Anda di halaman 1dari 18

KEPERAWATAN ANAK

KONSEP NEONATUS ESENSIAL

OLEH :
SHARA REZKI KURNIAWATI
ASTRIT S. TANCARO
NOFIA

AKADEMI KEPERAWATAN JUSTITIA PALU


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke khadirat Tuhan Yang Maha Esa. atas rahmat dan karunia-Nya

sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kelompok ini. Kami menyadari masih banyak

kekurangan dalam penulisan makalah ini yang tentunya jauh dari kesempurnaan. Karena itu

kelompok kami selalu membuka diri untuk setiap saran dan kritik yang bersifat membangun

untuk kesempurnaan karya kami selanjutnya.

Terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagi pihak. Untuk itu kami

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu,baik secara langsung ataupun

tidak langsung.

Akhirnya semoga sumbangan amal bakti semua pihak tersebut mendapat balasan yang

setimpal dari- Nya. Dan semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan kelompok kami

khususnya dan masyarakat pecinta ilmu pengetahuan pada umumnya.

Palu, 8 Oktober 2022

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 KONSEP NEONATUS ESENSIAL
2.2 PROSEDUR SCREENING TUMBUH KEMBANG PADA ANAK
2.3 PROSEDUR PRLAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAAN PADA BAYI
BERDASARKAN NEONATUS ESENSIAL
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN S
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Neonatus merupakan masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia 28 hari.
Dalam masa tersebut terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan yang awalnya di
dalam rahim serba bergantung pada ibu menjadi di luar rahim yang harus hidup secara
mandiri. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem. Bayi yanag
berusia kurang dari satu bulan memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi, berbagai
masalah kesehatan dapat muncul sehingga tanpa adanya penanganan yang tepat, bisa
berakibat fatal. Kunjungan neonatus lengkap sebaiknya diberikan kepada setiap bayi baru
lahir yang meliputi KN 1, KN 2, KN 3, yang dilakukan pada saat bayi berumur 6-48 jam, 3-7
hari dan 8- 28 hari (Riskesdas, 2013). Menurut Kemenkes RI (2016), Angka Kematian
Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA)
merupakan indikator angka kematian yang berhubungan dengan anak. Kematian neonatal
memiliki kontribusi terhadap kematian bayi sebesar 59% di usia 0-28 hari. Berdasarkan hasil
survei Kementerian Kesehatan RI tahun 2012, Angka Kematian Neonatus (AKN) sebesar 19
per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini sama dengan AKN berdasarkan SDKI tahun 2007 dan
hanya menurun 1 poin dibandingkan SDKI tahun 2002-2003 yaitu 20 per 1.000 kelahiran
hidup. Kunjungan Neonatus (KN) lengkap di Indonesia terjadi peningkatan selama periode
enam tahun terakhir dari 78,04% pada tahun 2009 menjadi 93,33% pada tahun 2014.
Pencapaian indikator KN lengkap di Indonesia sudah cukup baik yang dapat dilihat dari
capaian yang cukup tinggi di sebagian besar provinsi.. Kematian bayi yang teridentifikasi
sebesar 4,3% BBLR, 65,2% bayi prematur dan 3 bayi meninggal disertai kelainan kongenital
dan 4 bayi meninggal disertai asfiksia. Dari empat kondisi bayi tersebut, sebagian besar bayi
meninggal karena prematur. Adapun faktor ibu yang menyertai bayi lahir prematur
diantaranya umur ibu yang berisiko (34 tahun) dengan paritas 2-3 anak dan jarak kelahiran
yang cukup aman yaitu lebih dari 2 tahun. Oleh karena itu kunjungan neonatus perlu
dilakukan oleh ibu dan bayinya. Beberapa penelitian telah dilakukan, diantaranya penelitian
yang dilakukan oleh Legowo (2004) menyimpulkan terdapat hubungan pengetahuan, sikap,
dan perilaku ibu dengan Kunjungan Neonatus 1 (KN1) dalam pemberian imunisasi Hepatitis
B-1 (0-7 hari) dan tidak terdapat hubungan umur, tingkat, pendidikan, status pekerjaan,
penolong persalinan, dan lokasi persalinan dengan Kunjungan Neonatus 1 dalam pemberian
imunisasi Hepatitis B-1 (0-7 hari). Demikian pula pada penelitian Afifah dkk (2013),
menyimpulkan bahwa ibu yang berpendidikan SMA dan mempunyai anak lebih dari satu,
sebagian besar berpengetahuan cukup yakni sebanyak 47,5%. Sikap ibu dalam Kunjungan
Neonatus sebagian besar bersikap positif atau mendukung sebanyak 23 orang (57,5%).
Perilaku ibu dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Kunjungan Neonatus (KN) 1 masih
sangat kurang yakni sebesar 37,5%. Namun, pada saat Kunjungan Neonatus 2 dan 3 lebih
banyak. Pada saat tali pusat bayi lepas (KN 2) sebanyak 70% karena responden sebagian
besar telah memiliki anak lebih dari satu, sehingga sudah memiliki pengalaman dari anak
pertama dalam hal melakukan perawatan pada bayi. Kemudian pada saat imunisasi BCG
(KN 3) sebanyak 100%

