Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

”ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

DIAGNOSA MEDIS STROKE”

NAMA : BOSAMA BANGGARA AQUBACH

NIM : P032114401092

CLINICAL TEACHER CLINICAL INSTRUCTUR

PRODI D-III KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES RIAU

T.A 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-
Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN STROKE”.

Dalam menyelesaikan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan dari beberapa
pihak. Untuk itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini sehingga berhasil terutama
kepada dosen pembimbing.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak mengandung kekurangan karena
keterbatasan buku pegangan dan ilmu yang penulis miliki. Untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kepentingan makalah penulis dimasa
mendatang.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada pembaca pada umumnya dan khususnya pada penulis sendiri.

Pekanbaru, 30 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
A. Konsep Medik..........................................................................................................................1
1. Definisi.................................................................................................................................1
2. Anatomi dan Fisiologi..........................................................................................................1
3. Etiologi.................................................................................................................................3
4. Patofisiologi..........................................................................................................................3
5. Pathway.................................................................................................................................4
6. Manifestasi Klinik................................................................................................................5
7. Komplikasi............................................................................................................................5
8. Pemeriksaan Diagnostik.......................................................................................................6
9. Penatalaksanaan Medis.........................................................................................................7
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN....................................................................................8
1. Pengkajian................................................................................................................................8
3. Diagnosa Keperawatan.......................................................................................................11
4. Intervensi Keperawatan......................................................................................................11

ii
Latar Belakang

Stroke merupakan penyakit serebrovaskular yang menjadi penyebab utama kematian di


Indonesia. Jumlah penderita stroke di seluruh dunia yang berusia dibawah 45 tahun terus
meningkat, akibat stroke diprediksi akan meningkat seiring dengan kematian akibat penyakit
jantung dan kanker. Stroke merupakan penyebab kematian tersering ketiga di Amerika dan
merupakan penyebab utama Disabilitas permanen (Handayani & Dominica, 2019). Sehingga pada
klien stroke biasanya mengalami gangguan mobilitas fisik atau beresiko mengalami keterbatasan
gerakan fisik dari satu atau lebih ekstermitas secara mandiri.

(PPNI, 2016)

Menurut World Stroke Organization bahwa 1 diantara 6 orang di dunia akan mengalami stroke
di sepanjang hidupnya, sedangkan data American Health Association (AHA) menyebutkan bahwa
setiap 40 detik terdapat 1 kasus baru stroke dengan prevalensi 795.000 klien stroke baru atau
berulang terjadi setiap tahunnya dan kira-kira setiap 4 menit terdapat 1 klien stroke meninggal.
Angka kematian akibat stroke ini mencapai 1 per 20 kematian di Amerika Serikat.

(Mutiarasari, 2019)

A. Konsep Medik

1. Definisi
Stroke atau cidera serebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak. Sering ini adalah kulminasi
penyakit serebrovaskular selama beberapa tahun (Smelzer&Bare 2017). Stroke sering
menyebabkan cacat berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses berpikir,
daya ingat dan bentuk-bentuk kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak
(Esti, 2020).

Stroke / penyakit serebrovaskuler menunjukkan adanya beberapa kelainan otak baik


secara fungsional maupun struktural yang disebabkan oleh keadaan patologis dari
pembuluh darah serebral atau dari seluruh sistem pembuluh darah otak (Doengoes, 2000).
Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan atau gejala hilngnya fungsi sistem saraf
fokal atau global yang berkembang cepat (dalam detik atau menit) (Ginsberg, 2007).

Stroke adalah sindrom yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak dengan
awitan akut, disertai manifestasi klinis berupa defisit neurologis dan bukan sebagai akibat
tumor, trauma ataupun infeksi susunan saraf pusat (George dkk, 2009).

