STROKE
Disusun oleh :
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki naskah ini.
Akhir kata kami berharap semoga pembelajaran dalam naskah ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
A. Definisi....................................................................................................................v
B. Etiologi....................................................................................................................vi
C. Faktor resiko............................................................................................................vi
D. Fatofisiologi.............................................................................................................vii
E. Tanda dan gejala .....................................................................................................viii
F. Manifestasi klinis ....................................................................................................ix
G. Pemeriksaan Diagnostik..........................................................................................x
H. Penatalaksanaan medic............................................................................................xi
A. Pengkajian ..............................................................................................................xii
B. Diagnosa keperawatan ............................................................................................xiii
C. Rencana keperawatan .............................................................................................xiv
D. Implementasi ..........................................................................................................xviii
BAB IV PENUTUP.............................................................................................................xx
A. Kesimpulan..............................................................................................................xx
B. Saran .......................................................................................................................xx
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah
di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan di otak sehingga mengakibatkan
seseorang menderita kelumpuhan atau kematian. Stroke masih merupakan masalah medis
yang menjadi masalah kesakitan dan kematian nomor 2 di Eropa serta nomor 3 di
Amerika Serikat. Sebanyak 10% penderita stroke mengalami kelemahan yang
memerlukan perawatan. (Batticaca, 2008)
Secara global, penyakit serebrovaskular (stroke) adalah penyebab utama kedua
kematian. Ini adalah penyakit yang dominan terjadi pada pertengahan usia dan orang
dewasa yang lebih tua. WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2005, stroke
menyumbang 5,7 juta kematian di seluruh dunia, setara dengan 9,9 % dari seluruh
kematian. Lebih dari 85 % dari kematian ini akan terjadi pada orang yang hidup di
negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah dan sepertiga akan pada orang yang
berusia kurang dari 70 tahun. Stroke disebabkan oleh gangguan suplai darah ke otak,
biasanya karena pembuluh darah semburan atau diblokir oleh gumpalan darah. Ini
memotong pasokan oksigen dan nutrisi, menyebabkan kerusakan pada jaringan otak.
(Organization, 2015)
Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan penderita
stroke cukup tinggi. Penderitanya melebihi prevalensi stroke di daerah perkotaan secara
nasional. Singkawang merupakan kota di Kalimantan Barat dengan prevalensi stroke
yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan penelitian di lima rumah sakit
yang ada di Kota Singkawang menunjukkan, adanya peningkatan jumlah pasien stroke
yang dirawat. Jumlah tersebut belum termasuk pasien stroke yang dirujuk dan dirawat di
rumah sakit selain di Singkawang serta pasien yang berobat ke puskesmas. Jumlah
kekambuhan stroke juga menunjukkan angka yang tinggi. (Hutapea, 2015)
B. Tujuan
untuk mengetahui serta memahami bagaimana Asuhan keperawatan yang baik
dilakukan pada klien dengan Stroke.
iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit
neurologis mendadak sebagai akbat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak.
(Mansjoer, 2007)
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah
di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan di otak sehingga mengakibatkan
seseorang menderita kelumpuhan atau kematian. (Batticaca, 2008)
Stroke dapat juga diartikan sebagai gangguan fungsional otak yang bersifat:
v
B. Etiologi
b. Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak.
Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi. Stroke hemoragik ada 2
jenis, yaitu :
a) Hemoragik intraserebral : pendarahan yang terjadi dalam jaringan otak.
b) Hemoragik subaraknoid : pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang sempit
antata permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak).
C. Faktpr resiko
Triasti dan Pudjonarko (2016) mengatakan ada berbagai faktor risiko yang dapat
menyebabkan terjadinya stroke. Faktor risiko stroke terdiri dari dua macam, yaitu faktor
risiko yang tidak dapat dimodifikasi seperti usia, jenis kelamin, ras, serta riwayat
keluarga dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi seperti hipertensi, penyakit
kardiovaskuler, diabetes melitus, dislipidemia, anemia sel sabit, terapi hormon
pascamenopause, diet yang buruk, obesitas, kebiasaan merokok, serta pola hidup
sedentari (sedentary lifestyle). Faktor-faktor yang menyebabkan stroke menurut Nurarif
dan Kusuma (2015):
a. Faktor yang tidak dapat dirubah (non reversible).
1) Jenis kelamin pria lebih sering ditemukan menderita stroke dibanding wanita.
2) Usia makin tinggi usia makin tinggi pula resiko terkena stroke.
3) Turunan adanya riwayat keluarga yang terkena stroke. 7
vi
b. Faktor yang dapat dirubah (reversible)
1) Hipertensi.
2) Penyakit jantung.
3) Kolesterol tinggi.
4) Obesitas.
5) Diabetes Melitus.
6) Polisetemia.
7) Stress Emosional.
c. Kebiasan Hidup
1) Rokok.
2) Meminum alkohol, obat-obatan terlarang.
3) Aktivitas yang tidak sehat: kurang olahraga, makanan berkolesterol.
D. Patofisiologi
Setiap kondisi yang meyebabkan perubahan perfusi darah pada otak yang
menyebabkan keadaan hipoksia. Hipoksia yang berlangsung lama dapat menyebakan
iskemik otak. Iskemik yang terjadi dalam waktu yang singkat kurang dari 10-15 menit
dapat menyebabkan defisit sementara dan bukan defisit permanen. Sedangkan iskemik
yang terjadi dalam waktu lama dapat menyebabkan sel mati permanen dan
mengakibatkan infark pada otak.
Setiap defisit fokal permanen akan bergantung pada daerah otak mana yang
terkena. Daerah otak yang terkena akan menggambarkan pembuluh darah otak yang
terkena. Pembuluh darah yang paling sering mengalami iskemik adalah arteri serebral
tengah dan arteri karotis interna. Defisit fokal permanen dapat diketahui jika klien
pertama kali mengalami iskemik otak total yang dapat teratasi.
Jika aliran darah ke tiap bagian otak terhambat karena trombus atau emboli, maka
mulai terjadi kekurangan suplai oksigen ke jaringan otak. Kekurangan okigen dalam satu
menit dapat menunjukan gejala yang dapat pulih seperti kehilangan kesadaran.
Sedangkan kekurangan oksigen dalam waktu yang lebih lama menyebabkan nekrosis
mikroskopik neuron-neuron. Area yang mengalami nekrosis disebut infark.
vii
Gangguan peredaran darah otak akan menimbulkan gangguan pada metabolisme
sel-sel neuron, dimana sel-sel neuron tidak mampu menyimpan glikogen sehingga
kebutuhan metabolisme tergantung dari glukosa dan oksigen yang terdapat pada arteri-
arteri menuju otak.
Perdarahan intrakranial termasuk perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau ke
dalam jaringan otak sendiri. Hipertensi mengakibatkan timbulnya penebalan dan
degeneratif pembuluh darah yang menyebabkan rupturnya arteri serebral sehingga
perdarahan menyebar dengan cepat dan menimbulkan perubahan setempat serta iritasi
pada pembuluh darah otak.
Perdarahan biasanya berhenti karena pembentukan trombus oleh fibrin trombosit
dan oleh tekanan jaringan. Setelah 3 minggu, darah mulai direabsorbsi. Ruptur ulangan
merupakan resiko serius yang terjadi sekitar 7-10 hari setelah perdarahan pertama.
Ruptur ulangan mengakibatkan terhentinya aliran darah kebagian tertentu,
menimbulkan gegar otak dan kehilagan kesadaran, peningkatan tekanan cairan
serebrospinal (CSS), dan menyebabkan gesekan otak (otak terbelah sepanjang serabut).
Perdarahan mengisi ventrikel atau hematoma yang merusak jaringan otak.
Perubahan sirkulasi CSS, obstruksi vena, adanya edema dapat meningkatkan
tekanan intrakranial yang membahayakan jiwa dengan cepat. Peningkatan tekanan
intrakranial yang tidak diobati mengakibatkan herniasi unkus atau serebellum. Disamping
itu, terjadi bradikardia, hipertensi sistemik, dan gangguan pernafasan.
Darah merupakan bagian yang merusak dan bila terjadi hemodialisa, darah dapat
mengiritasi pembuluh darah, menigen, dan otak. Darah dan vasoaktif yang dilepas
mendorong spasme arteri yang berakibat menurunnya perfusi serebral. Spasme serebri
atau vasospasme biasa terjadi pada hari ke-4 sampai ke-10 setelah terjadinya perdarahan
dan menyebabkan vasokonstriksi arteri otak. Vasospasme merupakan kompikasi yang
mengakibatkan terjadinya penurunan fokal neurologis, iskmik otak dan infark. (Batticaca,
2008)
viii
aliran darah kolateral. Stroke akan meninggalkan gejala sisa karena fungsi otak tidak
akan membaik sepenuhnya.
a. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau hemiplegia)
b. Lumpuh pada salah satu sisi wajah “Bell’s Palsy”
c. Tonus otot lemah atau kaku
d. Menurun atau hilangnya rasa
e. Gangguan lapang pandang “Homonimus Hemianopsia”
f. Gangguan bahasa (Disatria: kesulitan dalam membentuk kata; afhasia atau disfasia:
bicara defeksif/kehilangan bicara)
g. Gangguan persepsi
h. Gangguan status mental
F. Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang timbul tergantung dari jenis stroke.
1. Gejala klinis pada stroke hemoragik, berupa:
a. Defisit neurologis mendadak,
b. Kadang-kadang tidak terjadi penurunan kesadaran,
c. Terjadi terutama pada usia >50 tahun,
d. Gejala neurologis yang timbul tergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh
darah dan lokasinya.
2. Gejala klinis pada stroke akut berupa:
a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis) yang timbul
mendadak,
b. Gangguan sensibilitas pada satu anggota badan (gangguan hemisensorik),
c. Perubahan mendadak pada status mental (kesadaran menurun),
d. Mulut mencong atau tidak simetris ketika menyeringai,
e. Gangguan penglihatan,
f. Gangguan daya ingat,
g. Bicara pelo atau cadel,
h. Mual dan muntah,
i. Nyeri kepala hebat,
ix
j. Vertigo,
k. Gangguan fungsi otak. (Smeltzer, 2002)
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Angiografi serebral
Membantu menunjukkan penyebab stroke secara spesifik, misalnya pertahanan atau
sumbatan arteri.
2. Skan Tomografi Komputer (Computer Tomography scan – CT-scan)
Mengetahui adamya tekanan normal dan adanya trombosis, emboli serebral, dan tekanan
intrakranial (TIK). Peningkatan TIK dan cairan yang mengandung darah menunjukan
adanya perdarahan subarakhnoid dan perdarahan intrakranial. Kadar protein total
meningkat, beberapa kasus trombosis disertai proses inflamasi.
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Menunjukan daerah infark, perdarahan, malformasi arteriovena (MAV).
4. Ultrasonografi doppler (USG doppler)
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah sistem arteri karotis [aliran darah atau
timbulnya plak]) dan arteriosklerosis.
5. Elektroensefalogram (Electroencephalogram-EEG)
Mengidentifikasi masalah pada otak dan memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
6. Sinar X tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang berlawanan dari massa
yang meluas, klasifikasi karotis interna terdapat pada trombosis serebral; klasifikasi
parsial dinding aneurisma ada perdarahan subarakhnoid.
7. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan cara memeriksakan darah rutin, gula darah,
urine rutin, cairan serebrospinal, analisa gas darah (AGD), biokimia darah, dan elektrolit.
(Batticaca, 2008)
x
H. Penatalaksanaan Medik
Penatalaksaan medik pada klien dengan stroke meliputi:
1. Non pembedahan
a. Terapi antikoagulan. Kontraindikasi pemberian terapi antikoagulan pada klien
dengan riwayat ulkus, eremia dan kegagalan hepar. Sodium heparin diberikan secara
subkutan atau melalui IV drip.
b. Phenytonin (Dilantin) dapat digunakan untuk mencegah kejang.
c. Enteris-coated, misalnya aspirin dapat digunakan untuk lebih dulu
menghancurkan trombotik dan embolik.
d. Epsilon-aminocaproic acid (Amicar) dapat digunakan untuk menstabilkan
bekuan diatas anuarisma yang ruptur.
e. Calcium channel blocker (Nimodipine) dapat diberika untuk mengatasi
vasospasme pembuluh darah.
2. Pembedahan
a. Karotid endarteretomi untuk mengangkat plaque atherosclerosis.
b. Superior temporal arteri-middle serebra arteri anatomisis dengan melalui
daerah yang tersumbat dan menetapkan kembali aliran darah pada daerah yang
dipengaruhi. (Mansjoer, 2007)
xi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose
medis.
2. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak
dapat berkomunikasi.
3. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien
sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang
sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi
otak yang lain.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma
kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin,
vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus.
Pengumpulan data:
A. Aktivitas/istirahat
Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan, hilangnya rasa, paralisis,
hemiplegi, mudah lelah, dan susah tidur.
B. Sirkulasi
xii
Adanya riwayat penyakit jantung, katup jantung, disritmia, CHF, polisitemia. Dan
hipertensi arterial.
C. Integritas Ego.
Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk mengekspresikan diri.
D. Eliminasi
Perubahan kebiasaan Bab. dan Bak. Misalnya inkoontinentia urine, anuria, distensi
kandung kemih, distensi abdomen, suara usus menghilang.
E. Makanan/caitan :
Nausea, vomiting, daya sensori hilang, di lidah, pipi, tenggorokan, dysfagia
F. Neuro Sensori
Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan intrakranial. Kelemahan
dengan berbagai tingkatan, gangguan penglihatan, kabur, dyspalopia, lapang pandang
menyempit. Hilangnya daya sensori pada bagian yang berlawanan dibagian ekstremitas
dan kadang-kadang pada sisi yang sama di muka.
G. Nyaman/nyeri
Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada otak/muka
H. Respirasi
Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas. Suara nafas, whezing, ronchi.
I. Keamanan
Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury. Perubahan persepsi dan
orientasi Tidak mampu menelan sampai ketidakmampuan mengatur kebutuhan nutrisi.
Tidak mampu mengambil keputusan.
J. Interaksi sosial
Gangguan dalam bicara, Ketidakmampuan berkomunikasi.
B. Diagnose Keperawatan
1. Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah ke otak
terhambat
2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke otak
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler
4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran
xiii
C. Rencana Keperawatan
xiv
- Minimalkan stimuli
dari lingkungan
Terapi oksigen
1. Bersihkan jalan
nafas dari sekret
2. Pertahankan jalan
nafas tetap efektif
3. Berikan oksigen
sesuai intruksi
4. Monitor aliran
oksigen, kanul oksigen
dan sistem humidifier
5. Beri penjelasan
kepada klien tentang
pentingnya pemberian
oksigen
6. Observasi tanda-
tanda hipo-ventilasi
7. Monitor respon
klien terhadap pemberian
oksigen
8. Anjurkan klien
untuk tetap memakai
oksigen selama aktifitas
dan tidur
2 Kerusakan Setelah dilakukan tindakan 1. Libatkan keluarga 1. Mengevaluasi sifat dan
komunikasi keperawatan selama 3 x 24 jam, untuk membantu beratnya afasia pasien, jika
verbal b.d diharapkan klien mampu untuk memahami / berat hindari memberi
penurunan berkomunikasi lagi dengan kriteria memahamkan informasi isyarat non verbal
sirkulasi ke otak hasil: dari / ke klien 2. Melakukan komunikasi
- dapat menjawab pertanyaan yang 2. Dengarkan setiap dengan wajar, bahasa jelas,
xv
diajukan perawat ucapan klien dengan sederhana dan bila perlu
- dapat mengerti dan memahami penuh perhatian diulang
pesan-pesan melalui gambar 3. Gunakan kata-kata 3. Mendengarkan dengan
- dapat mengekspresikan sederhana dan pendek tekun jika pasien mulai
perasaannya secara verbal maupun dalam komunikasi berbicara
nonverbal dengan klien 4. Berdiri di dalam lapang
4. Dorong klien untuk pandang pasien pada saat
mengulang kata-kata bicara
5. Berikan arahan / 5. Melatih otot bicara secara
perintah yang sederhana optimal
setiap interaksi dengan 6. Melibatkan keluarga
klien dalam melatih komunikasi
6. Programkan verbal pada pasien
speech-language teraphy 7. Mengkolaborasi dengan
7. Lakukan speech- ahli terapi wicara
language teraphy setiap
interaksi dengan klien
3 Kerusakan joint Movement : Active NIC : Memantau tingkat
mobilitas fisik b.d Mobility Level Exercise therapy : kemampuan mobilisasi klien
kerusakan Self care : ADLs ambulation 2. Memantau kekuatan otot
neurovaskuler Transfer performance Monitoring vital sign 3. Merubah posisi tiap 2 jan
Kriteria Hasil : sebelm/sesudah latihan 4. Memasang trochanter roll
Klien meningkat dalam aktivitas dan lihat respon pasien pada daerah yang lemah
fisik saat latihan 5. Melakukan ROM pasif
Mengerti tujuan dari peningkatan Konsultasikan atau aktif sesuai kemampuan
mobilitas dengan terapi fisik dan jika TTV stabil
Memverbalisasikan perasaan tentang rencana ambulasi 6. Melibatkan keluarga
dalam meningkatkan kekuatan dan sesuai dengan kebutuhan dalam memobilisasi klien
kemampuan berpindah Bantu klien untuk 7. Mengkolaborasi:
Memperagakan penggunaan alat menggunakan tongkat fisioterapi
Bantu untuk mobilisasi (walker) saat berjalan dan cegah 8. Melatih pasien dalam
xvi
terhadap cedera pemenuhan kebutuhan
Ajarkan pasien atau ADLs secara mandiri sesuai
tenaga kesehatan lain kemapuan
tentang teknik ambulasi
Kaji kemampuan
pasien dalam mobilisasi
Latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
Dampingi dan Bantu
pasien saat mobilisasi
dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs ps.
Berikan alat Bantu
jika klien memerlukan.
1. Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
4 Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Mengauskultasi bunyi
efektif perawatan selama 3 x 24 jam, NIC : nafas
berhubungan diharapkan pola nafas pasien efektif Airway Management 2. Mengukur tanda-tanda
dengan dengan kriteria hasil : · Buka jalan nafas, vital
penurunan - Menujukkan jalan nafas paten guanakan teknik chin lift 3. Memberikan posisi semi
kesadaran ( tidak merasa tercekik, irama nafas atau jaw thrust bila perlu fowler sesuai dengan
normal, frekuensi nafas normal,tidak · Posisikan pasien kebutuhan (tidak
ada suara nafas tambahan untuk memaksimalkan bertentangan dgn masalah
- NOC : ventilasi keperawatan lain)
v Respiratory status : Ventilation · Identifikasi pasien 4. Melakukan penghisapan
v Respiratory status : Airway perlunya pemasangan lendir dan pasang OPA jika
xvii
patency alat jalan nafas buatan kesadaran menurun
v Vital sign Status · Pasang mayo bila 5. Melakukan fisioterapi
Kriteria Hasil : perlu dada dan latihan nafas dalam
-Mendemonstrasikan batuk efektif · Lakukan 6. melakukan suction pada
dan suara nafas yang bersih, tidak fisioterapi dada jika mayo
ada sianosis dan dyspneu (mampu perlu 7. Mengatur intake cairan
mengeluarkan sputum, mampu · Keluarkan sekret untuk meoptimalkan
bernafas dengan mudah, tidak ada dengan batuk atau keseimbangan
pursed lips) suction 8. Memantau respirasi dan
-Menunjukkan jalan nafas yang · Auskultasi suara status O2
paten (klien tidak merasa tercekik, nafas, catat adanya suara 9. Memberikan
irama nafas, frekuensi pernafasan tambahan bronkodilator bila diperlulan
dalam rentang normal, tidak ada · Lakukan suction 10. Memberikan pelembab
suara nafas abnormal) pada mayo udara kassa basah NaCl
Tanda Tanda vital dalam rentang · Berikan lembab
normal (tekanan darah, nadi, bronkodilator bila perlu
pernafasan · Berikan pelembab
udara Kassa basah NaCl
Lembab
· Atur intake untuk
cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
· Monitor respirasi
dan status O2
Oxygen Therapy
Bersihkan mulut,
hidung dan secret trakea
Pertahankan jalan
nafas yang paten
Atur peralatan
oksigenasi
xviii
Monitor aliran
oksigen
Pertahankan posisi
pasien
Onservasi adanya
tanda tanda hipoventilasi
Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
D. Implementasi
Implementasi merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan berdasarkan rencana
keperawatan yang telah dibuat. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mencapai kriteria
dengan hasil yang optimal
xix
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak
yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan di otak sehingga mengakibatkan
seseorang menderita kelumpuhan atau kematian. Stroke masih merupakan masalah medis
yang menjadi masalah kesakitan dan kematian nomor 2 di Eropa serta nomor 3 di
Amerika Serikat. Sebanyak 10% penderita stroke mengalami kelemahan yang
memerlukan perawatan. Pengkajian yang sangat diperhatikan dalam asuhan keperawatan
stroke ini adalah pemeriksaan fisik 12 saraf kranial. Diagnosa yang dapat diangkat pada
asuhan keperawatan pasien dengan stroke ini adalahGangguan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan tidak adekuatnya sirkulasi darah serebral, Kerusakan mobilitas fisik
berhubungan dengan gangguan neuromuskular, Defisit perawatan diri berhubungan
dengan gangguan neuromuskular, Defisit pengetahuan: keluarga berhubungan dengan
keterbatasan kognitif, Kerusakan komunikasi verbal behubungan dengan kerusakan
neuromuskular, Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan trauma neurologis,
Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan psikososial dan Resiko tinggi
terhadap menelan behubungan dengan kerusakan neuromuskular.
B. Saran
Agar pengetahuan tentang “Askep pada Klien Stroke” dapat di pahami dan
dimengerti oleh para pembaca sebaiknya makalah ini di pelajari dengan baik karena
dengan mengetahui “Askep pada Klien Stroke” dapat menambah pengetahuan dan
wawasan dalam ilmu medis. Karena dengan bertambah nya pengetahuan dan wawasan
tersebut maka kita akan temotivasi lagi untuk belajar menjadi orang yang lebih baik
dalam hal ilmu pengetahuan.
xx
DAFTAR PUSTAKA
Arif, M. (2010). Pengkajian Keperawatan Pada Praktik Klinik. . Jakarta: Salemba Medika.
Batticaca, F. B. (2008). Asuhan Keperawatan Dengan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Hutapea, R. (2015). Kalimantan Barat, Penderita Stroke Tertinggi. Depok: tersedia dalam
www.sinarharapan.co/news/read/150513024/kalimantan-barat-penderita-stroke-tertinggi%20o
(diunggah pada tanggal 13 Mei 2015 pukul 14:15 WIB, diakses pada tanggal 23 September 2018.
Mansjoer, A. d. (2007). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. . Jakarta: Media Aesculapius FKUI.
Santosa, B. (2007). Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika.
Smeltzer, d. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2. alih
bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta: EGC.
xxi