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Jelaskan Konsep Neonatus Esensial !


2. Jelaskan Prosedur Screening Tumbuh Kembang Pada Anak !
3. Jelaskan Prosedur Asuhan Keperawatan Pada Bayi Berdasarkan Neonatus Esensial !

1.3 TUJUAN

1. Mengetahui Konsep Neonatus Esensial


2. Mengetahui Prosedur Screening Tumbuh Kembang Pada Anak
3. Mengetahui Prosedur Asuhan Keperawatan Pada Bayi Berdasarkan Neonatus Esensial
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KONSEP NEONATUS ESENSIAL


2.1.1 Pengertian neonates ESENSIAL
Neonatus adalah bayi yang lahir dengan berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan,
lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat (M.
Sholeh 2007 dalam Marmi dan Kukuh 2012).
Perawatan neonatal esensial merupakan suatu pelayanan yang digunakan untuk menunjang
kesehatan bayi baru lahir yang diberikan secara adekuat meliputi pencegahan hipotermi,
perawatan tali pusat, Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif, pencegahan infeksi,
pemberian imunisasi dan deteksi dini tanda bahaya dengan biasanya.
Neonatus perlu menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin.
Tiga faktor yang memengaruhi perubahan fungsi ini yaitu maturasi, adaptasi dan toleransi.
Maturasi mempersiapkan fetus untuk transisi dari kehidupan intrauterine ke kehidupan
ekstrauterin dan ini berhubungan lebih erat dengan masa gestasi dibandingkan dengan berat
badan lahir. Adaptasi diperlukan oleh neonatus untuk dapat tetap hidup dalam lingkungan baru
yang dibandingkan dengan lingkungan selama menjadi fetus, kurang menyenangkan. Toleransi
yakni kemampuan tubuh bertahan terhadap kondisi-kondisi abnormal seperti hipoksia,
hipoglikemia, dan perubahan pH yang dramatis dimana fatal bagi orang dewasa tetapi tidak bagi
bayi. Toleransi dan adaptasi berbanding terbalik bila dibandingkan dengan maturasi. Makin
matur neonatus, makin baik adaptasinya tetapi makin kurang toleransinya (Hassan R, 2005).

2.1.2 Tanda-tanda neonatus normal


Tanda-tanda neonatus normal adalah appearance color (warna kulit) seluruh tubuh
kemerahan, pulse (denyut jantung) >100 x/menit, grimace (reaksi terhadap rangsangan)
menangis/batuk/bersin, activity (tonus otot) gerakan aktif, respiration (usaha nafas) bayi
menangis kuat. (Mochtar 1998 dalam Rukiyah 2012).
Kehangatan tidak terlalu panas (lebih dari 380C) atau terlalu dingin (kurang dari 360C),
warna kuning pada kulit (tidak pada konjungtiva), terjadi pada hari ke-2 sampai ke-3 tidak biru,
pucat, memar. Pada saat diberi makan, hisapan kuat, tidak mengantuk berlebihan, tidak muntah.
Tidak juga terlihat tanda-tanda infeksi seperti tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau
busuk, berdarah. Dapat berkemih selama 24 jam, tinja lembek, sering hijau tua, tidak ada lendir
atau darah pada tinja, bayi tidak menggigil atau tangisan kuat, dan tidak terdapat tanda: lemas,
mengantuk, lunglai, kejangkejang halus tidak bisa tenang, menangis terus-menerus
(Prawirohardjo 2002 dalam Rukiyah 2012).

