Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PATOFISIOLOGI

”GANGGUAN SARAF(STROKE DAN EPILEPSI”

Disusun oleh: Kelompok 4

FILA GEBBRIELA GULINGI (21021)

FATMAWATI (21018)

LUSIANA (21030)

AKADEMI KEPERAWATAN JUSTITIA PALU


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke khadirat Tuhan Yang Maha Esa. atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kelompok ini. Kami
menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini yang tentunya
jauh dari kesempurnaan. Karena itu kelompok kami selalu membuka diri untuk
setiap saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan karya kami
selanjutnya.
Terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagi pihak. Untuk itu
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu,baik secara
langsung ataupun tidak langsung.
Akhirnya semoga sumbangan amal bakti semua pihak tersebut mendapat balasan
yang setimpal dari- Nya. Dan semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
kelompok kami khususnya dan masyarakat pecinta ilmu pengetahuan pada
umumnya.

                                                                Palu, 7 Juni  2022


                                                                                                            

                                                                                                      Penyusun
DAFTAR ISI
           
KATA PENGANTAR  ..................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang  ............................................................................................
B.Rumusan Masalah ........................................................................................
C.Tujuan  .........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Stroke dan Epilepsi  ..................................................................
 B.Faktor resiko pada penyakit stroke ..................................................................
C.Pengertian epilepsi...........................................................................................
D.Gejala dan Tanda Epilepsi................................................................................
  

BAB III PENUTUP 


A. Kesimpulan  ................................................................................................
 

DAFTAR PUSTAKA  ....................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke didefinisikan sebagai gangguan suplai darah pada otak yang


biasanya disebabkan karena pecahnya pembuluh darah atau sumbatan oleh
gumpalan darah. Hal ini menyebabkan gangguan pasokan oksigen dan nutrisi di
otak sehingga terjadi kerusakan pada jaringan otak (WHO, 2016). Stroke adalah
suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang
menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan
seseorang menderita kelumpuhan atau kematian (Batticaca, 2008). Data
Riskesdas tahun 2018 menyebutkan prevalensi stroke di Indonesia pada usia ≥
15 tahun adalah 10,9% per 1000 penduduk, sementara pada tahun 2013 angka
prevalensi stroke sebanyak 7% sehingga ada peningkatan sebesar 3,9% selama
kurun waktu 5 tahun.

Stroke terbagi atas dua jenis, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik.
Stroke iskemik merupakan stroke yang terjadi akibat pembuluh darah tersumbat,
sehingga menyebabkan aliran darah ke otak terhenti sebagian atau sepenuhnya,
stroke jenis ini merupakan kasus yang paling sering terjadi, yaitu sekitar 80%
dari seluruh kasus stroke.
Stroke iskemik berdasarkan penyebabnya terbagi menjadi 3 jenis, yaitu
trombotik yang disebabkan oleh terbentuknya thrombus. Thrombus akan
menyebabkan penggumpalan darah sehingga aliran darah tidak lancar atau
terhenti. Jenis kedua adalah stroke embolik, yang disebabkan oleh tertutupnya
pembuluh arteri oleh pembekuan darah. Jenis ketiga adalah hipoperfusion
sistemik yaitu berkurangnya aliran darah keseluruh bagian tubuh karena adanya
gangguan denyut jantung. Sedangkan stroke 2 hemoragik merupakan stroke
yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Stroke hemoragik
sebagian besar terjadi pada penderita hipertensi. Berdasarkan lokasi perdarahan,
stroke hemoragik terbagi menjadi dua yaitu hemoragik intraserebral perdarahan
didalam jaringan otak dan subaranoid perdarahan pada ruang sempit antara
permukaan otak dengan lapisan jaringan yang menutupi otak. Serta Epilepsi
merupakan gangguan neurologi kronik yang sering terjadi dan dikarakteristikan
sebagai kejang (Chang, 2003). Kejang epilepsi dihasilkan dari aktivitas neuronal
di otak yang abnormal, terus menerus dan berlebihan (American Academy of
Neurology, 2012).

Epilepsi menyerang hampir semua orang dan umur pada lebih dari 50 juta
orang di seluruh bagian dunia (WHO, 2012). Kelompok Studi Epilepsi
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia yang mengadakan penelitian
pada 18 rumah sakit di 15 kota pada tahun 2013 selama 6 bulan mendapatkan
2288 pasien yang terdiri dari 487 kasus baru dan 1801 kasus lama. Rerata usia
kasus baru adalah 25,06±16,9 tahun sedangkan rerata usia pada kasus lama
adalah 29,2±16,5 tahun (Octaviana dan Khosama, 2014).
B.   Rumusan Masalah
1.  Apa pengertian stroke dan epilepsi ?
2.    Apa faktor resiko pada penyakit stroke ?
3.    Apa gejala dan tanda gejala dari epilapsia?
C.     Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui riwayat kejang pada pasien yang menderita epilepsi
2. Untuk mengetahui jenis terapi dengan penggunaan OAE pada pasien yang
menderita epilepsi.
BAB II

PEMBAHASAN

A.pengertian stroke

Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang


diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah
kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C., 2002)

Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang


cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya
penyebab lain yang jelas selain vaskuler. (Susilo, 2000) Stroke
diklasifikasikan menjadi dua :

1. Stroke Non Hemoragik

Suatu gangguan peredaran darah otak tanpa terjadi suatu perdarahan yang
ditandai dengan kelemahan pada satu atau keempat anggota gerak atau
hemiparese, nyeri kepala, mual, muntah, pandangan kabur dan dysfhagia
(kesulitan menelan). Stroke non haemoragik dibagi lagi menjadi dua yaitu
stroke embolik dan stroke trombotik (Wanhari, 2008).

2. Stroke Hemoragik

Suatu gangguan peredaran darah otak yang ditandai dengan adanya


perdarahan intra serebral atau perdarahan subarakhnoid. Tanda yang terjadi
adalah penurunan kesadaran, pernapasan cepat, nadi 6 cepat, gejala fokal
berupa hemiplegi, pupil mengecil, kaku kuduk (Wanhari, 2008)

Etiologi dan Faktor Risiko

1. Trombosis (bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak)

2. Embolisme cerebral (bekuan darah atau material lain)

3. Iskemia (Penurunan aliran darah ke area otak)


4. Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan
perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak. Akibatnya adalah
penghentian suplai darah ke otak, yang menyebabkan kehilangan sementara atau
permanen gerakan, berpikir, memori , bicara atau sensasi (Smeltzer C. Suzann,
2002)

B.Faktor resiko pada penyakit stroke :

a) Hipertensi

b) Penyakit kardiovaskuler

c) Kolesterol tinggi

d) Obesitas

e) Peningkatan hematokrit

f) Diabetes

g) Kontrasepsi oral

h) Merokok

i) Penyalahgunaan obat

j) Konsumsi alkohol

1.Tanda dan Gejala

Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi


(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak
adekuat, dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Fungsi otak
yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya.

1. Kehilangan motorik Stroke adalah penyakit motor neuron dan mengakibatkan


kehilangan kontrol volunter terhadap gerakan motorik.

2. Kehilangan komunikasi Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah
bahasa dan komunikasi.
Stroke adalah penyebab afasia paling umum. Disfungsi bahasa dan komunikasi
dapat dimanifestasikan oleh hal berikut:

a. Disartria (kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti


yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk menghasilkan
bicara.

b. Disfasia atau afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara), yang terutama
ekspresif atau reseptif.

c. Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari


sebelumnya), seperti terlihat ketika pasien mengambil sisir dan berusaha untuk
menyisir rambutnya.

3. Gangguan persepsi Ketidakmampuan untuk menginterpretasikan sensasi. Stroke


dapat mengakibatkan disfungsi persepsi visual, gangguan dalam hubungan visual-
spasial dan kehilangan sensori.

4. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik Disfungsi ini dapat ditunjukkan
dengan kesulitan dalam pemahaman, lupa, dan kurang motivasi, yang menyebabkan
pasien ini menghadapi masalah frustasi dalam program rehabilitasi mereka.

5. Disfungsi kandung kemih Setelah stroke pasien mungkin mengalami


inkontinensia urinarius sementara karena konfusi, ketidakmampuan
mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan
urinal/bedpan.

2.Patofisiologi

Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus, emboli,
perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (Hypoksia
karena gangguan paru dan jantung). Arterosklerosis sering/cenderung sebagai faktor
penting trhadap otak. Thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik atau darah
dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi
turbulensi. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan oedema
dan nekrosis diikuti thrombosis dan hypertensi pembuluh darah.
Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian
dibandingkan dari keseluruhan penyakit 9 cerebrovaskuler. Jika sirkulasi serebral
terhambat, dapat berkembang cerebral. Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral
dapat revensibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversible dapat anoksia
lebih dari 10 menit. Anoksia serebtal dapat terjadi oleh karena gangguan yang
bervariasi, salah satunya cardiac arrest.

C.Pengertian epilepsi

Epilepsi berasal dari bahasa Yunani, Epilambanmein yang berarti serangan.


Dahulu masyarakat percaya bahwa epilepsi disebabkan oleh roh jahat dan dipercaya
juga bahwa epilepsi merupakan penyakit yang bersifat suci. Latar belakang
munculnya mitos dan rasa takut terhadap epilepsi berasal hal tersebut. Mitos tersebut
mempengaruhi sikap masyarakat dan menyulitkan upaya penanganan penderita
epilepsi dalam kehidupan normal.Penyakit tersebut sebenarnya sudah dikenal sejak
tahun 2000 sebelum Masehi. Orang pertama yang berhasil mengenal epilepsi sebagai
gejala penyakit dan menganggap bahwa epilepsi merupakan penyakit yang didasari
oleh adanya gangguan di otak adalah Hipokrates. Epilepsi merupakan kelainan
neurologi yang dapat terjadi pada setiap orang di seluruh dunia.

Epilepsi merupakan manifestasi gangguan fungsi otak dengan berbagai etiologi,


dengan gejala tunggal yang khas, yaitu kejang berulang akibat lepasnya muatan
listrik neuron otak secara berlebihan dan paroksimal.Terdapat dua kategori dari
kejang epilepsi yaitu kejang fokal (parsial) dan kejang umum. Kejang fokal terjadi
karena adanya lesi pada satu bagian dari cerebral cortex, di mana pada kelainan ini
dapat disertai 10 kehilangan kesadaran parsial. Sedangkan pada kejang umum, lesi
mencakup area yang luas dari cerebral cortex dan biasanya mengenai kedua hemisfer
cerebri. Kejang mioklonik, tonik, dan klonik termasuk dalam epilepsi umum.

Bangkitan epilepsi adalah manifestasi klinis dari bangkitan serupa


(stereotipik) yang berlebihan dan abnormal, berlangsung mendadak dan sementara,
dengan atau tanpa perubahan kesadaran. Disebabkan oleh hiperaktifitas listrik
sekelompok sel saraf di otak dan bukan disebabkan oleh suatu penyakit otak akut.
Kejang epilepsi harus dibedakan dengan sindrom epilepsi. Kejang epilepsi
adalah timbulnya kejang akibat berbagai penyebab yang ditandai dengan serangan
tunggal atau tersendiri.1 Sedangkan sindrom epilepsi adalah sekumpulan gejala dan
tanda klinis epilepsi yang ditandai dengan kejang epilepsi berulang, meliputi
berbagai etiologi, umur, onset, jenis serangan, faktor pencetus, kronisitas.

Kejang adalah kejadian epilepsi dan merupakan ciri epilepsi yang harus ada,
tetapi tidak semua kejang merupakan manifestasi epilepsi.1 Seorang anak
terdiagnosa menderita epilepsi jika terbukti tidak ditemukannya penyebab kejang lain
yang bisa dihilangkan atau disembuhkan, misalnya adanya demam tinggi, adanya
pendesakan otak oleh tumor, adanya pendesakan otak oleh desakan tulang cranium
akibat trauma, adanya inflamasi atau infeksi di dalam otak, atau adanya kelainan
biokimia atau elektrolit dalam darah. Tetapi jika kelainan tersebut tidak ditangani
dengan baik maka dapat menyebabkan timbulnya epilepsi di kemudian hari.

D..Gejala dan Tanda Epilapsi

Gejala dan tanda dari epilepsi dibagi berdasarkan klasifikasi dari epilepsi, yaitu :

1) Kejang parsial Lesi yang terdapat pada kejang parsial berasal dari sebagian kecil
dari otak atau satu hemisfer serebrum. Kejang terjadi pada satu sisi atau satu bagian
tubuh dan kesadaran penderita umumnya masih baik.

a. Kejang parsial sederhana Gejala yang timbul berupa kejang motorik fokal,
femnomena halusinatorik, psikoilusi, atau emosional kompleks. Pada kejang parsial
sederhana, kesadaran penderita masih baik.

b. Kejang parsial kompleks Gejala bervariasi dan hampir sama dengan kejang parsial
sederhana, tetapi yang paling khas terjadi adalah penurunan kesadaran dan
otomatisme.

2) Kejang umum Lesi yang terdapat pada kejang umum berasal dari sebagian besar
dari otak atau kedua hemisfer serebrum. Kejang terjadi pada seluruh bagian tubuh
dan kesadaran penderita umumnya menurun.

a. Kejang Absans Hilangnya kesadaran sessat (beberapa detik) dan mendadak


disertai amnesia. Serangan tersebut tanpa disertai peringatan seperti aura atau
halusinasi, sehingga sering tidak terdeteksi.

b. Kejang Atonik Hilangnya tonus mendadak dan biasanya total pada otot anggota
badan, leher, dan badan. Durasi kejang bisa sangat singkat atau lebih lama.

c. Kejang Mioklonik Ditandai dengan kontraksi otot bilateral simetris yang cepat
dan singkat. Kejang yang terjadi dapat tunggal atau berulang.

d. Kejang Tonik-Klonik Sering disebut dengan kejang grand mal. Kesadaran hilang
dengan cepat dan total disertai kontraksi menetap dan masif di seluruh otot. Mata
mengalami deviasi ke atas. Fase tonik berlangsung 10 - 20 detik dan diikuti oleh fase
klonik yang berlangsung sekitar 30 detik. Selama fase tonik, tampak jelas fenomena
otonom yang terjadi seperti dilatasi pupil, pengeluaran air liur, dan peningkatan
denyut jantung.

e. Kejang Klonik Gejala yang terjadi hampir sama dengan kejang mioklonik, tetapi
kejang yang terjadi berlangsung lebih lama, biasanya sampai 2 menit.

f. Kejang Tonik Ditandai dengan kaku dan tegang pada otot. Penderita sering
mengalami jatuh akibat hilangnya keseimbangan

Pengobatan epilepsi

Tujuan utama pengobatan epilepsi adalah membuat penderita epilepsi terbebas


dari serangan epilepsinya. Serangan kejang yang berlangsung mengakibatkan
kerusakan sampai kematian sejumlah sel-sel otak. Apabila kejang terjadi terus 23
menerus maka kerusakan sel-sel otak akan semakin meluas dan mengakibatkan
menurunnya kemampuan intelegensi penderita. Karena itu, upaya terbaik untuk
mengatasi kejang harus dilakukan terapi sedini dan seagresif mungkin. Pengobatan
epilepsi dikatakan berhasil dan penderita dinyatakan sembuh apabila serangan
epilepsi dapat dicegah atau dikontrol dengan obatobatan sampai pasien tersebut 2
tahun bebas kejang. Secara umum ada tiga terapi epilepsi, yaitu :

1) Terapi medikamentosa Merupakan terapi lini pertama yang dipilih dalam


menangani penderita epilepsi yang baru terdiagnosa. Jenis obat anti epilepsi (OAE)
baku yang biasa diberikan di Indonesia adalah obat golongan fenitoin, karbamazepin,
fenobarbital, dan asam valproat. Obat-obat tersebut harus diminum secara teratur
agar dapat mencegah serangan epilepsi secara efektif. Walaupun serangan epilepsi
sudah teratasi, penggunaan OAE harus tetap diteruskan kecuali ditemukan tanda-
tanda efek samping yang berat maupun tanda-tanda keracunan obat. Prinsip
pemberian obat dimulai dengan obat tunggal dan menggunakan dosis terendah yang
dapat mengatasi kejang.

2) Terapi bedah Merupakan tindakan operasi yang dilakukan dengan memotong


bagian yang menjadi fokus infeksi yaitu jaringan otak 24 yang menjadi sumber
serangan. Diindikasikan terutama untuk penderita epilepsi yang kebal terhadap
pengobatan. Berikut ini merupakan jenis bedah epilepsi berdasarkan letak fokus
infeksi :

a. Lobektomi temporal

b. Eksisi korteks ekstratemporal

c. Hemisferektomi

d. Callostomi

3) Terapi nutrisi Pemberian terapi nutrisi dapat diberikan pada anak dengan kejang
berat yang kurang dapat dikendalikan dengan obat antikonvulsan dan dinilai dapat
mengurangi toksisitas dari obat. Terapi nutrisi berupa diet ketogenik dianjurkan pada
anak penderita epilepsi. Walaupun mekanisme kerja diet ketogenik dalam
menghambat kejang masih belum diketahui secara pasti, tetapi ketosis yang stabil
dan menetap dapat mengendalikan dan mengontrol terjadinya kejang. Hasil terbaik
dijumpai pada anak prasekolah karena anak-anak mendapat pengawasan yang lebih
ketat dari orang tua di mana efektivitas diet berkaitan dengan derajat kepatuhan.

Kebutuhan makanan yang diberikan adalah makanan tinggi lemak. Rasio


kebutuhan berat lemak terhadap kombinasi karbohidrat dan protein adalah :

1. Kebutuhan kalori harian diperkirakan sebesar 75 – 80 kkal/kg. Untuk


pengendalian 25 kejang yang optimal tetap diperlukan kombinasi diet dan obat
antiepilepsi Pertolongan Pertama Tahap – tahap dalam pertolongan pertama saat
kejang, antara lain :

a. Jauhkan penderita dari benda - benda berbahaya (gunting, pulpen, kompor api,
dan lain – lain).

b. Jangan pernah meninggalkan penderita.

c. Berikan alas lembut di bawah kepala agar hentakan saat kejang tidak menimbulkan
cedera kepala dan kendorkan pakaian ketat atau kerah baju di lehernya agar
pernapasan penderita lancar (jika ada).

d. Miringkan tubuh penderita ke salah satu sisi supaya cairan dari mulut dapat
mengalir keluar dengan lancar dan menjaga aliran udara atau pernapasan.

e. Pada saat penderita mengalami kejang, jangan menahan gerakan penderita.


Biarkan gerakan penderita sampai kejang selesai.

f. Jangan masukkan benda apapun ke dalam mulut penderita, seperti memberi


minum, penahan lidah.

g. Setelah kejang selesai, tetaplah menemani penderita. Jangan meninggalkan


penderita sebelum kesadarannya pulih total, kemudian biarkan penderita beristirahat
atau tidur.
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Stroke didefinisikan sebagai gangguan suplai darah pada otak yang biasanya disebabkan\
karena pecahnya pembuluh darah atau sumbatan oleh gumpalan darah. Hal ini menyebabkan
gangguan pasokan oksigen dan nutrisi di otak sehingga terjadi kerusakan pada jaringan otak
(WHO, 2016). Sedangkan Epilepsi merupakan manifestasi gangguan fungsi otak dengan
berbagai etiologi, dengan gejala tunggal yang khas, yaitu kejang berulang akibat lepasnya
muatan listrik neuron otak secara berlebihan dan paroksimal.Terdapat dua kategori dari kejang
epilepsi yaitu kejang fokal (parsial) dan kejang umum. Kejang fokal terjadi karena adanya lesi
pada satu bagian dari cerebral cortex, di mana pada kelainan ini dapat disertai 10 kehilangan
kesadaran parsial. Sedangkan pada kejang umum, lesi mencakup area yang luas dari cerebral
cortex dan biasanya mengenai kedua hemisfer cerebri. Kejang mioklonik, tonik, dan klonik
termasuk dalam epilepsi umum.
DAFTAR PUSTAKA

Stroke, World Heart Federation [database on the Internet]

Agus Haryanto, G. D., Setyawan, D., & Bayu Kusuma, M. A. (2014). Pengaruh
Terapi AIUEO Terhadap Kemampuan Pada Pasien Stroke

Handika, M. D. (2016). Asuhsan Keperawatan Pada Ny. R dengan Stroke Non


Hemoragik (SNH)

Hanggoro. 2014. Bereaksi mengatasi Epilepsi. Media Historia. Jakarta.

Lumbantobing. 2006. Epilepsi. Balai penerbit Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai