Disusun Oleh:
Kelompok 5
Ika Oktaviani (SR19213028)
Dinda Nur Savila (SR19213031)
Freshy Moonyk Sister (SR19213024)
Sofi Suyanti (SR19213026)
Putri Ramadini (SR19213022)
Tri Winarni (SR19213012)
Puji dan syukur senantiasa tim penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,
rahmat, karunia, serta bimbingan-Nya, tim penulis dapat menyusun makalah ini dengan baik dan
lancar, serta selesai tepat pada waktunya. Makalah ini disusun, ditulis, serta diselesaikan dengan
maksud dan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif,
terlebih membahas mengenai Patofisiologi, Asuhan Keperawtan, Dan Perawatan Paliatif
Berdasarakan Jurnal Pada Pasien Dengan Stroke Hemoragik.
Dalam menyusun dan menyelesaikan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang dihadapi oleh tim
penulis. Namun, tim penulis sangat menyadari dalam pembuatan makalah ini, tidak lain atas
dukungan, doa, serta motivasi baik secara langsung maupun secara tidak langsung diucapkan dan
diwujudkan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini, tim penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua masing-masing tim penulis di rumah, yang telah memberikan doa dan motivasi.
2. Ns. Almumtahanah, M.Kep. , selaku dosen koordinator mata kuliah Keperawatan Menjelang Ajal
Dan Paliatif yang telah memberikan materi pendukung, masukan, bimbingan kepada tim penulis.
3. Ns. Jaka Pradika, M. Kep., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan dorongan,
masukan, saran dan motivasi kepada tim penulis.
4. Rekan-rekan kelompok, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Akhir kata dari kami, semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua, kami pun memohon
maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam makalah terdapat perkataan yang tidak berkenaan dihati.
Demikian yang dapat kami sampaikan, sekian terima kasih. Wassalamualaikum Warahmatullahi
Wabarokatuh.
Penyusun
Kelompok 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................5
PENDAHULUAN...........................................................................................................................5
A.Latar Belakang.........................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................7
PEMBAHASAN..............................................................................................................................7
A. Konsep Teori Keperawatan Paliatif........................................................................................7
1.Definisi Keperawatan Paliatif...............................................................................................7
2. Tujuan Perawatan paliatif.....................................................................................................7
3.Prinsip Perawatan Paliatif Care.............................................................................................8
4.Peran Fungsi Perawat pada Asuhan Keperawatan Paliatif....................................................8
5.Prinsip Asuhan Perawatan Paliatif........................................................................................8
B.Konsep Teori Stroke Hemoragik..............................................................................................9
1.Definisi Stroke Hemoragik....................................................................................................9
2.Etiologi Stroke Hemoragik....................................................................................................9
3.Tanda dan Gejala Stroke Hemoragik....................................................................................9
4.Patofisologi Stroke Hemoragik...............................................................................................11
5. .Konsep Asuhan Keperawatan...............................................................................................11
1.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stroke Hemoragik........................................................11
C. PERAWATAN PALIATIF BERDASARKAN JURNAL PADA PASIEN DENGAN STROKE
HEMORAGIK...........................................................................................................................15
1.HASIL DAN BAHASAN...................................................................................................16
D. KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN STROKE HEMORAGIK........................22
BAB IVPENUTUP........................................................................................................................35
A. Kesimpulan...........................................................................................................................35
B.Saran.......................................................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................37
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke merupakan penyebab kematian ketiga di dunia setelah penyakit jantung koroner
dan kanker baik di negara maju maupun di negara berkembang. Satu dari sepuluh kematian
disebabkan oleh stroke (Ennen, 2004; Marsh & Keyrouz, 2010; American Heart Association,
2014; Stroke forum, 2015). Secara global, 15 juta orang terserang stroke setiap tahunnya, satu
per tiga meninggal dan sisanya mengalami kecacatan permanen (Stroke forum, 2015). Stroke
merupakan penyebab utama kecacatan yang dapat di cegah (American Heart Asssociation,
2014).
Stroke Hemoragik adalah perdarahan serebral dan pendarahan subarachnoid yang
disebabkan oleh pecahnya pembuluh ke otak pada area otak tertentu. Biasanya hal ini terjadi
apabila saat melakukan aktivitas, namun bisa juga terjadi saat istirahat yang membuat
kesadaran pasien menurun. Menurut M.Adib, (2009) stroke hemoragik adalah pemebuluh
darah otak yang pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes
ke dalam suatu daerah di otak dan kemudian merusaknya.
Data statistik stroke dunia menyatakan sekitar 15 juta orang di dunia mengalami stroke
tiap tahunnya dan 1 dari 6 orang diseluruh dunia akan mengalami stroke dalam hidup mereka.
Kejadian stroke di dunia pada tahun 2010 yaitu sebanyak 33 juta, dengan 16,9 juta orang yang
terkena serangan stroke pertama. Angka kejadian stroke di Indonesia menunjukkan bahwa
prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7,0 per mil dan
yang berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per mil. Total sebanyak
57,9% kejadian stroke telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan (Kemenkes.RI, 2014).
Stroke dapat berdampak pada kehidupan dan kesejahteraan anda dalam berbagai aspek.
Proses rehabilitasinya spesifik dan tergantung pada gejala yang anda alami dan seberapa parah
gejala tersebut. Sejumblah ahli dan spesialisasi bisa membantu. Diantaranya adalah, psikologi,
ahli berapi okupasi, ahli terapi bicara, perawat dan dokter spesialisasi, serta fisioterapi.
Kerusakan akibat stroke bisa meluas dan berlangsung lama sebelum pilih seperti sedia kala,
penderita harus melakukan rehabilitasi dalam periode Panjang. Namun sebagai besar dari
mereka tidak akan pernah pulih sepenuhnya.
Stroke merupakan gangguan yang terjadi pada bagian otak akibat adanya penyumbatan
aliran darah sehingga nutrisi dan oksigen yang di butuhkan otak tidak terpenuhi dengan baik.
Penyakit stroke ini sangatlah sering terjadi di lingkungan sekitar kita. Stroke terbagi menjadi
dua yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi
karena pecahnya pembuluh darah otak pada area otak tertentu. Penyebab stroke hemoragik ini
seperti adanya bekuan darah atau penurunan aliran darah pada otak. Alasan kelompok
membahas materi stroke hemoragik adalah karena stroke hemoragik merupakan penyakit yang
sangat umum terjadi, akan tetapi banyak dari orang yang tidak mengetahui bagaimana
penyakit stroke hemoragik terjadi. Jadi, disini kami menjelaskan bagaimana penyebab yang
bisa menyebabkan stroke hemoragik dan bagaimana perjalanan dari stroke hemoragik tersebut.
Harapan kami semoga kita semua bisa memahami dan mengetahui bagaimana tentang stroke
hemoragik tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Patofisologi, Asuhan Keperawatan Dan Perawatan Paliatif Pada
Berdasarkan Jurnal Pada Pasien Dengan Stroke Hemoragik?
C. Tujuan Masalah
1. Tujuan Umum
Penulis mampu menganalisa serta meneggakkan diagnosa keperawatan serta intervensi
pada pasien stroke hemoragik.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Stroke Hemoragik.
b. Untuk mengetahui apa etiologi dari Stroke Hemoragik.
c. Untuk mengetahui bagaimana tanda dan gejala dari Stroke Hemoragik.
d. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari Stroke Hemoragik.
e. Untuk mengetahui bagaimana perawatan paliatif berdasarkan jurnal pada pasien
dengan stroke hemarogik
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kehilangan Motorik
Stroke adalah penyakit motor neuron dan mengakibatkan kehilangan kontrol
volunter terhadap gerakan motorik.
2. Kehilangan Komunikasi
Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi.
Stroke adalah penyebab afasia paling umum. Disfungsi bahasa dan komunikasi dapat
dimanifestasikan oleh hal berikut:
a. Disartria (kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti yang
disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara.
b. Disfasia atau afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara), yang terutama ekspresif
atau reseptif.
c. Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya),
seperti terlihat ketika pasien mengambil sisir dan berusaha untuk menyisir rambutnya
3. Gangguan Persepsi
Ketidakmampuan untuk menginterpretasikan sensasi. Stroke dapat
mengakibatkan disfungsi persepsi visual, gangguan dalam hubungan visual-spasial, dan
kehilangan sensori.
4. Kerusakan Fungsi Kognitif dan Efek Psikologik
Disfungsi ini dapat ditunjukkan dengan kesulitan dalam pemahaman, lupa, dan
kurang motivasi, yang menyebabkan pasien ini menghadapi masalah frustasi dalam
program rehabilitasi mereka.
5. Disfungsi Kandung Kemih
Setelah stroke pasien mungkin mengalami inkontinensia urinarius sementara
karena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan
ketidakmampuan untuk menggunakan urinal/bedpan.
4. Patofisologi Stroke Hemoragik
Otak sangat tergantung pada oksigen dan tidak mempunyai cadangan oksigen. Jika
aliran darah ke setiap bagian otak terhambat karena thrombus dan embolus, maka terjadi
kekurangan oksigen ke jaringan otak. Kekurangan selama 1 menit dapat mengarah pada
gejala yang dapat pulih seperti kehilangan kesadaran. Selanjutnya kekurangan oksigen
dalam waktu yang lebih lama dapat menyebabkan nekrosis mikrsokopik neuron-neuron.
Area nekrotik kemudian disebut dengan infrak. Kekurangan oksigen pada awalnya
disebebkan oleh iskemia miokardium (karena henti jantung atau hipotensi) atau hipoksia
krena akibat proses anemia dan kesukaran untuk bernafas. Stroke karena embolus dapat
merupakan akibat dari bekuan darah, udara, plaque, atheroma fragmen lemak. Jika etiologi
stroke adalah hemoragik maka faktor pencetus adalah hipertensi. Abnormalitas vaskuler,
aneurisma serabut dapat terjadi rupture dan dapat menyebabkan hemoragik. Jadi, penyebab
utama terjadinya stroke hemoragik adalah adanya kekurangan suplai oksigen dari otak dan
agen pencetusnya adalah hipertensi.
C. Perawatan Paliatif Berdasarkan Jurnal Pada Pasien Dengan Stroke Hemoragik
Peran perawat dalam perawatan Palliative homecare di fokuskan dalam pencegahan
komplikasi dan mengurangi terjadinya stroke berulang, memberikan pendidikan kesehatan
terkait perubahan gaya hidup dan pemberdayaan keluarga. Keluarga sebagai caregiver
merupakan pendamping pasien dalam pemberian pelayanan perawatan Kesehatan yang
kompleks selama perawatan pasien pasca stroke. Dukungan untuk keluarga pasien harus
diberikan melalui sebuah usaha interdisiplin, yang melibatkan perawat, dokter, pasien dan
keluarga serta pemerintah untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang holistic.
Masalah utama yang dihadapi pasien stroke yaitu bagaimana keluarga, lingkungan dan
tenaga medis mampu memberikan dan memenuhi kebutuhan perawatan pasien stroke dalam
perawatan Palliative homecare, karena membutuhkan pendampingan untuk meningkatkan
kemampuan dirinya walaupun dalam keterbatasan, sehingga kualitas hidupnya menjadi
bermakna. Perawatan yang diberikan dapat dilakukan secara berkesinambungan, dengan
perawatan Palliative homecare yang berkualitas. Maka kondisi pasien dengan stroke dapat
memberikan efek membaik pada fisik maupun psikologisnya. Perawat sangat berperan dalam
meningkatkan kualitas hidup pasien stroke. Tujuan penelitian ini adalah mengekplorasi
kualitas hidup pasien stroke dalam perawatan Palliative homecare meliputi domain fisik,
psikologis dan sosial.
Email: ulfah_karim@yahoo.com
Abstrak
Stroke merupakan penyakit defisit neurologis multi kompleks yang menyebabkan
kecacatan fisik atau mental dapat mempengaruhi semua aspek kehidupan individu
termasuk kualitas hidup pasien. Kualitas hidup terkait kesejahteraan hidup pasien dan
keluarga dengan pemberian perawatan Palliative homecare. Penelitian fenomenologi
ini dilakukan untuk mengeksplorasi secara mendalam kualitas hidup pasien dalam
perawatan Palliative homecare. Partisipan dalam penelitian ini dengan 13 partisipan
dengan teknik purposive sampling. Tema yang terkait dengan kualitas hidup adalah
domain fisik yang meliputi aktivitas, pola makan, memori dan konsentrasi, mobilitas
fisik, bicara, nyeri, tidur dan istirahat. Domain psikologis antara lain gambaran diri,
motivasi hidup, perasaan bahagia dan perasaan sedih. Domain sosial antara lain
perubahan sosial antara lain perubahan fungsi sosial dan perubahan peran.
Pengumpulan data dalam penelitian ini melalui data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dengan indepth interview (wawancara mendalam) kepada partisipan
utama dan Fokus Group Discussion (FGD) kepada partisipan pendukung. Data
sekunder menggunakan instrumen lain berupa formulir lembar data demografi, rekam
medis berupa catatan medis, catatan keperawatan pasien dan catatan lapangan
peneliti. Kualitas hidup domain fisik meningkat pada aktivitas, pola makan, mobilisasi
fisik dan bicara. Kualitas hidup domain psikologis meningkat pada motivasi hidup,
perasaan bahagia. Kualitas hidup domain sosial meningkat pada perubahan fungsi
sosial. Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa kualitas hidup pasien stroke
meningkat dalam perawatan Palliative homecare. Perawatan Palliative homecare
dalam informasi layanan dan kolaborasi dengan tim medis dan sosial worker sangat
penting bagi peningkatan kebutuhan pasien dan pencapaian kualitas hidup.
Abstract
Stroke is a neurological deficit multi complex disease that causes physical or mental
disability can affect all aspects of an individual’s life, including the quality of life of
patients. Quality of life related to the welfare of patients and families with the provision
of Palliative homecare. Phenomenological study was conducted to explore in depth the
quality of life of patients in palliative care homecare. Participants in this study with 13
participants using purposive sampling technique. Themes related to the quality of life is
domains includes physical activity, diet, memory and concentration, physical mobility,
speech, pain, sleep and rest. Psychological domains include self-image, motivation of
life, happiness and sadness. Among other social domains of social change include
changes in the social function and the role change. Collecting data in this study through
primary data and secondary data. The primary data obtained by in-depth interviews
(depth interview) to the main participants and Focus Group Discussion (FGD) to
support participants. Secondary data using the other instruments in the form of sheet
form and demographic data, medical records such as medical records, patient nursing
records and field notes the researcher. Quality of life domains increased physical
activity, diet, physical mobilization and talk. Quality of life increased in the
psychological domain of motivation to live, feeling happy. Quality of life increased in
the social domain changes in social function. This study proved that the quality of life
of stroke patients in the care of palliative homecare increases. Palliative care in the
homecare information services and collaboration with the medical team and social
worker is very important for improving the patient’s needs and the achievement of
quality of life.
Info Artikel:
DOI : http://dx.doi.org/10.21927/jnki.2017.5(1).42-50
Gambar 2. Sub Tema dan Sub Sub Tema pada Kualitas Hidup Domain Fisik Pasien Stroke dalam
ABSTRAK
Stroke hemoragik terjadi karena pecahnya pembuluh darah di otak. Pembuluh darah
otak pecah disebabkan karena tekanan darah tinggi. Obat antihipertensi banyak digunakan
pada pasien dengan tekanan darah tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi tidak tercapainya target tekanan darah pada pasien stroke
hemoragikakut yang diobati dengan antihipertensi. Penelitian ini merupakan penelitian
analitisdilakukan dengan menggunakan case control study. Subyek penelitian adalah pasien
stroke hemoragik akut yang memenuhi kriteria inklusi dan diobati dengan
antihipertensi.Pasien diklasifikasikan kedalam kelompok kasus jika hasil rekam medis dan
stroke register menunjukkan tekanan darah >140/90 mmHg, sedangkan kelompok kontrol
adalah pasien stroke hemoragik akut dengan tekanan darah ≤140/90 mgHg.Faktor prediktor
yang diteliti berupa jenis kelamin, usia, komorbid, obat penyerta, jumlah komorbid, golongan
antihipertensi, jumlah antihipertensi, sediaan antihipertensi, dan baseline tekanan darah. Data
dianalisis menggunakan bivariat dan multivariat. Pada studi ini150 pasien stroke hemoragik
akutmemenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian menunjukan bahwa pasien dengan jenis
kelamin laki-laki (OR=2,279; 95% CI=1,137–4,571; p=0,020) dan pasien dengan komorbid
gangguan ginjal (OR=2,733; 95% CI=1,047-7,135; p=0,040) memiliki pengaruh paling
signifikan terhadap tidak tercapainya target tekanan darah. Usia, komorbid (hipertensi,
dislipidemia, penyakit jantung, diabetes mellitus), obat penyerta, jumlah komorbid,
antihipertensi (golongan, jumlah, sediaan), dan baseline tekanan darah tidak memiliki
pengaruh terhadap tidak tercapainya target tekanan darah. Faktor prediktor yang signifikan
berpengaruh terhadap tidak tercapainya target tekanan darah pada pasien stroke hemoragik
akut adalah jenis kelamin laki-laki dan gangguan ginjal.
ABSTRACT
Hemorrhagic strokes occur due to rupture of blood vessels in the brain. Brain blood
vessel rupture due to high blood pressure. Widely used antihypertensive drugs in patients
with high blood pressure. To identify factors that affect not achieving the target blood
pressure in patients with acute hemorrhagic stroke were treated with antihypertensives. This
study was conducted by using the analytical case-control study. Subjects were patients with
acute hemorrhagic stroke based on the inclusion criteria and were treated with
antihypertensives. Patients were classified into groups of cases if the results of the medical
records and registers stroke showed a blood pressure>140/90 mmHg. Acute hemorrhagic
stroke patients with blood pressure ≤140/90 mmHg classified into control group. Clinical
characteristics including gender, age, comorbidities, concomitant medications, number of
comorbid, antihypertensive class, number of antihypertensive, antihypertensive preparations,
and baseline blood pressure was observed in this study. The results are then analyzed using
bivariate and multivariate analyzes. In this study, 150 patients with acute hemorrhagic stroke
met the inclusion criteria. The results showed that male patients (OR=2.279; 95% CI=1.137-
4.571; p=0.020) and patients with comorbid renal impairment (OR =2.733; 95% CI=1.047-
7.135; p=0,040) havemost significant effect on not achieving the target bloodpressure. Age,
comorbidities(hypertension, dyslipidemia, cardiovascular disease, diabetes mellitus),
concomitant medications, number of comorbid, antihypertensives (group, number,
preparations), and baseline blood pressure has no influence on not achieving the target blood
pressure. Factors significant predictors influence on not achieving the target blood pressure
in patients with acute hemorrhagic stroke is male gender and renal impairment.
Keywords: hemorrhagic stroke, hypertension, predictors
PENDAHULUAN
Stroke merupakan penyakit bahwa kini jumlah penderita stroke di
serebrovaskular yang terjadi secara tiba-tiba Indonesia menduduki urutan pertama di
dan menyebabkan kerusakan neurologis Asia dan stroke iskemik menempati angka
(Ikawati, 2011). Yayasan Stroke Indonesia kejadian tertinggi dibandingkan stroke
menyatakan hemoragik (YASTROKI, 2012). Stroke
hemoragik adalah kondisi medis yang
ditandai dengan pecahnya satu atau lebih
pembuluh darah di dalam otak.
Korespondensi
Wisnu Amboro
Kasus Kontrol
(n=75) (n=75) Jumlah
Karakteristik Pasien
n % N % N %
Jenis Kelamin
Laki-laki 53 58,9 37 41,1 90 60
Perempuan 22 36,7 38 63,3 60 40
Kelompok Umur
≥ 60 tahun 38 50,7 37 49,3 75 50
<60 tahun 37 49,3 38 50,7 75 50
Komorbid
Riwayat hipertensi 52 53,6 45 46,4 97 40,4
Dislipidemia 39 47 43 53 82 34,2
Gangguan Ginjal 19 73 7 17 26 10,8
Penyakit Kardiovaskular 8 72,8 3 27,2 11 4,6
Diabetes mellitus 15 62,5 9 37,5 24 10
Obat-obat penyerta
Antifibrinolitik 66 51,2 63 48,8 129 18,8
Perlindungan sistem saraf 40 47 45 53 85 12,4
pusat
Obat dislipidemia 6 28,6 15 71,4 21 3,1
Anti Diabetik Oral 10 58,8 7 41,2 17 2,5
Insulin 7 58,3 5 41,7 12 1,7
Obat Kardiovaskular 11 78,6 3 21,4 14 2
Anti Anxietas 16 50 16 50 32 4,7
Antibiotik 44 51,8 41 48,2 85 12,4
Anti pirai 3 33,3 6 66,7 9 1,3
Analgetik 50 48,1 54 51,9 104 15,2
Agen penurun tekanan intra 22 48,9 23 51,2 45 6,5
Kranial
Obat gangguan pencernaan 45 52,9 40 47,1 85 12,4
Obat gangguan pernafasan 20 41,7 28 58,3 48 7
Jenis Antihipertensi
BB+CCB+Di / 1 50 1 50 2 1,3
ARB+BB+CCB+Di
ARB 1 25 3 75 4 2,7
ACE/ARB+CCB 4 66,7 2 33,3 6 4
ACE/ARB+Di 6 54,5 5 45,5 11 7,3
CCB 7 38,9 11 61,1 18 12
Di 12 52,2 11 47,8 23 15,3
CCB+Di 20 52,6 18 47,4 38 25,3
ACE/ARB+CCB+Di 24 50 24 50 48 32
Jumlah Antihipertensi
Antihipertensi tunggal 20 44,4 25 55,6 45 30
Antihipertensi 2 kombinasi 30 54,5 25 45,5 55 36,7
Antihipertensi ≥3 kombinasi 25 50 25 50 50 33,3
Sediaan obat hipertensi
Parenteral 62 51,2 58 48,8 120 49,8
Oral 58 48,3 63 51,7 121 50,2
Baseline tekanan darah ‘
Hipertensi derajat 2 52 64,2 29 35,8 81 54
Hipertensi derajat 1 16 32,7 33 67,3 49 32,7
Prehipertensi 6 35,3 11 64,7 17 11,3
Normotensi 1 33,3 2 66,7 3 2
Keterangan :
Kasus Kontrol
(n=75) (n=75)
Jenis kelamin
Laki-laki 53 70,7 37 49,3 2,474 1,263- 4,846 0,008
Perempuan 22 29,3 38 50,7
Kelompok Umur
≥ 60 Tahun 38 50,7 37 49,3 1,055 0,556-2,001 0,87
< 60 Tahun 37 49,3 38 50,7
Jenis Komorbid
Riwayat Hipertensi
Ya 52 69,3 45 60 1,507 0,768-2,957 0,232
Tidak 23 30,7 30 40
Dislipidemia
Ya 39 52,7 43 57,3 0,806 0,423-1,535 0,512
Tidak 36 48 32 42,7
Gangguan ginjal
Ya 19 25,3 7 9,3 3,296 1,293-8,404 0,01
Tidak 56 74,7 68 90,7
Penyakit jantung
0,730-
Ya 8 10,7 3 4 2,866 11,255 0,117
Tidak 67 89,3 72 96
Diabetes mellitus
Ya 15 20 9 12 1,833 0,747-4,497 0,181
Tidak 60 80 66 88
pembuluh darah pecah dan mengalami terbanyak dengan mempunyai penyakit
perdarahan di otak (Fagan dan Hess, 2008). penyerta.
Obat penyerta yang paling banyak Jumlah obat antihipertensi terbanyak
untuk stroke ini adalah antifibrinolitik yaitu diberikan pada pasien ini adalah
sebanyak 129 (18,8%). Menurut Gofir antihipertensi 2 kombinasi sebanyak 55
(2009) pemberian antifibrinolitik untuk (36,7%) dari 150 jumlah total pasien stroke
perdarahan merupakan salah satu bagian dari hemoragik akut. Algoritma penanganan
manajemen spesifik stroke hemoragik akut hipertensi dari JNC 7 menyatakan sebagian
disamping hipertensi, ABC (Airway, besar pasien hipertensi derajat 2
breathing, dan circulation), kenaikan memerlukan2 obat antihipertensi untuk
tekanan intrakranial, dan balans cairan. mencapai target tekanan darah. Sediaan obat
Penggunaan obat antihipertensi yang paling antihipertensi pada Tabel tersebut antara
banyak adalah diuretik sebanyak 122 parenteral dan oral dari 241 total sediaan
(38,9%). Berdasarkan JNC 7 (2003) antihipertensi, jumlah sediaan parenteral dan
penanganan hipertensi dengan penyakit oral hampir sama yaitu parenteral sebanyak
penyerta direkomendasikan pemberian 120 (49,8%) dan oral sebanyak 121 (50,2%).
antihipertensi dengan kombinasi dan Hal tersebut disebabkan pasien masuk
beberapa golongan antihipertensi yang dengan kesadaran menurun sampai tidak
dikombinasikan adalah sadar dan tidak memungkinkan diberikan
ACEI/ARB+CCB+Diuretik (Tabel III). antihipertensi sediaan oral dan setelah
Penelitian ini pasien stroke hemoragik akut kesadaran membaik
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi
Kasus Kontrol
(n=75) (n=75)
95%
Variabel OR CI p
n % n %
Antifibrinolitik
1,39 0,551-
Ya 66 88 63 84 7 3,543 0,480
Tidak 9 12 12 16
Agen perlindungan
CNS
0,76 0,399-
Ya 40 53,3 45 60 2 1,456 0,410
Tidak 35 46,7 30 40
Obat dislipidemia
Ya 6 8 15 20
2,87 1,049-
Tidak 69 92 60 80 5 7,878 0,034
Antidiabetik oral
1,49 0,537-
Ya 10 13,3 7 9,3 5 4,161 0,440
Tidak 65 86,7 68 90,7
Insulin
1,44 0,436-
Ya 7 9,3 5 6,7 1 4,762 0,574
Tidak 68 90,7 70 93,3
Kontro
Variabel Kasus l OR 95% CI p
n % n %
Obat kardiovaskular
2,08 0,502-
Ya 6 8 3 4 7 8,675 0,302
Tidak 69 92 72 96
Agen sedatif
1,00 0,458-
Ya 16 21,3 16 21,3 0 2,184 1,000
Tidak 59 78,7 59 78,7
Antibiotik
1,17 0,617-
Ya 44 58,7 41 54,7 7 2,247 0,621
Tidak 31 41,3 34 45,3
Antipirai
0,47 0,115-
Ya 3 4 6 8 9 1,992 0,302
Tidak 72 96 69 92
Analgetik
0,77 0,388-
Ya 50 66,7 54 72 8 1,560 0,479
Tidak 25 33,3 21 28
Penurun TIK
0,93 0,467-
Ya 22 29,3 23 30,7 8 1,887 0,859
Tidak 53 70,7 52 69,3
Obat pencernaan
1,31 0,687-
Ya 45 60 40 53,3 2 2,508 0,410
Tidak 30 40 35 46,7
Obat pernafasan
0,61 0,305-
Ya 20 26,7 28 37,7 0 1,221 0,161
Tidak 55 73,3 47 62,7
Kasus Kontrol
N % N %
0,517-
≥3 komorbid 18 64,3 10 35,7 1,800 6,271 0,354
0,482-
2 komorbid 26 60,5 17 39,5 1,529 4,855 0,470
0,190-
1 komorbid 23 36,5 40 63,5 0,575 1,738 0,324
Tanpa komorbid 8 50 8 50 Ref.
Volume 5 Nomor 3 – September 2015
Kasus Kontrol
n % n %
Golongan antihipertensi
BB+CCB+Di / 1 50 1 50 1,000 0,059-16,928 1,000
ARB+BB+CC
B+Di
ARB 1 25 3 75 0,333 0,032-3,436 0,611
ACE/ 66,
ARB+CCB 4 7 2 33,3 2,000 0,334-11,969 0,670
54,
ACE/ARB+Di 6 5 5 45,5 1,200 0,322-4,469 0,786
38,
CCB 7 9 11 61,1 0,636 0,211-1,919 0,421
52,
Di 12 2 11 47,8 1,091 0,403-2,950 1,000
52,
CCB+Di 20 6 18 47,4 1,111 0,474-2,604 0,808
ACE/ARB+CCB+Di 24 50 24 50 Ref.
Jumlah
antihipertensi
44,
Antihipertensi tunggal 20 4 25 55,6 0,800 0,357-1,795 0,588
Antihipertensi 2 54,
kombinasi 30 5 25 45,5 1,200 0,557-2,585 0,641
Antihipertensi ≥3
kombinasi 25 50 25 50 Ref.
Sediaan antihipertensi
Parenteral
82,
Ya 62 7 58 77,3 1,398 0,624-3,130 0,414
17,
Tidak 13 3 17 22,7 Ref.
Oral
77,
Ya 58 3 63 84 0,650 0,286-1,476 0,301
22,
Tidak 17 7 12 16 Ref.
n % n %
35, 0,312-
Hipertensi derajat 2 52 64,2 29 8 3,586 41,271 0,552
67, 0,082-
Hipertensi derajat 1 16 32,7 33 3 0,970 11,506 1,000
64, 0,081-
Pre hipertensi 6 35,5 11 7 1,091 14,664 1,000
66,
Normotensi 1 33,3 2 7
Tabel VII. Analisis Multivariat Regresi Logistik Berdasarkan Analisis Bivariat Chi-
square Melihat Faktor Prediktor Variabel Signifikan
terhadap Luaran
selanjutnya pasien diberikan antihipertensi nilai p<0,05). Hasil bivariat pada laki-laki
sediaan oral. yang mempengaruhi luaran ini sesuai
Tabel II memperlihatkan bahwa dengan studi Jabbar dan Razak (2008). Hal
faktor prediktor yang berpengaruh terhadap tersebut terjadi karena laki-laki
luaran ini adalah laki-laki dan gangguan menghasilkan hormon androgen (testoteron)
ginjal (dengan lebih banyak dari pada pada wanita.
Jurnal Manajemen dan Pelayanan
Farmasi
Hormon testosteron lebih bersifat meretensi air dan garam serta merendahkan kadar HDL dan
mempertinggi sedikit kadar LDL (Rahardja dan Tjay, 2001). Gangguan fungsi ginjal
berpengaruh terhadap tidak tercapai target tekanan darah. Hasil ini sesuai dengan penelitian
Bannay, dkk (2014) dari 371 subyek dengan hipertensi, sebanyak 67 pasien (18,1%) dengan
gangguan ginjal memiliki tekanan darah >140/90 mmHg. Hal tersebut disebabkan gangguan
ginjal menyebabkan penurunan GFR. Sedikit penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah (Mathisen dkk., 2010). Penurunan GFR
menyebabkan peningkatan renin yang dapat memacu aktivasi angiotensinogen yang berujung
pada vasokonstriksi. Renin juga merangsang pelepasan aldosteron yang menyebabkan
peningkatan reabsorpsi natrium dan kalium (Manrique et al., 2009). Menurut Jabbar dan
Razak (2008) umur berpengaruh terhadap luaran terapi hipertensi. Dinding pembuluh darah
manusia usia >50 tahun sudah mengeras disebabkan endapan-endapan kolesterol dan lemak
yang menyebabkan target tekanan darah tidak tercapai (Watson dkk., 2008). Pada penelitian
ini didapatkan hasil yang berbeda, hal ini disebabkan kelompok umur yang dibandingkan
berbeda. Penelitian Jabbar dan Razak membagi kelompok umur ≥50 tahun dan kelompok
umur <50 tahun sedangkan pada penelitian ini membagi kelompok umur ≥60 tahun dan
kelompok umur <60 tahun. Berdasarkan data pada Tabel II, hanya obat dislipidemia saja yang
berpengaruh terhadap luaran. Penelitian ini sesuai dengan teori bahwa pemberian obat
dislipidemia menyebabkan vasodilatasi dengan mengembalikan disfungsi endotel yang sering
menyertai hipertensi dan hiperkolesterol, sehingga tekanan darah menurun (Glorioso et al.,
1999). Tabel IV menunjukkan secara statistika jumlah comorbid tidak berpengaruh terhadap
luaran. (p>0,05). Namun secara klinis, Pasien dengan lebih dari 3 komorbid dan 2 komorbid
berpengaruh terhadap luaran dibanding tanpa komorbid terlihat dengan OR>1. Hasil
penelitian ini samasesuai dengan guideline JNC7 yang menyatakan pasien dengan satu
penyakit
penyerta atau lebih memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi agar tekanan darahnya
tercapai.
Tabel V menunjukkan penggunaan obat antihipertensi yang berbeda tidak
berpengaruh terhadap tercapainya target tekanan darah (p>0,05). Studi terbaru dengan
metoderandomized controlled trials double-blind yang membandingkan efektivitas dan
keamanan pada kedua kelompok yaitu kelompok ARB+CCB+Diuretik dan kelompok
ARB+Diuretik, menunjukkan setelah 3 minggu pasien yang tercapai target tekanan darah
≤140/90 mm Hg banyak dijumpai pada kelompok ARB+CCB+Diuretik dibanding kelompok
ARB+Diuretik dengan p<0,001 (Wright et al., 2011).Penelitian ini secara klinis sama dengan
penelitian tersebut bahwa pada penelitian ini ARB+Diuretik mempunyai risiko 1,2 kali lebih
besar tidak tercapai target tekanan darah dibanding ARB+CCB+Diuretik.
Tabel VI memperlihatkan variabel-variabel klasifikasi baseline tekanan darah tersebut
tidak berpengaruh terhadap tercapainya target tekanan darah (p>0,05). Variabel hipertensi
derajat 2 berisiko 3,586 kali lebih besar dibanding dengan normotensi dan prehipertensi
secara klinis berisiko 1,091 kali lebih besar dibanding normotensi. Hasil bivariat tersebut
sesuai dengan teori bahwa untuk mencapai target tekanan darah hipertensi derajat 2diberikan
antihipertensi 2 kombinasi, hipertensi derajat 1 diberikan antihipertensi tunggal, sedangkan
prehipertensi cukup dengan modifikasi gaya hidup (gambar 1) sehingga hipertensi derajat 2,
derajat 1 dan prehipertensi lebih berisiko untuk tidak tercapainya target tekanan darah di
banding normotensi.
Tabel VII menggambarkan bahwa, dari hasil analisis regresi logistik didapatkan
bahwa faktor pediktor yang paling berpengaruh terhadap tidak tercapainya target tekanan
darah adalah pasien stroke hemoragik dengan jenis kelamin laki-laki (p=0,020) dan gangguan
fungsi ginjal (p=0,040).
KESIMPULAN
Faktor prediktor yang berpengaruh terhadap tidak tercapainya target tekanan darah pada
pasien stroke hemoragikakut adalah jenis kelamin laki-laki dan gangguan ginja
DAFTAR PUSTAKA Manrique, C., Lastra, G., Gardner, M., dan
Sowers, J.R., 2009, The Renin
Bannay, R.A., Husain, A., Bohm, M., 2014, Angiotensin
Blood Pressure Control and Predictors
of Aldosterone System in Hypertension:
Roles of Insulin Resistance and
Uncontrolled Hypertension, Bahrain Oxidative Stress, The Medical Clinics
Medical Bulletin, 36(3): 1-11. of North America, 93(3): 569–582.
Brunton, L., Chabner, B., dan Knollman, B., Mathisen, U., Melsom, T., Ingebretsen,
2011, Goodman and Gilman’s The O., Jenssen, T., Njølstad, I., Solbu, M., et al.,
Pharmacological Basis of 2010, The Relationship Between Glomerular
Therapeutics, 12th Ed, McGraw-Hill Filtration Rate Measured as Lohexol-
Education, New York. Clearance and Ambulatory Blood Pressure
in the General Population, Journal of
Chobanian, A.V., Bakris, G.L., Black, H.R., Hypertension, 28: 1.
Cushman, W.C., Green, L.A., Izzo,
J.L., et al., 2003, The Seventh Report Murti, B., 2011, Desain Studi, Institute of
of the Joint National Committee on Health Economic and Policy Studies
Prevention, Detection, Evaluation, and (IHEPS), Bagian Ilmu Kesehatan
Treatment of High Blood Pressure: the Masyarakat, Fakultas Kedokteran,
JNC 7 Report, The Journal of the Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
American Medical Association, Qureshi, A.I., dan Palesch, Y.Y., 2011,
289(19): 2560–2572. Antihypertensive Treatment of Acute
Donovan, A.L., Flexman, A.M., dan Gelb, Cerebral Hemorrhage (ATACH) II:
A.W., 2012, Blood Pressure Design, Methods, and Rationale,
Management in Stroke, Current Neurocritical Care, 15(3): 559–576.
Opinion in Anaesthesiology, 25: 516– Tjay,T.H., Rahardja, K., 2001, Obat-Obat
522. Penting, Badan Pengawas Obat dan
Makanan, Jakarta.
Fagan, S.C., Hess, D.C., 2008, Stroke in
Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Wright, R.F., Duprez, D., Purkayastha, D.,
Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, Samuel, R., dan Ferdinand, K.C., 2011
L.M., Pharmacotherapy A Combination Angiotensin-Receptor
Pathophysiologic Approach, 7th Ed, Blocker (ARB)/Calcium Channel
The McGraw-Hills Companies, United Blocker with HCTZ vs the Maximal
States of America. Recommended Dose of an ARB with
HCTZ in Patients with Stage 2
Glorioso, N., Troffa, C., Filigheddu, F., Hypertension: the Exforge as
Dettori, F., Soro, A., Parpaglia, P.P., et Compareto Losartan Treatment in
al., 1999, Effect of the HMG-CoA Stage 2 Systolic Hypertension
Reductase Inhibitors on Blood Pressure (EXALT) Study, Journal of Clinical
Hypertension, 13(8): 588– 597.
in Patients with Essential Hypertension
and Primary Hypercholesterolemia, Zahuranec, D.B., Wing, J.J., Edwards, D.F.,
Hypertension, 34(6): 1281–1286. Menon, R.S., Fernandez, S.J., Burgess,
R.E., et al., 2012, Poor Long-Term
Gofir, A., 2009, Manajemen Stroke Blood Pressure Control After
Evidence Based Medicine, Pustaka
Intracerebral Hemorrhage, Stroke,
Cendekia Press, Yogyakarta.
43(10): 2580–2585.
Ikawati, Z., 2011, Farmakoterapi Penyakit
Sistem Saraf Pusat, Bursa Ilmu, YASTRORKI, 2012, Pengetahuan Sekilas
Yogyakarta, Indonesia. Tentang
2) Diagnosa Keperawatan
a) Resiko perfusi serebral tidak efektif b/d penurunan kinerja ventrikel kiri,
tumor otak, cidera kepala, infark miokard akut, hipertensi dan
hiperkolesteronemia.
b) Pola napas tidak efektif b/d depresi pusat pernapasan, hambatan upaya
napas, gangguan neuromuskular dan gangguan neurologis.
c) Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d spasme jalan napas, disfungsi
neuromuskuler dan sekresi yang tertahan.
d) Gangguan mobilitas fisik b/d gangguan neuromuskuler dan kelemahan
anggota gerak
e) Gangguan komunikasi verbal b/d penurunan sirkulasi serebral, dan
gangguan neuromuskuler
f) Gangguan persepsi sensori b/d gangguan penglihatan, pendengaran,
penghiduan, dan hipoksia serebral.
3) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan resiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan
dengan infark pada jaringan otak dan hipertensi pada pasien stroke dapat
dilakukan dengan obat- obatan (farmakologis), meskipun manfaatnya relatif
terbatas. Selain itu dapat dilakukan upaya kolaboratif yaitu dengan pemberian
terapi oksigen sesuai kebutuhan, memonitor saturasi oksigen, yang
kesemuanya itu bertujuan untuk mempertahankan aliran darah ke otak pasien
agar bisa menghindari kecacatan fisik dan kematian. Pengaturan elevasi kepala
bertujuan untuk memaksimalkan oksigenasi jaringan otak dan posisi kepala
yang lebih tinggi dapat memfasilitasi peningkatan aliran darah ke serebral dan
memaksimalkan oksigenasi jaringan serebral dan elevasi kepala menggunakan
teknologi Transcranial Doppler (Summers,2009).
4) Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan klien secara optimal. Pada tahap ini perawat menerapkan
pengetahuan intelektual, kemampuan hubungan dan kemampuan teknis
keperawatan.
5) Evaluasi
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik yang terencana mengenai
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN STROKE HEMORAGIK
NO Diagnosa Keperawatan Standar Luaran Standar Intervensi
(SDKI) Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia
(SLKI) (SIKI)
1 Resiko perfusi serebral Setelah dilakukan tindakan Manajemen Peningkatan
tidak efektif b/d Keperawatan 3x 24 jam Tekanan Intrakranial
hipertensi diharapkan perfusi Observasi
jaringan serebral pasien 1. Identikasi penyebab
menjadi efektif dengan peningkatan TIK
kriteria hasil : a) Tingkat 2. Monitor tanda/gejala
kesadaran kognitif peningkatan TIK
meningkat 3. Monitor MAP, CVP,
b) Gelisah menurun PAWP, PAP, ICP, dan
c) Tekanan intrakranial CPP, jika perlu
menurun 4. Monitor gelombang ICP
d) Kesadaran membaik 5. Monitor status
pernapasan
6. Monitor intake dan
output cairan
7. Monitor cairan serebro-
spinal
Terapeutik
1. Minimalkan stimulus
dengan menyediakan
lingkungan yang tenang
2. Berikan posisi semi
fowler
3. Hindari manuver
Valsava 4. Cegah
terjadinya kejang 5.
Hindari penggunaan PEEP
6. Atur ventilator agar
PaCO2 optimal
7. Pertahankan suhu tubuh
normal
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
sedasi dan anti konvulsan,
jika perlu
2. Kolaborasi pemberian
diuretik osmosis
3. Kolaborasi pemberian
pelunak tinja Pemantauan
Neurologis
Observasi :
1. Monitor ukuran, bentuk,
kesimetrisan, dan
reaktifitas pupil.
2. Monitor tingkat
kesadaran
3. Monitor tanda-tanda
vital 4. Monitor status
pernapasan : analisa gas
darah, oksimetri nadi,
kedalaman napas, pola
napas, dan usaha napas
5. Monitor refleks kornea
6. Monitor kesimetrisan
wajah
7. Monitor respons
babinski 8. Monitor
respons terhadap
pengobatan.
Terapeutik
1. Tingkatkan frekuensi
pemantauan neurologis,
jika perlu
2. Hindari aktivitas yang
dapat meningkatkan
tekanan intrakranial
3. Atur interval waktu
pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
4. Dokumentasikan hasil
pemantauan.
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan
2 Pola Nafas tidak Efektif Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas
b/d hambatan upaya asuhan keperawatan 3x 24 Observasi
jam diharapkan pola nafas 1. Monitor pola napas
pasien menjadi efektif (frekuensi,
dengan kriteria hasil: kedalaman,usaha napas)
1. Frekuensi napas 2. Monitor bunyi napas
membaik 2. Kedalaman tambahan(mis: wheezing)
napas membaik Terapeutik
3. Ekskursi dada membaik 1. Posisikan semi fowler
atau fowler
2. Pertahankan kepatenan
jalan nafas dengan headlift
dan chin-lift
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada
5. Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15 detik
6. Berikan oksigen
Edukasi
1.Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,mukolitik.
Dukungan Ventilasi
Observasi
1. Identifikasi adanya
kelelahan otot bantu napas
2. Identifikasi efek
perubahan posisi terhadap
status pernapasan
3. Monitor status respirasi
dan oksigenasi ( frekuensi,
dan kedalaman napas,
penggunaan otot bantu
napas, bunyi napas
tambahan, saturasi oksigen)
Terapeutik
1. Pertahankan kepatenan
jalan napas
2. Berikan posisi semi
fowler atau fowler
3. Fasilitasi mengubah
posisi senyaman mungkin
4. Berikan oksigenasi
sesuai kebutuhan
Edukasi
1. Ajarkan melakukan
teknik relaksasi napas
dalam
2. Ajarkan mengubah
posisi secara mandiri
3. Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,jika perlu
3 Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi
efektif b/d spasme jalan Tindakan asuhan Observasi
napas, disfungsi keperawatan 3x24 jam 1. Monitor frekuensi,
neuromuskuler dan diharapkan bersihan jalan irama, kedalaman dan
sekresi yang tertahan napas tetap paten dengan upaya napas.
Kriteria Hasil : 2. Monitor pola napas
1. Batuk efektif meningkat 3. Monitor kemampuan
2. Produksi sputum batuk efektif
menurun 3. Frekuensi 4. Monitor adanya produksi
napas dan pola napas sputum
membaik 5. Monitor adanya
sumbatan jalan napas
6. Monitor saturasi oksigen
7. Monitor nilai AGD
8. Monitor hasil X-Ray
toraks
Terapeutik
1. Atur interval
pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu.
Penghisapan Jalan Napas
Observasi
1. Identifikasi kebutuhan
dilakukan penghisapan
2. Monitor status
oksigenasi, status
neurologis, dan status
hemodinamik sebelum,
selama dan setelah
tindakan 3. Monitor dan
catat warna, jumlah dan
konsistensi sekret
Terapeutik
1. Gunakan tindakan
aseptik
2. Gunakan prosedural
steril dan disposibel
3. Gunakan teknik
penghisapan tertutup,sesuai
indikasi
4. Berikan oksigen dengan
konsentrasi tinggi (100%)
paling sedikit 30 detik
sebelum dan setelah
tindakan
5. Lakukan penghisapan
lebih dari 15 detik
6. Hentikan penghisapan
dan berikan terapi oksigen
jika mengalami kondisi-
kondisi seperti bradikardi,
penurunan saturasi
Edukasi
1. Anjurkan melakukan
teknik napas dalam,
sebelum melakukan
penghisapan
2. Anjurkan bernapas
dalam dan pelan selama
insersi kateter suction
4 Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan Dukungan mobilisasi
b/d gangguan Tindakan asuhan Observasi
neuromuskuler dan keperawatan 3x24 jam 1. Identifikasi adanya nyeri
kelemahan anggota gerak diharapkan mobilitas fisik atau keluhan fisik lainnya
tidak terganggu dengan 2. Identifikasi toleransi
kriteria hasil : 1. fisik melakukan pergerakan
Pergerakan ekstremitas 3. Monitor frekuensi
meningkat jantung dan tekanan darah
2. Kekuatan otot sebelum memulai
meningkat 3. Rentang mobilisasi
gerak( ROM) meningkat 4. Monitor kondisi umum
4. Kelemahan fisik selama melakukan
menurun mobilisasi
Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan alat
bantu( mis; duduk diatas
tempat tidur
2. Fasilitasi melakukan
pergerakan
3. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
2. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis: duduk
diatas tempat tidur)
Pemantauan Neurologis
Observasi :
1. Monitor ukuran, bentuk,
kesimetrisan, dan
reaktifitas pupil.
2. Monitor tingkat
kesadaran
3. Monitor tanda-tanda
vital 4. Monitor status
pernapasan : analisa gas
darah, oksimetri nadi,
kedalaman napas, pola
napas, dan usaha napas
5. Monitor refleks kornea
6. Monitor kesimetrisan
wajah
7. Monitor respons
babinski 8. Monitor
respons terhadap
pengobatan.
Terapeutik
1. Tingkatkan frekuensi
pemantauan neurologis,
jika perlu
2. Hindari aktivitas yang
dapat meningkatkan
tekanan intrakranial
3. Atur interval waktu
pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
4. Dokumentasikan hasil
pemantauan.
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan
5 Gangguan komunikasi Setelah dilakukan tindakan Promosi komunikasi defisit
verbal b/d penurunan asuhan keperawatan 3x 24 bicara
sirkulasi serebral, dan jam diharapkan Observasi
gangguan neuromuskuler komunikasi verbal 1. Monitor frustasi, marah,
meningkat dengan kriteria depresi, atau hal lain
hasil: 2. Identifikasi perilaku
1. Kemampuan berbicara emosional dan fisik sebagai
meningkat bentuk komunikasi
2. Kemampuan mendengar Terapeutik
meningkat 1. Gunakan metode
3. Kesesuaian ekspresi komunikasi alternatif(mis:
wajah/ tubuh meningkat menulis, mata berkedip,
4. Pelo menurun isyarat tangan)
5. Pemahaman komunikasi 2. Berikan dukungan
membaik psikologis
3. Ulangi apa yang
disampaikan pasien
4. Gunakan juru bicara
Edukasi
1. Anjurkan berbicara
perlahan
2. Ajarkan pasien dan
keluarga proses kognitif
dengan kemampuan
berbicara
Kolaborasi
1. Rujuk keahli patologi
bicara atau terapis
6 Gangguan persepsi Kriteria Hasil : Minimalisasi Rangsangan
sensori b/d gangguan 1. Respons sesuai stimulus Observasi 1. Periksa status
penglihatan, membaik mental, status sensori, dan
pendengaran, 2. Konsentrasi membaik tingkat kenyamanan.
penghiduan, dan hipoksia 3. Orientasi membaik Terapeutik
serebra 1. Diskusikan tingkat
toleransi terhadap beban
sensori (bisinf, terlalu
terang)
2. Batasi stimulus
lingkungan (cahaya,
aktivitas, suara)
3. Jadwalkan aktivitas
harian dan waktu istirahat
Edukasi
1. Ajarkan cara
meminimalisasi stimulus
( mengatur pencahayaan
ruangan, mengurangi
kebisingan, membatasi
kunjungan)
Kolaborasi
1. Kolaborasi dalam
meminimalkan
prosedur/tindakan
2. Kolaborasi pemberian
obat yang mempengaruhi
persepsi sensori
Manajemen Delirium
Observasi 1. Identifikasi
faktor risiko delirium
( gangguan
penglihatan/pendengaran,
penurunan kemampuan
fungsional, dll) 2.
Identifikasi tipe delirium
3. Monitor status
neurologis dan tingkat
delirium
Terapeutik
1. Berikan pencahayaan
yang baik
2. Sediakan kalender yang
mudah dibaca
3. Sediakan informasi
tentang apa yang terjadi
dan apa yang dapat terjadi
selanjutnya
4. Batasi pembuatan
keputusan
5. Nyatakan persepsi
dengan cara tenang,
meyakinkan, dan tidak
argumentatif
6. Fokus pada apa yang
dikenali dan bermakna saat
interaksi interpersonal
7. Lakukan reorientasi
8. Sediakan lingkungan
fisik dan rutinitas harian
yang konsisten
9. Gunakan isyarat
lingkungan untuk stimulus
memori, reorientasi, dan
meningkatkan perilaku
yang sesuai
Edukasi
1. Anjurkan kunjungan
keluarga
2. Anjurkan pengggunaan
alat bantu sensorik
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
obat ansietas atau agitasi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Stroke Hemoragik adalah perdarahan serebral dan pendarahan subarachnoid
yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh ke otak pada daerah bagian otak tertentu.
stroke hemoragik Terjadi akibat pembuluh darah otak yang pecah sehingga
menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di
otak dan kemudian merusaknya.
Fungsi otak yang rusak mengakibatkan Kehilangan fungsi Motorik,
Kehilangan Komunikasi, Kesulitan berbicara, bicara defektif atau kehilangan bicara,
ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari sebelum nya, gangguan
persepsi, kerusakan fungsi kognitif dan psikologik, disfungsi kandung kemih.
Perawatan Paliatif care Pada pasien dengan stroke Hemorragik adalah untuk
mengurangi Penderitaan yang dialami oleh pasien dan untuk meningkatkan kualitas
dari kehidupan pasien tersebut dan juga memberikan suport dan dukungan pada
keluarga pasien. Walaupun pada akhirnya pasien meninggal dunia akibat penyakit
yang diderita, yang terpenting sebelum meninggal pasien sudah siap secara psikologis
dan spritual dan tidak stress dengan penyakit yang dialaminya.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan dalam penanganan kasus stroke hemoragik adalah
melakukan intervensi keperawatan pada pasien stroke dengan memberikan katihan
isometric dan ROM pasif dan ROM aktif untuk meningkatkan fungsi neurologis pada
pasien stroke. Sehingga disarankan pada pemberi pelayanan untuk ditingkatkan lagi
Latihan ini guna meningkatkan fungsi neurologis pada pasien stroke. Pemberi Latihan
ini guna meningkatkan aliran darah. Sehingga sangat disarankan bagi pelayanan
kesehatan khususnya perawat dapat menggunakan latihan.
.
DAFTAR PUSTAKA
http://scholar.unand.ac.id
https://id.scribd.com/doc/297065413/Lp-Stroke-Hemoragik
Agina, P.A.W.S Dkk. 2019. Faktor Reskio Terjadinya Stroke: Jawa tengah
Puspita, Enny and Fahrur Rozi. 2020. Modul Pemeblajaran Paliatif. Stikes Husada: Jombang
http://eprints.umpo.ac.id
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id
http://repo.stikesperintis.ac.id/1182/1/18%20JUNI%20HARTATI.pdf
https://id.scribd.com/document/331936410/Perawatan-Paliatif-Pada-Pasien-Stroke
https://ejournal.almaata.ac.id/index.php/JNKI/article/view/424