2.1.3 Ciri – Ciri Neonatus


Ciri – Ciri Neonatus
a. Berat badan 2500 – 4000 gram;
b. Panjang badan 48 – 52 cm;
c. Lingkar dada 30 – 38 cm;
d. Lingkar kepala 33 – 35 cm;
e. Frekuensi jantung 120 – 160 kali/menit;
f. Pernafasan ± 40 – 60 kali/menit;
g. Kulit kemerah-merahan dan licn karena jaringan subkutan cukup;
h. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya sudah terlihat;
i. Kuku agak panjang dan lemas;
j. Genetalia. Pada perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora. Pada laki – laki
testis sudah turun, skrotum sudah ada;
k. Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik;
l. Refleks morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik;
m. Refleks graps atau menggenggam sudah baik;
n. Refleks rooting mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah
mulut terbentuk dengan baik;
o. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekoniumberwarna hitam
kecoklatan.(

2.1.4 Tahapan Neonatus


Periode transisi bayi baru lahir dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :
a. Periode Pertama Reaktivitas
Merupakan periode yang berakhir kira-kira pada kisaran waktu 30 menit setelah bayi lahir.
Adapun karakteristik yang ditemukan berupa:
1) Tanda-tanda vital yang dikenal berupa frekuensi nadi apikal yang cepat dengan irama
yang tidak teratur, frekuensi pernafasan mencapai 80 kali/menit, irama tidak teratur,
ekspirasi mendengkur serta adanya retraksi.
2) Fluktuasi warna kulit merah muda pucat ke sianosis. Belum ada pergerakan usus, dan
bayi belum berkemih.
3) Bayi masih sedikit mukus, menangis kuat, refleks menghisap kuat.
4) Mata bayi terbuka lebih daripada hari selanjutnya.
b. Periode Tidur
Merupakan periode yang terjadi setelah periode pertama dan berakhir 2-4 jam. Beberapa
karakteristik yang ditemukan pada periode tidur ini yakni :
1) Bayi dalam keadaan tidur, frekuensi jantung dan pernapasan menurun.
2) Kestabilan warna kulit, dengan adanya beberapa akrosianosis.
3) Bising usus bisa terdengar.
c. Periode Kedua Reaktivitas
Merupakan periode kedua reaktivitas yang berakhir sekitar 4-6 jam. Beberapa karakteristik
yang ditemukan pada periode ini yakni :
1) Bayi memiliki tingkat sensitivitas tinggi terhadap stimulus internal dan lingkungan.
Kisaran frekuensi nadi apikal dari 120 sampai 160 kali/menit dan dapat bervariasi
mulai dari kisaran ˂120 kali/menit hingga takikardia ˃160 kali/menit. Frekuensi
pernapasan berkisar 30 sampai 60 kali/menit dengan periode pernapasan yang lebih
cepat, tetapi pernapasannya tetap stabil.
2) Fluktuasi warna kulit dari warna merah jambu atau kebiruan ke sianosis ringan
disertai dengan bercak-bercak.
3) Bayi kerap kali berkemih dan mengeluarkan mekonium selama periode ini.
4) Peningkatan sekresi mukus dan bayi tersedak saat sekresi.
5) Refleks menghisap sangat kuat dan bayi sangat aktif.

2.2 Skrining Tumnuh Kembang


Skrining merupakan proses observasi untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak
dari waktu ke waktu. Skrining bertujuan melihat kesesuaian usia anak
dan tumbuh kembangnya

2.3 PROSEDUR PRLAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAAN PADA BAYI


BERDASARKAN NEONATUS ESENSIAL\
1. Pengkajian NEONATUS
Pengkajian pertama pada seorang bayi dilakukan pada saat lahir dengan menggunakan nilai
Apar dan melalui pemeriksaan fisik singkat. Bidan atau penolong persalinan menetapkan nilai
Apar. Pengkajian usia gestasi dapat dilakukan dua jam pertama setelah lahir. Pengkajian fisik
yang lebih lengkap diselesaikan dalam 24 jam (Bobak, dkk 1995 dalam Wijayarini, Maria A dan
Anugrah, Peter I 2005).

a. Biodata (Sondakh, 2013)


Identitas bayi meliputi:
1) Nama bayi, untuk menghindari kekeliruan.
2) Tanggal lahir bayi, untuk mengetahui usia neonatus.
3) Jenis kelamin bayi, untuk mengetahui jenis kelamin bayi.
Identitas orang tua meliputi:
1) Nama orang tua, umur ayah dan ibu, untuk memudahkan memanggil/menghindari
kekeliruan.
2) Usia orang tua, bagi ibu untuk mengetahui ibu termasuk berisiko tinggi/tidak dan bagi
ayah untuk mengetahui usia ayah.
3) Pendidikan orang tua, untuk memudahkan pemberian KIE.
4) Pekerjaan orang tua, untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi.
5) Agama orang tua, untuk mengetahui kepercayaan yang dianut ibu.
6) Alamat rumah, untuk memudahkan komunikasi dan kunjungan rumah.
b. Keluhan utama
Ibu mengatakan telah melahirkan bayinya pada tanggal… jam… WIB. Kondisi ibu dan bayi
sehat. Untuk mengetahui apa saja yang dikeluhkan klien pada saat kita mengkaji agar dapat
mengetahui tindakan apa yang dilakukan.
c. Riwayat penyakit sekarang
Untuk mengetahui apakah bayi sekarang sedang menderita suatu penyakit menular maupun
menurun, yang dapat mempengaruhi pemberian imunisasi
d. Riwayat penyakit keluarga (Muslihatun, Wafi Nur dkk. 2013)
Penyakit apa saja yang pernah diderita keluarga dan hubungannya ada atau tidak dengan keadaan
bayi sekarang, seperti adanya penyakit jantung, diabetes mellitus, penyakit ginjal, penyakit hati,
hipertensi, penyakit kelamin, dan isoimunisasi.
e. Riwayat prenatal, natal dan postnatal (Sondakh, 2013)
a) Riwayat prenatal
Anak keberapa, hari pertama haid terakhir (HPHT), keluhankeluhan selama hamil tiap trimester,
kebiasan-kebiasan ibu selama hamil terkait dengan kebudayaan, frekuensi antenatal care (ANC),
serta riwayat penyakit selama hamil yang berisiko terhadap kesehatan neonatus yaitu:
1) Diabetes mellitus (DM): merupakan penyakit yang berdampak pada berat badan bayi
yang melebihi batas normal yakni lebih dari 4000 gram yang disebut makrosomia.
2) TORCH meliputi: Toksoplasmosis Gondii: Janin yang terinfeksi dapat mengalami
kerusakan organ/struktur yakni menyebabkan hidrosefalus, korioretinitis dan kalsifikasi
serebralis. Rubela: Janin yang terinfeksi dapat mengalami malformasi kongenital berat
disebut sindrom rubela kongenital. Sindrom rubela kongenital diantaranya: adanya lesi
mata, termasuk katarak, glaukoma; penyakit jantung, termasuk duktus arteriosus paten,
defek septum; tuli sensorineural; defek susunan saraf pusat (mikrosefalus); hambatan
pertumbuhan janin; perubahan tulang; hepatosplenomegali dan ikterus. Cytomegalovirus:
Janin yang terinfeksi dapat mengalami asites janin, gangguan pertumbuhan janin,
mikrosefalus, dan ventrikulomegali serebral (hidrosefalus). Herpes: Janin yang terinfeksi
dapat mengalami diseminata (keterlibatan organ-organ dalam mayor), lokalisata
(keterlibatan terbatas pada mata, kulit atau mukosa), dan asimtomatik.
3) Hepatitis: Ibu yang menderita hepatitis dapat menular ke bayinya melalui placenta,
kontaminasi dengan darah dan tinja Ibu pada waktu persalinan, kontak langsung bayi
baru lahir dengan ibunya dan melalui ASI, pada masa laktasi.
4) Preeklampsia: Ibu yang menderita preeklampsia pada janinberesiko retardarsi
pertumbuhan, kematian janin intrauterine IUFD, dan bayi lahir lebih kecil atau prematur.
5) TBC: Jika TB menginvasi organ lain di luar paru dan jaringan limfa, mempunyai resiko
pada janin, seperti abortus, terhambatnya pertumbuhan janin, kelahiran prematur dan
terjadinya penularan TB dari ibu ke janin melalui aspirasi cairan amnion (disebut TB
congenital).
6) Asma bronkial: Ibu yang dalam kehamilannya mengidap asma bronkial, akan mengalami
keadaan hipoksia yang juga dialami oleh janinnya. Keadaan hipoksia jika tidak segera
diatasi dapat mengakibatkan komplikasi janin yakni abortus, persalinan prematur, dan
berat janin yang tidak sesuai dengan umur kehamilan atau IUGR.
7) Penyakit jantung bawaan (PJB): penyakit ini dapat diturunkan ke janin dimana terjadi
gangguan pertumbuhan jantung pada janin yang terjadi pada usia tiga bulan pertama
kehamilan.
b) Riwayat natal
Tanggal dan jam berapa waktu persalinan, jenis persalinan, ditolong oleh siapa.
c) Riwayat postnatal
Keadaan tali pusat, apakah telah diberi injeksi vitamin K, minum ASI/PASI, berapa cc setiap
berapa jam.
f. Riwayat imunisasi
Pasien sudah mendapatkan imunisasi apa saja, apakah sudah mendapatkan HB0.
g. Riwayat psikososial budaya
Untuk mengetahui kesiapan ibu dan anggota keluarga dalam menerima kehadiran bayi
dannkebudayaan apa yang diterapkan dalam merawat bayi misalnya pemberian makanan dan
ramuan tertentu pada tali pusat atau pijat bayi.
h. Data Obyektif (Bobak, dkk 1995 dalam Wijayarini, Maria A dan
1) Pemeriksaan umum bayi
Kesadaran : Composmentis
KU : Bergerak lemah, tangis lemah, daya isap lemah
Nadi : Frekuensi 120 sampai160 kali per menit..
RR : Variasi normalnya 30 sampai 60 kali /menit.
Suhu : Suhu stabil selama8 sampai 10 jam setelah lahir.
Mekanisme menggigil belum berkembang. Variasi normalnya 36,5°C sampai 37,2° C.
2) Antropometri
Berat : Timbang pada waktu yang sama setiap harinya, dan lindungi neonatus supaya tidak
kehilangan panas. Pada neonatus normal adalah 2,5-4 kg. Berat sama dengan berat lahir dalam
dua minggu pertama. Penurunan berat badan normal: 10% atau kurang. Penurunan berat lebih
dari 10% memungkinkan adanya dehidrasi.

