Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH STROKE PADA LANSIA DAN PERAWATANNYA

Tugas ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik

Dosen Pengampu:
Nandang Jamiat Nugraha, M.Kep, Sp.Kep.Kom

Disusun oleh:

Alma Triana (032016038)

Sintia Mustopa (032016050)

Fakhri Agustyosa (032016054)

Badriatun Naimah (032016062)

Wika Puspika Sari (032016071)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena anugerah dari-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Stroke Pada Lansia dan Perawatannya”
ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi besar kita, yaitu
Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa
ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh
alam semesta.

Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan mengenai stroke pada lansia dan perawatannya. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah yang kami buat ini dapat di pahami oleh siapa saja yang
membacanya, dan semoga dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan umumnya
bagi siapa saja yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf jika ada kata yang
kurang berkenan, dan Kami mohon adanya kritik dan saran agar dapat memperbaiki
di saat yang akan datang.

Bandung, Oktober 2019

Kelompok

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan.................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3
A. Definisi...............................................................................................................3
B. Etiologi...............................................................................................................3
C. Faktor Resiko Stroke..........................................................................................5
D. Manifestasi Klinis...............................................................................................5
E. Klasifikasi...........................................................................................................6
F. Pathway..............................................................................................................8
G. Saraf Kranial Pada Pasien Stroke.....................................................................10
H. Pemeriksaan Diagnostik...................................................................................11
I. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul...............................................12
J. Rencana Tindakan Keperawatan......................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lanjut usia merupakan suatu periode dari rentang kehidupan yang
ditandai dengan perubahan atau penurunan fungsi tubuh. Secara umum,
populasi penduduk lansia 60 tahun keatas pada saat ini di negara-negara dunia
diprediksikan akan mengalami peningkatan. Jumlah penduduk usia lanjut di
dunia saat ini diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan
diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar (Meiner, 2011).
Berdasarkan data WHO (World Health Organization) memperkirakan
sekitar 15 juta orang terkena stroke setiap tahunnya. Stroke merupakan
penyebab kematian utama urutan kedua pada kelompok usia diatas 60 tahun.
Penyakit stroke telah menjadi masalah kesehatan yang menjadi penyebab
utama kecacatan pada usia dewasa dan merupakan salah satu penyebab
terbanyak di dunia (WHO, 2016).
Di Indonesia belum ada data epidemologi stroke yang lengkap tetapi
dari tahun ke tahun cenderung meningat. Penderita stroke, diperkirakan setiap
tahunnya terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke, sekitar 50% atau
250.000 orang meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun berat (Yayasan
Stroke Indonesia, 2011).
Stroke merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan
subarachnoid, yang disebabkan oleh ecahnya pembuluh darah otak pada
daerah otak tertentu. Biasanya kejadian tersebut sedang melakukan aktivitas
atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat (Andra & Yessie, 2013).

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari stroke?
2

2. Sebutkan etiologi dari stroke?


3. Jelaskan faktor resiko dari stroke?
4. Sebutkan manifestasi klinis dari stroke?
5. Jelaskan klasifikasi dari stroke?
6. Bagaimana pathway stroke?
7. Bagaimana kondisi saraf kranial penderita stroke?
8. Jelaskan penatalaksanaan medis stroke?

C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan definisi stroke
2. Untuk menyebutkan etiologi stroke
3. Untuk menjelaskan faktor resiko stroke
4. Untuk menyebutkan manifestasi klinis dari stroke
5. Untuk menjelaskan klasifikasi dari stroke
6. Untuk mengetahui mekanisme stroke
7. Untuk mengetahui kondisi saraf kranial penderita stroke
8. Untuk menjelaskan penatalaksanaan medis stroke
3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang
disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi
pada siapa saja dan kapan saja (Muttaqin, 2012).
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang
berkembang cepat akibat fungsi otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa ada
penyebab lain yang jelas selain vaskular. Stroke merupakan penyakit yang
paling sering menyebabkan cacat berupa kelumpuhan anggota gerak,
gangguan bicara, proses berpikir daya ingat, dan bentuk-bentuk kecacatan
yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak.
Stroke didefinisikan sebagai suatu manifestasi klinik gangguan
peredaran darah otak yang menyebabkan defisit neurologik yang berlangsung
lebih lama dari 24 jam (Boedhi Darmojo, 2015).

B. Etiologi
Menurut Muttaqin (2012) penyebab stroke yaitu:
1. Trombosis Serebral
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga meyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat menimbulkan
edema dan kongesti disekitarnya. Trombosis bisanya terjadi pada orang
tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena
penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat

4
5

menyebabkan iskemia serebri. Tanda dan gejala neurologis sering kali


memburuk dalam 48 jam setelah terjadi trombosis.
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak:
a. Arteriosklerosis
Aterosklorosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta
berkurangnya kelenturan atau elestisitas dinding pembuluh darah.
b. Hiperkoagulasi pada polisitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/hematokrit meningkat
dapat melambatkan aliran darah serebri.
c. Arteritis (radang pada arteri)
d. Emboli
Emboli merupakan peyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan
darah, lemak, dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus
dijantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri. Emboli
tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik.
2. Hemoragi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam
ruang subaraknoid atau ke dalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini
dapat terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi. Akibat pecahnya
pembuluh darah otak menyebabkan pembesaran darah kedalam parenkim
otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran, dan pemisahan
jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan
otak tertekan sehingga terjadi infark otak, edema, dan mungkin herniasi
otak.
3. Hipoksia Umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah:
a. Hipertensi yang parah
b. Henti jantung-paru
c. Curah jantung turun akibat aritmia
6

4. Hipoksia Lokal
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah:
a. Spasme arteri serebri yang disertai perdarahan subaraknoid
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migren

C. Faktor Resiko Stroke


Menurut Boedhi Darmojo (2015) faktor penyebab stroke antara lain:
1. Hipertensi, merupakan faktor resiko utama
2. Usia, yang merupakan faktor resiko non reversible terjadinya stroke
3. Penyakit kardiovaskuler embolisme serebri berasal dari jantung:
a. Penyakit arteri koronoria
b. Gagal jantung kongesti
c. Hipertrovi ventrikel kiri
d. Abnormalitas irama (khususnya fibrilasi atrium)
e. Penyakit jantung kongestif
4. Kolesterol tinggi
5. Obesitas
6. Peningkatan hematokrit meningkatkan resiko infark serebri
7. Diabetes melitus
8. Hiperlipidemia
9. Merokok
10. Konsumsi alkohol

D. Manifestasi Klinis
Menurut Amin Hardhi (2015) manifestasi stroke meliputi:
1. Tiba-tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan separuh badan
2. Bicara cadel atau pelo
3. Gangguan bicara dan bahasa
4. Gangguan penglihatan
7

5. Mulut moncong atau tidak simetris


6. Nyeri kepala hebat
7. Vertigo
8. Kesadaran menurun
9. Proses kencing terganggu
10. Gangguan fungsi otak

E. Klasifikasi
Menurut Boedhi Darmojo (2015) klasifikasi stroke dibagi menjadi:
1. Stroke Hemoragik
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subaraknoid.
Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada area otak tertentu.
Kesadaran klien umumnya menurun.
a. Perdarahan Intraserebral (PIS)
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena
hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak,
membentuk massa yang menekan jaringan otak, dan menimbulkan
edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan
kematian mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intraserebral
yang disebabkan hipertensi sering dijumpai di daerah putamen,
thalamus,pons dan serebelum.
b. Perdarahan Subaraknoid
Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM.
Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi
Willisi dan cabang-cabangnya yang tedapat diluar parenkim otak.
Pecahnya arteri dan keluarnya keruang subaraknoid menyebabkan TIK
meningkatkan mendadak, meregangnya struktur peka nyeri sehingga
timbul nyeri kepala hebat, dan vasospasme pembuluh darah serebri
yang berakibat disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan
8

kesadaran) maupun fokal (hemiparase, gangguan hemi sensorik,


afasia, dan lainnya).
2. Stroke Nonhemoragik
Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebri, biasanya terjadi
saat setelah lama beristirahat, baru bagun tidur, atau pagi hari. Tidak
terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkanhipoksia dan
selanjutnya dapat timbul edema sekunder. Kesadaran umumnya baik.

Perbedaan stroke hemoragik dan stroke nonhemoragik

Stroke Hemoragik Stroke


Gejala klinis
PIS PSA Nonhemoragik
Gejala defisit Berat Ringan Berat/ringan
lokal
Serangan Menit/ jam 1-2 menit Pelan (jam/hari)
Nyeri kepala Hebat Sangat Hebat Ringan/ tidak ada
Muntah pada Sering Sering Tidak, kecuali
awalnya lesi di batang
otak
Hipertensi Hampir selalu Biasanya tidak Sering sekali
Kesadaran Bisa hilang Bisa hilang Dapat hilang
sebentar
Kaku kuduk Jarang Bisa ada pada Tidak ada
permulaan
Hemiparesis Sering sejak awal Tidak ada Sering dari awal
(kelemahan otot)
Gangguan bicara Sering Jarang Sering

F. Pathway

Faktor-faktor resiko stroke


9

Aterosklerosis, Aneurisma, malformasi,


Katup jantung rusak,
hiperkoagulasi, artesis arteriovenous
miokard infark, fibrilasi,
endokarditis

Trombosis serebral Penyumbatan pembuluh Perdarahan intraserebral


darah otak oleh bekuan
darah, lemak dan udara
Perembesan darah ke
Pembuluh darah oklusi dalam parenkim otak
Emboli serebral
Iskemik jaringan otak Penekanan jaringan otak

Edema dan kongesti Infark otak, edema dan


Stroke hemiasi otak
jaringan sekitar
(cerebro vascular accident)

Defisit neurologis

1. Resiko Infark serebral Kemampuan Disfungsi


Kehilangan
peningkatan batuk menurun, bahasa dan
kontrol volunter
TIK kurang komunikasi
2. Penurunan
mobilitas fisik,
perfusi
dan produksi
jaringan Hemiplegi dan Disartria,
sekret
serebral hemiparesis disfasia/afasia,
apraksia
3. Ketidakefek
tifan 4. Hambatan 6. Gangguan
bersihan mobilitas komunikasi
jalan napas fisik verbal

Kelemahan
neuromuskular
10

Menurtunnya
kekuatan

Kelemahan
untuk ADL

5. Defisit
perawatan
diri

G. Saraf Kranial Pada Pasien Stroke


1. Saraf I (Olfaktorius)
11

Biasanya pada klien stroke tidak ada kelainan pada fungsi penciuman
2. Saraf II (Optikus)
Disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras sensori primer di antara
mata dan korteks visual. Kilen mungkin tidak dapat memakai pakaian
tanpa bantuan karena ketidakmampuan untuk mencocokan pakaian ke
bagain tubuh.
3. Saraf III, IV, VI (Okulomotor, Troklearis, Abdusens)
Jika akibat stroke mengakibatkan paralisis, pada satu sisi otot-otot okularis
didapatkan penurunan kemamouan gerakan konjugat unilateral di sisi
yang sakit
4. Saraf V (Trigeminus)
Pada beberapa keadaan stroke menyebabkan paralisis saraf trigeminus,
penurunan kemampuan koordinasi gerakan mengunyah, penyimpangan
rahang bawah ke sisi ipsilateral, serta kelumpuhan satu sisi otot
pterigoideus internus dan eksternus.
5. Saraf VII (Fasialis)
Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris, dan otot wajah
tertarik ke bagian sisi yang sehat
6. Saraf VIII (Koklearis)
Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi
7. Saraf IX dan X (Glosofaringeus dan Vagus)
Kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan membuka mulut
8. Saraf XI (Asesorius)
Tidak ada atrofi otot sternoklidomastoideus dan trapezius
9. Saraf XII (Hipoglosus)
Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi, serta indra
pengecapan normal.
12

H. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Muttaqin (2012)
1. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
perdarahan arteriovena atau adanya rupture dan untuk mencari sumber
perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vascular.
2. Lumbal Pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
enunjukan adanya hemoragi pada subaraknoid atau perdarahan pada
intracranial. Pengingkatan jumlah protein menunjukkan adanya proses
inflamasi.
3. CT Scan
Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya
secara pasti.
4. MRI
Magnetic Imaging Resonance menggunakan gelombang magnetic untuk
menentukan posisi dan besar/luas terjadinya perdarahan otak.
5. USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arterioena (masalah sistem
karotis)
6. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak
dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam
jaringan otak.
13

I. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Resiko peningkatan TIK berhubungan dengan meningkatnya volume
intrakranial, penekanan jaringan otak, dan edema serebral.
2. Perubahan perfusi jaringan otak berhubungan dengan perdarahan
intraserebral, oklusi otak, vasospasme, dan edema otak
3. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan akumulasi
secret, kemampuan batuk menurun, penurunan mobilitas fisik sekunder,
dan perubahan tingkat kesadaran.
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparesis/ hemiplegia,
kelemahan neuromuscular pada ekstremitas.
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuscular,
menurunnya kekuatan dan kesadaran, kehilangan kontrol otot/koordinasi
ditandai oleh kelemahan untuk ADL, seperti makan, mandi, mengatur
suhu air, melipat atau memakai pakaian.
6. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan efek dari kerusakan
pada area bicara di hemisfer otak, kehilangan kontrol tonus otot fasial atau
oral, dan kelemahan secara umum.

J. Rencana Tindakan Keperawatan


Resiko peningkatan TIK berhubungan dengan meningkatnya volume
intrakranial, penekanan jaringan otak, dan edema serebral
Intervensi Rasional
Kaji faktor penyebab dari penurunan Deteksi dini untuk memprioritaskan
perfusi jaringan dan kemungkinan intervensi, mengkaji status
penyebab peningkatan TIK neurologi/tanda-tanda kegagalan
untuk menentukan perawatan
kegawatan atau tindakan pembedahan
Monitor tanda-tanda vital tiap 4 jam Adanya peningkatan tensi,
14

bradikardia, disritmia, dyspnea,


merupakan tanda terjadinya
peningkatan TIK.
Evaluasi pupil Reaksi pupil dan pergerakan kembali
bola mata merupakan tanda dari
gangguan nervus/saraf jika batang
otak tergoyak.
Monitor temperatur dan pengaturan Panas merupakan refleks dari
suhu lingkungan hipotalamus. Peningkatan kebutuhan
metabolisme dan O2 akan menunjang
oeningkatan TIK.
Pertahankan kepala/leher pada posisi Perubahan kepala pada satu sisi dapat
yang netral, usahakan dengan sedikit menimbulkan penekanan pada vena
bantal. jugularis dan menghambat aliran
darah otak, untuk itu dapat
meningkatkan TIK
Observasi tingkat kesadaran dengan Perubahan kesadaran menunjukan
GCS penekanan TIK dan berguna
menentukan lokasi dan
perkembangan penyakit.
Kolaborasi
1. Pemberian O2 sesuai indikasi 1. Mengurangi hipoksemia, di mana
dapat meningkatkan vasodilatasi
serebral dan volume darah serta
menaikkan TIK
2. Berikan cairan intravena sesuai 2. Pemberian cairan mungkin
dengan yang diindikasikan. diinginkan untuk menguransi
edema serebral, peningkatan
minimum pada pembuluh darah,
tekanan darah dan TIK.
15

3. Berikan steroid, contohnya 3. Untuk menurunkan inflamasi


deksamethason, metil (radang) dan mengurangi edema
prednisolone. jaringan.
4. Antihipertensi 4. Dugunakan untuk hipertensi
kronis, karena manajemen secara
berlebihan akan meningkatkan
perluasan kerusakan jaringan.
5. Berikan antibiotika seperti 5. Digunakan pada kasus hemoragi,
aminocaproic acid (amicar) untuk mencegah lisis bekuan darah
dan perdarahan kembali.
Perubahan perfusi jaringan otak berhubungan dengan perdarahan
intraserebral, oklusi otak, vasospasme, dan edema otak
Intervensi Rasional
1. Monitor tanda-tanda status 1. Dapat mengurangi kerusakan otak
neurologis dengan GCS. lebih lanjut.
2. Monitor input dan output. 2. Hipertensi dapat menyebabkan
peningkatan IWL dan
meningkatkan resiko dehidrasi
terutama pada pasien yang tidak
sadar, nausea yang menurunkan
intake per oral.
3. Monitor tanda-tanda vital seperti 3. Pada keadaan normal autoregulasi
TD, nadi, suhu, respirasi, dan mempertahankan keadaan tekanan
hati-hati pada hipertensi sistolik. darah sistemik berubah secara
fluktuasi.
4. Anjurkan klien untuk 4. Batuk dan mengejan dapat
menghindari batuk dan mengejan meningkatkan tekanan intracranial
berlebihan. dan potensial terjadi perdarahan
ulang.
Kolaborasi
16

1. Berikan steroid 1. Menurunkan permeabilitas kapiler


2. Berikan aminofel 2. Menurunkan edema serebri
3. Berikan antibiotika 3. Menurunkan metabolik sel dan
kejang
Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan akumulasi
secret, kemampuan batuk menurun, penurunan mobilitas fisik sekunder,
dan perubahan tingkat kesadaran
1. Kaji keadaan jalan napas. 1. Obstruksi mungkin dapat
disebabkan oleh akumulasi secret,
sisa cairan mucus, erdarahan,
bronkospasme, atau dari posisi
trakeostomi/selang endotrakeal
yang berubah.
2. Evaluasi pergerakan dada dan 2. Pergerakan dada yang simetris
auskultasisuara napas pada kedua dengan suara napas yang keluar
paru. dari paru-paru menandaan jalan
napas tidak terganggu.
3. Anjurkan klien mengenai teknik 3. Batuk yang efektif dapat
batuk. mengeluarkan secret dari saluran
napas.
4. Napas dalam dan perlahan saat
4. Memnungkinkan ekspansi paru
duduk setegak mungkin.
lebih luas.
5. Lakukan pernapasan diafragma
5. Pernapasan diafragma
menurunkan frekuensi napas dan
meningkatkan ventilasi alveolar.
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparesis/ hemiplegia,
kelemahan neuromuscular pada ekstremitas.
Intervensi Rasional
1. Kaji mobilitas yang ada dan 1. Mengetahui tingkat kemampuan
observasi terhadap peningkatan klien dalam melakukan aktivitas.
17

kerusakan.
2. Ubah posisi klien tiap 2 jam. 2. Menurunkan resiko terjadinya
iskema jaringan akibatsirkulasi
darah yang jelek pada daerah
yang tertekan.
3. Ajarkan klien untuk melakukan 3. Gerakan aktif memberikan massa,
latihan gerak aktif pada tonus dan kekuatan otot serta
ekstremitas yang tidak sakit. memperbaiki fungsi jantung dan
pernapasan.
4. Lakukan gerakan pasif pada 4. Otot volunteer akan kehilangan
ekstremitas yang sakit tonus dan kekuatannya bila tidak
dilatih untuk digerakan.
5. Bantu klien melakukan latihan
5. Untuk memelihara fleksibilitas
ROM, perawatan diri sesuai
sendi sesuai kemampuan.
toleransi.
Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuscular,
menurunnya kekuatan dan kesadaran, kehilangan kontrol
otot/koordinasi ditandai oleh kelemahan untuk ADL, seperti makan,
mandi, mengatur suhu air, melipat atau memakai pakaian.
Intervensi Rasional
Kaji kemampuan dan tingkat Membantu dalam mengantisipasi dan
penurunan dalam skala 0-4 untuk merencanakan pertemuan kebutuhan
melakukan ADL individual.
Hindari apa yang tidak dapat Klien dalam keadaan cemas dan
dilakukan klien dan bantu bila perlu terganggu hal ini dilakukan untuk
mencegah frustasi dan harga diri
klien.
Rencanakan tindakan untuk deficit Klien akan mampu melihat dan
penglihatan seperti tempatkan memakan makanan, akan mampu
makanan dan peralatan dalam suatu melihat keluar masuknya orang ke
18

tempat, dekatkan tempat tidur di ruangan.


dinding.
Kaji kemampuan komunikasiuntuk Ketidakmampuan berkomunikasi
BAK. Kemampuan menggunakan dengan perawat dapat menimbulkan
urinal, pispot. Antarkan ke kamar masalah pengosongan kandung kemih
mandi bila memungkinkan. oleh karena masalah neurogenik.
Identifikasi kebiasaan BAB. Meningkatkan latihan dan membantu
Anjurkan minum dan meningkatkan mencegah konstipasi.
aktivitas.
Kolaborasi : pemberian supositoria Pertolongan utama terhadap fungsi
dan pelumas feses/pencahar usus dan defekasi.
Konsul ke dokter terapi okupasi Untuk mengembangkan terapi dan
melengkapi kebutuhan khusus.
Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan efek dari kerusakan
pada area bicara di hemisfer otak, kehilangan kontrol tonus otot fasial
atau oral, dan kelemahan secara umum
Intervensi Rasional
Kaji tipe disfungsi misalnya klien Membantu menentukan kerusakan
tidak mengerti tentang kata-kata atau area pada otak dan menentukan
masalah berbicara atau tidak mengerti kesulitan klien dengan sebagian atau
bahasa sendiri seluruh proses komunikasi, klien
mungkin mempunyai masalah dalam
mengartikan kata-kata
(afasia,wernick, area dan kerusakan
pada area broca)
Bedakan afasi dengan disartria Dapat menentukan pilihan intervensi
sesuai dengan tipe gangguan
Lakukan metode percakapan yang Klien dapat kehilangan kemampuan
baik dan lengkap, beri kesempatan untuk memonitor ucapannya,
klien untuk mengklarifikasi komunikasinya secara tidak sadar,
dengan melengkapi dapat
19

merealisasikan pengertian klien dan


dapat mengklarifikasi percakapan
Katakana untuk mengikuti perintah Untuk menguji afasia reseptif
secara sederhana seperti tutup mata
mu dan lihat ke pintu
Perintahkan klien untuk menyebutkan Menguji afasia ekspresif, misalnya
nama suatu benda yang diperlihatkan klien dapat mengenal benda tersebut
tetapi tidak mampu menyebutkan
namanya
Suruh klien untuk menulis atau Menguji ketidakmampuan menulis
kalimat pendek, bila tidak mampu (agrafia) dan deficit membaca
untuk menulis suruh klien untuk (alexia) yang juga merupakan bagian
membaca kalimat pendek dari afasia reseptif dan ekspresif
Beri peringatan bahwa klien di ruang Untuk kenyamanan berhubungan
ini mengalami gangguan berbicara, dengan ketidakmampuan
sediakan bel khusus bila perlu. berkomunikasi
Pilih metode komunikasi alternatif Memberikan komunikasi dasar sesuai
misalnya menulis pada papan tulis, dengan situasi individu
menggambar, dan
mendemonstrasikan secara visual
gerakan tangan.
Ucapkan langsung kepada klien Mengurangi kebingungan atau
berbicara pelan dan tenang gunakan kecemasan terhadap banyaknya
pertanyaan dengan jawaban ‘ya’ atau informasi. Memajukan stimulasi
‘tidak’ dan perhatiakan respon klien. komunikasi ingatan dan kata-kata
Berpicara dengan nada normal dan Klien tidak dipaksa untuk mendengar,
menghindari ucapan yang terlalu tidak menyebabkan klien marah, dan
cepat beri waktu klien untuk tidak menyebabkan rasa frustasi
berespon.
Kolaborasi : konsul ke terapi ahli Mengkaji kemampuan verbal
bicara individual dan sensorik motoric dan
20

fungsi kognitif untuk


mengidentifikasi deficit dan
kebutuhan terapi
DAFTAR PUSTAKA

Amin Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis


& Nanda. Jogjakarta: Mediaction.

Andra, & Yessie. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.

Boedhi Darmojo. (2015). Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Indonesia, Y. S. (2011). Stroke Sekilas. Retrieved from


http://www.yastroki.or.id/file/strokesekilas

Meiner, S. E. (2011). Gerontologic Nursing. Philadelphia: Mosby Elsevier.

Muttaqin, A. (2012). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Persarafan. Jakarta: Salamba Medika.

WHO. (2016). Stroke, Cerebrovascular accident. Retrieved from


http://www.who.int/topics/cerebrovascular_accident/en

21

Anda mungkin juga menyukai