Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM KLINIK

MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN

ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI, BALITA DAN ANAK PRA


SEKOLAH

PADA BAYI NY. D CUKUP BULAN DENGAN BERAT BADAN LAHIR


NORMAL

DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN DEWI AHMAD

Disusun Oleh :

Nama : Erika Lestariningsih

NIM : P27224020012

Kelas : D IV Kebidanan Alih Jenjang Reguler A

PROGRAM STUDI DIPLOMA-IV KEBIDANAN JURUSAN KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA

2021

1
ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI, BALITA DAN ANAK PRA SEKOLAH
PADA BAYI NY. D CUKUP BULAN DENGAN BERAT BADAN LAHIR NORMAL
DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN DEWI AHMAD

Disusun Oleh :

Nama : Erika Lestariningsih

NIM : P27224020012

Kelas : D IV Kebidanan Alih Jenjang Reguler A

Tanggal Pelaksanaan 08 Maret sampai dengan 04 April 2021

Disetujui tanggal............

Dosen Pembimbing, Pembimbing Lahan,

Asti Andriyani, S.S.T.,M.Keb Eko Sulistyowati, S.Tr.Keb


NIP. 19820731200912 2 001 NIP. 19681122199103 2 003

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

2
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan pada
masa neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian
fisiologis agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat
dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus.
Diperkirakan 2/3 kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada masa
neonatus. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan
berbagai perubahan biokimia dan faali. (Depkes,2008).
Masalah pada neonatus biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik
terjadi pada masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi
juga kecacatan. Masalah ini timbul sebagai akibat buruknya kesehatan ibu,
perawatan kehamilan yang kurang memadai, manajemen persalinan yang tidak
tepat dan tidak bersih, kurangnya perawatan bayi baru lahir. Kalau ibu
meninggal pada waktu melahirkan, si bayi akan mempunyai kesempatan hidup
yang kecil. (Depkes,2008).
Angka Kematian Bayi (AKB) Angka Kematian Bayi tahun 2014 di Kab.
Sukoharjo terdapat 135 kematian. Oleh karena itu estimasi Angka Kematian
bayi pada tahun 2014 adalah 10,43/ 1.000 Kelahiran Hidup. Jumlah kematian
bayi pada tahun 2014 meningkat sangat signifikan bila dibanding tahun 2013
sebanyak 37 kematian bayi. Jumlah kematian tertinggi di Kecamatan Weru 18
kasus dan Kecamatan Polokarto 16 kasus. Profil Kesehatan Kabupaten
Sukoharjo Tahun 2014. Angka Kematian Anak Balita (AKABA) Pada tahun
2014 berdasarkan data laporan register dari bidan desa dan Rumah Sakit
terdapat 20 kematian balita. Dibandingkan tahun 2013 yang dilaporkan ada 21
kematian balita sehingga ada penurunan jumlah kematian, Kematian balita
tertinggi di Kecamatan Grogol, Baki dan Kartasura masing masing 3 kematian
balita. (Depkes,2014).
Tingkat kesehatan ibu dan anak merupakan salah salah satu indikator di
suatu negara. Angka kematian maternal dan neonatal masih tinggi, salah satu
faktor penting dalam upaya penurunan angka tersebut dengan memberikan
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas keadaan
masyarakat yang belum terlaksana. (Prawirohardjo, 2009 ).
Menurut WHO, setiap tahunnya kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi
lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di
Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa
BBL (usia dibawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat satu bayi meninggal.
Penyebab kematian BBL di indonesia adalah BBLR 29%, Asfiksia 27%, trauma
lahir, Tetanus Neonatorum, infeksi lain dan kelainan kongenital (Depkes, 2008)

3
Untuk mampu mewujudkan koordinasi dan standar pelayanan yang
berkualitas maka petugas kesehatan dibekali pengetahuan dan keterampilan
untuk dapat melaksanakan pelayanan essensial neonatal.

B. Rumusan Masalah
Dengan melihat tingginya angka kematian maternal dan neonatal, maka penulis
dapat mengetahui salah satu factor penting dalam penurunan angka tersebut.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan Bayi Baru Lahir berdasarkan
metode menajemen Varney.
2. Tujuan Khusus :
a. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian data subjektif dan data
objektif.
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa masalah dan diagnosa
kebutuhan.
c. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial
lain.
d. Mahasiswa mampu mengetahui kebutuhan bayi baru lahir.
e. Mahasiswa mampu merencanakan asuhan bayi baru lahir yang
menyeluruh.
f. Mahasiswa mampu melaksanakan perencanaan.
g. Mahasiswa mampu mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah
diberikan.
D. Manfaat
1. Bagi penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas tentang asuhan
bayi baru lahir, sebagai penerapan ilmu yang didapat selama perkuliahan.
dan mengaplikasikan asuhan pada bayi baru lahir.
2. Bagi ibu
Agar klien mengetahui dan memahami perubahan fisiologis yang terjadi
pada bayi serta masalah pada bayi sehingga timbul kesadaran bagi klien
untuk memperhatikan bayinya.

3. Bagi rumah bersalin atau bidan praktik mandiri

4
Hasil penulisan dapat memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan
untuk lebih meningkatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dan selalu
menjaga mutu pelayanan.
4. Bagi institusi pendidikan
Sebagai tambahan sumber perpustakaan dan perbandingan pada asuhan
kebidanan neonatus fisiologis.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. TEORI MEDIS
1. Pengertian Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah.
a. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia
kehamilan genap  37 minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat
badan antara 2500 gram sampai 4000 gram nilai apgar >7 dan tanpa
cacat bawaan. (Rukiyah, 2010)
b. Neonatus adalah bayi baru lahir sampai 28 hari pertama kehidupan
(Surasmi, 2003).
c. Bayi adalah manusia yang berusia 28 hari sampai usia 24 bulan.
d. Balita adalah singkatan dari bawah lima tahun. Manusia dalam masa
balita berumur 2 sampai 5 tahun. Pada masa-masa balita balita
biasanya sudah dapat berjalan atau berlari, menggunakan banyak
energi untuk melakukan aktivitas.
e. Anak pra sekolah yaitu anak yang berusia aniara 3-6 tahun menurut
Biechler dan Snowman (1993). 
2. Bayi Baru Lahir
a. Ciri-ciri Umum Bayi Baru Lahir Normal
1) Berat badan 2500-4000 gram;
2) Panjang badan 48-52 cm;
3) Lingkar dada 30-38 cm;
4) Lingkar kepala 33-35 cm;
5) Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180 kali/menit,
kemudian menurun sampai 120-140 denyut/menit;
6) Pernapasan pada menit pertama cepat kira-kira 80 kali/menit,
kemudian menurun setelah tenang kira-kira 40 kali/menit;
7) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subcutan yang
cukup terbentuk dan diliputi verniks kaseosa;
8) Rambut lanugo tidak terlihat lagi, rambut kepala biasanya telah
sempurna;
9) Kuku agak panjang dan lunak;
10) Genetalia : labia mayora sudah menutupi labia minora (pada
perempuan), testis sudah turun (pada laki-laki);
11) Reflek sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik

6
12) Reflek moro sudah baik, bayi ketika dikejutkan akan
memperlihatkan gerakan tangan seperti memeluk;
13) Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar dalam 48 jam
pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan (Wahyuni, 2012).
b. Masa Adaptasi Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi usia 0 – 28 hari, selama periode
ini bayi harus menyesuaikan diri dengan lingkungan ekstra uteri, yang
terbagi dalam dua masa antara lain :
1) Masa Portunate 
Masa portunate pada bayi berlangsung antara 15 - 30 menit
pertama sejak bayi lahir sampai tali pusatnya dipotong.
2) Masa Neonate
Masa neonate berlangsung dari pemotongan dan pengkatan tali
pusar sampai akhir mingggu kedua dari kehidupan pascamatur.
Ada empat penyesuaian utama yang harus dilakukan sebelum
anak dapat memperoleh kemajuan perkembangan tingkah laku,
yaitu :
a) Perubahan suhu dalam rahim ibu dengan suhu lingkungan.
b) Perubahan pernafasan, sebelum lahir bayi bernafas dengan
plasenta dan setelah lahir bernafas dengan paru-paru.
c) Dan menelan sebagai cara untuk memperoleh makanan yang
semula dari plasenta melalui tali pusat.
d) Cara pembuangan melalui organ-organ sekresi yang mana
sebelum lahir melalui plasenta dan tali pusat.
Pada masa neonatus, bayi akan lebih banyak tidur dan untuk
mempertahankan hidupnya dengan beberapa kemampuan antara lain :
1) Insting
Insting adalah kemampuan yang ada sejak lahir, bersifat
psikofisis yang bertujuan untuk memberikan reaksi terhadap
lingkungan dengan rangsangan yang khas dan terjadi tanpa
belajar. Misalanya : reaksi menyusui, kebutuhan akan rasa aman,
insting sosial yang memungkinkan anak berkomunikasi dengan
lingkungan misalnya senyum bila ibu mengajak bayi bicara.
2) Reflek
Refleks adalah gerakan yang terjadi secara otomatis/spontan
tanpa disadari pada bayi yang normal. Macam-macam reflek
pada bayi antara lain :

7
a) Tonic Neck reflek (reflek tonus leher) adalah gerakan
spontan otot kuduk, apabila bayi ditengkurapkan, maka
secara spontan bayi akan memiringkan kepalanya.
b) Rooting reflek (reflek menghisap) adalah reflek apabila ada
yang menyentuh disekitar mulut bayi, maka bayi akan
membuka mulutnya dan memiringkan kepalanya kearah
yang menyentuh.
c) Graps reflek (reflek menggenggam), apabila tangan kita
menyentuh telapak tangan bayi, maka bayi akan berusaha
menggenggam tangan kita dengan kuat.
d) Moro reflek adalah reaksi emosional yang timbul di luar
kemauan atau kesadaran bayi. Reflek ini seolah-olah bayi
mendekatkan tubuhnya pada orang yang mendekapnya.
e) Startle reflek (reflek mengehntak) adalah rekasi emosional
berupa hentakan dan gerakan seperti mengejang pada
lengan dan tangan dan sering diikuti dengan tangisan rasa
takut.
f) Stapping reflek bersifat reflek belajar seolah-olah akan
berjalan. (Rukiyah : 2013)
3) Kemampuan untuk belajar 
c. Perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir
Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) adalah proses penyesuaian
fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus.
1) Sistem pernapasan
Selama didalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran
gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran gas harus
melalui paru-paru bayi. Rangsangan untuk gerakan pernapasan
pertama :
a) Tekanan mekanik torak sewaktu melalui jalan lahir (stimulasi
mekanik).
b) Penurunan O2 dan kenaikan CO2 merangsang komereseptor
yang terletak disinus karotikus (stimulasi kimiawi).
c) Rangsangan dingin di daerah muka dan penurunan suhu
didalam uterus (stimulasi sensorik).
Pernapasan pertama pada bayi baru lahir normal terjadi dalam
waktu 30 detik pertama sesudah lahir. (Indrayani & Moudy, 2013).
2) Sirkulasi darah
Pada masa fetus darah dari plasenta melalui vena umbilikalis
sebagian ke hati, sebagian langsung keserambi kiri jantung,

8
kemudian ke bilik kiri jantung. Dari bilik kiri darah dipompa melalui
aorta keseluruh tubuh. Dari bilik kanan darah di pompa sebagian
ke paru dan sebagian melalui duktus arteriosus ke aorta. Setelah
bayi lahir, paru akan berkembang mengakibatkan tekanan arteriol
dalam paru menurun. Tekanan darah pada waktu lahir
dipengaruhi oleh jumlah darah yang melalui transfusi plasenta
dan pada jam-jam pertama sedikit menurun, untuk kemudian naik
lagi dan menjadi konstan kira-kira-kira 85/40 mmHg (Indrayani &
Moudy, 2013).
3) Perlindungan termal (termoregulasi)
Mekanisme pengaturan suhu tubuh ada bayi baru lahir belum
berfungsi sempurna, untuk itu perlu dilakukan upaya pencegahan
kehilangan panas dari tubuh bayi karena bayi beresiko
mengalami hipotermi. Beberapa mekanisme kehilangan panas
tubuh pada BBL menurut Wahyuni (2012) :
a) Evaporasi
Kehilangan panas terjadi karena menguapnya cairan pada
tubuh bayi.
b) Konduksi
Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung
antara tubuh bayi dan benda atau permukaan yang
temperaturnya lebih rendah.
c) Konveksi
Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi pada saat
tubuh bayi terpapar udara atau lingkungan yang
bertemperatur dingin.
d) Radiasi
Kehilangan panas badan bayi melalui pancaran/ radiasi dari
tubuh bayi kelingkungan sekitar bayi yang lebih dingin.
4) Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus, relatif lebih luas dari tubuh
orang dewasa sehingga metabolisme basal per KgBB akan lebih
besar, sehingga BBL harus menyesuaikan diri dengan lingkungan
baru sehingga energi diperoleh dari metabolisme karbohidrat dan
lemak.
5) Keseimbangan air dan fungsi ginjal
Fungsi ginjal belum sempurna karena :
a) Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa.

9
b) Ketidak seimbangan luas permukaan glomerulus dan volume
tubulus proksimal.
c) Renal blood flow relatif kurang bila dibanding dengan orang
dewasa (Indrayani & Moudy, 2013).
6) Immunoglobulin
a) Pada neonatus tidak terdapat sel plasma pada sumsum
tulang belakang dan lamina propia ilium dan apendiks.
b) Plasentan merupakan sawar sehingga fetus bebas dari
antigen dan stress imunologis.
c) Pada BBL hanya terdapat gama globulin G, sehingga
imunologi dari ibu dapat melalui plasenta karena berat
molekulnya kecil.
d) Tetapi bila ada infeksi yang dapat melalui plasenta (Lues,
toksoplasma, herpes simpleks) reaksi imunologis dapat terjadi
dengan pembentukan sel plasma dan antiboti gama A, G dan
M (Indrayani & Moudy, 2013)
7) Traktus digestivus
Traktus digestivus mengandung zat yang berwarna hitam
kehijauan yang disebut mekonium. Pengeluaran mekonium
biasanya dalam 10 jam pertama dan dalam 4 hari biasanya
tinjanya sudah berbentuk dan berwarna biasa. Gumoh sering
terjadi akibat dari hubungan esophagus bawah dengan lambung
belum sempurna, dan kapasitas dari lambung juga terbatas yaitu
+ 30 cc (Indrayani & Moudy, 2013).
8) Hati
Segera setelah lahir, terjadi kenaikan kadar protein dan
penurunan kadar lemak dan glikogen.
9) Keseimbangan asam basa
PH darah pada waktu lahir rendah karena glikolisis anaerobik.
(Indrayani & Moudy, 2013).
d. Pemeriksaan Pada BBL
Pengkajian setelah lahir terjadi dalam tiga tahapan. (Suwanti : 2007)
1) Tahap I
Segera selama menit-menit pertama kelahiran menggunakan
system scoring APGAR untuk fisik dan skrining GRAY untuk
interaksi bayi dengan orang tua.
Klasifikasi klinik :
a) Nilai 7-10 : bayi normal
b) Nilai 4-6 : bayi asfiksia ringan-sedang

10
c) Nilai 0-3 : bayi asfiksia berat
Skor
Tanda
0 1 2
A : Apperance colon Biru Badan Seluruh
(warna kulit) pucat merah, tubuh
ekstermitas kemerahan
biru
P : Pulse (frekuensi Tidak <100 >100
jantung) ada
G : Grimage Tidak Sedikit Menangis,
(rangsangan) ada gerakan, batuk,
minim bersin
A : Activity (aktivitas lumpuh Ekstermitas Gerakan
tonus otot) dalam sedikit aktif
fleksi
R : Respiration Tidak Lemah, tidak Menangis
(pernafasan) ada teratur kuat

2) Tahap II
Transisional selama aktivitas yaitu pengkajian selama 24 jam
pertama juga penting.
3) Tahap III
Periodic, pengkajian, setelah 24 jam pertama yaitu masing-
masing sistem tubuh diperiksa.
Penilaian APGAR dilakukan pada :
1’ : menentukan pelaksanaan resusitasi aktif (untuk mengetahui
apakah bayi menderita asfiksia atau tidak.
5’ : menentukan kemungkinan adanya gangguan neurologi di
kemudian hari untuk menghindari APGAR <7 maka penanganan
sebagai berikut :
a) Dilakukan pemeriksaan lender serta cairan pada mulut,
hidung, dan mata dengan kassa.
b) Posisi badan dibuat kepala lebih rendah agar cairan atau
lender keluar dari trachea dan faring, kemudian lendir
dihisap dengan penghisap lendir.
Keadaan umum : Bayi tampak sehat, aktif, tonus otot baik,
menangis kuat.
Vital sign
Berat Badan, BAK ± 3-8x/hari, BAB 1x/hari
Kemampuan menghisap
Warna kulit

11
Tidur 18-20 jam/hari
Pemeriksaan Reflek
Anak yang dilahirkan mempunyai sejumlah reflek, ini merupakan
dasar bayi untuk mengadakan reaksi dan tindakan aktif.
1) Reflek Permanen
Reflek urat achialis (kontraksi otot/bisa urat daging dipukul)
Reflek urat patelair (kontraksi bawah lutut bila dipukul)
Reflek pupil (pupil mengecil bila ada sinar)
2) Reflek sementara
Reflek morro/reflek peluk (reflek berkejut).
Reflek tonic neck (reflek otot leher) : anak akan mengangkat
leher dan menoleh jika ditelungkupkan
3) Reflek rooting : timbul karena stimulasi taktil pada pipi dan
daerah mulut anak bereaksi dengan memutar kepala
seakan-akan mencari putting susu.
4) Reflek sucking : timbul bersama rangsangan pipi untuk
menghisap putting susu dan menelan ASI.
5) Reflek babinsky : bila ada rangsangan pada telapak kaki, ibu
jari akan bergerak ke atas.
6) Reflek staping : jika bayi dibuat posisi berdiri, maka akan ada
gerakan seperti kaki melangkah ke depan walaupun belum
dapat berjalan.
e. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
Suhu tubuh, nadi, pernafasan bayi baru lahir bervariasi dalam
berespon terhadap lingkungan.
1) Suhu bayi
Suhu bayi dalam keadaan normal berkisar antara 36,5-37,5 0 C
pada pengukuran diaxila.
2) Nadi
Denyut nadi bayi yang normal berkisar 120-140 kali permenit.
3) Pernafasan
Pernafasan pada bayi baru lahir tidak teratur kedalaman,
kecepatan, iramanya. Pernafasannya bervariasi dari 30 sampai
60 kali permenit.

4) Tekanan darah

12
Tekanan darah bayi baru lahir rendah dan sulit untuk di ukur
secara akurat. Rata-rata tekanan darah pada waktu lahir adalah
80/64 mmHg.
f. Penatalaksanaan Awal Pada Bayi Baru Lahir
1) Membersihkan jalan nafas
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir.
Bila bayi baru lahir segera menangis spontan atau segera
menangis, hindari melakukan penghisapan secara rutin pada
jalan nafasnya karena penghisapan pada jalan nafas yang tidak
dilakukan secara hati-hati dapat menyebabkan perlukaan pada
jalan nafas hingga terjadi infeksi, serta dapat merangsang
terjadinya gangguan denyut jantung dan spasme (gerakan
involuter dan tidak terkendali pada otot, gerakan tersebut diluar
kontrol otak). Pada laring dan tenggorokan bayi. Bayi normal
akan segera menangis segera setelah lahir. Apabila tidak
langsung menangis maka lakukan:
a) Letakkan bayi pada posisi telentang di tempat yang keras
dan hangat.
b) Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang.
c) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi
dengan jari tangan yang dibungkus kassa steril.
d) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2 – 3 kali atau
gosok kulit bayi dengan kain kering dan kasar agar bayi
segera menangis.
2) Memotong dan merawat tali pusat
Setelah bayi lahir, tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut
bayi dengan gunting steril dan diikat dengan pengikat steril. Luka
tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan perawatan terbuka
tanpa dibubuhi apapun.
3) Mempertahankan suhu tubuh bayi
Cegah terjadinya kehilangan panas dengan mengeringkan
tubuh bayi dengan handuk atau kain bersih kemudian selimuti
tubuh bayi dengan selimut atau kain yang hangat, kering, dan
bersih. Tutupi bagian kepala bayi dengan topi dan anjurkan ibu
untuk memeluk dan menyusui bayinya serta jangan segera
menimbang atau memandikan bayi baru lahir karena bayi baru
lahir mudah kehilangan panas tubuhnya.

4) Pemberian vitamin K

13
Kejadian perdarahan karena defisiensi Vitamin K pada bayi
baru lahir dilaporkan cukup tinggi, sekitar 0,25 – 0,5 %. Untuk
mencegah terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi baru lahir
normal dan cukup bulan perlu diberi Vitamin K peroral 1 mg/hari
selama 3 hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberi Vitamin K
perenteral dengan dosis 0,5-1 mg IM.
5) Upaya profilaksis terhadap gangguan mata.
Pemberian obat tetes mata Eritromisin 0,5% atau Erlamycetin
1% dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia
(penyakit menular seksual). (Abdul Bari Saifuddin, 2009) Tetes
mata / salep antibiotik tersebut harus diberikan dalam waktu 1
jam pertama setelah kelahiran. Upaya profilaksis untuk gangguan
pada mata tidak akan efektif jika tidak diberikan dalam 1 jam
pertama kehidupannya. Teknik pemberian profilaksis mata :
a) Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir.
b) Jelaskan pada keluarganya tentang apa yang anda lakukan,
yakinkan mereka bahwa obat tersebut akan sangat
menguntungkan bayi.
c) Berikan salep / teki mata dalam satu garis lurus, mulai dari
bagian mata yang paling dekat dengan hidung bayi menuju ke
bagian luar mata.
d) Jangan biarkan ujung mulut tabung / salep atau tabung
penetes menyentuh mata bayi.
e) Jangan menghapus salep / tetes mata bayi dan minta agar
keluarganya tidak menghapus obat tersebut.
6) Identifikasi
Apabila bayi dilahirkan di tempat bersalin yang
persalinannya mungkin lebih dari satu persalinan, maka sebuah
alat pengenal yang efektif harus diberikan kepada setiap bayi
baru lahir dan harus tetap di tempatnya sampai waktu bayi
dipulangkan. Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu
tersedia di tempat penerimaan pasien, di kamar bersalin, dan di
ruang rawat bayi. Alat yang digunakan hendaknya kebal air,
dengan tepi yang halus dan tidak mudah melukai, tidak mudah
sobek dan tidak mudah lepas. Pada alat identifikasi harus
tercantum: nama (bayi, nyonya), tanggal lahir, nomor bayi, jenis
kelamin, unit, nama lengkap ibu. Di setiap tempat tidur harus di
beri tanda dengan mencantumkan nama, tanggal lahir dan nomor
identifikasi. Sidik telapak kaki bayi dan sidik jari ibu harus dicetak

14
di catatan yang tidak mudah hilang. Sidik telapak kaki bayi harus
dibuat oleh personil yang berpengalaman menerapkan car ini,
dan dibuat dalam catatan bayi. Bantalan sidik jari harus disimpan
dalam ruangan bersuhu kamar. Ukurlah berat lahir, panjang bayi,
lingkar kepala, lingkar perut dan catat dalam rekam medik.
7) Mulai Pemberian ASI
Pastikan bahwa pemberian ASI dimulai dalam waktu 1 jam
setelah bayi lahir. Jika mungkin, anjurkan ibu untuk memeluk dan
mencoba untuk menyusukan bayinya segera setlah tali pusat
diklem dan dipotong berdukungan dan bantu ibu untuk
menyusukan bayinya. Keuntungan peberian ASI:
a) Merangsang produksi air susu ibu
b) Memperkuat reflek menghisab bayi
c) Mempromosikan keterikatan antara ibu dan bayinya
d) Memberikan kekebalan pasif segera kepada bayi melalui
kolostrum
e) Merangsang kontraksi uterus
Posisi untuk menyusui :
a) Ibu memeluk kepala dan tubuh bayi secara urus agar muka
bayi menghadapi ke payudara ibu dengan hidung di depan
puting susu ibu.
b) Perut bayi menghadap ke perut ibu dan ibu harus menopang
seluruh tubuh bayi tidak hanya leher dan bahunya.
c) Dekatkan bayi ke payudara jika ia tampak siap untuk
menghisap puting susu, karena dapat :
(1) Membantu bayinya untuk menempelkan mulut bayi pada
puting susu di payudaranya.
(2) Dagu menyentuh payudara ibu.
(3) Mulut terbuka lebar.
(4) Mulut bayi menutupi sampai ke areola.
(5) Bibir bayi bagian bawah melengkung keluar.
(6) Bayi menghisap dengan perlahan dan dalam, serta
kadang-kadang berhenti.
g. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
1) Sebelum bayi lahir, segera di periksakan di ruang VK. Alat-alat
yang dibutuhkan :
a) Alat penghisap lendir (aseptor aspirator).
b) Tabung oksigen dan alat untuk membantu pernafasan bayi.

15
c) Alat resusitasi untuk pemasaran seperti laringaskop kecil,
kanula trachea, masker ventilaton kecil.
d) Obat-obatan lain seperti glukosa 40%, larutan bikarbonat
75%, kalorfin sebagai antidotum morfin dan bethidin.
e) Alat pemotong tali pusat, alat pengikat tali pusat, obat
antiseptic,kain kassa steril untuk merawat tali pusat.
f) Tanda pengenal bayi (identifikasi) sesuai dengan ibunya.
g) Tempat tidur berserta kain katon/selimut, dan incubator
h) Kapas, baju steril yang dipakai penolong.
i) Stopwatch dan thermometer.
j) Ruang yang sesuai dengan bayi, suhu 30⁰C
2) Pertolongan Pada Waktu Bayi Baru Lahir
a) Mulai melakukan pembersihan lender. Pada saat keluar
dengan membersihkan mulut, hidung, dan mata dengan
kassa steril.
b) Jam lahir di catat dengan stopwatch.
c) Lendir dihisap sebersih mungkin sambil bayi ditidurkan
dengan kepala lebih rendah dari kaki dan kaki dalam posisi
sedikit ekstensi, supaya lender mudah keluar.
d) Tali pusat diikat dengan baik dan bekas luka diberi antiseptic
kemudian dijepit dengan klem jepit plastic atau ikat dengan
benang tali pusat.
e) Segera setelah lahir, bayi sehat akan menangis kuat,
bernafas, serta menggerakkan tangan dan kakinya, kulit
berwarna kemerahan.
f) Bayi dibersihkan dan dimandikan dengan air hangat (suam-
suam kuku) dari lumuran darah, air ketuban, mekonium,
vernik kaseosa. Adapun yang membersihkannya dengan
minyak kelapa atau minyak zaitun.
g) Menilai APGAR score.
h) Bayi ditimbang berat badannya dan diukur panjang
badannya saat setelah lahir kemudian catat hasilnya,
i) Perawatan mata bayi, dibersihkan kemudian beri salep/obat.
(1) Metode crase : dengan tetesan nitras 1-2% sebanyak 2
tetes pada masing-masing mata.
(2) Penicillin salep atau geramicin salep mata.
j) Pemeriksaan anus, alat genetalia eksterna dan jenis kelamin
bayi. Pada bayi laki-laki, periksa apakah ada atau
didapatkan fimosis desconsus testis krilorum telah lengkap

16
atau belum. Di beberapa Negara barat pada bayi laki-laki
segera lakukan, apalagi bila terjadi femosis.
k) Bayi akhirnya diperlihatkan kepada ibu, ayah, dan keluarga
yang mendampingi. (Mochtar, 1998).
3. Kebutuhan Imunisasi Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah
a. Kebutuhan Imunisasi
1) Pengertian Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak
diimunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit
tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit tetapi
belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain.
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan /
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
(Buku Ajar Imunisasi, 2015)
Imunisasi dasar lengkap adalah pemberian imunisasi Hb-0
1x, BCG 1x, DPT-Hb-HIB 3x , Polio 4x, IPV 1x dan Campak 1x
sebelum bayi berusia 1 tahun.(Buku Ajar Imunisasi, 2015)
2) Tujuan Pemberian Imunisasi
Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada
seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada
sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan
penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar (Ranuh
dkk, 2000). Memberikan kekebalan terhadap penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi yaitu polio, campak, difteri, pertusis,
tetanus, TBC, dan hepatitis B (Depkes, 2000).
3) Syarat Imunisasi
Menurut Depkes RI (2005), dalam pemberian imunisasi ada
syarat yang harus diperhatikan yaitu : diberikan pada bayi atau
anak yang sehat, vaksin yang diberikan harus baik, disimpan
pada lemari es dan belum lewat masa berlakunya, pemberian
imunisasi dengan teknik yang tepat, mengetahui jadwal imunisasi
dengan melihat umur dan jenis imunisasi yang telah diterima,
meneliti jenis vaksin yang diberikan, memberikan dosis yang akan
diberikan, mencatat nomor batch pada buku anak atau kartu
imunisasi serta memberikan informed concent kepada orang tua
atau keluarga sebelum melakukan imunisasi yang sebelumnya
telah dijelaskan kepada orang tuanya tentang manfaat dan efek

17
samping atau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang timbul
setelah pemberian imunisasi.
4) Macam-macam Imunisasi Dasar Menurut Theophilus (2007)
a) Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerrin)
Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette Guerrin
hidup yang dilemahkan, diberikan secara intra cutan dengan
dosis 0,05 ml pada insertio muskulus deltoideus.
Kontraindikasi untuk vaksinasi BCG adalah penderita
gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita leukemia,
penderita yang menjalani pengobatan steroid jangka panjang,
penderita infeksi HIV). Reaksi yang mngkin terjadi :
(1) Reaksi local : 1-2 minggu setelah penyuntikkan, pada
tempat suntikan timbul kemerahan dan benjolan kecil
yang teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah
menjadi pustule (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan
membentuk luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya
sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu
dengam meningkatkan jaringan parut yang disebut scar.
Bila tidak ada scar berarti imunisasi BCG tidak jadi, maka
bila tidak jadi akan diulang dan bayi sudah berumur lebih
dari 2 bulan harus dilakukan uji Mantoux (tuberculin).
(2) Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening
ketiak atau leher tanpa disertai nyeri tekan maupun
demam yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan.
Kemungkinan yang mungkin timbul :
(a) Pembentukan abses (penimbunan nanah) di
tempat penyuntikkan karena penyuntikkan terlalu
dalam. Abses ini akan menghilang secara spontan.
Untuk mempercepat penyembuhan, bila abses
telah matang, sebaiknya dilakukan aspirasi
(penghisapan abses dengan menggunakan jarum)
dan bukan disayat.
(b) Limfadenis supurativa, terjadi jika penyuntikkan
dilakukan dilakukan terlalu dalam atau dosisnya
terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam
waktu 2-6 bulan.
b) Imunisasi DPT (Difteri Pertusis dan Tetanus)
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3 in 1 yang
melindungi terhadap difetri, pertusis, dan tetanus. Difteri

18
adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan
dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius dan fatal.
Pertusis (batuk rejak) adalah infeksi bakteri pada saluran
udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta
bunyi pernafasan yang melengking. Pertusis berlangsung
selama beberapa minggu dan dapat meneyebakan serangan
batu hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau
minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi yang
serius seperti pneumonia, kejang, dan kerusakan otak.
Tetanus adalah infeksi yang bisa menyebabkan kekakuan
pada rahang serta kejang.
Vaksin DPT dapat diberikan kepada anak yang berumur
kurang dari 7 bulan. Biasanya vaksin DPT terdapat dalam
bentuk suntikkan, yang disuntikkan pada otot paha secara
sub kutan. Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu
pada anak saat umur 2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II), 4
bulan (DPT III), selang waktu tidak kurang dari 4 minggu
dengan dosis 0,5 ml.
DPT sering menimbulkan efek samping yang ringan
seperti demam ringan atau nyeri di tempat penyuntikkan
selama beberapa har. Efek samping tersebut terjadi karena
adanya komponen pertusis di dalam vaksin. Pada kurang dari
1% penyuntikkan DPT menyebabkan komplikasi sebagai
berikut :
(1) Demam tinggi (> 40,5⁰C)
(2) Kejang
(3) Kejang demam (resiko lebih tinggi pada anak yang
sebelumnya pernah mengalami kejang atau terdapat
riwayat kejang dalam keluarga)
(4) Syok ( kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon)
Kontraindikasi dari pemberian imunisasi DPT adalah jika
anak mempunyai riwayat kejang. Pemberian imunisasi yang
boleh diberikan adalah DT, yang hanya dapat diperoleh di
Puskemas (kombinasi toksoid difteria dan tetanus (DT) yang
mengandung 10-12 Lf dapat diberikan pada anak yang
memiliki kontraindikasi terhadap pemberian vaksin pertusis)
(Ranuh,dkk, 2005).
1-2 hari setelah mendapat imunisasi ini, mungkin akan
terjadi demam ringan, nyeri, kemerahan, atau pembengkakan

19
di tempat penyuntikkan. Untuk mengatasi nyeri dan
menurunkan demam, dapat diberikan asetaminofen atau
ibuprofen. Untuk mengurangi nyeri ditempat pennyuntikkan
juga dapat dilakukan kompres hangat atau lebih sering
menggerak-gerakan lengan maupun tulang yang
bersangkutan.
c) Imunisasi Polio
Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap
penyakit poliomyelitis. Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan
kelumpuhan pada salah satu maupun kedua lengan atau
tungkai. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-
otot pernafasan dan otot untuk menelan. Polio bisa
menyebabkan kematian. Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali
(polio I,II,III, dan IV) dengan interval tidak kurang dari 4
minggu. Vaksin polio deiberikan sebanyak 2 tetes (0,2 ml)
langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok
yang berisi air gula. Kontraindikasi pemberian vaksin polio :
(1) Diare
(2) Gangguan kekebalan (karena obat imunosupresan,
kemoterapi, kortikosteroid)
(3) Kehamilan
Efek samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan
dan kejang-kejang. Dosis pertama dan kedua diperlukan
untuk menimbulkan respon kekebalan primer, sedangkan
dosis ketiga dan keempat diperlukan untuk meningkatkan
kekuatan antibody sampai tingkat yang tertinggi.
d) Imunisasi Campak
Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap
penyakit campak. Imunisasi campak diberikan sebanyak 1
dosis pada saat anak berumur 9 bulan dan diulang 6 bulan
kemudian. Vaksin disuntikkan secara sub kutan sebanyak 0,5
mL. jika terjadi wabah campak, dan ada bayi yang belum
berusia 9 bulan, maka imunisasi campak boleh diberikan.
Kontraindikasi pemberian vaksin campak adalah sebagai
berikut :
(1) Infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38⁰C
(2) Gangguan system kekebalan
(3) Pemakaian obat imunosupresan
(4) Alergi terhadap protein telur

20
(5) Hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin
(6) Wanita hamil
Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam
kulit, diare, konjungtivitis, dan gejala katarak serta ensefalitis
(jarang).
e) Imunisasi HB (Hepatitis B)
Imunisasi HB memberikan kekebalan terhadap hepatitis
B. Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa
menyebabkan kanker hati dan kematian. Dosis pertama (HB
0) diberikan segera setelah bayi lahir atau kurang dari 7 hari
setelah kelahiran. Pada umur 2 bulan, bayi mendapat
imunisasi HB 1 dan 4 minggu kemudian mendapat imunisasi
HB II. Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan
selang waktu 1 bulan. Vaksin disuntikkan pada otot paha
secara sub kutan dalam dengan dosis 0,5 ml.
Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat
sebaiknya ditunda samapi anak benar-benar pulih. Efek
samping dari vaksin HB adalah efek local (nyeri di tempat
suntikan) dan sistemik (demam ringan, lesu, perasaan tidak
enak pada saluran pencernaan), yang akan hilang dalam
beberapa hari.
b. Jadwal Imunisasi
1) Imunisasi Dasar
Umur Jenis
0 bulan Hepatitis B0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2
3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3
4 bulan DPT-Hb-Hib 3, Polio 4
9 bulan Campak

2) Imunisasi lanjutan pada anak <3 tahun (imunisasi booster)


Umur Jenis
18 bulan DPT-HB-Hib
24 bulan Campak

3) Imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah dasar


Waktu
Sasaran Imunisasi
Pelaksanaan
Campak Agustus
Kelas 1 SD
DT November
Kelas 2 SD Td November
Kelas 3 SD Td November

21
B. TEORI KEBIDANAN
1. Manajemen Kebidanan
Menurut Hallen Varney ada 7 langkah dalam manajemen kebidanan yaitu:
a. Langkah I : Pengkajian (Pengumpulan Data Dasar)
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan
semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien.
Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi
yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien.
(Ambarwati, 2010), meliputi :
1) Data Subjektif
Yaitu informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang
diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada pasien atau
klien (anamnesis) atau dari keluarga (Hidayat, 2008).
a) Biodata Pasien :
(1) Nama bayi
Digunakan untuk membedakan antar bayi yang satu
dengan yang lain. (Marmi, 2012)
(2) Umur
Untuk menginterprestasi apakah data pemeriksaan klinis
bayi tersebut normal sesuai dengan umurnya.
(Matondang, 2013)
(3) Tanggal / jam lahir
Untuk mengetahui kapan bayi lahir. (Kosim, 2004)
(4) Berat badan/panjang badan
Untuk mengetahui berat badan bayi, mengidentifikasi
dan mengantisipasi masalah yang berhubungan dengan
berat lebih rendah dan untuk mengukur panjang badan
bayi. Normal berat badan bayi adalah 2500-4000 gram
dan panjang badan bayi 48-52 cm. (Putra, 2012)
(5) Jenis kelamin
Untuk penilaian data pemeriksaan klinis, misalnya nilai-
nilai baku, insiden seks, penyakit-penyakit seks.
(Matondang, 2013)
(6) Nama ibu/ayah
Nama jelas dan lengkap, agar tidak keliru dengan orang
lain. (Matondang, 2013)
(7) Umur
Untuk menambah keakuratan data. (Matondang, 2013)

22
(8) Pekerjaan
Guna untuk mengetahui dan mengukur tingkat social
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi
pasien tersebut. (Ambarwati, 2010)
(9) Agama dan suku bangsa
Untuk memantapkan identitas serta untuk mengetahui
perilaku seseorang tentang kesehatan dan penyakit
yang sering berhubungan dengan agama dan suku
bangsa. (Matondang, 2013)
(10) Pendidikan
Berperan dalam pendekatan selanjutnya sesuai tingkat
pengetahuannya. (Matondang,2013)
(11) Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan. (Matondang, 2013)
b) Data Ibu
Data ibu yang meliputi :
Riwayat obstetri, frekuensi ANC, Imunisasi TT, Obat/jamu
yang dikonsumsi, kenaikan BB, riwayat penyakit penyerta,
komplikasi selama hamil, serta riwayat persalinan terakhir.
c) Keadaan BBL
2) Data Objektif
Pencatatan dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan
khusus kebidanan, data penunjang. (Hidayat, 2008).
a) Pemeriksaan Khusus
Dilakukan dengan pemeriksaan apgar score pada menit
pertama, kelima, dan kesepuluh untuk mengetahui gejala
sisa, meliputi : Appearance (warna kulit), Pulse rate
(frekuensi nadi), Grimace (reaksi rangsang), Activity (tonus
otot), Respiration (pernafasan). (Kosim, 2005)
b) Pemeriksaan Umum
(1) Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan umum baik, sedang, lemah
dari pasien (Saifuddin, 2003).
(2) Kesadaran
Untuk mengetahui kesadaran bayi meliputi tingkat
kesadaran (sadar penuh yaitu memberikan respon yang
cukup terhadap stimulus yang diberikan, apatis yaitu
acuh tak acuh terhadap keadaan sekitarnya, gelisah

23
yaitu tidak responsive terhadap rangsangan ringan dan
masih memberikan respon terhadap rangsangan yang
kuat, koma yaitu tidak dapat bereaksi terhadap stimulus
atau rangsangan apapun) gerakan yang ekstrem dan
ketegangan otot. (Hidayat, 2009)
(3) Tanda-tanda Vital, meliputi :
(a) Nadi
Untuk mengetahui jumlah denyut nadi bayi dalam
satu menit, sehingga diketahui normal atau
tidaknya nadi bayi tersebut. Normalnya yaitu 120-
160 kali/menit. (Putra, 2012)
(b) Pernafasan BBL normal 30-60 kali/menit, tanpa
retraksi dada dan tanpa suara merintih pada fase
ekspirasi. (Sudarti, 2013)
(c) Suhu
Untuk mengetahui bayi hipotermi atau tidak. Suhu
bayi normalnya adalah 36,5-37,7⁰C. (Sudarti,
2013)
c) Pemeriksaan Fisik
(1) Kepala
Periksa sutura, molase, caput succedaneum, cephal
hematoma, hidrosefalus, ubun-ubun kecil. (Sudarti,
2013)
(2) Keluar nanah, bengkak pada kelopak mata, perdarahan
subkonjungtiva dan kesimetrisan. (Sudarti, 2013)
(3) Hidung
Periksa kebersihannya. (Sudarti, 2013)
(4) Telinga
Untuk memeriksa posisi telinga, apakah bayi
terkejut/menangis dalam reaksi terhadap bunyi yang
keras. (Varney, 2007)

(5) Mulut
Adakah kemungkinan adanya kelainan kongenital labio-
palatoskisis, trush, sianosis, mukosa kering/basah.
(Sudarti, 2013).
(6) Leher

24
Adakah pembesaran kelenjar tiroid, adakah keretakan
pada clavikula (normal, rata atau tanpa gumpalan di
sepanjang tulang simetris). (Varney,2007)
(7) Dada
Periksa bentuk dada, putting susu, bunyi jantung, dan
pernafasan. (Sudarti, 2013)
(8) Abdomen
Penonjolan sekitar tali pusat saat menangis, bentuk,
perdarahan tali pusat, dinding perut, adanya benjolan,
gastroskisis, omfalokel. (Sudarti, 2013)
(9) Kulit
Memeriksa adanya laserasi, tanda lahir, ruam,
mongolian, memar, dan setiap trauma kelahiran.
(Chapman, 2006)
(10) Genetalia
Kelamin laki-laki : testis berada dalam penis berlubang
dan ada di ujung penis. Kelamin perempuan : vagina,
uretra berlubang, labia mayora, dan labia minora.
(Sudarti, 2013)
(11) Ekstermitas
Adakah kelainan seperti polidaktili atau sinidaktili,
adakah tulang yang retak misalnya clavikula. (Varney,
2007)
(12) Tulang Punggung
Adakah kerusakan yang terlihat misalnya masa, lekuk
atau tonjolan. (Varney, 2007)
(13) Anus
Berlubang atau tidak, fungsi spingter ani. (Sudarti, 2013)
d) Pemeriksaan Reflek
(1) Reflek morro
Tangan pemeriksa menyangga pada punggungg
dengan posisi 45 derajat, dalam keadaan rileks kepala
dijatuhkan 10 derajat, normalnya akan terjadi abduksi
sendi bahu dan ekstensi lengan. (Dewi, 2012)
(2) Reflek rooting
Yaitu mencari putting susu dengan rangsangan taktil
pada pipi dan daerah mulut. (Dewi, 2012)
(3) Reflek walking

25
Yaitu bayi akan menunjukkan respon berupa gerakan
berjalan dan kaki akan bergantian dari fleksi ke ekstensi.
(Dewi, 2012)
(4) Reflek grasping
Bayi akan menggenggam dengan kuat saat pemeriksa
meletakkan jari telunjuk pada palmar yang ditekan
dengan kuat. (Dewi, 2012)
(5) Reflek sucking
Reflek menghisap dan menelan yaitu dilihat pada waktu
bayi menyusu. (Dewi, 2012)
(6) Reflek tonic neck
Letakkan bayi dalam posisi terlentang, putar kepala ke
satu sisi dengan badan ditahan, ekstermitas terekstensi
pada sisi kepala yang diputar, tetapi ekstermitas padda
ssi lain fleksi. Pada keadaan normal, bayi akan
berusaha untuk mengembalikan kepala ketika diputar ke
sisi pengujian saraf asesori. (Dewi, 2012)
e) Pemeriksaan Antropometri
(1) Lingkar kepala
Pengukuran ini dilakukan dengan meletakkan pita
melingkar pada lingkar oksipito-frontal. Pengukuran
yang dicatat adalah rata-rata dari tiga kali pengukuran,
normlanya pada bayi 32-37 cm. (Chapman, 2006)
(2) Lingkar dada
Deteksi dini bayi berat lahir rendah, normalnya adalah
30-38 cm. (Putra, 2012)
(3) Berat badan
Menimbang berat badan tujuannya untuk mengetahui
pertumbuhan bayi sehingga diketahui normal atau
tidaknya pertumbuhannya. Berat badan normal bayi
adalah 2500-4000 gram. (Putra, 2012)
(4) Panjang badan
Bervariasi antara 48-52 cm. (Dewi, 2012)

f) Pola Eliminasi
Bayi baru lahir normal biasanya BAK lebih dari 6 kali per
hari. Dicurigai diare apabila frekuensi meningkat, tinja hijau
atau mengandung lender atau darah. (Sudarti, 2013)

26
g) Data Penunjang
Data yang diperoleh dari pemeriksaan laboratorium
(Sulistyawati, 2009)

b. Langkah II : Interpretasi Data


Pada langkah ini melakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnosis, masalah, dan kebutuhan bayi berdasarkan data-data yang
telah dikumpulkan. (Sudarti, 2013)
1) Diagnose kebidanan
Menurut Hani dkk (2010), diagnose kebidanan adalah diagnose
yang tegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan
memenuhi standart nomenklatur diagnosis kebidanan.
a) Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang menggambarkan
pendokumentasian hanya pengumpulan data klien melalui
anamnesis tanda gejala subjektif yang diperoleh dari
bertanya dari pasien dan atau keluarga. (Rukiyah dkk, 2009)
b) Data Objektif
Data objektif adalah data yang menggambarkan
pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien, yang
dirumuskan dalam data focus. (Rukiyah dkk, 2009)
2) Masalah
Adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang
ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis.
(Hani dkk, 2010)
3) Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang didapatkan
dengan melakukan analisis data. (Hani dkk, 2010)

c. Langkah III : Diagnosa Potensial


Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnose
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi memungkinkan
dilakukan pencegahan dan kolaborasi dengan dokter dapat dilakukan,
menunggu sambil menunggu pasien, bidan bersiap-siap bila masalah
potensial ini benar-benar terjadi (Varney, 2007).

d. Langkah IV : Antisipasi

27
Pada langkah ini perlunya tindakan segera bidan atau dokter dan
atau ada hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai kondisi bayi. (Sudarti,
2013)

e. Langkah V : Perencanaan
Langkah-langkah ini ditemukan oleh langkah-langkah
sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnose
yang telah teridentifikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan yang
menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi
pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan
dengan kerangka pedoman antisipasi bagi pasien tersebut yaitu apa
yang akan terjadi berikutnya (Ambarwati, 2010)

f. Langkah VI : Implementasi
Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan dilaksanakan secara efisien dan aman (Sulistyawati, 2009).

g. Langkah VII : Evaluasi


Merupakan tahap akhir dalam manajemen kebidanan, yakni
dengan melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan
yang dilakukan bidan. Evaluasi sebagai bagian dari proses yang
dilakukan secara terus-menerus untuk meningkatkan pelayanan
secara komprehensif dan selalu berubah sesuai dengan kondisi atau
kebutuhan klien. (Hidayat, 2008)

BAB III
TINJAUAN KASUS

28
No / Kode Keterampilan : No Dukumen :

Tempat praktik : Praktik Mandiri Bidan Dewi Ahmad


No.Reg :-
Tanggal ; Jam : 22 Maret 2021 ; 06.00 WIB
Oleh : Erika Lestariningsih

I. PENGKAJIAN DATA
A. Data Subjektif
1. Identitas
Bayi
a. Nama : Bayi Ny. D
b. Tanggal, jam lahir : 21 Maret 2021, 18.10 WIB
c. Jenis Kelamin : Perempuan
Orang Tua

Nama Ibu : Ny. D Nama Suami : Tn. S


Umur : 32 tahun Umur : 32 tahun
Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Genengan 24 / 11, Jatikuwung, Jatipuro, Karanganyar

2. Data Ibu
a. Riwayat obstetric : G3P2A0 UK :41+1 minggu
b. Frekuensi ANC : 12 kali
Di Puskesmas Jatipuro : 5 kali
Di PMB Dewi Ahmad : 7 kali
c. Imunisasi TT (status) : TT5
d. Obat-obatan / jamu yang diminum : Tidak ada
e. Kenaikan berat badan : 14 kg
f. Riwayat penyakit penyerta : Tidak ada
g. Komplikasi selama hamil : Tidak ada

h. Riwayat persalinan terakhir


Tanggal / Jam : 21 Maret 2021, 18.10 WIB
Jenis Persalinan : Normal, spontan
Penolong : Bidan
Tempat Persalinan : di PMB Dewi Ahmad

29
Lama Persalinan : 6-7 Jam
Komplikasi / penyulit : Tidak ada
3. Keadaan BBL
a. Antopometri
Berat Badan Lahir : 3800 gram
Panjang Badan Lahir : 49 cm
Lingkar Kepala : 32 cm
Lingkar Dada : 33 cm
Lingkar Lengan Atas : 12 cm
b. APGAR Score
Menit ke- 1 :8
Menit ke- 5 : 10
Menit ke-10 : 10
c. Keadaan fisik : Baik
d. Penanganan awal BBL : Bersihkan jalan nafas
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Tanda-tanda Vital
Nadi : 130 kali / menit
Suhu : 37,2°C
Respirasi : 46 kali / menit
c. Berat badan : 3800 gram
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Rambut hitam, ubun-ubun teraba, tidak ada oedema
b. Mata : Simetris, gerakan mata baik, sklera putih
c. Telinga : Simetris, ada lubang telinga, tidak ada kelainan
d. Hidung : Simetris, tidak ada fraktur, cuping hidung negatif,
tidak ada sekret
e. Mulut : Bersih, reflek hisap baik
f. Leher : Pergerakan baik, tidak ada trauma, vena teraba
g. Dada : Simetris, tidak ada tarikan dinding dada, tidak ada
fraktur
h. Bahu, lengan, tangan : tidak ada fraktur, bahu simetris, tangan
sama panjang, bergerak aktif, jumlah jari lengkap.
i. Abdomen : Bentuk bulat memanjang, tidak ada benjolan, tidak
ada peradangan tali pusat.
j. Punggung : Tidak ada kelainan

30
k. Genetalia dan anus : Labia mayora menutupi labia minora, terdapat
lubang uretra dan anus
l. Tungkai dan kaki : Simetris, sama panjang, tidak ada trauma,
jumlah jari lengkap, gerak aktif
m. Punggung : Tidak ada pembengkakan, tidak ada kelainan
punggung
n. Kulit : Tidak ada ruam, tidak ada edema, warna kemerahan
3. Pola Pemenuhan Kebutuhan Dasar
a. Nutrisi : ASI dengan pemberian secara langsung
b. Eliminasi
BAK : Sudah berwarna jernih, 3 kali
BAB : Sudah berupa mekonium
c. Hygiene : Bayi belum dimandikan
d. Perawatan tali pusat : perawatan dengan membungkus tali pusat
menggunakan kassa kering steril
4. Perawatan penunjang
Tidak ada

II. INTERPRETASI DATA


A. Diagnosa Kebidanan
Bayi Ny. D cukup bulan dengan berat badan lahir normal.
B. Masalah
Tidak ada
C. Kebutuhan
1. Mandikan bayi
2. Perawatan tali pusat
3. KIE tanda bahaya bayi baru lahir

III. DIAGNOSA POTENSIAL


Tidak ada

IV. TINDAKAN SEGERA


Tidak ada

V. RENCANA TINDAKAN
Tanggal, Jam : 22 Maret 2021 ; 06.00 WIB
1. Berikan informasi hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
2. Berikan KIE tanda bahaya bayi baru lahir pada ibu dan keluarga
3. Memandikan bayi

31
4. Keringkan dengan handuk
5. Lakukan perawatan tali pusat
6. Pertahankan suhu tubuh bayi

VI. PELAKSANAAN
Tanggal, Jam : 22 Maret 2021, 06.05 WIB
1. Memberikan informasi hasil pemeriksaan bayi pada ibu dan keluarga
bahwa keadaan bayi sehat dan normal
2. Memberikan KIE tentang tanda bahaya bayi baru lahir, seperti panas /
demam, warna kulit kekuningan, dan infeksi tali pusat (tali pusat
kemerahan)
3. Memandikan bayi menggunakan sabun dan air hangat
4. Mengeringkan dengan handuk supaya bayi tidak kedinginan
5. Melakukan perawatan tali pusat untuk memastikan tali pusat tidak
mengalami infeksi dengan menjaga tetap kering dan di bungkus
menggunaka kassa kering steril.
6. Mempertahankan suhu tubuh bayi agar tetap stabil (hangat) dengan
memakaikan baju, bedong, dan penutup kepala bayi.

VII. EVALUASI
Tanggal, Jam : 22 Maret 2021, 06.20 WIB
1. Ibu dan keluarga merasa lega dengan kondisi bayi yang sehat dan normal
2. Ibu dan keluarga memahami dan dapat menjelaskan kembali tanda bahaya
bayi baru lahir yang diberikan.
3. Bayi telah dimandikan dengan sabun dan air hangat
4. Bayi telah dikeringkan dengan handuk bersih
5. Tali pusat telah dibungkus kassa kering steril dan tidak ada tanda-tanda
infeksi.
6. Bayi telah dijaga kehangatannya dengan dipakaikan baju, bedong, dan
penutup kepala.

32
BAB IV

PEMBAHASAN

Bayi Ny. D lahir cukup bulan dengan masa gestasi 41+1 minggu, lahir spontan
pada tanggal 21 Maret 2021 pukul 18.10 WIB. Tidak ditemukan adanya masalah,
bayi menangis spontan, kuat, tonus otot positif, warna kulit kemerahan, jenis
kelamin perempuan, tidak ada cacat bawaan, dengan panjang badan lahir 49 cm,
berat badan lahir 3800 gram dan nilai APGAR pada menit pertama yaitu 8. Bayi
baru lahir normal yaitu bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui
vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai 42
minggu dengan berat badan antara 2500 gram sampai 4000 gram,nilai APGAR >7
dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah 2010).

Telah dilakukan pengukuran lingkar kepala bayi Ny.D. Didapatkan suatu hasil
pengukuran bahwa lingkar kepala bayi yaitu 32 cm. Hal ini fisiologis bahwa
pengukuran yang dicatat adalah rata-rata dari 3 kali pengukuran normalnya pada
bayi 32-37 cm (Chapman, 2006).

Kemudian dilakukan pengukuran lingkar dada bayi Ny.D. Didapatkan hasil


pengukuran bahwa lingkar dada bayi yaitu 33 cm. Hal ini fisiologis bahwa lingkar
dada normal bayi baru lahir yaitu 30-38 cm (Putra, 2012).

Bayi Ny.D selama 12 jam setelah lahir mengalami BAK sebanyak 3 kali dan
mengalami BAB sebanyak 1 kali dengan jenis mekonium. Hal ini fisiologis karna
eliminasi baik urine dan mekonium akan keluar selama 48 jam pertama,mekonium
berwarna hitam kecoklatan (Wahyuni, 2012).

Bayi Ny.D telah diberikan salep mata erlamycetin 1% pada 1 jam pertama
setelah kelahiran. Pemberian obat tetes mata eritromisin 0,5 % atau erlamycetin 1%
dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular
seksual) (Abdul Bari Saifuddin, 2009).

Telah dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pada bayi Ny.D dan dapat
diperoleh suatu data bahwa nadi bayi 130 kali tiap menit. Hal ini fisiologis karena
nadi normal pada bayi berkisar antara 120-160 kali tiap menit (Putra, 2012).
Kemudian setelah itu dilakukan pemeriksaan pada frekuensi pernafasan bayi
didapatkan hasil pemeriksaan bahwa frekuensi pernafasan bayi Ny.D yaitu 46 kali
tiap menit. Frekuensi pernafasan BBL normal adalah 30-60 kali tiap menit, tanpa
retraksi dada dan tanpa suara merintih pada fase ekspirasi (Sudarsi, 2013). Setelah

33
memeriksa frekuensi pernafasan bayi, maka dilakukan pemeriksaan suhu.
Didapatkan hasil pemeriksaan bahwa suhu Bayi Ny.D adalah 37,2º C. Hal ini
fisiologis karna suhu normal bayi adalah 36,5 ºC-37,7 ºC (Sudarsi, 2013). Dalam hal
pemeriksaan tanda-tanda vital Bayi Ny. D dalam keadaan sehat dan normal.

34
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah penulis melakukan asuahan kebidanan Bayi Baru Lahir dengan
pendokumentasian 7 langkah manajemen varney yang dilakukan pada tanggal
22 Maret 2021, mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan Bayi Baru
Lahir pada Bayi Ny.D umur 12 jam dengan lahir normal. Saat kunjungan
neonates pertama tidak ditemukan adanya masalah. Semua data menunjukan
hasil pemeriksaan normal.
B. SARAN
Petugas harus tetap memberikan pelayanan yang komperhensif dan tetap
mempertahankan bahkan meningkatkan metode asuhan pada bayi baru lahir.

35
DAFTAR PUSTAKA

Depkes,RI.2009.Pedoman Asuhan Bayi Baru Lahir Terpadu.Jakarta:Depkes RI.

Prawirohardjo,Sarwono.2002.Buku Acuan Nasional pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal.Jakarta : Yayasan bina pustaka.

Universitas Padjadjaran.2000.Asuhan Bayi Baru Lahir.Bandung.Universitas


Padjadjaran.

http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/1/jhptump-a-citrahadik-7-1-dokument-n.pdf

Chris Tanto, dkk.2014. Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta:Media Aesculapius

36

Anda mungkin juga menyukai