Panjang : Ukur panjang badan dari ujung kepala sampai ke tumit. Cenderung sulit diukur karena
neonates terdapat molase dan ekstensi lutut tidak maksimal. Ukuran normalnya 45 sampai 55
cm. Jika <45 cm atau >55 cm menandakan adanya penyimpangan kromosom atau herediter.

Lingkar kepala : Ukur lingkar kepala, circumferensia fronto occipito. Ukuran lingkar kepala dan
dada bisa hamper sama selama satu sampai dua hari setelah lahir. Ukuran circumferensial
(keliling): circumferensial fronto occipitalis 33 sampai 35 cm, circumferensia occipitalis ±35 cm,
dan circumferensia sub occipito bregmatika ±32 cm. Pengukuran dapat dilakukan pada hari
kedua atau ketiga setalah molase dan kaput suksedaneum mereda. Kepala kecil ≤32 cm
menandakan mikrosefalus (rubella, toksoplasmosis, penyakit inklusi sitomegali). Kepala besar
menandakan hidrosefalus yakni sutura meregang, lebar lingkar kepala ≥4 cm lebih besar
daripada dada.

Lingkar dada : Ukur pada garis buah dada. Didapatkan dua


sentimeter lebih kecil daripada lingkar kepala Rata-rata sekitar 30 sampai 33 cm.
3) Pemeriksaan fisik bayi
 Inspeksi
Integumen : Neonatus normal berwarna merah muda.
Kepala : Terdapat benjolan abnormal/ tidak, warna rambuthitam/ merah, kulit kepala bersih/
tidak
Wajah : Bayi tampak normal, raut wajah tampak sesuai, letak proporsional terhadap wajah
simetris.
Mata : Ukuran dan bentuk mata simetris, adanya reflex mengedip, lipatan epikantus
merupakan karakteristik ras yang normal, tidak ada rabas, tidak ada air mata, kedua bola mata
memiliki ukuran yang sama, bulat dan padat, pupil bereaksi terhadap cahaya, konjungtiva merah
muda.
Hidung : Simetris, terdapat sedikit mucus tetapi tidak ada lendir yang keluar, bersin untuk
membersihkan hidung, adanya pernapasan cupingnhidung/ tidak.
Mulut : Gerakan bibir simetris; gusi berwarna merah muda; lidah tidak menonjol, bergerak
bebas,bentuk dan gerakan simetris; palatum lunak dan palatum keras utuh; uvula di garis tengah.
Telinga : Kedua telinga simetris, tulang rawan padat dengan bentuk yang baik, berespons
terhadap suara dan bunyi lain.
Leher : Pendek, tebal, dikelilingi lipatan kulit, tidak terdapat selaput, bebas bergerak dari
satu sisi ke sisi lain dan bebas melakukan ekstensi dan fleksi.
Dada : Hampir bulat, gerakan dada simetris yakni gerakan dada dan perut secara sinkron
dengan pernapasan, puting susu menonjol dan simetris.
Abdomen : Bulat, menonjol, berbentuk seperti kubah karena otot-otot abdomen belum
berkembang sempurna, tali pusat kering/basah dan berbau/ tidak, pernapasan utama
diafragmatika dengan gerakan abdomen dan dada sinkron.
Genetalia : Pada wanita labia mayora biasanya edema menutupi labia minora pada bayi aterm,
orifisium vagina terbuka, terdapat hymen, meatus urinarius dibawah klitoris dan sulit dilihat
maka perhatikan saat berkemih. Pada laki-laki meatus urinarius di ujung penis; prepusium
menutupi glana penis dan tidak dapat ditarik ke belakang; skrotum besar dan edematosa,
pendulosa pada bayi aterm dan ditutupi rugae; testis retraksi terutama bila bayi kedinginan.
Berkemih dalam waktu 24 jam, aliran adekuat, jumlah adekuat.
Anus : Satu anus dengan tonus sfingter yang baik, pengeluaran meconium dalam 24 jam
setelah bayi lahir dan meconium diikuti tinja sementara bewarna kuning dan lunak.
Ekstremitas : Kontur dan gerakan simetris, sikap umumnya fleksi, dapat terentang jika bergerak
spontan, lima jari pada setiap tangan dan kaki.
Punggung : Tulang punggung lurus dan mudah fleksi. Bayi dapat mengangkat dan menahan
kepala sebentar saat tengkurap.
 Palpasi
Kepala : Sutura teraba dan tidak menyatu atau masih normal ketika sutura tumpang tindih
akibat molase.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan bendungan vena jugularis
Abdomen : Tidak teraba massa abdomen, tidak distensi.
Genetalia : Pada laki-laki testis teraba pada setiap sisi dan refleks ereksi bisa terjadi spontan
ketika alat kelain disentuh.
Ekstrimitas : Tangan sering menggenggam jika ada benda yang berada dalam genggamannya.
 Auskultasi
Dada : Bunyi dan kecepatan denyut jantung dan napas, tidak normal jika adanya bunyi
ronchi dan wheezing atau tidak.
Abdomen : Bising usus terdengar satu sampai dua jam setelah lahir
4) Pemeriksaan refleks
 Rooting : Jika disentuh bibir, pipi atau sudut mulut bayi dengan puting maka bayi akan
menoleh kerah stimulus, membuka mulutnya, dan memasukkan puting dan mengisap.
 Swallowing : Beri bayi minum, menelan biasanya menyertai mengisap dan mendapat
cairan maka menelan biasanya diatur oleh mengisap dan biasanya terjadi tanpa
tersedak, batuk ataumuntah.
 Menggenggam : Tempatkan jari pada telapak tangan maka jarijari bayi menggenggam
jari-jari pemeriksa, jari-jari kaki menekuk ke bawah.
 Menjulurkan lidah : Sentuh atau tekan ujung lidah maka bayi baru lahir menjulurkan
lidah keluar
 Moro : Gendongan bayi dalam posisi setengah duduk, biarkan belakang dengan sudut
sedikitnya 30 derajat. Tempatkan bayi pada permukaan yang rata, bentakkan
permukaan untuk mengejutkan bayi. Hal yang terjadi adalah abduksi dan ekstensi
simetris lengan;jari-jari mengembang seperti kipas dan membentuk huruf C dengan
ibu jari danjari telunjuk; mungkin terlihat adanya sedikit tremor; lengan teraduksi
dalam gerakan memeluk dan kembali dalam posisi fleksi dan gerakan yang rileks.
Tungkai dapat mengikuti pola respons yang sama.
 Terkejut : Suara keras dari tepukan tangan yang nyaringakan menimbulkan respons;
paling baik ditimbulkan jika bayi baru lahir berusia 24 sampai 36 jam atau lebih.
Lengan melakukan gerakan abduksi disertai fleksi pada siku; tangan tetap
menggenggam
 Babinski : Pada telapak kaki, dimulai pada tumit, gores sisi lateral telapak kaki ke
arah atas kemudian gerakkan jari sepanjang telapak kaki. Semua jari kaki hiperekstensi
dengan ibu jari dorsifleksi – dicatat sebagai tanda positif.
i. Pemeriksaan tingkat perkembangan (Sondakh, 2013).
 Adaptasi sosial : sejauh mana bayi dapat beradaptasi sosial secara baik dengan
orangtua, keluarga, maupun orang lain
 Bahasa : kemampuan bayi untuk mengungkapkan perasaannya melalui tangisan untuk
menyatakan rasa lapar, BAB, BAK, dan kesakitan.
 Motorik halus : kemampuan bayi untuk menggerakkan bagian kecil dari anggota
badannya.
 Motorik kasar : kemampuan bayi untuk melakukan aktivitas dengan menggerakkan
anggota tubuhnya.
j. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium penting artinya untuk diagnosa yang tepat sehingga dapat
memberikan terapi yang tepat. Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan adalah darah lengkap,
yaitu Hb, leukosit darah, bilirubin total, trombosit, CRP.

