Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS STROKE

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 :

1. Fahreza Arif ( Nim. 711440120074 )


2. Aprillia Nontah ( Nim.711440119044 )
3. Natalya. A. Purwanto ( Nim 711440119074 )

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO

PRODI D-III KEPERAWATAN

T.A 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan
perlindungan-Nya kami dapat menyelesaikan tugas kami dengan judul "Askep Teoritis Stroke".
Penyusunan tugas ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah.
Kami berharap dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang nantinya dapat di ambil oleh
pembaca

Kami menyadari dalam pembuatan tugas ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu
jika terdapat banyak kekurangan maupun kesalahan kami mohon maaf dan berharap adanya kritik dan
saran.

Manado, Juli 2022

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakan........................................................................................................................
2. Tujuan...................................................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORITIS

1. Konsep dasar medis...........................................................................................................


2. Etiologi..............................................................................................................................
3. Manifestasi Klinis.............................................................................................................
4. Penatalaksanaan.................................................................................................................
5. Pemeriksaan Penunjang.....................................................................................................
6. Komplikasi........................................................................................................................

BAB III ASKEP TEORITIS

1. Pengkajian........................................................................................................................
2. Pemeriksaan Fisik..............................................................................................................
3. Diagnosa...........................................................................................................................
4. Intervensi...........................................................................................................................
5. Implementasi......................................................................................................................
6. Evaluasi.............................................................................................................................

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................................................

B. Saran.................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke merupakan penyakit pembuluh darah otak (cerebrovacular) yang ditandai dengan
kematian jaringan otak, hal ini disebabkan karena adanya penyempitan, penyumbatan serta pecahnya
pembuluh darah ke otak sehingga pasokan nutrisi dan oksigen ke otak berkurang dan menimbulkan
reaksi biokimia yang merusak atau mematikan sel-sel saraf (neuron) otak. Stroke dapat juga terjadi
akibat dari gangguan fungsi sistem saraf yang terjadi mendadak dan akibat gangguan peredaran darah
otak. Gangguan fungsi saraf akan terganggu bila aliran darah otak turun. Bila gangguan aliran darah
berkepanjangan dapat terjadi kematian jaringan saraf yang disebut infark (Pinzon, 2010).

Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan kanker, dan
merupakan penyebab kecacatan nomor satu di dunia. Data WHO menunjukkan bahwa lebih dari 60%
pasien stroke di dunia dan di negara berkembang. Peningkatan kejadian stroke di beberapa negara
Asia (China, India, dan Indonesia) ditengarai akibat pengaruh perubahan pola hidup, polusi, dan
perubahan pola konsumsi makanan (Barr, 2006).

Angka kejadian stroke meningkat akibat peningkatan faktor risiko stroke misalnya hipertensi,
merokok, kadar kolesterol darah yang tinggi, dan diabetes. Penelitian di Amerika Serikat
menunjukkan bahwa ada 3 juta warga Amerika yang terkena penyakit pembuluh darah (penyakit
jantung, stroke, dan pembuluh darah tepi) dan 150.000 diantaranya meninggal setiap tahunnya.
Kejadian stroke berulang umum pula dijumpai, 33% pasien stroke yang selamat akan mengalami
stroke ulang dalam waktu 5 tahun (Pinzon, 2010).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui konsep dasar medis stroke, dan mampu
melaksanakanasuhan keperawatan pada Tn.I dengan stroke.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat mengetahui konsep dasar medis stroke meliputi Pengertian,
Anatomi fisiologi Klasifikasi, Etiologi, Patofisiologi, Manefestasi Klinis,
Pemeriksaan Penunjang, Penatalaksanaan, Komplikasi
b. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian pada klien dengan stroke
c. Mahasiswa dapat menegakkan diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan
stroke
d. Mahasiswa mengetahui intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan
yang didapat pada klien dengan stroke
e. Mahasiswa dapat melakukan implementasi keperawatan pada klien dengan stroke
f. Mahasiswa mengetahui evaluasi pada pasien dengan stroke
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Medis

