Disusun Oleh :
2020
1
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Asuhan Keperawatan Kritis
Pasien dengan Stroke. Selain itu, kami turut mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang memberikan dukungan berupa saran dan informasi yang kami butuhkan dalam
menyusun makalah ini, terutama dosen pengampu Keperawatan Kritis yang memberikan
arahan terkait isi materi dalam makalah ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka dari
itu, kritik dan saran dari pembaca akan kami terima sebagai bahan masukkan guna
penyempurnaan makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................................5
A. Definisi Stroke................................................................................................................6
B. Klasifikasi Stroke............................................................................................................6
C. Etiologi Stroke................................................................................................................8
D. Manifestasi klinis Stroke.................................................................................................9
E. Pathway dan Algoritma.................................................................................................10
F. Komplikasi Stroke.........................................................................................................12
G. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang.................................................................................14
H. Penatalaksanaan Medis.................................................................................................15
I. Asuhan Keperawatan Kritis dan kasus..........................................................................17
A. Simpulan.......................................................................................................................34
B. Saran..............................................................................................................................34
...........................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fisik otak secara fokal
dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih dan dapat mengakibatkan
kematian atau kecacatan yang menetap lebih dari 24 jam tanpa penyebab lain kecuali
gangguan pembuluh darah otak (WHO,1983). Stoke merupakan urutan kedua
penyakit mematikan setelah penyakit jantung. Angka kejadian stroke didunia kira-kira
200 per 100.000 penduduk dalam setahun. Di Indonesia diperkirakan setiap tahun
terjadi 500.000 penduduk terkana serangan stroke dan sekitar 25% atau 125.000 orang
meninggal sedangkan sisanya mengalami kecacatan ringan bahkan bisa menjadi
berat.
Klasifikasi Stroke berdasarkan keadaan patologis adalah stroke iskemik dan stroke
hemoragik. Iskemik terjadi akibat suplai darah ke jaringan otak berkurang, hal ini
disebabkan karena obstruksi total atau sebagian pembuluh darah otak. Mekanisme
terjadinya iskemik secara umum dibagi menjadi 5 kategori yaitu thrombosis
(penggumpalan darah yang menyebabkan sumbatan di pembuluh darah), emboli
(pecahan gumpalan darah atau udara atau benda asing yang berada dalam pembulu
darah sehingga dapat menyumbat pembuluh darah di otak), perfusi sistemik,
penyempitan lumen arteri dan venous congestion. Stroke hemoragik ini terjadi karena
perdarahan atau pecahnya pembuluh darah otak baik di subarachnoid, intraserebral
maupun karena aneurisma.
B. Rumusan Masalah
4
7. Bagaimana pemeriksaan fisik dan penunjang dari stroke?
8. Bagaimana penatalaksanaan stroke?
9. Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan Kritis dalam kasus stroke?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari stroke.
2. Mengetahui klasifikasi dari stroke.
3. Mengetahui etiologi Klinis dari stroke.
4. Mengetahui manifestasi klinis dari stroke.
5. Mengetahui pathway dan algoritma dari stroke.
6. Mengetahui komplikasi dari stroke.
7. Mengetahui pemeriksaan fisik dan penunjang stroke.
8. Mengetahui penatalaksanaan stroke..
9. Mengetahui konsep Asuhan Keperawatan Kritis dalam kasus stroke.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Stroke
Stroke merupakan kehilangan fungsi otak secara tiba-tiba, yang disebabkan
oleh gangguan aliran darah ke otak (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah di
otak (stroke hemoragik) (Bruner & Sudarth, 2016).
Umi, Sukarmin & Sri (2019) menyatakan bahwa stroke merupakan penyakit
gangguan system saraf yang disebabkan penyempitan pembuluh darah sehingga aliran
darah yang membawa oksigen ke otak menjadi terhambat.
Stroke merupakan gangguan fungsi otak diakibatkan karena pecahnya
pembuluh darah atau adanya gangguan aliran darah yang mebawa oksigen ke otak
menjadi terhambat.
B. Klasifikasi Stroke
Stroke memiliki beberapa jenis diantaranya adalah
1. Stroke iskemik
Stroke iskemik terjadi ketika pembuluh yang memasok darah ke otak
terhambat. Itu menyumbang sekitar 87 persen dari semua stroke.
Endapan lemak yang melapisi dinding pembuluh darah yang disebut
atherosclerosis, adalah penyebab utama stroke iskemik. Deposito berlemak dapat
menyebabkan dua jenis obstruksi:
Trombosis serebral adalah trombus (bekuan darah) yang berkembang di
plak lemak di dalam pembuluh darah.
Emboli otak adalah gumpalan darah yang terbentuk di lokasi lain dalam
sistem peredaran darah, biasanya jantung dan arteri besar di dada dan leher
bagian atas. Bagian dari gumpalan darah terlepas, memasuki aliran darah
dan bergerak melalui pembuluh darah otak sampai mencapai pembuluh
yang terlalu kecil untuk dilewati. Penyebab utama emboli adalah detak
jantung tidak teratur yang disebut fibrilasi atrium. Ini dapat menyebabkan
gumpalan terbentuk di jantung, terlepas dan menyebar ke otak. (American
Stroke Association)
6
by Unknown Author is licensed under
2. Stroke hemoragik
Dua jenis stroke hemoragik adalah perdarahan intraserebral (di dalam otak)
atau perdarahan subaraknoid. Stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh darah
yang melemah pecah. Dua jenis pembuluh darah yang melemah biasanya
menyebabkan stroke hemoragik: aneurisma dan malformasi arteri-vena ( AVM ).
Malformasi arteri vena arteri membawa darah yang mengandung oksigen dari
jantung ke otak, dan pembuluh darah membawa darah dengan oksigen lebih
sedikit dari otak dan kembali ke jantung. Ketika malformasi arteriovenosa (AVM)
terjadi, kusut pembuluh darah di otak melewati jaringan otak normal dan secara
langsung mengalihkan
darah dari arteri ke vena.
C. Etiologi
Iskemik Hemoragik
Stroke disebabkan oleh gangguan pasokan Stroke disebabkan oleh gangguan
by Unknown Author is licensed under
7
darah ke otak, karena pembuluh darah pasokan darah ke otak, biasanya karena
tersumbat oleh gumpalan (WHO | Stroke, pembuluh darah pecah (WHO | Stroke,
Cerebrovascular accident n.d.) Cerebrovascular accident n.d.)
https://www.youtube.com/watch? https://www.youtube.com/watch?
v=7FR1TsKLoDI v=TJeUOPc9pgs
8
Disartria (kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang sulit
dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab
untuk menghasilkan bicara.
Disfasia atau afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara), yang terutama
ekspresif atau reseptif.
Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari
sebelumnya), seperti terlihat ketika pasien mengambil sisir dan berusaha
untuk menyisir rambutnya.
3. Gangguan persepsi
Ketidakmampuan untuk menginterpretasikan sensasi. Stroke dapat
mengakibatkan disfungsi persepsi visual, gangguan dalam hubungan visual-
spasial dan kehilangan sensori.
4. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik
Disfungsi ini dapat ditunjukkan dengan kesulitan dalam pemahaman, lupa,
dan kurang motivasi, yang menyebabkan pasien ini menghadapi masalah frustasi
dalam program rehabilitasi mereka.
5. Disfungsi kandung kemih
Setelah stroke pasien mungkin mengalami inkontinensia urinarius
sementara karena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan
ketidakmampuan untuk menggunakan urinal/bedpan.
E. Pathway Stroke
Terlampir
9
Algoritma Pasien Stroke
10
F. Komplikasi Stroke
• Afasia ekspresif: masalah bicara motoric ketika salah satu dapat memahami
apa yang dikatakan, tetapi dapat merespons hanya dalam frase pendek; juga
disebut afasia Broka.
11
• Afasia reseptif; masalah bicara sensori ketika salah satu dapat memahami
kata yang diucapkan (dan sering kali tertulis). Bicara dapat fasih terapi
dengan konten yang tidak tepat; juga disebut afasia Wernicke.
