Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STOKE


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Medikal Bedah II

Dosen Pengampu :
Ns. Pujiarto., M.Kep., Sp.Kep.MB.

Disusun Oleh :

kelompok 1

Chintia Amalia 2229027


Maharani Ivani Putri 2229063
Ni Made Devi Puspita 2229077
Rendi setiawan 2229085
Richo Fernanda 2229087
Selli armeda putri 2229097
Siti Julaiha 2229103
Yenzelly ivanda 2229111

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANCA BAKTI
BANDAR LAMPUNG
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Stroke”

Dalam penyusunan makalah ini, kami telah mengumpulkan dan menyajikan informasi
yang relevan berdasarkan pengetahuan dan data yang tersedia hingga saat ini. Melalui
pembahasan yang komprehensif, diharapkan pembaca akan mendapatkan pemahaman yang
lebih baik tentang penyakit ini serta pilihan pengobatan yang tersedia.

Semoga makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam dan membantu
dalam meningkatkan kesadaran tentang penyakit Osteoporosis. Kami berharap informasi
yang disajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, baik mereka yang
terlibat dalam dunia medis maupun masyarakat umum.

Bandar Lampung, 22 Februari 2024

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ 2


DAFTAR ISI .......................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 4
A. Latar Belakang............................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 5
C. Tujuan .......................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 6
A. Definisi Stroke ............................................................................................................. 6
B. Klasifikasi dan Penyebab Stroke ................................................................................. 6
C. Patofisiologi Stroke ..................................................................................................... 7
D. Faktor Resiko Stroke ................................................................................................... 8
E. Pemeriksaan Diagnosti. ............................................................................................... 9
F. Manifestasi Klinis. ..................................................................................................... 10
G. Penatalaksanaan Medik. ............................................................................................ 11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................................ 13
A. Pengkajian ................................................................................................................. 13
B. Diagnosa Keperawatan .............................................................................................. 15
C. Rencana Keperawatan .................................................................................................. 15
BAB IV PENUTUP ............................................................................................................. 22
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 22
B. Saran .......................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 24
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit stroke merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kecacatan di
seluruh dunia. Menurut World Health Organization (WHO), setiap tahunnya, jutaan
orang mengalami stroke, dan sebagian besar di antaranya mengalami dampak yang
berkepanjangan dalam kehidupan sehari-hari. Di Indonesia, stroke menjadi penyebab
utama kematian dan kecacatan jangka panjang, yang memberikan beban signifikan bagi
individu, keluarga, dan sistem kesehatan secara keseluruhan (Putri, 2023).

Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke bagian otak terganggu, baik
karena sumbatan pada pembuluh darah (stroke iskemik) atau perdarahan di dalam otak
(stroke hemoragik). Faktor risiko utama untuk terjadinya stroke meliputi hipertensi,
diabetes, merokok, obesitas, dan gaya hidup tidak sehat. Pasien stroke sering
mengalami gangguan motorik, sensorik, dan kognitif, yang mempengaruhi kemampuan
mereka untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan mandiri.

Dalam konteks ini, peran perawat dalam asuhan pasien stroke sangat penting. Perawat
tidak hanya bertanggung jawab untuk memberikan perawatan medis yang tepat, tetapi
juga untuk menyediakan dukungan emosional, pendidikan kepada pasien dan keluarga,
serta membantu pasien dalam rehabilitasi untuk memaksimalkan pemulihan dan
kualitas hidup mereka. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang
karakteristik penyakit stroke, proses rehabilitasi, dan prinsip-prinsip asuhan
keperawatan yang holistik sangatlah penting bagi perawat yang merawat pasien stroke.
Dengan demikian, makalah ini akan membahas asuhan keperawatan pada pasien stroke
dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan perawat dalam
merawat pasien dengan kondisi ini..
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Apa yang dimaksud dengan Stroke?


2. Bagaimana epidemiologi dari Stroke?
3. Bagaimana etiologi dari Stroke?
4. Bagaimana tanda dan gejala dari Stroke
5. Bagimana patofisiologi dari Stroke?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari Stroke?
7. Bagaimana komplikasi dan prognosis dari Stroke?
8. Bagaimana pengobatan dari Stroke?
9. Bagaimana pencegahan dari Stroke?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien Stroke?

C. Tujuan

Tujuandari makalah ini adalah sebagai berikut.


1. Untuk mengetahui pengertian Stroke.
2. Untuk mengetahui epidemiologi dari Stroke.
3. Untuk mengetahui etiologi dari Stroke.
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Stroke.
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari Stroke.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari Stroke.
7. Untuk mengetahui komplikasi dan prognosis dari Stroke.
8. Untuk mengetahui pengobatan dari Stroke.
9. Untuk mengetahui pencegahan dari Stroke.
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada Stroke.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Stroke

Stroke, atau cedera cerebrovaskuler, merupakan kondisi serius yang terjadi akibat
berhentinya suplai darah ke bagian otak. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan
neurologis mendadak yang dapat berlangsung selama 24 jam atau lebih, atau bahkan
berujung pada kematian. Salah satu jenis stroke, yaitu stroke non hemoragik, terjadi
karena terjadinya iskemia akibat emboli dan trombosis serebral, biasanya terjadi setelah
lama beristirahat, bangun tidur, atau di pagi hari. Meskipun tidak terjadi perdarahan,
namun iskemia dapat menyebabkan hipoksia dan edema sekunder yang berpotensi
mengancam jiwa (Hutagalung, 2021).

Ketika terjadi stroke non hemoragik, terjadi pembatasan atau terhentinya aliran darah
melalui sistem suplai arteri otak, yang kemudian menyebabkan timbulnya defisit
neurologis fokal atau global. Proses ini dapat berlangsung dengan cepat dan
menimbulkan dampak yang signifikan pada fungsi otak dan kemampuan pasien. Dalam
kasus ini, peran penting diagnosis dini dan tindakan medis segera untuk mengurangi
risiko komplikasi dan memaksimalkan pemulihan.

Pemahaman mendalam tentang jenis-jenis stroke, gejala, dan faktor risiko yang terkait
sangatlah penting bagi tenaga medis, terutama perawat, dalam memberikan asuhan yang
optimal kepada pasien stroke. Melalui pendekatan yang holistik dan responsif terhadap
kebutuhan pasien, diharapkan pemahaman ini dapat membantu dalam meningkatkan
kualitas perawatan dan meminimalkan dampak buruk yang dapat terjadi akibat stroke.

B. Klasifikasi dan Penyebab Stroke


Stroke dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis utama, yaitu stroke iskemik dan stroke
hemoragik. Stroke iskemik terjadi ketika aliran darah ke otak terhenti atau terbatas
akibat sumbatan pada pembuluh darah, seperti trombosis atau emboli. Di sisi lain,
stroke hemoragik terjadi ketika terjadi perdarahan di dalam otak akibat pecahnya
pembuluh darah. Kedua jenis stroke ini memiliki mekanisme patofisiologi yang
berbeda, namun keduanya dapat menyebabkan kerusakan otak yang serius dan
berpotensi mengancam jiwa.

Penyebab stroke dapat bervariasi, tetapi faktor risiko yang paling umum termasuk
hipertensi, diabetes, merokok, obesitas, dan riwayat penyakit jantung. Hipertensi
merupakan faktor risiko utama yang dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah
otak dan meningkatkan risiko terjadinya stroke iskemik atau hemoragik. Selain itu,
diabetes juga dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah dan meningkatkan risiko
pembentukan bekuan darah yang dapat menyumbat aliran darah ke otak
(Lukitaningtiyas, 2023).

Selain faktor risiko primer, faktor-faktor lain seperti gaya hidup tidak sehat, konsumsi
alkohol berlebihan, dan kurangnya aktivitas fisik juga dapat meningkatkan risiko
terjadinya stroke. Pengendalian faktor risiko ini melalui perubahan gaya hidup sehat
dan pengelolaan kondisi medis yang mendasari menjadi penting dalam upaya
pencegahan stroke. Dengan pemahaman yang mendalam tentang klasifikasi dan
penyebab stroke, diharapkan dapat dilakukan intervensi yang tepat dan tepat waktu
untuk mengurangi risiko terjadinya stroke dan dampak buruknya bagi individu..

C. Patofisiologi Stroke

Kondisi yang mengganggu perfusi darah ke otak, menyebabkan hipoksia, dan


berpotensi menyebabkan iskemia merupakan dasar dari terjadinya stroke. Iskemia
otak dapat berkembang akibat kekurangan suplai oksigen yang berlangsung lama,
memicu kematian sel permanen dan infark pada otak. Setiap defisit fokal permanen
akan bergantung pada area otak yang terkena, yang biasanya terkait dengan
pembuluh darah tertentu, seperti arteri serebral tengah dan arteri karotis interna
(Ghofir, 2021).

Ketika aliran darah ke otak terhambat oleh trombus atau emboli, hal ini dapat
menyebabkan kekurangan suplai oksigen yang memicu gejala yang bervariasi,
mulai dari kehilangan kesadaran hingga nekrosis mikroskopik neuron. Gangguan
peredaran darah otak juga dapat memengaruhi metabolisme sel-sel neuron, yang
bergantung pada glukosa dan oksigen yang disediakan oleh arteri-arteri menuju
otak.

Perdarahan intrakranial, yang dapat disebabkan oleh hipertensi atau kondisi lainnya,
juga merupakan penyebab lain dari stroke. Perdarahan ini dapat mengakibatkan
komplikasi serius, seperti peningkatan tekanan intrakranial yang membahayakan
jiwa, spasme arteri otak, dan vasospasme, yang semuanya dapat menyebabkan
penurunan fokal neurologis, iskemia otak, dan infark..

D. Faktor Resiko Stroke

Faktor risiko yang berkontribusi terhadap risiko terjadinya stroke meliputi sejumlah
variabel yang dapat dikelompokkan menjadi dua kategori utama, yaitu faktor risiko
tidak termodifikasi dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko tidak
termodifikasi meliputi usia, jenis kelamin, dan riwayat keluarga. Usia merupakan
faktor risiko utama, di mana risiko stroke meningkat seiring bertambahnya usia,
terutama pada individu di atas usia 55 tahun. Selain itu, laki-laki memiliki risiko
sedikit lebih tinggi daripada perempuan, namun risiko stroke pada perempuan
meningkat setelah menopause. Riwayat keluarga juga dapat meningkatkan risiko
stroke, terutama jika memiliki anggota keluarga yang telah mengalami stroke
sebelumnya (Ayukhaliza, 2020).

Di sisi lain, faktor risiko yang dapat dimodifikasi merupakan faktor-faktor yang
dapat diubah atau dikendalikan untuk mengurangi risiko terjadinya stroke. Faktor
risiko ini meliputi hipertensi, diabetes, merokok, obesitas, kadar kolesterol tinggi,
konsumsi alkohol berlebihan, serta gaya hidup tidak sehat. Hipertensi merupakan
faktor risiko utama yang dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah otak dan
meningkatkan risiko terjadinya stroke. Diabetes juga berkontribusi terhadap risiko
stroke melalui efeknya terhadap kerusakan pembuluh darah dan peningkatan
pembentukan bekuan darah. Selain itu, merokok, obesitas, dan kadar kolesterol
tinggi juga berperan dalam meningkatkan risiko stroke melalui berbagai mekanisme
patofisiologis yang kompleks (Wardaty, 2018).

Dalam mengelola faktor risiko yang dapat dimodifikasi, langkah-langkah


pencegahan yang tepat dan tepat waktu sangatlah penting. Ini termasuk mengadopsi
gaya hidup sehat, seperti menjaga berat badan ideal, menerapkan pola makan sehat,
berhenti merokok, mengurangi konsumsi alkohol, dan rutin berolahraga. Selain itu,
pengelolaan kondisi medis yang mendasari, seperti pengendalian tekanan darah dan
gula darah, juga sangat penting untuk mengurangi risiko stroke. Dengan kesadaran
yang tinggi akan faktor risiko ini dan upaya pencegahan yang tepat, diharapkan
dapat mengurangi angka kejadian stroke dan meningkatkan kualitas hidup individu..

E. Pemeriksaan Diagnosti.

1. Angiografi serebral
Membantu menunjukkan penyebab stroke secara spesifik, misalnya pertahanan atau
sumbatan arteri.
2. Skan Tomografi Komputer (Computer Tomography scan – CT-scan)
Mengetahui adamya tekanan normal dan adanya trombosis, emboli serebral, dan
tekananintrakranial (TIK). Peningkatan TIK dan cairan yang mengandung darah
menunjukan adanya perdarahan subarakhnoid dan perdarahan intrakranial. Kadar
protein total meningkat, beberapa kasus trombosis disertai proses inflamasi.
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Menunjukan daerah infark, perdarahan, malformasi arteriovena (MAV).
4. Ultrasonografi doppler (USG doppler)
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah sistem arteri karotis [aliran darah
atau timbulnya plak]) dan arteriosklerosis.
5. Elektroensefalogram (Electroencephalogram-EEG)
Mengidentifikasi masalah pada otak dan memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
6. Sinar X tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang berlawanan dari
massa yang meluas, klasifikasi karotis interna terdapat pada trombosis serebral;
klasifikasi parsial dinding aneurisma ada perdarahan subarakhnoid.
7. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan cara memeriksakan darah rutin, gula
darah, urine rutin, cairan serebrospinal, analisa gas darah (AGD), biokimia darah,
dan elektrolit. (Batticaca, 2008)

F. Manifestasi Klinis.

Gejala klinis stroke hemoragik dapat bervariasi tergantung pada beratnya gangguan
pembuluh darah dan lokasinya. Biasanya, gejala yang muncul adalah defisit neurologis
mendadak, seperti kelumpuhan atau kelemahan pada satu sisi tubuh (hemiparesis),
gangguan sensibilitas, dan kadang-kadang penurunan kesadaran, terutama pada pasien
berusia di atas 50 tahun. Gejala lainnya juga dapat terjadi sesuai dengan lokasi dan
beratnya perdarahan di otak.

Sementara itu, gejala klinis pada stroke iskemik akut sering kali muncul secara tiba-tiba
dan dapat termasuk kelumpuhan wajah atau anggota badan, gangguan sensibilitas pada
satu sisi tubuh, perubahan mendadak pada status mental, dan kesulitan berbicara atau
memahami ucapan. Selain itu, pasien juga dapat mengalami gejala lain seperti gangguan
penglihatan, mual, muntah, nyeri kepala hebat, vertigo, dan gangguan fungsi otak
lainnya. Penting untuk segera mengidentifikasi gejala-gejala ini dan memberikan
penanganan medis yang cepat untuk mengurangi risiko kerusakan otak yang lebih lanjut
dan memaksimalkan peluang pemulihan (Wibowo, 2021).

G. Penatalaksanaan Medik.

Penatalaksaan medik pada klien dengan stroke meliputi:


1. Non pembedahan
a. Terapi antikoagulan. Kontraindikasi pemberian terapi antikoagulan pada
klien dengan riwayat ulkus, eremia dan kegagalan hepar. Sodium heparin
diberikan secara subkutan atau melalui IV drip.
b. Phenytonin (Dilantin) dapat digunakan untuk mencegah kejang.
c. Enteris-coated, misalnya aspirin dapat digunakan untuk lebih dulu
menghancurkan trombotik dan embolik.
d. Epsilon-aminocaproic acid (Amicar) dapat digunakan untuk menstabilkan
bekuan diatas anuarisma yang ruptur.
e. Calcium channel blocker (Nimodipine) dapat diberika untuk mengatasi
vasospasme pembuluh darah.
2. Pembedahan
a. Karotid endarteretomi untuk mengangkat plaque atherosclerosis.
b. Superior temporal arteri-middle serebra arteri anatomisis dengan
melalui daerah yang tersumbat dan menetapkan kembali aliran darah
pada daerah yang dipengaruhi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register,
diagnose medis.
2. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak
dapat berkomunikasi.
3. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien
sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan
kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau
gangguan fungsi otak yang lain.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma
kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin,
vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus.

Pengumpulan data:

A. Aktivitas/istirahat
Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan, hilangnya rasa,
paralisis, hemiplegi, mudah lelah, dan susah tidur.
B. Sirkulasi
Adanya riwayat penyakit jantung, katup jantung, disritmia, CHF, polisitemia. Dan
hipertensi arterial.
C. Integritas Ego.
Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk mengekspresikan
diri.
D. Eliminasi
Perubahan kebiasaan Bab. dan Bak. Misalnya inkoontinentia urine, anuria, distensi
kandung kemih, distensi abdomen, suara usus menghilang.
E. Makanan/caitan :
Nausea, vomiting, daya sensori hilang, di lidah, pipi, tenggorokan, dysfagia
F. Neuro Sensori
Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan intrakranial.
Kelemahan dengan berbagai tingkatan, gangguan penglihatan, kabur, dyspalopia,
lapang pandang menyempit. Hilangnya daya sensori pada bagian yang berlawanan
dibagian ekstremitas dan kadang-kadang pada sisi yang sama di muka.
G. Nyaman/nyeri
Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada otak/muka
H. Respirasi
Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas. Suara nafas, whezing,
ronchi.
I. Keamanan
Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury. Perubahan persepsi dan
orientasi Tidak mampu menelan sampai ketidakmampuan mengatur kebutuhan
nutrisi. Tidak mampu mengambil keputusan.
J. Interaksi sosial
Gangguan dalam bicara, Ketidakmampuan berkomunikasi.
B. Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah ke otak


terhambat
b. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke otak
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran
.
C. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Implementasi Keperawatan


Keperawatan
1. Ketidak efektifan Setelah dilakukan tindakan NIC : 1. Memantau adanya tanda-
Perfusi jaringan keperawatan selama 3 x 24 jam, Intrakranial Pressure tanda penurunan perfusi
serebral b.d diharapkan suplai aliran darah (ICP) Monitoring serebral :GCS, memori,
aliran darah ke keotak lancar dengan kriteria hasil: (Monitor tekanan bahasa respon pupil.
otak terhambat. NOC : intrakranial) 2. Mengobservasi tanda-
Circulation status - Berikan informasi tanda vital (tiap jam sesuai
Tissue Prefusion : cerebral kepada keluarga kondisi pasien)
Kriteria Hasil : - Monitor tekanan 3. Memantau intake-output
1. mendemonstrasikan status perfusi serebral cairan, balance tiap 24 jam
sirkulasi yang ditandai dengan : - Catat respon pasien 4. Mempertahankan posisi
-Tekanan systole dandiastole dalam terhadap stimuli tirah baring pada posisi
rentang yang diharapkan - Monitor tekanan anatomis atau posisi kepala
-Tidak ada ortostatikhipertensi intrakranial pasien dan tempat tidur 15-30 derajat
-Tidk ada tanda tanda peningkatan respon neurology 5. Menghindari valsava
tekanan intrakranial (tidak lebih dari terhadap aktivitas maneuver seperti batuk,
15 mmHg) - Monitor jumlah mengejang dan sebagainya.
2. mendemonstrasikan drainage cairan 6. Mempertahankan
kemampuan kognitif yang ditandai serebrospinal ligkungan yang nyaman
dengan: - Monitor intake dan 7. Menghindari fleksi leher
- berkomunikasi dengan jelas dan output cairan untuk mengurangi resiko
sesuai dengan kemampuan - Restrain pasien jika jugular
- menunjukkan perhatian, perlu
konsentrasi dan orientasi - Monitor suhu dan
- memproses informasi angka WBC
- membuat keputusan dengan benar - Kolaborasi pemberian
3. menunjukkan fungsi sensori antibiotik
motori cranial yang utuh : tingkat - Posisikan pasien pada
kesadaran mambaik, tidak ada posisi semifowler
gerakan gerakan involunter - Minimalkan stimuli
dari lingkungan
Terapi oksigen
1. Bersihkan jalan
nafas dari sekret
2. Pertahankan jalan
nafas tetap efektif
3. Berikan oksigen
sesuai intruksi
4. Monitor aliran
oksigen, kanul oksigen
dan sistem humidifier
5. Beri penjelasan
kepada klien tentang
pentingnya pemberian
oksigen
6. Observasi tanda-
tanda hipo-ventilasi
7. Monitor respon
klien terhadap pemberian
oksigen
8. Anjurkan klien
untuk tetap memakai
oksigen selama aktifitas
dan tidur
2 Kerusakan Setelah dilakukan tindakan 1. Libatkan keluarga 1. Mengevaluasi sifat dan
komunikasi keperawatan selama 3 x 24 jam, untuk membantu beratnya afasia pasien, jika
verbal b.d diharapkan klien mampu untuk memahami / berat hindari memberi
penurunan berkomunikasi lagi dengan kriteria memahamkan informasi isyarat non verbal
sirkulasi ke otak hasil: dari / ke klien 2. Melakukan komunikasi
- dapat menjawab pertanyaan yang 2. Dengarkan setiap dengan wajar, bahasa jelas,
diajukan perawat ucapan klien dengan sederhana dan bila perlu
- dapat mengerti dan memahami penuh perhatian diulang
pesan-pesan melalui gambar 3. Gunakan kata-kata 3. Mendengarkan dengan
- dapat mengekspresikan sederhana dan pendek tekun jika pasien mulai
perasaannya secara verbal maupun dalam komunikasi berbicara
nonverbal dengan klien 4. Berdiri di dalam lapang
4. Dorong klien untuk pandang pasien pada saat
mengulang kata-kata bicara
5. Berikan arahan / 5. Melatih otot bicara secara
perintah yang sederhana optimal
setiap interaksi dengan 6. Melibatkan keluarga
klien dalam melatih komunikasi
6. Programkan verbal pada pasien
speech-language teraphy 7. Mengkolaborasi dengan
7. Lakukan speech- ahli terapi wicara
language teraphy setiap
interaksi dengan klien
3 Kerusakan - joint Movement : Active NIC : Memantau tingkat
mobilitas fisik b.d
- Mobility Level Exercise therapy : kemampuan mobilisasi klien
kerusakan - Self care : ADLs ambulation 2. Memantau kekuatan otot
neurovaskuler - Transfer performance - Monitoring vital sign 3. Merubah posisi tiap 2 jan
Kriteria Hasil : sebelm/sesudah latihan 4. Memasang trochanter roll
- Klien meningkat dalam aktivitas dan lihat respon pasien pada daerah yang lemah
fisik saat latihan 5. Melakukan ROM pasif
- Mengerti tujuan dari peningkatan- Konsultasikan atau aktif sesuai kemampuan
mobilitas dengan terapi fisik dan jika TTV stabil
- Memverbalisasikan perasaan tentang rencana ambulasi 6. Melibatkan keluarga
dalam meningkatkan kekuatan dan sesuai dengan kebutuhan dalam memobilisasi klien
kemampuan berpindah - Bantu klien untuk 7. Mengkolaborasi:
- Memperagakan penggunaan alat menggunakan tongkat fisioterapi
Bantu untuk mobilisasi (walker) saat berjalan dan cegah 8. Melatih pasien dalam
terhadap cedera pemenuhan kebutuhan
- Ajarkan pasien atau ADLs secara mandiri sesuai
tenaga kesehatan lain kemapuan
tentang teknik ambulasi
- Kaji kemampuan
pasien dalam mobilisasi
- Latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
- Dampingi dan Bantu
pasien saat mobilisasi
dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs ps.
- Berikan alat Bantu
jika klien memerlukan.
1. Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
4 Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Mengauskultasi bunyi
efektif perawatan selama 3 x 24 jam, NIC : nafas
berhubungan diharapkan pola nafas pasien efektif Airway Management 2. Mengukur tanda-tanda
dengan dengan kriteria hasil : · Buka jalan nafas, vital
penurunan - Menujukkan jalan nafas paten ( guanakan teknik chin lift 3. Memberikan posisi semi
kesadaran tidak merasa tercekik, irama nafas atau jaw thrust bila perlu fowler sesuai dengan
normal, frekuensi nafas normal,tidak · Posisikan pasien kebutuhan (tidak
ada suara nafas tambahan untuk memaksimalkan bertentangan dgn masalah
- NOC : ventilasi keperawatan lain)
v Respiratory status : Ventilation · Identifikasi pasien 4. Melakukan penghisapan
v Respiratory status : Airway perlunya pemasangan lendir dan pasang OPA jika
patency alat jalan nafas buatan kesadaran menurun
v Vital sign Status · Pasang mayo bila 5. Melakukan fisioterapi
Kriteria Hasil : perlu dada dan latihan nafas dalam
-Mendemonstrasikan batuk efektif · Lakukan 6. melakukan suction pada
dan suara nafas yang bersih, tidak fisioterapi dada jika mayo
ada sianosis dan dyspneu (mampu perlu 7. Mengatur intake cairan
mengeluarkan sputum, mampu · Keluarkan sekret untuk meoptimalkan
bernafas dengan mudah, tidak ada dengan batuk atau keseimbangan
pursed lips) suction 8. Memantau respirasi dan
-Menunjukkan jalan nafas yang · Auskultasi suara status O2
paten (klien tidak merasa tercekik, nafas, catat adanya suara 9. Memberikan
irama nafas, frekuensi pernafasan tambahan bronkodilator bila diperlulan
dalam rentang normal, tidak ada · Lakukan suction 10. Memberikan pelembab
suara nafas abnormal) pada mayo udara kassa basah NaCl
Tanda Tanda vital dalam rentang · Berikan lembab
normal (tekanan darah, nadi, bronkodilator bila perlu
pernafasan · Berikan pelembab
udara Kassa basah NaCl
Lembab
· Atur intake untuk
cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
· Monitor respirasi
dan status O2
Oxygen Therapy
- Bersihkan mulut,
hidung dan secret trakea
- Pertahankan jalan
nafas yang paten
- Atur peralatan
oksigenasi
- Monitor aliran
oksigen
- Pertahankan posisi
pasien
- Onservasi adanya
tanda tanda hipoventilasi
- Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Stroke, sebuah kondisi serius yang terjadi akibat gangguan aliran darah ke otak,
menyebabkan kerusakan otak yang dapat berujung pada kecacatan atau bahkan
kematian. Epidemiologi stroke menunjukkan prevalensinya yang meningkat secara
global, menjadi penyebab utama kematian dan kecacatan. Faktor risiko seperti
hipertensi, diabetes, merokok, obesitas, dan riwayat keluarga menjadi pemicu utama
terjadinya stroke.

Gejala stroke bervariasi tergantung pada jenisnya, tetapi umumnya meliputi kelumpuhan
mendadak, gangguan bicara, perubahan mental, dan nyeri kepala hebat. Patofisiologi
stroke melibatkan iskemia atau perdarahan otak yang menyebabkan kematian sel otak
dan kerusakan jaringan. Proses ini memicu berbagai komplikasi seperti kerusakan otak
permanen, gangguan motorik, dan meningkatkan risiko kematian.

Penanganan stroke melibatkan terapi reperfusi, rehabilitasi, dan manajemen faktor


risiko. Pencegahan juga merupakan langkah krusial, meliputi pengelolaan faktor risiko,
gaya hidup sehat, dan penggunaan obat pencegah. Asuhan keperawatan yang holistik
pada pasien stroke melibatkan pemantauan neurologis, manajemen komplikasi, dan
rehabilitasi untuk meningkatkan fungsi dan kualitas hidup pasien. Dengan pemahaman
yang mendalam dan tindakan yang tepat, diharapkan dapat meminimalkan dampak
stroke serta meningkatkan prognosis dan kualitas hidup pasien yang terkena dampaknya.
B. Saran

Dalam menghadapi risiko stroke, langkah-langkah pencegahan menjadi kunci penting.


Pertama, penting untuk mengadopsi gaya hidup sehat, seperti menjaga berat badan ideal,
mengonsumsi makanan bergizi, dan rutin berolahraga. Selain itu, perlu menghindari
faktor risiko seperti merokok, konsumsi alkohol berlebihan, dan kebiasaan yang tidak
sehat lainnya. Mengelola kondisi medis yang mendasari, seperti tekanan darah tinggi
dan diabetes, juga menjadi bagian penting dalam upaya pencegahan. Selain itu, penting
untuk menjalani pemeriksaan rutin dan mengikuti perawatan medis yang
direkomendasikan oleh dokter. Dengan mengambil langkah-langkah ini, diharapkan
dapat mengurangi risiko terjadinya stroke dan mempromosikan kesehatan yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Ayukhaliza, D. A. (2020). Faktor Risiko Hipertensi di Wilayah Pesisir (Studi Pada Wilayah
Kerja UPTD Puskesmas Tanjung Tiram) (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara).

Hutagalung, M. S. (2021). Pengetahuan, sikap dan tindakan stroke dan tentang hipertensi
sebagai faktor risiko stroke: Panduan lengkap stroke. Nusamedia.

Lukitaningtyas, D., & Cahyono, E. A. (2023). Hipertensi; Artikel Review. Pengembangan


Ilmu Dan Praktik Kesehatan, 2(2), 100-117.

Putri, A. A. N. (2023). GAMBARAN EPIDEMIOLOGI STROKE DI JAWA TIMUR


TAHUN 2019-2021. PREPOTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, 7(1), 1030-
1037.

SIMANJUNTAK, M. V. (2021). LITERATURE REVIEW: FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI RISIKO OSTEOPOROSIS PADA LANSIA TAHUN 2021.

Wardaty, A. D. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Stroke Berulang Pada Pasien
Rawat Inap di RSUP Fatmawati Tahun 2016-2018 (Bachelor's thesis, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta-FIKES).

Wibowo, R. W. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN


KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT PADA KASUS STROKE NON HEMORAGIK
PADA Tn. H DI RUANG FRESSIA LANTAI III RSU HANDAYANI KOTABUMI
LAMPUNG UTARA 12-13 MARET 2021 (Doctoral dissertation, Poltekkes Tanjungkarang).

Anda mungkin juga menyukai