1. Pengertian
Stroke adalah suatu penyakit gangguan fungsi anatomi otak yang terjadi secara tiba-
tiba dan cepat, disebabkan karena gangguan perdarahan otak. Stroke atau Cerebro Vasculer
Accident (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai
darah ke bagian otak ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak
( Elizabeth J. Corwin, 2002 ).
Stroke adalah sindrom yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat, berupa
deficit neurologis fokal atau global yang langsung 24 jam atau lebih atau langsung
menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran otak non
traumatic (Mansjoer 2002)
Stroke adalah gangguan neurologik fokal yang dapat timbul sekunder dari proses
patologis pada pembuluh darah serebral, misal: Trombosis, embolis, ruptura dinding
pembuluh atau penyakit vaskuler dasar (Prince, 2002).
Menurut WHO stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik
fokal maupun menyeluruh yang berlangsung dengan cepat. Berlangsung lebih dari 24 jam
atau berakhir dengan maut tanpa ditemukannya penyebab selain daripada gangguan vaskuler.
Persoalan pokok pada stroke adalah gangguan peredaran darah pada daerah otak tertentu.

2. Etiologi

1. Faktor risiko utama

a) Hipertensi

Hipertensi dapat mengakibatkan pecahnya maupun menyempitnya pembuluh darah otak.


Apabila pembuluh darah otak menyempit maka aliran darah ke otak akan terganggu dan
sel-sel otak akan mengalami kematian.

b) Diabetes Mellitus

Debetes mellituas mampu ,menebalkan dinding pembuluh darah otak yang berukuran
besar. Menebalnya pembuluh darah otak akan menyempitkan diameter pembuluh darah
yang akan menggangu kelancaran aliran darah ke otak, pada akhirnya akan menyebabkan
kematian sel- sel otak.

c) Penyakit Jantung
Beberapa Penyakit Jantung berpotensi menimbulkan strok. Dikemudian hari seperti
Penyakit jantung reumatik, Penyakit jantung koroner dengan infark obat jantung dan
gangguan irana denyut janung. Factor resiko ini pada umumnya akan menimbulkan
hambatan atau sumbatan aliran darah ke otak karena jantung melepaskan sel- sel /
jaringan- jaringan yang telah mati ke aliran darah.
b. Faktor Resiko Tambahan
a) Kadar lemak darah yang tinggi termasuk Kolesterol dan Trigliserida.
Meningginya kadar kolesterol merupakan factor penting untuk terjadinya
asterosklerosis atau menebalnya dinding pembuluh darah yang diikuti penurunan
elastisitas pembuluh darah.
b) Kegemukan atau obesitas
c) Merokok Merokok dapat meningkatkan konsentrasi fibrinogen yang akan
mempermudah terjadinya penebalan dinding pembuluh darah dan peningkatan
kekentalan darah.
d) Riwayat keluarga dengan stroke
e) Lanjut usia Penyakit darah tertentu seperti polisitemia dan leukemia. Polisitemia
dapat menghambat kelancaran aliran darah ke otak. Sementara leukemia/ kanker
darah dapat menyebabkan terjadinya pendarahan otak.
f) Kadar asam urat darah tinggi
g) Penyakit paru- paru menahun.

3. Patofisiologi
a. Stroke Hemoragik
Perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua penyebab utama kasus
gangguan pembuluh darah otak. Perdarahan serebral dapat terjadi di luar duramater
(hemoragi ekstradural atau epidural), dibawah duramater, (hemoragi subdural),
diruang subarachnoid (hemoragi subarachnoid) atau di dalam substansi otak
(hemoragi intraserebral).
1) Hemoragi ekstradural (epidural) adalah kedaruratan bedah neuro yang
memerlukan perawatan segera. Ini biasanya mengikuti fraktur tengkorak
dengan robekan arteri dengan arteri meningea lain.

2) Hemoragi subdural (termasuk hemoragi subdural akut) pada dasarnya sama


dengan hemoragi epidural, kecuali bahwa hematoma subdural biasanya
jembatan vena robek. Karenanya, periode pembentukan hematoma lebih lama
( intervensi jelas lebih lama) dan menyebabkan tekanan pada otak. Beberapa
pasien mungkin mengalami hemoragi subdural kronik tanpa menunjukkan
tanda dan gejala.

3) Hemoragi subrachnoid dapat terjadi sebagai akibat trauma atau hipertensi,


tetapi penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisma pada area sirkulus
wilisi dan malformasi arteri-vena kongenital pada otak. Arteri di dalam otak
dapat menjadi tempat aneurisma.

4) Hemoragi intraserebral paling umum pada pasien dengan hipertensi dan


aterosklerosis serebral, karena perubahan degeneratif karena penyakit ini
biasanya menyebabkan ruptur pembuluh darah. pada orang yang lebih muda
dari 40 tahun, hemoragi intraserebral biasanya disebabkan oleh malformasi
arteri-vena, hemangioblastoma dan trauma, juga disebabkan oleh tipe
patologi arteri tertentu, adanya tumor otak dan penggunaan medikasi
(antikoagulan oral, amfetamin dan berbagai obat aditif).
Perdarahan biasanya arterial dan terjadi terutama sekitar basal
ganglia. Biasanya awitan tiba-tiba dengan sakit kepala berat. Bila hemoragi
membesar, makin jelas defisit neurologik yang terjadi dalam bentuk
penurunan kesadaran dan abnormalitas pada tanda vital. Pasien dengan
perdarahan luas dan hemoragi mengalami penurunan kesadaran dan
abnormalitas pada tanda vital.

b. Stroke Non Hemoragic Terbagi atas 2 yaitu :


1) Pada stroke trombotik, oklusi disebabkan karena adanya penyumbatan lumen
pembuluh darah otak karena thrombus yang makin lama makin menebal,
sehingga aliran darah menjadi tidak lancer. Penurunan aliran arah ini
menyebabakan iskemi yang akan berlanjut menjadi infark. Dalam waktu 72
jam daerah tersebut akan mengalami edema dan lama kelamaan akan terjadi
nekrosis. Lokasi yang tersering pada stroke trombosis adalah di percabangan
arteri carotis besar dan arteri vertebra yang berhubungan dengan arteri
basiler. Onset stroke trombotik biasanya berjalan lambat.

2) Sedangkan stroke emboli terjadi karena adanya emboli yang lepas dari bagian
tubuh lain sampai ke arteri carotis, emboli tersebut terjebak di pembuluh
darah otak yang lebih kecil dan biasanya pada daerah percabangan lumen
yang menyempit, yaitu arteri carotis di bagian tengah atau Middle Carotid
Artery ( MCA ). Dengan adanya sumbatan oleh emboli akan menyebabkan
iskemik. (Hurlock, 2004)

4. Manefestasi Klinis
Stroke ini menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, dan
jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori).
a. Kehilangan motorik : hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sesi
otak yang berlawanan, hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh.
b. Kehilangan komunikasi : disartria (kesulitan bicara), disfasia atau afasia (bicara
defektif atau kehilangan bicara), apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan
tindakan yang dipelajari sebelumnya)
c. Gangguan persepsi: disfungsi persepsi visual, gangguan hubungan visual-spasial,
kehilangan sensori
d. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis
e. Disfungsi kandung kemih (Harsono, 2003).

5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa stroke antara lain
adalah:
a. Angiografi Angiografi adalah tehnik pemberian zat kontras.Sedangkan angiografi
koroner adalah prosedur diagnostik dengan tehnik pemberian zat kontras ke arteri
koroner yang dilakukan untuk mendapatkan hasil / kelainan dari pembuluh darah
arteri koroner baik itu presentase, letak lumen, jumlah kondisi dari penyempitan
lumen, besar kecilnya pembuluh darah, ada tidaknya kolateral dan fungsi ventrikel
kiri.
b. CT-Scan CT-scan dapat menunjukkan adanya hematoma, infark dan perdarahan.
c. EEG (Elektro Encephalogram) Dapat menunjukkan lokasi perdarahan, gelombang
delta lebih lambat di daerah yang mengalami gangguan.
d. Pungsi Lumbal Menunjukan adanya tekanan normal, Tekanan meningkat dan cairan
yang mengandung darah menunjukan adanya perdarahan
e. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
f. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena
g. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal (Harsono,
2003)

5. Penatalaksanaan
a. Perawatan umum stroke
1) Penatalaksanaan awal selama fase akut dan mempertahankan fungsi tubuh
Mengenai penatalaksanaan umum stroke, konsensus nasional pengelolaan
stroke di Indonesia, 2001 mengemukakan hal-hal berikut:
a) Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat, bila perlu berikan
oksigen 0-2 L/menit sampai ada hasil gas darah.
b) Kandung kemih yang penuh dikosongkan, sebaiknya dengan kateterisasi
intermiten.

2) Penatalaksanaan tekanan darah dilakukan secara khusus. Asia Pacific


Consensus on Stroke Manajement, 2001, mengemukakan bahwa peningkatan
tekanan darah yang sedang tidak boleh diobati pada fase akut stroke iskemik.
Konsensus nasional pengelolaan stroke di Indonesia, 2002, mengemukakan
bahwa tekanan darah diturunkan pada stroke iskemik akut bila terdapat salah
satu hal berikut :
a. Tekanan sistolik > 220 mmHg pada dua kali pengukuran selang 30
menit.
b. Tekanan diastolik > 120 mmHg pada dua kali pengukuran selang 30
menit.
c. Tekanan darah arterial rata-rata > 130-140 mmHg pada dua kali
pengukuran selang 30 menit.
d. Disertai infark miokard akut/ gagal jantung atau ginjal akut.\ Pada
umumnya peningkatan tekanan darah pada fase akut stroke
diakibatkan oleh:
 Stress daripada stroke
 Jawaban fisiologis dari otak terhadap keadaan hipoksia
 Tekanan intrakranial yang meninggi.
 Kandung kencing yang penuh
 Rasa nyeri.

Tekanan darah dapat berkurang bila penderita dipindahkan ke tempat


yang tenang, kandung kemih dikosongkan, rasa nyeri dihilangkan, dan
bila penderita dibiarkan beristirahat.

e. Hiperglikemia atau hipoglikemia harus dikoreksi.


Keadaan hiperglikemia dapat dijumpai pada fase akut stroke,
disebabkan oleh stres dan peningkatan kadar katekholamin di dalam
serum. Dari percobaan pada hewan dan pengalaman klinik diketahui
bahwa kadar glukosa darah yang meningkat memperbesar ukuran
infark. Oleh karena itu, kadar glukosa yang melebihi 200 mg/ dl
harus diturunkan dengan pemberian suntikan subkutan insulin.
Konsensus nasional pengelolaan stroke di Indonesia mengemukakan
bahwa hiperglikemia ( >250 mg% ) harus dikoreksi sampai batas
gula darah sewaktu sekitar 150 mg% dengan insulin intravena secara
drips kontinyu selama 2-3 hari pertama. Hipoglikemia harus diatasi
segera dengan memberikan dekstrose 40% intravena sampai normal
dan diobati penyebabnya.

f. Suhu tubuh harus dipertahankan normal.


Suhu yang meningkat harus dicegah, misalnya dengan obat
antipiretik atau kompres. Pada penderita iskemik otak, penurunan
suhu sedikit saja, misalnya 2-3 derajat celsius, sampai tingkat 33ºC
atau 34 °C memberi perlindungan pada otak. Selain itu, pembentukan
oxygen free radicals dapat meningkat pada keadaan hipertermia.
Hipotermia ringan sampai sedang mempunyai efek baik, selama
kurun waktu 2-3 jam sejak stroke terjadi, dengan memperlebar
jendela kesempatan untuk pemberian obat terapeutik.

g. Nutrisi peroral hanya boleh diberikan setelah hasil tes fungsi menelan
baik, bila terdapat gangguan menelan atau penderita dengan
kesadaran menurun, dianjurkan melalui pipa nasogastrik.

h. Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan. Pemberian cairan


intravena berupa cairan kristaloid atau koloid, hindari yang
mengandung glukosa murni atau hipotonik.

i. Bila ada dugaan trombosis vena dalam, diberikan heparin dosis


rendah subkutan, bila tidak ada kontra indikasi. Terapi farmakologi
yang dapat diberikan pada pasien stroke :
 Antikoagulasi dan dekstran dapat diberikan pada stroke non
haemoragic, diberikan sdalam 24 jam sejak serangan gejala-gejala
dan diberikan secara intravena seperti : Aspirin, sulfinpirazon,
dipiridamol, tiklopidin.
 Obat antiplatelet obat ini untuk mengurangi pelekatan platelet. Obat
ini kontraindikasi pada stroke haemorhagic, seperti : aspirin,
Thienopyridine derivatives, cilostazol, dipyridamole, dan yang
terakhir adalah Glycoprotein.
 Bloker kalsium untuk mengobati vasospasme serebral, obat ini
merilekskan otot polos pembuluh darah Seperti : Atenolol,
Metoprolol, Propanolol, Karvedilol, Labetalol.
 Trental dapat digunakan untuk meningkatkan aliran darah kapiler
mikrosirkulasi, sehingga meningkatkan perfusi dan oksigenasi ke
jaringan otak yang mengalami iskemik.

3) Kebutuhan psikososial
Gangguan emosional, terutama ansietas, frustasi dan depresi
merupakan masalah umum yang dijumpai pada penderita pasca stroke.
Korban stroke dapat memperlihatkan masalah-masalah emosional dan
perilakunya mungkin berbeda dari keadaan sebelum mengalami stroke.
Emosinya dapat labil, misalnya pasien mungkin akan menangis namun pada
saat berikutnya tertawa, tanpa sebab yang jelas. Untuk itu, peran perawat
adalah untuk memberikan pemahaman kepada keluarga tentang perubahan
tersebut.
Hal-hal yang bisa dilakukan perawat antara lain memodifikasi
perilaku pasien seperti seperti mengendalikan simulasi di lingkungan,
memberikan waktu istirahat sepanjang siang hari untuk mencegah pasien dari
kelelahan yang berlebihan, memberikan umpan balik positif untuk perilaku
yang dapat diterima atau perilaku yang positif, serta memberikan
pengulangan ketika pasien sedang berusaha untuk belajar kembali satu
ketrampilan.

4) Rehabilitasi selama di rumah sakit Rehabilitasi di rumah sakit memerlukan


pengkajian yang sistematik dan evaluassi dari defisit dan perbaikan fungsi
pasien. Fokus perawatan adalah langsung membantu pasien belajar kembali
kehilangan keterampilan yang dapat membentu kembali kemungkinan
kemandirian pasien. Pada fase ini pasien dimonitor secara hati-hati untuk
mencegah berkembangnya komplikasi yang lebih lanjut. Adapun intervensi
yang dapat kita lakukan adalah sebagai berikut :
a. Anjurkan pasien untuk mengerjakan sendiri ”personal Hygiene”
semampunya.
b. Ajarkan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan menghargai cara pasien
mengkompensasi ketidakmampuan pasien.
c. Anjurkan pasien untuk latihan di tempat tidur.
d. Berikan spesial perawatan kulit.
e. Berikan privacy dengan menggunakan penutup jika ia belajar keahlian
baru seperti belajar makan sendiri.
f. Berikan support emosional.
g. Berikan empati pada perasaan klien.anjurkan keluarga untuk
berpartisipasi.

6. Komplikasi
Komplikasi utama pada stroke menurut Smeltzer C. Suzanne, 2002 yaitu :
a. Hipoksia Serebral
b. depresi Inilah dampak yang paling menyulitkan penderitaan dan orang-orang yang
berada di sekitarnya.oleh karena itu terbatasnya akibat lumpuh sulit berkomunikasi
dan sebagianya,penderita stroke sering mengalami depresi.
c. darah beku Darah beku mudah berbentuk pada jaringan yang lumpuh terutama pada
kaki sehingga menyebabkan pembengkakan yang menggangu,selain itu pembekuaan
darah juga dapat terjadi pada arteri yang mengalirkan darah ke paru-paru(embelio
paru-paru)sehingga penderita sulit bernafas dan dalam beberapa kasus mengalami
kematian.
d. otot mengerut dan sendi kaku Kurang gerak dapatr menyebabkan sendi menjadi kaku
dan nyeri.misalnya jika otot-otot betis mengerut kaki terasa sakit ketika harus berdiri
dengan rumit menyentuh lantai.hal ini biasanya di tangani fisiotrapi.
BAB III

ASKEP TEORITIS

1. Pengkajian
Adapun Fokus pengkajian pada klien dengan Stroke Hemoragik menurut Tarwoto (2013)
yaitu :
A. Identitas Klien
Meliputi identitas klien (nama, umur, jenis kelamin, status, suku,agama, alamat,
pendidikan, diagnosa medis, tanggal MRS dan tanggal pengkajian, identitatas
penanggung jawab (nama, umur, pendidikan, agama, suku, hubungan dengan kliaen,
pekerjaan, alamat
B. Keluhan Utama
Adapun keluhan utama yang sering dijumpai yaitunya klien mengalami Kelemahan
anggota gerak sebelah badan, biasanya klien mengalami bicara pelo, biasanya klien
kesulitan dalam berkomunikasi dan tingkat kesadaran
C. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keadaan ini berlangsung secara mendadak baik sedang melakukan aktivitas ataupun
tidak sedang melakukan aktivitas. Gejala yang bicara pelo, biasanya klien kesulitan
dalam berkomunikasi dan penurunan tingkat kedasaran.
D. Riwayat Kesehatan Dahulu
Adapun riwayat kesehatan dahulu yaitunya memiliki riwayat hipertensi, riwayat
DM, memiliki penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, riwayat kotrasepsi
oral yang lama, riwayat penggunaan obat-obatan anti koagulasi, aspirin, vasodilator,
obat-obat adikitif, kegemukan.
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya riwayat keluarga dengan hipertensi, adanya riwayat DM, dan adanya
riwayat anggota keluarga yang menderita stroke.
F. Riwayat Psikososial
Adanya keadaan dimana pada kondisi ini memerlukan biaya untuk pengobatan
secara komprehensif, sehingga memerlukan biaya untuk pemeriksaan dan
pengobatan serta perawatan yang sangat mahal dapat mempengaruhi stabilitas emosi
dan pikiran klien dan keluarga.
2. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran
Biasanya pada pasien stroke mengalami tingkat kesadaran samnolen, apatis, sopor,
soporos coma, hingga coma dengan GCS < 12 pada awal terserang stroke. Sedangkan
pada saat pemulihan biasanya memiliki tingkat kesadaran letargi dan compos metis
dengan GCS 13-15

2) Tanda-tanda Vital
1) Tekanan darah
Biasanya pasien dengan stroke hemoragik memiliki riwayat tekanan darah tinggi dengan
tekanan systole > 140 dan diastole > 80
2) Nadi
Biasanya nadi normal
3) Pernafasan
Biasanya pasien stroke hemoragik mengalami gangguan pada bersihan jalan napas
4) Suhu
Biasanya tidak ada masalah suhu pada pasien dengan stroke hemoragik .

3) Rambut
Biasanya tidak ditemukan masalah
4) Wajah
Biasanya simetris, wajah pucat. Pada pemeriksaan Nervus V (Trigeminal) : biasanya
pasien bisa menyebutkan lokasi usapan dan pada pasien koma, ketika diusap kornea
mata dengan kapas halus, klien akan menutup kelopak mata. Sedangkan pada Nervus
VII (facialis) : biasanya alis mata simetris, dapat mengangkat alis, mengernyitkan
dahi, mengernyitkan hidung, menggembungkan pipi, saat pasien menggembungkan
pipi tidak simetris kiri dan kanan tergantung lokasi lemah dan saat diminta
mengunyah pasien kesulitan untuk mengunyah.
5) Mata
Biasanya konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor, kelopak mata
tidak oedema. Pada pemeriksaan nervus II (optikus) : biasanya luas pandang baik 90°,
visus 6/6. Pada nervus III (okulomotoris) : biasanya diameter pupil 2mm/2mm, pupil
kadang isokor dan anisokor, palpebra dan reflek kedip dapat dinilai jika pasien bisa
membuka mata . Nervus IV (troklearis) : biasanya pasien dapat mengikuti arah tangan
perawat ke atas dan bawah. Nervus VI (abdusen) : biasanya hasil nya pasien dapat
mengikuti arah tangan perawat ke kiri dan kanan
6) Hidung
Biasanya simetris kiri dan kanan, terpasang oksigen, tidak ada pernapasan cuping
hidung. Pada pemeriksan nervus I (olfaktorius) : kadang ada yang bisa menyebutkan
bau yang diberikan perawat namun ada juga yang tidak, dan biasanya ketajaman
penciuman antara kiri dan kanan berbeda dan pada nervus VIII (akustikus) : biasanya
pada pasien yang tidak lemah anggota gerak atas, dapat melakukan keseimbangan
gerak tangan-hidung
7) Mulut dan gigi
Biasanya pada pasien apatis, sopor, soporos coma hingga coma akan mengalami
masalah bau mulut, gigi kotor, mukosa bibir kering. Pada pemeriksaan nervus VII
(facialis) : biasanya lidah dapat mendorong pipi kiri dan kanan, bibir simetris, dan
dapat menyebutkan rasa manis dan asin. Pada nervus IX (glossofaringeal) : biasanya
ovule yang terangkat tidak simetris, mencong kearah bagian tubuh yang lemah dan
pasien dapat merasakan rasa asam dan pahit. Pada nervus XII (hipoglasus) : biasanya
pasien dapat menjulurkan lidah dan dapat dipencongkan ke kiri dan kanan namun
artikulasi kurang jelas saat bicara
8) Telinga
Biasanya sejajar daun telinga kiri dan kanan. Pada pemeriksaan nervus VIII
(akustikus) : biasanya pasien kurang bisa mendengarkan gesekan jari dari perawat
tergantung dimana lokasi kelemahan dan pasien hanya dapat mendengar jika suara
keras dan dengan artikulasi yang jelas
9) Leher
Pada pemeriksaan nervus X (vagus) : biasanya pasien stroke hemragik mengalami
gangguan menelan. Pada peemeriksaan kaku kuduku biasanya (+) dan bludzensky 1
(+)
10) Thorak
a) Paru-paru
Inspeksi : biasanya simetris kiri dan kanan
Palpasi : biasanya fremitus sam aantara kiri dan kanan
Perkusi : biasanya bunyi normal (sonor)
Auskultasi: biasanya suara normal (vesikuler)
b) Jantung
Inspeksi : biasanya iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : biasanya ictus cordis teraba
Perkusi : biasanya batas jantung normal
Auskultasi: biasanya suara vesikuler
11) Abdomen
Inspeksi : biasanya simetris, tidak ada asites
Palpasi : biasanya tidak ada pembesaran hepar
Perkusi : biasanya terdapat suara tympani
Auskultasi: biasanya biasanya bising usus pasien tidak terdengar. Pada pemeriksaan
reflek dinding perut, pada saat perut pasien digores biasanya pasien tidak merasakan
apa-apa.
12) Ekstremitas
a. Atas
Biasanya terpasang infuse bagian dextra / sinistra. CRT biasanya normal yaitu < 2
detik.Pada pemeriksaan nervus XI (aksesorius) : biasanya pasien stroke hemoragik
tidak dapat melawan tahanan pada bahu yang diberikan perawat. Pada pemeriksaan
reflek, biasanya saat siku diketuk tidak ada respon apa-apa dari siku, tidak fleksi
maupun ekstensi (reflek bicep (-)) dan pada pemeriksaan tricep respon tidak ada
fleksi dan supinasi (reflek bicep (-)). Sedangkan pada pemeriksaan reflek hoffman
tromer biasanya jari tidak mengembang ketika diberi reflek (reflek Hoffman tromer
(+)).
b. Bawah
Pada pemeriksaan reflek, biasanya saat pemeriksaan bluedzensky I kaki kiri pasien
fleksi ( bluedzensky (+)). Pada saat telapak kaki digores biasanya jari tidak
mengembang (reflek babinsky (+)). Pada saat dorsum pedis digores biasanya jari kaki
juga tidak beresponn (reflek caddok (+)). Pada saat tulang kering digurut dari atas ke
bawah biasanya tidak ada respon fleksi atau ekstensi (reflek openheim (+)) dan pada
saat betis diremas dengan kuat biasanya pasien tidak merasakan apa-apa (reflek
gordon (+)). Pada saat dilakukan reflek patella biasanya femur tidak bereaksi saat di
ketukkan (reflek patella (+)).

3. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pertanyaan singkat dan pasti tentang masalah pasien
dan serta penyebabnya yang dapat dipecahkan melalui tindakan keperawatan
(Carpenito, 2010). Adapun diagnosa dari ulkus peptikum sebagai berikut :
1) Resiko perfusi serebral tidak efektif b/d penurunan kinerja ventrikel kiri,
tumor otak, cidera kepala, infark miokard akut, hipertensi dan
hiperkolesteronemia.
2) Pola napas tidak efektif b/d depresi pusat pernapasan, hambatan upaya napas,
gangguan neuromuskular dan gangguan neurologis.
3) Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d spasme jalan napas, disfungsi
neuromuskuler dan sekresi yang tertahan.
4) Gangguan mobilitas fisik b/d gangguan neuromuskuler dan kelemahan
anggota gerak
5) Gangguan komunikasi verbal b/d penurunan sirkulasi serebral, dan gangguan
neuromuskuler
6) Gangguan persepsi sensori b/d gangguan penglihatan, pendengaran,
penghiduan, dan hipoksia serebral.
7) Defisit nutrisi b/d ketidakmampuan menelan makanan
8) Resiko gangguan integritas kulit/ jaringan b/d penurunan mobilitas

4. Intervensi keperawatan
Perencanaan keperawatan merupakan langkah ketiga dalam proses keperawatan.
Tahap perencanaan memberikan kesempatan kepada perawat, pasien, dan orang
terdekat untuk mengatasimasalah pasien dan membuat prioritas urutan diagnosa
keperawatan(Doenges, dkk, 2010)
Unsur-unsur pada tahap perencanaan adalah sebagai berikut:
1) Memprioritaskan masalah, yaitu menentukan masalah apa yang
memerlukan perhatian atau prioritas masalah yang ditemukan.
2) Merumuskan tujuan, yaitu yang ditetapkan, harus jelas, dapat diukur,
dan realistis dengan menggunakan metode SMART, yaitu spesifik
(berfokus pada pasien), measurable (dapat diukur), reasonable (sesuai
dengan kenyataan), dan time (waktu).
3) Menentukan tindakan keperawatan, yaitu perawat mempertimbangkan
beberapa alternatif tindakan yang mungkin berhasil atau mengurangi
dan memecahkan masalah.
4) Rasionalisasi yaitu alasan dari adanya atau dilakukannya tindakan
keperawatan

5. Implementasi keperawatan
1) Implementasi keperawatan adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan
rencana asuhan keperawatan dalam bentuk intervensi keperawatan guna
membantu pasien mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Asmadi, 2008).
Implementasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen:
Tanggal dan waktu dilakukan implementasi keperawatan
2) Diagnosis keperawatan
3) Tindakan keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan
4) Tanda tangan perawat pelaksana

6. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penilaian terakhir keperawatan yang didasarkan pada tujuan
keperawatan yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan
didasarkan pada perubahan perilaku dan kriteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu
terjadinya adaptasi ada individu (Nursalam, 2008). Evaluasi keperawatan dilakukan
dalam bentuk pendekatan SOAP. Evaluasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen
yaitu:
1) Tanggal dan waktu dilakukan evaluasi keperawatan
2) Diagnosis keperawatan
3) Evaluasi keperawatan
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembuatan makalah ini kamu dapat menyimpulkan bahwa didalam
dunia kesehatan itu, khususnya dalam keperawatan medikal bedah sangat banyak sekali
yang dilakukakan apalagi dalam melakukan tindakan dan pemberian asuhan
keperawatan.Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang
cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab
lain yang jelas selain vaskuler.
Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai
dengan kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran
darah dan oksigen ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini bisa dikarenakan
adanya sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah. Berbagai fakta
menunjukkan bahwa sampai saat ini, Stroke masih merupakan masalah utama di bidang
neurologi maupun kesehatan pada umumnya. Untuk mengatasi masalah krusial ini
diperlukan strategi penangulangan Stroke yang mencakup aspek preventif, terapi
rehabilitasi, dan promotif.

B. Saran

Semoga dengan adanya makalah ini bisa menambah wawasan dan bisa digunakan
sebagai acuan dalam melakukan tindakan keperawatan medik bedah pemilihan secara tepat
dan baik dikalangan dunia kesehatan khususnya dibagian keperawatan. 1. Untuk Perawat
Saran yang dapat diberikan kepada perawat adalah agar mampu mendiagnosis stroke secara
cepat dan tepat serta mampu melakukan tatalaksana gawat darurat pada pasien dengan
stroke.
DAFTAR PUSTAKA

Ancowitz, A. 2002. The Stroke Book. New York : William Morrow and Company, inc.

Depkes. 2002. Menjaga hidup sehat. Jakarta: Salemba medika

Elizabet, j, corwin. 2001. Seputar stroke. Jakarta: Paradigma

Harsono. 2002. Penyakit stroke. Jakarta: Hipokrates

Hudak Gallo. 2002. Keperawatan Kritis. Edisi VI Volume II. Jakarta : EGC.

Lumbantobing. 2002. Neurogeriatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Mansjor. 2002. Stroke. Jakarta: Binarupa aksara

Mardjono.2002. ciri-ciri stroke. Yogyakarta: salemba medika

Marilynn E, Doengoes, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC.

Pahria, Tuti, dkk. 2002. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : EGC.

Prince. 2002. All about stroke. New York: saddow inc

Smeltzer & Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth vol 3.
Jakarta : EGC.

Brunner & Suddarth.2002, Keperawatan Medikal-Bedah vol.2. Jakarta : EGC.

Doengoes M. 2000, Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Batricaca, B.Fransisca.2008.Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Persyarafan.


Jakarta : Salemba Medika.

Ners,anda.2010.Askepstroke,:Http://Andaners.Wordpress.Com/2009/01/06/Asuhan-
perawatan-Pada-Klien-troke/

Anda mungkin juga menyukai