Anda di halaman 1dari 34

PENATALAKSANAAN SENAM AEROBIK LOW IMPACT PADA

PASIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN

DI RS JIWA PROVINSI JAWA BARAT

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk menyelesaikan pendidikan

Program studi DIII Keperawatan

DESKA LIANI NUR’ASIAH

NIM : 118057

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI

JAWA BARAT

2021
HALAMAN PERSETUJUAN

PENATALAKSANAAN SENAM AEROBIK LOW IMPACT PADA

PASIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN

DI RS JIWA PROVINSI JAWA BARAT

Telah disetujui sebagai usulan Proposal Karya Tulis Ilmiah untuk memenuhi persyaratan

Pendidikan Program Diploma III Keperawatan

Nama Mahasiswa : Deska Liani Nur’asiah

NIM : 118057

i
Program Diploma III Keperawatan

Menyetujui,

Pembimbing

Lia Jurmani, M.kep.,Sp.Kep.J

NIDN. 0408068403

KATA PENGANTAR

ii
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat,hidayah

dan karunianya penulis dapat menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah yang diberi judul

“Penatalaksanaan Senam Aerobik Low Impact Pada Pasien Dengan Perilaku Kekerasan”

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuli salah satu tugas akhir dalam

menyelesaikan program studi D III Keperawatan Stikep PPNI Jawa Barat.

Dalam penulisan proposal karya tulis ilmiah ini, penulis mengucapkan terimakasih

kepada semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun secara tidak langsung.

Oleh karena itu pada kesempataan ini penulis megucapkan terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Ns. Diwa Agus Sudrajat, S.Kep.,M.Kep selaku ketua pimpinan STIKep PPNI Jawa Barat

2. Nyayu Nina Putri C, Ners., M.Kep selaku Ka Prodi D III STIKep PPNI Jawa Barat

3. Lia Jurmani, M.kep.,Sp.Kep.J. selaku pembimbing karya tulis ilmiah penulis sangat

berterimakasih telah memberikan bimbingan, koreksi dan saran dalam penulisan proposal

karya tulis ilmiah ini

4. Seluruh Dosen dan Staf STIKep PPNI Jawa Barat yang telah banyak memberikan ilmu

selama masa pendidikan

5. Orang tua yang selalu memberika dukungan material maupun spiritual kepada penulis dalam

penyusunan karya tulis ilmiah ini

6. Rekan-rekan D III Keperawatan STIKep PPNI Jawa Barat khususnya D III B, terimakasih

atas segala kebahagiaan selama masa perkuliahan yang telah kalian berikan.

Penulis juga menyadari dalam penyusunan proposal karya tulis ilmiah ini masih

banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Maka dari itu penulis menerima saran

maupun kritik dari semua pihak demi kesempurnaan penulisan ini.

iii
Akhirnya penulis berharap semoga proposal karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat

bagi kita semua

Bandung, Juni 2021

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN.........................................................................................................i

iv
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.......................................................................................................vi
BAB I...............................................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................4
C. Tujuan Studi Kasus...............................................................................................................4
D. Manfaat Studi Kasus.............................................................................................................5
BAB 2..............................................................................................................................................7
2.1 Konsep Dasar Perilaku Kekerasan.........................................................................................7
1. Definisi..............................................................................................................................7
2. Etiologi..............................................................................................................................8
3. Rentan Respon Resiko Perilaku Kekerasan....................................................................10
4. Tanda dan Gejala............................................................................................................12
5. Patofisiologi....................................................................................................................12
2.2 Penatalaksanaan..............................................................................................................13
1. Pengertian Senam Aerobic Low Impact.........................................................................13
2. Manfaat Senam Aerobic Low Impact.............................................................................14
3. Metode Senam Aerobic Low Impact..............................................................................14
BAB III..........................................................................................................................................21
A. Desain Studi Kasus.............................................................................................................21
B. Subjek Studi Kasus.............................................................................................................21
C. Fokus Studi.........................................................................................................................21
D. Definisi Operasional Fokus Studi.......................................................................................22
E. Tempat dan Waktu Studi Kasus.........................................................................................22
F. Prosedur Pengumpulan Data...............................................................................................22
G. Penyajian Data................................................................................................................23
H. Etika Studi Kasus............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................25

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

vi
1. BIODATA

a. Nama : Deska Liani Nur’asiah

b. Jenis Kelamin : Perempuan

c. Agama : Islam

d. Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 24 Desember 1999

e. Status Marital : Belum menikah

f. Alamat : Komp. Kurenten Asri, Pandeglang-Banten

g. No. Telepon : 091295066624

h. Email : deska.chan123@gmail.com

2. RIWAYAT PENIDIDKAN

a. TK. Bhayangkari : 2004 – 2006

b. SD Negeri Pandeglang 4 : 2006 – 2012

c. SMP Negeri 1 Majasari : 2012 – 2015

d. SMA Negeri 2 Pandeglang : 2015 – 2018

e. STIKep PPNI Jawa Barat : 2018 – 2021

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering. Kejadian

skizofrenia pada pria lebih besar dari pada wanita. Angka kejadian di masyarakat berkisar

1-2% dari seluruh penduduk pernah mengalami skizofrenia dalam hidup mereka. .

Menurut prevalensi, skizofrenia tertinggi di Indonesia pada tahun 2013 adalah di DI

Yogyakarta dan Aceh sebesar 2,7%. Banyak faktor yang berperan terhadap kejadian

skizofrenia, antara lain faktor genetik, biologis, biokimia, psikososial, status sosial

ekonomi, stress, serta penyalahgunaan obat. Status ekonomi rendah mempunyai risiko

6,00 kali untuk mengalami gangguan jiwa skizofrenia dibandingkan status ekonomi

tinggi, sedangkan orang yang tidak bekerja mempunyai risiko 6,2 kali lebih besar

menderita skizofrenia dibandingkan yang bekerja. Gejala klinis skizofrenia adalah

gangguan pikiran, delusi, halusinasi, afek abnormal, gangguan kepribadian motor, dan

adopsi posisi bizar. Obat antipsikotik yang paling sering digunakan pada penderita

skizofrenia pada terapi tunggal adalah risperidon, sedangkan pada terapi kombinasi yang

paling banyak digunakan adalah haloperidol dan klorpromazin. Skizofrenia dipengaruhi

oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik dari pasien, dengan tingkat kekambuhan yang dapat

dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan keluarga(Siti Zahnia 2016).

Perilaku kekerasan adalah hasil dari marah yang ekstrim (kemarahan) atau

ketakutan (panik) sebagai respon terhadap perasaan terancam, baik berupa ancaman

serangan fisik atau konsep diri (Stuart & Laraia. 2013). Keliat, Akemat, Helena dan

1
2

Nurhaeni (2012) menyatakan bahwa perilaku kekerasan adalah salah satu respon marah

yang diekspresikan dengan melakukan ancaman, mencederai orang lain, dan atau

merusak lingkungan . Perasaan terancam ini dapat berasal dari stresor eksternal

(penyerangan fisik, kehilangan orang berarti dan kritikan dari orang lain) dan internal

(perasaan gagal di tempat kerja, perasaan tidak mendapatkan kasih sayang dan ketakutan

penyakit fisik).

Resiko perilaku kekerasan merupasakan salah satu gejala yang sering ditamukan

pada klien dengan gangguan jiwa. Resiko perilaku kekerasan sering diidentikkan dengan

skizofrenia. Dari seluruh klien skizonfrenia 70% diantaranya mengalami perilaku

kekerasan. Pada klien gangguan jiwa, resiko perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya

perubahan sensori persepsi berupa halusinasi, baik pendengaran, dan visual. Klien merasa

diperintah oleh suara-suara atau bayangan yang dilihatnya untuk melakukan kekerasan

atau klien merasa marah terhadap suara-suara atau bayangan yang mengejeknya (Sruart

& Sudeen, 2011).

Resiko perilaku kekerasan terjadi karena adanya faktor prediposisi (faktor

psikologis, social budaya, faktor biologis), dan faktor presipitas. Sacara umum seseorang

akan berespon dengan marah apabila merasa dirinya terancam. Ancaman tersebut dapat

berupa injury secara psikis, atau lebih dikenal dengan adanya ancaman terhadap konsep

diri seseorag, ketika seseorang merasa terancam, mungkin dia tidak menyadari sama

sekali apa yang menjadi sumber kemarahannya (Dermawan & Rusdi, 2013).

Menurut Yosep (2011), perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda

dan gejala perilaku kekerasan:


3

a. Fisik : Muka merah dan tegang, mata melotot atau pandangan mata tajam,

tangan mengepal, rahang mengatup, postur tubuh kaku, jalan mondar

mandir.

b. Verbal : Bicara kasar, suara tinggi, membentak, atau berteriak,

mengancam secara verbal atau fisik, mengumpat dengan kata-kata kotor.

c. Perilaku : Melempar atau memukul benda 6 atau orang lain, menyerang

orang lain atau melukai diri sendiri, merusak lingkungan, amuk/ agresif.

d. Emosi : Tidak adekuat, dendam dan jengkel, tidak berdaya, bermusuhan,

mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.

e. Intelektual : Cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme. Spiritual :

Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain,

menyinggung perasaan orang lain, tidak peduli dan kasar.

f. Social : Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.

Bagi pasien yang mengalami masalah keperawatan resiko perilaku kekerasan jika

tidak dilakukan intervensi lenjutan maka akan menyebabkan resiko tinggi mencederai

diri, orang lain da lingkukan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang

kemungkinan dapat melukai atau membahayakan diri, orang lain dan lingkungan (Fitri.

2013).

Untuk mengontrol perilaku kekerasan, salah satunya adalah dengan terapi

aktivitas fisik yaitu senam aerobic low impact secara teratur. Dalam terapi senam aerobic

low impact terdapat gerakan aerobic yang dilakukan dengan intensitas rendah, antara lain

dengan hentakan-hentakan ringan, dalam posisi kaki tetap dilantai (Yuda, 2006).

Aktivitas fisik aerobic low impact juga meningkatkan vaskularisasi otak, meningkatkan
4

faktor neutropik yang berperan sebagai neuroprotektif dan meningkatkan level dopamin

dan serotonin. Serotonin disekresikan oleh nukleus yang berasal dari medial batang otak

dan berproyeksi di sebagian besar area otak khusus menuju radiks dorsalis medulla

spinalis dan menuju hipotalamus (Guyton, 2008). Pelepasan serotonin diarea nuclei

anterior dan nuclei ventromedial hipotalamus akan menimbulkan perasaan senang, rasa

puas dan suasana hati orang yang melakukan olahraga ini menjadi baik, dan tubuh

semakin berenergi, serta jumlah sel darah merah juga akan meningkat sehingga sistem

pengangkutan oksigen ke seluruh tubuh menjadi lebih efektif (Heryati, 2008).

Penelitian Akhmad, Hardoyo dan Setiono (2011) menunjukkan terdapat pengaruh

yang signifikan terapi aerobic low impact self-control pada pasien dengan resiko perilaku

kekerasan. Pemberian latihan aerobik dan senam aaerobik ini dilakukan karena latihan

dan media yang dibutuhkan simpel dan praktis, bisa dilakukan dimana saja, kapan saja,

dan tidak memerlukan tempat yang 4 khusus. Selain itu, latihan ini ekonomis, tidak

memerlukan biaya yang banyak.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimanakah tindakan keperawatan

dengan pemberian terapi aerobic low impact pada pasien dengan resiko perilaku

kekerasan?”.

C. Tujuan Studi Kasus

Adapula tujuan studi kasus yaitu “Menggambarkan tindakan keperawatan dengan

pemberian terapi aerobic low impact pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan”.
5

D. Manfaat Studi Kasus

Studi Kasus ini diharapkan, memberikan manfaat bagi :

1. Pasien

Diharapkan pasien dapat mengurangi perilaku kekerasan.

2. Penulis

Dapat menjadi pengalaman belajar bagi penulis serta menambah wawasan dan

pengalaman dalam sebuah penelitian mengenai terapi senam low aerobic pada pasien

perilaku kekerasan.
6
7

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Perilaku Kekerasan


1. Definisi

skizofrenia merupakan sindrom dengan variasi penyebab dan perjalanan

penyakit yang luas serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh

genetik, fisik dan sosial budaya (Buku Panduan Pedoman Diagnosis Gangguan Jiwa

III, Maslim 2013).

Menurut Stuart (2011), perilaku kekerasan atau agresif adalah sikap atau

perilaku kasar atau kata-kata yang menggambarkan perilaku amuk, permusuhan dan

potensi untuk merusak secara fisik. Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan

dimana seseorang melakukan tindakkan yang dapat membahayakan secara fisik baik

terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan, disertai dengan amuk dan gaduh

gelisah yang tidak terkontrol (Townsend, 2010).

Perilaku kekerasan adalau suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai

seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi tersebut maka perilaku

kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan

lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk, yaitu saat sedang

berlangsung perilaku kekerasan atau perilaku kekerasan terdahulu. (Damaiyanti, 2012).

Perilaku kekerasan merupakan bagian dari rentang respon marah yang paling

mal adaptif, yaitu amuk. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai

respon terhadap kecemasan (kebutuhan yang tidak terpenuhi) yang dirasakan sebagai

ancaman. (Yusuf 2015).


8

Amuk merupakan respon kemarahan yang paling maladaptive yang ditandai

dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilangnya control, yang

individu dapat merusak diri sendiri, orang lain atau lingkungan (Yusuf 2015).

2. Etiologi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan

menurut teori biologik, teori psikososial dan teori sosiokultural yang dijelaskan oleh

Purba dkk (2008) :

1) Faktor biologis

a. Neurobiologik

Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses implus agresif

system limbik, lobus frontal, dan hypothalamus Neurotransmitter juga

mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau menghambat proses implus

agresif. System limbik merupakan system informasi, ekspresi emosi,

perilaku kekerasan dan memori. Apabila ada gangguan pada system ini

maka akan meningkatkan atau menurunkan potensial perilaku kekerasan.

Adanya gangguan pada lobus frontal maka indivdu tidak mampu membuat

keputusan, kerusakan pada penilaian, perilaku tidak sesuai dan agresif.

Beragam komponen dari system neurologis mempunyai implikasi

memfasilitasi dan menghambat implus agresif. System limbik terlibat dalam

menstimulus timbulnya perilaku agresif. Pusat otak atas secara konstan

berinteraksi dengan pusat agresif (Purba, 2008)

b. Biokimia
9

Menurut Purba dkk (2008) berbagai neurotransmitter (epinephrine,

noreepinefrine, dopamine, asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam

memfasilitasi atau menghambat implus agresif. Teori ini sangat konsisten

dengan fight atau flight yang dikenalkan oleh Selye dalam teorinya tentang

respon terhadap stress

c. Gangguan

otak Sindrom otak organik sebagai faktor predisposisi perilaku agresif dsn

tindakkan kekerasan. Tumor otak khususnya yang , menyerang system

limbik dan lobus temporal; trauma otak, yang menimbulkan perubahan

serebral dan penyakit seperti enfesalitis, dan epilepsy, khususnya lobus

temporal, terbukti berpengaruh terhadap perilaku kekerasan dan tindakkan

kekerasan.

2) Faktor psikologis

a. Frustasi terjadi bila keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal

sehingga dapat menyebabkan suatu keadaan yang akan mendorong

individu untuk berperilaku agresif contohnya kehilangan pekerjaan.

b. Respon belajar yang dapat dicapai bila ada fasilitas/ situasi yang

mendukung.

c. Kebutuhan yang tidak dipenuhi lewat hal yang positif

3) Faktor sosial kultural

a. Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam

mengekspresikan marah. Norma kebudayaan dapat mendukung

individu untuk berespon asrtif/ kasar (agresif).


10

b. Perilaku agresif dapat diperlajari secara langsung maupun imitasi dari

proses sosialisasi contohnya mengejek.

3. Rentan Respon Resiko Perilaku Kekerasan

Perilaku kekerasan merupakan respon kemarahan. Respon kemarahan dapat

berfluktuasi dalam rentang adaptif sampai mal adaptif. Rentang respon marah menurut

stuart dan sundeen, dimana agresif dan amuk (perilaku kekerasan) berada pada rentang

respon mal adaptif.

Rentan Respon

Adaptif Maladaptif

Asertif – Frustasi – Pasif – Agresif – Amuk/Perilaku Kekerasan

Keterangan

Asertif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain

Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realistis/terhambat

Pasif : Respon lanjutan dimana pasien tidak mampu mengungkapkan

perasaannya

Agresif : Perilaku destruktif tapi masih terkontrol

Amuk : Perilaku destruktif dan tidak terkontrol

Perbandingan perilaku Pasif, Asertif dan Agresif

Karakteristik pasif Asetif Agresif


Isi bicara 1. Nagatif 1. Positif 1. Berlebihan

2. Menghina 2. Menghargai 2. Menghina

3. Dapatkah dri sendiri orang lain


11

saya lakukan 3. Saya 3. Anda selalu/

4. Dapatkah ia dapat/akan tidak pernah

lakukan lakukan
Nada suara 1. Diam 1. Diatur 1. Tinggi

2. Lemah 2. Menuntut

3. Merengak
Postur/sikap 1. Melotot 1. Tegak 1. Tenang

tubuh 2. Menundukan 2. Rileks 2. Bersandar ke

kepala depan
Personal 1. Orang lain 1. Menjaga jarak 1. Memasuki

space dapat masuk yang territorial

pada menyenangka orang lain

teritorial n

2. Mempertahan

kan hak

tempat/teritori

al
Gerakan 1. Minimal 1. Memperlihatk 1. Mengancam,

2. Lemah an gerakan ekspasi

3. Resah yang sesuai gerakan


Kontak mata 1. Sedikit atau 1. Sekali- 1. Melotot

tidak kali(intermite

n)

2. Sesuai dengan

kebutuhan

interaksi
12

4. Tanda dan Gejala

Perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda dan gejala perilaku

kekerasan: (Yosep, 2011)

a. Fisik: muka merah dan tegang, mata melotot atau pandangan tajam, tangan

mengepal, postur tubuh kaku, jalan mondar mandir.

b. Verbal: bicara kasar, suara tinggi, membentak atau berteriak, mengancam

secara fisik, mengumpat dengan kata-kata kotor.

c. Perilaku: melempar atau memukul benda pada orang lain, menyerang orang

lain atau melukai diri sendiri, merusak lingkungan, amuk atau agresif.

d. Emosi: tidak ade kuat, dendam dan jengkel, tidak berdaya, bermusuhan,

mengamuk, menyalahkan dan menuntut.

e. Intelaktual: cerewet, kasar, berdebat, meremehkan.

f. Spiritual: merasa berkuasa, merasa benar sendiri, mengkritik pendapat orang

lain, menyinggung perasan orang lain, tidak peduli dan kasar.

g. Sosial: menarik diri, penolakan, ejekan, sindiran.

5. Patofisiologi

Stress, cemas, harga diri rendah, dan bermasalah dapat menimbulkan marah.

Respon terhadap marah dapat di ekspresikan secara eksternal maupun internal. Secara

eksternal ekspresi marah dapat berupa perilaku konstruktif maupun destruktif.

Mengekspresikan rasa marah dengan kata-kata yang dapat di mengerti dan diterima

tanpa menyakiti hati orang lain. Selain memberikan rasa lega, ketegangan akan

menurun dan akhirnya perasaan marah dapat teratasi. Rasa marah diekspresikan secara

destrukrtif, misalnya dengan perilaku agresif, menantang biasanya cara tersebut justru
13

menjadikan masalah berkepanjangan dan dapat menimbulkan amuk yang di tunjukan

pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan (Yosep, 2011).

Perilaku yang submisif seperti menekan perasaan marah karena merasa tidak

kuat, individu akan berpura-pura tidak marah atau melarikan diri dari rasa marahnya,

sehingga rasa marah tidak terungkap. Kemarahan demikian akan menimbulkan rasa

bermusuhan yang lama, pada suatu saat dapat menimbulkan rasa bermusuhan yang

lama, dan pada suatu saat dapat menimbulkan kemarahan yang destruktif yang

ditujukan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan (Dermawan & Rusdi, 2013).

2.2 Penatalaksanaan

1. Pengertian Senam Aerobic Low Impact

Senam aerobik low impact merupakan salah satu bentuk latihan dalam senam

aerobik. Pelaksanaan senam aerobik low impact adalah kedua kaki atau salah satu kaki

selalu kontak dengan lantai, sehingga gerakan-gerakan jogging diganti dengan gerakan

jalan cepat. Senam aerobik low impact adalah suatu bentuk senam yang pertama kali

diperkenalkan untuk para pemula. Irama dalam senam ini agak lambat dan bertahap

dari ketukan yang lambat sampai ketukan yang agak cepat (Candrawati., 2016).

Senam aerobic low impact merupakan senam dengan mengandalkan

penyaluran energi dan penyerapan oksigen yang berimbang sehingga dapat

meningkatkan endorphin yang memiliki efek relaksan sehingga dapat mengurangi

resiko kekerasan secara efektif (Yulistanti, 2003).

2. Manfaat Senam Aerobic Low Impact

Manfaat senam aerobic yaitu untuk menjaga kesehatan jantung dan stamina

tubuh. Menurut Muhajir (2007), senam aerobic dapat meningkatkan daya tahan jantung
14

dan paru-paru, membakar lemak yang berlebihan di tubuh, mengencangkan tubuh dan

mencegah timbulnya penyakit kardiovaskuler seperti merokok. Menurut Gilang, M

(2007), kegiatan senam aerobic dapat meningkatkan kelenturan, keseimbangan,

koordinasi, kelincahan, daya tahan tubuh. Dengan melakukan aerobic salama 20 menit,

maka energy akan meningkat sebesar 20%.

3. Metode Senam Aerobic Low Impact

Prosedur latihan senam aerobik low impact terdiri dari pemanasan , kegiatan

inti dan pendinginan.

1. Pemanasan (Warming Up)

Kegiatan pemanasan atau warning up memiliki tujuan yaitu meningkatkan

elastisitas otot-otot dan ligamen disekitar persendian untuk mengurangi resiko

cedera, meningkatkan suhu tubuh dan denyut nadi sehingga mempersiapkan

diri agar siap menuju ke aktivitas utama yaitu aktivitas latihan. Dalam Fase ini,

pemulihan gerakan harus dilakukan dan dilaksanakan secara sistematis, runtut,

dan konsisten dimulai dari kepala, lengan, dada, pinggang dan kaki (Moh

gilang, 2010).

Gerakan – gerakan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Jalan di tempat (4x8 hitungan)

b. Sambil jalan di tempat melakukan gerakan – gerakan berikut :

1) Kepala menunduk (8 hitungan)

2) Kepala menengadah (8 hitungan)

3) Kepala menoleh kekanan dan kekiri (8 hitungan)

4) Mematahkan kepala kekanan dan kekiri (8 hitungan)


15

Gambar 2.1 Gerakan Pemanasan (Warming Up)

c. Basic biceps (2 x 8 hitungan) :

5) Kedua tangan lurus kebawah dengan bagian dalam lengan menghadap

kedepan

6) Menekuk lengan bawah hingga menempel dengan lengan atas

Gambar 2.2 Gerakan Pemanasan Basic Biceps

d. Butterfly (2 x 8 hitungan) :

7) Telapak tangan menggenggam, keduatangan di depan wajah, lengan

atas rata, lengan bawah ditekuk siku


16

8) Membuka tangan kesamping sejauh mungkin

Gambar 2.3 Gerakan Pemanasan Butterfly

2. Kegiatan Inti

Fase latihan adalah fase utama dari sistematika latihan senam aerobik

lowimpact yang berlangsung selama 20 menit. Dalam fase ini target latihan

harus tercapai. Salah satu indikator latihan telah memenuhi target adalah

dengan memprediksi bahwa latihan tersebut telah mencapai training zone

(Malahayati, 2010). Training zone adalah daerah ideal denyut nadi dalam fase

latihan. Rentang training zone adalah 60-90% dari denyut nadi maksimal

seseorang (DNM) Denyut nadi yang dimiliki oleh setiap orang berbeda,

tergantung dari tingkat usia seseorang. Berikut adalah rumus mencari denyut

nadi maksimal seseorang (DNM). Umumnya rumus ini digunakan untuk atlit.

Sedangkan rumus menghitung denyut nadi maksimal bagi orang awam atau

bukan lah atlit adalah : SDNM = 200 – usia (tahun) (Irwansyah, 2006).

Pada fase ini gerakan berangsur diturunkan kecepatannya selama 3-5 menit

untuk mengembalikan ke denyut nadi normal (Giriwijoyo, 2007). :

a. Single step / langkah tunggal

Langkahkan kaki kanan kearah kanan lanjutkan dengan membawa kaki kiri

kearah kanan dan menutup langkah (hitungan 1 memakai angka)


17

Gambar 2.4 Single Step


Sumber : Trisnawan (2010)
b. Double step / langkah ganda

Langkahkan kaki kanan kearah kanan, lanjutkan dengan membawa kaki

kiri kearah kanan dan menutup langkah (hutungan 1). Lakukan hitungan 1

sekali lagi atau kearah kanan (hitungan 2).

Gambar 2.5 Double Step


Sumber : Trisnawan (2010)
c. V step / langkah segitiga
18

Langkahkan kaki kanan kearah diagonal kanan depan (1), langkahkan kai kiri kearah

diagonal kiri depan (2), bawa kembali kaki kanan ke posisi awal (3) dan bawa kaki kiri

kembali ke posisi awal (4)

Gambar 2.6 V Step / langkah segitiga


Sumber : Trisnawan (2010)
d. Berjalan atau Single Diagonal step

Melangkah maju mundur. Hampir sama dengan double step, hanya dalam

penggunaan langkah kaki kiri tidak menutup langkah ke kaki kanan (pada

hitungan 1) melainkan bahwa kaki kiri disisi belakang kaki kanan. Salah

satu kaki menapak dilantai, kaki lainnya digunakan untuk mengangkat

lutut.

Gambar 2.7 Single Diagonal Step


19

3. Pendinginan (Cooling Down)

Setelah menyelesaikan latihan aerobik (kegiatan inti), keadaan tubuh harus

sama seperti sebelum latihan. Keadaan tersebut dapat terbantu dengan

melakukan gerakan-gerakan yang mampu menurunkan frekuensi denyut nadi

untuk mendekati denyut nadi normal atauseperti awal latihan. Gerakannya dari

intensitas tinggi ke gerakan intensitas rendah, gerakan inilah yang dimaksud

pendinginan.

Ditinjau dari segi faal, perubahan dan penurunan intensitas latihan secara

bertahap berguna untuk menghindari terjadinya penumpukan asam laktat yang

akan menyebabkan kelelahan dan rasa pegal pada bagian tubuh atau otot

tertentu (Malahayati, 2010). Dalam tahap akhir kegiatan aerobik ini bertujuan

mengembalikan nadi yang cepat karena latihan kembali menjadi normal.

Gambar2.8 GerakanPendinginan (Cooling Down)


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Studi Kasus

Desain penelitian ini dengan menggunakan studi kasus deskriptif dimana suatu

metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau

deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif maupun subjektif.

B. Subjek Studi Kasus

Subjek studi kasus yang akan dilakukan yaitu pada pasien gangguan jiwa yaitu

perilaku kekerasan dengan dilakukan latihan senam aerobic low impact, dengan kriteria :

1. Kriteria Inklusi

a. Klien berusia >18 tahun

b. Riwayat perilaku kekerasan

c. Pasien dapat kooperatif atau dapat berkomunikasi verbal dengan baik

2. Kriteria Eksklusi

a. Pasien yang mengalami gangguan kesadaran

C. Fokus Studi

Fokus studi yang akan dijadikan titik acuan penelitian dengan metode studi kasus

ini adalah penatalaksanaan latihan senam aerobic low impact terhadap penurunan gejal

perilaku kekerasan pada pasien perilaku kekerasan.


21

D. Definisi Operasional Fokus Studi

1. Perilaku Kekerasan

Perilaku kekerasan atau agresif adalah sikap atau perilaku kasar atau kata-kata

yang menggambarkan perilaku amuk, permusuhan dan potensi untuk merusak secara

fisik.

2. Latihan Senam Aerobik Low Impact

Senam aerobic low impact merupakan senam dengan mengandalkan

penyaluran energi dan penyerapan oksigen yang berimbang sehingga dapat

meningkatkan endorphin yang memiliki efek relaksan sehingga dapat mengurangi

resiko kekerasan secara efektif.

E. Tempat dan Waktu Studi Kasus

Studi kasus ini dilakukan pada pasien perilaku kekersasan di Rumah Sakit Jiwa

Provinsi Jawa Barat. Lama waktu untuk melakukan studi kasus adalah 4 hari. Sedangkan

lama waktu untuk melakukan intervensi adalah 2 hari.

F. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam studi kasus adalah sebagai berikut :

1. Wawancara

Pada karya tulis ini penulis menggunakan wawancara tidak terstruktur yang terdiri

dari biodata pasien, alasan masuk ke Rumah Sakit, keluhan yang disarakan pasien,

hubungan sosial, spiritual dan status mental pasien

2. Observasi
22

Pada karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan instrumen pengukuran catatan

dengan cara mengobservasi perilaku pasien sebelum dilakukannya terapi senam dan

sesudah dilakukannya terapi senam

G. Penyajian Data

Penyajian data pada penelitian dengan metode kasus ini, disajikan secara

terstruktur/narasi tentang laporan yang memuat 2 bagian. Bagian pertama berisikan

tentang uraian hasil yang diperoleh dari studi kasus. Bagian keuda memuat uraian tentang

pembahasan atas temuan-temuan studi kasus/studi kasus yang telah dikemukakan pada

bagian pertama dan keterkaitannya dengan teori. bagian ini juga dilengkapi dengan

keterbatasan dari studi kasus yang dilaksanakan, dan dapat disertai dengan cuplikan

ungkapan verbal dari subjek studi kasus yang merupakan data pendukungnya.

H. Etika Studi Kasus

1. Lembar persetujuan (inform consent), pasien harus mendapatkan informasi secara

lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk

bebas berpartisipasi atau menolah menjadi responden dan juga perlu dicantumkan

bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu.

2. Tanpa nama (anonymity), pasien mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang

diberikian harus dirahasiakan, untuk itu perllu adanya tanpa nama.

3. Kerahasiaan (confidentiality), pasien mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang

diberikan harus dirahasiakan. Hak terhadap penanganan yang adil memberikan

individu hak yang sama untuk dipilih atau terlibat dalam penelitian tanpa diskriminasi
23

dan berikan penanganan yang sama dengan menghormati seluruh persetujuan yang

disepakati, dan untuk memberikan penanganan terhadap masalah yang muncul selama

partisipasi dalam penelitian.

4. Responden juga memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan ketidaknyamanan dan

kerugian mengharuskan agar reaponden dilindungi eksploitasi dan peneliti harus

menjamin bahwa semua usaha dilakukan untuk meminimalkan bahaya atau kerugian

dari suatu penelitian.


DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Ma'rifatul, dkk. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.

Yogyakarta: Indomedia Pustaka.

Candrawati, dkk. (2016). Jurnal Kedokteran Brawijaya. Vol 29, no. 1 (2016). pp. 69-

73

Damaiyanti Mukhripah,dkk. (2012). .Asuhan Keperawatan Jiwa.Bandung: PT

Refika.

Dermawan, R., & Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja

Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Diyan, Yuli, dkk. (2017). Keperawatan Jiwa. Semarang: UNDIP Press

Fitro, syah. (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan Resiko Perilaku

Kekerasan. Surakarta. Universitas Kusuma Husada Surakarta.

Gilang, M. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan SMA. Jakarta:

Ganessa Excat.

Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta:

EGC

 Heryati. (2008). Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. ER Suratun, , Santa

Manurung. EGC, 

Jumiaini, dkk. (2015). Efektifitas Senam Aerobic Low Impact Terhadap Penurunan

Skor Halusinasi. Jurnal. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau.

JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015.


25

Keliat. B.A.dkk. (2012). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta :

EGC

Khusnul, Rachmawati. (2019). Pengaruh Latihan Aerobik Dan Senam Aerobik Low

Impact Terhadap Peningkatan Vo2 Maks Pada Siswi Sma Mta Surakarta.

SKRIPSI. Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Maslim, R. (2013). Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di

Indonesia III Jakarta : Departemen Kesahatan RI

Muhajir, 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Jilid 1. Jakarta:

Erlangga. 

Oktaviana, arni. (2018). Analisis Praktaik Klinik Keperawatan Jiwa Pada Tn.S

Resiko Perilaku Kekerasan Dengan Intervensi Inovasi Terapi Exercise

Terhadap Kemampuan Mengontrol Marah Di Ruang Belibis Rsjd Atma

Husada Mahakam Samarinda. KARYA ILMIAH AKHIR NERS. Universitas

Muhammadiyah Kalimantan Timur.

Padma, Sri, dkk. 2014. Proceding Konferensi Nasional XI Keperawatan Kesehatan

Jiwa. Riau. PPNI

Purba, dkk. (2008). Asuhan keperawatan pada klien dengan masalah psikososial dan

gangguan jiwa. Medan: USU Press.

Stuart and sundeen, 2002. Buku saku keperawatan jiwa ( terjemahan ). Edisi 9.

EGC. Jakarta.

Stuart, G.W& Laraia, M.T. (2013). Principles and Practice of Psychiatric. Nursing. (

7 th Ed) St. Louis: Mosby.


26

Townsend. (2010). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri (Rencana Asuhan &

Medikasi Psikotropik . Book. oleh Mary C . Terbitan: Buku Kedokteran EGC

Trisna, Poppy. (2018). Penerapan Senam Aerobic Low Impact Pada Pasien Gangguan

Jiwa Dengan Masalah Keperawatan Resiko Perilaku Kekerasan Di Ruang

Flamboyan Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya. Surabaya: UNIVERSITAS

NAHDLATUL ULAMA SURABAYA (UNUSA).

Trisnawan. (2010). Senam Aerobik. Semarang:Aneka Ilmu.

Warburton DER, Nicol CW, Bredin SSDHealth benefits of physical activity: the

evidence. ... April 2006; Canadian Medical Association Journal 174(6):801-

9 ... Adapted, with permission, from Myers et al 38 (N Engl J Med

2002;346:793801).

Wardani, Agetia. (2015). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. W Dengan Perilaku

Kekerasandiruang Srikandi Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Naskah

Publikasi. Universitas Muhammadiyah, Surakarta.

Yosep, I. (2011). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama. Stuart, G. W.

(2007). Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC. Kusumawati, F & Hartono

Yusuf, Ahmad Dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:

Salemba Medika.

Zahnia, Siti. 2016. Kajian Epidemiologis Skizofrenia, Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung: Lampung.

Anda mungkin juga menyukai