• Afasia campuran atau global: disfungsi bahasa baik dalam hal memahami
maupun ekspresi.
d) Deficit motorik
12
e) Gangguan eliminasi
Gangguan eliminasi kandung kemih dan usus lazim terjadi. Stroke dapat
menyebabkan kehilangan sebagian sensasi yang memicu eliminasi kandung
kemih, menyebabkan sering berkemih, urgensi berkemih, atau inkontinensia
a) Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
a. B1 (Breathing)
b. B2 (Blood)
c. B3 (Brain)
d. B4 (Bladder)
e. B5 (Bone)
2. Pengkajian Tingkat Kesadaran
3. Pengkajian Fungsi Serebral
4. Pangkajian Saraf Kranial
5. Pengkajian Sistem Motorik
6. Pengkajian Reflek
7. Pengkajian Sistem Sensori
b) Pemeriksaan Penunjang
1. Ct scan
Pemindaian CT menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dari biasanya
untuk mengetahui area infark, edema, hematoma, struktur dan sistem ventrikel
otak
2. MRI
MRI menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetic dan
gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah-daerah yang
mengalami infark, hemoragik, malformasi arteriovena. yang tidak jelas terlihat
bila menggunakan pemindaian CT
3. EEG (elektroensefalogram)
Mengidentifikasi masalah didasarkan paa gelombang otak dan munggkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
13
4. Sinar x tengkorak
Mengidentifikasi masalah didasarkan paa gelombang otak dan munggkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
5. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan,
obstruksi arteri, adanya titik oklusi atau ruptur.
6. Uji laboratorium
Fungsi lumbal untuk menganalisis cairan srebrospinal terutama dipakai untuk
menyingkirkan kemungkinan infeksi.
H. Penatalaksaan Medis
a) Pencegahan
1. Aspirin
2. Klopidogrel (plavix)
3. Dipriridamol (persantin)
4. Tiklopidin (Ticlid )
b) Stroke Akut
1. Terapi fibrinolitik
14
Cara pemberian : secara IV dalam 3 jam awitan manifestasi setelah
ditegaskan (dengan CT scan) bahwa pasien tidak mengalami stroke
hemoragik. Atau antara 3 hingga 4,5 jam setelah awitan manifestasi
memperbaiki hasil klinis secara signifikan meskipun juga meningkatkan risiko
hemoragi intrakranial
a. endarterektomi karotis
Pemebedahan yang dapat dilakukan pada penderita TIA atau
dalam bahaya mengalami stroke lainnya. Endarterektomi karotis pada
bifurkasi arteri karotis dapat dilakukan untuk menghilangkan plak
arterosklerosis.
b. bypass ekstrakranial-intrakranial
pembedahan ini dilakukan pada oklusi atau stenosis, dapat
dilakukan melalui bypass arteri karotis internal, arteri serebral tengah atau
arteri vertebral. Prosedur menetapkan kembali aliran darah ke area otak
yang terkena.
c. angioplasti karotis dengan stenting.
15
Pemebdahan ini dapat dilakukan pada penderita Stenosis
serebral. Selama prosedur kateter balong angiplasti dipasang melalui
arteri pada lengan atau tungkai pasien. Dibawah fluoroskopi kateter
dimasukkan lebih lanjut ke area stenosis arteri karotis dan penyaring
kecil dimasukkan untuk menangkap semu bekuan atau potongan debris
yang mungkin lepas. Balon kemudian dikembangkan untuk melebarkan
arteri, diikuti dengan pemasangan penyangga diarea angioplasti.
d. Terapi lainnya
Menghisap bekuan keluar arteri atau memasang kawat melalui
bekuan dan menariknya keluar. Metode non invasif meningkatkan
penyembuhan dari stroke disebut stimulasi aliran langsung transkranial
non-invasif (transcranial direct current stimulation, TDCS) telah
menunjukkan memperbaiki hasil motorik dan dalam penelitian.
2. Rehabilitasi
Jenis dan tujuan terapi yang digunakan:
a. Terapi fisik
Tujuan : mencegah kotraktur dan memperbaiki kekuatan dan
koordinasi otot. terapi fisik mengajarkan latihan untuk
memampukkan pasien belajar kembali cara berjalan, duduk,
berbaring dan mengubah dari satu gerakan ke gerakan lain
b. Terapi okupasi
Tujuan :memberi alat bantu dan merencanakan memperoleh
kembali keterampilan motorik yang hilang yang sangat
memperbaiki kualiats hidup stelah store. Keterampilan ini termasuk
makan, minum, mandi memasak, membaca, menulis dan toileting.
c. Terapi bicara
Tujuan: untuk membantu pasien memperbaiki menelan dan juga
cara mempelajari kembali keterampilan bahasa dan komunikasi.
