OLEH :
SHARA REZKI KURNIAWATI
ASTRIT S. TANCARO
NOFIA
Puji syukur kami panjatkan ke khadirat Tuhan Yang Maha Esa. atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kelompok ini. Kami menyadari masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini yang tentunya jauh dari kesempurnaan. Karena itu
kelompok kami selalu membuka diri untuk setiap saran dan kritik yang bersifat membangun
Terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagi pihak. Untuk itu kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu,baik secara langsung ataupun
tidak langsung.
Akhirnya semoga sumbangan amal bakti semua pihak tersebut mendapat balasan yang
setimpal dari- Nya. Dan semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan kelompok kami
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 KONSEP NEONATUS ESENSIAL
2.2 PROSEDUR SCREENING TUMBUH KEMBANG PADA ANAK
2.3 PROSEDUR PRLAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAAN PADA BAYI
BERDASARKAN NEONATUS ESENSIAL
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN S
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Neonatus merupakan masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia 28 hari.
Dalam masa tersebut terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan yang awalnya di
dalam rahim serba bergantung pada ibu menjadi di luar rahim yang harus hidup secara
mandiri. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem. Bayi yanag
berusia kurang dari satu bulan memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi, berbagai
masalah kesehatan dapat muncul sehingga tanpa adanya penanganan yang tepat, bisa
berakibat fatal. Kunjungan neonatus lengkap sebaiknya diberikan kepada setiap bayi baru
lahir yang meliputi KN 1, KN 2, KN 3, yang dilakukan pada saat bayi berumur 6-48 jam, 3-7
hari dan 8- 28 hari (Riskesdas, 2013). Menurut Kemenkes RI (2016), Angka Kematian
Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA)
merupakan indikator angka kematian yang berhubungan dengan anak. Kematian neonatal
memiliki kontribusi terhadap kematian bayi sebesar 59% di usia 0-28 hari. Berdasarkan hasil
survei Kementerian Kesehatan RI tahun 2012, Angka Kematian Neonatus (AKN) sebesar 19
per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini sama dengan AKN berdasarkan SDKI tahun 2007 dan
hanya menurun 1 poin dibandingkan SDKI tahun 2002-2003 yaitu 20 per 1.000 kelahiran
hidup. Kunjungan Neonatus (KN) lengkap di Indonesia terjadi peningkatan selama periode
enam tahun terakhir dari 78,04% pada tahun 2009 menjadi 93,33% pada tahun 2014.
Pencapaian indikator KN lengkap di Indonesia sudah cukup baik yang dapat dilihat dari
capaian yang cukup tinggi di sebagian besar provinsi.. Kematian bayi yang teridentifikasi
sebesar 4,3% BBLR, 65,2% bayi prematur dan 3 bayi meninggal disertai kelainan kongenital
dan 4 bayi meninggal disertai asfiksia. Dari empat kondisi bayi tersebut, sebagian besar bayi
meninggal karena prematur. Adapun faktor ibu yang menyertai bayi lahir prematur
diantaranya umur ibu yang berisiko (34 tahun) dengan paritas 2-3 anak dan jarak kelahiran
yang cukup aman yaitu lebih dari 2 tahun. Oleh karena itu kunjungan neonatus perlu
dilakukan oleh ibu dan bayinya. Beberapa penelitian telah dilakukan, diantaranya penelitian
yang dilakukan oleh Legowo (2004) menyimpulkan terdapat hubungan pengetahuan, sikap,
dan perilaku ibu dengan Kunjungan Neonatus 1 (KN1) dalam pemberian imunisasi Hepatitis
B-1 (0-7 hari) dan tidak terdapat hubungan umur, tingkat, pendidikan, status pekerjaan,
penolong persalinan, dan lokasi persalinan dengan Kunjungan Neonatus 1 dalam pemberian
imunisasi Hepatitis B-1 (0-7 hari). Demikian pula pada penelitian Afifah dkk (2013),
menyimpulkan bahwa ibu yang berpendidikan SMA dan mempunyai anak lebih dari satu,
sebagian besar berpengetahuan cukup yakni sebanyak 47,5%. Sikap ibu dalam Kunjungan
Neonatus sebagian besar bersikap positif atau mendukung sebanyak 23 orang (57,5%).
Perilaku ibu dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Kunjungan Neonatus (KN) 1 masih
sangat kurang yakni sebesar 37,5%. Namun, pada saat Kunjungan Neonatus 2 dan 3 lebih
banyak. Pada saat tali pusat bayi lepas (KN 2) sebanyak 70% karena responden sebagian
besar telah memiliki anak lebih dari satu, sehingga sudah memiliki pengalaman dari anak
pertama dalam hal melakukan perawatan pada bayi. Kemudian pada saat imunisasi BCG
(KN 3) sebanyak 100%
1.3 TUJUAN
Panjang : Ukur panjang badan dari ujung kepala sampai ke tumit. Cenderung sulit diukur karena
neonates terdapat molase dan ekstensi lutut tidak maksimal. Ukuran normalnya 45 sampai 55
cm. Jika <45 cm atau >55 cm menandakan adanya penyimpangan kromosom atau herediter.
Lingkar kepala : Ukur lingkar kepala, circumferensia fronto occipito. Ukuran lingkar kepala dan
dada bisa hamper sama selama satu sampai dua hari setelah lahir. Ukuran circumferensial
(keliling): circumferensial fronto occipitalis 33 sampai 35 cm, circumferensia occipitalis ±35 cm,
dan circumferensia sub occipito bregmatika ±32 cm. Pengukuran dapat dilakukan pada hari
kedua atau ketiga setalah molase dan kaput suksedaneum mereda. Kepala kecil ≤32 cm
menandakan mikrosefalus (rubella, toksoplasmosis, penyakit inklusi sitomegali). Kepala besar
menandakan hidrosefalus yakni sutura meregang, lebar lingkar kepala ≥4 cm lebih besar
daripada dada.
3. Perencanaan
Dalam perencanaan asuhan keperawatan pada bayi baru lahir, bidan dituntut untuk
menyusun rencana menyeluruh sekaligus rasional, berdasarkan temuan masalah pada tahap
sebelumnya. Bidan juga dapat melibatkan ibu dalam perencanaan ini, ibu dapat mengerjakan
kegiatan mandiri, seperti mengetahui cara menyusui yang benar dan memahami pentingnya
pemberian ASI ek slusif.
4. Implementasi
Implementasi asuhan keperawatan pada bayi baru lahir harus dilakukan secara efektif dan
aman. Bidan memastikan perencanaan yang sudah disusun dilaksanakan sepenuhnya. Jika ada
perubahan dalam implementasi yang tidak sesuai dengan perencanaan, bidan dapat mencatatnya,
dan mencantumkan alasan perubahan pada tahap evaluasi
5. Evaluasi
Pada tahap ini, bidan mengevaluasi efektivitas asuhan keperawatan yang sudah diberikan.
Bidan juga dapat mengukur tingkat keberhasilan asuhan tersebut pada perkembangan ibu dan
anak. Bidan dapat pula memantau kekurangan yang ada, baik pada tahap pengkajian data,
perumusan masalah, perencanaan, atau implementasi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Neonatus adalah bayi yang lahir dengan berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan,
lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat.
Perawatan neonatal esensial merupakan suatu pelayanan yang digunakan untuk menunjang
kesehatan bayi baru lahir yang diberikan secara adekuat meliputi pencegahan hipotermi,
perawatan tali pusat, Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif, pencegahan infeksi,
pemberian imunisasi dan deteksi dini tanda bahaya dengan biasanya.
3.2 SARAN
Melakukan pemantauan tumbuh kembang pada bayi, balita dan anakprasekolah serta
deteksi dini kasus penyulit, gangguan tumbuh kembang dan rujukan; dan
Memberikan .pertolongan pertama kegawatdaruratan pada bayi baru lahir yang dilanjutkan
dengan rujukan.
DAFTAR PUSTAKA
https://core.ac.uk/download/144235668.pdf
Buku Ajar Keperawatan Maternitas Asuhan Keperawatan intranatal . Jakarta:CV Trans Info
Media. Novita R. (2011)
Arguin AL , Swartz MK. Gastroesophageal reflux in infants: a primary care perspective. Pediatr
Nursing 2011; 30: 45-52
https://kesmas.kemkes.go.id/konten/133/0/032009-buku-saku-pelayanan-kesehatan-neonatal-
essential
Depkes RI, 2011 (a). Kumpulan Buku Acuan Kesehatan Bayi Baru Lahir. Jakarta