Anda di halaman 1dari 63

METODE EDUKASI ROLE PLAY PADA PASIEN STROKE

disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Kronis
Dosen pengampu : Alfrina hany, S.Kp, M.Ng

Disusun oleh Kelompok 2 :

Sarihon Sita H.R.P 185070209111026


Ani Juwita 185070209111027
Rizki Taufikur Rahman 185070209111028
Jeferson Margasaputra M 185070209111029
Venty Aprilia Putri 185070209111030
Christine Ivana Delphian 185070209111031
Chandra Maslikha 185070209111032
Sagung Manik D.P.D 185070209111033
Ghita Rahayu Aprliana 185070209111034
Ratih Arum Vatmasari 185070209111035
Muhammad Syaifulloh M 185070209111036
Zakiya Isnaini Fitri 185070209111037
Lina Anggraeni 185070209111038
Haris Petriano 185070209111039
Dimas Dwi Adi Prakoso 185070209111040
Elly Suryati 185070209111041
Ema Drakel 185070209111042
Rossyta 185070209111043
Helmi Nindra Agustin 185070209111044
Anastasia Intan Pradana 185070209111045
Ainur Rohmah 185070209111046
Arni Juniwati 185070209111047
Eka Nurul Siam 185070209111048
Regina Hege 185070209111049
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
JURUSAN ILMU KEPERAWATAN PROGRAM ALIH JENJANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
TAHUN 2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq,
hidayah, dan inayah-Nya sehingga kelompok 2 dapat menyelesaikan Makalah
Metode edukasi role play pada pasien stroke. Penulis mengucapkan terimakasih
kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa, karena telah menjadi pedoman bagi saya untuk
menyelesaikan makalah ini.
2. Alfrina Hany, S.Kp, M.Ng sebagai dosen pembimbing yang memberi
motivasi bagi kami.

Kelompok 2 menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan. Harapan kelompok, makalah ini memberikan manfaat di dunia
pendidikan, khususnya dalam bidang kesehatan.

Malang, 30 November 2018

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

Sampul .................................................................................................... i

Kata Pengantar ....................................................................................... ii

Daftar Isi ................................................................................................. iii

Daftar Lampiran ..................................................................................... iv

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 01
1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 02
1.3 Tujuan ................................................................................... 02

II. KONSEP TEORI


2.1 Definisi Stroke ...................................................................... 03
2.2 Klasifikasi ............................................................................. 03
2.3 Etiologi ................................................................................. 05
2.4 Patofisiologi ..................................................................... 08
2.5 Pathway ............................................................................ 10
2.6 Manifeestasi Klinis ............................................................... 11
2.7 Komplikasi ...................................................................... 11
2.8 Pemeriksaan Penunjang .................................................. 12
2.9 Penatalaksanaan Medis ........................................................ 13

III. PENERAPAN METODE PADA PASIEN STROKE


3.1Role Playing ...................................................................... 18
3.2 Penerapan Pada Edukasi Pasien Stroke ..................... 21
3.3 Range Of Motion (ROM) ................................................ 22

IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan ...................................................................... 37
4.2 Saran ................................................................................ 37

Daftar Pustaka ........................................................................................ 39

iii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 : Satuan Acara Penyuluhan ROM ................................... 35


2. Lampiran 2 : Leaflet ........................................................................... 53

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Stroke telah menjadi momok bagi masyarakat luas, sekalipun stroke
merupakan penyakit yang cukup lama telah dikenal tetapi harus diakui
sebagian besar dari kita belum benar-benar memahami apakah stroke itu.
Karena dengan perkembangannya yang pesat, mungkin juga ada beberapa
informasi baru yang belum kita ketahui. Kita tahu bahwa stroke berarti
terjadinya kelumpuhan setengan badan secara mendadak yang disertai
dengan gangguan bicara(Junaidi, 2010).
Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus
ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak
yang timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan
peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja
(Muttaqin, 2008).
Stroke merupakan penyebab kematian ketiga di dunia setelah penyakit
jantung koroner dan kanker baik di negara maju maupun negara
berkembang. Satu dari 10 kematian disebabkan oleh stroke (Stroke forum,
2015). Secara global, 15 juta orang terserang stroke setiap tahunnya, satu
pertiga meninggal dan sisanya mengalami kecacatan permanen (Stroke
forum, 2015).
stroke juga merupakan penyakit yang membutuhkan penanganan
lanjutan setelah stroke terlewati, dikarenakan sering ditemukan stroke
menyebabkan gangguan fungsi tubuh terutama fungsi gerak, sehingga
diperlukan adanya peran dari keluarga, dalam model keperawatan kronis
yang berfokus pada peningkatan kualitas hidup pasien kronis termasuk
stroke, edukasi yang tepat sangat penting, edukasi pada pasien stroke.
Salah satu metode edukasi yaitu metode role play, metode roleplay sangat
bermanfaat dalam melatih pasien untuk mampu melakukan latihan-latihan

1
fisik secara mandiri maupun dibantu keluarga, metode ini lebih
menekankan pada peran keluarga sebagai perawat pasien di rumah dan
meningkatkan self management pasien.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian dari stroke ?
2. Apa saja klasifikasi stroke ?
3. Apa etiologi dari stroke ?
4. Bagaimana patofisiologi stroke ?
5. Bagaimana pathway stroke ?
6. Apa saja manifestasi klinik dari stroke ?
7. Apa saja komplikasi yang disebabkan oleh stroke ?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang pada stroke ?
9. Bagaimana penatalaksanaan medis pada stroke ?
1.3 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana penerapan metode edukasi role playing pada
pasien dengan penyakit Stroke.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui landasan teori/konsep dasar tentang Stroke
(Definisi stroke, Klasifikasi stroke, Etiologi stroke,
Patofisiologi stroke, Pathway, Manifestasi, Komplikasi,
Pemeriksaan penunjang, Penatalaksanaan medis).
b. Mengetahui landasan teori/konsep dasar Role Playing
c. Mengetahui bagaimana penerapannya pada edukasi pasien
stroke
d. Mengetahui landasan teori/konsep dasar Role Playing

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI STROKE


Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan
harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi
otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan
peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja
(Muttaqin, 2008).
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskuler.
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran
darah otak (Corwin, 2009). Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah 
kehilangan fungsi otak yang diakibatkan  oleh berhentinya suplai darah ke
bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama
beberapa tahun (Smeltzer et al, 2013).

2.2. KLASIFIKASI
1. Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya,
yaitu: (Muttaqin, 2008)
a. Stroke Hemoragi,
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan
subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak

3
pada daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan
aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat.
Kesadaran pasien umumnya menurun. Perdarahan otak dibagi dua,
yaitu:
1) Perdarahan intraserebra
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama
karena hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam
jaringan otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak,
dan menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi
cepat, dapat mengakibatkan kematian mendadak karena
herniasi otak. Perdarahan intraserebral yang disebabkan karena
hipertensi sering dijumpai di daerah putamen, thalamus, pons
dan serebelum.
2) Perdarahan subaraknoid
Pedarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau
AVM. Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah
sirkulasi willisi dan cabang-cabangnya yang terdapat diluar
parenkim otak.Pecahnya arteri dan keluarnya keruang
subaraknoid menyebabkan TIK meningkat mendadak,
meregangnya struktur peka nyeri, dan vasospasme pembuluh
darah serebral yang berakibat disfungsi otak global (sakit
kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparase,
gangguan hemisensorik, dll)
b. Stroke Non Hemoragi
Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral,
biasanya terjad i saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur
atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia
yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema
sekunder. Kesadaran umumnya baik.
2. Menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya, yaitu:

4
a. TIA (Trans Iskemik Attack) gangguan neurologis setempat yang
terjadi selama beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala
yang timbul akan hilang dengan spontan dan sempurna dalam
waktu kurang dari 24 jam.
b. Stroke involusi: stroke yang terjadi masih terus berkembang
dimana gangguan neurologis terlihat semakin berat dan bertambah
buruk. Proses dapat berjalan 24 jam atau beberapa hari.
c. Stroke komplit: dimana gangguan neurologi yang timbul sudah
menetap atau permanen . Sesuai dengan istilahnya stroke komplit
dapat diawali oleh serangan TIA berulang.

2.3. ETIOLOGI
Penyebab stroke menurut Arif Muttaqin (2008):
1. Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami
oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat
menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya. Thrombosis biasanya
terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini
dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan
tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan
gejala neurologis memburuk pada 48 jam setelah trombosis.
Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis
otak:
a. Aterosklerosis
Aterosklerosis merupakan suatu proses dimana terdapat
suatu penebalan dan pengerasan arteri besar dan menengah
seperti koronaria, basilar, aorta dan arteri iliaka (Ruhyanudin,
2007). Aterosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah
serta berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding
pembuluh darah. Manifestasi klinis atherosklerosis

5
bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi melalui
mekanisme berikut:
1) Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan
berkurangnya aliran darah.
2) Oklusi mendadak pembuluh darah  karena terjadi
trombosis.
3) Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian
melepaskan kepingan thrombus (embolus).
4) Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma
kemudian robek dan terjadi perdarahan.
b. Hyperkoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/
hematokrit meningkat dapat melambatkan aliran darah
serebral.
c. Arteritis( radang pada arteri )
d. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh
darah otak oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada
umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang
terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli
tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-
30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan
emboli:
1) Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik
Heart Desease (RHD).
2) Myokard infark
3) Fibrilasi. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai
bentuk pengosongan ventrikel sehingga darah terbentuk
gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali
dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil.

6
4) Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri,
menyebabkan terbentuknya gumpalan-gumpalan pada
endocardium.
2. Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan
dalam ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri.
Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi.
Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan
darah kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan,
pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan, sehingga
otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark
otak, oedema, dan mungkin herniasi otak.
3. Hipoksia Umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah:
a. Hipertensi yang parah
b. Cardiac Pulmonary Arrest
c. Cardiac output turun akibat aritmia
4. Hipoksia Setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat
adalah:
a. Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subarachnoid.
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.

7
2.4. PATOFISIOLOGI
Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di
otak. Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan
besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area
yang disuplai oleh pembuluh darah yang  tersumbat. Suplai darah ke otak
dapat berubah (makin lmbat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus,
emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan
umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Atherosklerotik
sering/ cenderung sebagai faktor penting terhadap otak, thrombus dapat
berasal dari flak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang
stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi.
Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai
emboli dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan; iskemia jaringan
otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan
kongesti disekitar area. Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih
besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam
beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan
berkurangnya edema pasien mulai menunjukan perbaikan. Oleh karena
thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi
pada pembuluh darah serebral oleh  embolus menyebabkan edema dan
nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada
dinding pembukluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau
jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat
menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan
menyebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau ruptur.
Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik
dan hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas
akan menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit
cerebro vaskuler, karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa

8
otak, peningkatan tekanan intracranial dan yang lebih berat dapat
menyebabkan herniasi otak.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer
otak, dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke
batang otak. Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga
kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus dan pons.
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia
cerebral. Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel
untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversibel bila anoksia lebih
dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang
bervariasi salah satunya henti jantung.
Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang
relatif banyak akan mengakibatkan peningian tekanan intrakranial dan
mentebabkan menurunnya tekanan perfusi otak serta terganggunya
drainase otak. Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade
iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron
di daerah yang terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi.
Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Apabila volume
darah lebih dari 60 cc maka resiko kematian sebesar 93 % pada perdarahan
dalam dan 71 % pada perdarahan lobar. Sedangkan bila terjadi perdarahan
serebelar dengan volume antara 30-60 cc diperkirakan kemungkinan
kematian sebesar 75 % tetapi volume darah 5 cc dan terdapat di pons
sudah berakibat fatal. (Misbach, 1999 cit Muttaqin 2008)

9
2.5. PATHWAY
  

2.6. MANIFESTASI KLINIS


10
Stoke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak
adekuat dan jumlah aliran darah kolateral. Stroke akan meninggalkan
gejala sisa karena fungsi otak tidak akan membaik sepenuhnya.
1. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau
hemiplegia)
2. Lumpuh pada salah satu sisi wajah  anggota badan (biasanya
hemiparesis) yang timbul mendadak.
3. Tonus otot lemah atau kaku
4. Menurun atau hilangnya rasa
5. Gangguan lapang pandang “Homonimus Hemianopsia”
6. Afasia (bicara tidak lancar atau kesulitan memahami ucapan)
7. Disartria (bicara pelo atau cadel)
8. Gangguan persepsi
9. Gangguan status mental
10. Vertigo, mual, muntah, atau nyeri kepala.

2.7. KOMPLIKASI
Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi,
komplikasi ini dapat dikelompokan berdasarkan:
1. Berhubungan dengan immobilisasi  infeksi pernafasan, nyeri pada
daerah tertekan, konstipasi dan thromboflebitis.
2. Berhubungan dengan paralisis          nyeri pada daerah punggung,
dislokasi sendi, deformitas dan terjatuh
3. Berhubungan dengan kerusakan otak  epilepsi dan sakit kepala.
4. Hidrocephalus
Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang
mengontrol respon pernapasan atau kardiovaskuler dapat meninggal.

2.8. PEMERIKSAAN PENUNJANG

11
1. Angiografi serebral
Menentukan penyebab stroke scr spesifik seperti perdarahan atau
obstruksi arteri.
2. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT).
Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga
mendeteksi, melokalisasi, dan mengukur stroke (sebelum nampak oleh
pemindaian CT).
3. CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan
posisinya secara pasti.
4. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan
bsar terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang
mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
5. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan
dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunya impuls listrik
dalam jaringan otak.
6. Pemeriksaan laboratorium
a. Lumbang fungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai
pada perdarahan yang masif, sedangkan pendarahan yang kecil
biasanya warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu
hari-hari pertama.
b. Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)
c. Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi
hiperglikemia.
d. Gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan
kemudian berangsur-rangsur turun kembali.

12
e. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah
itu sendiri.
2.9. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital
dengan melakukan tindakan sebagai berikut:
1. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan
lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi,
membantu pernafasan.
2. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk
untuk usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
3. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat
mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-
latihan gerak pasif.
5. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
6. Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi
kepala yang berlebihan,
Beberapa pengobatan konservatif yang dapat dilakukan dalam
menangani stroke adalah :
1. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara
percobaan, tetapi maknanya: pada tubuh manusia belum dapat
dibuktikan.
2. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra
arterial.
3. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat
reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi
alteroma.
4. Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/
memberatnya trombosis atau emboli di tempat lain di sistem
kardiovaskuler.

13
Tujuan utama pengobatan pembedahan adalah memperbaiki aliran
darah cerebral. Pembedahan yang di lakukan dapat seperti :
1. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu
dengan membuka arteri karotis di leher.
2. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan
manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA.
3. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
4. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.

2.10 Aplikasi model keperawatan kronis / chronic care model


Stroke merupakan penyakit yang memerlukan perawatan lama dan
pemulihan yang lama sehingga perlu adanya penerapan model keperawatan kronis
dimana akan berhasil jika ada interaksi yang produktif antara pasien dan tim
kesehatan.
Stroke sendiri merupakan penyakit yang membutuhkan kerja sama antar
sesama tenaga profesional kesehatan dalam proses pemulihannya. Tujuan model
ini adalah untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.

Chronic Care Model

Community Health System


Resources and Health Care Organization
Policies
Clinical
Self- Delivery
Decision Information
Management System
Support Systems
Support Design

Informed, Prepared,
Productive
Activated Proactive
Interactions Practice Team
Patient

Improved Outcomes

14
1. Community :

Dalam komiunitas, untuk kegiatan yang berkaitan dengan stroke sudah


ada seperti prolanis, fasilitas homecare, telemedicine.

2. Health system / sistem layanan kesehatan :

Menurut AHA/ASA guidline seting layanan yang harusnya tersedia bagi


pasien adalah inormasi mengenai program rehabilitasi, pencegahan dan
manajemen penngobatan, pengkajian, perbaikan sensorimotor dan aktivitas
serta perawatan transisi dan rehabilitasi di komunitas. Untuk saat ini sistem
layanan kesehatan pada pasien stroke maupun post stroke sendiri sudah mulai
berjalan di rumah sakit-rumah sakit di Indonesia maupun di komunitas namun
belum begitu terlihat di komunitas.

3. Self management support :

Kemandirian pasien merupakan salah satu tujuan dari model


keperawatan kronis sehingga akan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Kemandirian pada pasien stroke terutama dalam aktivitas sehari-hari sesuai
kemampuan pasien. Dalam edukasi pasien stroke, role playing dan simulasi
merupakan metode yang cukup baik untuk membantu pasien aktif dalam
edukasi dan lebih mudah memahami apa yang diajarkan dengan
memerankan langsung tugasnya.
Tidak hanya dalam latihan fisik tapi role playing ini juga bisa
dilakukan untuk melatih pasien melakukan manajemen pengobatannya.
4. Clinical information system
Mengikuti perkembangan jaman, akses akan informasi juga
semakin dikembangkan terutama untuk memudahkan pasien dan
masyarakat untuk mendapatkan informasi yang tepat berkaitan
dengan kondisi kesehatannya dan informasi kesehatan lainnya. Di
Indonesia sistem informasi ini sudah di lakukan oleh Telkom
dalam bentuk telemedicine yang bernamaa E-Health yang dapat
diakses secara online.
Beberapa daerah seperti Surabaya, Bojonegoro juga telah memiliki
aplikasinya tersendiri.
15
Selain itu informasi juga bisa didapatkan di layanan publik terdekat
di komunitas yang dapat diakses pasien.
5. Decision support :
Menurut AHA/ASA Guidlines penting dalam seting perawatan pasien post
stroke akut adalah ketersediaan penunjang kesehatan untuk pemulihan
pasien dalam hal inni ada 5 yaitu :
a. Inpatient Rehab Facilities (IRFs) : perawatan di rumah sakit
untuk pasien stroke dengan level yang membutuhkan
perawatan rehabilitasi intensif dengan pemantauan khusus
dari dokter.
b. Skilled Nursing Facilities (SNFs) : menyediakan perawatan
rehabilitasi untuk penderita stroke yang membutuhkan
perawatan atau layanan keterampilan spesifik
c. Nursing Homes : perawatan jangka panjang seperti panti
jompo pada individu yang tidak mampu hidup dalam
masyarakat
d. Long-Term Acute Care Hospital (LTACs) : perawatan
medis dan rehabilitasi untuk pasien stroke dengan
kebutuhan medis yang kompleks yang dihasilkan dari
kombinasi kondisi akut dan kronis. (seperti ketergantungan
ventilator)
e. Home : ketersediaan rehabilitasi rawat jalan.

16
6. Delivery system redesign : rekomendasi giudline bagi perubahan transisi
antara seting perawatan adalah dengan memberikan perawatan
interprofesional pada pasien melalui koordinasi organisasi, organisasi
berbasis komunnitas dan rekomendasi koordinasi interprofesional
rehabilitasi pada pasien di komunitas atau dalam seting rumah perawatan.
Metode alternatif yang rasional dalam komunikasi dan suport juga penting
dalam sistem layanan kesehatan pasien.
Peran tim multi disiplin sangat penting dalam rehabilitasi pasien stroke
meliputi , neurologi, perawat rehabilitasi, fisioterapist, fisik, bicara dan
terapi bahasa, pekerja sosial, psikiatri/psikolog, konseling.

17
BAB III
PENERAPAN METODE PADA PASIEN STROKE

3.1 ROLE PLAYING


1. Pengertian Role playing
Menurut Husein Achmad (dalam Hidayati, 2004:93) role playing
adalah salah satu bentuk permainan pendidikan yang dipakai untuk
menjelaskan peranan, sikap, tingkah laku dan nilai dengan tujuan
menghayati perasaan, sudut pandang dan cara berpikir orang lain.
Metode role playing ditekankan kepada individu siswa dalam
memerankan suatu tokoh.
Menurut Sugihartono (2006: 83) metode role playing adalah
metode pembelajaran melalui pengembangan imajinasi dan
penghayatan siswa dengan cara memerankan suatu tokoh baik tokoh
hidup maupun mati, sehingga siswa berlatih untuk menghayati dan
terampil memakai materi yang dipelajari. Melalui metode ini dapat
melibatkan tiga aspek yaitu koognitif, efektif dan psikomotor.

2. Tujuan dan Manfaat Role Playing


Menurut Mukminan (dalam Hidayati, 2004: 95), tujuan dan
manfaat metode role playing adalah sebagai berikut :
a. Agar siswa menghayati suatu kejadian atau hal yang sebenarnya
dalam realita hidup
b. Agar siswa memahami apa yang menjadi sebab dari sesuatu
serta bagaimana akibatnya
c. Mempertajam indra dan rasa siswa terhadap sesuatu
d. Sebagai penyaluran atau pelepasan ketegangan dan perasaan-
perasaan
e. Sebagai alat mendiagnosa keadaan kemampuan siswa
f. Pembentukan konsep dari suatu peran tertentu secara mandiri

18
g. Menggali peranan-peranan dan figur seseorang dalam suatu
kehidupan, kejadian atau kegiatan
h. Membina kemampuan siswa dalam mengendalikan dan
memperbaharui perasaan cara berpikir, dan perbuatannya

3. Kekurangan dan Kelebihan metode role playing


Menurut Roestiyah (2001: 92-93) metode role playing memiliki
kelebihan dan kekurangan sebagai berikut :
a. Kelebihan metode role playing
 Meningkatkan keterampilan berbicara
 dapat menciptakan sesuatu yang beratmosphere shingga
menghasilkan kesan yang baik
 role play dapat memberikan kesenangan yang bermanfaat
 dapat membangkitkan ketenangan dalam menyampaikan dan
mendengarkan penyampaian serta mengurangi ketegangan
 membangkitkan rasa percaya diri dan keberanian
 meningkatkan kualitas bahasa seseorang
 membuat anggota kelompok lebih aktif
 mengatasi rasa takut
 merangsang imajinasi dan kemampuan verbal dalam kelompok
 memberikan kemudahan dalam menagkap pesan-pesan yang
ada
b. kekurangan metode role playing
 sedikit rumit dalam pelaksanaannya
 perlu persiapan matang
 waktu yang dibutuhkan cukup banyak
 perlu keterampilan dalam mengkoordinasi pelaksanaannya

Sedangkan menurut Djamarah dna Zain (2002: 89-90) metode role

19
playing mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan sebagai
berikut :
a. Kelebihan
 Siswa melatih dirinya untuk memahami, menghayati isi cerita
secara keseluruhan, terutama untuk materi yang harus
diperankan.
 Siswa akan berlatih untuk berinisiatiff dan berkreatif. Pada
waktu bermain peran, para pemain dituntut untuk
mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang
tersedia.
 Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk.
 Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi
tanggung jawab dengan sesama
 Kerja sama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina
dengan sebaik-baiknya.
 Bahasa lissan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang lebih
baik agar mudah dipahami orang lain.
b. Kekurangan
 Peserta yang tidak ikut bermain peran menjadi kurang aktif
 Banyak memakan waktu
 Memerlukan tempat yang cukup luas

4. Langkah-langkah pelaksanaan metode role playing :


a. Pemilihan masalah oleh pemateri
b. Pemateri meilih peran yang sesuai dengan permasalahan yang
akan dibahas serta mendeskripsikan karakter dan apa yang harus
dikerjakan
c. Pemateri menyusun tahap-tahap bermain peran
d. Menyediakan pengamat/observer kegiatan
e. Peserta didik melakukan aksi sesuai perannya masing-masing
20
f. Diskusi dan evaluasi dipimpin oleh pemateri untuk membahas
masalah-masalah serta pertanyaan yang muncul dari peserta
g. Pengambilan kesimpulan oleh pemateri
Menurut Hidayati (2004: 96) langkah pembelajaran metode role
playing adalah sebagai berikut :
a. Pemahaman (pengantar serta pembahasan kriteria dari guru)
b. Memilih peran
c. Menyiapkan penonton sebagai observer
d. Mengatur panggung atau lingkungan
e. Bermain peran
f. Diskusi dan evaluasi
g. Permainan berikutnya
h. Diskusi lebih lanjut
i. Generalisasi

3.2 PENERAPAN PADA EDUKASI PASIEN STROKE


Dalam model keperawatan kronis yang berfokus pada peningkatan
kualitas hidup pasien kronis edukasi yang tepat sangat penting. Edukasi
pasien stroke, terutama dalam kelompok, metode edukasi role play sangat
bermanfaat dalam melatih pasien untuk mampu melakukan latihan-latihan
fisik secara mandiri maupun dibantu keluarga.
Sesuai dengan pengertiannya, promosi kesehatan menggunakan metode ini
lebih menekankan pada peran keluarga sebagai perawat pasien di rumah
dan meningkatkan self management pasien.
Dari langkah-langkahnya yang perlu dipersiapkan perawat dalam
melakukan role play bersama pasien dan keluarga adalah :
a. Pemilihan masalah : dalam kasus pasien stroke masalah yang
paling sering di hadapi adalah kemampuan mobilisasi dan latihan
fisik
b. Pemateri meilih peran yang sesuai dengan permasalahan yang akan

21
dibahas serta mendeskripsikan karakter dan apa yang harus
dikerjakan. Pada promosi kesehatan lenih tepatnya fase ini
meminta pasien atau keluarga bersama dengan perawat menjadi
instruktur latihan fisik atau senam.
c. Pemateri menyusun tahap-tahap bermain peran
Fase ini merupakan fase dimana perawat menentukan tahap-tahap
kegiatan serta menjelaskan apa yang harus dilakukan pasien atau
keluarga pasien sesuai perannya
d. Menyediakan pengamat/observer kegiatan
Pengamat atau observer bisa pasien dan keluarga sendiri, namun
lebih baik jika dari perawat untuk menilai jalannya kegiata
sehingga pasien dan keluarga semua ikut terlibat dalam kegiatan.
e. Peserta didik melakukan aksi sesuai perannya masing-masing.
Melakukan latihan fisik sesuai instruksi pengajar dan instruktur
yang telah ditentukan
f. Diskusi dan evaluasi dipimpin oleh pemateri untuk membahas
masalah-masalah serta pertanyaan yang muncul dari peserta.
Peserta latihan diberikan kesempatan untuk memberikan
pertanyaan serta kesulitan yang dihadapi dalam melakukan
kegiatan.
g. Pengambilan kesimpulan oleh pemateri.

3.3 RANGE OF MOTION (ROM)


1. Definisi Range Of Motion (ROM)
ROM (Range of Motion) adalah jumlah maksimum gerakan yang
mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh,
yaitu sagital, transversal, dan frontal. Potongan sagital adalah garis
yang melewati tubuh dari depan ke belakang membagi tubuh menjadi
bagian kiri dan kanan, contoh gerakan fleksi dan ekstensi pada jari
tangan dan siku serta gerakan hiperekstensi pada pinggul. Potongan

22
frontal melewati tubuh dari sisi ke sisi dan membagi tubuh menjadi
bagian depan dan belakang, contoh gerakannya abduksi dan adduksi
pada lengan dan tungkai serta eversi dan inversi pada kaki. Sedangkan
potongan transversal adalah garis horizontal yang membagi tubuh
menjadi bagian atas dan bawah, contoh gerakannya supinasi dan
pronasi pada tangan, rotasi internal dan eksternal pada lutut, dan
dorsofleksi dan plantar fleksi pada kaki (potter & perry, 2006).
Pengertian ROM lainnya adalah latihan gerakan sendi yang
memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien
menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal
baik secara aktif ataupun pasif. Range Of Motion (ROM), adalah
gerakan yang dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi yang
bersangkutan. Range Of Motion dibagi menjadi dua jenis yaitu ROM
aktif dan ROM pasif. (Suratun, Heryati,Manurung, & Raenah, 2008).
Latihan ROM ialah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan
atau memeperbaiki kemampuan menggerakkan persendian secara
normal dan lengkap untuk meningkatan masa dan tonus otot sehingga
dapat mencegah kelainan bentuk, kekakuan, dan kontraktur
(Nurhidayat, et al, 2014)
Latihan range of motion adalah kegiatan latihan yang bertujuan
untuk memelihara fleksibilitas dan mobilitas sendi (Tseng,et all,
2007). Latihan ROM dapat menggerakkan persendian seoptimal dan
seluas mungkin sesuai kemampuan seseorang dan tidak menimbulkan
rasa nyeri pada sendi yang digerakkan. Adanya pergerakan pada
persendian akan menyebabkan terjadinya peningkatan aliran darah ke
dalam kapsula sendi. Ketika sendi digerakkan, permukaan kartilago
antara kedua tulang akan saling bergesekan. Kartilago banyak
mengandung proteoglikans yang menempel pada asam hialuronat
yang bersifat hidrophilik. Adanya penekanan pada kartilago akan
mendesak air keluar dari matriks sinovial. Bila tekanan berhenti maka

23
air yang keluar ke cairan sinovial akan ditarik kembali dengan
membawa nutrisi dari cairan (Ulliya, et al., 2007).

2. Tujuan ROM
Menurut Tseng, et al. (2007), Rhoad & Meeker (2009), Smith, N.
(2009) dan Smeltzer & Bare (2008), tujuan latihan ROM adalah
sebagai berikut :
a. Mempertahankan fleksibilitas dan mobilitas sendi
b. Mengembalikan kontrol motoric
c. Meningkatkan/mempertahankan integritas ROM sendi dan
jaringan lunak
d. Membantu sirkulasi dan nutrisi synovial
e. Menurunkan pembentukan kontraktur terutama pada ekstremitas
yang mengalami paralisis.
f. Memaksimalkan fungsi ADL
g. Mengurangi atau menghambat nyeri
h. Mencegah bertambah buruknya system neuromuscular
i. Mengurangi gejala depresi dan kecemasan
j. Meningkatkan harga diri
k. Meningkatkan citra tubuh dan memberikan kesenangan

3. Klasifikasi ROM
Menurut (Suratun,Heryati,Manurung, & Raenah, 2008) klasifikasi
ROM sebagai berikut:
a. ROM aktif adalah latihan ROM yang dilakukan sendiri oleh
pasien tanpa bantuan perawat dari setiap gerakan yang
dilakukan. Indikasi ROM aktif adalah semua pasien yang
dirawat dan mampu melakukan ROM sendii dan kooperatif
b. ROM pasif adalah latihan yang di berikan kepada klien yang
mengalami kelemahan otot lengan maupun otot kaki berupa

24
latihan pada tulang maupun sendi dimana klien tidak dapat
melakukannya sendiri, sehingga klien memerlukan bantuan
perawat atau keluarga. Indikasi ROM Pasif : Pasien yang
keterbatasan fisik, pasien yang termobilisasi ditempat tidur
maupun di kursi roda, kondisi yang tidak memungkinkan
melakukan ROM sendiri.
.
4. Prinsip Latihan ROM
Prinsip Dasar Latihan ROM antara lain :
a. ROM harus diullangi sekitar 8 kali dan dikerjakan 2 kali sehari
b. ROM dilakukan perlahan dan berhati-hati sehingga tidak
melelahkan pasien
c. Bagian tubuh yang dapat dilakukan latihan ROM adalah leher,
jari, lengan, siku, bahu tumit, kaki, dan pergelangan kaki
d. ROM dapat dilakukan pada semua persendian atau hanya pada
bagian-bagian yang dicurigai mengalami proses penyakit
e. Memperhatikan umur, diagnosa, TTV, dan tirah baring.
f. Melakukan ROM harus sesuai waktunya, missal setelah manda
atau perawatan rutin telah dilakukan (Suratun et al, 2008)

5. Kontraindikasi ROM
a. Latihan ROM tidak boleh diberikan apabila gerakan dapat
mengganggu proses penyembuhan cedera
b. ROM tidak boleh dilakukan bila respon pasien atau kondisinya
membahayakan (life threatening)
c. PROM dilakukan secara hati-hati pada sendi-sendi besar,
sedangkan AROM pada persendian dan kaki untuk
meminimalisasi venous stasis dan pembentukan thrombus.
d. Pada keadaan setelah infark miokard, operasi arteri koronaria,
dan lain-lain, AROM pada ekstremitas atas masih dapat

25
diberikan dalam pengawasan yang ketat.

6. Gerakan ROM Aktif


Ada berbagai macam gerakan ROM, yaitu :
a. Fleksi, yaitu berkurangnya sudut persendian.
b. Ekstensi, yaitu bertambahnya sudut persendian.
c. Hiperekstensi, yaitu ekstensi lebih lanjut.
d. Abduksi, yaitu gerakan menjauhi dari garis tengah tubuh.
e. Adduksi, yaitu gerakan mendekati garis tengah tubuh.
f. Rotasi, yaitu gerakan memutari pusat dari tulang.
g. Eversi, yaitu perputaran bagian telapak kaki ke bagian luar,
bergerak membentuk sudut persendian.
h. Inversi, yaitu putaran bagian telapak kaki ke bagian dalam
bergerak membentuk sudut persendian.
i. Pronasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan
tangan bergerak ke bawah.
j. Supinasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan
tangan bergerak ke atas.
k. Oposisi, yaitu gerakan menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari
tangan pada tangan yang sama.

Menurut Potter & Perry, (2005), ROM terdiri dari gerakan pada
persendian sebagai berikut:
a. Leher, Spina, Serfikal
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakan dagu menempel ke rentang 45°
dada,
Ekstensi Mengembalikan kepala ke posisi rentang 45°
tegak,
Hiperektensi Menekuk kepala ke belakang sejauh rentang 40-

26
mungkin, 45°
Fleksi Memiringkan kepala sejauh rentang 40-
lateral mungkin sejauh mungkin 45°
kearah setiap bahu,
Rotasi Memutar kepala sejauh mungkin rentang
dalam gerakan sirkuler, 180°

b. Bahu
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menaikan lengan dari posisi di rentang
samping tubuh ke depan ke 180°
posisi di atas kepala,
Ekstensi Mengembalikan lengan ke posisi di rentang
samping tubuh, 180°
Hiperektensi Mengerkan lengan kebelakang rentang 45-
tubuh, siku tetap lurus, 60°
Abduksi Menaikan lengan ke posisi samping rentang
di atas kepala dengan telapak 180°
tangan jauh dari kepala,
Adduksi Menurunkan lengan ke samping rentang
dan menyilang tubuh sejauh 320°
mungkin,
Rotasi Dengan siku pleksi, memutar bahu rentang 90°
dalam dengan menggerakan lengan
sampai ibu jari menghadap ke
dalam dan ke belakang,
Rotasi luar Dengan siku fleksi, menggerakan rentang 90°
lengan sampai ibu jari ke atas
dan samping kepala,
Sirkumduksi Menggerakan lengan dengan rentang
lingkaran penuh, 360°

c. Siku
Gerakan Penjelasan Rentang
27
Fleksi Menggerakkan siku sehingga lengan rentang
bahu bergerak ke depan sendi 150°
bahu dan tangan sejajar bahu,
Ektensi Meluruskan siku dengan menurunkan rentang
tangan, 150°

d. Lengan bawah
Gerakan Penjelasan Rentang
Supinasi Memutar lengan bawah dan tangan rentang 70-
sehingga telapak tangan 90°
menghadap ke atas,
Pronasi Memutar lengan bawah sehingga rentang 70-
telapak tangan menghadap ke 90°
bawah,

e. Pergelangan tangan
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakan telapak tangan ke rentang 80-
sisi bagian dalam lengan 90°
bawah,
Ekstensi Mengerakan jari-jari tangan rentang 80-
sehingga jari-jari, tangan, 90°
lengan bawah berada dalam
arah yang sama,
Hiperekstensi Membawa permukaan tangan rentang 89-
dorsal ke belakang sejauh 90°
mungkin,
Abduksi Menekuk pergelangan tangan rentang 30°
miring ke ibu jari,
Adduksi Menekuk pergelangan tangan rentang 30-
miring ke arah lima jari, 50°

28
f. Jari- jari tangan
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Membuat genggaman, rentang 90°
Ekstensi Meluruskan jari-jari tangan, rentang 90°
Hiperekstensi Menggerakan jari-jari tangan ke rentang 30-
belakang sejauh mungkin, 60°
Abduksi Mereggangkan jari-jari tangan rentang 30°
yang satu dengan yang lain,
Adduksi Merapatkan kembali jari-jari rentang 30°
tangan,

g. Ibu jari
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Mengerakan ibu jari menyilang rentang 90°
permukaan telapak tangan,
Ekstensi menggerakan ibu jari lurus menjauh rentang 90°
dari tangan,
Abduksi Menjauhkan ibu jari ke samping, rentang 30°
Adduksi Mengerakan ibu jari ke depan rentang 30°
tangan,
Oposisi Menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-
jari tangan pada tangan yang -
sama.

h. Pinggul
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Mengerakan tungkai ke depan dan rentang 90-
atas, 120°
Ekstensi Menggerakan kembali ke samping rentang 90-
29
tungkai yang lain, 120°
Hiperekste Mengerakan tungkai ke belakang rentang 30-50°
nsi tubuh,
Abduksi Menggerakan tungkai ke samping rentang 30-50°
menjauhi tubuh,
Adduksi Mengerakan tungkai kembali ke
posisi media dan melebihi jika rentang 30-50°
mungkin,
Rotasi Memutar kaki dan tungkai ke arah
rentang 90°
dalam tungkai lain,
Rotasi luar Memutar kaki dan tungkai
rentang 90°
menjauhi tungkai lain,
Sirkumduk Menggerakan tungkai melingkar
-
si

i. Lutut
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Mengerakan tumit ke arah rentang 120-
belakang paha, 130°
Ekstensi Mengembalikan tungkai kelantai, rentang 120-
130°

j. Mata kaki
Gerakan Penjelasan Rentang
Dorsifleksi Menggerakan kaki sehingga jari- rentang 20-30°
jari kaki menekuk ke atas,
Plantarfleksi Menggerakan kaki sehingga jari- rentang 45-50°
jari kaki menekuk ke bawah,

k. Kaki
Gerakan Penjelasan Rentang
Inversi Memutar telapak kaki ke samping rentang 10°
dalam,
30
Eversi Memutar telapak kaki ke samping rentang 10°
luar,

l. Jari-Jari Kaki
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menekukkan jari-jari kaki ke rentang 30-60°
bawah,
Ekstensi Meluruskan jari-jari kaki, rentang 30-60°
Abduksi Menggerakan jari-jari kaki satu rentang 15°
dengan yang lain,
Adduksi Merapatkan kembali bersama-sama, rentang 15°

7. Langkah dan gerakan ROM Pasif


Langkah Prosedur (Umum)
a. Cuci tangan untuk mencegah transfer organisme
b. Jaga privasi klien dengan menutup pintu atau memasang sketsel
c. Beri penjelasan kepada klien mengenai apa yang akan anda
kerjakan dan minta klien untuk dapat bekerja sama
d. Atur ketinggian tempat tidur yang sesuai agar memudahkan
perawat dalam bekerja, terhindar dari masalah pada penjajaran
tubuh dan pergunakan selalu prinsip-prinsip mekanika tubuh
e. Posisikan klien dengan posisi supinasi dekat dengan perawat
dan buka bagian tubuh yang akan digerakkan
f. Rapatkan kedua kaki dan letakkan kedua lengan pada masing-
masing sisi tubuh
g. Kembalikan pada posisi awal setelah masing-masing gerakan.
Ulangi masing-masing gerakan 3 kali.
h. Selama latihan pergerakan, kaji :
 Kemampuan untuk menoleransi gerakan
 Rentang gerak (ROM) dari masing-masing persendian
yang bersangkutan
i. Setelah latihan pergerakan, kaji denyut nadi dan ketahanan

31
tubuh terhadap latihan
j. Catat dan laporkan setiap masalah yang tidak diharapkan atau
perubahan pada pergerakan klien, misalnya adanya kekakuan
dan kontraktur
Langkah-langkah ROM Pasif sesuai gerakan
a. Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Tangan.
1. Jelaskan prosedur yang kan dilakukan
2. Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan
siku menekuk dengan lengan.
3. Pegang tangan pasien dengan satu tang dan tangan yang
lain memegang pergelangan tangan pasien.
4. Tekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin.
5. Catat perubahan yang terjadi.
b. Fleksi dan Ekstensi Siku.
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh
dengan telapak mengarah ke tubuhnya.
3. Letakkan tangan di atas siku pasien dan pegang tangannya
mendekat bahu.
4. Lakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya.
5. Catat perubahan yang terjadi.
c. Pronasi dan Supinasi Lengan Bawah.
1. Jelaskan Prosedur yang akan dilakukan.
2. Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh pasien dengan
siku menekuk.
3. Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan pasien dan
pegang tangan pasien dengan tangan lainnya.
4. Putar lengan bawah pasien sehingga telapaknya
menjauhinya.
5. Kembalikan ke posisi semula.

32
6. Putar lengan bawah pasien sehingga telapak tangannya
menghadap kearahnya.
7. Kembalikan ke posisi semula.
8. Catat perubahan yang terjadi.
d. Pronasi Fleksi Bahu.
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Atur posisi tangan pasien disisi tubuhnya.
3. Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan
pegang tangan pasien dengan tangan lainnya
4. Angkat lengan pasien pada posisi semula.
5. Catat perubahan yang terjadi.
e. Abduksi dan Adduksi Bahu.
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Atur posisi lengan pasien di samping badannya.
3. Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan
pegang tangan pasien dengan tangan lainnya.
4. Gerakkan lengan pasien menjauh dari tubuhnya kearah
perawat (Abduksi).
5. Gerakkan lengan pasien mendekati tubuhnya (Adduksi)
6. Kembalikan ke posisi semula.
7. Catat perubahan yang terjadi.
f. Rotasi Bahu.
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Atur posisi lengan pasien menjauhi tubuh dengan siku
menekuk.
3. Letakkan satu tangan perawat di lengan atas pasien dekat
siku dan pegang tangan pasien dengan tangan yang lain.
4. Gerakkan lengan bawah ke bawah sampai menyentuh
tempat tidur, telapak tangan menghadap ke bawah.
5. Kembalikan posisi lengan ke posisi semula. Gerakkan

33
lengan bawah ke belakang sampai menyentuh tempat tidur,
telapak tangan menghadap ke atas.
6. Kembalikan lengan ke posisi semula.
7. Catat perubahan yang terjadi.
g. Fleksi dan Ekstensi Jari-jari.
1. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
2. Pegang jari-jari kaki pasien dengan satu tangan, sementara
tang lain memegang kaki.
3. Bengkokkan (tekuk) jari-jari kaki ke bawah
4. Luruskan jari-jari kemudian dorong ke belakang.
5. Kembalikan ke posisi semula.
6. Catat perubahan yang terjadi.
h. Infersi dan efersi kaki.
1. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
2. Pegang separuh bagian atas kaki pasien dengan satu jari dan
pegang pergelangan kaki dengan tangan satunya.
3. Putar kaki ke dalam sehingga telapak kaki menghadap ke
kaki lainnya.
4. Kembalikan ke posisi semula
5. Putar kaki keluar sehingga bagian telapak kaki menjauhi
kaki yang lain.
6. Kembalikan ke posisi semula.
7. Catat perubahan yang terjadi.
i. Fleksi dan ekstensi pergelangan Kaki.
1. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
2. Letakkan satu tangan perawat pada telapak kaki pasien dan
satu tangan yang lain di atas pergelangan kaki. Jaga kaki
lurus dan rilek.
3. Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari kaki ke arah dada
pasien.

34
4. Kembalikan ke posisi semula.
5. Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien.
6. Catat perubahan yang terjadi.
j. Fleksi dan Ekstensi lutut.
1. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
2. Letakkan satu tangan di bawah lutut pasien dan pegang
tumit pasien dengan tangan yang lain.
3. Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha.
4. Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada sejauh mungkin.
5. Ke bawahkan kaki dan luruskan lutut dengan mengangkat
kaki ke atas.
6. Kembali ke posisi semula.
7. Catat perubahan yang terjadi.

k. Rotasi pangkal paha.


1. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
2. Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan kaki dan
satu tangan yang lain di atas lutut.
3. Putar kaki menjauhi perawat.
4. Putar kaki ke arah perawat.
5. Kembalikan ke posisi semula.
6. Catat perubahan yang terjadi.
l. Abduksi dan Adduksi pangkal paha.
1. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
2. Letakkan satu tangan perawat di bawah lutut pasien dan
satu tangan pada tumit.
3. Jaga posisi kaki pasien lurus, angkat kaki kurang lebih 8 cm
dari tempat tidur, gerakkan kaki menjauhi badan pasien.
4. Gerakkan kaki mendekati badan pasien.
5. Kembalikan ke posisi semula.

35
6. Catat perubahan yang terjadi

BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Stroke merupakan salah satu penyakit kronis yang membutuhkan
perawatan yang lama. Sehingga dalam perawatanya kita perlu melakukan
pendekatan yang lebih spesifik. Salah satu model pendekatan yang dapat
digunakan pada pasien stroke adalah pendekatan dengan model cronic
care. Output yang diharapkan adalah adanya perawatan yang lama pada
pasien stroke tetap menunjukan progres atau pertahanan kesehatan yang
baik melalui komunikasi yang produktif antara tim kesehatan dan pasien.
Hal ini dipengaruhi oleh bebepa elemen. Salah satunya adalah
selfmanafement suport. Agar tercapainya self management yg baik kita
perlu memperhatiakan beberapa hal seperti peningkatkan pengetahuan sert
e perawatan mandiri yang bisa dilakukakan dirumah. Pada makalah diatas
telah dijelaskan mengenai edukasi untuk pasien stroke dengan pendekatan
cronic care model melalui pemberian Edukasi ROM aktif pasif . Hal
inilah yang kemuadian ditanggapi menjadi sebuah interaksi yang
produktive antara tim kesehatan dengan pasien. Edukasi dijadikan
sebagai salah satu media dalam meningkatkan pengetahuan pasien atau
keluarga dalam perawatan pasien stroke. Adanya wujud peningkatan
pengetahuan yang baik ini nanti akan mampu meningkatkan self
management suport pada pasien stroke sehinga Pasien dan keluarga akan
lebih mandiri dalam mempertahankan perawatan pasien stroke pada saat
dirumah

4.2 SARAN

36
Penyakit stroke merupakam penyakit kronis, dimana dalam
perawatanya membutuhkan waktu yang lama dan melibatkan banyak
pihak terutama keluarga. Sehingga diharapkan dengan adanya makalah ini
dapat menjadi referensi untuk kita sebagai perawat dalam memberikan
edukasi untuk peningkatan perwatanya dirumah.

37
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC


        Jakarta: Salemba Medika

Junaidi, Iskandar., 2010. Hipertensi Pengenalan, Pencegahan, dan Pengobatan.


Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer.

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media


Aesculapius FKUI

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Persarafan.

Potter, A.P., & Perry, A. (2006). Fundamental of nursing. 4th edition. St.Louis
Missouri: Mosby-Year Book, Inc

Potter, Patricia A. & Perry, Anne Griffin (2006). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan, Edisi 4. Jakarta: EGC

Roestiyah 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.


Jakarta: Prima Medika

Smeltzer et al, 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Jakarta: EGC.

Stroke Forum, 2015. Epidemiology of stroke. (Online).


(http://www.strokeforum.com/stroke-background/epidemiology.html)
diakses pada tanggal 29 November 2018

Sugihartono, dkk. 2006. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY

Suratun, Heryati, Manurung, S.,Raenah. 2008. Klien Gangguan Sistem


Muskuloskeletal.Jakarta: EGC.

Tim SAK Ruang Rawat Inap RSUD Wates. 2006. Standard Asuhan Keperawatan
Penyakit Saraf. Yogyakarta: RSUD Wates Kabupaten Kulonprogo

38
Tseng, C.-N., Chen, C. C.-H., Wu, S.-C., & Lin, L.-C. (2007). Effects of a range-
of-motion exercise programme. Journal of Advanced Nursing, 57(2),
181-191.

American Stroke Association. 2018. IRF/ARU Provider Alert : New AHA/ASA


Guidlines on the importance of care setting for post-acute stroke patient.
(http://www.strokeassociation.org/recovery) diakses pada tanggal 30
November 2018

Lampiran 1 : Satuan Acara Penyuluhan Rom

SATUAN ACARA PENYULUHAN


ROM

Judul                         :    ROM pada pasien stroke


Hari/tanggal              :    30 November 2018
Tempat                      :    Aula Puskesmas Arjo Winangun
Lama                         :    25 menit
Penyaji                      :    Perawat Puskesmas Arjo Winangun
Audiens                    :    Pasien post stroke diwilayah kerja Puskesmas Arjo
Winangun

A. Latar Belakang
Pasien yang mengalami perawatan tirah baring dengan waktu yang
lama tanpa melakukan aktivitas apapun sangat mudah mengalami
kontraktur pada otot-otot persendian. Gangguan pemenuhan aktivitas yang
dialami oleh pasien akan menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan-
kebutuhan pasien yang lain di mana semua itu akan menghambat proses
penyembuhan. Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk
bergerak bebas dan imobilisasi mengacu pada ketidakmampuan seseorang
untuk bergerak dengan bebas. Keperawatan klinik menghendaki perawat
untuk menggabungkan ilmu pengetahuan dan keterampilan ke dalam
39
praktik. Salah satu komponen keterampilan adalah mekanika tubuh. Salah
satu istilah untuk menggambarkan usaha untuk mengkoordinasikan sistem
muskuloskeletal.
Mekanika tubuh meliputi pengetahuan tentang mengapa dan
bagaimana otot tertentu digunakan untuk menghasilkan dan
mempertahankan pergerakan secara aman. Dalam mempergunakan
mekanika tubuh yang tepat, perawat perlu mengerti mengenai konsep
pergerakan, termasuk bagaimana mengkoordinasikan gerakan tubuh yang
meliputi fungsi integrasi dari sistem muskuloskeletal (otak, otot, skelet dan
syaraf yang berperan).
. Klien dapat kehilangan kemampuan dalam menggerakkan
ekstrimitasnya dan anggota gerak lainnya. Ekstrimitas yang tidak
digerakan dalam kurun waktu yang lama dapat mengakibatkan atrofi otot
atau pengecilan massa otot karena otot tidak pernah dipergunakan untuk
beraktivitas. Klien dengan gangguan mobilisasi harus menjadi perhatian
perawat untuk mencegah atrofi otot atau merawat jika telah terjadi atrofi
pada klien dengan gangguan mobilisasi. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan perawat dalam mengintervensi gangguan mobilisasi dan
mencegah atrofi adalah dengan memberikan tindakan Range of Motion
(ROM).

B. Tujuan Instruksional Umum

Setelah diberikan penyuluhan selama 20 menit pasien diharapkan   dapat


mengerti dan dapat mampraktikkan ROM.
C. Tujuan Instruksional Khusus
1. Menjelaskan definisi ROM
2. Menjelaskan tentang tujuan ROM
3. Menjelaskan klasifikasi ROM
4. Menjelaskan Prinsip ROM
5. Menjelaskan Kontradiksi ROM
40
6. Menjelaskan tentang prosedur tindakan ROM aktif dan ROM pasif
7. Mendemonstrasikan ROM aktif dan Pasif

D. Sasaran

Adapun sasaran dari penyuluhan ini ditujukan khususnya kepada Pasien


post stroke diwilayah kerja Puskesmas Arjo Winangun
E. Materi (terlampir)

F. Media :

Leaflet yang berisi tentang definisi,tujuan,klasifikasi,prinsip,kontra


indikasi dan prosedur tindakan ROM

G. Metode

1. Ceramah dan tanya jawab.


2. Demonstrasi ROM

H. Kegiatan Penyuluhan

NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA


1. 2 menit Pembukaan :
     Mengucapkan salam.    Menjawab salam
Menjelaskan tujuan ROM    Mendengarkan
     Menyebutkan materi yang diberikan.    Mendengarkan
     Menanyakan kesiapan peserta

2. 15 menit Pelaksanaan :
     Penyampaian materi    Mendengarkan
1. Menjelaskan definisi ROM
2. Menjelaskan tentang tujuan
ROM

41
3. Menjelaskan klasifikasi ROM
4. Menjelaskan Prinsip ROM
5. Menjelaskan Kontradiksi ROM
6. Menjelaskan tentang prosedur
  
tindakan ROM aktif dan ROMBertanya
pasif

7. Demonstrasi ROM Aktif dan


Pasif
     Tanya jawab
a.  Memberikan kesempatan kepada
peserta untuk bertanya
3. 3 menit Evaluasi:
     Menanyakan kembali hal-hal yang
   Menjelaskan
sudah   dijelaskan mengenai ROM   
    
4. 5 menit Penutup :
     Menutup pertemuan dengan
   Mendengarkan
menyimpulkan materi yang telah
  
dibahas Menjawab salam
     Memberikan salam penutup

I. Evaluasi :
1. Peserta mampu mengulangi penjelasan yang telah disampaikan oleh
perawat
2. Peserta mampu menjawab pertanyaan yang diajukan perawat

42
Lampiran Materi

1. Definisi ROM
ROM (Range of Motion) adalah jumlah maksimum gerakan yang mungkin
dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh, yaitu sagital,
transversal, dan frontal. Potongan sagital adalah garis yang melewati tubuh dari
depan ke belakang membagi tubuh menjadi bagian kiri dan kanan, contoh
gerakan fleksi dan ekstensi pada jari tangan dan siku serta gerakan
hiperekstensi pada pinggul. Potongan frontal melewati tubuh dari sisi ke sisi
dan membagi tubuh menjadi bagian depan dan belakang, contoh gerakannya
abduksi dan adduksi pada lengan dan tungkai serta eversi dan inversi pada
kaki. Sedangkan potongan transversal adalah garis horizontal yang membagi
tubuh menjadi bagian atas dan bawah, contoh gerakannya supinasi dan pronasi
pada tangan, rotasi internal dan eksternal pada lutut, dan dorsofleksi dan
plantar fleksi pada kaki (potter & perry, 2006). Pengertian ROM lainnya adalah
latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan
otot, dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan
normal baik secara aktif ataupun pasif. Range Of Motion (ROM), adalah

43
gerakan yang dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi yang
bersangkutan. Range Of Motion dibagi menjadi dua jenis yaitu ROM aktif dan
ROM pasif. (Suratun, Heryati,Manurung, & Raenah, 2008). Latihan ROM
ialah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memeperbaiki
kemampuan menggerakkan persendian secara normal dan lengkap untuk
meningkatan masa dan tonus otot sehingga dapat mencegah kelainan bentuk,
kekakuan, dan kontraktur (Nurhidayat, et al, 2014)

Latihan range of motion adalah kegiatan latihan yang bertujuan untuk


memelihara fleksibilitas dan mobilitas sendi (Tseng,et all, 2007). Latihan ROM
dapat menggerakkan persendian seoptimal dan seluas mungkin sesuai
kemampuan seseorang dan tidak menimbulkan rasa nyeri pada sendi yang
digerakkan. Adanya pergerakan pada persendian akan menyebabkan terjadinya
peningkatan aliran darah ke dalam kapsula sendi. Ketika sendi digerakkan,
permukaan kartilago antara kedua tulang akan saling bergesekan. Kartilago
banyak mengandung proteoglikans yang menempel pada asam hialuronat yang
bersifat hidrophilik. Adanya penekanan pada kartilago akan mendesak air
keluar dari matriks sinovial. Bila tekanan berhenti maka air yang keluar ke
cairan sinovial akan ditarik kembali dengan membawa nutrisi dari cairan
(Ulliya, et al., 2007).

2. Tujuan ROM
Menurut Tseng, et al. (2007), Rhoad & Meeker (2009), Smith, N. (2009)
dan Smeltzer & Bare (2008), tujuan latihan ROM adalah sebagai berikut :
1. Mempertahankan fleksibilitas dan mobilitas sendi
2. Mengembalikan kontrol motoric
3. Meningkatkan/mempertahankan integritas ROM sendi dan jaringan lunak
4. Membantu sirkulasi dan nutrisi synovial

44
5. Menurunkan pembentukan kontraktur terutama pada ekstremitas yang
mengalami paralisis.
6. Memaksimalkan fungsi ADL
7. Mengurangi atau menghambat nyeri
8. Mencegah bertambah buruknya system neuromuscular
9. Mengurangi gejala depresi dan kecemasan
10. Meningkatkan harga diri
11. Meningkatkan citra tubuh dan memberikan kesenangan

3. Klasifikasi ROM
Menurut (Suratun,Heryati,Manurung, & Raenah, 2008) klasifikasi ROM
sebagai berikut:
a. ROM aktif adalah latihan yang di berikan kepada klien yang mengalami
kelemahan otot lengan maupun otot kaki berupa latihan pada tulang
maupun sendi dimana klien tidak dapat melakukannya sendiri, sehingga
klien memerlukan bantuan perawat atau keluarga.
b. ROM pasif adalah latihan ROM yang dilakukan sendiri oleh pasien tanpa
bantuan perawat dari setiap gerakan yang dilakukan. Indikasi ROM aktif
adalah semua pasien yang dirawat dan mampu melakukan ROM sendii
dan kooperatif.

1. Prinsip Latihan ROM


Prinsip Dasar Latihan ROM antara lain :
1. ROM harus diullangi sekitar 8 kali dan dikerjakan 2 kali sehari
1. ROM dilakukan perlahan dan berhati-hati sehingga tidak melelahkan
pasien
2. Bagian tubuh yang dapat dilakukan latihan ROM adalah leher, jari, lengan,
siku, bahu tumit, kaki, dan pergelangan kaki
3. ROM dapat dilakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-
bagian yang dicurigai mengalami proses penyakit

45
4. Melakukan ROM harus sesuai waktunya, missal setelah manda atau
perawatan rutin telah dilakukan (Suratun et al, 2008)

4. Kontraindikasi Gerakan ROM


a. Latihan ROM tidak boleh diberikan apabila gerakan dapat mengganggu
proses penyembuhan cedera
b. ROM tidak boleh dilakukan bila respon pasien atau kondisinya
membahayakan (life threatening)
c. PROM dilakukan secara hati-hati pada sendi-sendi besar, sedangkan
AROM pada persendian dan kaki untuk meminimalisasi venous stasis dan
pembentukan thrombus.
d. Pada keadaan setelah infark miokard, operasi arteri koronaria, dan lain-
lain, AROM pada ekstremitas atas masih dapat diberikan dalam
pengawasan yang ketat.

5. ROM Aktif
Ada berbagai macam gerakan ROM, yaitu :
1. Fleksi, yaitu berkurangnya sudut persendian.
2. Ekstensi, yaitu bertambahnya sudut persendian.
3. Hiperekstensi, yaitu ekstensi lebih lanjut.
4. Abduksi, yaitu gerakan menjauhi dari garis tengah tubuh.
5. Adduksi, yaitu gerakan mendekati garis tengah tubuh.
6. Rotasi, yaitu gerakan memutari pusat dari tulang.
7. Eversi, yaitu perputaran bagian telapak kaki ke bagian luar, bergerak
membentuk sudut persendian.
8. Inversi, yaitu putaran bagian telapak kaki ke bagian dalam bergerak
membentuk sudut persendian.
9. Pronasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan
bergerak ke bawah.

46
10. Supinasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan
bergerak ke atas.
11. Oposisi, yaitu gerakan menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada
tangan yang sama.

Menurut Potter & Perry, (2005), ROM terdiri dari gerakan pada persendian
sebagai berikut:
a. Leher, Spina, Serfikal
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakan dagu menempel ke rentang 45°
dada,
Ekstensi Mengembalikan kepala ke posisi rentang 45°
tegak,
Hiperektensi Menekuk kepala ke belakang sejauh rentang 40-
mungkin, 45°
Fleksi Memiringkan kepala sejauh rentang 40-
lateral mungkin sejauh mungkin 45°
kearah setiap bahu,
Rotasi Memutar kepala sejauh mungkin rentang
dalam gerakan sirkuler, 180°

b. Bahu
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menaikan lengan dari posisi di rentang
samping tubuh ke depan ke 180°
posisi di atas kepala,
Ekstensi Mengembalikan lengan ke posisi di rentang
samping tubuh, 180°
Hiperektensi Mengerkan lengan kebelakang rentang 45-
tubuh, siku tetap lurus, 60°
Abduksi Menaikan lengan ke posisi samping rentang
di atas kepala dengan telapak 180°
tangan jauh dari kepala,
Adduksi Menurunkan lengan ke samping rentang
47
dan menyilang tubuh sejauh 320°
mungkin,
Rotasi Dengan siku pleksi, memutar bahu rentang 90°
dalam dengan menggerakan lengan
sampai ibu jari menghadap ke
dalam dan ke belakang,
Rotasi luar Dengan siku fleksi, menggerakan rentang 90°
lengan sampai ibu jari ke atas
dan samping kepala,
Sirkumduksi Menggerakan lengan dengan rentang
lingkaran penuh, 360°

c. Siku
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakkan siku sehingga lengan rentang
bahu bergerak ke depan sendi 150°
bahu dan tangan sejajar bahu,
Ektensi Meluruskan siku dengan menurunkan rentang
tangan, 150°

d. Lengan bawah
Gerakan Penjelasan Rentang
Supinasi Memutar lengan bawah dan tangan rentang 70-
sehingga telapak tangan 90°
menghadap ke atas,
Pronasi Memutar lengan bawah sehingga rentang 70-
telapak tangan menghadap ke 90°
bawah,

e. Pergelangan tangan
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakan telapak tangan ke rentang 80-
sisi bagian dalam lengan 90°
bawah,
48
Ekstensi Mengerakan jari-jari tangan rentang 80-
sehingga jari-jari, tangan, 90°
lengan bawah berada dalam
arah yang sama,
Hiperekstensi Membawa permukaan tangan rentang 89-
dorsal ke belakang sejauh 90°
mungkin,
Abduksi Menekuk pergelangan tangan rentang 30°
miring ke ibu jari,
Adduksi Menekuk pergelangan tangan rentang 30-
miring ke arah lima jari, 50°

f. Jari- jari tangan


Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Membuat genggaman, rentang 90°
Ekstensi Meluruskan jari-jari tangan, rentang 90°
Hiperekstensi Menggerakan jari-jari tangan ke rentang 30-
belakang sejauh mungkin, 60°
Abduksi Mereggangkan jari-jari tangan rentang 30°
yang satu dengan yang lain,
Adduksi Merapatkan kembali jari-jari rentang 30°
tangan,

g. Ibu jari
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Mengerakan ibu jari menyilang rentang 90°
permukaan telapak tangan,
Ekstensi menggerakan ibu jari lurus menjauh rentang 90°
dari tangan,
Abduksi Menjauhkan ibu jari ke samping, rentang 30°
Adduksi Mengerakan ibu jari ke depan rentang 30°
tangan,
Oposisi Menyentuhkan ibu jari ke setiap jari- -
49
jari tangan pada tangan yang
sama.

h. Pinggul
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Mengerakan tungkai ke depan dan rentang 90-
atas, 120°
Ekstensi Menggerakan kembali ke samping rentang 90-
tungkai yang lain, 120°
Hiperekste Mengerakan tungkai ke belakang rentang 30-50°
nsi tubuh,
Abduksi Menggerakan tungkai ke samping rentang 30-50°
menjauhi tubuh,
Adduksi Mengerakan tungkai kembali ke
posisi media dan melebihi jika rentang 30-50°
mungkin,
Rotasi Memutar kaki dan tungkai ke arah
rentang 90°
dalam tungkai lain,
Rotasi luar Memutar kaki dan tungkai
rentang 90°
menjauhi tungkai lain,
Sirkumduk Menggerakan tungkai melingkar
-
si

i. Lutut
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Mengerakan tumit ke arah rentang 120-
belakang paha, 130°
Ekstensi Mengembalikan tungkai kelantai, rentang 120-
130°

j. Mata kaki
Gerakan Penjelasan Rentang
Dorsifleksi Menggerakan kaki sehingga jari- rentang 20-30°
jari kaki menekuk ke atas,
Plantarfleksi Menggerakan kaki sehingga jari- rentang 45-50°
50
jari kaki menekuk ke bawah,

k. Kaki
Gerakan Penjelasan Rentang
Inversi Memutar telapak kaki ke samping rentang 10°
dalam,
Eversi Memutar telapak kaki ke samping rentang 10°
luar,

l. Jari-Jari Kaki
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menekukkan jari-jari kaki ke rentang 30-60°
bawah,
Ekstensi Meluruskan jari-jari kaki, rentang 30-60°
Abduksi Menggerakan jari-jari kaki satu rentang 15°
dengan yang lain,
Adduksi Merapatkan kembali bersama-sama, rentang 15°

6. ROM Pasif
Latihan pergerakan perawat atau petugas lain yang menggerakkan
persendian klien sesuai dengan rentang geraknya. ROM pasif adalah suatu
kebutuhan manusia untuk melakukan pergerakan dimana pergerakan tersebut
dilakukan secara bebas.Untuk mempertahankan ROM normal, setiap ruas harus
digerakkan pada ruang gerak yang dimilikinya secara periodik. Faktor-faktor
yang dapat menurunkan ROM, yaitu penyakit-penyakit sistematik, sendi,
nerologis ataupun otot: akibat pengaruh cedera atau pembedahan: inaktivitas
atau imobilitas. Dari sudut terapi, aktivitas ROM diberikan untuk
mempertahankan mobilitas persendian dan jaringan lunak untuk meminimalkan
kehilangan kelentukan jaringan dan pembentukan kontraktur. Teknik ROM
tidak termasuk perenganggan yang ditunjukkan memperluas ruang gerak sendi.

Indikasi ROM Pasif

51
1. Pasien yang keterbatasan fisik.
2. Pasien yang termobilisasi ditempat tidur maupun di kursi roda.
3. Kondisi yang tidak memungkinkan melakukan ROM sendiri.

LANGKAH PROSEDUR (UMUM)


1.    Cuci tangan untuk mencegah transfer organisme
2.    Jaga privasi klien dengan menutup pintu atau memasang sketsel
3.    Beri penjelasan kepada klien mengenai apa yang akan anda kerjakan dan
minta klien untuk dapat bekerja sama
4.    Atur ketinggian tempat tidur yang sesuai agar memudahkan perawat dalam
bekerja, terhindar dari masalah pada penjajaran tubuh dan pergunakan
selalu prinsip-prinsip mekanika tubuh
5.    Posisikan klien dengan posisi supinasi dekat dengan perawat dan buka
bagian tubuh yang akan digerakkan
6.    Rapatkan kedua kaki dan letakkan kedua lengan pada masing-masing sisi
tubuh
7.  Kembalikan pada posisi awal setelah masing-masing gerakan. Ulangi
masing-masing gerakan 3 kali.
8.    Selama latihan pergerakan, kaji
a)  Kemampuan untuk menoleransi gerakan
b)  Rentang gerak (ROM) dari masing-masing persendian yang
bersangkutan
9.    Setelah latihan pergerakan, kaji denyut nadi dan ketahanan tubuh terhadap
latihan
10.  Catat dan laporkan setiap masalah yang tidak diharapkan atau perubahan
pada pergerakan klien, misalnya adanya kekakuan dan kontraktur

Langkah-langkah ROM Pasif


1. Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Tangan.

52
a. Jelaskan prosedur yang kan dilakukan
b. Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk
dengan lengan.
c. Pegang tangan pasien dengan satu tang dan tangan yang lain memegang
pergelangan tangan pasien.
d. Tekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin.
e. Catat perubahan yang terjadi.
2.   Fleksi dan Ekstensi Siku.
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b. Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dengan telapak
mengarah ke tubuhnya.
c. Letakkan tangan di atas siku pasien dan pegang tangannya mendekat
bahu.
d. Lakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya.
e. Catat perubahan yang terjadi.
3. Pronasi dan Supinasi Lengan Bawah.
a. Jelaskan Prosedur yang akan dilakukan.
b. Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh pasien dengan siku
menekuk.
c. Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan pasien dan pegang
tangan pasien dengan tangan lainnya.
d. Putar lengan bawah pasien sehingga telapaknya menjauhinya.
e. Kembalikan ke posisi semula.
f. Putar lengan bawah pasien sehingga telapak tangannya menghadap
kearahnya.
g. Kembalikan ke posisi semula.
h. Catat perubahan yang terjadi.
4. Pronasi Fleksi Bahu.
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b. Atur posisi tangan pasien disisi tubuhnya.

53
c. Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan
pasien dengan tangan lainnya
d. Angkat lengan pasien pada posisi semula.
e. Catat perubahan yang terjadi.
5. Abduksi dan Adduksi Bahu.
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b. Atur posisi lengan pasien di samping badannya.
c. Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan
pasien dengan tangan lainnya.
d. Gerakkan lengan pasien menjauh dari tubuhnya kearah perawat
(Abduksi).
e. Gerakkan lengan pasien mendekati tubuhnya (Adduksi)
f. Kembalikan ke posisi semula.
g. Catat perubahan yang terjadi.
6. Rotasi Bahu.
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b. Atur posisi lengan pasien menjauhi tubuh dengan siku menekuk.
c. Letakkan satu tangan perawat di lengan atas pasien dekat siku dan
pegang tangan pasien dengan tangan yang lain.
d. Gerakkan lengan bawah ke bawah sampai menyentuh tempat tidur,
telapak tangan menghadap ke bawah.
e. Kembalikan posisi lengan ke posisi semula. Gerakkan lengan bawah
ke belakang sampai menyentuh tempat tidur, telapak tangan
menghadap ke atas.
f. Kembalikan lengan ke posisi semula.
g. Catat perubahan yang terjadi.
7. Fleksi dan Ekstensi Jari-jari.
a. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
b. Pegang jari-jari kaki pasien dengan satu tangan, sementara tang lain
memegang kaki.

54
c. Bengkokkan (tekuk) jari-jari kaki ke bawah
d. Luruskan jari-jari kemudian dorong ke belakang.
e. Kembalikan ke posisi semula.
f. Catat perubahan yang terjadi.
8. Infersi dan efersi kaki.
a. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
b. Pegang separuh bagian atas kaki pasien dengan satu jari dan pegang
pergelangan kaki dengan tangan satunya.
c. Putar kaki ke dalam sehingga telapak kaki menghadap ke kaki lainnya.
d. Kembalikan ke posisi semula
e. Putar kaki keluar sehingga bagian telapak kaki menjauhi kaki yang
lain.
f. Kembalikan ke posisi semula.
g. Catat perubahan yang terjadi.
9. Fleksi dan ekstensi pergelangan Kaki.
a. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
b. Letakkan satu tangan perawat pada telapak kaki pasien dan satu tangan
yang lain di atas pergelangan kaki. Jaga kaki lurus dan rilek.
c. Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari kaki ke arah dada pasien.
d. Kembalikan ke posisi semula.
e. Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien.
f. Catat perubahan yang terjadi.
10. Fleksi dan Ekstensi lutut.
a. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
b. Letakkan satu tangan di bawah lutut pasien dan pegang tumit pasien
dengan tangan yang lain.
c. Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha.
d. Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada sejauh mungkin.
e. Ke bawahkan kaki dan luruskan lutut dengan mengangkat kaki ke atas.
f. Kembali ke posisi semula.

55
g. Catat perubahan yang terjadi.
11. Rotasi pangkal paha.
a. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
b. Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan kaki dan satu tangan
yang lain di atas lutut.
c. Putar kaki menjauhi perawat.
d. Putar kaki ke arah perawat.
e. Kembalikan ke posisi semula.
f. Catat perubahan yang terjadi.
12. Abduksi dan Adduksi pangkal paha.
1. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
2. Letakkan satu tangan perawat di bawah lutut pasien dan satu tangan
pada tumit.
3. Jaga posisi kaki pasien lurus, angkat kaki kurang lebih 8 cm dari
tempat tidur, gerakkan kaki menjauhi badan pasien.
4. Gerakkan kaki mendekati badan pasien.
5. Kembalikan ke posisi semula.
6. Catat perubahan yang terjadi.

Dalam pelaksanaan ROM ini ada hal-hal yang diperhatikan dalam


melakukannya, yaitu :
1. ROM dikerjakan minimal dua kali sehari.
2. ROM dilakukan perlahan dan hati-hati.
3. Memperhatikan umur, diagnosa, TTV, dan tirah baring.
4. Bagian yang dapat dilakukan ROM : leher, jari, lengan, siku, bahu, tumit,
kaki, dan pergelangan kaki.
5. ROM dapat dilakukan pada semua persendian
6. Melakukan ROM harus sesuai waktunya

56
DAFTAR PUSTAKA

Potter, A.P., & Perry, A. (2006). Fundamental of nursing. 4th edition. St.Louis
Missouri: Mosby-Year Book, Inc
Potter, Patricia A. & Perry, Anne Griffin (2006). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan, Edisi 4. Jakarta: EGC
Suratun, Heryati, Manurung, S.,Raenah. 2008. Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal.Jakarta: EGC.
Tseng, C.-N., Chen, C. C.-H., Wu, S.-C., & Lin, L.-C. (2007). Effects of a range-
of-motion exercise programme. Journal of Advanced Nursing, 57(2), 181-
191.

57
Lampiran 2 : Leaflet

58
59

Anda mungkin juga menyukai