KASUS STROKE
Tn.A (58 tahun) dirawat di ICU dengan diagnosis medis Penurunan Kesadaran
Ensefalopati metabolik dd Lesi intracranial dd Stroke, iskemi yang meluas,
pneumonia, ketosis DM .
16
Pasien merupakan pindahan dari UGD dengan keluhan penurunan kesadaran 3
jam sebelum pasien masuk RS. Pasien tidak sadar saat dirumah setelah jatuh dari
tempat tidur. Sebelum pasien tidak sadarkan diri, pasien sempat mengeluh pusing
berputar mulai dari 14 jam sebelum masuk RS. Pasien juga sempat mengeluh bibirnya
agak miring dan muntah 1x.
Tanda – tanda vital pasien : TD : 140/67 mmHg, MAP : 91 mmHg, HR: 107x/menit,
Suhu : 36,5oC. RR: 15x/menit on ventilator dengan mode Volume Control, Pressure
Control : 20, FiO2: 70%, PEEP: 6, I:E rasio 1:2.
Hasil pengkajian : GCS: E1M1VETT, tingkat kesadaran koma, diameter pupil :
4mm/4mm, reflex terhadap cahaya : +/+,
Hasil AGD :
PH : 7,32
PCO2 : 47,3 mmHg
HCO3: 22,1 mmol/L
17
PO2: 70,4 mmHg
SpO2 :99,8%
BE: 6,9 mmol/L
Hasil CT-Scan
Kortikal suci dan fissure sylvii melebar, diferensiasi dan white matter baik, tak
tampak lesi hipo/hiperdensintraparenkimal hemisfer cerebri kanan-kiri, basal ganglia,
kapsula interna dan thalamus baik, tak tampak pergeseran garis tengah, sistem
ventrikel dan system sisterna sedikit melebar, sella dan parasella baik. Infratentorial :
pons, cerebelum, dan CPA tidak tampak kelainan, sinus paranasal yang tervisualisasi
tidak berselubung, pneumatisasi mastoid baik, kedua orbitasimetris.
Hasil : atrofi cerebri ringan
Pasien mendapatkan terapi : IVFD NaCl 0,9%, Omefrazol (OMZ) 2x40 mg,
Ondansentron 3x4 mg, Citicolin 2x500 mg, Combivent, Pulmicort via nebulizer,
Colopidogrel 1x75 mg, Acetylcysteine 3x200 mg, Vascon : 8mg, Dobutamin 500 mg,
Gelofusin 500cc/24 jam.
A. Pengkajian
1. Identitas
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 58 Tahun
Agama : Islam
18
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wirausaha
Nama : Ny. A
Umur : 35 tahun
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : Pasien merupakan pindahan dari UGD dengan keluhan
penurunan kesadaran 3 jam sebelum pasien masuk RS.
b. Riwayat Saat Masuk RS : Pasien tidak sadar saat dirumah setelah jatuh dari tempat
tidur. Sebelum pasien tidak sadarkan diri, pasien sempat mengeluh pusing
berputar mulai dari 14 jam sebelum masuk RS. Pasien juga sempat mengeluh
bibirnya agak miring dan muntah 1x.
c. Riwayat kesehatan sekarang: TD : 140/67 mmHg, MAP : 91 mmHg, HR:
107x/menit, Suhu : 36,5oC. RR: 15x/menit on ventilator dengan mode Volume
Control, Pressure Control : 20, FiO2: 70%, PEEP: 6, I:E rasio 1:2.
Hasil pengkajian : GCS: E1M1VETT, tingkat kesadaran koma, diameter pupil :
4mm/4mm, reflex terhadap cahaya : +/+,
19
d. Keluhan penyakit dahulu: Keluarga pasien mengatakan memiliki penyakit
hipertensi. Pasien mengalami stroke sejak 1 tahun yang lalu. Pasien adalah
perokok berat.
e. Riwayat penyakit keluarga: -
3. Pemeriksaan Fisik
Tekanan Darah
• Diastolik : 67 mmHg
• Respirasi : 15x/menit
• Suhu : 36,5 C
c. Nilai CPOT: -
d. Pemeriksaan Sistem Tubuh
Sistem Perepsi sensori : tidak anemis, tidak ikterus, Diameter pupil :
4mm/4mm, Refleks pupil : +/+
Sistem Pernapasan : suara paru vesikuler tidak ada ronkhi ataupun
wheezing, pasien mengalami kesulitan nafas dd nafas lambat
Sistem Kardiovaskuler : suara jantung reguler tidak ada murmur, Jantung
tidak melebar, aorta dan mediastinum superior tidak melebar
Sistem Pencernaan : tidak ada masalah.
Sistem Perkemihan : tidak ada masalah.
Sistem Neurologis : GCS: E1M1VETT , Kesadaran coma, terpasang
ventilator dengan mode Volume Control,
Sistem Endokrin : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, dan
tekanan vena jugularis normal, tidak ada masalah
Sistem Muskuloskeletal : tidak ada masalah
20
Sistem Integumen : CRT>2 detik, turgor elastis, tidak ada edema.
Aspek Sosial :Pasien tidak aktif dalam kegiatan masyarakat
Aspek Spiritual : Pasien beragama Islam dan sering beribadah ke masjid
4. Data Penunjang
a. Data Laboratorium (Hematologi, Anilisis gas darah arteri, dll)
HEMATOLOGI
RUTIN
2 Hematokrit 46 % 33 - 45 Tinggi
INDEX
ERITROSIT
6 PDW % 25 – 65
HITUNG JENIS
21
5 Monosit % 0.00 – 7.00
6 Golongan Darah
HEMOSTASIS
3 INR
KIMIA KLINIK
ELEKTROLIT
ANALISA GAS
DARAH
22
5. APACHE II SCOR (1x24 jam)
jsbjxbajsbajsbajsajajj
Sesuai Kasus : tidak dapat dihitung, karna data dalam kasus tidak lengkap.
6. Penatalaksanaan Medis
a. Ventilator : ON
Mode : Volume Control
Triger :-
FiO2 : 70%
PEEP : 6
RR : 15x/menit
b. Obat-obatan
23
Pemberian
Pulmicort via 0,5 mg Via inhalasi Membuat napas lebih lega Tenggorokan
nebulizer setiap dan mengurangi iritasi dan kering
harinya pembengkakan pada Perubahan pada
atau saluran pernapasan. suara
0,25 mg Suara serak
dua kali Pengecap pada
sehari lidah menjadi lebih
buruk
Pilek
Mimisan
24
mg penggumpalan darah. Mudah
mengalami memar
Perdarahan yang
sulit berhenti
Gangguan
pencernaan
Nyeri perut
DATA FOKUS
25
- Keluarga pasien mengatakan, pasien - Diagnosis Medis : Penurunan
pindahan dari UGD dengan keluhan Kesadaran Ensefalopati metabolik
penurunan kesadaran 3 jam sebelum dd Lesi intracranial dd Stroke,
pasien masuk RS. iskemi yang meluas, pneumonia,
- Keluarga Pasien mengatakan pasien ketosis DM .
tidak sadarkan diri saat dirumah
setelah jatuh dari tempat tidur. - Pemeriksaan TTV :
- Keluarga pasien mengatakan Pasien TD : 140/67 mmHg,
mengatakan pusing berputar mulai MAP : 91 mmHg,
dari 14 jam sebelum masuk RS. HR: 107x/menit,
- Keluaga mengatakan pasien sempat Suhu : 36,5oC.
mengeluh bibirnya agak miring dan RR: 15x/menit on ventilator dengan
muntah 1x. mode Volume Control,
- Keluarga mengatakan pasien sudah Pressure Control : 20,
lama menderita hipertensi. FiO2: 70%,
- Keluarga pasien mengatakan pasien PEEP: 6,
mengalami stroke sejak 1 tahun yg I:E rasio 1:2.
lalu.
- Keluarga pasien mengatakan pasien - Hasil Pengkajian :
perokok berat. GCS: E1M1VETT,
tingkat kesadaran koma,
-
diameter pupil : 4mm/4mm,
reflex terhadap cahaya : +/+,
26
SGPT: 13U/L
Bilirubin : 1,5 mmol/L
Ureum : 35 mg/dL
Kreatinin : 1,37mg/dL
ANALISA DATA
DO :
- TD ; 140/67 mmHg HR: 107x/menit , RR :
15 X/menit, suhu 36,5˚C, MAP : 91 mmHg,
PEEP : 6, PCO2 : 47,3 mmHg, PO2: 70,4
mmHg
- Refleks terhadap cahaya : +/+
- Kesadaran coma, diameter pupil :
27
4mm/4mm
DT :
- Pasien tampak lemah
2. Ds: Ketidakefektifan Keletihan otot
- Keluarga pasien mengatakan, pasien Pola Napas pernapasan
pindahan dari UGD dengan keluhan (Nanda 00032 –
penurunan kesadaran 3 jam sebelum Domain 4.
pasien masuk RS. Aktivitas/istirahat
- Keluarga pasien mengatakan pasien hal.243)
perokok berat.
Do:
- Pemeriksaan TTV :
TD : 140/67 mmHg,
MAP : 91 mmHg,
HR: 107x/menit,
Suhu : 36,5oC.
RR: 15x/menit on ventilator dengan
mode Volume Control,
Pressure Control : 20,
FiO2: 70%,
PEEP: 6,
I:E rasio 1:2.
- Hasil Pengkajian :
GCS: E1M1VETT,
tingkat kesadaran koma,
diameter pupil : 4mm/4mm,
reflex terhadap cahaya : +/+.
3. DS : Hambatan Gangguan
Keluarga pasien mengatakan Pasien mobilitas fisik neuromuskular
mengatakan pusing berputar mulai dari 14 (NANDA- 00085
jam sebelum masuk RS Domain 4.
- Keluarga pasien mengatakan, Pasien Aktivitas/
28
pindahan dari UGD dengan penurunan Istirahat)
kesdaran 3 jam sebelum masuk RS
- Keluarga mengatakan pasien sudah lama
menderita hipertensi
Keluarga pasien mengatakan pasien
mengalami stroke sejak 1 tahun yg lalu
Keluarga pasien mengatakan pasien perokok
berat
Keluaga mengatakan pasien sempat mengeluh
muntah 1x
DO :
- TD ; 140/67 mmHg HR: 107x/menit , RR :
15 X/menit, suhu 36,5˚C, MAP : 91 mmHg,
PEEP : 6
- Refleks terhadap cahaya : +/+
- Kesadaran coma
- GCS: E1M1VETT
DT :
- Pasien tampak lemah
DIAGNOSA KEPERAWATAN
29
pernapasan.
3. Domain 4. Aktivitas/ Istirahat
(00085) Hambatan mobilitas
fisik b.d gangguan neuromuscular
INTERVENSI KEPERAWATAN
30
(NOC 561) 6. Monitor serum
1) Tekanan nadi dalam osmolaritas (R/ untuk
batas normal (60- kaji keefektifan manitol
100x/menit) sbgai PTIK)
2) Suhu dalam batas
normal (36,5-37˚C) Monitor Tanda-tanda vital
3) Frek.Pernafasan (NIC 237)
normal (12-20x/menit) 1. Monitor tekanan
4) AGD dalam batas darah,nadi,suhu,dan
normal ( PaCO2 antara status pernafasan dengan
35-45 mmHg, dan tepat
PaO 2 80 -100 mmHg)
Monitor Neurologi (NIC
berkomunikasi,menela kesadaran
31
atau mengurangi pengkajian resiko
makan makanan yang 2. Intruksikan faktor resiko
mengandung garam / untuk mengurangi resiko
asin) (edukasikan terhadap
keluarga)
Pengajaran :peresepan
obat-obatan (NIC 297)
1. Tentukan obat apa yang
diperlukan, dan kelola
menurut resep/atau
protokol (Manitol 0,25-
2g/kg/bb diberikan 10-
30 menit menggunakan
syringe pump R/ sebagai
cairan hipertonik karena
tejadi PTIK)
Tambahan:
2. Beri fenitolin untuk
kejang (mengurangi
pasien batuk atau
mengejan)
3. Berikan suport spiritual
32
pursed-lip. dada jika perlu.
5) Tidak terdapat orthopnea. 4. Keluarkan secret dengan
Respiratory Status : batuk atau suction.