2. Perumusan diagnosa dan masalah


a. Diagnosa (Sondakh, 2013)
Bayi baru lahir normal, umur …… jam/hari
b. Masalah (Nanny Lia, 2013)
Masalah pada bayi baru lahir dapat berupa penyakit yang lazim terjadi seperti bercak mongolia,
hemangioma, ikterus fisiologis, muntah, gumoh, oral trush, diaper rash, sebhorrea, infeksi,
obstipasi, milliariasis, furunkel dan diare.

3. Perencanaan

Dalam perencanaan asuhan keperawatan pada bayi baru lahir, bidan dituntut untuk
menyusun rencana menyeluruh sekaligus rasional, berdasarkan temuan masalah pada tahap
sebelumnya. Bidan juga dapat melibatkan ibu dalam perencanaan ini, ibu dapat mengerjakan
kegiatan mandiri, seperti mengetahui cara menyusui yang benar dan memahami pentingnya
pemberian ASI ek slusif.
4. Implementasi
Implementasi asuhan keperawatan pada bayi baru lahir harus dilakukan secara efektif dan
aman. Bidan memastikan perencanaan yang sudah disusun dilaksanakan sepenuhnya. Jika ada
perubahan dalam implementasi yang tidak sesuai dengan perencanaan, bidan dapat mencatatnya,
dan mencantumkan alasan perubahan pada tahap evaluasi
5. Evaluasi

Pada tahap ini, bidan mengevaluasi efektivitas asuhan keperawatan yang sudah diberikan.
Bidan juga dapat mengukur tingkat keberhasilan asuhan tersebut pada perkembangan ibu dan
anak. Bidan dapat pula memantau kekurangan yang ada, baik pada tahap pengkajian data,
perumusan masalah, perencanaan, atau implementasi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Neonatus adalah bayi yang lahir dengan berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan,
lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat.
Perawatan neonatal esensial merupakan suatu pelayanan yang digunakan untuk menunjang
kesehatan bayi baru lahir yang diberikan secara adekuat meliputi pencegahan hipotermi,
perawatan tali pusat, Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif, pencegahan infeksi,
pemberian imunisasi dan deteksi dini tanda bahaya dengan biasanya.

3.2 SARAN
Melakukan pemantauan tumbuh kembang pada bayi, balita dan anakprasekolah serta
deteksi dini kasus penyulit, gangguan tumbuh kembang dan rujukan; dan
Memberikan .pertolongan pertama kegawatdaruratan pada bayi baru lahir yang dilanjutkan
dengan rujukan.
DAFTAR PUSTAKA

https://core.ac.uk/download/144235668.pdf

Buku Ajar Keperawatan Maternitas Asuhan Keperawatan intranatal . Jakarta:CV Trans Info
Media. Novita R. (2011)

Arguin AL , Swartz MK. Gastroesophageal reflux in infants: a primary care perspective. Pediatr
Nursing 2011; 30: 45-52

https://kesmas.kemkes.go.id/konten/133/0/032009-buku-saku-pelayanan-kesehatan-neonatal-
essential

Depkes RI, 2011 (a). Kumpulan Buku Acuan Kesehatan Bayi Baru Lahir. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai