Dosen Pengampu :
Ns. Pujiarto., M.Kep., Sp.Kep.MB.
Disusun Oleh :
kelompok 1
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Stroke”
Dalam penyusunan makalah ini, kami telah mengumpulkan dan menyajikan informasi
yang relevan berdasarkan pengetahuan dan data yang tersedia hingga saat ini. Melalui
pembahasan yang komprehensif, diharapkan pembaca akan mendapatkan pemahaman yang
lebih baik tentang penyakit ini serta pilihan pengobatan yang tersedia.
Semoga makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam dan membantu
dalam meningkatkan kesadaran tentang penyakit Osteoporosis. Kami berharap informasi
yang disajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, baik mereka yang
terlibat dalam dunia medis maupun masyarakat umum.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Penyakit stroke merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kecacatan di
seluruh dunia. Menurut World Health Organization (WHO), setiap tahunnya, jutaan
orang mengalami stroke, dan sebagian besar di antaranya mengalami dampak yang
berkepanjangan dalam kehidupan sehari-hari. Di Indonesia, stroke menjadi penyebab
utama kematian dan kecacatan jangka panjang, yang memberikan beban signifikan bagi
individu, keluarga, dan sistem kesehatan secara keseluruhan (Putri, 2023).
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke bagian otak terganggu, baik
karena sumbatan pada pembuluh darah (stroke iskemik) atau perdarahan di dalam otak
(stroke hemoragik). Faktor risiko utama untuk terjadinya stroke meliputi hipertensi,
diabetes, merokok, obesitas, dan gaya hidup tidak sehat. Pasien stroke sering
mengalami gangguan motorik, sensorik, dan kognitif, yang mempengaruhi kemampuan
mereka untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan mandiri.
Dalam konteks ini, peran perawat dalam asuhan pasien stroke sangat penting. Perawat
tidak hanya bertanggung jawab untuk memberikan perawatan medis yang tepat, tetapi
juga untuk menyediakan dukungan emosional, pendidikan kepada pasien dan keluarga,
serta membantu pasien dalam rehabilitasi untuk memaksimalkan pemulihan dan
kualitas hidup mereka. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang
karakteristik penyakit stroke, proses rehabilitasi, dan prinsip-prinsip asuhan
keperawatan yang holistik sangatlah penting bagi perawat yang merawat pasien stroke.
Dengan demikian, makalah ini akan membahas asuhan keperawatan pada pasien stroke
dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan perawat dalam
merawat pasien dengan kondisi ini..
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
A. Definisi Stroke
Stroke, atau cedera cerebrovaskuler, merupakan kondisi serius yang terjadi akibat
berhentinya suplai darah ke bagian otak. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan
neurologis mendadak yang dapat berlangsung selama 24 jam atau lebih, atau bahkan
berujung pada kematian. Salah satu jenis stroke, yaitu stroke non hemoragik, terjadi
karena terjadinya iskemia akibat emboli dan trombosis serebral, biasanya terjadi setelah
lama beristirahat, bangun tidur, atau di pagi hari. Meskipun tidak terjadi perdarahan,
namun iskemia dapat menyebabkan hipoksia dan edema sekunder yang berpotensi
mengancam jiwa (Hutagalung, 2021).
Ketika terjadi stroke non hemoragik, terjadi pembatasan atau terhentinya aliran darah
melalui sistem suplai arteri otak, yang kemudian menyebabkan timbulnya defisit
neurologis fokal atau global. Proses ini dapat berlangsung dengan cepat dan
menimbulkan dampak yang signifikan pada fungsi otak dan kemampuan pasien. Dalam
kasus ini, peran penting diagnosis dini dan tindakan medis segera untuk mengurangi
risiko komplikasi dan memaksimalkan pemulihan.
Pemahaman mendalam tentang jenis-jenis stroke, gejala, dan faktor risiko yang terkait
sangatlah penting bagi tenaga medis, terutama perawat, dalam memberikan asuhan yang
optimal kepada pasien stroke. Melalui pendekatan yang holistik dan responsif terhadap
kebutuhan pasien, diharapkan pemahaman ini dapat membantu dalam meningkatkan
kualitas perawatan dan meminimalkan dampak buruk yang dapat terjadi akibat stroke.
Penyebab stroke dapat bervariasi, tetapi faktor risiko yang paling umum termasuk
hipertensi, diabetes, merokok, obesitas, dan riwayat penyakit jantung. Hipertensi
merupakan faktor risiko utama yang dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah
otak dan meningkatkan risiko terjadinya stroke iskemik atau hemoragik. Selain itu,
diabetes juga dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah dan meningkatkan risiko
pembentukan bekuan darah yang dapat menyumbat aliran darah ke otak
(Lukitaningtiyas, 2023).
Selain faktor risiko primer, faktor-faktor lain seperti gaya hidup tidak sehat, konsumsi
alkohol berlebihan, dan kurangnya aktivitas fisik juga dapat meningkatkan risiko
terjadinya stroke. Pengendalian faktor risiko ini melalui perubahan gaya hidup sehat
dan pengelolaan kondisi medis yang mendasari menjadi penting dalam upaya
pencegahan stroke. Dengan pemahaman yang mendalam tentang klasifikasi dan
penyebab stroke, diharapkan dapat dilakukan intervensi yang tepat dan tepat waktu
untuk mengurangi risiko terjadinya stroke dan dampak buruknya bagi individu..
C. Patofisiologi Stroke
Ketika aliran darah ke otak terhambat oleh trombus atau emboli, hal ini dapat
menyebabkan kekurangan suplai oksigen yang memicu gejala yang bervariasi,
mulai dari kehilangan kesadaran hingga nekrosis mikroskopik neuron. Gangguan
peredaran darah otak juga dapat memengaruhi metabolisme sel-sel neuron, yang
bergantung pada glukosa dan oksigen yang disediakan oleh arteri-arteri menuju
otak.
Perdarahan intrakranial, yang dapat disebabkan oleh hipertensi atau kondisi lainnya,
juga merupakan penyebab lain dari stroke. Perdarahan ini dapat mengakibatkan
komplikasi serius, seperti peningkatan tekanan intrakranial yang membahayakan
jiwa, spasme arteri otak, dan vasospasme, yang semuanya dapat menyebabkan
penurunan fokal neurologis, iskemia otak, dan infark..
Faktor risiko yang berkontribusi terhadap risiko terjadinya stroke meliputi sejumlah
variabel yang dapat dikelompokkan menjadi dua kategori utama, yaitu faktor risiko
tidak termodifikasi dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko tidak
termodifikasi meliputi usia, jenis kelamin, dan riwayat keluarga. Usia merupakan
faktor risiko utama, di mana risiko stroke meningkat seiring bertambahnya usia,
terutama pada individu di atas usia 55 tahun. Selain itu, laki-laki memiliki risiko
sedikit lebih tinggi daripada perempuan, namun risiko stroke pada perempuan
meningkat setelah menopause. Riwayat keluarga juga dapat meningkatkan risiko
stroke, terutama jika memiliki anggota keluarga yang telah mengalami stroke
sebelumnya (Ayukhaliza, 2020).
Di sisi lain, faktor risiko yang dapat dimodifikasi merupakan faktor-faktor yang
dapat diubah atau dikendalikan untuk mengurangi risiko terjadinya stroke. Faktor
risiko ini meliputi hipertensi, diabetes, merokok, obesitas, kadar kolesterol tinggi,
konsumsi alkohol berlebihan, serta gaya hidup tidak sehat. Hipertensi merupakan
faktor risiko utama yang dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah otak dan
meningkatkan risiko terjadinya stroke. Diabetes juga berkontribusi terhadap risiko
stroke melalui efeknya terhadap kerusakan pembuluh darah dan peningkatan
pembentukan bekuan darah. Selain itu, merokok, obesitas, dan kadar kolesterol
tinggi juga berperan dalam meningkatkan risiko stroke melalui berbagai mekanisme
patofisiologis yang kompleks (Wardaty, 2018).
E. Pemeriksaan Diagnosti.
1. Angiografi serebral
Membantu menunjukkan penyebab stroke secara spesifik, misalnya pertahanan atau
sumbatan arteri.
2. Skan Tomografi Komputer (Computer Tomography scan – CT-scan)
Mengetahui adamya tekanan normal dan adanya trombosis, emboli serebral, dan
tekananintrakranial (TIK). Peningkatan TIK dan cairan yang mengandung darah
menunjukan adanya perdarahan subarakhnoid dan perdarahan intrakranial. Kadar
protein total meningkat, beberapa kasus trombosis disertai proses inflamasi.
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Menunjukan daerah infark, perdarahan, malformasi arteriovena (MAV).
4. Ultrasonografi doppler (USG doppler)
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah sistem arteri karotis [aliran darah
atau timbulnya plak]) dan arteriosklerosis.
5. Elektroensefalogram (Electroencephalogram-EEG)
Mengidentifikasi masalah pada otak dan memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
6. Sinar X tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang berlawanan dari
massa yang meluas, klasifikasi karotis interna terdapat pada trombosis serebral;
klasifikasi parsial dinding aneurisma ada perdarahan subarakhnoid.
7. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan cara memeriksakan darah rutin, gula
darah, urine rutin, cairan serebrospinal, analisa gas darah (AGD), biokimia darah,
dan elektrolit. (Batticaca, 2008)
F. Manifestasi Klinis.
Gejala klinis stroke hemoragik dapat bervariasi tergantung pada beratnya gangguan
pembuluh darah dan lokasinya. Biasanya, gejala yang muncul adalah defisit neurologis
mendadak, seperti kelumpuhan atau kelemahan pada satu sisi tubuh (hemiparesis),
gangguan sensibilitas, dan kadang-kadang penurunan kesadaran, terutama pada pasien
berusia di atas 50 tahun. Gejala lainnya juga dapat terjadi sesuai dengan lokasi dan
beratnya perdarahan di otak.
Sementara itu, gejala klinis pada stroke iskemik akut sering kali muncul secara tiba-tiba
dan dapat termasuk kelumpuhan wajah atau anggota badan, gangguan sensibilitas pada
satu sisi tubuh, perubahan mendadak pada status mental, dan kesulitan berbicara atau
memahami ucapan. Selain itu, pasien juga dapat mengalami gejala lain seperti gangguan
penglihatan, mual, muntah, nyeri kepala hebat, vertigo, dan gangguan fungsi otak
lainnya. Penting untuk segera mengidentifikasi gejala-gejala ini dan memberikan
penanganan medis yang cepat untuk mengurangi risiko kerusakan otak yang lebih lanjut
dan memaksimalkan peluang pemulihan (Wibowo, 2021).
G. Penatalaksanaan Medik.
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register,
diagnose medis.
2. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak
dapat berkomunikasi.
3. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien
sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan
kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau
gangguan fungsi otak yang lain.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma
kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin,
vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus.
Pengumpulan data:
A. Aktivitas/istirahat
Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan, hilangnya rasa,
paralisis, hemiplegi, mudah lelah, dan susah tidur.
B. Sirkulasi
Adanya riwayat penyakit jantung, katup jantung, disritmia, CHF, polisitemia. Dan
hipertensi arterial.
C. Integritas Ego.
Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk mengekspresikan
diri.
D. Eliminasi
Perubahan kebiasaan Bab. dan Bak. Misalnya inkoontinentia urine, anuria, distensi
kandung kemih, distensi abdomen, suara usus menghilang.
E. Makanan/caitan :
Nausea, vomiting, daya sensori hilang, di lidah, pipi, tenggorokan, dysfagia
F. Neuro Sensori
Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan intrakranial.
Kelemahan dengan berbagai tingkatan, gangguan penglihatan, kabur, dyspalopia,
lapang pandang menyempit. Hilangnya daya sensori pada bagian yang berlawanan
dibagian ekstremitas dan kadang-kadang pada sisi yang sama di muka.
G. Nyaman/nyeri
Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada otak/muka
H. Respirasi
Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas. Suara nafas, whezing,
ronchi.
I. Keamanan
Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury. Perubahan persepsi dan
orientasi Tidak mampu menelan sampai ketidakmampuan mengatur kebutuhan
nutrisi. Tidak mampu mengambil keputusan.
J. Interaksi sosial
Gangguan dalam bicara, Ketidakmampuan berkomunikasi.
B. Diagnosa Keperawatan
A. Kesimpulan
Stroke, sebuah kondisi serius yang terjadi akibat gangguan aliran darah ke otak,
menyebabkan kerusakan otak yang dapat berujung pada kecacatan atau bahkan
kematian. Epidemiologi stroke menunjukkan prevalensinya yang meningkat secara
global, menjadi penyebab utama kematian dan kecacatan. Faktor risiko seperti
hipertensi, diabetes, merokok, obesitas, dan riwayat keluarga menjadi pemicu utama
terjadinya stroke.
Gejala stroke bervariasi tergantung pada jenisnya, tetapi umumnya meliputi kelumpuhan
mendadak, gangguan bicara, perubahan mental, dan nyeri kepala hebat. Patofisiologi
stroke melibatkan iskemia atau perdarahan otak yang menyebabkan kematian sel otak
dan kerusakan jaringan. Proses ini memicu berbagai komplikasi seperti kerusakan otak
permanen, gangguan motorik, dan meningkatkan risiko kematian.
Ayukhaliza, D. A. (2020). Faktor Risiko Hipertensi di Wilayah Pesisir (Studi Pada Wilayah
Kerja UPTD Puskesmas Tanjung Tiram) (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara).
Hutagalung, M. S. (2021). Pengetahuan, sikap dan tindakan stroke dan tentang hipertensi
sebagai faktor risiko stroke: Panduan lengkap stroke. Nusamedia.
Wardaty, A. D. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Stroke Berulang Pada Pasien
Rawat Inap di RSUP Fatmawati Tahun 2016-2018 (Bachelor's thesis, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta-FIKES).