Airway patency 5. Auskultasi suara napas,
Kriteria Hasil : catat adanya suara
1) Menunjukkan jalan napas tambahan.
yang paten (klien tidak 6. Atur intake untuk cairan
merasa tercekik, irama mengoptimalkan
napas, frekuensi keseimbangan.
pernapasan dalam rentang 7. Monitor respirasi dan
normal : 16-20 kali per status O2.
menit. Respiratory monitoring
2) Tidak terdapat 1. Monitor nadi, suhu dan
penggunaan otot bantu respirasi.
napas. 2. Monitor kecepatan,
3) Tidak terdapat retraksi irama, kedalaman, dan
dinding dada. kualitas bernapas.
4) Tidak terdapat pernapasan 3. Monitor suara napas
cuping hidung. tambahan seperti ngorok
5) Tidak terdengar suara atau mengi.
napas tambahan.
3. Domain 4. Aktivitas/ Tujuan : Terapi latihan: mobilitas
Istirahat Setelah perawat melakukan (pergerakan) sendi (0224:
(00085) Hambatan tindakan kepada klien selama hal 440)
mobilitas fisik b.d 2 x 24 jam diharapkan pasien 1. Jelaskan manfaat dan
gangguan neuromuskular mendapatkan tujuan melakukan
latihan sendi kepada
Kriteria Hasil sebagai keluarga
berikut : 2. Dukung latihan ROM
1) Kekuatan otot pasif
meningkat 3. Lakukan latihan ROM
2) Kebutuhan klien pasif dengan bantuan
terhadap pergerakkan 4. Bantu pasien membuat
dapat dipenuhi. jadwal latihan ROM
33
3) Klien mampu 5. Ubah posisi minimal
mempertahankan & setiap 2 jam.
menigkatkan kekuatan 6. Kaji tonus otot
fungsi bagian tubuh ekstremitas
yang terganggu
4) Klien dapat Kolaborasi :
melakukan ROM aktif Konsultasikan dengan ahli
& pasif sesuai dengan fisioterapi
kemampuan.
34
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fisik otak secara
fokal dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih dan dapat mengakibatkan
kematian atau kecacatan yang menetap lebih dari 24 jam tanpa penyebab lain kecuali
gangguan pembuluh darah otak (WHO,1983). Klasifikasi Stroke berdasarkan keadaan
patologis adalah stroke iskemik dan stroke hemoragik. Iskemik terjadi akibat suplai
darah ke jaringan otak berkurang, hal ini disebabkan karena obstruksi total atau
sebagian pembuluh darah otak. Stroke hemoragik ini terjadi karena perdarahan atau
pecahnya pembuluh darah otak baik di subarachnoid, intraserebral maupun karena
aneurisma.
B. Saran
35
DAFTAR PUSTAKA
LeMone, Priscilla., Burke, Karen. M., & Bauldoff, Gerene. (2016). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Tarwoto. 2013.Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan. jakarta:
SAGUNG SETO.
Adib, M. 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung, dan Stroke.
Yogyakarta: Dianloka Pustaka.
Bulletin of the World Health Organization Past issues Volume 94: 2016 Volume 94, Number
9, September 2016, 633-708
Brunner & sudarth (2016). Keperawatn Medikal Bedah. Ed . 12. EGC. Jakarta
Jauch, Edward C. et al. 2010. “Part 11: Adult Stroke: 2010 American Heart Association
Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care.”
Circulation 122(SUPPL. 3): 818–28.
Piel, Frédéric B., Martin H. Steinberg, and David C. Rees. 2017. “Sickle Cell Disease” ed.
Dan L. Longo. New England Journal of Medicine 376(16): 1561–73.
Suwiryawan, Gede Agus, I Wayan Putu Sutirta Yasa, and Dap Rasmika Dewi. 2013.
“Anemia Sel Sabit.” Department of Clinical Pathology Faculty of Medicine Udayana
University /Sanglah Hospital: 1–12.
Triasti, Arina Pramudita, and Dwi Pudjonarko. 2016. “Faktor  Faktor Yang Mempengaruhi
Fungsi Kognitif Penderita Stroke Non Hemoragik.” Jurnal Kedokteran Diponegoro
5(4): 460–74.
36
37