3
2. Anatomi dan Fisiologi
A. Otak Otak merupakan pusat kendali fungsi tubuh yang rumit dengan sekitar 100 millar sel saraf ,
walaupun berat total otak hanya sekitar 2,5% dari berat tubuh, 70 % oksigen dan nutrisi yang
diperlukan tubuh ternyata digunakan oleh otak. Berbeda dengan otak dan jaringan lainya. Otak
tidak mampu menyimpan nutrisi agar bisa berfungsi, otak tergantung dari pasokan aliran darah,
yang secara kontinyu membawa oksigen dan nutrisi. Pada dasarnya otak terdiri dari tiga bagian
besar dengan fungsi tertentu yaitu:
1) Otak besar, Otak besar yaitu bagian utama otak yang berkaitan dengan fungsi intelektual yang
lebih tinggi, yaitu fungsi bicara, integritas informasi sensori ( rasa ) dan kontrol gerakan yang
halus. Pada otak besar ditemukan beberapa lobus yaitu, lobus frontalis, lobus parientalis,
lobus temporalis, dan lobus oksipitalis.
2) Otak kecil, Terletak dibawah otak besar berfungsi untuk koordinasi gerakan dan
keseimbangan.
3) Batang otak, Berhubungan dengan tulang belakang, mengendalikan berbagai fungsi tubuh
termasuk koordinasi gerakan mata, menjaga keseimbangan, serta mengatur pernafasan dan
tekanan darah. Batang otak terdiri dari, otak tengah, pons dan medula oblongata.

4) Etiologi
Etiologi stroke ( Esti, 2020) adalah sebagai berikut.

a) Trombosis
Serebral Terjadi pada saat pembuluh darah mengalami oklusi sehingga menyebabkan
iskemia jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan kongesi di sekitarnya.
Trombosis dapat terjadi akibat aterosklerosis pada arteristis dan juga emboli.
4
b) Hemoragik (Perdarahan)
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang subaraknoid
atau kedalam jaringan otak sendiri sebagai akibat dari pecahnya pembuluh darah otak.
Pecahnya pembuluh darah tersebut diakibatkan oleh adanya aterosklerosis dan hipertensi.
Pecahnya pembuluh darah otak yang terjadi mengakibatkan penekanan, pergeseran pada
jaringan otak yang berdekatan, sehinga otak akan membengkak yang menyebabkan infark
otak.
c) Hipoksia Umum
Hipoksia umum disebabkan oleh hipertensi yang parah, henti jantung paru, dan curah
jantung turun akibat aritmia yang mengakibatkan aliran darah ke otak terganggu.
d) Hipoksia Setempat
Hipoksia setempat diakibatkan oleh spasme arteri serebral yang disertai perdarahan
subaraknoid dan vasokonstriksi arteri otak disertai sakit kepala. Faktor-faktor penyebab
meningkatnya resiko stroke (Maria, 2021), meliputi:
1) Faktor kesehatan yang meliputi: hipertensi, diabetes mellitus,kolesterol tinggi,
obesitas, penyakit jantung seperti gagal jantung, penyakit jantung bawaan, infeksi
jantung atau aritmia.
2) Faktor Gaya Hidup yang meliputi : merokok, kurang olahraga atau aktivitas fisik,
konsumsi obat-obatan terlarang, kecanduan alkohol.
3) Jenis Stroke (Stroke Iskemik dan Stroke Hemoragik)
4) Faktor lainnya, meliputi faktor keturunan dan bertambahnya usia
e) Faktor Risiko Stroke yang Dapat Diubah
1) Hipertensi.
2) Diabetes Melitus.
3) Merokok.
4) Atrial Fibrilasi.
5) Penyakit Jantung lainnya.
6) Pasca Stroke.
7) Dislipidemia.
8) Konsumsi alkohol.
f) Faktor yang tidak bisa diubah
1) Umur: Berumur diatas 55 tahun
2) Jenis Kelamin: Berjenis kelamin pria
3) Ras Tertentu
4) Genetik: Riwayat keluarga stroke (ayah, ibu, saudara sekandung, anaknya.

5
5) Patofisiologi
Patofisiologi stroke berbeda berdasarkan jenis stroke, iskemik dan

hemorhagik yaitu (Permana, 2018) :

a. Stroke iskemik

Infark serebri diawali dengan terjadinya penurunan

Cerebral Blood Flow (CBF) yang menyebabkan suplai oksigen ke

otak akan berkurang. Nilai kritis CBF adalah 23 ml/100 gr/mnt,

dengan nilai normal 50 ml/100 gr/mnt. Penurunan CBF di bawah

nilai normal dapat menyebabkan infark. Suatu penelitian

menyebutkan bahwa nilai CBF pada pasien dengan infark adalah

4,8-8,4 ml/100 gr/mnt. Patofisiologi stroke iskemik dibagi menjadi

dua bagian yaitu vaskular dan metabolisme. Iskemia disebabkan

karena terjadi oklusi vaskular. Oklusi vaskular yang menyebabkan

iskemia ini dapat disebabkan oleh emboli, thrombus, plak, dan

6
penyebab lainnya. Iskemia menyebabkan hipoksia dan akhirnya

kematian jaringan otak. Oklusi vaskular yang terjadi menyebabkan

terjadinya tanda dan gejala pada stroke iskemik yang muncul

berdasarkan lokasi terjadinya iskemia. Sel-sel pada otak akan mati

dalam hitungan menit dari awal terjadinya oklusi. Hal ini berujung

pada onset stroke yang tiba-tiba

Gangguan metabolisme terjadi pada tingkat selular, berupa

kerusakan pompa natrium-kalium yang meningkatkan kadar

natrium dalam sel. Hal ini menyebabkan air tertarik masuk ke

dalam sel dan berujung pada kematian sel akibat edema sitotoksik.

Selain pompa natrium-kalium, pertukaran natrium dan kalsium

juga terganggu. Gangguan ini menyebabkan influks kalsium yang

melepaskan berbagai neurotransmiter dan pelepasan glutamat yang

memperparah iskemia serta mengaktivasi enzim degradatif.

Kerusakan sawar darah otak (membran pemisah sirkulasi darah

dari cairan ekstraselular otak) juga terjadi, disebabkan oleh

kerusakan pembuluh darah oleh proses di atas, yang menyebabkan

masuknya air ke dalam rongga ekstraselular yang berujung pada

edema. Hal ini terus berlanjut hingga 3-5 hari dan sembuh

beberapa minggu kemudian. Setelah beberapa jam, sitokin

terbentuk dan terjadi inflamasi.

Akumulasi asam laktat pada jaringan otak bersifat

neurotoksik dan berperan dalam perluasan kerusakan sel. Hal ini

7
terjasi apabila kadar glukosa darah otak tinggi seehingga terjadi

peningkatan glikolisis dalam keadaan iskemia. Stroke iskemik

dapat berubah menjadi stroke hemorhagik. Pendarahan yang terjadi

tidak selalu menyebabkan defisit neurologis. Defisit neurologis

terjadi apabila perdarahan yang terjadi luas. Hal ini dapat

disebabkan oleh rusaknya sawara darah otak, sehingga sel darah

merah terekstravasasi dari dinding kapiler yang lemah.

b. Stroke hemorhagik

Stroke hemorhagik dibagi menjadi pendarahan intraserebral dan

pendarahan subaraknoid

1) Perdarahan intraserebral

Perdarahan masuk ke parenkim otak akibat pecahnya

arteri penetrans yang merupakan cabang dari pembuluh darah

superficial dan berjalan tegak lurus menuju parenkim otak

yang di bagian distalnya berupa anyaman kapiler. Hal ini dapat

disebabkan oleh diathesis perdarahan dan penggunaan

antikoagulan seperti heparin, hipertensi kronis, serta

aneurisma.

Masuknya darah ke dalam parenkim otak menyebabkan

terjadinya penekanan pada berbagai bagian otak seperti

serebelum, batang otak, dan thalamus. Darah mendorong

struktur otak dan merembes ke sekitarnya bahkan dapat masuk

ke dalam ventrikel atau ke rongga subaraknoid yang akan

8
bercampur dengan cairan serebrospinal dan merangsang

meningen. Hal ini menyebabkan peningkatan tekanan

intrakranial yang menimbulkan tanda dan gejala seperti nyeri

kepala hebat, papil edema, dan muntah proyektil.

2) Pendarahan subaraknoid

Lokasi pendarahan umumnya terletak pada daerah

ganglia basalis, pons, serebelum dan thalamus. Perdarahan

pada ganglia basalis sering meluas hingga mengenai kapsula

interna dan kadang-kadang ruptur ke dalam ventrikel lateral

lalu menyebar melalui sistem ventrikuler ke dalam rongga

subaraknoid. Adanya perluasan inttraventrikuler sering

berakibat fatal.

6) Pathway

9
7) Manifestasi Klinik
Pada stroke non hemoragik (iskemik), gejala utamanya adalah timbulnya

defisit neurologist, secaara mendadak/subakut, di dahului gejala prodromal,

terjadinya pada waktu istirahat atau bangun pagi dan biasanya kesadaran

tidak menurun, kecuali bila embolus cukup besar, biasanya terjadi pada usia

> 50 tahun. Menurut WHO dalam International Statistic Dessification Of

Disease And Realeted Health Problem 10th revitoan, stroke hemoragik dibagi

atas Pendarahan Intra Serebral (PIS) dan Pendarahan Subaraknoid (PSA)

(Rendi, Margareth, 2015).

10
Stroke akibat PIS mempunyai gejala yang tidak jelas, kecuali nyeri kepala

karena hipertensi, serangan sering kali siang hari, saat aktifitas atau

emosi/marah, sifat nyeri kepala hebat sekali, mual dan muntah sering

terdapat pada permulaan serangan, kesadaran biasanya menurun dan cepat

masuk koma (60% terjadi kurang dari setengah jam, 23% antara setengah

jam s.d dua jam, dan 12% terjadi setelah dua jam, sampai 19 hari) (Rendi,

Margareth, 2015).

Pada pasien PSA gejala prodormal berupa nyeri kepala hebat

dan akut, kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi, ada

gejala/tanda rangsang maningeal, oedema pupul dapat terjadi

bila ada subhialoid karena pecahnya aneurisma pada arteri

komunikans anterior atau arteri karotis interna. Gejala

neurologis tergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh

darah dan lokasinya (Rendi, Margareth, 2015).

Manifestasi klinis stroke akut dapat berupa kelumpuhan wajah

atau anggota badan (hemiparesis yang timbul mendadak),

gangguan sensabilitas pada satu atau lebih anggota badan

(gangguan hemiparesik), perubahan mendadak status mental

(konfusi, delirium, letargi, stupor, atau koma), afasia (bicara

tidak lancar, kurangnya ucapan, atau kesulitan memahami

ucapan), disartria (bicara pelo/cadel), gangguan penglihatan

(hemianopia/monokuler, atau diplopia), ataksia (trunkal/anggota

1
badan), vertigo, mual dan muntah, atau nyeri kepala (Rendi,

Margareth, 2015).

8) Komplikasi
Menurut Susilo (2019) terdapat komplikasi dari penyakit stroke antara
lain :

a. Pneumonia
b. Infeksi saluran kencing
c. Malnutrisi
d. Dekubitus
e. Infark miokard, aritmia jantung dan gagal jantung
f. Penekanan intrakranial

9) Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes Darah
Pasien harus mengalami serangkaian ters darah agar dapat diketahui
seberapa cepat gumpalan darah berkembang, untuk mengetahui gula
darah tinggi atau rendah secara abnormal, untuk mengetahui zat kimia
darah yang tidak seimbang, dan juga untuk mengetahui apakah pasien
infeksi atau tidak.
2. CT Scan
Pemeriksaan ini digunakan untuk membedakan infark dengan perdarahan.
3. Scan Resonasi Magnetik (MRI)
MRI digunakan untuk mendeteksi jaringan otak yang rusak oleh stroke
iskemik dan perdarahan otak.
4. USG Karotis
Tes ini untuk menunjukkan penumpukan deposit lemak (plak) dan aliran
darah diarteri karotid.
5. Angiogram Serebral

2
Pemeriksaan ini membantu untuk menentukan penyebab stroke secara
spesifik antara lain perdarahan, obstruksi arteri, dan ruptur.
6. Ekokardiografi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menemukan sumber gumpalan dijantung
yang mungkin telah berpindah dari jantung ke otak dan menyebabkan
stroke.

10) Penatalaksanaan Medis


Menurut Engram (1998) penetalaksanaan medis umum dari

cidera cerebrovaskuler atau stroke adalah:

a. Farmakoterapi : Agen antihipertensi, antikoagulan (untuk stroke

yang disebabkan thrombus), kortikosteroid untuk mengurangi

edema cerebral, asma aminokaproik (Amicar) untuk perdarahan

subarachnoid.

b. Pembedahan endarterektomi : eksisi tunika intima arteri yang

menebal dan atero matosa ( untuk sumbatan karotis yang di

sebabkan oleh arterosklerosis).

Menurut Bararah (2013), Penatalaksanaan dari stroke yaitu untuk

mendukung

Pemulihan dan kesembuhan pada klien yang mengalami stroke

infark maka

Penatalaksanaannya pada klien stroke infark terdiri dari

3
penatalaksanaan

Medis/farmakologi, penatalaksanaan keperawatan dan

penatalaksanaan diet.

1. Penatalaksanaan Medis

1. Membatasi atau memulihkan infark akut yang sedang berlangsung

Dengan menggunakan trombolisis dengan rt-PA (recombinant

tissue-

Plasminogem Activator)

2. Mencegah perburukan neurologis:

a. Edema yang progresif dan pembengkakan akibat infark

yaitu

Terapi dengan manitol

b. Ekstensi teritori infark yaitu dengan pemberian heparin

4
c. Konversi hemoragik yaitu jangan memberikan

antikuagulan.

3. Mencegah stroke berulang dini yaitu dengan heparin

2. Penatalaksanaan Keperawatan

Penatalaksanaan keperawatan pada klien dengan stroke infark

Bertujuan untuk mencegah kedaan yang lebih buruk dan

komplikasi yang Dapat ditimbulkan. Untuk itu dalam merawat

pasien stroke perlu Diperhatikan faktor-faktor kritis seperti

mengkaji status pernapasan,

Mengobservasi tanda-tanda vital, memantau fungsi usus dan

kandung

Kemih, melakukan kateterisasi kandung kemih, dan

mempertahankan tirah

Baring Penatalaksanaan gangguan mobilitas fisik pada pasien

stroke non hemoragik dapat dilakukan dengan cara mobilisasi

atau rehabilitasi sedini mungkin ketika keadaan pasien membaik

dan kondisinya sudah mulai stabil. Mobilisasi atau rehabilitasi

dini di tempat tidur dilakukan khususnya selama beberapa hari

sampai minggu setelah terkena stroke.

5
Salah satu program rehabilitasi yang dapat diberikan pada pasien

stroke dengan gangguan mobilias fisik yaitu latihan range of

motion (ROM). Menurut Potter & Perry dalam Istichomah

(2020) latihan range of motion (ROM) merupakan latihan yang

dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki kemampuan

menggerakkan persendian secara normal untuk meningkatkan

massa otot dan tonus otot. ROM juga merupakan suatu latihan

gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan

pergerakan otot. Klien menggerakkan masing-masing

persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif maupun

pasif (Istichomah, 2020).

3. Penatalaksaan Diet

Penatalaksanaan nutrisi yang dianjurkan pada klien dengan

stroke infark yaitu dengan memberikan makanan cair agar tidak

terjadi aspirasi dan cairan hendaknya dibatasi dari hari pertama

setelah cedera serebrovaskuler (CVA) sebagai upaya untuk

mencegah edema otak, serta memberikan diet rendah garam dan

hindari makanan tinggi lemak dari kolesterol.

6
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

1. Pengkajian
Proses asuhan keperawatan keluarga terdiri dari pengkajian, diagnosis keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian Keperawatan Keluarga

a. Data Umum Pengkajian data umum keluarga antara lain :

1) Nama kepala keluarga

2) Alamat dan telepon

3) Pekerjaan kepala keluarga

4) Pendidikan kepala keluarga

5) Komposisi keluarga dan genogram

6) Tipe keluarga

7) Suku bangsa

8) Agama

9) Status sosial ekonomi keluarga

10) Aktifitas rekreasi keluarga

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak tertua dari keluarga
inti. Tahap perkembangan keluarga pada kasus ini yaitu keluarga dengan anak
remaja, tugas perkembangannya yaitu :

a) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi


dewasa dan semakin mandiri. 14

7
b) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.
c) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anakanak

2). Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan mengenai tugas
perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas
perkembangan tersebut belum terpenuhi.

3) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada


keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-
masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit, sumber pelayanan
kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalamanpengalaman terhadap
pelayanan kesehatan.

4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada


keluarga dari pihak suami dan istri.

c. Pengkajian Lingkungan

1) Karakteristik rumah

2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW

3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

4) Sistem pendukung keluarga

d. Struktur keluarga

1) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara berkomunikasi


antar anggota keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.
3) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga
baik secara formal maupun informal.

8
4) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan norma yang
dianut oleh keluarga yang berhubungan dengaan kesehatan.

e. Fungsi keluarga :

1) Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota
keluarga lain, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan
bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
2) Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana berinteraksi atau hubungan
dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya
dan perilaku.
3) Fungsi reproduksi, merupakan fungsi untuk menjaga generasi dan
mempertahankan kelangsungan keluarga.
4) Fungsi perawatan kesehatan, yaitu menjelaskan sejauh mana keluarga
menyediakan makanan, pakaian, perlu dukungan serta merawat anggota
keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenal sehat sakit.
Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat
dilihat dari kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan
keluarga antara lain:
a) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga
b) Kemampuan keluarga membuat keputusan yang tepat bagi keluarga.
c) Kemampuan keluarga dalam merawat keluarga yang mengalami
gangguan kesehatan
d) Kemampuan keluarga dalam mempertahankan atau menciptakan
suasana rumah yang sehat.
e) Kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas.

f. Stres dan koping keluarga

1) Stressor jangka pendek dan panjang

9
a) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari lima bulan.
b) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari enam bulan.
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor
3) Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
4) Strategi adaptasi fungsional yang divunakan bila menghadapi permasalah
5) Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggota
keluarga. Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda
dengan pemeriksaan fisik di klinik. Harapan keluarga yang dilakukan pada
akhir pengkajian, menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan
yang ada. Pada kasus hipertensi pemeriksaan spesifik yang perlu dikaji yaitu
terkait dengan riwayat keluarga yang menderita hipertensi, riwayat tekanan
darah, riwayat penggunaan obat antihipertensi, adanya keluhan nyeri tengkuk
dan kesemutan/kebas, pola makan serta pola aktivitas.

2. Diagnosa

1. Gangguan mobilitas fisik B.D penurunan kekuatan otot


2. Gangguan komunikasi verbal B.D Penurunan sirkulasi serebral
3. Defisist perawatan diri B.D Ketidakmampuan melakukan aktivitas

Cara menentukan prioritas masalah keperawatan keluarga adalah dengan


menggunakan skoring. Komponen dari prioritas masalah keperawatan
keluarga yaitu kriteria, bobot, dan pembenaran. Kriteria prioritas masalah
keperawatan keluarga adalah berikut ini :

10
Cara menentukan prioritas:

a. Tentukan skor untuk setiap kriteria


b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot

Skor Angka

Tertinggi X Nilai Bobot

c. Jumlah skor untuk semua kriteria


d. Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor diagnosis.
Skor tertinggi yang diperoleh adalah diagnosis keperawatan keluarga yang
prioritas. Skoring yang dilakukan di tiap-tiap kriteria harus diberikan
pembenaran sebagai justifikasi dari skor yang telah ditentukan oleh perawat,
Justifikasi yang diberikan berdasarkan data yang ditemukan dari klien dan
keluarga.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang


direncanakan oleh perawat untuk membantu keluarga dalam mengatasi masalah
keperawatan dengan melibatkan anggota keluarga. Dalam menentukan tahap
perencanaan bagi perawat diperlukan berbagai pengetahuan dan keterampilan, di
antaranya pengetahuan tentang No Kriteria Skoring Bobot 4 Menonjol masalah -
masalah berat harus segera di tangani - ada masalah tetapi tidak perlu ditangani -
masalah tidak dirasakan 2 1 0 1 20 kekuatan dan kelemahan klien, nilai dan
kepercayaan klien, batasan praktik keperawatan, peran dari tenaga kesehatan lainnya,

11
kemampuan dalam memecahkan masalah, mengambil keputusan, menulis tujuan,
serta memilih dan membuat strategi keperawatan yang aman dalam memenuhi tujuan,
menulis instruksi keperawatan serta kemampuan dalam melaksanakan kerja sama
dengan tingkat kesehatan lain (Kholifah & Widagdo, 2016).

4. Implementasi Keperawatan

Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan


pada nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan
dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan, dan memfasilitasi koping. Dalam tahap ini, perawat harus mengetahui
berbagai hal di antaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan pada klien, teknik
komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak- hak dari
pasien, serta pemahaman tingkat perkembangan pasien (Kholifah & Widagdo, 2016)

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tindakan untuk melengkapi proses keperawatan yang


menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai, meskipun tahap evaluasi diletakkan pada
akhir proses keperawatan. Evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap
proses keperawatan. Pengumpulan data perlu direvisi untuk menentukan apakah
informasi yang telah dikumpulkan sudah mencukupi dan apakah perilaku yang
diobservasi sudah sesuai. Diagnosis keperawatan juga perlu dievaluasi dalam hal
keakuratan dan kelengkapannya. Tujuan keperawatan harus dievaluasi adalah untuk
menentukan apakah tujuan tersebut, dapat dicapai secara efektif.

12
Evaluasi didasarkan pada bagaimana efektifnya intervensi atau tindakan yang
dilakukan oleh keluarga, perawat dan yang lainnya. Keefektifan ditentukan dengan
melihat respon keluarga dan hasil, bukan intervensi- intervensi yang
diimplementasikan. Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua
aktivitas proses keperawatan selesi dilakukan.

Evaluasi sumatif ini bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan


keperawatan yang telah diberikan. Ada tiga kemungkinan evaluasi yang terkait
dengan pencapaian tujuan keperawatan, yaitu:

a)Tujuan tercapai atau masalah teratasi jika klien menunjukan perubahan sesuai
dengan standar yang telah ditentukan.
b)Tujuan tercapai sebagian atau masalah teratasi sebagian atau klien masih dalam
proses pencapaian tujuan jika klien menunjukkan perubahan pada sebagian
kriteria yang telah ditetapkan.
c)Tujuan tidak tercapai atau masih belum teratasi jika klien hanya menunjukkan
sedikit perubahan dan tidak ada kemajuan sama sekali Proses evaluasi
keperawatan yaitu dengan mengukur pencapaian tujuan klien sebagai berikut:
a. Kognitif (pengetahuan) Untuk mengukur pemahaman klien dan keluarga
setelah diajarkan teknik-teknik perawatan tertentu. Metode evaluasi yang
dilakukan, misalnya dengan melakukan wawancara pada klien dan keluarga.
b. Afektif (status emosional) Cenderung kepenilaian subjektif yang sangat sulit
diukur. Metode yang dapat dilakukan adalah observasi respon verbal dan
nonverbal dari klien dan keluarga, serta mendapatkan masukan dari anggota
keluarga lain.
c. Psikomotor (tindakan yang dilakukan) Mengukur kemampuan klien dan
keluarga dalam melakukan suatu tindakan atau terjadinya perubahan
perilaku pada klien dan keluarga. (Kholifah & Widagdo, 2016)

13
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. (2011). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Nastiti, D. (2012). Gambaran Faktor Risiko Kejadian Stroke pada Pasien Stroke Rawat
Inap di Rumah Sakit.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Rencana Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tujuan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Tarwoto. (2013). Keperawatan Medikal Bedah, gangguan sistem persarafan. Jakarta:


CV.Sagung Seto.

Wilkinson. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

Wilson & Price. (2016). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit :Egc; 1995.1119-
22. Dalam jurnal (Shafi’I, Sukiandra & Mukhyarjon, 2016). (4th ed.). Jakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai