ketika seorang individu
mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial pada status
pernafasan sehubungan dengan ketidakmampuan untuk batuk efektif.
Perubahan Pola Pernapasan ada beberapa macam, di antaranya adalah
takipnea yaitu pernapasan yang memiliki frekuensi lebih dari 24 x/menit
yang terjadi karena paru dalam keadaan atelektaksis atau terjadinya
emboli. Bradipnea yaitu pola pernapasan yang lambat dan kurang dari
10x/menit yang ditemukan dalam keadaan peningkatan tekanan intra
kranial. Kusmaul yaitu pola pernapasan cepat dan dangkal yang dapat
ditemukan pada orang dalam keadaan asidosis metabolic. Dyspnea yaitu
perasaan sesak dan berat saat pernapasan yang disebabkan oleh perubahan
kadar gas dalam darah atau jaringan, kerja berat berlebihan dan pengaruh
psikis.

Cheyne Stokes yaitu pernapasan yang amplitudonya mula-mula naik, turun,


berhenti kemudian mulai siklus baru. Stridor yaitu pernapasan bising yang
terjadi karena penyempitan pada saluran pernapasan. Paroximal Nocturnal
Dyspnea yaitu sesak napas yang terjadi di malam hari. Apnea yaitu
keadaan berhentinya pernapasan yang terjadi karena kurangnya tekanan
CO2 yng diperlukan dalam darah untuk menstimulasi pusat pernapasan.
Ortopnea yaitu kesulitan bernapas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri.
Pola ini sering ditemukan pada seseorang yang mengalami kongestif paru-
paru.

2. Penyebab Gangguan Oksigenasi


Gangguan pemenuhan oksigenasi disebabkan oleh berbagi faktor,
diantaranya sebagai berikut :
a. Hiperventilasi
Upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paru-paru agar
pernafasan lebih cepat dan dalam. Tanda dan gejalanya yaitu takikardia,
nafas pendek, nyeri dada, menurunnya konsentrasi, disorientasi.

b. Hipoventilasi
Terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi
penggunaan O2 tubuh atau mengeluarkan CO2 dengan cukup. Biasanya
terjadi pada etelektasis (kolaps paru). Tanda dan gejalanya nyeri kepala,
penurunan kesadaran, disorientasi, kardiak disritmia,
ketidakseimbangan elektrolit, kejang dan kardiak arrest.
c. Hipoksia
Kondisi tidak tercukupinya pemenuhan O2 dalam tubuh akibat dari
defisiensi O2 yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan O2 di sel.
Tanda dan gejalanya kelelahan, kecemasan, menunrunnya kemampuan
konsentrasi, nadi meningkat, pernafasan cepat dan dalam, sianosis,
sesak nafas dan clubbing finger.

d. Hipoksemia
Hipoksemia adalah keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi
oksigen dalam pembuluh arteri. Hipoksemia bisa terjdi karena
kurangnya tekanan parsial O2 (PaO2) atau kurangnya saturasi oksigen
(SaO2) dalam pembuluh arteri. Seseorang dikatakan hipoksemia apabila
tekanan darah parsial pada pembuluh arterinya kurang dari 50 mmHg.

C. Konsep Tindakan Keperawatan Pemberian Oksigen pada Pasien CHF

1. Persediaan Oksigen
Oksigen adalah elemen gas yang penting untuk kehidupan. Jika seseorang
kekurangan oksigen, kematian akan terjadi dalam hitungan menit. Secara
normal, semua manusia mengekstrasi oksigen yang cukup dari udara yang
mereka hirup. Oksigen terapeutik (tambahan) hanya diperlukan jika pasien
tidak mampu mendapatkan sejumlah oksigen yang cukup untuk kebutuhan
tubuh , akibat defisiensi pernapasan atau defisiensi darah. Dengan
meningkatkan konsentrasi oksigen yang dihirup seseorang, semakin
banyak oksigen yang tersedia untuk konsumsi tubuh. Oksigen dapat
diberikan kepada pasien pneumonia, keracunan karbon monoksida, asma
berat, gagal jantung, infark miokard, atau setelah pembedahan dada atau
abdomen. Oksigen memberikan rasa nyaman kepada pasien dan
memungkinkan pasien bernapas dengan lebih mudah (Rosdahl, 2015)

Menurut Mubarak dan Chayatin (2008) oksigen merupakan kebutuhan


dasar paling vital dalam kehidupan manusia. Dalam tubuh, oksigen
berperan penting di dalam proses metabolisme sel. Kekurangan oksigen
akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satunya
kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu selalu dilakukan untuk
menjamin agar kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik. Dalam
pelaksanaannya, pemenuhan kebutuhan dasar tersebut masuk ke dalam
bidang garapan perawat. Karenanya, setiuap perawat harus paham dengan
manifestasi tingkat pemenuhan oksigen pada pasiennya serta mampu
mengatassi berbagai masalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan
terebut. Untuk itu, perawat perlu memahami secara mendalam konsep
oksigenasi pada manusia.

2. Tujuan Pemberian Oksigen


Sistem transportasi oksigen terdiri dari sistem paru dan sistem
kardiovaskuler. Proses penghantaran ini bergantung pada jumlah oksigen
yang masuk ke paru-paru (ventilasi), aliran darah ke paru-paru dan
jaringan (perfusi), kecepatan difusi, dan kapasitas membawa oksigen
(Ahrens dalam Potter & Perry, 2010).

Oksigen diberikan kepada pasien yang mengalami gangguan ventilasi pada


seluruh area paru, pasien dengan gangguan pertukaran gas, serta mereka
yang mengalami gagal jantung dan membutuhkan pemberian oksigen guna
mencegah hipoksia. Pilihan tersebut bergantung pada kebutuhan oksigen
pasien, kenyamanan, dan tingkat perkembangannya (Mubarak dan
Chayatin, 2008).

Menurut Rosdahl (2015) meningkatkan konsentrasi (atau persentasi)


oksigen yang dihirup pasien memiliki tiga tujuan : (a) Membalikkan
keadaan hipoksia (konsentrasi oksigen rendah dalam darah) menurunkan
kerja sistem pernapasan. (b) Jika menerima tambahan oksigen, otot
pernapasan tidak perlu bekerja keras untuk memompa udara ke dalam dan
keluar paru-paru dan untuk mempertahankan suplai oksigen darah yang
mencukupi. (c) Menurunkan kerja jantung dalam memompa darah. Jantung
berupaya mengompensasi hiposekmia dengan meningkatkan haluaran urin,
oksigen tambahan dapat meringankan beban kerja jantung.

3. Pentingnya Pemberian Oksigen pada Pasien Gagal Jantung


Fisiologi kardiopulmonal meliputi penghantaran darah yang teroksigenasi
(darah dengan kadar karbondioksida yang tinggi dan oksigen yang rendah)
ke bagian kanan jantung dan ke sirkulasi pulmonal, serta darah yang
teroksigenasi (darah dengan kadar oksigen yang tinggi dan karbondioksida
yang rendah) dari paru ke bagian kiri jantung dan jaringan. Sistem jantung
mengantarkan oksigen, nutrisi, dan substansi lain ke jaringan dan
memindahkan produk sisa dari metabolism seluler melalui vascular dan
sistem tubuh lain (misalnya respirasi, pencernaan dan ginjal) (MCCAnce
dan Huether dalam Potter & Perry, 2010)

Gagal jantung kiri merupakan kondisi abnormal, yang ditandai dengan


kerusakan fungsi ventrikel kiri akibat tekanan dan kongesti pulmonal yang
meningkat. Apabila terjadi kegagalan ventrikel, maka jumlah darah yang
dipompa dari ventrikel kiri menurun drastis, sehingga menyebabkan
penurunan curah jantung. Salah satu temuan pengkajian yaitu sesak napas
akibat hipoksia jaringan. Karena ventrikel kiri terus-menerus gagal
memompa darah, maka darah mulai terkumpul di sirkulasi pulmonal,
sehingga menyebabkan kongesti paru. Temuan klinis meliputi suara
crackles, hipoksia, napas pendek pada saat ekspirasi dan seringkali saat
sedang istirahat, batuk, atau saat mengalami dyspnea nocturnal paroksimal
(Canobbia dalam Potter & Perry: 2006)

Gagal jantung kanan disebabkan oleh kerusakan fungsi ventrikel kanan


yang ditandai dngan kongesti vena pada sirkulasi sistemik. Gagal jantung
kanan lebih sering disebabkan oleh penyakit pulmonal atau merupakan
akibat gagal jantung kiri. Faktor patologis primer gagal jantung kiri ialah
peningkatan resistensi pembuluh darah pulmonal (Pulmonary Vascular
Resistance, PVR). Karena PVR terus meningkat, ventrikel kanan harus
bekerja lebih keras dan kebutuhan oksigen pada jantung meningkat.
(Canobbia dalam Potter & Perry: 2006)

Dari uraian diatas, maka dapat dikatakan bahwa pemberian oksigen


memiliki peran yang penting dalam mengatasi gagal jantung. Dengan
pemberian tambahan oksigen, maka dapat meningkatkan sediaan oksigen
untuk kebutuhan miokardium guna melawan efek hipoksia/iskemia,
memberikan transport oksigen yang adekuat dalam darah sambil
menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stress pada miokardium,
meringankan beban kerja jantung, menurunkan dyspnea, untuk
meningkatkan konsentrasi O2 dalam proses pertukaran gas, dan perfusi
oksigen yang adekuat pulmonal (Pulmonary Vascular Resistance, PVR).
Karena PVR terus meningkat, ventrikel kanan harus bekerja lebih keras
dan kebutuhan oksigen pada jantung meningkat. (Canobbia dalam Potter &
Perry: 2006)

Dari uraian diatas, maka dapat dikatakan bahwa pemberian oksigen


memiliki peran yang penting dalam mengatasi gagal jantung. Dengan
pemberian tambahan oksigen, maka dapat meningkatkan sediaan oksigen
untuk kebutuhan miokardium guna melawan efek hipoksia/iskemia,
memberikan transport oksigen yang adekuat dalam darah sambil
menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stress pada miokardium,
meringankan beban kerja jantung, menurunkan dyspnea, untuk
meningkatkan konsentrasi O2 dalam proses pertukaran gas, dan perfusi
oksigen yang adekuat.

4. Sistem Pemberian Oksigen


a. Kanul Nasal
Kanul nasal termasuk dalam sistem pemberian aliran rendah. Kanula
nasal adalah sebuah alat yang digunakan untuk memberikan oksigen
dalam konsentrasi yang semakin meningkat, yaitu dari konsentrasi
rendah ke menengah. Kanula memiliki dua slang pendek yang pas
terpasang ke lubang hidung. Alat ini dapat memberika oksigen engan
konsentrasi 24% hingga 44% pada laju aliran 1 hingga 6 liter per menit
(Rosdahl, 2015)

Pemberian oksigen pada pasien yang memerlukan oksigen secara


kontinyu dengan kecepatan aliran 1-6 liter/menit sera konsentrasi 20-
40%, dengan cara memasukkan selang yang terbuat dari plastic ke
dalam hidung dan mengaitkannya di belakang telinga. Pemasangan
nasal kanul merupakan cara yang paling mudah, sederhana, murah,
relative nyaman, mudah digunakan untuk segala umut, cocok untuk
pemasangan jangka pendek dan jangka panjang, dan efektif dalam
mengirimkan oksigen. Pemakaian nasal kanul juga tidak mengganggu
pasien untuk melakukan aktivitas, seperti berbicara atau makan.
Kanula nasal merupakan peralatan yang sederhana dan nyaman. Kedua
kanula, dengan panjang sekitar 1,5 cm muncul dari bagian tengah
selang sekali pakai dan diinsersikan ke dalam hidung. Kecepatan aliran
lebih dari 4 liter/menit jarang digunakan karena efek yang
ditimbulkannya, yakni menyebabkan mukosa kering dan juga karena
jumlah oksigen yang diberikan relative sedikit lebih besar. Perawat juga
harus mewaspadai kerusakan kulit di atas telinga dan di hidung akibat
pemasangan nasal kanula yang terlalu ketat.

b. Masker Oksigen
Pemberian oksigen kepada klien dengan menggunakan masker yang
dialiri oksigen dengan posisi menutupi hidung dan mulut klien. Masker
oksigen umumnya berwarna bening dan mempunyai tali sehingga dapat
mengikat kuat mengelilingi wajah klien. Bentuk dari face mask
bermacam-macam. Perbedaan antara rebreathing dan non-rebreathing
terletak pada adanya vulve yang mencegah udara ekspirasi terinhalasi
kembali (Aryani, 2009). Masker sederhana (simple mask) mengalirkan
oksigen dengan konsentrasi 40-60% dengan kecepatan aliran 5-8
liter/menit. Rebreathing mask mengalirkan oksigen dengan konsentrasi
60-80% dengan kecepatan aliran 8-12 liter/menit. Memiliki kantong
yang terus mengembang baik saat inspirasi maupun ekspirasi. Pada saat
inspirasi oksigen masuk dari sungkup melalui lubang antara sungkup
dan kantung reservoir, ditambah oksigen dari kamar yang masuk dalam
lubang ekspirasi pada kantong. Udara inspirasi sebagian tercampur
dengan udara ekspirasi sehingga konsentrasi CO2 lebih tinggi daripada
simple mask. Non rebreathing mask mengalirkan oksigen dengan
konsentrasi 80-100% dengan kecepatan aliran 10-12 liter/menit. Pada
prinsipnya, udara inspirasi tiak bercampur dengan udara ekspirasi
karena mempunyai 2 katup, 1 katup terbuka pada saat inspirasi dan
tertutup pada saat ekspirasi dan 1 katup yang fungsinya mencegah udara
kamar masuk pada saat inspirasi dan akan membuka pada saat
ekspirasi.
D. Konsep Asuhan Keperawatan pada Penyakit Gagal Jantung Kongestif
Dengan Gangguan Pertukaran Gas

1. Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpulan, pengaturan, validasi, dan dokumentasi
data (informasi) yang sistematis dan berkesinambungan (Kozier, Erb,
Berman, Snyder, 2010). Pengkajian keperawatan adalah salah satu
komponen pada proses keperawatan yang merupakan suatu usaha yang
dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan klien meliputi
pengumpulan data tentang status kesehatan seorang klien secara
sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan (Muttaqin,
2014). Pengkajian merupakan tahap pertama yang penting dilakukan
dalam proses keperawatan. Tujuan dari melakukan pengkajian adalah
mengkaji secara umum dari status mengenai keadaan klien, mengkaji
fungsi fisiologis dan patologis gangguan pada sistem kardiovaskular,
mengenal secara dini adanya masalah keperawatan klien, baik aktual
maupun resiko, mengidentifikasi penyebab terjadinya masalah
keperawatan, dan merencanakan cara mengatasi permasalahan yang ada
serta menghindari masalah yang mungkin terjadi (Muttaqin, 2014).

Pengkajian pada pasien gagal jantung kongestif dengan gangguan


pertukaran gas berdasarkan PPNI (2016) termasuk kategori fisiologis dan
subkategori respirasi. Gejala dan tanda mayor yang dapat dikaji pada
gangguan pertukaran gas yaitu dengan data subjektif adalah dispnea dan
dengan data objektif adalah PCO2 meningkat/menurun, PO2 menurun,
takikardia, pH arteri meningkat/menurun, dan adanya bunyi napas
tambahan. Gejala dan tanda minor yang perlu dikaji yaitu dengan data
subjektif adalah pusing, penglihatan kabur, dan dengan data objektif
adalah sianosis, diaphoresis, gelisah, napas cuping hidung, pola napas
abnormal, warna kulit abnormal, dan kesadaran menurun (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2016).

Aspek-aspek yang perlu dikaji pada gagal jantung kongestif dengan


gangguan pertukaran gas meliputi :
− Data demografi
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku atau kebangsaan,
pekerjaan, pendidikan, alamat, diagnosa medis, nomor register, tanggal
dan jam masuk rumah sakit, serta tanggal dan waktu pengkajian
keperawatan.

− Riwayat keperawatan
1) Keluhan : pusing, penglihatan kabur, sianosis, diaphoresis, napas cuping
hidung, pola napas abnormal, warna kulit abnormal, kesadaran
menurun, dispnea, takikardia, bunyi napas tambahan, dan hasil AGD
abnormal.
2) Riwayat penyakit : hipertensi renal, angina, infark miokard kronis,
diabetes melitus, bedah jantung, dan disritmia.
3) Riwayat pengobatan : toleransi obat, obat-obat penekan fungsi jantung,
steroid, jumlah cairan per-IV, alergi terhadap obat tertentu.
4) Merokok : perokok, cara/jumlah batang per hari, jangka waktu.
5) Postur, kegelisahan, kecemasan.
6) Faktor predisposisi dan presipitasi: obesitas, asma, atau COPD yang
merupakan faktor pencetus peningkatan kerja jantung dan mempercepat
perkembangan gagal jantung kongestif.

− Pemeriksaan fisik
1) Kesan umum : tingkat ketegangan atau kelelahan, warna kulit, tingkat
kesadaran kualitatif maupun kuantitatif dengan penilaian skor Glasgow
Coma Scale (GCS), pola napas, posisi klien, dan respons verbal klien.
2) Tanda-tanda vital : tekanan darah, frekuensi pernapasan, temperatur
tubuh, dan denyut nadi.
3) Evaluasi status jantung : berat badan, tinggi badan, kelemahan,
toleransi aktivitas, nadi perifer, displace lateral PMI/iktus kordis,
tekanan darah, mean arterial pressure, bunyi jantung, denyut jantung,
pulsus alternans,Gallop’s murmur, Obstruktif Idiopathic Hypertrophic
Sub-Aorti Stenosis (IHSS).
4) Respirasi : dispnea, orthopnea, PND, suara napas tambahan (ronkhi,
rales, wheezing).
5) Evaluasi faktor stress : menilai insomnia, gugup atau rasa cemas/takut
yang kronis.
6) Konjungtiva pucat, sklera ikterik.
7) Capillary Refill Time (CRT) > 2 detik, suhu akral dingin, diaphoresis,
warna kulit pucat, dan pitting edema.

2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya
baik secara aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan
untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga, dan komunitas
terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan. Proses penegakan
diagnosa terdiri dari tiga tahap, yaitu analisis data, identifikasi masalah dan
perumusan diagnosa (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

Diagnosa dalam penelitian ini adalah : gangguan pertukaran gas


berhubungan dengan perubahan membran alveolus akibat gagal jantung
kongestif yang ditandai dengan pasien mengalami dispnea, PCO2
meningkat/menurun, PO2 menurun, takikardia, pH arteri
meningkat/menurun, bunyi napas tambahan, pusing, penglihatan kabur,
sianosis, diaphoresis, gelisah, napas cuping hidung, pola napas abnormal
(cepat/lambat, regular/ireguler, dalam/dangkal), warna kulit abnormal (mis.
Pucat, kebiruan) (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

3. Intervensi
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018).

Gangguan pertukaran gas pada pasien gagal jantung adalah keadaan dimana
terjadi perubahan membran alveolus-kapiler sehingga menyebabkan
membran alveolus kapiler mengelami kelebihan atau kekurangan dan/atau
eliminasi karbondioksida (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Dalam
intervensi keperawatan pada pasien gagal jantung kongestif dengan
gangguan pertukaran gas menggunakan perencanaan keperawatan pada
gangguan pertukaran gas menurut Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI) dengan aspek-aspek yang diobservasi dan diukur meliputi kondisi,
perilaku, atau persepsi pasien sebagai respons terhadap intervensi
keperawatan (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018). Intervensi yang
berhubungan dengan gangguan pertukaaran gas sesuai dengan Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) meliputi pemantauan respirasi,
manajemen asam basa, dan dukungan ventilasi (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018). Adapun intervensi keperawatan untuk mengatasi gangguan
pertukaran gas adalah sebagai berikut :
a. Diagnosa Keperawatan :
Gangguan pertukaran gas perubahan membrane alveolus-kapiler ditandai
dengan dispnea, PCO2, meningkat/menurun, PO2 menurun, takikardia,
pH arteri meningkat/ menurun, dan bunyi napas tambahan.

b. Tujuan dan kriteria hasil :


Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam maka status perrnapasan
meningkat, dengan kriteria hasil :
1) Dispnea menurun
2) Bunyi napas tambahan menurun
3) PCO2 membaik
4) PO2 membaik
5) pH arteri membaik
6) Takikardia membaik
7) Pola napas membaik
8) Kesadaran membaik
9) Rasa nyaman meningkat
10) Warna kulit membaik

c. Rencana Intervensi
− Pemantauan respirasi
1) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
2) Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
kussmaul, cheyne-stokes, biot, ataksik)
3) Auskultasi bunyi napas
4) Monitor saturasi oksigen
5) Dokumentasikan hasil pemantau
6) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

− Manajemen asam basa


1)Monitor frekuensi dan kedalaman napas Monitor status neurologis
2)Monitorirama dan frekuensi jantung
3) Monitor perubahan pH, PaO2, PaCO2 dan HCO3
4) Berikan oksigen, sesuai indikasi

− Dukungan ventilasi
1) Monitor status repirasi dan oksigenasi (mis. Frekuensi dankedalaman
napas, penggunaan otot bantu napas, bunyi napas tambahan,
saturasi oksigen) Berikan posisi semi fowler atau fowler
2) Ajarkan melakukan teknik relaksasi napas dalam
3) Kolaborasi tim medis untuk pemberian terapi oksigen, diuretik, dan
brokodilator

4. Implementasi
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Implementasi keperawatan memiliki lima tahap yaitu mengkaji
kembali klien, menentukan kebutuhan perawat terhadap bantuan,
mengimplementasikan intervensi keperawatan, melakukan supervise kasus
yang didelegasikan, dan mendokumentasikan tindakan keperawatan (Kozier
et al., 2010).

5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses keperawatan yang menentukan apakah intervensi
keperawatan yang diberikan perawat kepada klien telah berhasil
meningkatkan kondisi klien (Kozier et al., 2010). Evaluasi merupakan
langkah terakhir dalam proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari intervensi keperawatan tercapai (Hidayat,
2013). Tujuan dari evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam
mencapai tujuan. Hal ini dilakukan berdasarkan respon klien terhadap
tindakan keperawatan yang diberikan (Nursalam, 2017).
BAB III
METODELOGI STUDI KASUS

A. Rancangan Studi Kasus


Studi kasus merupakan salah satu jenis penelitian yang meneliti permasalahan melalui
suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal. Unit tunggal yang menjadi studi kasus
tersebut secara mendalam dianalisis baik dari segi yang berhubungan dengan keadaan
kasus itu sendiri, fator-faktor yang mempengaruhi kejadian-kejadian khusus yang
muncul sehubungan dengan kasus maupun tindakan dan reaksi kasus terhadap suatu
perlakuan atau pemaparan tertentu. Meskipun didalam studi kasus ini yang diteliti
hanya berbentuk unit tunggal namun di analisis mendalam mencakup berbagai aspek
yang cukup luas (Notoatmodjo, 2010: 47).

Rancangan studi kasus yang dipilih yaitu desain studi kasus diskriptif. Diskriptif
disampaikan dengan cara menggambarkan dan memaparkan masalah studi kasus.
Penulis melakukan asuhan keperawatan kepada dua pasien dengan satu kasus yang
sama dengan melibatkan keluarganya, dengan memfokuskan satu tindakan yaitu
pemberian oksigen untuk mengatasi masalah oksigenasi pasien Congestive Heart
Failure (CHF). Studi kasus dilakukan mulai dari pengkajian, analisa data, diagnosis
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi.

B. Subjek Studi Kasus


Subyek studi kasus adalah dua pasien individu yang diamati secara mendalam, dan
memenuhi kriteria subjek. Kriteria subjeknya yaitu pasien penderita Congestive Heart
Failure (CHF) dengan gangguan pemenuhan oksigenasi, membutuhkan pemberian
oksigentambahan dan bersedia diberi tambahan oksigen. Subyek pada studi kasus ini
yaitu dua pasien di Ruang Perawatan Lantai 3 RS Patria IKKT Jakarta Barat.
1. Kriteria Inklusi
a. Berjenis kelamin laki-laki atau perempuan dengan rentang usia 19-50 tahun.
b. Klien yang memiliki diagnosa medis Congestive Heart Failure (CHF)
c. Masa perawatan post hemoroid 6-24 jam dan perawatan kurang dari 3 hari.
d. Klien yang kooperatif.
e. Klien yang memiliki masalah gagal jantung kongestif ( CHF) akibat
gangguan pertukaran gas.
2. Kriteria Eksklusi
a. Klien yang tidak kooperatif.
b. Klien yang usianya dibawah 19 tahun atau diatas 50 tahun.
c. Klien yang masa perawatannya lebih dari 3 hari.

C. Fokus Studi Kasus


Fokus studi merupakan kajian utama dari permasalahan yang akan dijadikan titik
acuan studi kasus (Nursalam 2011). Fokus studi kasus ini adalah untuk mengetahui
Asuhan Keperawatan Pasien Gagal Jantung Kongestif ( CHF) Terhadap Masalah
Gangguan Pertukaran Gas Dengan Tindakan Pemberian Oksigen Pada Tn A Dan Tn
S Di Ruang Perawatan Lantai 3 Rs Patria IKKT Jakarta Barat.

D. Definisi Operasional
Definisi operasional dimaksudkan untuk menghindari kesalahan pemahaman dan
perbedaan penafsiran yang berkaitan dengan istilah-istilah dalam judul skripsi. Sesuai
dengan judul penelitian yaitu “Asuhan Keperawatan Pasien Gagal Jantung Kongestif
( CHF) Terhadap Masalah Gangguan Pertukaran Gas Dengan Tindakan Pemberian
Oksigen Pada Tn A Dan Tn S Di Ruang Perawatan Lantai 3 Rs Patria IKKT Jakarta
Barat”, maka definisi operasional yang perlu dijelaskan, yaitu :
1. Asuhan keperawatan adalah seluruh rangkaian proses keperawatan yang diberikan
kepada pasien yang berkesinambungan dengan kiat-kiat keperawatan yang di
mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi dalam usaha memperbaiki ataupun
memelihara derajat kesehatan yang optimal (Hidayat, 2011).

2. Gagal jantung merupakan berkurangnya kemampuan jantung untuk


mempertahankan beban kerjanya. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai hal
tergantung bagian jantung mana yang mengalami gangguan.

3. Gagal jantung kongestif adalah suatu kondisi di mana jantung mengalami


kegagalan dalam memompa darah untuk mencukup kebutuhan sel-sel tubuh akan
nutrien dan oksigen secara adekuat dan mengakibatkan peregangan ruang jantung
(dilatasi) guna menampung darah lebih banyak untuk dipompakan ke seluruh
tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal dan menyebabkan
jantung hanya mampu memompa darah untuk waktu yang singkat dan dinding
otot jantung yang tidak mampu memompa dengan kuat.

4. Oksigen adalah elemen gas yang penting untuk kehidupan. Jika seseorang
kekurangan oksigen, kematian akan terjadi dalam hitungan menit. Secara normal,
semua manusia mengekstrasi oksigen yang cukup dari udara yang mereka hirup.

5. Gangguan pertukaran gas adalah keadaan dimana terjadi perubahan membran


alveolus-kapiler sehingga menyebabkan membran alveolus kapiler mengalami
kelebihan atau kekurangan dan/atau eliminasi karbondioksida (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, 2016).

6. Gangguan pemenuhan oksigenasi yaitu kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak


terpenuhi secara optimal yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor
fisiologi, perilaku, perkembangan, dan faktor lingkungan.

7. Pengkajian adalah pengumpulan, pengaturan, validasi, dan dokumentasi data


(informasi) yang sistematis dan berkesinambungan (Kozier, Erb, Berman, Snyder,
2010).

8. Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien


terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik secara
aktual maupun potensial.

9. Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat


yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran
(outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).

10. Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi


keperawatan. Implementasi keperawatan memiliki lima tahap yaitu mengkaji
kembali klien, menentukan kebutuhan perawat terhadap bantuan,
mengimplementasikan intervensi keperawatan, melakukan supervise kasus yang
didelegasikan, dan mendokumentasikan tindakan keperawatan (Kozier et al.,
2010).

11. Evaluasi adalah proses keperawatan yang menentukan apakah intervensi


keperawatan yang diberikan perawat kepada klien telah berhasil meningkatkan
kondisi klien (Kozier et al., 2010).

E. Tempat dan Waktu


Lokasi atau tempat penelitian menjelaskan tempat atau lokasi tersebut
dilakukan.Lokasi penelitian ini sekaligus membatasi ruang lingkup penelitian
tersebut (Notoatmodjo, 2010). Tempat yang digunakan adalah Ruang perawatan
lantai 3 RS. Patria IKKT Jakarta. Waktu pelaksanaan dimulai sejak dikeluarkannya
izin melakukan penelitian yaitu pada bulan Juli – Agustus 2021.

F. Instrumen Studi Kasus


Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam studi kasus ini adalah
penelitian lapangan (field research), dilakukan dengan cara mengunjungi langsung ke
objek penelitian yaitu RS. Patria IKKT Jakarta Metode pengumpulan data yang
digunakan ada dua yaitu :
1. Wawancara
Wawancara dilakukan penulis saat pengkajian kepada klien, keluarga, dan
perawat untuk mendapatkan data. Penulis melakukan pengkajian terhadap pasien
(hasil pengkajian berisi tentang identitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga dll) sumber data
dari pasien, keluarga, perawat lainnya.

2. Observasi
Observasi adalah cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara
langsung kepada responden penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang
akan diteliti. Dalam metode observasi ini instrument yang dapat digunakan, antara
lain lembar observasi, panduan pengamatan observasi atau lembar checklist
(Hidayat, 2014). Dalam studi kasus ini penulis melakukan observasi dengan
melakukan pemeriksaan fisik pada sistem tubuh pasien, yaitu dengan cara
pendekatan alat: fraksi, ejeksi, intervensi nonfarmakologi, alat khusus. Skala
penilaian dengan alat adalah nasal kanul.

3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan kegiatan mencari data atau variabel dari sumber
berupa catatan, transkip, buku,surat kabar, agenda, dan sebagainya. Yang diamati
dalam studi dokumentasi adalah benda mati (Saryono, 2013). Dalam studi kasus
ini dokumentasi yang digunakan berupa hasil dari rekam medik, literatur,
pemeriksaan diagnostik dan data lain yang relevan.
G. Langkah Studi Kasus
Pengkajian dilakukan dengan menggunakan komunikasi terapeutik agar klien
kooperatif dan mendapat data yang akurat. Setelah data pengkajian didapatkan,
kemudian data di kelompokkan sesuai dengan prioritas masalah agar didapatkan
diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas masalah. Setelah didapatkan prioritas
masalah, kemudian dilakukan perencanaan keperawatan sesuai dengan prioritas
masalah. Setelah perencanaan dilakukan selanjutnya dilakukan tindakan keperawatan
sesuai dengan prioritas masalah dan rencana keperawatan. Evaluasi keperawatan
setelah tindakan penting dilakukan untuk memonitor efektif atau tidaknya asuhan
keperawatan yang diberikan untuk klien. Setiap asuhan keperawatan yang sudah
diberikan di catat pada dokumentasi keperawatan.

H. Analisa Studi Kasus


1. Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil ditulis
dalam transkip catatan terstruktur (asuhan keperawatan).

2. Mereduksi Data
Data hasil wawancara yang terkumpul dalam format asuhan keperawatan dan
dikelompokkan menjadi data subjektif dan objektif dianalisis berdasarkan hasil
pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan nilai normal, ditegakkan
diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

3. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dengan tabel dan teks naratif. Kerahasiaan dari klien
dijamin dengan cara menulis identitas dari klien dengan inisial.

4. Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan
perilaku kesehatan. Perilaku kesimpulan dilakukan sesuai dengan tujuan
khusus.Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis,
perencanaan, tindakan, evaluasi.
I. Etika Studi Kasus
Etika studi kasus adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap kegiatan
penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti (subjek
penelitian) dan masyarakat yang akan akan memperoleh dampak hasil penelitian
tersebut (Notoatmodjo, 2010: 202). Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih
dahulu mendapat rekomendasi dari institusi untuk mengajukan permohon ijin kepada
institusi/lembaga tempat penelitian. Menurut Hidayat (2008), dalam melaksanakan
penelitian ini penulis menekankan masalah etika yang meliputi:
1. Lembar Persetujuan (informned consent)
Informned consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden
penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut
diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan
untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti
maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka
mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia,
maka peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang harus ada
dalam informed consent tersebut antara lain: partisipasi responden, tujuan
dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur
pelaksanaan, potensial yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang
mudah dihubungi, dan lain-lain (Hidayat, 2008).

2. Tanpa Nama (Anonimity)


Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam
penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan
nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2008).
Untuk menjaga kerahasiaan pada lembar yang telah diisi oleh responden, penulis
tidak mencantumkan nama secara lengkap, responden cukup mencantumkan nama
inisial saja.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil
penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi
yang telah dikampulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok
data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2008). Peneliti
menjelaskan bahwa data yang diperoleh dari responden akan dijaga kerahasiaanya
oleh peneliti.
BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Penyusunan studi kasus ini dimulai pada tanggal 6 September 2021 hingga 10
September 2021. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara kepada klien
dan observasi langsung di RS Patria IKKT Jakarta Barat. Wawancara langsung
dengan klien pertama dilakukan pada tanggal 6 September 2021 pukul 08.00 WIB –
12.00 WIB. Hingga tanggal 8 September 2021 . Wawancara dengan klien kedua
dilakukan pada tanggal 9 september 2021 pukul 14.00 WIB – 18.00 WIB. Peneliti
telah melakukan wawancara dan observasi secara mendalam terhada klien
berdasarkan lembar instrumen yang ada.
1. Gambaran Lokasi Studi Kasus
Studi kasus ini di lakukan di RS Patria IKKT Jakarta Barat.Rumah Patria IKKT
terdapat Fasilitas Pelayanan IGD 24 Jam , Poliklinik Spesialis, Laboratorium,
Instalasi Radiologi, Instalasi Bedah Sentral, Apotek, Instalagi Gizi, Instalasi Bank
Darah, Fisioterapi, Instalasi Care Unit, Instalasi Hemodialisa , Instalasi Laser
Kacantikan , Instalasi Ruang Bersalin / VK , Instalasi Rawat Inap (kelas II,III,
VIP, Eksekutif).Pengambilan data studi kasus diambil di Ruang Perawatan Lantai
3.

Ruang perawatan lantai 3 memiliki jumlah kamar sebanyak 24 dan salah satu
diantaranya terdapat kamar isolasi . kapasitas tempat tidur diruangan tersebut
yaitu berjumlah 37 Bed. Dimana pada bagian depan terdapat Nurse Station , dan
sekitar nurse station terdapat beberapa ruangan yaitu rungan dokter ,ruangan
perawat , ruangan khusus gizi , dan ruangan penyimpanan Linen bersih dan kotor ,
formulir-formulir dan ATK . terdapat juga lemari penyimpanan alat-alat kesehatan
seperti Syringe pump, Infus pump, dll. Biasanya klien memanggil perawat
menggunakan bel yang ada disetiap kamar yg terhubung ke meja nurse station .

2. Gambaran Subjek Studi Kasus


Dalam studi kasus ini ditetapkan 2 orang sebagai subjek responden studi Kasus
yaitu subjek 1 (Tn.A) dan subjek II ( Tn.S). kedua subjek sesuai dengan kriteria
yang telah ditetapkan .
a. Subjek 1
Tn.A seorang karyawan bank swasta berusia 50 tahun, dengan fraktur femur
dextra akibat kecelakaan lalu lintas
b. Subjek II
Tn.S seorang PNS usia 45 tahun dengan fraktur dextra akibat kecelakaan lalu
lintas

B. Pemaparan Fokus Studi Kasus


1. Pengkajian

Tabel 4.1 Hasil Anamnesis Biodata dan Riwayat Kesehatan pasien dengan

Gagal Jantung Kongestif

Identitas pasien Pasien 1 Pasien 2


Nama Tn.A Tn.S
Jenis Kelamin Laki-Laki Laki-laki
Umur 50 Tahun 45 Tahun
Status Perkawinan Kawin Kawin
Pekerjaan Bank PNS
Agama Islam Islam
Sarjan
Pendidikan Terakhir a Sarjana / S1
Alamat Batu kambing IV, nagari Bandar Buat No.5 Lubuk
Agam Kilangan, Padang

Diagnosa Medis CHF fc III + CKD Stage CHF Fc II ec CAD 44D +


V+BP AKI Rifle I dd+ DM Tipe II

Nomor Register - 00.00.57.67

MRS/ Tgl Pengkajian 6 September 2021 7 September 2021

Keluhan Utama Sesak nafas Sesak nafas


Riwayat Penyakit Sekarang Pasien masuk melalui IGD Tn. S masuk RS Patria
Patri
RS a IKKT IKKT melalui IGD pada
tanggal 7 September 2021
Jakarta pada tanggal 6 jam
September 2021
pukul 21.30 01.01 wib dating sendiri,
WIB, rujukan dari RSUD
Lubuk Basung. Saat sejak 3 jam
Dilakukan pengkajian yang lalu di
sertai Dengan nyeri dada
tentang riwayat kesehatan, yang tidak menjalar dan
Sesak nafas di rasakan
sejak 3 hari yang lalu keringat dingin, yang
Sebelum masuk rumah dirasakan saat istirahat.
sakit, semakin sesak saat Tampak lemah dan wajah
beraktivitas,nyeri pada pucat.TD: 133/91 mmHg,
dada sebelah kiri, durasi 20 Nadi: 108x/i, Pernafasan:
menit, skala nyeri 5 ,tubuh 32x/i, suhu: 37 °C.
terasa lemah, edema pada
Ekstremita
s bawah. Hasil Pada saat dilakukan
pemeriksaan pengkajian pada tanggal 7
Tanda-tanda vital: September 2021 pasien sudah
TD : 140/70 mmHg HR :
92 x/i
mengatakan nafas masih
RR : 28 x/i
0
suhu : 36,5 C sesak, posisi semi fowler,
tampak lemah, pasien
Saat dilakukan pengkajian terpasang alat pacu jantung
pada pada tanggal 6
September 2021 Pasien terpasang
pukul 08.49 WIB IVFD (PTCA).Nacl 0,9% 16 tts/i.
pasien mengeluh sesak Terpasang O2 nasal kanul
nafas, sesak di rasakan 5lt/menit. Hasil
Meningkat saat pemeriksaan tanda-tanda
beraktifitas, tubuh terasa Vital pada tekanan darah
lemah dan edema pada 140/90 mmhg, nadi 96 x/i,
Ektremitas bawah. Hasil pernafasan 38 x/i, suhu
pemeriksaan tanda-tanda 370C.
vital yaitu,
TD : 90/80 mmH
HR : 58 x/i
RR : 25 x/ i
Suhu 36, 5 0C

Riwayat Kesehatan Dahulu Pasien mengatakan pernah Pasien mengatakan


Raw
di at di RSSN memiliki riwayat penyakit
Bukittinggi 11 tahun yang diabetes mellitus dan
lalu Karena penyakit hipertensi sejak 3 tahun
stroke. Pasien memiliki yang lalu. Pasien sebelumya
riwayat hipertensi sejak 13 dirawat di RSUPdr
tahun yang lalu. M.Djamil Padang dengan
CHF, dan sudah pasang
cincin 2 buah pada 2021
lalu.

Berdasarkan hasil
Pasien mengatakan tidak
Riwayat Kesehatan Keluarga wawancara yang dilakukan
ada anggota keluarga yang
dengan keluarga pasien,
Menderita penyakit yang
sama dengan pasien. tidak Tidak ada keluarga yang
ada anggota keluarga yang menderita penyakit diabetes
Menderita penyakit mellitus, hipertensi dan
keturunan seperti jantung, penyakit menular.
hipertensi, DM, asma.
Perilaku Yang Pasien mengatakan Sebelumnya Pasien adalah
Mempengaruhi Kesehatan Memiliki kebiasaan perokok berat dengan habis
merokok sejak SMU. sehari 2 bungkus.
Pasien mengatakan sering
mengkonsumsi gorengan
dan makanan bersantan.

Berdasarkan tabel 4.1 ditemukan data dari pengkajian biodata pada pasien 1 dan

pasien 2 dalam biodata ditemukan persamaan seperti, jenis kelamin, status

perkawinan, Agama, dan diagnose medis yaitu Congestive Heart Failure dengan

penyakit penyerta yang berbeda dan ada juga perbedaan yang ditemukan pada saat

pengkajian seperti umur, pekerjaan, dan alamat. Pada pasien 1 masuk rumah sakit

pada 6 September 2021 dan dikaji pada 6 September 2021 sedangkan pasien 2 masuk

rumah sakit pada 7 September 2021 dan dikaji pada 7 September 2021. Dari

pengkajian riwayat kesehatan pada pasien 1 dan 2. Dalam keluhan ada persamaan

seperti sesak nafas, nyeri dada, tubuh terasa lemah. Pada saat masuk UGD pasien 1

mengatakan sesak nafas sejak 3 hari yang lalu, semakin sesak saat berakitiftas, nyeri

dada sebelah kiri, dan edema pada ektremitas bawah sedangkan pasien 2 mengalami

sesak nafas sejak 3 jam yang lalu, wajah tampak pucat dan nampak lemah serta

mengeluh nyeri dada tetapi tidak menjalar. Pada riwayat kesehatan dahulu pasien 1

memiliki riwayat penyakit hipertensi sejak 13 tahun lalu dan pernah dirawat 11 tahun

lalu dengan diagnosa stroke sedangkan pasien 2 riwayat penyakit Diabetes melitus dan

Hipertensi serta pernah dirawat dengan diagnosa CHF. Pada riwayat penyakit keluarga

pasien 1dan 2 mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita penyakit yang sama

dengannya. Pada perilaku yang mempengaruhi kesehatan pasien 1 merokok sejak

SMU dan sering mengkonsumsi gorengan dan makanan bersantan sedangkan pasien 2

dahulu adalah perokok berat memiliki kebiasaan merokok 2 bungkus sehari.


Tabel 4.2 Hasil Observasi dan Pemeriksaan Fisik pada pasien
dengan Gagal Jantung Kongestif
Observasi dan Pasien 1 Pasien 2
Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum Lemah Lemah

2. Kesadaran Compos mentis Compos mentis

GCS 15, E4V5M6. GCS 15, E4V5M6

3. Pemeriksaan Tanda TD : 90/80 mmHg TD : 140/90 mmHg


Tanda Vital
N : 58X/menit N : 96 X/menit

R : 25 X/menit R : 38X/menit

S : 36,5C S : 37°C

4. Kenyaanan/nyeri Tidak ada Tidak ada

5. Pemeriksaan Fisik Kepala : bentuk kepala Kepala : bersih, tidak ada


Kepala normal, Rambut sebagian benjolan, tidak ada lesi/luka dan
memutih, merata, kulit kepala rambut hitam, tidak mudah
bersih tidak Ada ketombe, rontok
tidak ada benjolan dan lesi.

Mata : Konjungtiva anemis,


Mata : simetris kiri dan kanan, sklera ikterik, reflek pupil (+),
Mata bersih, Palpebra tidak pupil isokor OD/OS 2mm/2mm
edema, konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik,
pupil isokor kiri dan kanan. Hidung : hidung simetris,
Reflek Cahaya positif, bersih, tidak ada polip dan tidak
diameter simetris kiri dan ada iritasi, terpasang O2 nasal
kanan dan tidak ada kanul 5 lt/menit.
menggunakan alat bantu
penglihatan.
Telinga : simetris kiri dan
kanan, bersih, serumen (+).
Hidung : simetris kiri dan
kanan, tidak Ada pernapasan
cuping hidung, tidak ada Mulut : bibir kering, pucat dan
kotoran, tidak ada pecah-pecah, mulut bersih,tidak
pembengkakan dan polip terdapat karies gigi

Telinga : simetris kiri dan


kanan, bersih, tidak ada
serumen, tidak ada laserasi,
pendengaran masih baik.

Mulut : Pemeriksaan pada


mulut kurang bersih, ada
plak pada gigi, mukosa bibir
kering, reflek mengunyah dan
menelan baik, Bibir tidak
simeris.
Wajah : Simetris, tidak ada
lesi, tampak pucat.

6. Pemeriksaan Leher Tidak ada pembengkakan tidak ada Pembengkakan


kelenjar getah bening, ada kelenjar getah bening, tidak ada
pembesaran vena jugularis. distensi vena jugularis, tidak
ada pembesaran kelenjar tyroid

7. Pemeriksaan Pada pemeriksaan paru- paru, I: Simetris kiri dan kanan, tidak
Thorak : Sistem ada tarikan dinding dada
Pernapasan inspeks :simetris kiri kanan

palpasi:fremitus kiri dan dan kanan


kanan sama
Pe: Bunyi redup di paru kanan
perkusi : terdengar sonor A: Broncovasikuler
auskultasi:bronkovesikuler

8. Pemeriksaan Pemeriksaan jantung, I: Iktus cordis tidak terlihat


Jantung : Sistem inspeksi:iktus tidak terlihat Pa: Iktus kordis teraba 1 jari
Kardiovaskular
palpasi : iktus teraba di RIC lateral RIC IV
V
Pe: Batas kanan, kiri iktus, atas
perkusi:pekak, RIC II

batas jantung 1 jari di bawah A: Irama jantung irreguler


RICVI,
auskultasi : regular, tidak ada
bunyi tambahan.

9. Pemeriksaan TB : 169 cm dan BB : 64 kg. BB sehat : 66 kg


Sistem Pencernaan Selama di Rumah sakit
dan Status Nutrisi partisipan 1 makan dengan
diet DJ II 1800 kkal ML, 3x BB sakit : 63 Kg
Makan :
sehari berupa nasi lunak,
sayur dan lauk. Partisipan Sehat: pasien makan 3 kali
1hanya menghabiskan
sehari dengan takaran yang
setengah dari porsi makan.
sesuai untuk penyakit DM yang
Partisipan 1 mengatakan tidak
diderita dengan komposisi;nasi
nafsu makan. Selama sakit
± 1 gelas aqua, 1 potong lauk
partisipan 1 minum 6 gelas pauk dan sayur-sayuran

sehari (1500cc). dankonsumsi buah-buahan


seperti jeruk.makanan lainnya
adalah gorengan seperti
Inspeksi : tidak asites, tidak bakwan.
ada lesi
Sakit : pasien diberikan diit MC
Palpasi : tidak terdapat nyeri
DJ II dan RP II.
tekan, tidak teraba perbesaran
pada limpa dan hepar. Cairan :

Perkusi : tympani Auskultasi : Sehat : pasien minum ± 5-6


bising usus 10x/menit. gelas air putih perhari, 2 gelas
kopi.

Sakit : pasien minum air putih


3-4 gelas perhari, IVFD Nacl
0,9% 16 tts/i.
I: simetris

A:Bising ususnormal ( 8 x/i)


Pa: Hepar tidak teraba

Pe: Tympani

10. Sistem Eliminasi bersih, terpasang kateter. Terpasang Kateter


Saat sakit partisipan 1 uang
air kecil melalui slank kateter BAB
sebanyak 700 cc/hari, warna 1-2 kali
Sehat: pasien BAB
kecoklatan. Partisipan 1 buang dalam perhari, konsistensi
air besar 1x sehari warna
kecoklatan, konsistensi agak lunak, BAB normal.
keras.
Sakit: Selama dirawat dirumah
sakit pasien belum ada BAB

BAK

Sehat: pasien BAK 6 kali dalam


24 jam, warna kuning agak
keruh, bau khas urin

Sakit: pasien menggunakan


kateter,pasien mengatakan
BAK sedikit warna kunig ( Urin
± 250 cc/8 jam)

11. Sistem Terpasang Infus pada Atas: kulit kering, terpasang


Ata
Muskuloskeletal ekstremitas s kiri, akral IVFD Nacl 0,9% 16 tts/ipada
dan Integumen dingin, Kemerahan pada tangan sebelah kanan dan
telapak tangan, CRT < 2 detik, heparin 500 mg/50 cc nacl,
edema pada ekstremitas CRT>2 detik, akral teraba
bawah, pitting edema derajat I dingin, telapak tangan pucat,

kedalaman 3mm dengan nadi teraba cepat dan lemah


waktu kembali 3 detik, akral (96x/i).
dingin.
Bawah:kulit kaki kering,CRT >
2 detik, akral teraba dingin.

Kekuatan otot :

4444 4444
4444 4444
12. Istirahat dan tidur Selama di Rumah sakit Sehat:pasien tidur 8 jam pada
partisipan 1 tidur siang 1-2 malam hari, kualitas tidur
jam/hari dan Tidur malam kadang sering terbangun malam
hanya 4- 5 jam/ hari. hari, dan tidur siang ± 2 jam/
partisipan 1 mengatakan tidur hari.
tidak nyenyak Dan sering
terbangun di Malam hari Sakit:pasien susah tidur, pasien
karena sesak nafas . gelisah dan susah untuk tidur
karena sesak nafas. Pasien tidur
malam ± 5 jam, sering
terbangun dan tidur siang ± 4
jam, sering terbangun.

13. Aktivitas dan Partisipan 1 Sebelum sakit Sehat: pasien mengatakan


Latihan bekerja Sebagai petani di kadang jalan pagi1x seminggu.
kampungnya. Pasien kurang Sakit: semua aktivitas pasien
berolahraga karena
kelumpuhan pada kaki dan dibantu keluarga dan perawat.
tangan sebelah kanan
partisipan 1.
Saat sakit partisipan 1 bedres
total di tempat tidur dan harus
dibantu oleh keluarga dan
perawat.
14. Bekerja Partisipan 1 dahulunya Sehat: pasien bekerja PNS,
bekerja sebagai petani, tetapi pasien banyak menghabiskan
karena pasien menderita waktu diluar rumah.
stroke 11 tahun partisipan 1
tidak bisa bekerja seperti Sakit: pasien mengatakan
biasanya lagi. selama sakit tidak bekerja dan
semua aktivitas dibantu
keluarga.

Berdasarkan tabel 4.2 observasi dan pemeriksaan fisik pada pasien 1 dan 2
ditemukan permasamaan yaitu keadaan umum lemah dan kesadaran compos
mentis dengan GCS 15. Pada pemeriksaan tanda vital bagian pemeriksaan tekanan
darah pada pasien 1 mengalami penurunan yaitu 90/80mmHg dan pada pasien 2
mengalami kenaikan yaitu TD: 140/90 mmHg. Pada pemeriksaan istirahat dan
tidur pasien 1 tidur siang 1-2 jam, dan tidur malam 4-5 jam, pasien mengatakan
tidur tidak nyenyak sering terbangun dimalam hari karena sesak nafas sedangkan
pasien 2 mengatakan tidur malam selama ± 5 jam karena sering terbangun dan ± 4
jam saat tidur siang.

Adapun perbedaan pada tabel 4.2 observasi dan pemeriksaan fisik pada pasien 1
dan 2 yaitu pada pemeriksaan fisik kepala bagian mata pasien 1 konjungtiva tidak
anemis dan sklera tidak ikterik sedangkan pasien 2 tampak konjungtiva anemis
dan sklera ikterik. Pada pemeriksaan bagian mulut pasien 1 bibir pasien kering
dan kurang bersih serta terdapat plak gigi sedangkan pasien 2 bibir tampak kering
dan keaadan bersih serta tidak tampak karies gigi.

Pada pemeriksaan fisik sistem thorak dan pernafasan dibagian keluhan pasien 1
dan 2 mengalami sesak. Pada inspeksi pasien 1 frekuensi pernapasan 25x/menit
sedangkan pasien 2 frekuensi pernapasannya 38x/menit. Pada pasien 1 saat
dilakukan perkusi bunyi sonor pada paru dan saat auskultasi paru terdengar
bronkovesikuler sedangkan pasien 2 dilakukan perkusi paru terdengar bunyi redup
pada paru kanan dan saat auskultasi pasru terdengar bronkovesikuler.
Pada pemeriksaan system pencernaan dan status nutrisi pasien 1 memilki berat

badan 64 kg sedangkan pasien 2 mengatakan selama sakit berat badan berkurang

dari 66 kg menjadi 63 kg. Pada pemeriksaan bagian eliminasi pasien 1 BAK

700cc/hari dan BAB 1 x sehari. Sedangkan pasien 2 mengatakan saat sakit belum

ada BAB dan BAK sedikit ± 250 cc/8jam.

Pada pemeriksaan muskuloskeletal pasien 1 dan 2 ditemukan persamaan yaitu

akral teraba dingin. Pada pemeriksaan ektremitas bawah pasien 1 CRT<2 detik

dan piting edema derajat I kedalaman 3 mm sedangkan pasien 2 CRT >2 detik dan

kulit bagian kaki tampak kering.Pada pengkajian aktivitas dan latihan pasien 1

dan 2 semua aktifitas dibantu oleh keluarga dan perawat. Pada pengkajian bekerja

pasien 1 mengatakan dulu berkeja sebagai petani tetapi setelah terkena stroke

pasien tidak bekerja lagi sedangkan pasien 2 berkerja sebagai PNS sehingga lebih

banyak waktu diluar rumah dan selama sakit semua aktifitas dibantu keluarga.

Tabel 4.3 Pengkajian Psikososial pada pasien dengan Gagal Jantung Kongestif
Pengkajian Psikososial Pasien 1 Pasien 2

Tn.
Ekspresi pasien Partisipan 1 tampak gelisah, S selalu berterimaksaih
Terhadap Penyakitnya pasien selalu meminta untuk kepada perawat dan dokter
cepat pulang karena merasa yang sudah merawatnya dan
memepercayaka
tidak nyaman di rumah sakit. n semua
pengobatan pada perawat dan
dokter.

Reaksi Saat Berinteraksi pasien koperatif Tn. S bisa diajak komunikasi


dengan lancar.Tn. S dan
keluarga tampak saling
mendukung satu sama lain.

Pola koping Baik Tn. S tampak tenang dan


berharap untuk kesembuhan
penyakitnya dan berusaha
untuk sembuh dari penyakit
yang dideritanya.

Konsep diri - Tn S mengatakan selama sakit


Tidak bisa menjalankan
aktivitas normal, pasien harus
mengontrol aktivitas, pola
makan dan minum.
Berdasarkan tabel 4.3 ditemukan data dari pengkajian psikososial pada bagian

ekpresi pasien terhadap penyakitnya pasien 1 tampak gelisah dan selalu meminta

pulang karena tidak nyaman berada dirumah sakit sedangkan pasien 2 selalu

berterima kasih kepada perwat dan dokter serta mempercayakan pengobatannya.

Pada pengkajian reaksi saat berinteraksi pasien 1 dan 2 menunjukkan respon

kooperatif dan bisa diajak komuniksi dengan lancar. Pada pemeriksaan pola

koping pasien 1 menunjukkan pola koping yang baik sedangkan pasien 2

menunjukkan sikap tetap tenang dan berharap untuk kesembuhan dan berusaha

untuk sembuh. Pada pengkajian konsep diri pasien 1 tidak dilakukan pengkajian

sedangkan pasien 2 mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas, serta harus

mengontrol pola makan dan minum.

Tabel 4.4 Pengkajian Spiritual pada pasien dengan Gagal Jantung Kongestif

Pengkajian Spiritual Pasien 1 Pasien 2

Pasien melaksanakan sholat 5 Pasien melaksanakan sholat 5


waktu. waktu sehari semalam
Berdasarkan Tabel 4.4 ditemukan data dari pengkajian spiritual pada pasien 1 dan 2

ditemukan persamaan yaitu pasien 1 dan melaksanakan sholat 5 waktu.

Tabel 4.5 Pemeriksaan Penunjang pada pasien dengan Gagal Jantung

Pemeriksaan Pasien 1 Pasien 2


Penunjang

Laboratorium Hasil pemeriksaan kimia klinik Hasil pemeriksaan tanggal 7


pada tanggal 6 September 2021 September 2021
menunjukkan nilai Hematologi :
Hemoglobin 11,9 g/dl (N:14- Hemoglobin 11.6g/dl (N:12-16)
16), Leukosit 10,310mm3 (N: 5.000 -
Leukosit : 16.360/mm3 (N : 10.000)

5.000-10.000), Trombosit: 142.000/mm3 (N:


Trombosit 90.000/mm3 (N: 150.000 - 400.000)
150.000-400.000) Hematrokrit: 49% (N:37-43%)
Hematokrit 36%(N:40-48) Ureum darah: 329mg/dl (N:10,0-
Ph 7, 43 (N :7,35-7,45) 50,0mg/dl)
PCO2 30 mmHg (N: Kreatinin darah:9.4mg/dl (N:0,6-
35-45mmHg) 1,2mg/dl)
PO2 : 140mmHg (N : 95- Natrium : 136Mmol/L (N:136-
10mmHg) 146Mmol/L)
HCO3-19,9 mmol/L Kalium:4.6Mmol/L (3,5-
GDS:156 mg/dl (N:<200 ) 5,2Mmol/L)
Klorida serum: 104Mmol/L (97-
111 Mmol/L)
PT:15,4 detik (N:9,2-12,4 detik)
APTT:47,9 detik (28.8-35,8 detik)

Analisa gas darah :


PH : 7,478 (N:7,35-7,45)
pCO2 : 21,2 (35-45mmHg)
pO2 : 192,2 (90-100mmol/L)
HCO3- : 15,9 (22-26mmol/L)
BEecf : -7,8 ( (-2) – (+2)
SO2 : 99,6% (95-100%)
Radiologi Berdasarkan hasil Rontgen Tidak ada
thorax yang dilakukan pada
Photo Thorak tanggal 6 September 2021 pasien
mengalami kardiomegali.

USG jantung Tidak ada Tidak ada

EKG jantung Tidak ada Tidak ada


Berdasarkan tabel 4.5 pemeriksaan penunjang kedua pasien memilki

persamaan yaitu keduanya dilakukan pemeriksaan laboratorium dan radiologi.

Sedangkan pada pemeriksaan USG dan EKG jantung keduanya tidak

dilakukan.

Tabel 4.6 Obat Yang Diterima pada pasien dengan Gagal Jantung Kongestif

Pasien 1 Pasien 2

Program terapi pengobatan IVFD Nacl 0.9% 16 tts/i

yang di dapatkan oleh Tn. A Ca Glukonas 1 ampl 1x1 IV

yaitu : Nevorapid koreksi 3x1 SC

pemberian O2 binasal 4 liter/i Lasix 1 ampl 2x1 IV

IVFD Eas Pfrimmer 500cc/24 Ranitidine 50 mg 2x1 IV


Obat Yang Diterima
jam Levemir 10U 1x1 SC

Ceftriaxone 1x 2 gr, lasix 1 x Aspilet 80 mg 1x1 Oral

20 gr, Eritromicin 1 x500 gr Clopidogrel 75 mg 1x1 Oral

Bicnat 3 x 1 mg, Ramipril 1.25 mg 2x1 Oral

As.Folat 1x5 mg Alprozolam 0.5 mg 1x1 Oral

Candesartan 1 x 16 mg, Laxadin 10cc 1x1 Oral

Clopidogrel 1 x 75 mg. N-Asetil Sistein 300mg 2x1 Oral

Lading aspilet 100 mg 1x1 Oral

2. Diagnosa keperawatan
Tabel 4.7 Diagnosa Keperawatan pasien dengan Gagal Jantung Kongestif
No Pasien 1 Pasien 2

Hari/ Diagnosa Keperawatan Hari/ Diagnosa Keperawatan


Tanggal Tanggal
ditemukan
ditemukan

6 September 7 September
1. 2021 Penurunan curah jantung b.d 2021 Penurunan curah jantung
penurunan kontraksi vertikel b/d penurunan kontraksi
ventrikel kiri

Data Subjektif : Pasien


mengatakan tubuh terasa Data subjektif :
lemah
-pasien mengatakan mudah
Lelah
Data Objektif :
-pasien mengatakan badan
a. Warna kulit sedikit pucat terasa lemah
b. Akral teraba dingin
c. Tanda tanda vital
- TD : 90/80mmHg
- N : 58X/menit Data objektif :

-pasien tampak pucat

-tanda tanda vital

TD: 140/90mmHg

Nadi : 96x/menit

Pernafasan : 38x/menit
Suhu : 37°C

-hasil laboratorium

Hb : 11,8 gr/dl

Hematokrit 49%

Trombosit 142,000/mm3
PT : 15,4 detik

APTT : 47,9 detik

6 September 7 September
2. 2021 Gangguan pertukaran gas b.d 2021 Gangguan pertukaran gas
edema paru b/d perembesan cairan ke
aveoli, udema paru

Data subjektif :
Data subjektif : pasien
mengatakan nafas terasa sesak -pasien mengatakan mudah
Lelah

-pasien mengatakan badan


Data objektif : terasa lemah
pasien tampak sesak nafas

RR: 25X/menit Data objektif :


Ronchi (-) Wheezing (-) -pasien tampak lemah
PCO2 : 30 mmol/L, Pucat
PO2 :140 mmol/L
-CRT >3detik
Ph : 7,43
-akral teraba dingin

-Konjungtiva anemis

-perkusi paru : redup


bagian paru kanan

-auskultasi paru :
bronkovesikuler

-tanda tanda vital :

TD: 140/90mmHg

Nadi : 96x/menit

Pernafasan : 38x/menit

Suhu : 37°C

PH : 7,489

pCO2 : 21,1 mmHg


PO2 : 192,2 mmHg

HCO3 : 15,9 mmol/L


BEecf : -7.8 mmol/L

SO2 : 99.6

6 September 6 September
3. 2021 Kelebihan volume cairan b.d 2021 Intoleransi aktifitas b/d
retensi natrium dan air keletihan

Data subjektif : pasien Data subjektif :


mengatakan kakinya bengkak -Pasien mengatakan

mudah lelah

Data objektif : terdapat -Pasien mengatakan badan


edema pada ekstremitas terasa lemah
bawah pasien,derajat I
kedalaman 3 mm, urin -Pasien mengatakan di
pasien 700 cc/hari,warna bantu oleh keluarga dan
tampak kecoklatan perawat dalam beraktifitas

Data objektif :

-pasien tampak pucat

-pasien tampak beraktifitas


dibantu oleh perawat dan
keluarga

-tanda tanda vital

TD: 140/90mmHg

Nadi : 96x/menit

Pernafasan : 38x/menit

Suhu : 37°C

-hasil lab :

Hb : 11,8 gr/dl

Hematokrit 49%

Trombosit 142,000/mm3

Berdasarkan tabel 4.7 ditemukan data dari pengkajian pasien 1 dan 2

ditemukan masalah keperawatan pada pasien 1 dan 2 memiliki kesamaan

diagnose yaitu penurunan curah jantung dan gangguan pertukaran gas.


Perbedaan pada pasien 1 dan 2 diantaranya pasien 1 memiliki masalah

keperawatan kelebihan volume cairan sedangkan pasien 2 memiliki masalah

keperawatan intoleransi aktivitas.

3. Perencanaan

Tabel 4.8 Perencanaan Pada pasien dengan Gagal Jantung Kongestif

Hari/T Dx.Kep NOC NIC

anggal
Pasien 1
6 penurunan Cardiac Pump Effectiveness Cardiac Care

curah 1. Systolic blood pressure dalam rentang Aktivitas :


Septem normal 1. Evaluasi adanya nyeri
jantung b/d 2. Diastolic blood pressure dalam rentang
ber normal dada (intensitas, lokasi,
penurunan 3. Tidak ada disritmia
4. Tidak ada bunyi jantung abnormal durasi, frekuensi)
2021 kontraksi 5. Tidak terjadi angina
6. Tidak ada edema perifer 2. Catat adanya disritmia
ventrikel
7. Tidak ada edema paru Jantung
8. Tidak dispnea saat istirahat
9. Tidak terjadi hepatomegali 3. Catat adanya tanda dan
10. Tiidak sianosis
gejala penurunan cardiac
Circulation Status, output.
1. Systolic blood pressure dalam rentang
normal 4. Monitor status
2. Diastolic blood pressure dalam rentang
normal kardiovaskuler
3. Pulse pressure dalam rentang normal
4. MAP dalam rentang normal 5. Monitorstatus pernafasan
5. AGD (PaO2 dan PaCO2 dalam rentang yang menandakan Heart
normal
6. Saturasi O2 dalam rentang normal Failure
7. Tidak asites
6. Monitor abdomen sebagai
Vital signs indicator adanya
1. Denyut jantung apikal dalam rentang
normal penurunan fungsi
2. Irama denyut jantung dalam rentang
normal 7. Monitor balance cairan
3. Denyut nadi radial dalam rentang normal
4. Tekanan Systole dan Diastole dalam 8. Monitor adanya
rentang normal
perubahan tekanandarah
9. Monitor respon pasien
terhadap efek pengobatan
antiaritmia
10. Atur periode latihan dan
istirahat untuk menghindari
kelelahan
11. Monitor adanya dispnea,
ortopnea, dan takipnea
12. Anjurkan untuk
menurunkan stres

Vital Sign Monitoring


Aktivitas :
1. Monitor TD, nadi, suhu
dan RR
2. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
3. Monitor vital sign pasien
saat berbaring, duduk,
berdiri
4. Auskultasi tekanan darah
pada kedua lengan dan
bandingkan
5. Monitor TD, Nadi, RR
sebelum, selama dan
setelah aktivitas
6. Monitor kualitas nadin
7. Monitor adanya pulsus
paradoksus
8. Monitor jumlah dan
irama jantung
9. Monitor bunyi jantung
10. Monitor suara paru
11. Monitor pola
pernafasan abnormal
12. Monitoradanya
sianosis perifer
13. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital sign
6 Gangguan Respiratory Status: Gas Exchage Airway Manajemen

pertukaran Indikator : Aktivitas :


Septem
gas b/d 1. PaO2 dan PCO2 dalam rentang normal 1. Posisikan pasien
ber
edema paru
2. Saturasi oksigen dalam rentang normal untuk
2021
3. pH arteri dalam rentang normal memaksimalkan

4. kesimbangan perfusi ventilasi dalam ventilasi


rentang normal 2. Lakukan fasioterapi
5. tidak terjadi dispnea saat istirahat atau
dada jika perlu
sedang melakukan aktivitas
3. Auskultasi suara
Respiratory Status: Ventilation
nafas,catat adanya
Indikator :

1. Respiratory rate dalam rentang normal suara nafas

2. Tidak ada retraksi dinding dada tambahan

3. Tidak mengalami dispnea saat istirahat 4. Monitor resirasi dan

status O2
4. Tidak ditemukan orthopnea
Oxygen Therapy
5. Tidak ditemukan atelektasis
Aktivitas :

1. Pertahankan kepatenan

jalan nafas

2. Atur peralatan oksigen

3. Monitor aliran

oksigen

4. Pertahankan posisi

pasien

5. Observasi adanya

tanda-tanda
hipoventilasi

6. Monitor adanya

kecemasan
Vital Sign Monitoring
Aktivitas:

1. Monitor TD,Nadi,

suhu, dan RR

2. Catat adanya flutuasi

tekanan darah

3. Monitor kualitas nadi

4. Monitor suara paru

5. Monitor suara

pernafasan

6. Monitor suhu,warna,

dan kelembapan

kulit.
6 Kelebihan Electrolit And Acid/Base Balance Fluid Management

volume Indikator : Aktivitas :


Septem
cairan b/d 1. Serum 1. Pertahankan catatan
ber
retensi intake output yang
albumin,kreatinin,hematokrit,
2021
natrium dan akurat
Blood Urea Nitrogen (BUN), dalam
air 2. Monitor hasil Hb
rentang normal

2. pH urine, urine sodium, urine yang sesuai dengan

creatinin,urine osmolarity, dalam retensi cairan (BUN,

rentang normal Hematokrit, Osmolaritas

urine)
3. tidakterjadi kelemahan otot
3. Monitor vital sign
4. tidak terjadi disritmia
4. Monitor indikasi retensi
Fluid Balance
5. Kaji luas dan lokasi
Indikator :
edema
1. Tidak terjadi asites
6. Monitor status nutrisi
2. Ekstremitas tidak edema
7. Kolaborasi dengan

3. Tidak terjadi distensi vena jugularis dokter jika tanda cairan

berlebuhan muncul

Fluid Overload Severity memburuk

Indikator : Fluid Monitoring

Aktivitas :
1. Edema tungkai tidak terjadi
1. Tentukan riwayat jumlah
2. Tidak asites
dan tipe intake cairan
3. Kongesti vena tidak terjadi
dan eliminasi
4. Tidak terjadi peningkatan blood
2. Tentukan kemungkinan
pressure
faktor risiko dari
5. Penurunan pengeluaran urine tidak
ketidakseimbangan
terjadi
cairan
6. Tidak terjadi perubahan warna urine
3. Monitor berat badan
7. Penurunan serum sodium tidak terjadi
4. Monitor TD, Nadi, RR
8. Peningkatan serum sodium tidak terjadi
5. Monitor tekanan darah
orthostatik dan

perubahan irama jantung

6. Monitor parameter

hemodinamik infasif

7. Monitor tanda dan gejala


edema
Pasien 2
7 penurunan curah Menurut Moorhead, Marion. Dkk 2016 : Bullechek, Gloria M.dkk.
jantung b/d
penurunan Cardiac Pump Effectiveness 2016:
Septem
ber kontraksi Indikator : Cardiac Care

ventrikelki 1. Systolic blood pressure dalam rentang Aktivitas :


2021
normal 1. Evaluasi adanya nyeri
2. Diastolic blood pressure dalam rentang dada(intensitas, lokasi,

normal durasi, frekuensi)

3. Tidak ada disritmia 2. Catat adanya disritmia


4. Tidak ada bunyi jantung abnormal jantung
5. Tidak terjadi angina
3. Catat adanya tanda dan
6. Tidak ada edema perifer
gejala penurunan cardiac
7. Tidak ada edema paru
output.
8. Tidak dispnea saat istirahat
4. Monitor status
9. Tidak dipsnea saat latihan
kardiovaskuler
10. Tidak terjadi hepatomegali
5. Monitorstatus pernafasan
11. Aktivitsa toleran
yang menandakan Heart
12. Tidak sianosis
Failure
Circulation Status
6. Monitor abdomen
1. Systolic blood pressure dalam rentang
sebagai indicator adanya
normal
penurunan fungsi
2. Diastolic blood pressure dalam rentang
7. Monitor balance cairan
normal

3. Pulse pressure dalam rentang normal 8. Monitor adanya

4. MAP dalam rentang normal perubahan tekanandarah

5. AGD (PaO2 dan PaCO2 dalam rentang 9. Monitor respon pasien


normal terhadap efek

6. Saturasi O2 dalam rentang normal pengobatan antiaritmia

7. Tidak asites 10. Atur periode latihan

Vital signs dan istirahat untuk

1. Denyut jantung apikal dalam rentang menghindari kelelahan

normal 11. Monitor adanya


2. Irama denyut jantung dalam rentang dispnea, ortopnea, dan

normal takipnea

3. Denyut nadi radial dalam rentang 12. Anjurkan untuk

normal menurunkan stres

4. Tekanan Systole dan Diastole dalam Vital Sign Monitoring

rentang normal Aktivitas :

1. Monitor TD, nadi,

suhu dan RR

2. Catat adanya fluktuasi


tekanan darah

3. Monitor vital sign

pasien saat berbaring

duduk, berdiri

4. Auskultasi tekanan darah


pada kedua lengan dan

bandingkan

5. Monitor

TD,Nadn,RR

sebelum, selama dan

setelah aktivitas

6. Monitor kualitas nadi.

7. Monitor adanya

pulsus para doksus

8. Monitor jumlah dan

irama jantung

9. Monitor bunyi jantung

10. Monitor suara paru


11. Monitor pola pernafasan
abnormal

12. Monitor adanya sianosis


perifer

13. Identifikasi penyebab

dari perubahan vital sign


7 Gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, 1. Terapi oksigen

pertukaran maka didapatkan kriteria :


Septem a. Berikan oksigen
gas b/d 1. Respon ventilasi mekanik dewasa
ber sesuai orderan dokter
perembesan
a. Tingkat respirai dalam keadaan normal b. Monitor liter oksigen
2021
cairan ke
b. Arteri pH dalam rentang normal c. Monitor efektifitas
alveoli
c. Saturasi O2 normal O2 dengan tepat
udema paru
d. Tidak adanya perfusi jaringan d. Observasi tanda

hipoventilasi induksi
2. Status respirasi
oksigen
a. Tekanan CO2 sebagian dalam darah
e. Monitor hunbungan
arteri normal
kecemasan pasien
b. Ph arteri nomel
dengan terapi
c. Keseimbangan perfusi ventilasi oksigen

f. Mengatur
penggunaan

perangkat O2 yang

memudahkan

mobilitas dan

mengajarkan pasien

2. Manajemen asam-basa

a. Pertahankan jalan

napas paten
b. Pantau pola

pernafasan

c. Pantau penyebab

kekurangan

HCO3(uremis,ketoad

osis metabolic)

d. Pantau
ketidakseimbangan

elektrolit

berhubungan dengan

asidosis

metabolic(kelebihan

kalium, kelebihan

magnesium, natrium)

e. Beri agen HCO3

secara oral atau

parenteral jika

dibutuhkan

f. Pantau asupan dan


keluaran

g. Pantau penentu

pengiriman oksigen

(paO2, Hb, Curah

jantung)

h. Pantau penurunan

bikarbonat dan

penumpukan

asam(gagal ginjal)

i. Pantau tanda dan


gejala

cardiopulmonary

memburuknya asidosis

metabolic(aritmia,

kusmaul, pasien
respirasi)

j. Berikasn nutrisi yang


cukup bagi pasien

yang mengalami

asidosis metabolic

kronis

k. Anjurkan
pasien/keluarga

tentang tindakan

pengobatan untuk

mengobati asidosi

metabolic

3. Monitoring respirasi

a. Monitor frekuensi,

kedalaman dan

kekuatan respirasi

b. Pantau pola

pernafasan:

hiperventilasi,

pernapasan kusmaul

c. Memantau tingkat

saturasi oksigen

d. Auskultasi bunyi

napas, catat area


dimana terjadinya

penurunan atau tidak

adanya ventilasi dan

adanya suara

tamabahan

e. Pantau peningkatan,

ansietas, dan

peningkatan

kebutuhan udara

f. Pantau sekresi

respirasi pasien
7 Intoleransi 1. Toleransi aktifitas 1. Manajemen energy
a. Warna kulit tidak pucat a. Menilai status fisiologis
aktifitas b/d b. Denyut nadi dengan aktifitas pasien untuk mengurangi
Septem dalam keadaan normal kelelahan sesuai umur dan
keletihan c. TTV dalam keadaan normal perkembangannya
ber d. Tingkat pernafasan dalam b. Anjurkan mengungkapan
keadaan normal yang dirasakan tentang
2021 2. Daya tahan keterbatasan
a. Pemulihan energy setelah c. Monitor intake nutrisi
istirahat meningkat untuk memastikan sumber
b. Tidak adanya kelelahan energy yang adekuat
c. Tidak adanya keletihan d. Konsultasi dengan ahli
Tidak adanya penurunan Hb yang berarti gizi tentang cara untuk
menambah intake dari
energy makanan
e. Ajarkanmengatur aktivitas
dan manjemen waktu
untuk mencegah
kelelahan
f. Bantu pasien dalam
memenuhi ADL
2. Bantu perawatan diri
a. Pertimbangkan
budaya pasien ketika
akan
mempromosikan
aktifitas perawatan
diri
b. Pertimbangkan usia
pasien
c. Memantau
kebutuhan pasien
untuk perangkat
adaptif untuk
kebersihan pribadi
d. Menyediakan
ligungan terapeutik
yang hangat
e. Membantu pasien
dalamm menerima
kebutuhan
ketergantungan

Tabel 4.9 Implementasi keperawatan pasien 1 dengan Gagal Jantung Kongestif


Waktu DX.Kep Tindakan Keperawatan Paraf

Pelaksanaan

18 Mei 2017 penurunan curah a. Mengkaji adanya nyeri dada


jantung b/d b. Mencatat adanya bradikakardi, penurunan
penurunan TD pada pasien.
kontraksi c. Memonitor status kardiovaskuler : irama
ventrikel jantung, tekanan darah.
d. Memonitor status pernafasan pasien
e. memonitor balance cairan
f. mengatur periode latihan dan istirahat untuk
menghindari kelelahan
g. memonitor adanya dispnea, Kelelahan.
h. Menganjurkan untuk menurunkan stres.
i. Memonitor suhu dan sianosis perifer
j. Memberikan obat sesuai order dokter
Clopidogril 1x 75 mg, candesartan 1x16 mg

Gangguan
a. mengauskultasi suara nafas, mencatat
pertukaran gas
adanya suara tambahan seperti ronki
b/d edema paru b. menganjurkan pasien nafas dalam
c. mengatur posisi semi fowler untuk
mengurangi dipsneu
d. memonitor respirasi dan status O2
e. memonitor rata-rata, kedalaman, dan usaha
Respirasi
memonitor pola nafas : takipneu
g. mengobservasi hasil pemeriksaan foto
thoraks.
h. mengauskultasi suara nafas
i. mengobservasi aliran O2
f. memberikan therapy O2 binasal 4 liter

kelebihan a. mempertahankan catatan intake output yang


volume cairan Akurat
berhubungan b. memonitor hasil Hb yang sesuai dengan
dengan retensi retensi cairan (BUN, Hematokrit,
natrium dan air Osmolaritas urine)
c. memonitor vital sign, memonitor indikasi
Retensi
d. mengkaji luas dan lokasi edema
e. memonitor status nutrisi, diet DJ 1800 kkal
ML.
f. pemberian inj lasix 1x 20 gram
g. melakukan kolaborasi dengan dokter jika
tanda cairan berlebihan muncul
Memburuk
h. menentukan riwayat jumlah dan tipe intake
cairan dan eliminasi

i. Menentukan kemungkinan faktor risiko dari

ketidakseimbangan cairan

j. Memonitor tekanan darah orthostatik dan

perubahan irama jantung.


penurunan a. mengevaluasi adanya nyeri dada

curah (intensitas, lokasi, durasi, frekuensi)

jantung b/d b. mencatat adanya tanda dan gejala

penurunan penurunan cardiac output

kontraksi c. memonitor status kardiovaskuler

ventrikel d. memonitor status pernapasan yang

menandakan Heart Failure

e. memonitor balance cairan

f. memonitor adanya perubahan nadi dan

tekanan darah

g. mengatur periode latihan dan istirahat

untuk menghindari kelelahan

h. memonitor adanya dispnea, ortopnea, dan

takipnea

i. menganjurkan untuk menurunkan stres


Gangguan a. memposisikan pasien semi fowler untuk
pertukaran memaksimalkan ventilasi

gas b/d b. mengauskultasi suara nafas


edema paru
c. mencatat adanya suara nafas tambahan

d. memonitor respirasi dan status O2

e. mempertahankan kepatenan jalan nafas

f. mengatur peralatan oksigen dengan


pemberian 02 binasal 4 liter/i

g. memonitor aliran oksigen

h. mempertahankan posisi pasien

i. mengobservasi adanya tanda-tanda

hipoventilasi,

j. memonitor adanya kecemasan

k. mengajarkan teknik nafas dalam untuk


memaksimalkan ventilasi.
kelebihan a. mempertahankan catatan intake output

volume yang akurat

cairan b/d b. memonitor hasil Hb yang sesuai dengan


retensi retensi cairan (BUN, Hematokrit,
natrium dan Osmolaritas urine)
air
c. memonitor vital sign, memonitor indikasi
retensi

d. mengkaji luas dan lokasi edema

e. memonitor status nutrisi pemberian ini


lasix 1x 20 gram

f. melakukan Kolaborasi dengan dokter jika


tanda cairan berlebihan muncul memburuk

g. menentukan riwayat jumlah dan tipe

h. intake cairan dan eliminasi

i. menentukan kemungkinan faktor risiko


dari ketidakseimbangan cairan

j. memonitor tekanan darah orthostatik dan


perubahan irama jantung.
penurunan a. mengevaluasi adanya nyeri

curah dada(intensitas, lokasi, durasi, frekuensi)


jantung b/d b. mencatat adanya tanda dan gejala

penurunan penurunan cardiac output

kontraksi c. memonitor status kardiovaskuler

ventrikel d. memonitor status pernafasan yang

menandakan Heart Failure

e. memonitor balance cairan

f. memonitor adanya perubahan nadi dan

tekanan dar

g. mengatur periode latihan dan istirahat

untuk menghindari kelelahan

h. memonitor adanya dispnea, ortopnea, dan

takipnea

i. menganjurkan untuk menurunkan stres


Gangguan a. Mempsisikan pasien untuk

pertukaran memaksimalkan ventilasi

gas b/d b. mengauskultasi suara nafas

edema paru c. mencata adanya suara nafas tambahan

d. memonitor respirasi dan status O2,

e. mempertahankan kepatenanjalan nafas

f. mengatur peralatan oksigen dengan

g. memonitor aliran oksigen

h. mempertahankan posisi pasien

i. mengobservasi adanya tanda- tanda

hipoventilasi,

j. memonitor adanya kecemasan

k. mengajarkan teknik nafas dalam untuk

memaksimalkan ventilasi
kelebihan a. intake output yang akurat

volume b. memonitor hasil Hb yang sesuai

cairan b/d dengan retensi cairan (BUN, Hematokrit,


retensi Osmolaritas urine)

natrium dan c. memonitor vital sign, memonitor indikasi

air retensi

d. mengkaji luas dan lokasi edema

e. memonitor status nutrisi

f. pemberian inj lasix 1x 20 gram

g. melakukan kolaborasi dengan dokter

jika tanda cairan berlebihan muncul

memburuk

h. menentukan riwayat jumlah dan tipe

intake cairan dan eliminasi

i. menentukan kemungkinan faktor risiko

dari ketidakseimbangan cairan

j. memonitor tekanan darah orthostatik dan

perubahan irama jantung


penurunan a. mengevaluasi adanya nyeri

curah dada(intensitas, lokasi, durasi, frekuensi)

jantung b/d b. mencatat adanya tanda dan gejala

penurunan penurunan cardiac output

kontraksi c. memonitor status kardiovaskuler

ventrikel d. memonitor status pernafasan yang

menandakan Heart Failure

e. memonitor balance cairan

f. memonitor adanya perubahan nadi dan

tekanan darah

g. mengatur periode latihan dan istirahat

untuk menghindari kelelahan

h. memonitor adanya dispnea, ortopnea, dan

takipnea

i. menganjurkan untuk menurunkan stres.


Gangguan a. memposisikan pasien semi fowler untuk

pertukaran memaksimalkan ventilasi mengauskultasi

gas b/d suara nafas

edema paru b. mencatat adanya suara nafas tambahan

c. memonitor respirasi dan status O2

d. mempertahankan kepatenan jalan nafas

e. mengatur peralatan oksigen dengan

pemberian 02 binasal 4 liter/i

f. memonitor aliran oksigen

g. mempertahankan posisi pasien

h. mengobservasi adanya tanda-tanda

hipoventilasi,

i. memonitor adanya kecemasan

j. mengajarkan teknik nafas dalam

untukmemaksimalkan ventilasi
kelebihan a. mempertahankan catatan intake output

volume yang akurat

cairan b/d b. memonitor hasil Hb yang sesuai dengan

retensi retensi cairan (BUN, Hematokrit,

natrium dan Osmolaritas urine)

air c. memonitor vital sign, memonitor indikasi

retensi

d. mengkaji luas dan lokasi edema

e. memonitor status nutrisi

f. pemberian inj lasix 1x 20 gram

g. melakukan kolaborasi dengan dokter jika

tanda cairan berlebihan muncul memburuk

h. menentukan riwayat jumlah dan tipe

intakecairan dan eliminas

i. menentukan kemungkinan factor risiko


dari ketidakseimbangan cairan

j. memonitor tekanan darah orthostatik dan

perubahan irama jantung.


penurunan a. mengevaluasi adanya nyeri dada

curah (intensitas, lokasi, durasi, frekuensi)

jantung b/d b. mencatat adanya tanda dan gejala

penurunan penurunan cardiac output

kontraksi c. memonitor status kardiovaskuler

ventrikel d. memonitor status pernafasan yang

menandakan Heart Failure

e. memonitor balance cairan

f. memonitor adanya perubahan nadi dan

tekanan darah

g. mengatur periode latihan dan istirahat

untuk menghindari kelelahan

h. memonitor adanya dispnea, ortopnea,

dan takipnea

i. menganjurkan untuk menurunkan stres.


Gangguan a. memposisikan pasien semi fowler untuk

pertukaran memaksimalkan ventilasi

gas b/d b. mengauskultasi suara nafas

edema paru c. memonitor respirasi dan status O2

d. mempertahankan kepatenan jalan nafas

e. mengatur peralatan oksigen dengan

pemberian 02 binasal 4 liter/i

f. memonitor aliran oksigen

g. mempertahankan posisi pasien

h. mengobservasi adanya tanda- tanda

hipoventilasi,

i. memonitor adanya kecemasan


j. mengajarkan teknik nafas dalam untuk

memaksimalkan ventilasi
kelebihan a. mempertahankan catatan intake output

volume yang akurat

cairan b/d b. memonitor hasil Hb yang sesuai

retensi dengan retensi cairan (BUN, Hematokrit,

natrium dan Osmolaritas urine)

air c. memonitor vital sign, memonitor indikasi

retensi

d. mengkaji luas dan lokasi edema

e. memonitor status nutrisi

f. pemberian inj lasix 1x 20 gram

g. melakukan kolaborasi dengan dokter

jika tanda cairan berlebihan muncul

memburuk

h. menentukan riwayat jumlah dan tipe

intake cairan dan eliminasi

i. menentukan kemungkinan faktor risiko

dari ketidakseimbangan cairan

j. memonitor tekanan darah orthostatik dan

perubahan irama jantung.


penurunan a. mengevaluasi adanya nyeri dada

curah (intensitas, lokasi, durasi, frekuensi)

jantung b/d b. mencatat adanya tanda dan gejala

penurunan penurunan cardiac output

kontraksi c. memonitor status kardiovaskuler

ventrikel d. memonitor status pernafasan yang

menandakan Heart Failure

e. memonitor balance cairan

f. memonitor adanya perubahan nadi dan


tekanan darah

g. mengatur periode latihan dan istirahat

untuk menghindari kelelahan

h. memonitor adanya dispnea, ortopnea, dan

takipnea

i. menganjurkan untuk menurunkan stres.


Gangguan a. memposisikan pasien semi fowler untuk

pertukaran memaksimalkan ventilasi

gas b/d b. mengauskultasi suara nafas

edema paru c. mencatat adanya suara nafas tambahan

d. memonitor respirasi dan status O2,

e. mempertahankan kepatenan jalan nafas

f. mengatur peralatan oksigen dengan

pemberian 02 binasal 4 liter/i

g. memonitor aliran oksigen

h. mempertahankan posisi pasien

i. mengobservasi adanya tanda-tanda

hipoventilasi

j. memonitor adanya kecemasan

k. mengajarkan teknik nafas dalam untuk

memaksimalkan ventilasi.
kelebihan a. mempertahankan catatan intake output

volume yang akurat

cairan b/d b. memonitor hasil Hb yang sesuai dengan

retensi retensi cairan (BUN, Hematokrit,

natrium dan Osmolaritas urine)

air c. memonitor vital sign, memonitor indikasi

retensi

d. mengkaji luas dan lokasi edema

e. memonitor status nutrisi


f. pemberian inj lasix 1x 20 gram

g. melakukan kolaborasi dengan dokter jika

tanda cairan berlebihan muncul memburuk

h. menentukan riwayat jumlah dan tipe

intake cairan dan eliminasi

i. menentukan kemungkinan faktor risiko

dari ketidakseimbangan cairan

j. memonitor tekanan darah orthostatik

dan perubahan irama jantung.

Tabel 4.10 Implementasi keperawatan pasien 2 dengan Gagal Jantung Kongestif

Waktu DX.Kep Tindakan Keperawatan Paraf

Pelaksanaan

Senin, 6 Penurunan curah 1. Memonitor tanda-tanda vital


September
2021 jantung b/d 2. Memonitor adanya perubahan tekanan darah
penurunan 3. Memonitor sianosis perifer
kekuatan kontraksi 4. Mengevaluasi adanya nyeri dada
ventrikel kiri 5. Memonitor balance cairan
6. Memberikan okigen tambahan sesuai
kebutuhan dengan memberikan O2 5lpm
7. Memonitor adanya dipseneu, ortopneu, dan
Takipneu

Gangguan 1. Memberikan oksigen tambahan sesuai


pertukaran gas b/d kebutuhan dengan memberikan O2 5lpm
perembesan cairan 2. Memonitor liter oksigen
ke alveoli, udema 3. Mempertahankan jalan nafas paten
paru 4. Memberikan nutrisi yang cukup bagi psien
yang mengalami asidosis metabolic

Intoleransi 1. Menilai status fisiologis pasien untuk


aktivitas b/d mengurangi kelelahan sesuai umur dan
keletihan perkembangannya
2. Anjurkan mengungkapkan yang dirasakan
tentang keterbatasan
3. Monitor intake nutrisi untuk memastikan
sumber energy yang adekuat
4. Bantu pasien dalam memenuhi ADL
5. Membantu pasien dalam menerima
kebutuhan ketergantungan

Senin, 6
September
2021 Penurunan curah 1. Memonitor tanda-tanda vital
jantung b/d 2. Memposisikan pasien untuk memaksimalkan
penurunan ventilasi dengan posisi semi fowler
kekuatan kontraksi 3. Mencatat adanya tanda dan gejala penurunan
ventrikel kiri cardiac output
4. Memonitor adanya perubahan tekanan darah
5. Memberikan oksigen tambahan sesuai
kebutuhan dengan memberikan O2 4lpm
6. Memonitor aliran oksigen dengan mengisi air
humidifier
Gangguan 1. Memonitor oksigen dan efektifitas O2
pertukaran gas b/d 2. mengatur pengguanaan perangkat O2 yang
perembesan cairan memudahkan mobilitas dan mengajarkan
ke alveoli, udema pasien
paru 3. memonitor frekuensi kedalaman dan
kekuatan respirasi
4. memantau ketidakseimbangan elektrolit
berhubungan dengan asidosi metablic
(kelebihan natrium,magnesium dan kalium)

Intoleransi 1. menilai status fisiologis pasien untuk


aktivitas b/d mengurangi kelelahan sesuai umur dan
keletihan perkembangannya
2. anjurka mengungkapkan yang dirasakan
tentang keterbatasan
3. monitor intake nutrisi untuk memastikasn
sumber energy yang adekuat
4. bantu pasien dalam memenuhi ADL
5. membantu pasien menerima kebutuhan
ketergantungan

Senin,6
September
2021 Penurunan curah 1. memonitor tanda tanda vital
jantung b/d 2. memposisikan pasien untuk memaksimalkan
penurunan ventilasi posisi semifowler
kekuatan kontraksi 3. auskultasi suara nafas, catat adanya suara
Kiri tambahan
4. mempertahankan kepatenan jalan nafas
5. memberikan oksigen tambahan sesuai
kebutuhan dengan memberikan O2 4lpm
6. memonitor oksigen dengan mngisi air
humidifier
Gangguan 1. memberikan oksigen tambahan sesuai
pertukaran gas b/d kebutuhan dengan memberikan O2 5lpm
perembesan cairan 2. memonitor liter oksigen
ke alveoli, udema 3. mempertahankan jalan nafas paten
paru 4. memberikan nutrisi yang cukup bagi pasien
yang mengalami asidosi metabolic

Intoleransi 1. menilai status fisilogis pasien untuk


aktivitas b/d mengurangi kelelahan sesuai umur dan
keletihan perkembangannya
2. anjurkan mengungkapkan yang dirasakan
tentang keterbatasan
3. monitor intake untuk memastikan sumber
energy yang adekuat
4. bantu pasien dalm memenuhi ADL
5. membantu pasien dalam menerima
kebutuhan ketergantungan

Selasa,7
September
2021 Penurunan curah 1. mengukur tanda-tanda vital
jantung b/d 2. memposisikan pasien untuk memaksimalkan
penurunan ventilasi dengan posisi semi fowler
kekuatan kontraksi 3. mencatat adanya tanda dan gejala penurunan
Kiri cardiac output
4. memonitor adanya perubahan tekanan darah
5. memberikan oksigen tambahan sesuai
kebutuhan dengan memberikan O2 4lpm
6. memonitor adanya dipseneu, ortopneu, dan
takipneu
7. memonitor jumlah dan irama jantung

Gangguan 1. memonitor oksigen dan efektivitas O2


pertukaran gas b/d 2. mengatur penggunaan perangkat O2 yang
perembesan cairan memudahkan mobilitas dan mengajarkan
ke alveoli, udema pasien
paru 3. memonitor liter oksigen
4. mempertahankan jalan napas paten
5. memantau tanda dan gejala cardiac
pulmonary memburuk asidosis metabolic
6. memonitor frekuensi, kedalaman dan
kekuatan respirasi

Intoleransi 1. menilai status fisiologis pasien untuk


aktivitas b/d mengurangi kelelahan sesuai umur dan
keletihan perkembangannya
2. anjurkan mengungkapkan yang dirasakan
tentang keterbasan
3. monitor intake nutrisi untuk memastikan
sumber energy yang adekuat
4. bantu pasien dalam memenuhi ADL
5. membantu pasien dalam menerima
kebutuhan ketergantungan

Selasa, 7 Penurunan curah 1. memonitor tanda tanda vital


September
2021
jantung b/d 2. memposisikan pasien untuk memaksimalkan
penurunan ventilasi posisi semifowler
kekuatan kontraksi 3. memonitor adanya perubahan tekanan darah
ventrikel kiri 4. menganjurkan pasien menurunkan stress
dengan teknik napas dalam
5. memberikan oksigen tambahan sesuai
kebutuhan dengan memberikan O2 4lpm
6. memonitor adanya sianosis perifer

Gangguan 1. memberikan oksigen tambahan sesuai


pertukaran gas b/d kebutuhan dengan memberikan O2 5lpm
pembesaran cairan 2. memonitor liter oksigen
ke alveoli, udema 3. mempertahankan jalan paten
paru 4. memberikan nutrisi yang cukup bagi pasien
yang mengalami asidosis metabolic

Intoleransi 1. menilai status fisiologis pasien untuk


aktivitas b/d mengurangi kelelahan sesuai umur dan
keletihan perkembangannya
2. anjurkan mengungkapkan yang dirasakan
tentang keterbatasan
3. monitor intake nutrisi untuk memastikan
sumber energy yang adekuat
4. bantu pasien dalam memenuhi ADL
5. membantu pasien dalam menerima
kebutuhan ketergantungan

4. Evaluasi

Tabel 4.11 Evaluasi keperawatan pasien 1 dengan Gagal Jantung Kongestif


Hari Ke Diagnosa Keperawatan Evaluasi (SOAP)

6 September 2021 penurunan curah jantung b/d S : pasien mengatakan tubuh masih
penurunan kontraksi ventrikel terasa lemah
O : pasien tampak pucat, akral teraba
dingin, TD : 100/70, N: 60x/i
A : masalah blm teratasi
P : intervensi dilanjutkan
Gangguan pertukaran gas b/d S : pasien mengatakan nafas masih terasa
edema paru sesak
O : pasien tampak masih sesak
RR : 24 x/I, PCO2: 30 mmol/L
A : masalah blm teratasi
P : intervensi dilanjutkan
kelebihan volume cairan S : pasien mengatakan kaki masih
b/d retensi natrium dan air bengkak dan sulit digerakkan
O : edema pada kedua tungkai bawah,
urin 800 cc/hari, warna kecoklatan.
A : masalah blm teratasi
P : intervensi dilanjutkan

6 September 2021 penurunan curah jantung b/d S : pasien mengatakan tubuh masih terasa
penurunan kontraksi ventrikel lemah
O : pasien tampak pucat, akral
teraba dingin, TD : 100/70, N: 60x/i
A : masalah blm teratasi
P : intervensi dilanjutkan

Gangguan pertukaran gas b/d S : pasien mengatakan nafas masih terasa


edema paru sesak
O : pasien tampak masih sesak
RR : 24 x/i
A : masalah blm teratasi
P : intervensi dilanjutkan
kelebihan volume S : pasien mengatakan kaki masih
cairan b/d retensi natrium dan bengkak dan sulit digerakkan
air O : edema pada kedua tungkai bawah,
urin 800 cc/hari, warna kecoklatan.
A : masalah blm teratasi
P : intervensi dilanjutkan

penurunan curah jantung b/d S : pasien mengatakan tubuh masih terasa


penurunan kontraksi ventrikel lemah
O : pasien tampak pucat, akral
teraba dingin, TD : 100/80, N:
62x/i
A : masalah blm teratasi
P : intervensi dilanjutkan

Gangguan pertukaran gas b/d S : pasien mengatakan nafas masih terasa


edema paru sesak
O : pasien tampak masih sesak
RR : 26 x/i
A : masalah blm teratasi
P : intervensi dilanjutkan
kelebihan volume S : pasien mengatakan kaki masih
cairan b/d retensi natrium dan bengkak dan sulit digerakkan
air O : edema pada kedua tungkai bawah,
urin 900 cc/hari, warna kecoklatan.
A : masalah blm teratasi
P : intervensi dilanjutkan
7 September 2021 penurunan curah jantung b/d S : pasien mengatakan tubuh masih terasa
penurunan kontraksi ventrikel lemah
O : pasien tampak pucat, akral teraba
dingin, TD : 100/80, N: 61x/i
A : masalah blm teratasi
P : intervensi dilanjutkan

Gangguan pertukaran gas b/d S : pasien mengatakan nafas masih terasa


edema paru sesak
O : pasien tampak masih sesak
RR : 23 x/i
A : masalah blm teratasi
P : intervensi dilanjutkan
kelebihan volume S : pasien mengatakan kaki masih
cairan b/d retensi natrium dan bengkak dan sulit digerakkan
air O : edema pada kedua tungkai bawah, urin
800 cc/hari, warna kekuningan.
A : masalah blm teratasi
P : intervensi dilanjutkan

7 September 2021 penurunan curah jantung b/d S : pasien mengatakan tubuh masih
penurunan kontraksi ventrikel terasa lemah
O : pasien tampak pucat, akral teraba
dingin, TD : 110/70, N: 65x/i
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan

Gangguan pertukaran gas b/d S : pasien mengatakan sesak mulai


edema paru berkurang
O : pasien tampak tenang, sesak tampak
mulai berkurang
RR : 22 x/i
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
kelebihan volume S : pasien mengatakan bengkak pada kaki
cairan b/d retensi natrium dan mulai berkurang.
air O : edema pada kedua tungkai bawah
mulai berkurang , piting edema >3
detik, urin 1000 cc/hari, warna
kekuningan .
A : masalah blm teratasi
P : intervensi dilanjutkan
7 September 2021 penurunan curah jantung b/d S : pasien mengatakan tubuh masih
penurunan kontraksi ventrikel terasa lemah
O : pasien tampak pucat, akral teraba
dingin, TD : 110/70, N: 65x/i
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan

Gangguan pertukaran gas b/d S : pasien mengatakan sesak mulai


edema paru berkurang
O : pasien tampak tenang, sesak tampak
mulai berkurang
RR : 22 x/i
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan

kelebihan volume S : pasien mengatakan bengkak pada kaki


cairan b/d retensi natrium dan mulai berkurang.
air O : edema pada kedua tungkai bawah
mulai berkurang, urin 1000 cc/hari,
warna kekuningan
A : masalah blm teratasi
P : intervensi dilanjutkan

7 September 2021 Penurunan curah jantung b/d S : pasien mengatakan sudah mulai
penurunan kontraksi ventrikel bertenaga
O : pasien sudah tampak tidak pucat, akral
teraba hangat,
TD : 110/80mmHg, N: 74x/i
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

Gangguan pertukaran gas b/d S : pasien mengatakan sudah tidak sesak


edema paru napas lagi
O : pasien tampak tidak sesak
RR : 20 x/i
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

kelebihan volume S : pasien mengatakan kaki sudah


cairan b/d retensi natrium dan tidak bengkak lagi
air O :edema pada kaki sudah tidak ada, urin
1500 cc/hari, warna kekuningan.
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

Tabel 4.12 Evaluasi keperawatan pasien 2 dengan Gagal Jantung Kongestif


Waktu DX. Kep Tindakan Keperawatam Paraf
Pelaksanaan

Senin,6
September 2021 Penurunan S:
curah jantung - Pasien mengatakan badannya masih lemah
b/d penurunan -Pasien mengataka nyeri di dada sudah tidak
kekuatan terasa
kontraksi O:
ventrikel kiri -Pasien tampak sesak
-Posisi semi fowler
-Terpasang O2 binasal 5 liter/menit
-Tampak masih menggunakan otot bantu nafas
-Tanda-tanda vital :
Nadi :88 x/Ii Suhu:36,5o C
-Hasil laboraturium:
Hb 11.8 gr/dl,
Hematokrit 32 %
A:masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
Selasa, 7 Penurunan S:
September curah jantung - Pasien
TD:130/90 mmHg
mengatakan RR:30x/menit
badan masih terasa lemah
b/d penurunan - PasienNadi :88 x/Ii kadang terasa
mengatakan Suhu:36,5°C
pusing dan
2021 kekuatan A :Masalah belum teratasi
kedinginan
kontraksi P:
O:Intervensi dilanjutkan
ventrikel kiri
- Pasien masih tampak lemah
Gangguan S- Tanda-tanda
: vital
pertukaran gas -Pasien mengatakan badan
TD 130/100mmHg terasa
Nadi:90 lemah
x/menit,
b/d perembesan -Pasien
RR: 27mengatakan
x/menit, nafas masih
Suhu :36.6sesak
oC.
cairan ke O :
- Terpasang O2 binasal 5 lpm
alveoli, udema -Kulit tampak pucat
- Terpasang IVFD Nacl0,9% 16 tts/menit.
paru -Konjungtiva anemis
A:-CRT>
Masalah belum teratasi
2 detik
P:-Akral
Intervensi
terabadilanjutkan
dingin
Gangguan S:-Tanda-tanda vital
pertukaran gas - Pasien TD:130/90
mengatakanmmHg RR:30x/menit
badan terasa lemah
b/d perembesan - PasienNadi :88 x/Ii masih sesak
mengatakan Suhu:36,5°C
napas tapi tidak
cairan ke -Terpasang
separah kemarin binasal 5 lt/menit
alveoli, udema AO:: masalah belum teratasi
paru P- Kulit
: intervensi
tampakdilanjutkan
pucat
- Konjungtiva anemis
Intoleransi S:
- CRT> 2 detik
aktivitas b/d -Pasientampak
- Pasien mengatakan
masihmudah lelah
sesak napas
keletihan -Pasien mengatakan
- Tanda-tanda vital beraktifitas masih di bantu
sama keluarga dan perawat
TD 130/100mmHg Nadi:90 x/menit,
O : RR: 27 x/menit, Suhu :36.6 oC.
-Tampak
- Hasil lab :pasien lemah
-Pasien
Natriumtampak beraktifitas dibatu oleh keluarga
140 mg/dl
dan perawat
Kalium 2.7 mg/dl
-Konjungtiva
- Akral anemis
teraba dingin
-Tanda-tanda vital
A: masalah belum teratasi
TD:130/90
P: intervensi mmHg, RR:28x/menit,
dilanjutkan
Intoleransi S:
aktivitas b/d - Pasien mengatakan mudah lelah
keletihan O:
- Tampak pasien lemah
- Konjungtiva anemis
- Tanda-tanda vital
TD 130/100mmHg Nadi:90 x/menit
RR: 27 x/menit, Suhu :36.6 oC
- Hasil labor:
Hb 11.8 gr/dl Hematokrit 32 %
A: masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
Rabu,8 Penurunan S:
September curah jantung - pasien mengatakan badan masih terasa lemah
b/d penurunan O:
kekuatan - Pasien tampak masih lemah
kontraksi - Posisi semifowler
ventrikel kiri - Tanda tanda vital
TD 140/90mmHg Nadi: 90x/menit
RR: 26x/menit Suhu : 36,5°C
- pasien tampak terpasang O2 binasal 4lpm
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
Gangguan S:
pertukaran gas - Pasien mengatakan napas masih sesak tapi
b/d perembesan sedikit
cairan ke O:
alveoli, udema
paru
- Kulit tampak pucat
- Konjungtiva anemis
- CRT> 2 detik
- Tanda-tanda vital
TD:140/90 mmHg Nadi: 90x/menit
PEMBAHAS

C. Pembahasan
Pada pembahasan ini penulis akan membahas kesinambungan antara teori dengan
kasus asuhan keperawatan pada pasien 1 dan pasien 2 dengan penyakit Congestive
Heart Failure (CHF) yang telah dilakukan pada pasien 1 tanggal 6 September
2021-9 September 2021 sedangkan pasien 2 pada tanggal 7 September 2021- 12
September 2021 di Ruang Perawatan Lantai 3 Rs Patria IKKT Jakarta Barat.
Dimana pembahasan ini sesuai dengan tiap fase dalam proses keperawatan yang
meliputi: pengkajian keperawatan, menegakkan diagnosa keperawatan, membuat
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Pembahasan dari asuhan keperawatan pasien dengan gagal jantung kongestif di


Ruang Perawatan Lantai 3 Rs Patria IKKT Jakarta Barat adalah sebagai berikut:
1. Pengkajian keperwatan
Pengkajian keperawatan pada kasus ini dilakukan pada 2 pasien. pasien 1
dilakukan pada tanggal 6 September 2021 Jam 08.49 WIB dan pada pasien 2
dilakukan pada tanggal 7 September 2021. Hasil dari pengkajian tersebut
sebagai berikut :
Pada pasien 1 berusia 50 Tahun, jenis kelamin laki-laki, pekerjaan bank
swasta, pendidikan terakhir Sarjana dengan diagnosa medis CHF fc III +
CKD Stage V + BP dengan keluhan Sesak nafas, sesak di rasakan meningkat
saat beraktifitas, tubuh terasa lemah. sedangkan pasien 2 berusia 40 Tahun,
jenis kelamin laki-laki, pekerjaan PNS, pendidikan terakhir Sarjana/S1
dengan diagnosa medis CHF fc II ec CAD 44D + Aki rifle I dd + DM tipe II
dengan keluhan sesak nafas, tampak lemah. Keluhan yang dirasakan oleh
pasien 1 dan 2 sesuai dengan teori menurut Brunner & Suddarth (2017)
bahwa pada pasien gagal jantung tanda dan gejala gagal jantung dapat
berhubungan dengan ventrikel mana yang mengalami gangguan. Pada
gangguan ventrikel kiri akan menimbulkan kongesti pulmonal berupa
dipsnea/ sesak nafas saat beraktifitas, keletihan sedangkan pada ventrikel
kanan edema dan kelemahan.
Pada riwayat penyakit keluarga pasien 1 dan 2 mengatakan keluarganya tidak
ada yang menderita penyakit yang sama dengannya. Pada perilaku yang
mempengaruhi kesehatan pasien 1 merokok sejak SMU dan sering
mengkonsumsi gorengan dan makanan bersantan sedangkan pasien 2 dahulu
adalah perokok berat memiliki kebiasaan merokok 2 bungkus sehari. Menurut
asumsi penulis kebiasaan pada kedua pasien ini lah yang menjadi pemicu
penyakit tersebut. Seperti teori yang dikemukakan oleh pangabean (2009)
bahwa penyakit jantung sendiri dapat muncul dipengaruhi oleh usia,
hipertensi, iskemia, stres, merokok, olahraga tidak teratur dan lain lain.

Menurut Teori (Aspiani, 2016) Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan


pada gagal jantung kongestif yaitu laboratorium radiologi, EKG, dan USG
jantung. Pada kasus ini pasien 1 dan 2 dilakukan pemeriksaan laboratorium
dan radiologi : Foto thorax. Akan tetapi padakasus ini tidak dilakukan
pemeriksaan EKG dan USG jantung. Penulis berpendapat bahwa pemeriksaan
jantung harus dilakukan pemeriksaan yang demikian lengkap seperti teori
yang ada untuk membantu penegakan diagnose medis untuk terapi yang tepat
sesuai penyebab gagal jantung kongestif itu sendiri.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon pasien


terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).

Diagnosa keperawatan pada pasien dengan Congestive heart failure berdasarkan


SDKI adalah : Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus-
kapiler, Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas (mis : nyeri saat
bernafas), Penurunan curah jantung b.d perubahan preload / perubahan
afterload / perubahan kontraktilitas, Nyeri akut b.d gen penedera fisiologis (Mis :
Iskemia), Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi, Perfusi perifer tidak
efektif b.d penurunan aliran arteri dan/atau vena, Intoleransi aktifitas b.d
kelemahan, Ansietas b.d kurang terpapar informasi, Defisit nutrisi b.d
ketidakmampuan mencerna makanan, faktor psikologis (mis : stress, keengganan
untuk makan), Resiko gangguan integritas kulit d.d kelebihan volume cairan
Berdasarkan data hasil pengkajian dan hasil pemeriksaan penunjang seperti
laboratorium, dan radiologi pada pasien 1 ditemukan 3 masalah keperawatan dan
pada pasien 2 ditemukan 3 masalah keperawatan yang dasar penegakkannya
menggunakan Nanda Internasional (2015-2017).
Berikut masalah keperawatan antara pasien 1 dan pasien 2 :

a. Penurunan curah jantung b.d penurunan kontraksi vertikel

Masalah ini ditemukan pada pengkajian pasien 1 dan 2. Penegakan

dilakukan berdasarkan Nanda (2015) dengan data keluhan pasien 1 :

Pasien mengatakan tubuh terasa lemah, data objektif yang didapatkan :

warna kulit sedikit pucat, akral teraba dingin, tanda-tanda vital :

TD:90/80 mmHg, N : 58x/menit. Sedangkan pada pasien 2 : Pasien

mengatakan tubuh terasa lemah, dan mudah merasa lelah, data objektif

yang didapatkan : pasien tampak pucat, tekanan darah mengalami

kenaikan 140/90mmHg,96x/menit RR:38x/menit S:37°C, hasil

3
laboratorium: Hb:11,8 gr/dl, hematokrit:49%, trombosist: 142.000/mm

PT:15.4 dan APTT:47,9. Data tersebut sudah sesuai dengan batasan

karakteristik yang terdapat pada Nanda internasional (2015-2017).

Namun penulis melihat bahwa pada data pengkajian terdapat data lain

yang menunjang dan sesuai dengan batasan karakteristik yang ada,

tetapi peneliti pasien 1 tidak menginput data pada penenggakkan

diagnosa yaitu : edema, dipsnea, dan oliguria. Sedangkan pada peneliti


pasien 2 tidak menginput data dipsnea pada penenggakkan diagnosa

tersebut.

Sedangkan menurut SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia),

Penegakkan diagnosa didasarkan pada data mayor ndan minor. Dimana

dalam hal ini penulis berpendapat data pada pasien 1 sudah menunjang

untuk diangkat diagnosa ini antara lain : data mayor (bradikardi, TD

menurun, tampak pucat, edema, dipsnea, oliguria) dan data minor

(pasien tampak gelisah ). Dan pada pasien 2 data juga menunjang untuk

diangkat diagnosa berikut data mayor (mengatakan lelah, tampak pucat,

TD meningkat, Dipsnea, akral teraba dingin) dan data minor (-). Tetapi

pada SDKI diagnosa menjadi “penurunan curah jantung berhubungan

dengan perubahan pre-load ditandai dengan lelah, tekanan darah

menurun/meningkat, warna kulit pucat” Penulis berpendapat bahwa

setiap kegagalan jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh dapat

menurunkan curah jantung.

b. Gangguan pertukaran gas b.d edema paru

Masalah ini ditemukan pada pengkajian pasien 1 dan 2. Penegakan

dilakukan berdasarkan Nanda internasional (2015-2017) dengan data

keluhan pasien 1 : pasien mengatakan nafas terasa sesak , data objektif

yang didapatkan : pasien tampak sesak nafas ,RR: 25x/menit, bunyi

nafas : ronchi (-) Wheezing (-), hasil lab : PCO2 (30 mmol/L) , PO2

(140mmol/L), Ph (7,43). Sedangkan pada pasien 2 pasien mengatakan


mudah lelah dan badan terasa lemah, data objektif yang didapatkan :

tampak lemah dan pucat, CRT >3 detik (Pada data CRT ini mengalami

kesenjangan yaitu peneliti menyebutkan pada lembar pengkajian bahwa

CRT>2 detik sementara penulis menyebut pada saat penegakan

diagnosa bahwa data CRT>3detik), akral teraba dingin, konjungtiva

anemis, perkusi paru bagian kanan redup, bronkovesikuler, TD :

140/90mmHg N : 96x/menit RR : 38x/menit, Ph : 7,489 PCO2 : 21,1

mmHg, PO2 : 192,2mmHg, HCO3 : 159mmol. Data tersebut sudah

sesuai dengan batasan karakteristik yang terdapat pada Nanda

international (2015-2017).

Sedangkan menurut SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia),

Penegakkan diagnosa didasarkan pada data mayor dan minor. Dalam

hal ini data yang didapatkan sudah menunjang untuk ditegakkan

diagnosa gangguan pertukaran gas susuai SDKI. Pada pasien 1 dengan

data mayor ( dipsnea, PO2 meningkat, PCO2 menurun, Ph 7,43) dan

data minor (tampak gelisah, kulit pucat, pola nafas cepat). Sedangkan

pasien 2 dengan data mayor (dipnea, PO2 menurun, PCO2 meningkat,

Ph meningkat) dan data minor (tampak pucat, pola nafas cepat). Tetapi

pada SDKI diagnosa menjadi “gangguan pertukaran gas berhubungan

dengan perubahan membran alveolus-kapiler ditandai dengan dipsnea,

PCO2 menurun, PO2 menurun”. Penulis berasumsi bahwa gejala sesak

yang timbul pada pasien 1 dan 2, muncul sebagai akibat dari terjadinya

kongesti pada paru sehingga menggangu proses sirkulasi pernafasan.


Sesak nafas merupakan tanda gejala khas pada gagal jantung kiri. Ini

sesuai dengan teori (Aspiani, 2016) bahwa gagal jantung kiri akan

muncul gejala sesak napas.

c. Kelebihan volume cairan b.d retensi natrium dan air

Masalah keperawatan ini hanya ditemukan pada pasien 1 Penegakan


dilakukan berdasarkan Nanda internasional (2015-2017) dengan data
keluhan : pasien mengatakan kakinya bengkak, edema ektremitas bawah.
Data objektif yang didapat : Edema derajat 1 kedalaman 3mm, urin pasien
700cc, warna urine tampak kecoklatan. Data tersebut sudah sesuai dengan
batasan karakteristik yang terdapat pada Nanda international (2015-2017).
Namun penulis melihat bahwa pada data pengkajian terdapat data lain yang
menunjang dan sesuai dengan batasan karakteristik yang ada, tetapi peneliti
pasien 1 tidak menginput data pada penenggakkan diagnosa yaitu :
dipsnea/sesak.

Sedangkan menurut SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia),


Penegakkan diagnosa didasarkan pada data mayor dan minor. Dalam hal ini
data yang didapatkan sudah menunjang untuk ditegakkan diagnosa
kelebihan volume cairan sesuai SDKI. Dengan data mayor: dipsnea,edema
dan Data minor : kadar Hb/ Ht turun, oliguria. Tetapi pada SDKI diagnosa
vmenjadi “Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi ditandai dipsnea, edema, oliguria”.Penulis berasumsi bahwa edema
pada pasien muncul dari penumpukan cairan akibat dari terganggunya
mekanisme keseimbangan cairan sebagai tanda dari gagal ventrikel kanan
memompa sehingga semua darah yang kembali dari vena tidak dapat
terakomodasi. Ini sesuai dengan teori (Aspiani,2016) bahwa gagal jantung
kanan akan menimbulkan gejala edema.

d. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan


Masalah keperawatan ini hanya ditemukan pada pasien 2 Penegakan

dilakukan berdasarkan Nanda internasional (2015-2017) dengan data

keluhan : mudah lelah, badan terasa lemah, aktivitas dibantu oleh

keluarga dan perawat. Data objektif yang didapat : tampak pucat,

TD:140/90mmHg N:96cx/menit, RR:38x/menit, S:37°C, hasil

3
laboratorium : Hb 11,6 gr/dl, hematokrit 49%, tromobosit 142.000/mm .

Data tersebut sudah sesuai dengan batasan karakteristik yang terdapat

pada Nanda international (2015-2017).

Sedangkan menurut SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia),

Penegakkan diagnosa didasarkan pada data mayor dan minor. Dalam hal

ini data yang didapatkan belum menunjang untuk ditegakkan diagnosa

intoleransi aktifitas sesuai SDKI. Dengan data mayor : mengeluh lelah

dan Data minor : merasa lemah, dipsnea saat/setelah aktifitas. Data mayor

hanya naik 50% sementara penegakkan diagnosa harus 80-100% dimana

seharusnya peneliti melakukan pengkajian dan pendokumentasian

terhadap frekuensi jantung yang mengalami peningkatan atau tidak pada

saat melakukan aktivitas. Sehingga berdasarkan SDKI diagnosa

intoleransi aktifitas tidak dapat ditegakkan.

Penulis berasumsi bahwa intoleransi aktifitas pasien muncul dari

kurangnya suplai 02 ke jaringan sehingga menimbulkan penumpukan

ATP yang mengakibatkan gejala kelelahan. Gejala ini sesuai pula dengan

klasifikasi kelas fungsional gagal jantung menurut NYHA (New York

Heart Assosiation) dimana pada kelas fungsional kedua akan


menimbulkan gangguan aktifitas ringan berupa gejala keletihan dan

palpitasi pada aktifitas biasa.

e. Resiko infeksi

Menurut penulis diagnosa resiko infeksi dapat diangkat sebagaimana

ditinjau dari pengertian diagnosa resiko sendiri menurut SDKI sebagai

berikut diagnosa resiko ini menggambarkan respons pasien terhadap

kondisi kesehatan atau proses kehidupannya yang dapat menyebabkan

pasien berisiko mengalami masalah kesehatan. Tidak ditemukan tanda/

gejala mayor dan minor pada pasien, namun pasien memiliki faktor risiko

mengalami masalah kesehatan. Berdasarkan data pengkajian yang

dilakukan peneliti pada pasien 1 dan peneliti pada pasien 2, didapatkan

data bahwa kedua pasien terpasang kateter dan infus sehingga penulis

berpendapat diagnosa resiko infeksi dapat diangkat dengan faktor resiko :

Efek prosedur invasif (berupa pemasangan infus dan kateter).

3. Perencanaan

Berdasarkan data diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan, pada

tahap ini penulis akan membahas keterkaitan antara perencanaan yang

dibuat dengan teori yang dipakai.

Perencanaan asuhan keperawatan yang dilakukan pada kedua pasien

dengan masalah keperawatan penurunan curah jantung berhubungan

dengan penurunan kontraksi ventrikel dengan kriteria hasil berdasarkan

NOC yaitu : efektivitas pompa jantung, status sirkulasi, dan tanda vital
dengan intervensi berdasarkan NIC: perawatan jantung, pemantauan

tanda vital.

Sedangkan Perencanaan asuhan keperawatan berdasarkan Standar

Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang dilakukan pada diagnosa

penurunan curah jantung b.d perubahan preload sebagai berikut : kriteria

hasil (curah jantung L:02008) didasarkan pada Standar Luaran

Keperawatan Indonesia (SLKI), yaitu : tanda tanda vital dalam batas

normal TD 110-120/70-80 mmHg, kekuatan nadi perifer meningkat, tidak

ada peningkatan JVP, tidak ada edema dengan perencanaan (perawatan

jantung I.02075) Identifikasi tanda/gejalaprimer penurunan curah

jantung, Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung,

Monitor intake dan output cairan, Monitor keluhan nyeri dada, Berikan

terapi terapi relaksasi untuk mengurangi strees, jika perlu, Anjurkan

beraktifitas fisik sesuai toleransi, Anjurkan berakitifitas fisik secara

bertahap, Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu.

Rencana asuhan keperawatan pada diagnosa gangguan pertukaran gas

berhubungan edema paru dengan kriteria hasil berdasarkan NOC yaitu :

Status respirasi : pertukaran gas, Ventilasi dengan intervensi berdasarkan

NIC : manajemen jalan nafas, terapi oksigen, pemantauan tanda vital.

Sedangkan Perencanaan asuhan keperawatan berdasarkan Standar

Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang dilakukan pada diagnosa

gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran

alveolus-kapiler sebagai berikut : kriteria hasil (Pertukaran gas L.01003) :


Dipsnea menurun, bunyi nafas tambahan menurun, pola nafas membaik,

PCO2 dan O2 membaik. Dengan perencanaan (Pemantauan Respirasi

I.01014) : Monitor frekuensi irama, kedalaman dan upaya nafas, Monitor

pola nafas, Monitor kemampuan batuk efektif , Monitor nilai AGD,

Monitor saturasi oksigen, Auskultasi bunyi nafas, Dokumentasikan hasil

pemantauan, Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan, Informasikan

hasil pemantauan, jika perlu, Kolaborasi penggunaan oksigen saat

aktifitas dan/atau tidur

Rencana asuhan keperawatan pada diagnosa kelebihan volume cairan

berhubungan dengan retensi natrium dan air dengan kriteria hasil

berdasarkan NOC yaitu : elektrolit dan asam basa/ keseimbangan

elektolit, keseimbangan cairan, dan kelebihan volume cairan dengan

intervensi berdasarkan NIC: Management cairan dan Pemantauan cairan.

Sedangkan Perencanaan asuhan keperawatan berdasarkan Standar

Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang dilakukan pada diagnosa

Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi sebagai berikut : kriteria

hasil : (keseimbangan ciran L. 03020) didasarkan pada Standar Luaran

Keperawatan Indonesia (SLKI), yaitu :Terbebas dari edema, Haluaran

urin meningkat, Mampu mengontrol asupan cairan. Dengan perencanaan

(Manajemen hipervolemia I.03114), Periksa tanda dan gejala

hipervolemia (mis: ortopnes,dipsnea,edema, JVP/CVP meningkat,suara

nafas tambahan), Monitor intake dan output cairan, Monitor efek

samping diuretik (mis : hipotensi ortortostatik, hipovolemia, hipokalemia,


hiponatremia), Batasi asupan cairan dan garam, Anjurkan melapor

haluaran urin <0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam, Ajarkan cara membatasi

cairan, Kolaborasi pemberian diuretik.

Rencana asuhan keperawatan pada diagnosa intoleransi aktivitas

berhubungan dengan keletihan dengan kriteria hasil berdasarkan NOC

yaitu : toleransi aktivitas dan daya tahan denganintervensi berdasarkan

NIC: Management energi dan bantu perawatan diri.

Sedangkan Perencanaan asuhan keperawatan berdasarkan Standar

Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang dilakukan pada diagnosa

intoleransi aktivitas b.d kelemahan sebagai berikut : kriteria hasil:

Toleransi aktivitas (L.05047) didasarkan pada Standar Luaran

Keperawatan Indonesia (SLKI), yaitu :Kemampuan melakukan aktifitas

sehari-hari meningkat, Pasien Mampu berpindah dengan atau tanpa

bantuan, Pasien mangatakan dipsnea saat dan/atau setelah aktifitas

menurun Dengan perencanaan (Manajemen energi I.050178) Monitor

kelelahan fisik dan emosional, Monitor pola dan jam tidur, Sediakan

lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus (mis: cahaya, suara,

kunjungan), Berikan aktifitas distraksi yang menenangkan, Anjurkan

tirah baring, Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap, Kolaborasi

dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan.

4. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan yang

dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Potter & Perry,

2010).

Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien 1 dan pasien 2

dilaksanakan dalam waktu yang berbeda. Pada pasien 1 asuhan atau

pelaksanaan tindakan keperawatan dilaksanakan mulai tanggal 6

September 2021 sampai dengan tanggal 9 September 2021.Sedangkan

untuk pasien 2 pelaksanaan tindakan keperawatan dimulai tanggal 7

September 2021 sampai dengan tanggal 12 September 2021

Pada pasien dengan gagal jantung perencanaan dan tindakan asuhan

keperawatan yang dapat dilakukan diantaranya yaitu memperbaiki

kontraktilitas atau perfusi sistemik, istirahat total dalam posisi semi

fowler, memberikan terapi oksigen sesuai dengan kebutuhan,

menurunkan volume cairan yang berlebih dengan mencatat asupan dan

haluaran (Aspani, 2016).

Berdasarkan perencanaan yang dibuat, peneliti melaksanaakan tindakan

keperawatan yang sesuai untuk mengatasi masalah keperawatan

penurunan curah jantung b.d penurunan kontraksi ventrikel.Pada pasien 1

hari pertama perawatan perencanaan yang dilakukan sebagai berikut :

mengkaji adanya nyeri dada, mencatat adanya bradikardi, penurunan TD

pada pasien, memonitor status kardiovaskuler : irama jantung, tekanan

darah, menonitor status pernafasan pasien, memonitor balance cairan,

mengatur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan,


memonitor adanya dipsnea, menganjurkan untuk menurunkan stress,

memonitor suhu dan sianosis perifer, memberikan obat sesuai order

dokter : Clopidogrel 1x 75mg, Candesartan 1x 16mg. Pada hari ke-2

dilakukan evaluasi adanya nyeri dada, mencatat adanya tanda dan gejala

penurunan caardiac output, memonitor status pernafasan yang

menandakan heart failure, memonitor balance cairan, memonitor adanya

perubbahan nadi dan tekanan darah, mengatur periode latihan dan

istirahat untuk menghindari kelelahan, memonitor adanya (dipsnea,

ortopnea, dan takipnea), menganjurkan untuk menurunkan stress, pada

hari ketiga dilakukan tindakan yang sama pada hari sebelumnya dan

ditambah dengan memonitor status kardiovaskuler. Pada hari ke-4, 5 dan

6 dilakukan tindakan keperawatan yang sama seperti hari ketiga.

Sedangkan pasien 2 dilakukan tindakan keperawatan hari 1sebagai

berikut : memonitor tanda-tanda vital, memonitor adanya perubahan

tekanan darah, memonitor sianosis perifer, mengevaluasi adanya nyeri

dada, memonitor balance cairan, memberikan oksigen tambahan sesuai

2
kebutuhan dengan memberikan O 5 lpm, memoniotr adanya dipsnea,

ortopnea, dan takipnea. Pada hari ke-2 dilakukan tindakan keperawatan :

memonitor tanda-tanda vital, memposisikan pasien untuk

memaksimalkan ventilasi dengan posisi semi fowler, mencatat adanya

tanda dan gejala penurunan cardiac output, memoniotr adanya perubahan

tekanan darah, memberikan oksigen sesuai kebutuhan dengan

2
memberikan O 4lpm, memonitor aliran oksigen dengan mengisi air
humidifier. Hari ke-3 dilakukan tindakan keperawatan : memonitor TTV,

memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi(posisi semi

fowler), auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan,

mempertahankan jalan nafas, memberikan oksigen tambahan sesuai

2
kebutuhan dengan memberikan O 4lpm, memonitor aliran oksigen

dengan mengisi air humidifier. Hari ke-4 dilakukan tindakan

keperawatan : mengukur TTV pasien, memposisikan pasien untuk

memaksimalkan ventilasi dengan posisi semi fowler, mencatat adanya

tanda dan gejala penurunan cardiac output, memonitor adanya perubahan

tekanan darah, memberikan oksigen tambahan sesuai kebutuhan dengan

2
memberikan O 4lpm, , memoniotr adanya (dipsnea, ortopnea, dan

takipnea), memonitor jumlah dan irama jantung. Hari ke-5 dilakukan

tindakan keperawatan : meonitor TTV, memposisikan pasien untuk

memaksimalkan ventilasi dengan posisi semi fowler, memonitor adanya

perubahan tekanan darah, menganjurkan pasien menurunkan stress

dengan teknik nafas dalam, memberikan oksigen tambahan sesuai

2
kebutuhan dengan memberikan O 4lpm, memonitor adanya sianosis

perifer.

Berdasarkan perencanaan yang dibuat, peneliti melaksanaakan tindakan

keperawatan yang sesuai untuk mengatasi masalah keperawatan

gangguan pertukaran gas b/d edema paru.

Pada pasien 1 hari pertama perawatan, perencanaan yang dilakukan

sebagai berikut : mengauskultasi suara nafas, mencatat adanya suara


tambahan seperti ronkhi, menganjurkan pasien nafas dalam, mengatur

posisi semi fowler untuk mengurangi dipsnea, memonitor respirasi dan

2
status O , memonitor (rata-rata, kedalaman dan usaha respirasi),

2
memonitor pola nafas: takipnea, mengobservasi alliran O , memberikan

2
terpai O binasal 4ltr. Pada hari ke-2 dilakukan memposisikan pasien

semi foler untuk memaksimalkan ventilasi, mengauskultasi suara nafas,

mencatat adanya suara nafas tambahan, memonitor respirasi dan status

2
O , mempertahankan kepatenan jalan nafas, mengatur peralatan oksigen

2
dengan pemeberian O binasal 4 liter/menit, memonitor aliran oksigen,

mempertahannkan posisi pasien, mengobservasi adanya kecemasan,

mengajarkan teknik nafas dalam untuk memaksimalkan ventilasi. Pada

hari ke-3,4,5 dan 6 dilakukan tindakan yang sama dengan hari

sebelumnya.

Sedangkan pasien 2 dilakukan tindakan keperawatan hari 1sebagai

berikut : memberikan oksigen tambahan sesuai kebutuhan memberikan

2
O 5lpm, memonitor liter oksigen, mempertahankan jalan nafas paten,

memberikan nutrisi yang cukup bagi pasien yang mengalami asidosis

metabolic. Hari ke-2 dilakukan tindakan keperawatan : memonitor

2 2
oksigen dan efektifitas O , mengatur penggunaan perangkat O yang

memudahkan mobilitas dan mengajarkan pasien (memonitor frekuensi,

kedalaman dan kekuatan respirasi), memantau ketidakseimbangan


elektrolit berhubungan dengan asidosis metabolic(kelebihan natrium

magnesium dan kalium). Hari ke-3 dilakukan tindakan keperawatan :

2
memberikan oksigen tambahan sesuai kebutuhan dengan memberikan O

5lpm, memonitor liter oksigen, mempertahankan jalan paten nafas,

memberikan nutrisi yang cukup bagi pasien yang mengalami asidosis

metabolic. Hari ke-4 dilakukan tindakan keperawatan : memonitor

2 2
oksigen dan efektifitas O , mengatur penggunaan perangkat O yang

memudahkan mobilitas dan mengajarkan pasien, memonitor liter

oksigen, mempertahankan jalan paten nafas, memantau tanda dan gejala

cardiopulmonary memburuk asidosis metabolic, memoniotr (frekuensi,

kedalaman dan kekuatan respirasi).

Berdasarkan perencanaan yang dibuat, peneliti melaksanaakan tindakan

keperawatan yang sesuai untuk mengatasi masalah keperawatan

kelebihan volume cairan b/d retensi. Pada pasien 1 hari pertama

perawatan perencanaan yang dilakukan sebagai berikut :

mempertahankan catatan intake output yang akurat, memonitor hasil Hb

yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hematokrit, Osmolaritas urine),

memonitor vitas sign, memonitor indakasi retensi, mengkaji luas dan

lokasi edema, memonitor status nutrisi (diet DJ 1800kkal ML),

pemberian inj.lasix 1x20gr, melakukan kolaborasi dengan dokter jika

tanda cairan berlebihan muncul memburuk, menentukan riwaat jumlah

dan tipe intake cairan dan eleminasi, menentukan kemungkinan faktor

resiko dari ketidak seimbangan cairan, memonitor tekanan darah


orthostatik dan perubahan irama jantung. pada hari ke-2,3,4,5 dan 6

dilakukan tindakan yang sama seperti hari 1 perawatan.

Berdasarkan perencanaan yang dibuat, peneliti melaksanaakan tindakan

keperawatan yang sesuai untuk mengatasi masalah keperawatan

intoleransi aktifitas b/d keletihan. Pada pasien 2 perawatan perencanaan

yang dilakukan hari ke-1 sampai ke-4 sebagai berikut : menilai status

fisiologis pasien untuk mengurangi kelelahan sesuai umur dan

perkembangannya, anjurkan mengungkapkan yang dirasakan tentang

keterbatasan, monitor intke nutrisi untuk memastikan sumber energy

yang adekuat, bantu pasien dalam memenuhi ADL, membantu pasien

dalam menerima kebutuhan ketergantungan.

5. Evaluasi keperawatan

Menurut Setiadi (2012) dalam buku Konsep & penulisan Asuhan

Keperawatan, Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan

terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan,

dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien,

keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.

Hasil evaluasi pasien 1 pada diagnosa penurunan curah jantung

berhubungan dengan penurunan kontraksi ventrikel teratasi pada hari ke-

6 karena pasien mengatakan sudah mulai bertenaga, pasien sudah tampak

tidak pucat, akral terbaba hangat, TD: 110/80mmHg N:74x/menit.

Sedangkan pada pasien 2 masalah teratasi sebagian pada hari ke-5


dengan data subjektif : pasien mengatakan sesak dan badan sudah

bertenaga. Data objektif : pasien tampak tenang, tidak ada penggunaan

otot bantu pernafasan, TD: 120/90mmHg, N:87x/menit, RR:25x/menit,

Suhu: 36,8°C, CRT <2detik, masih terpasang O2 binasal 4 lpm. Hasil

evaluasi pasien 1 pada diagnosa gangguan pertukaran gas b.d edema paru

masalah teratasi hari ke-6 karena pasien mengatakan sudah tidak lagi

sesak nafas, pasien tampak tidak sesak, RR: 20x/menit. Sedangkan pada

pasien 2 teratasi sebagian pada hari ke-5 dengan data subjektif : pasien

mengatakan sudah tidak sesak data objektif: konjungtiva anemis, TD:

120/90mmHg, N:87x/menit, RR:25x/menit, suhu:36,8°C, akral teraba

hangat, hasil laboraturium pada tanggal 15 maret 2018 : Hb:12g/dl,

3 3
Leukosit :9.876/mm , tombosit:174.000mm , hematokrit 38%.

Hasil evaluasi pasien 1 pada diagnosa kelebihan volume cairan b.d

retensi natrium dan air teratasi pada hari ke-6 karena pasien mengatakan

kaki sudah tidak bengkak. Tampak edema pada kaki sudah tidak ada,

urin 1500cc/hari, warna kekuningan.

Hasil evaluasi pasien 2 pada diahnosa intoleransi aktivitas b.d keletihan

belum teratasi dengan data subjektif : pasien mengatakan mudah lelah

dan data objektif : pasien tampak lemah, konjungtiva anemis, TD:

120/90mmHg, N:87x/menit, RR:25x/menit, suhu:36,8°C, akral teraba

hangat, hasil laboraturium pada tanggal 15 maret 2018 : Hb:12g/dl,

3 3
Leukosit :9.876/mm , tombosit:174.000mm , hematokrit 38%.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil review 2 karya tulis ilmiah dari media internet dengan mengambil

sampel sebanyak 2 pasien. Penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengkajian

Hasil pengkajian yang didapat dari dua kasus yang sama yaitu pengkajian

pasien 1 pada tanggal 6 September 2021 pada pukul 08.49 WIB dan pengkajian

pasien 2 pada tanggal 7 September 2021 menunjukkan adanya tanda dan gejala

yang sama yang dirasakan oleh pasien 1 dan 2 yaitu sesak napas, badan terasa

lemas serta tidur tidak nyenyak dan sering terbangun. Namun ada juga keluhan

yang berbeda antara pasien 1 dan 2 yang dirasakan oleh pasien 1 dan 2 yaitu

pasien 1 mengeluh sesak meningkat saat beraktivitas, dan edema pada

ektremitas bawah, sedangkan pada pasien 2 tidak terdapat edema, dan sesak

dirasakan saat istirahat.

2. Diagnosa keperawatan
Pada penegakkan diagnose keperawatan ditemukan persamaan dan perbedaan
antara pasien 1 dan 2 yaitu pasien 1 memiliki 3 diagnosa keperawatan
diantaranya penurunan curah jantung, gangguan pertukaran gas, kelebihan
volume cairan. Sedangkan pasien 2 memiliki 3 diagnose keperawatan
diantaranya penurunan curah jantung, gangguan pertukaran gas, intoleransi
aktivitas. Di dalam teori muncul 10 diagnosa keperawatan namun pada review
kasus hanya muncul 4 diagnosa keperawatan.

Perencanaan Hasil review yang diperoleh dari intervensi yang dilakukan oleh
peneliti baik intervensi yang dilakukan secara mandiri maupun kolaborasi
seperti monitor TTV, monitor statur kardiovaskuler, moniotr balance cairan,
menganjurkan untuk menurunkan stress, mengatur posisi pasien, monitor tanda
gejala edema , pemberian terapi oksigen, dan lain lain.

3. Pelaksanaan

Pelaksanaan (Implementasi) keperawatan dilakukan berdasarkan perencanaan

diagnose keperawatan yang dibuat antara pasien 1 dan 2 seperti mengakaji

adanya nyeri, memonitor status kardiovaskuler, memonitor TTV, memonitor

balance cairan, memberikan obat, dan lain lain. Dalam proses implementasi

yang dilakukan sesuai dengan intervensi yang direncanakan.

4. Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan oleh peneliti pada pasien 1 dilakukan selama 7 hari
perawatan di rumah sakit pada tanggal 6 September 2021 sampai 12 September
2021 sedangkan pada pasien 2 dilakukan selama 4 hari perawatan di rumah
sakit pada tanggal 7 sampai 12 September 2021 oleh peneliti dan dibuat dalam
bentuk SOAP. Hasil evaluasi akhir yang dilakukan oleh peneliti pada pasien 1
dan pasien 2 menunjukkan bahwa masalah yang dialami kedua pasien ada yang
hanya teratasi sebagian, serta belum teratasi sesuai dengan rencana yang telah
dibuat dan ada pula yang sudah teratasi sepenuhnya .

B. Saran

1. Bagi Rumah Sakit

Bagi pihak rumah sakit agar dapat meningkatkan penanganan pasien gagal

jantung kongestif terutama kerja sama dengan semua tenaga kesehatan dalam

hal edukasi untuk pasien serta keluarga mengenai pola hidup dan pola

kebiasaan yang sehat.

2. Bagi pasien
Diharapkan pasien dapat mengubah pola hidup lebih sehat, menekan faktor

resiko seperti : hipertensi dan tetap melakukan cek kesehatan rutin karena

merupakan tindakan yang sangat penting dilakukan untuk memperbaiki kondisi

gagal jantung yang terjadi.

3. Bagi keluarga pasien

Diharapkan keluarga pasien bisa berperan sebagai supporting educartive system

dalam program rehabilitatif pasien gagal jantung dirumah. Keluarga pasien

dapat memberikan dukungan dan pertolongan dalam setiap aktifitas yang

dilakukan pasien agar pasien dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan penulis selanjutnya dapat menggunakan atau memanfaatkan waktu

seefektif mungkin, dan dapat lebih teliti dalan melakukan pengkajian serta

pengolahan data yang menyeluruh dengan tepat dan akurat sehingga dapat

memberikan asuhan keperawatan pada pasien secara maksimal.


DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta.

Aspaiani,RY. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada pasien Gangguan


Kardiovaskuler : aplikasi nic&noc. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Dinarti, & Muryanti, Y. (2017). Bahan Ajar Keperawatan: Dokumentasi Keperawatan.


1–
172. Retrieved from http://bppsdmk. kemkes.go.id/ pusdiksdmk /wpcontent
/uploads /2017/11 /praktika-dokumen keperawatan - dafis. pdf.

Gledis, M., & Gobel, S. (2016). Hubungan Peran Perawat Dengan Tingkat Kepuasan
Pasien Di Rs Gmibm Monompia Kota Mabagu Kabupaten Bolaang Mongondow.
Elektronik Keperawatan, 4(2), 1–6. https://doi.org/10.22460/infinity.v2i1.22.

Kemenkes RI. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018.

Mahananto, F., & Djunaidy, A. (2017). Simple Symbolic Dynamic of Heart Rate
Variability Identify Patient with Congestive Heart Failure. Procedia
ComputerScience, 124, 197–204.https://doi.org/10.1016/j.procs.2017.12.147.

Melanie, R. (2012). Analisis Pengaruh Sudut Posisi Tidur terhadap Kualitas Tidur dan
Tanda Vital Pada Pasien Gagal Jantung Di Ruang Rawat Intensif RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung. Analisis Pengaruh Sudut Posisi Tidur Terhadap Kualitas Tidur
Dan Tanda Vital Pada Pasien Gagal Jantung Di Ruang Rawat Intensif RSUP Dr.
Hasan Sadikin Bandung, 15.

Nugroho, F. A. (2018). Perancangan Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Jantung dengan


Metode Forward Chaining. Jurnal Informatika Universitas Pamulang, 3(2), 75.
https://doi.org/10.32493/informatika.v3i2.1431.

Nurdamailaila.(2017). Congestive Heart Failure (Gagal Jantung. diakses pada tanggal


20/08/2019 melalui https://nurdamailaia.blogspot.com/2017.
Nurarif,a.h. (2015).Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis Dan
Nanda Nic Noc.yogyakarta : medication publishing yogyakarta.

Ongkowijaya, J., & Wantania, F. E. (2016). Hubungan Hiperurisemia Dengan


Kardiomegali Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif. 4, 0–5.

Pertiwiwati, E., & Rizany, I. (2017). Peran Educator Perawat Dengan Pelaksanaan
Discharge Planning Pada Pasien Di Ruang Tulip 1c Rsud Ulin Banjarmasin. Dunia
Keperawatan, 4(2), 82. https://doi.org/10.20527/dk.v4i2.2509.

PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. DPP
PPNI. Jakarta Selatan.

PPNI, Tim Pokja SIKI DPP . (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. DPP
PPNI. Jakarta Selatan.

PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. DPP
PPNI.
Jakarta Selatan.

Priharjo, robert. (2013). Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran. EGC.

Pusat Data dan Informasi. (2014). Infodatin : Situasi Kesehatan Jantung. Pusat Data
Dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI, 1–8. Retrieved from
www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-
jantung.pdf.

Russel, D. M. (2011). 6 Bebas Dari Penyakti Paling Mematikan (Tim


MedPre).
Yogyakarta.

Smeltzer,S. C., Bare, B. G.,2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Brunner &
suddarth. Vol.2.E/8”. Jakarta : EGC.

Starry Homenta, R. (2014). Buku Praktis Kardiologi. Jakarta : Badan Penerbit FKUI.
Lampiran 1 Nama Mahasiswa : ..............................
STIKes Dr. Sismadi
Jl. Warakas Raya No. 5B NIM : ..............................
Tanjung Priok – Jakarta Utara Program Studi : ..............................

FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : …………………………………………………………………………….
Tanggal Masuk : …………………………………………………………………………….
Ruang/Kelas : …………………………………………………………………………….

Nomor Register : …………………………………………………………………………….


Diagnosa Medis : …………………………………………………………………………….

1. Identitas Klien
Nama Klien : …………………………………………………………………………
Jenis kelamin : …………………………………………………………………………
Usia : …………………………………………………………………………
Status Perkawinan : …………………………………………………………………………
Agama : …………………………………………………………………………
Suku bangsa : …………………………………………………………………………
Pendidikan : …………………………………………………………………………
Bahasa yg digunakan : …………………………………………………………………………
Pekerjaan : …………………………………………………………………………
Alamat : …………………………………………………………………………
Sumber biaya (Pribadi, Perusahaan, Lain-lain) : ………………………………………………
Sumber Informasi (Klien / Keluarga) : .………………………………......................................

2. Resume
(Ditulis sejak klien masuk rumah sakit sampai dengan sebelum pengkajian dilakukan meliputi :
data fokus, masalah keperawatan, tindakan keperawatan mandiri serta kolaborasi dan evaluasi
secara umum)
………………………………………………………………………………………....
………………………………………………………………………………………....
………………………………………………………………………………………....
………………………………………………………………………………………....
…………………………………………………………………………………………………………………………………

3. Riwayat Keperawatan :
a. Riwayat kesehatan sekarang.
1) Keluhan utama : ……………………………………………............................
2) Kronologis keluhan
a) Faktor pencetus : ………………………………………………………………
b) Timbulnya keluhan : ( ) Mendadak ( ) Bertahap
c) Lamanya : ………………………………………………………………
d) Upaya mengatasi : ………………………………………………………………
b. Riwayat kesehatan masa lalu.
a. Riwayat Penyakit sebelumnya (termasuk kecelakaan) :
…………………….……………………………………………………………………
Riwayat Alergi (Obat, Makanan, Binatang, Lingkungan) :
…………………….…………………………………………………………………..
b. Riwayat pemakaian obat :
…………………….…………………………………………………………………..
c. Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram dan Keterangan tiga generasi dari klien)

d. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi factor risiko …………….
……………………………………………………..........................................
Riwayat Psikososial dan Spiritual.
a. Adakah orang terdekat dengan klien :
.…………………….…………………………………………………………………...
b. Interaksi dalam keluarga :
a) Pola Komunikasi : ...................................................................................................
b) Pembuatan Keputusan
: .......................................................................................
c) Kegiatan Kemasyarakatan : ......................................................................................

c. Dampak penyakit klien terhadap keluarga :


.…………………….…………………………………………………………………..

d. Masalah yang mempengaruhi klien :


.…………………….…………………………………………………………………..
e. Mekanisme Koping terhadap stress
( ) Pemecahan masalah ( ) Tidur
( ) Makan ( ) Cari pertolongan
( ) Minum obat ( ) Lain-lain (Misal : marah, diam)

f. Persepsi klien terhadap penyakitnya


a) Hal yang sangat dipikirkan saat ini :
……………….………………………………………………..……………………
b) Harapan setelah menjalani perawatan :
……………….……………………………………………………………………
c) Perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit :
……………….……………………………………………………………………
g. Sistem nilai kepercayaan :
a) Nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan :
………………….…………………………………………………………………..
b) Aktivitas Agama/Kepercayaan yang dilakukan :
………………….…………………………………………………………………..
h. Kondisi Lingkungan Rumah
(Lingkungan rumah yang mempengaruhi kesehatan saat ini) :
…………………….……………………………………………………………………
i. Pola kebiasaan
POLA KEBIASAAN
HAL YANG DIKAJI Sebelum Sakit / Di Rumah sakit
sebelum di RS
1. Pola Nutrisi
a. Frekuensi makan : …… X / hari ………………………………… ………………………………
b. Nafsu makan : baik/tidak ………………………………… ………………………………
Alasan : ……..(mual, muntah, sariawan) ………………………………… ………………………………
c. Porsi makanan yang dihabiskan ………………………………… ………………………………
d. Makanan yang tidak disukai ………………………………… ………………………………
e. Makanan yang membuat alergi …………… …………………………
f. Makanan pantangan
g. Makanan diet
h. Penggunaan obat-obatan sebelum makan
i. Penggunaan alat bantu (NGT, dll)

POLA KEBIASAAN
HAL YANG DIKAJI Sebelum Sakit / Di Rumah sakit
sebelum di RS
2. Pola Eliminasi
a. B.a.k. :
1) Frekuensi : ………. X / hari ………………… …………………
2) Warna : ………………….. ………………… ..…………..……
3) Keluhan : ………………….. ………………… …………………
4) Penggunaan alat bantu (kateter, dll) ………………… …………………
b. B.a.b :
1) Frekuensi :…………. X / hari ………………………………… …………………
2) Waktu : … …………………
(Pagi / Siang / Malam / Tidak tentu) …………………………………
…………………………
3) Warna : ………………….. ……………………
…………
4) Kosistensi : ………………….. …………………
5) Keluhan : …………………..
…………………
…………………
6) Penggunaan Laxatif : ..………….. …………………
3. Pola Personal Hygiene …………………
a. Mandi …………………………………
1) Frekuensi :…………. X / hari …
2) Waktu : Pagi/ Sore/ Malam …………………
b. Oral Hygiene ………………… …………………
1) Frekuensi :…………. X / hari …………………
2) Waktu : Pagi / Siang/ Setelah makan ………………………………
c. Cuci rambut ………………… ……
1) Frekuensi :…………. X / minggu
4. Pola Istirahat dan Tidur ………………… …………………
a. Lama tidur siang : …. Jam / hari …………………
b. Lama tidur malam : …. Jam / hari ………………… …………………
c. Kebiasaan sebelum tidur : ……….......... ………………………………

5. Pola Aktivitas dan Latihan. ………………… ……

a. Waktu bekerja : Pagi/Siang/Malam ……………..…….

b. Olah raga : ( ) Ya ( ) Tidak ………………… …………………

c. Jenis olah raga : …………… ………………………………… …………………

d. Frekuensi olahraga : … X / minggu ………………………………… ………………………………

e. Keluhan dalam beraktivitas …… ………………………

(Pergerakan tubuh /mandi/ Mengenakan …………………………


pakaian/ Sesak setelah beraktifitas dll) …………

POLA KEBIASAAN
HAL YANG DIKAJI Sebelum Sakit / Di Rumah sakit
sebelum di RS
6. Kebiasaan yang Mempengaruhi Kesehatan
a. Merokok : Ya / Tidak
1) Frekuensi : ………………….. ………………………………… …………………………
2) Jumlah : ………………….. ……………………
…………………………
3) Lama Pemakaian : …………..
….
b. Minuman keras / NABZA: Ya / Tidak ………………………………….
1) Frekuensi : ………………….. …
………………………………
2) Jumlah : ………………….. …………………
………………………
3) Lama Pemakaian : …………..

a. Pengkajian Fisik :
a. Pemeriksaan Fisik Umum :
1) Berat badan : ……… Kg (Sebelum Sakit : …… Kg)
2) Tinggi Badan : ……………… cm
3) Keadaan umum : ( ) Ringan ( ) Sedang ( ) Berat
4) Pembesaran kelenjar getah bening : ( ) Tidak
( ) Ya, Lokasi ………..
b. Sistem Penglihatan :
1) Posisi mata : ( ) Simetri ( ) Asimetris
2) Kelopak mata : ( ) Normal ( ) Ptosis
3) Pergerakan bola mata : ( ) Normal ( ) Abnormal
4) Konjungtiva : ( ) Merah muda ( ) Anemis ( ) Sangat Merah
5) Kornea : ( ) Normal ( ) Keruh/ berkabut
( ) Terdapat Perdarahan
6) Sklera : ( ) Ikterik ( ) Anikterik
7) Pupil : ( ) Isokor ( ) Anisokor
( ) Midriasis ( ) Miosis
8) Otot-otot mata : ( ) Tidak ada kelainan ( ) Juling keluar
( ) Juling ke dalam ( ) Berada di atas
9) Fungsi penglihatan : ( ) Baik ( ) Kabur
( ) Dua bentuk / diplopia
10) Tanda-tanda radang : ………………………………………………………………...
11) Pemakaian kaca mata : ( ) Tidak ( ) Ya, Jenis….………………………………...
12) Pemakaian lensa kontak : ………………………………………………………...
13) Reaksi terhadap cahaya : ………………………………………………………

c. Sistem Pendengaran :

1) Daun telinga : ( ) Normal ( ) Tidak, Kanan/kiri……………………


2) Karakteristik serumen (warna, kosistensi, bau) : ..........................................................
3) Kondisi telinga tengah: ( ) Normal ( ) Kemerahan
( ) Bengkak ( ) Terdapat lesi
4) Cairan dari telinga : ( ) Tidak ( ) Ada,…………………………….
( ) Darah, nanah dll.
5) Perasaan penuh di telinga : ( ) Ya ( ) Tidak
6) Tinitus : ( ) Ya ( ) Tidak
7) Fungsi pendengaran : ( ) Normal ( ) Kurang
( ) Tuli, kanan/kiri …..……………………….
8) Gangguan keseimbangan : ( ) Tidak ( ) Ya,……………………...
9) Pemakaian alat bantu : ( ) Ya ( ) Tidak
d. Sistem Wicara : ( ) Normal ( ) Tidak :……………………………………...
( ) Aphasia ( ) Aphonia
( ) Dysartria ( ) Dysphasia ( ) Anarthia

e. Sistem Pernafasan :
1) Jalan nafas : ( ) Bersih ( ) Ada sumbatan; …………………….

2) Pernafasan : ( ) Tidak Sesak ( ) Sesak :…………………………….

3) Menggunakan otot bantu pernafasan : ( ) Ya ( ) Tidak


4) Frekuensi : …………. x / menit
5) Irama : ( ) Teratur ( ) Tidak teratur
6) Jenis pernafasan :……( Spontan, Kausmaull, Cheynestoke, Biot, dll)
7) Kedalaman : ( ) Dalam ( ) Dangkal
8) Batuk : ( ) Tidak ( )Ya …..….(Produktif/Tidak
9) Sputum : ( ) Tidak ( )Ya ......(Putih/Kuning/Hijau)
10) Konsistensi : ( ) Kental ( ) Encer
11) Terdapat darah : ( ) Ya ( ) Tidak
12) Palpasi dada
: ...................................................................................................
13) Perkusi dada
: ...................................................................................................
14) Suara nafas : ( ) Vesikuler ( ) Ronkhi
( ) Wheezing ( ) Rales
15) Nyeri saat bernafas : ( ) Ya ( ) Tidak
16) Penggunaan alat bantu nafas : ( ) Tidak ( )Ya …………………………………….

f. Sistem Kardiovaskuler :
1) Sirkulasi Peripher
a) Nadi ……. x/ menit : Irama : ( ) Teratur ( ) Tidak teratur
Denyut : ( ) Lemah ( ) Kuat
b) Tekanan darah : ……… mm/Hg
c) Distensi vena jugularis : Kanan : ( ) Ya ( ) Tidak
Kiri : ( ) Ya ( ) Tidak
d) Temperatur kulit ( ) Hangat ( ) Dingin suhu : ………. °C
e) Warna kulit : ( ) Pucat ( ) Cyanosis ( ) Kemerahan
f) Pengisian kapiler : …………… detik
g) Edema : ( ) Ya,………. ( ) Tidak
( ) Tungkai atas ( ) Tungkai bawah
( ) Periorbital ( ) muka
( ) Skrotalis ( ) Anasarka
2) Sirkulasi Jantung
a) Kecepatan denyut apical : ………… x/menit
b)Irama : ( ) Teratur ( ) Tidak teratur
c) Kelainan bunyi jantung : ( ) Murmur ( ) Gallop
d)Sakit dada : ( ) Ya ( ) Tidak
1) Timbulnya : ( ) Saat aktivitas ( ) Tanpa aktivitas
2) Karakteristik : ( ) Seperti ditusuk-tusuk
( ) Seperti terbakar ( ) Seperti tertimpa benda berat
3) Skala nyeri : ………………

g. Sistem Hematologi
Gangguan Hematologi :
1) Pucat : ( ) Tidak ( ) Ya
2) Perdarahan : ( ) Tidak ( ) Ya, …..:
( ) Ptechie ( ) Purpura ( ) Mimisan ( ) Perdarahan gusi ( ) Echimosis

h. Sistem Syaraf Pusat

1) Keluhan sakit kepala :……………..(vertigo/migrain, dll)

2) Tingkat kesadaran : ( ) Compos mentis ( ) Apatis


( ) Somnolent ( ) Soporokoma
3) Glasgow coma scale(GCS) E : ……., M : …….., V : ………
4) Tanda-tanda peningkatan TIK : ( ) Tidak ( ) Ya,………..:
( ) Muntah proyektil ( ) Nyeri Kepala hebat
( ) Papil Edema
5) Gangguan Sistem persyarafan : ( ) Kejang ( ) Pelo
( ) Mulut mencong ( ) Disorientasi ( ) Polineuritis / kesemutan
( ) Kelumpuhan ekstremitas (kanan / kiri / atas / bawah)
6) Pemeriksaan Reflek :
a) Reflek fisiologis : ( ) Normal ( ) Tidak …………….
b) Reflek Patologis : ( ) Tidak ( ) Ya ………………..

i. Sistem Pencernaan
Keadaan mulut :
1) Gigi : ( ) Caries ( ) Tidak
2) Penggunaan gigi palsu : ( ) Ya ( ) Tidak
3) Stomatitis : ( ) Ya ( ) Tidak
4) Lidah kotor : ( ) Ya ( ) Tidak
5) Salifa : ( ) Normal ( ) Abnormal
6) Muntah : ( ) Tidak ( ) Ya,……..….
a) Isi : ( ) Makanan ( ) Cairan ( ) Darah
b) Warna : ( ) Sesuai warna makanan ( ) Kehijauan
( ) Cokelat ( ) Kuning ( ) Hitam
c) Frekuensi : ……………….X/ hari
d) Jumlah :………………..ml
7) Nyeri daerah perut : ( ) Ya,………………. ( ) Tidak
8) Skala Nyeri : ………………………..
9) Lokasi dan Karakter nyeri :
( ) Seperti ditusuk-tusuk ( ) Melilit-lilit
( ) Cramp ( ) Panas/seperti terbakar
( ) Setempat ( ) Menyebar ( ) Berpindah-pindah
( ) Kanan atas ( ) Kanan bawah ( ) Kiri atas ( ) Kiri bawah
10) Bising usus : ……………..x / menit.
11) Diare : ( ) Tidak ( ) Ya,………….
a) Lamanya : …………….. Frekuensi : …………..x / hari.
b) Warna faeces : ( ) Kuning ( ) Putih seperti air cucian beras
( ) Cokelat ( ) Hitam ( ) Dempul
c) Konsistensi faeces : ( ) Setengah padat ( ) Cair ( ) Berdarah
( ) Terdapat lendir ( ) Tidak ada kelainan
12) Konstipasi : ( ) Tidak ( ) Ya,………….
lamanya : ………….. hari
13) Hepar : ( ) Teraba ( ) Tak teraba
14) Abdomen : ( ) Lembek ( ) Kembung
( ) Acites ( ) Distensi

j. Sistem Endokrin
Pembesaran Kelenjar Tiroid : ( ) Tidak ( ) Ya,
( ) Exoptalmus ( ) Tremor
( ) Diaporesis
Nafas berbau keton : ( ) Ya ( ) Tidak
( ) Poliuri ( ) Polidipsi ( ) Poliphagi
Luka Ganggren : ( ) Tidak ( ) Ya, Lokasi……………
Kondisi Luka……………………………

k. Sistem Urogenital
Balance Cairan : Intake……………ml; Output………….ml
Perubahan pola kemih : ( ) Retensi ( ) Urgency ( ) Disuria
( ) Tidak lampias ( ) Nocturia
( ) Inkontinensia ( ) Anuria
B.a.k : Warna : ( ) Kuning jernih ( ) Kuning kental/coklat
( ) Merah ( ) Putih
Distensi/ketegangan kandung kemih : ( ) Ya ( ) Tidak
Keluhan sakit pinggang : ( ) Ya ( ) Tidak
Skala nyeri : ……………

l. Sistem Integumen
Turgor kulit : ( ) Elastis ( ) Tidak elastis
Temperatur kulit : ( ) Hangat ( ) Dingin
Warna kulit : ( ) Pucat ( ) Sianosis ( ) Kemerahan
Keadaan kulit : ( ) Baik ( ) Lesi ( ) Ulkus
( ) Luka, Lokasi…………..

( ) Insisi operasi, Lokasi ………………………...


Kondisi……………………….…………………...
( ) Gatal-gatal ( ) Memar/lebam
( ) Kelainan Pigmen
( ) Luka bakar, Grade……….. Prosentase…………
( ) Dekubitus, Lokasi………………………………

Kelainan Kulit : ( ) Tidak ( ) Ya, Jenis…………………


Kondisi kulit daerah pemasangan Infus :………………………………
Keadaan rambut : - Tekstur : ( ) Baik ( ) Tidak ( ) Alopesia
- Kebersihan : ( ) Ya ( ) Tidak, ………

m. Sistem Muskuloskeletal
Kesulitan dalam pergerakan : ( ) Ya ( ) Tidak
Sakit pada tulang, sendi, kulit : ( ) Ya ( ) Tidak
Fraktur : ( ) Ya ( ) Tidak
Lokasi : …………………………………….
Kondisi:…………………………………….
Kelainan bentuk tulang sendi : ( ) Kontraktur ( ) Bengkak
( ) Lain-lain, sebutkan : …………
Kelaianan struktur tulang belakang: ( ) Skoliasis ( ) Lordosis
( ) Kiposis

Keadaan Tonus otot : ( ) Baik ( ) Hipotoni


( ) Hipertoni ( ) Atoni

Kekuatan Otot : ... ... ... ... ... ... ... ...

... ... ... ... ... ... ... ...

Data Tambahan (Pemahaman tentang penyakit):

b. Data Penunjang (Pemeriksaan diagnostik yang menunjang masalah : Lab, Radiologi, Endoskopi dll )

c. Penatalaksanaan (Therapi / pengobatan termasuk diet )

7. Data Fokus
Data Subyektif Data Obyektif
8. Analisa Data

No Data Masalah Etiologi


B. DIAGNOSA KEPERAWATAN (Sesuai Prioritas)

Tanggal Tanggal Nama


No Diagnosa Keperawatan (P&E)
Ditemukan Teratasi Jelas
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN

(Meliputi tindakan keperawatan independen dan interdependen)


Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Paraf & Nama
Tgl. No. Rencana Tindakan
(PES) Hasil Jelas
D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN ( CATATAN KEPERAWATAN )

Tgl./ No. Paraf dan


Tindakan Keperawatan dan Hasil
Waktu DK. Nama Jelas
E. E V A L U A S I ( CATATAN PERKEMBANGAN )

No. Hari/Tgl./ Evaluasi Hasil (SOAP) Paraf dan


DK. Jam (Mengacu pada tujuan) Nama Jelas
LAPORAN PERKEMBANGAN
KARYA TULIS ILMIAH

Nama : Sudirah
NIM : 18035
Judul : Asuhan Keperawatan Pasien Gagal Jantung Kongestif ( CHF) Terhadap
Masalah Gangguan Pertukaran Gas Dengan Tindakan Pemberian Oksigen
Pada Tn A Dan Tn S Di Ruang Perawatan Lantai 3 Rs Patria IKKT Jakarta
Barat

LAPORAN TUGAS AKHIR


Tanda Tangan & catatan Tanda Tangan & catatan
BAGIAN
Pembimbing I Pembimbing II

Halaman-halaman Depan
1. Cover Halaman
2. Lembar persetujuan
3. Lembar pengesahan
4. Kata Pengantar
5. Daftar Isi

Bab I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
1.3 Metode Penulisan
1.4 Ruang Lingkup
1.5 Sistematika Penulisan
Bab II. Tinjauan Teori
2.1 Pengertian
2.2 Etiologi
2.3 Patofisiologi (proses
perjalanan penyakit,
manifestasi klinik,
komplikasi)
2.4 Penatalaksanaan Medis
2.5 Pengkajian Keperawatan
(termasuk pemeriksaan
diagnostik)
2.6 Diagnosa Keperawatan
2.7 Perencanaan Keperawatan
2.8 Pelaksanaan Keperawatan
2.9 Evaluasi Keperawatan
Bab III. Tinjauan Kasus
1.1 Pengkajian Keperawatan
1.2 Diagnosa Keperawatan
1.3 Perencanana,
Pelaksanaan, Evaluasi
Keperawatan

Bab IV. Pembahasan


4.1 Pengkajian Keperawatan
4.2 Diagnosa Keperawatan
4.3 Perencanana Keperawatan
4.4 Pelaksanaan Keperawatan
4.5 Evaluasi Keperawatan
Bab V. Penutup
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

Daftar Pustaka

Lampiran
Seminar Karya Tulis Ilmiah
Hari :

Pelaksanaan Tanggal :

Tempat :
Tanda Tangan Persetujuan

Catatan
DAFTAR HADIR PESERTA DAN PENGUJI
PRA KTI /KTI PROGRAM PROPOSAL
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
STIKes Dr. SISMADI JAKARTA
TAHUN AJARAN 20…/20…

Hari/ Tanggal Ujian :


Tempat Ujian :

NAMA PESERTA NILAI PENGUJI JUMLAH


NO NIM IP
I II III
UJIAN NILAI
1
2
3
4
5
6
7

Nama Penguji Tanda Tangan


1. Penguji I : .................................................
2. Penguji II : .................................................

Jakarta, ........................2021
Ketua Panitia KTI
STIKes Dr. Sismadi Jakarta

( ..............................)

Anda mungkin juga menyukai