Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM KLINIK

MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANA

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR


PADA BY NY.R SEGERA SETELAH LAHIR NORMAL
DI PUSKESMAS BAYAT KEC.BAYAT KAB.KLATEN

Disusun Oleh:
Nama: Sariani
NIM: P27224021136
Kelas: Alih Jenjang IBI Klaten

PROGAM STUDI SARJANA KEBIDANAN JURUSAN KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2021/2022
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR


Pada By.Ny R Segera Setelah Lahir Normal
Di Puskesmas Bayat Kec.Bayat
Kab. Klaten Jawa Tengah

Disusun Oleh :
Nama : Sariani
NIM : P27224021 136
Kelas : Alih Jentang IBI Klaten

Tanggal Pengkajian/Pemberian Asuhan 05 November 2021, pukul 05.15 WIB

Disetujui:

Pembimbing Lapangan
Tanggal: November 2021
Di Puskesmas Bayat (Ningsih Widyastuti,S,ST.)
NIP. 19700212 199103 2 011

Dosen Pembimbing,
Tanggal : November 2021
Di KLATEN (Rohmi Handayani,S.ST.,M.Keb)
NIP.19810608 201503 2 001
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37- 42

minggu dengan berat lahir antara 2500-4000 gram (Prawirohardjo, 2014). Bayi

baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu –

42 minggu dan berat lahir 2500 gram – 4000 gram (Kemenkes RI,2016). Bayi

Baru Lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran,

berusia 0-28 hari (Manuaba, 2012; Marmi, 2011; Dorland, 2012).

Masalah pada neonatus biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi

pada masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga

kecacatan. Masalah ini timbul sebagai akibat buruknya kesehatan ibu,

perawatan kehamilan yang kurang memadai, manajemen persalinan yang tidak

tepat dan tidak bersih, kurangnya perawatan bayi baru lahir. Kalau ibu

meninggal pada waktu melahirkan, bayi akan mempunyai kesempatan hidup

yang kecil.

Menurut WHO, setiap tahunnya kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi

lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di

Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa

BBL (usia dibawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat satu bayi meninggal.

Penyebab kematian BBL di indonesia adalah BBLR 29%, Asfiksia 27%,

trauma lahir, Tetanus Neonatorum, infeksi lain dan kelainan kongenital.

Untuk mampu mewujudkan koordinasi dan standar pelayanan yang

berkualitas maka petugas kesehatan dibekali pengetahuan dan keterampilan

untuk dapat melaksanakan pelayanan essensial neonatal.

Berdasarkan dengan uraian pada latar belakang, mengenai asuhan

kebidanan pada bayi baru lahir di atas mahasiswa dapat melakukan Asuhan

Kebidanan pada bai baru lahir Normal pada By.Ny.R di Puskesmas Bayat

Kec.Bayat, Kab.Pacitan, Jawa Timur dengan mengacu pada KEPMENKES

NO.938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan


B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan Asuhan kebidanan bayi baru lahir normal

pada By.Ny R di Puskesmas Bayat, Kec.Bayat, Kab.Klaten, Jawa Tengah

sesuai dengan standar yang berlaku yaitu dengan mengacu pada

KEPMENKES NO.938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan

Kebidanan.

2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan asuhan kebidanan bayi baru lahir normal maka dapat:

a. Melakukan pengkajian data subyektif dan objektif pada bayi baru lahir

normal

b. Merumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan pada bayi baru lahir

normal

c. Melakukan perencanaan tindakan pada bayi baru lahir normal

d. Melakukan implementasi tindakan pada bayi baru lahir normal

e. Melakukan evaluasi tindakan pada bayi baru lahir normal

f. Melakukan pencatatan asuhan kebidanan tindakan pada bayi baru lahir

normal

C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta mendapatkan

pengalaman dalam melaksanakan asuhan kebidanan secara langsung pada

bayi baru lahir normal, sehingga dapat digunakan sebagai berkas penulis

didalam melaksanakan tugas sebagai bidan.

2. Bagi Institusi Pendidikan


Sebagai tambahan sumber kepustakaan dan perbandingan asuhan

kebidanan pada bayi baru lahir normal.


3. Bagi Lahan Praktek
Hasil laporan ini dapat memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan

untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dan selalu

menjaga mutu pelayanan.

4. Bagi Masyarakat
Merupakan informasi kepada masyarakat tentang perubahan fisiologis

yang terjadi pada bayi baru lahir normal baik secara biologis dan psikologis.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Teori

1. Pengertian.

Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28

hari) sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir)

sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi

berusia 0-7 hari. Neonatus lanjut adalah bayi berusia 7-28 hari.

(Muslihatun, 2010).Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan

umur kehamilan 37 minggu – 42 minggu dan berat lahir 2500 gram –

4000 gram (Kemenkes RI,2016).

Bayi Baru Lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru mengalami proses

kelahiran, berusia 0-28 hari (Manuaba, 2012; Marmi, 2011; Dorland,

2012). Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan

37- 42 minggu dengan berat lahir antara 2500-4000 gram (Prawirohardjo,

2014).

2. Perubahan Fisiologis bayi segera setelah lahir.

a. Termoregulasi

Bayi baru lahir terutama rentan pada kehilangan panas dan terbatas

kemampuannya untuk berespon pada stres dingin. Suhu aksila normal

adalah 36,5o sampai 37,5o C. Suhu kulit abdomen adalah 36o sampai

36,5o C. Mekanisme hilangnya panas tubuh:

1) Konduksi

Kehilangan panas dari permukaan tubuh ke permukaan yang

lebih dingin melalui kontak langsung satu sama lain. Contoh:

menimbang bayi tanpa alas timbangan.


2) Konveksi

Aliran panas dari permukaan tubuh ke udara yang lebih dingin.

Contoh: menempatkan bayi baru lahir dekat jendela, dan

membiarkannya terbuka.

3) Radiasi

Kehilangan panas dari permukaan tubuh ke permukaan padat

lain yang lebih dingin tanpa kontak langsung satu sama lain, tetapi

dalam kontak yang relatif dekat. Contoh: bayi baru lahir dibiarkan

dalam keadaan telanjang.

4) Evaporasi

Kehilangan panas yang terjadi saat cairan berubah menjadi gas.

Contoh: bayi baru lahir dibiarkan dalam suhu kamar 25oC.

b. System pernafasan

Pada saat lahir, sistem pernapasan bayi masih belum berkembang

sempurna, pertumbuhan alveoli baru terus berlangsung hingga

beberapa tahun. Bayi normal memiliki frekuensi pernapasan 30-60 kali

per menit, pernapasan diafragma, dada dan perut naik dan turun secara

bersamaan.

Saat kepala bayi melewati jalan lahir, ia akan mengalami

penekanan yang tinggi pada toraksnya, dan tekanan ini akan hilang

dengan tiba-tiba setelah bayi lahir. Proses mekanis ini menyebabkan

cairan yang ada di dalam paru-paru hilang karena terdorongnya ke

bagian perifer paru untuk kemudia diabsorpsi. Karena terstimulus oleh

sensor kimia, suhu, serta mekanis akhirnya bayi memulai aktivitas

nafas untuk pertama kalinya (Elisabeth, 2016).


c. System pencernaan

Pada saat lahir, usus bayi steril dan fungsinya imatur. Bising usus

normalnya mulai setelah kira-kira 30 menit. Kapasitas lambung bayi

baru lahir cukup bulan kira-kira 30 ml. Selama 2minggu pertama bayi

mengonsumsi 30-60 ml setiap 2 sampai 4 jam (Elmeida, 2015).

Kapasitas lambung bervariasi dari 30-90 ml tergantung pada

ukuran bayi. Bayi baru lahir normal dapat kehilangan kira-kira 10% -

15% berat badan selama 3 hari pertama dan kemudian meningkat lagi

dalam 1 minggu. Setelahnya rata-rata penambahan berat badan adalah

30 gram per hari, dan bayi bertumbuh panjangnya kira-kira 2,5 cm per

bulan (Cunningham, 2013).

d. System kardiovaskuler dan darah

Frekuensi denyut jantung bayi rata-rata 120-160kali/menit.

Tekanan darah berkisar antara 50-55/25-30 mmHg hingga 80/50

mmHg pada 10 hari pertama kelahiran. Volume sirkulasi total darah

mencapai 80 ml/kg berat badan. Aliran darah melalui tali pusat

berhenti, menggerakkan tekanan rendah sirkulasi plasenta dan

meningkatan tahanan vaskuler sistemik (Bobak, 2010; Cunningham,

2013; Marmi, 2011; Lowdermilk, 2013).

e. Metabolism glukosa

Metabolisme glukosa berubah setelah bayi lahir. Selama kehidupan

janin, glukosa dan insulin berperan dalam anabolisme dan produksi

energi. Pada trimester ketiga janin menyimpan glukosa sebagai

glikogen. Setelah lahir, aktivitas insulin menurun. Kadar asam lemak

meningkat dengan cepat dalam 3 jam setelah lahir sebagai akibat

lipolisis. Terdapat nadir fisiologis glukosa darah 1-1,5 jam setelah

lahir, tetapi kadar glukosa stabil dalam 3-4 jam. Rata-rata kadar

glukosa pada bayi baru lahir adalah 60-70 mg/dl. Penurunan dibawah

40 mg/dl perlu diwaspadai. Bayi beresiko mengalami hipoglikemi bila


berat badan bayi lahir rendah, bayi besar, dan bayi yang mengalami

intoleransi persalinan (Marmi, 2011).

f. System ginjal

Ginjal bayi baru lahir belum berfungsi sempurna. Urin pertama

dikeluarkan saat lahir atau dalam 24 jam pertama dan semakin

meningkat seiring bertambahnya asupan cairan. Urin encer, warna

kuning dan tidak berbau (Bobak, 2010; Cunningham, 2013; Marmi,

2011).

3. Pelayanan Kesehatan Neonatus.

Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai

standart yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada

neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai 28 hari setelah lahir,

baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah.

Pelaksanaan kesehatan neonatus menurut Kepmenkes (2014) adalah:

a. Kunjungan Neonatal ke-I (KN I)

Dilakukan pada kurun waktu 6-48 jam setelah lahir. Untuk bayi

yang lahir di fasilitas kesehatan pelayanan dapat dilaksanakan sebelum

bayi pulang dari fasilitas kesehatan (≥24 jam). Untuk bayi yang lahir di

rumah, bila bidan meninggalkan bayi sebelum 24 jam, maka pelayanan

dilaksanakan pada 6 – 24 jam setelah lahir. Hal yang dilaksanakan

yaitu : jaga kehangatan tubuh bayi, berikan asi eksklusif, cegah infeksi,

dan rawat tali pusat.

b. Kunjungan Neonatal ke-II (KN II)

Dilakukan pada kurun waktu hari ke 3 sampai hari ke 7 setelah

lahir. Asuhan yang diberikan yaitu periksa ada / tidak tanda bahaya

dan atau gejala sakit, jaga kehangatan tubuh, beri ASI eksklusif, rawat

tali pusat, dan pencegahan infeksi.


c. Kunjungan Neonatal ke-III (KN III)

Dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai dengan hari ke 28

setelah lahir. Asuhan yang diberikan yaitu periksa ada / tidak tanda

bahaya dan atau gejala sakit, jaga kehangatan tubuh, beri ASI eksklusif

dan pencegahan infeksi.

Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus

terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila

terdapat kelainan kesehatan pada neonatus.

4. Pedoman pelayanan kebidanan pada Bayi Baru Lahir (BBL) di masa

Covid-19.

Menurut Kemenkes (2020) mengatakan bahwa ada beberapa pedoman

pelayanan pada Bayi Baru Lahir (BBL) di era Covid-19 yang harus di

terapkan oleh bidan diantaranya yaitu:

a. Bayi baru lahir tetap mendapatkan pelayanan neonatal esensial saat

lahir (0 – 6 jam) seperti pemotongan dan perawatan tali pusat, inisiasi

menyusu dini, injeksi vitamin K1, pemberian salep/tetes mata

antibiotik dan pemberian imunisasi hepatitis B.

b. Setelah 24 jam, sebelum ibu dan bayi pulang dari fasilitas kesehatan,

pengambilan sampel skrining hipotiroid kongenital (SHK) dapat

dilakukan oleh tenaga kesehatan.

c. Pelayanan neonatal esensial setelah lahir atau Kunjungan Neonatal

(KN) tetap dilakukan sesuai jadwal dengan kunjungan rumah oleh

tenaga kesehatan dengan melakukan upaya pencegahan penularan

COVID-19 baik dari petugas ataupun ibu dan keluarga. Waktu

kunjungan neonatal yaitu:

1) KN 1: pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 48 (empat puluh

delapan) jam setelah lahir.


2) KN 2: pada periode 3 (tiga) hari sampai dengan 7 (tujuh) hari

setelah lahir

3) KN 3: pada periode 8 (delapan) hari sampai dengan 28 (dua puluh

delapan) hari setelah lahir

d. Ibu diberikan KIE terhadap perawatan bayi baru lahir termasuk ASI

ekslusif dan tanda – tanda bahaya pada bayi baru lahir (sesuai yang

tercantum pada buku KIA). Apabila ditemukan tanda bahaya pada bayi

baru lahir, segera bawa ke fasilitas pelayanan kesehatan. Khusus untuk

bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), apabila ditemukan

tanda bahaya atau permasalahan segera dibawa ke Rumah Sakit.

B. Menejemen Asuhan Kebidanan

Menurut Husanah (2015) Manajemen asuhan kebidanan atau yang sering

disebut manajemen kebidanan adalah suatu metode berfikir dan bertindak

secara sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar

menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi asuhan.

Manajemen kebidanan merupakan suatu proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan

berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, ketrampilan dalam

rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang

berfokus pada klien (Husanah, 2015).

Ditegaskan juga oleh standar yang ada yaitu KEPMENKES NO.

938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan. Bahwa

Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan keputusan

dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang

lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan yang ada

(KEPMENKES NO. 938/MENKES/SK/VIII/2007).

Berdasarkan definisi yang dituliskan oleh beberapa sumber di atas dapat

penulis simpulkan bahwa menejemen asuhan kebidanan adalah suatu metode

berfikir, bertindak dan sebagai acuan dalam proses pengambilan keputusan


yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup

praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan dalam memberi asuhan

kebidanan.

Manajemen asuhan bidan yang digunakan dalam penyusunan laporan

asuhan bayi baru lahir ini mengacu pada KEPMENKES NO.938 / MENKES /

SK / VIII / 2007 tentang standar asuhan bidan.

1. Standar I: Pengkajian Data

Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

Pengkajian yang dilakukan pada Bayi Baru Lahir (BB) meliputi:

Tanggal/jam masuk : untuk mengetahui tanggal dan jam masuk pada saatk

melakukan pengkajian.

Tanggal/jam : untuk mengetahui tanggal dan waktu melakukan

pengkajian.

a. Data Subjektif

Menurut Handayani (2017) Data subjektif ini berhubungan dengan

masalah dari sudut pandang klien. Ekspresi klien mengenai

kekhawatiran dan keluhannya yang dikeluhkan (PPSDM

Kemenkes,2017).

Sedangkan menurut Handayani (2017) data subjektif melipti

bebeapa bagian diantaranya yaitu identitas bayi, identitas orangtua,

dan data kesehatan (PPSDM Kemenkes,2017).

1) Identitas Bayi

Menurut Handayani (2017) dalam data subjektif identitas bayi

dibagi menjadi beberapa yaitu Nama bertujuan untuk mengenal

bayi. Jenis Kelamin bertujuan untuk memberikan informasi pada

ibu dan keluarga serta memfokuskan saat pemeriksaan genetalia


Dan anak ke- bertujuan untuk mengkaji adanya kemungkinan

sibling rivalry (PPSDM Kemenkes,2017).

2) Identitas Orangtua

Menurut Handayani (2017) dalam data subjektif identitas orang

tua dibagi menjadi beberapa yaitu:

a) Nama bertujuan untuk mengenal ibu dan suami.

b) Umur bertujuan usia orangtua mempengaruhi kemampuannya

dalam mengasuh dan merawat bayinya.

c) Suku/Bangsa bertujuan untuk mengetahui asal daerah atau

bangsa seorang wanita berpengaruh terhadap pola pikir

mengenai tenaga kesehatan, pola nutrisi dan adat istiadat yang

dianut.

d) Agama bertujuan untuk mengetahui keyakinan orangtua

sehingga dapat menuntun anaknya sesuai dengan keyakinannya

sejak lahir

e) Pendidikan bertujuan untuk mengetahui tingkat intelektual

orangtua yang dapat mempengaruhi kemampuan dan kebiasaan

orangtua dalam mengasuh, merawat dan memenuhi kebutuhan

bayinya.

f) Pekerjaan bertujuan untuk mengetahui status ekonomi

seseorang dapat mempengaruhi pencapaian status gizi. Hal ini

dapat dikaitkan dengan pemenuhan nutrisi bagi bayinya.

Orangtua dengan tingkat sosial ekonomi yang tinggi cenderung

akan memberikan susu formula pada bayinya.

g) Alamat bertujuan untuk mempermudah tenaga kesehatan dalam

melakukan follow up terhadap perkembangan bayi (PPSDM

Kemenkes,2017).
3) Data Kesehatan

Menurut Handayani (2017) dalam data subjektif pada riwayat

kesehata dibagi menjadi dua yaitu:

a) Riwayat Kehamilan

Bertujuan untuk mengetahui beberapa kejadian atau komplikasi

yang terjadi saat mengandung bayi yang baru saja dilahirkan.

Sehingga dapat dilakukan skrining test dengan tepat dan segera.

b) Riwayat Persalinan

Bertujuan untuk menentukan tindakan segera yang

dilakukan pada bayi baru lahir.(PPSDM Kemenkes,2017).

b. Data Objektif

Menurut Handayani (2017) Data objektif adalah

pendokumentasian hasil observasi yang jujur, hasil pemeriksaan fisik

klien, hasil pemeriksaan laboratorium. Catatan medik dan informasi

dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini

sebagai data penunjang. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis

klien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis (PPSDM

Kemenkes,2017).

Menurut Handayani (2017) dalam data objektif diambil dari

beberapa pemeriksaan diantaranya pemeriksaan umum, pemeriksaan

fisik khusus dan pemeriksaan refleks (PPSDM Kemenkes,2017).

1) Pemeriksaan Umum

Menurut Handayani (2017) pemeriksaan umum pada bayi baru

lahir dibagi menjadi beberapa yaitu:

a) Keadaan Umum: baik


b) Tanda-Tanda Vital

Pernapasan normal adalah antara 30-50 kali per menit,

dihitung ketika bayi dalam posisi tenang dan tidak ada tanda-

tanda distress pernapasan. Bayi baru lahir memiliki frekuensi

denyut jantung 110-160 denyut per menit dengan rata-rata kira-

kira 130 denyut per menit. Angka normal pada pengukuran

suhu bayi secara aksila adalah 36,5-37,5° C.

c) Antropometri

Kisaran berat badan bayi baru lahir adalah 2500-4000 gram,

panjang badan sekitar 48-52 cm, lingkar kepala sekitar 32-37

cm, kira-kira 2 cm lebih besar dari lingkar dada (30-35cm).

Bayi biasanya mengalami penurunan berat badan dalam

beberapa hari pertama yang harus kembali normal pada hari ke-

10. Sebaiknya bayi dilakukan penimbangan pada hari ke-3 atau

ke-4 dan hari ke-10 untuk memastikan berat badan lahir telah

Kembali.

d) APGAR Score

Skor APGAR merupakan alat untuk mengkaji kondisi bayi

sesaat setelah lahir dalam hubungannya dengan 5 variabel.

Penilaian ini dilakukan pada menit pertama, menit ke-5 dan

menit ke-10. Nilai 7-10 pada menit pertama menunjukkan

bahwa bayi berada dalam keadaan baik.

2) Pemeriksaan Fisik Khusus

Menurut Handayani (2017) pemeriksaan fisik khusus pada bayi

baru lahir meliputi:

a) Kulit

Seluruh tubuh bayi harus tampak merah muda,

mengindikasikan perfusi perifer yang baik. Bila bayi berpigmen


gelap, tanda-tanda perfusi perifer baik dapat dikaji dengan

mengobservasi membran mukosa, telapak tangan dan kaki. Bila

bayi tampak pucat atau sianosis dengan atau tanpa tanda-tanda

distress pernapasan harus segera dilaporkan pada dokter anak

karena dapat mengindikasikan adanya penyakit. Selain itu, kulit

bayi juga harus bersih dari ruam, bercak, memar, tandatanda

infeksi dan trauma.

b) Kepala

Fontanel anterior harus teraba datar. Bila cembung, dapat

terjadi akibat peningkatan tekanan intracranial sedangkan

fontanel yang cekung dapat mengindikasikan adanya dehidrasi.

Moulding harus sudah menghilang dalam 24 jam kelahiran.

Sefalhematoma pertama kali muncul pada 12 sampai 36 jam

setelah kelahiran dan cenderung semakin besar ukurannya,

diperlukan waktu sampai 6 minggu untuk dapat hilang. Adanya

memar atau trauma sejak lahir harus diperiksa untuk memastikan

bahwa proses penyembuhan sedang terjadi dan tidak ada tanda-

tanda infeksi.

c) Mata

Pemeriksaan pada mata ini bertujuan untuk memastikan

bahwa keduanya bersih tanpa tanda-tanda rabas. Jika terdapat

rabas, mata harus dibersihkan dan usapannya dapat dilakukan

jika diindikasikan.

d) Telinga

Periksa telinga ini bertujuan untuk memastikan jumlah,

bentuk dan posisinya. Telinga bayi cukup bulan harus memiliki

tulang rawan yang cukup agar dapat kembali ke posisi semulai

ketika digerakkan ke depan secara perlahan. Daun telinga harus


berbentuk sempurna dengan lengkungan-lengkungan yang jelas

pada bagian atas.

