FATMAWATI (21018)
LUSIANA (21030)
Puji syukur kami panjatkan ke khadirat Tuhan Yang Maha Esa. atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kelompok ini. Kami
menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini yang tentunya
jauh dari kesempurnaan. Karena itu kelompok kami selalu membuka diri untuk
setiap saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan karya kami
selanjutnya.
Terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagi pihak. Untuk itu
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu,baik secara
langsung ataupun tidak langsung.
Akhirnya semoga sumbangan amal bakti semua pihak tersebut mendapat balasan
yang setimpal dari- Nya. Dan semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
kelompok kami khususnya dan masyarakat pecinta ilmu pengetahuan pada
umumnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang ............................................................................................
B.Rumusan Masalah ........................................................................................
C.Tujuan .........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Stroke dan Epilepsi ..................................................................
B.Faktor resiko pada penyakit stroke ..................................................................
C.Pengertian epilepsi...........................................................................................
D.Gejala dan Tanda Epilepsi................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke terbagi atas dua jenis, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik.
Stroke iskemik merupakan stroke yang terjadi akibat pembuluh darah tersumbat,
sehingga menyebabkan aliran darah ke otak terhenti sebagian atau sepenuhnya,
stroke jenis ini merupakan kasus yang paling sering terjadi, yaitu sekitar 80%
dari seluruh kasus stroke.
Stroke iskemik berdasarkan penyebabnya terbagi menjadi 3 jenis, yaitu
trombotik yang disebabkan oleh terbentuknya thrombus. Thrombus akan
menyebabkan penggumpalan darah sehingga aliran darah tidak lancar atau
terhenti. Jenis kedua adalah stroke embolik, yang disebabkan oleh tertutupnya
pembuluh arteri oleh pembekuan darah. Jenis ketiga adalah hipoperfusion
sistemik yaitu berkurangnya aliran darah keseluruh bagian tubuh karena adanya
gangguan denyut jantung. Sedangkan stroke 2 hemoragik merupakan stroke
yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Stroke hemoragik
sebagian besar terjadi pada penderita hipertensi. Berdasarkan lokasi perdarahan,
stroke hemoragik terbagi menjadi dua yaitu hemoragik intraserebral perdarahan
didalam jaringan otak dan subaranoid perdarahan pada ruang sempit antara
permukaan otak dengan lapisan jaringan yang menutupi otak. Serta Epilepsi
merupakan gangguan neurologi kronik yang sering terjadi dan dikarakteristikan
sebagai kejang (Chang, 2003). Kejang epilepsi dihasilkan dari aktivitas neuronal
di otak yang abnormal, terus menerus dan berlebihan (American Academy of
Neurology, 2012).
Epilepsi menyerang hampir semua orang dan umur pada lebih dari 50 juta
orang di seluruh bagian dunia (WHO, 2012). Kelompok Studi Epilepsi
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia yang mengadakan penelitian
pada 18 rumah sakit di 15 kota pada tahun 2013 selama 6 bulan mendapatkan
2288 pasien yang terdiri dari 487 kasus baru dan 1801 kasus lama. Rerata usia
kasus baru adalah 25,06±16,9 tahun sedangkan rerata usia pada kasus lama
adalah 29,2±16,5 tahun (Octaviana dan Khosama, 2014).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian stroke dan epilepsi ?
2. Apa faktor resiko pada penyakit stroke ?
3. Apa gejala dan tanda gejala dari epilapsia?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui riwayat kejang pada pasien yang menderita epilepsi
2. Untuk mengetahui jenis terapi dengan penggunaan OAE pada pasien yang
menderita epilepsi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.pengertian stroke
Suatu gangguan peredaran darah otak tanpa terjadi suatu perdarahan yang
ditandai dengan kelemahan pada satu atau keempat anggota gerak atau
hemiparese, nyeri kepala, mual, muntah, pandangan kabur dan dysfhagia
(kesulitan menelan). Stroke non haemoragik dibagi lagi menjadi dua yaitu
stroke embolik dan stroke trombotik (Wanhari, 2008).
2. Stroke Hemoragik
a) Hipertensi
b) Penyakit kardiovaskuler
c) Kolesterol tinggi
d) Obesitas
e) Peningkatan hematokrit
f) Diabetes
g) Kontrasepsi oral
h) Merokok
i) Penyalahgunaan obat
j) Konsumsi alkohol
2. Kehilangan komunikasi Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah
bahasa dan komunikasi.
Stroke adalah penyebab afasia paling umum. Disfungsi bahasa dan komunikasi
dapat dimanifestasikan oleh hal berikut:
b. Disfasia atau afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara), yang terutama
ekspresif atau reseptif.
4. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik Disfungsi ini dapat ditunjukkan
dengan kesulitan dalam pemahaman, lupa, dan kurang motivasi, yang menyebabkan
pasien ini menghadapi masalah frustasi dalam program rehabilitasi mereka.
2.Patofisiologi
Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus, emboli,
perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (Hypoksia
karena gangguan paru dan jantung). Arterosklerosis sering/cenderung sebagai faktor
penting trhadap otak. Thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik atau darah
dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi
turbulensi. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan oedema
dan nekrosis diikuti thrombosis dan hypertensi pembuluh darah.
Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian
dibandingkan dari keseluruhan penyakit 9 cerebrovaskuler. Jika sirkulasi serebral
terhambat, dapat berkembang cerebral. Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral
dapat revensibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversible dapat anoksia
lebih dari 10 menit. Anoksia serebtal dapat terjadi oleh karena gangguan yang
bervariasi, salah satunya cardiac arrest.
C.Pengertian epilepsi
Kejang adalah kejadian epilepsi dan merupakan ciri epilepsi yang harus ada,
tetapi tidak semua kejang merupakan manifestasi epilepsi.1 Seorang anak
terdiagnosa menderita epilepsi jika terbukti tidak ditemukannya penyebab kejang lain
yang bisa dihilangkan atau disembuhkan, misalnya adanya demam tinggi, adanya
pendesakan otak oleh tumor, adanya pendesakan otak oleh desakan tulang cranium
akibat trauma, adanya inflamasi atau infeksi di dalam otak, atau adanya kelainan
biokimia atau elektrolit dalam darah. Tetapi jika kelainan tersebut tidak ditangani
dengan baik maka dapat menyebabkan timbulnya epilepsi di kemudian hari.
Gejala dan tanda dari epilepsi dibagi berdasarkan klasifikasi dari epilepsi, yaitu :
1) Kejang parsial Lesi yang terdapat pada kejang parsial berasal dari sebagian kecil
dari otak atau satu hemisfer serebrum. Kejang terjadi pada satu sisi atau satu bagian
tubuh dan kesadaran penderita umumnya masih baik.
a. Kejang parsial sederhana Gejala yang timbul berupa kejang motorik fokal,
femnomena halusinatorik, psikoilusi, atau emosional kompleks. Pada kejang parsial
sederhana, kesadaran penderita masih baik.
b. Kejang parsial kompleks Gejala bervariasi dan hampir sama dengan kejang parsial
sederhana, tetapi yang paling khas terjadi adalah penurunan kesadaran dan
otomatisme.
2) Kejang umum Lesi yang terdapat pada kejang umum berasal dari sebagian besar
dari otak atau kedua hemisfer serebrum. Kejang terjadi pada seluruh bagian tubuh
dan kesadaran penderita umumnya menurun.
b. Kejang Atonik Hilangnya tonus mendadak dan biasanya total pada otot anggota
badan, leher, dan badan. Durasi kejang bisa sangat singkat atau lebih lama.
c. Kejang Mioklonik Ditandai dengan kontraksi otot bilateral simetris yang cepat
dan singkat. Kejang yang terjadi dapat tunggal atau berulang.
d. Kejang Tonik-Klonik Sering disebut dengan kejang grand mal. Kesadaran hilang
dengan cepat dan total disertai kontraksi menetap dan masif di seluruh otot. Mata
mengalami deviasi ke atas. Fase tonik berlangsung 10 - 20 detik dan diikuti oleh fase
klonik yang berlangsung sekitar 30 detik. Selama fase tonik, tampak jelas fenomena
otonom yang terjadi seperti dilatasi pupil, pengeluaran air liur, dan peningkatan
denyut jantung.
e. Kejang Klonik Gejala yang terjadi hampir sama dengan kejang mioklonik, tetapi
kejang yang terjadi berlangsung lebih lama, biasanya sampai 2 menit.
f. Kejang Tonik Ditandai dengan kaku dan tegang pada otot. Penderita sering
mengalami jatuh akibat hilangnya keseimbangan
Pengobatan epilepsi
a. Lobektomi temporal
c. Hemisferektomi
d. Callostomi
3) Terapi nutrisi Pemberian terapi nutrisi dapat diberikan pada anak dengan kejang
berat yang kurang dapat dikendalikan dengan obat antikonvulsan dan dinilai dapat
mengurangi toksisitas dari obat. Terapi nutrisi berupa diet ketogenik dianjurkan pada
anak penderita epilepsi. Walaupun mekanisme kerja diet ketogenik dalam
menghambat kejang masih belum diketahui secara pasti, tetapi ketosis yang stabil
dan menetap dapat mengendalikan dan mengontrol terjadinya kejang. Hasil terbaik
dijumpai pada anak prasekolah karena anak-anak mendapat pengawasan yang lebih
ketat dari orang tua di mana efektivitas diet berkaitan dengan derajat kepatuhan.
a. Jauhkan penderita dari benda - benda berbahaya (gunting, pulpen, kompor api,
dan lain – lain).
c. Berikan alas lembut di bawah kepala agar hentakan saat kejang tidak menimbulkan
cedera kepala dan kendorkan pakaian ketat atau kerah baju di lehernya agar
pernapasan penderita lancar (jika ada).
d. Miringkan tubuh penderita ke salah satu sisi supaya cairan dari mulut dapat
mengalir keluar dengan lancar dan menjaga aliran udara atau pernapasan.
A.Kesimpulan
Stroke didefinisikan sebagai gangguan suplai darah pada otak yang biasanya disebabkan\
karena pecahnya pembuluh darah atau sumbatan oleh gumpalan darah. Hal ini menyebabkan
gangguan pasokan oksigen dan nutrisi di otak sehingga terjadi kerusakan pada jaringan otak
(WHO, 2016). Sedangkan Epilepsi merupakan manifestasi gangguan fungsi otak dengan
berbagai etiologi, dengan gejala tunggal yang khas, yaitu kejang berulang akibat lepasnya
muatan listrik neuron otak secara berlebihan dan paroksimal.Terdapat dua kategori dari kejang
epilepsi yaitu kejang fokal (parsial) dan kejang umum. Kejang fokal terjadi karena adanya lesi
pada satu bagian dari cerebral cortex, di mana pada kelainan ini dapat disertai 10 kehilangan
kesadaran parsial. Sedangkan pada kejang umum, lesi mencakup area yang luas dari cerebral
cortex dan biasanya mengenai kedua hemisfer cerebri. Kejang mioklonik, tonik, dan klonik
termasuk dalam epilepsi umum.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Haryanto, G. D., Setyawan, D., & Bayu Kusuma, M. A. (2014). Pengaruh
Terapi AIUEO Terhadap Kemampuan Pada Pasien Stroke