Oleh:
NIM : P17210174074
JURUSAN KEPERAWATAN
A. DEFINISI
Terdapat beberapa pengertian tentang fraktur, sebagaimana yang dikemukakan para ahli
melalui berbagai literatur (Musliha, 2010) :
1. Menurut FKUI (2000), fraktur adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulang.
2. Boenges, ME., Moorhouse, MF dan Geissler, AC (2000), fraktur adalah pemisahan atau
patahnya tulang.
3. Back dan Marassarin (1993) berpendapat bahwa fraktur adalah terpisahnya kontinuitas
tulang normal yang terjadi karena tekanan pada tulang yang berlebihan.
4. Smeltzer S.C & Bare B.G (2001) fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan
ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
5. Reeves C.J,Roux G & Lockhart (2001), fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang
yang utuh.
Pengertian fraktur pada anggota tubuh, disesuaikan menurut anatominya, misalnya
Klavikula (tulang Kolar). Dari pengertian di atas, fraktur Klavikula merupakan suatu
gangguan integritas tulang yang ditandai dengan rusaknya atau terputusnya kontinuitas
jaringan tulang dikarenakan tekanan yang berlebihan yang tejadi pada tulang Klavikula.
Fraktur klavikula (tulang kolar) merupakan cedera yang sering terjadi akibat jatuh atau hantaman langsung
ke bahu. Lebih dari 80% fraktur ini terjadi pada sepertiga tengah atau proksimal klavikula. Tulang merupakan
alat penopang dan sebagai pelindung pada tubuh. Tanpa tulang tubuh tidak akan tegak berdiri.
Fungsi tulang dapat diklasifikasikan sebagai aspek mekanikal maupun aspek fisiologikal. Dari aspek
mekanikal, tulang membina rangka tubuh badan dan memberikan sokongan yang kokoh terhadap tubuh.
Sedangkan dari aspek fisiologikal tulang melindungi organ-organ dalam seperti jantung, paru-paru dan lainnya.
Tulang juga menghasilkan sel darah merah, sel darah putih dan plasma. Selain itu tulang sebagai tempat
penyimpanan kalsium, fosfat dan garam magnesium. Namun karena tulang bersifat relatif rapuh, pada keadaan
tertentu tulang dapat mengalami patah, sehingga menyebabkan gangguan fungsi tulang terutama pada
pergerakan. Patah tulang atau fraktur merupakan hilangnya kontinuitas tulang yang umumnya disebabkan oleh
tekanan. Peristiwa ini dapat terjadi karena:
1. Peristiwa trauma tunggal. Patah tulang pada peristiwa ini biasanya dikarenakan oleh kekuatan yang tiba-
tiba berlebihan dapat berupa pemukulan, penekukan, pemuntiran ataupun penarikan.
2. Tekanan yang berulang-ulang. Tekanan yang berulang-ulang dapat menimbulkan keretakan. Sebagai
contoh seorang pelari yang menempuh jarak jauh dapat mengalami retak tulang pada daerah tibia, fibula
maupun metatarsal.
3. Fraktur patologik. Pada peristiwa ini tulang mengalami patah oleh tekanan yang normal dikarenakan
tulang tersebut lemah atau rapuh. Bisa disebabkan oleh penyakit tertentu, misalnya tumor. Banyak sekali
kasus patah tulang yang terjadi dan berbeda-beda pada daerah patah tulang tersebut. Pada kasus ini akan
dibahas mengenai patah tulang bagian klavikula.
B. ETIOLOGI FAKTUR KLAVIKULA
Secara umum, menurut Lewis (2000) berpendapat bahwa tulang bersifat relatif rapuh
namun mempunyai cukup kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat
diakibatkan oleh beberapa hal yaitu :
1. Fraktur akibat peristiwa trauma.
2. Fraktur akibat kelelahan atau tekanan.
3. Fraktur patologik karena kelemahan pada tulang.
Selangka juga disebut klavikula, adalah tulang dari atas dada yang berada di antara tulang
dada (sternum) dan tulang belikat (scapula). Sangat mudah untuk merasakan klavikula,
karena tidak seperti tulang lain yang dibungkus dengan otot tapi tulang ini hanya tertutup
oleh kulit yang mencakup sebagian besar tulang Klavikula.
Fraktur klavikula sangat umum. Patah tulang dapat terjadi terjadi pada bayi (biasanya
pada proses kelahiran), anak-anak dan remaja (karena klavikula tidak sepenuhnya mengeras
atau mengembang sampai akhir remaja), atlet (karena risiko dipukul atau jatuh) atau
diakibatkan oleh kecelakaan dan jatuh.
Menurut sejarah fraktur pada klavikula merupakan cedera yang sering terjadi akibat jatuh dengan posisi
lengan terputar/tertarik keluar (outstrechedhand) dimana trauma dilanjutkan dari pergelangan tangan sampai
klavikula, namun baru-baru ini telah diungkapkan bahwa sebenarnya mekanisme secara umum patah tulang
klavikula adalah hantaman langsung ke bahu atau adanya tekanan yang keras ke bahu akibat jatuh atau
terkena pukulan benda keras. Data ini dikemukankan oleh Nowak et a,l Nordqvist dan Peterson. Patah
tulangklavikula karena jatuh dengan posisi lengan tertarik keluar (outstreched hand) hanya 6% terjadi pada
kasus, sedangkan yang lainnya karena trauma bahu. Kasus patah tulang ini ditemukan sekitar 70% adalah hasil
dari trauma dari kecelakaan lalu lintas. Kasus patah tulang klavikula termasuk kasus yang paling sering
dijumpai.
C. PATOFISIOLOGI
Ketika terjadi patah tulang, maka akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah,
sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibatnya terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan
jaringan disekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medulla antara tepi
tulang di bawah periostium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Terjadinya
respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai dengan vasodilatasi dari
plasma dan leukosit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses
penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan
tulang. Hematom yang terbentuk dapat menyebabkan edema yang dapat menekan ujung
syaraf yang bila berlangsung lama dapa menyebabkan Syndroma Kompartement.
Fraktur klavikula paling sering disebabkan oleh karena mekanisme kompressi atau
penekanan, paling sering karena suatu kekuatan yang melebihi kekuatan tulang tersebut
dimana arahnya dari lateral bahu apakah itu karena jatuh, kecelakaan olahraga, ataupun
kecelakaan kendaraan bermotor. Pada daerah tengah tulang klavikula tidak di perkuat oleh
otot ataupun ligament-ligament seperti pada daerah distal dan proksimal klavikula. Klavikula
bagian tengah juga merupakan transition point antara bagian lateral dan bagian medial. Hal
ini yang menjelaskan kenapa pada daerah ini paling sering terjadi fraktur dibandingkan
daerah distal ataupun proksimal.
D. GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis pada patah tulang klavikula biasanya penderita datang dengan keluhan jatuh atau
trauma. Pasien merasakan rasa sakit bahu dan diperparah dengan setiap gerakan lengan. Pada pemeriksaan fisik
pasien akan terasa nyeri tekan pada daerah fraktur dan kadang-kadang terdengar krepitasi pada setiap gerakan.
Dapat juga terlihat kulit yang menonjol akibat desakan dari fragmen patah tulang. Pembengkakan lokal akan
terlihat disertai perubahan warna lokal pada kulit sebagai akibat trauma dan gangguan sirkulasi yang mengikuti
fraktur. Untuk memperjelas dan menegakkan diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan penunjang.
E. Klasifikasi
Klasifikasi patah tulang secara umum adalah :
1. Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis fraktur meliputi :
a. Fraktur komplit adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas sehingga tulang terbagi
menjadi dua bagian dan garis patahnya menyeberang dari satu sisi ke sisi lain serta mengenai seluruh
korteks.
b. Fraktur inkomplit adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan garis patah tidak
menyeberang, sehingga tidak mengenai korteks(masih ada korteks yang utuh).
2. Menurut Black dan Matassarin (1993) yaitu fraktur berdasarkan hubungan dengan dunia luar, meliputi:
a. Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh,tulang tidak menonjol melalui
kulit..
b. Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya hubungan dengan
lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi infeksi. Fraktur terbuka dibagi dalam 3 grade
yaitu :
1) Grade I : robekan kulit dengan kerusakan kulit otot.
2) Garade II : seperti grade I dengan memar kulit dan otor.
3) Grade III : luka sebesar 6-8 cm dengan kerusakan pembuluh darah,
syaraf otot dan kulit.
Lokasi patah tulang pada klavikula diklasifikasikan menurut Dr. FL Allmantahun 1967 dan dimodifikasi
oleh Neer pada tahun 1968, yang membagi patah tulang klavikula menjadi 3 kelompok:
1. Kelompok 1: patah tulang pada sepertiga tengah tulang klavikula (insidensikejadian 75-80%).
- Pada daerah ini tulang lemah dan tipis.
- Umumnya terjadi pada pasien yang muda.
2. Kelompok 2 : patah tulang klavikula pada sepertiga distal (15-25%). Terbagi menjadi 3 tipe berdasarkan
lokasi ligament coracoclavicular yakni, conoid dan trapezoid
a) Tipe 1.
Patah tulang secara umum pada daerah distal tanpa adanya perpindahan tulang maupun ganguan
ligament coracoclevicular.
b) Tipe 2A.
Fraktur tidak stabil dan terjadi perpindahan tulang, dan ligament coracoclavicular masih melekat pada
fragmen.
c) Tipe 2 B.
Terjadi ganguan ligament. Salah satunya terkoyak ataupun kedua-duanya.
d) Tipe 3.
Patah tulang yang pada bagian distal clavikula yang melibatkan AC joint.
e) Tipe 4.
Ligament tetap utuk melekat pata perioteum, sedangkan fragmen proksimal berpindah keatas.
f) Tipe 5.
Patah tulang kalvikula terpecah menjadi beberapa fragmen.
3. Kelompok 3 : patah tulang klavikula pada sepertiga proksimal (5%). Pada kejadian ini biasanya
berhubungan dengan cidera neurovaskuler.
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada fraktur klavikula ada dua pilihan yaitu dengan tindakan bedah atau
operative treatment dan tindakan non bedah atau nonoperative treatment.
Tujuan dari penanganan ini adalah untuk menempatkan ujung-ujung dari patah tulang
supaya satu sama lain saling berdekatan dan untuk menjaga agar mereka
tetap menempelsebagaimana mestinya sehingga tidak terjadi deformitas dan proses
penyembuhan tulang yang mengalami fraktur lebih cepat. Proses penyembuhan pada fraktur
clavicula memerlukan waktu yang cukup lama. Penanganan nonoperative dilakukan dengan
pemasangan silang selama 6 minggu. Selama masa ini pasien harus membatasi pergerakan
bahu, siku dan tangan. Setelah sembuh, tulang yang mengalami fraktur biasanya kuat dan
kembali berfungsi. Pada beberapa patah tulang, dilakukan pembidaian untuk membatasi
pergerakan. atau mobilisasi pada tulang untuk mempercepat proses penyembuhan. Bagian
tulang lainnya harus benar-benar tidak boleh digerakkan (immobilisasi).
Imobilisasi bisa dilakukan melalui:
1. Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang
Pemasangan gips merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar tulang yang patah. Modifikasi
spika bahu (gips klavikula) atau balutan berbentuk angka delapan atau strap klavikula
dapat digunakan untuk mereduksi fraktur ini, menarik bahu ke belakang, dan
mempertahankan dalam posisi ini. Bila dipergunakan strap klavikula, ketiak harus diberi
bantalan yang memadai untuk mencegah cedera kompresi terhadap pleksus brakhialis dan arteri
aksilaris. Peredaran darah dan saraf kedua lengan harus dipantau.
2. Penarikan (traksi) : menggunakan beban untuk menahan sebuah anggota gerak pada tempatnya.
3. Fikasasi :
a. Fiksasi internal : dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan (plate) atau
batanglogam pada pecahan-pecahan tulang atau sering disebut open reduction with
internal fixation (ORIF).
b. Fiksasi eksternal : Immobilisasi lengan atau tungkai dapat menyebabkan otot menjadi
lemah dan menciut. Karena itu sebagian besar penderita perlu menjalani terapi fisik
Pada prinsipnya penanganan patah tulang klavikula adalah untuk mencapai penyembuhan tulang dengan
minimum tingkat morbiditas, hilangnya fungsi, dan sisa kelainan bentuk. Fraktur 1/3 distal klavikula
tanpa pergeseran dan terpotongnya ligamen dapat ditangani dengan sling dan pembatasan gerakan lengan. Bila
fraktur 1/3 distal disertai dengan terputusnya ligamen korakoklavikular, akan terjadi pergeseran yang harus
ditangani dengan reduksi terbuka dan fiksasi interna. Selama imobilisasi pasien diperkenankan melakukan
latihan gerakan tapi harus menghindari aktivitas yang berat.
Tindak lanjut perawatan dilakukan dengan pemantauan yang dijadwalkan1 hingga 2 minggu setelah
cedera untuk menilai gejala klinis dan kemudiansetiap 2 hingga 3 minggu sampai pasien tanpa gejala klinis.
Pemeriksaan foto rontgen tidak perlu selama proses perawatan, tetapi akan lebih baik dilakukan pada saat
proses penyatuan tulang yang biasanya dapat dilihat pada minggu ke - 4 sampai minggu ke 6 (pada saat fase
remodeling pada proses penyembuhan tulang). Tanda klinis penyatuan tulang adalah berkurangnya rasa sakit
atau rasa sakit hilang, dapat melakukan gerakan bahu secara penuh, dan kekuatan kembali normal. Tindakan
pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut :
1. Fraktur terbuka.
2. Terdapat cedera neurovaskuler.
3. Fraktur comminuted.
4. Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.
5. Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).
6. Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya (malunion).
Pemberian obat pada kasus patah tulang dapat dilakukan untuk mengurangirasa nyeri. Obat-obat yang dapat
digunakan adalah obat kategori analgesik antiinflamasi seperti acetaminophen dan codeine dapat juga obat
golongan NSAIDs seperti ibuprofen.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi fraktur klavikula meliputi trauma saraf pada pleksus brakhialis, cedera vena atau arteria
subklavia akibat frakmen tulang, dan malunion (penyimpangan penyatuan). Malunion merupakan masalah
kosmetik bila pasien memakai baju dengan leher rendah. Komplikasi akut :
- Cedera pembuluh darah
- Pneumouthorax
- Haemothorax
Komplikasi lambat :
- Mal union : proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu semestinya, namun tidak dengan
bentuk aslinya atau abnormal.
- Non union : kegagalan penyambungan tulang setelah 4 sampai 6 bulan
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering rendah akibat perdarahan, laju endap
darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P
mengikat didalam darah.
Radiologi :
X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.Venogram/anterogram menggambarkan
arus vascularisasi. CT scan untukmendeteksi struktur fraktur yang kompleks. Pemeriksaan rontgen untuk
menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur.
Scan tulang, CT-scan/ MRI :
Memperlihatkan frakur dan mengidentifikasikan kerusakan jaringan lunak.
1. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak,
pemasangan traksi, stress/ansietas, luka operasi.
2. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah, emboli, perubahan membran
alveolar/kapiler (interstisial, edema paru, kongesti)
3. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi restriktif
(imobilisasi)
4. Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat, sekrup)
5. Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit, taruma jaringan
lunak, prosedur invasif/traksi tulang)
6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang
terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang
akurat/lengkapnya informasi yang ada
RENCANA KEPERAWATAN
DIANGOSA
NO
KEPERAWATAN DAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
DX
KOLABORASI
1 Nyeri akut b/d spasme otot, NOC
gerakan fragmen tulang, Pain Level, NIC
edema, cedera jaringan Pain control,
lunak, pemasangan traksi, Comfort level Pain Management
stress/ansietas, luka Kriteria Hasil : 1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
operasi. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitas
nyeri, mampu menggunakan tehnik 2) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, 3) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
mencari bantuan) pengalaman nyeri pasien
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan 4) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
menggunakan manajemen nyeri 5) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
frekuensi dan tanda nyeri) 6) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri dukungan
berkurang 7) Kurangi faktor presipitasi nyeri
Tanda vital dalam rentang normal 8) Ajarkan tentang teknik non farmakologi
9) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
10) Tingkatkan istirahat
11) Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
12) Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
2 Gangguan pertukaran gas NOC : NIC :
b/d perubahan aliran darah, Respiratory Status : Gas exchange Airway Management
emboli, perubahan Respiratory Status : ventilation 1) Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
membran alveolar/kapiler Vital Sign Status 2) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
(interstisial, edema paru, 3) Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatn
kongesti) 4) Pasang mayo bila perlu
Kriteria Hasil : 5) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan 6) Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
oksigenasi yang adekuat 7) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
Memelihara kebersihan paru paru dan bebas 8) Lakukan suction pada mayo
dari tanda tanda distress pernafasan 9) Berika bronkodilator bial perlu
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara 10) Barikan pelembab udara
nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan 11) Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, 12) Monitor respirasi dan status O2
mampu bernafas dengan mudah, tidak ada
pursed lips) Respiratory Monitoring
Tanda tanda vital dalam rentang normal 1) Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
2) Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot
tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal
3) Monitor suara nafas, seperti dengkur
4) Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
5) Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan paradoksis)
6) Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan
7) Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan
ronkhi pada jalan napas utama
8) auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya
3 Gangguan mobilitas fisik NOC : Latihan Kekuatan
b/d kerusakan rangka Joint Movement : Active Ajarkan dan berikan dorongan pada klien untuk melakukan program
neuromuskuler, nyeri, Mobility Level latihan secara rutin
terapi restriktif Self care : ADLs Latihan untuk ambulasi
(imobilisasi). Transfer performance Ajarkan teknik Ambulasi & perpindahan yang aman kepada klien dan
keluarga.
Sediakan alat bantu untuk klien seperti kruk, kursi roda, dan walker
Beri penguatan positif untuk berlatih mandiri dalam batasan yang aman.
Kriteria Hasil : Latihan mobilisasi dengan kursi roda
Klien meningkat dalam aktivitas fisik Ajarkan pada klien & keluarga tentang cara pemakaian kursi roda & cara
Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas berpindah dari kursi roda ke tempat tidur atau sebaliknya.
Memverbalisasikan perasaan dalam Dorong klien melakukan latihan untuk memperkuat anggota tubuh
mmeningkatkan kekuatan dan kemampuan Ajarkan pada klien/ keluarga tentang cara penggunaan kursi roda
berpindah Latihan Keseimbangan
Memperagakan penggunaan alat Bantu untuk Ajarkan pada klien & keluarga untuk dapat mengatur posisi secara
mobilisasi (walker) mandiri dan menjaga keseimbangan selama latihan ataupun dalam
aktivitas sehari hari.
Perbaikan Posisi Tubuh yang Benar
Ajarkan pada klien/ keluarga untuk mem perhatikan postur tubuh yg
benar untuk menghindari kelelahan, keram & cedera.
Kolaborasi ke ahli terapi fisik untuk program latihan.
4 Gangguan integritas kulit NOC : NIC : Pressure Management
b/d fraktur terbuka, Tissue Integrity : Skin and Mucous Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
pemasangan traksi (pen, Membranes Hindari kerutan padaa tempat tidur
kawat, sekrup) Kriteria Hasil : Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
Melaporkan adanya gangguan sensasi atau Monitor kulit akan adanya kemerahan
nyeri pada daerah kulit yang mengalami Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan
gangguan Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
Menunjukkan pemahaman dalam proses Monitor status nutrisi pasien
perbaikan kulit dan mencegah terjadinya Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
sedera berulang
Mampumelindungi kulit dan mempertahankan
kelembaban kulit dan perawatan alami
5 Risiko infeksi b/d NOC : NIC :
ketidakadekuatan Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)
pertahanan primer Risk control Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
(kerusakan kulit, taruma Pertahankan teknik isolasi
jaringan lunak, prosedur Batasi pengunjung bila perlu
invasif/traksi tulang) Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung da
setelah berkunjung meninggalkan pasien
Kriteria Hasil : Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan
Menunjukkan kemampuan untuk mencegah Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
timbulnya infeksi Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
Jumlah leukosit dalam batas normal Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan
Menunjukkan perilaku hidup sehat petunjuk umum
Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing
Tingktkan intake nutrisi
Berikan terapi antibiotik bila perlu
Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
Monitor hitung granulosit, WBC
Monitor kerentanan terhadap infeksi
Batasi pengunjung
Saring pengunjung terhadap penyakit menular
Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
Pertahankan teknik isolasi k/p
Berikan perawatan kuliat pada area epidema
Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
Dorong masukkan nutrisi yang cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
Ajarkan cara menghindari infeksi
Laporkan kecurigaan infeksi
Laporkan kultur positif
6 Kurang pengetahuan NOC : NIC :
Kowlwdge : disease process
tentang kondisi, prognosis Teaching : disease Process
dan kebutuhan pengobatan Kowledge : health Behavior 1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang
b/d kurang terpajan atau Kriteria Hasil : proses penyakit yang spesifik
Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman
salah interpretasi terhadap 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
informasi, keterbatasan tentang penyakit, kondisi, prognosis dan berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
kognitif, kurang program pengobatan tepat.
akurat/lengkapnya Pasien dan keluarga mampu melaksanakan 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit,
informasi yang ada prosedur yang dijelaskan secara benar dengan cara yang tepat
Pasien dan keluarga mampu menjelaskan 4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
kembali apa yang dijelaskan perawat/tim 5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat
kesehatan lainnya 6. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara
yang tepat
7. Hindari harapan yang kosong
8. Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang tepat
9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan
untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau
proses pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
11. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second
opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara
yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan
cara yang tepat
14. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tep
DAFTAR PUSTAKA
Musliha, Keperawatan Gawat Darurat Plus Contoh Askep dengan pendekatan Nanda,
Wilkinson J M,. Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC
Wikipedia, http://en.wikipedia.org/wiki/Clavicle_fracture
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. J
Umur : 23 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat/ No. Telp : Jalan batujajar malang/085xxxxx
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
2. Keluhan Utama (Saat Pengkajian)
Klien mengatakan sakit pada bahu sebelah kanan
…………………………………………………………………………………………
………
…………………………………………………………………………………………
………
b) Breathing (Pernapasan)
1. Pengembangan Dada
√ Simetris √ Jejas (pada dada sebelah kiri)
Tidak Simetris Penetrating Injury
Takipnea Flail Chest
Retraksi ICS Sucking Chest Wounds
Cyanosis Deviasi Trakea
2. Nyeri Tekan
√Ada Tidak ada
Krepitasi
√ Ada Tidak ada
3. Suara Nafas
√ Vesikuler Vesikuler menurun atau menghilang
Ronchi Wheezing
4. Perkusi
√ Sonor Abnormal, Sebutkan :
c) Circulation (Sirkulasi)
Hipotensi Takikardia
Pucat √ Ektermitas Dingin
Penurunan Capillary Refill Hipotermia
Perdarahan Produksi Urin cc/jam :
2. Leher
Inspeksi : Tidak ada kelainan atau luka, leher nampak tegang saat meringis
Palpasi : Tidak teraba adanya hematoma
3. Bahu
Pasien mengatakan bahunya nyeri sebelah kanan sulit untuk digerakkan
4. Dada
Thoraks :
I : Tampak luka lecet/jejas pada dada sebelah kiri + 4 cm, jejas pada daerah
kalavikula
sebelah kanan (bengkak dan lebam), nafas cepat dan dangkal
P : Terasa adanya krepitasi pada tulang klavikula
A : Simetris antara kedua paru
Jantung :
A : Tidak ada BJ tambahan
5. Perut
I : Tampak penggunaan otot-otot perut saat klien bernafas
P : Tidak teraba adanya massa
P : Tidak kembung
A : Terdengar bising usus
C. Assesment
1) Perubahan pola nafas berhubungan dengan adanya gangguan muskuloskeletal
2) Nyeri akut berhubungan dengan pergeseran fragmen tulang
3) …………………………………………………………………………………………
………
4) …………………………………………………………………………………………
………
D. Perencanaan dan Implementasi
Tentukan Prioritas (P1, P2, P3, P4) : P2
Tindakan Keperawatan (Dibuat dalam bentuk tindakan dalam tiap jam) :
……………………….
No. Tanggal Jam/ Waktu Tindakan Evaluasi Setelah
Tindakan
1 16/4/2020 10.00 Memantau pola nafas S : Klien mengatakan
klien sesaknya berkurang
Mengkaji tanda-tanda O : Klien nampak
vital tenang
Mengatur posisi sesuai RR : 20 x/menit
keinginan klien A : Masalah teratasi
Memberikan O2 nasal P : - Pertahankan
kanul 2 Lpm posisi klien
Memasang infus dengan - Lanjutkan
cairan RL 20 tts/menit Pemberian O2 nasal
P:
- Lanjutkan
immobilisasi pada
daerah bahu sampai
tangan kanan
- Ingatkan klien
tentang tehnik
relaksasi
- Kaji skala nyeri
Catatan : Dokumentasi atau catatan keperawatan gawat darurat berisikan catatan dalam
bentuk tindakan keperawatan mandiri, tindakan dan terapi medis serta pemeriksaan
penunjang (laboratorium, radiologi, dan lain - lain).
E. Evaluasi
1. Airway
Tidak terdapat sumbatan jalan nafas
2. Breathing
Pernafasan spontan, Terpasang O2 nasal 2 liter/menit, RR : 20x/menit
3. Circulation
Akral dingin
4. Disability
GCS : E4V5M6
Nyeri yang dirasakan hilang timbul, klien sekali-kali masih tampak meringis
5. Exposure
Terdapat trauma pada pasien
Oleh
Resume Asma Bronchial pada Ny.S dengan Asma Bronchial di IGD RST Soepraoen Malang
Malang, 2020
( ) ( )
FORMAT RESUME