Posisi telinga diperiksa dengan penarikan khayal dari bagian

luar kantung mata secara horizontal ke belakang ke arah telinga.

ujung atas daun telinga harus terletak di atas garis ini. Letak

yang lebih rendah dapat berkaitan dengan abnormalitas

kromosom, seperti trisomi. Lubang telinga harus diperiksa

kepatenannya. Adanya kulit tambahan atau aurikel juga harus

dicatat dan dapat berhubungan dengan abnormalitas ginjal.

e) Hidung

Dalam pemeriksaan hidung ini dinilai ada atau tidaknya

kelainan bawaan atau cacat lahir.

f) Mulut

Pemeriksaan pada mulut memerlukan pencahayaan yang baik

dan harus terlihat bersih, lembab dan tidak ada kelainan seperti

palatoskisis maupun labiopalatoskisis (Bibir sumbing).

g) Leher

Bayi biasanya berleher pendek, yang harus diperiksa adalah

kesimetrisannya. Perabaan pada leher bayi perlu dilakukan untuk

mendeteksi adanya pembengkakan, seperti kista higroma dan

tumor sternomastoid. Bayi harus dapat menggerakkan kepalanya

ke kiri dan ke kanan. Adanya pembentukan selaput kulit

mengindikasikan adanya abnormalitas kromosom, seperti

sindrom Turner dan adanya lipatan kulit yang berlebihan di

bagian belakang leher mengindikasikan kemungkinan adanya

Trisomo.
h) Klavikula

Perabaan pada semua klavikula bayi bertujuan untuk

memastikan keutuhannya, terutama pada presentasi bokong atau

distosia bahu, karena keduanya berisiko menyebabkan fraktur

klavikula, yang menyebabkan hanya mampu sedikit bergerak

atau bahkan tidak bergerak sama sekali.

i) Dada

Pada memeriksaan dada ini dilihat ada atau tidaknya retraksi

dinding dada bawah yang dalam.

j) Umbilikus

Tali pusat dan umbilikus harus diperiksa setiap hari untuk

mendeteksi adanya perdarahan tali pusat, tanda-tanda pelepasan

dan infeksi. Biasanya tali pusat lepas dalam 5-16 hari. Potongan

kecil tali pusat dapat tertinggal di umbilikus sehingga harus

diperiksa setiap hari. Tanda awal terjadinya infeksi di sekitar

umbilikus dapat diketahui dengan adanya kemerahan disekitar

umbilikus, tali pusat berbau busuk dan menjadi lengket.

k) Ekstremitas

Pemeriksaan ekstermitas ini bertujuan untuk mengkaji

kesimetrisan, ukuran, bentuk dan posturnya. Panjang kedua kaki

juga harus dilakukan dengan meluruskan keduanya. Posisi kaki

dalam kaitannya dengan tungkai juga harus diperiksa untuk

mengkaji adanya kelainan posisi, seperti deformitas anatomi

yang menyebabkan tungkai berputar ke dalam, ke luar, ke atas

atau ke bawah. Jumlah jari kaki dan tangan harus lengkap. Bila

bayi aktif, keempat ekstremitas harus dapat bergerak bebas,

kurangnya gerakan dapat berkaitan dengan trauma.


l) Punggung

Tanda-tanda abnormalitas pada bagian punggung yaitu spina

bifida, adanya pembengkakan, dan lesung atau bercak kecil

berambut.

m) Genetalia

Pada pemeriksaan genetalia ini pada perempuan vagina

berlubang, uretra berlubang dan labia minora telah menutupi

labia mayora. Sedangkan pada laki-laki, testis berada dalam

skrotum dan penis berlubang pada ujungnya.

n) Anus

Pemeriksaan pada anus ini melihat secara perlahan membuka

lipatan bokong lalu memastikan tidak ada lesung atau sinus dan

memiliki sfingter ani.

o) Eliminasi

Keluarnya urine dan mekonium harus dicatat karena

merupakan indikasi kepatenan ginjal dan saluran gastrointestinal

bagian bawah.

3) Pemeriksaan Refleks

Menurut Handayani (2017) pemeriksaan reflek pada bayi baru

lahir meliputi beberapa pemeriksaan reflek diantaranya adalah

morro, rooting, sucking, grasping, startle, tonic neck, neck righting,

babinski, merangkak, menari atau melangkah, ekstruasi dan galant’s

(PPSDM Kemenkes,2017).

a) Morro

Menurut Ladewig dkk (2005) dalam Handayani (2017)

respon bayi baru lahir akan menghentakkan tangan dan kaki

lurus ke arah luar sedangkan lutut fleksi kemudian tangan akan


kembali ke arah dada seperti posisi dalam pelukan, jari-jari

nampak terpisah membentuk huruf C dan bayi mungkin

menangis (Ladewig dkk 2005; PPSDM Kemenkes,2017).

b) Rooting

Menurut Ladewig dkk (2005) dalam Handayani (2017)

setuhan pada pipi atau bibir menyebabkan kepala menoleh ke

arah sentuhan (Ladewig, dkk, 2005; PPSDM Kemenkes,2017).

c) Sucking

Menurut Hidayat dan Uliyah (2008) dalam Handayani

(2017) bayi menghisap dengan kuat dalam berenspons terhadap

stimulasi. Refleks ini menetap selama masa bayi dan mungkin

terjadi selama tidur tanpa stimulasi. Refleks yang lemah atau

tidak ada menunjukkan kelambatan perkembangan atau

keaadaan neurologi yang abnormal (Hidayat & Uliyah, 2008;

PPSDM Kemenkes,2017).

d) Grasping

Menurut Ladewig dkk (2005) dalam Handayani (2017)

respons bayi terhadap stimulasi pada telapak tangan bayi

dengan sebuah objek atau jari pemeriksa akan menggenggam

(Jari-jari bayi melengkung) dan memegang objek tersebut

dengan erat (Ladewig dkk, 2005; PPSDM Kemenkes,2017).

e) Startle

Menurut Hidayat dan Uliyah (2005) dalam Handayani

(2017) bayi meng-ekstensi dan mem-fleksi lengan dalam

merespons suara yang keras, tangan tetap rapat dan refleks ini

akan menghilang setelah umur 4 bulan. Tidak adanya respons

menunjukkan adanya gangguan pendengaran (Hidayat &

Uliyah, 2005; PPSDM Kemenkes,2017).


f) Tonic Neck

Menurut Hidayat dan Uliyah (2008) dalam Handayani

(2017) bayi melakukan perubahan posisi bila kepala diputar ke

satu sisi, lengan dan tungkai ekstensi ke arah sisi putaran

kepala dan fleksi pada sisi yang berlawanan. Normalnya refleks

ini tidak terjadi pada setiap kali kepala diputar. Tampak kira-

kira pada umur 2 bulan dan menghilang pada umur 6 bulan

(Hidayat&Uliyah, 2008; PPSDM Kemenkes,2017).

g) Neck Righting

Menurut Hidayat dan Uliyah (2008) dalam Handayani

(2017) bila bayi terlentang, bahu dan badan kemudian pelvis

berotasi ke arah dimana bayi diputar. Respons ini dijumpai

selama 10 bulan pertama. Tidak adanya refleks atau refleks

menetap lebih dari 10 bulan menunjukkan adanya gangguan

sistem saraf pusat (Hidayat & Uliyah, 2008; PPSDM

Kemenkes,2017).

h) Babinski

Menurut Hidayat dan Uliyah (2008) dalam Handayani

(2017) jari kaki mengembang dan ibu jari kaki dorsofleksi,

dijumlah sampai umur 2 tahun. Bila pengembangan jari kaki

dorsofleksi setelah umur 2 tahun menunjukkan adanya tanda

lesi ekstrapiramidal (Hidayat & Uliyah, 2008; PPSDM

Kemenkes,2017).

i) Merangkak

Menurut Hidayat dan Uliyah (2008) dalam Handayani

(2017) bayi membuat gerakan merangkak dengan lengan dan

kaki bila diletakkan pada abdomen. Bila gerakan tidak simetris


menunjukkan adanya abnormalitas neurologi (Hidayat &

Uliyah, 2008; PPSDM Kemenkes,2017).

j) Menari/Melangkah

Menurut Hidayat dan Uliyah (2008) dalam Handayani

(2017) kaki bayi akan bergerak ke atas dan ke bawah bila

sedikit disentuhkan ke permukaan keras. Hal ini dijumpai pada

4-8 minggu pertama kehidupan. Refleks menetap melebihi 4-8

minggu menunjukkan keadaan abnormal (Hidayat & Uliyah,

2008; PPSDM Kemenkes,2017).

k) Ekstruasi

Menurut Hidayat dan Uliyah (2008) dalam Handayani

(2017) lidah ekstensi ke arah luar bila disentuh dan dijumpai

pada umur 4 bulan. Esktensi lidah yang persisten menunjukkan

adanya sindrom Down (Hidayat & Uliyah, 2008; PPSDM

Kemenkes,2017).

l) Galant’s

Menurut Hidayat dan Uliyah (2008) dalam Handayani

(2017) punggung bergerak ke arah samping bila distimulasi dan

dijumpai pada 4- 8 minggu pertama. Tidak adanya refleks

menunjukkan adanya lesi medulla spinalis transversa (Hidayat

& Uliyah, 2008; PPSDM Kemenkes,2017).

2. Standar II: Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan

Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,

mengintrepestasinya secara akurat dan logis untuk menegakkan diagnose

dan masalah kebidanan yang tepat.

Menurut Depkes RI (2010) dalam Handayani (2017) Perumusan

diagnosa pada bayi baru lahir disesuaikan dengan nomenklatur kebidanan,

seperti Normal Cukup Bulan, Sesuai Masa Kehamilan (NCBSMK).


Masalah yang dapat terjadi pada bayi baru lahir adalah bayi kedinginan.

Kebutuhan BBL adalah kehangatan, ASI, pencegahan infeksi dan

komplikasi (Depkes RI, 2010; PPSDM Kemenkes,2017).

3. Standar III: Perencanaan

Menurut Handayani (2017) perencanaan adalah membuat rencana

asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun

berdasarkan hasil analisis dan intrepretasi data. Rencana asuhan ini

bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal

mungkin dan mempertahankan kesejahteraanya. Rencana asuhan ini harus

bisa mencapai kriteria tujuan yang ingin dicapai dalam batas waktu

tertentu. Tindakan yang akan dilaksanakan dalam batas waktu tertentu.

Tindakan yang akan dilaksanakan harus mampu membantu klien

mencapai kemajuan dan harus sesuai dengan hasil kolaburasi tenaga

kesehatan lain, antara lain dokter (PPSDM Kemenkes,2017).

Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosis dan

masalah yang ditegakkan.

4. Standar IV: Implementasi

Menurut Handayani (2017) implementation/implementasi, adalah

pelaksanaan asuhan sesuai rencana yang telah disusun sesuai dengan

keadaan dan dalam rangka mengatasi masalah klien. Pelaksanaan tindakan

harus disetujui oleh klien, kecuali bila tindakan tidak dilaksanakan akan

membahayakan keselamatan klien (PPSDM Kemenkes,2017).

Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif,

efektif, efisien dana man berdasarkan evidence based kepada klien/pasien,

dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative.

Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi, dan rujukan.


5. Standar V: Evaluasi

Menurut Handayani (2017) evaluation/evaluasi, adalah tafsiran dari

efek tindakan yang telah diambil untuk menilai efektivitas asuhan/hasil

pelaksanaan tindakan. Evaluasi berisi analisis hasil yang telah dicapai dan

merupakan fokus ketepatan nilai tindakan/asuhan. Jika kriteria tujuan

tidak tercapai, proses evaluasi ini dapat menjadi dasar untuk

mengembangkan tindakan alternatif sehingga tercapai tujuan yang

diharapkan (PPSDM Kemenkes,2017).

Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan

untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai

dengan perubahan perkembangan kondisi klien.

6. Standar VI: Pencatatan Asuhan Kebidanan

Bidan melakukan pencatatn secara lengkap, akurat, singkat dan jelas

mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam

memberikan asuhan kebidanan.

Pencatatan Asuhan Kebidanan ini adalah pencatatan dilakukan segera

setelag melaksanakan asuhan pada formulis yang tersedia (Rekam

media/Status pasien/buku KIA), Ditulis dalam bentuk catatan

perkembangan SOAP (1) S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa

(2) O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan (3) A adalahhasil

analisa, mencatat diagnosi dan masalah kebidanan (4) P adalah

penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan pentalaksanaan yang

sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan

secara komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow

up dan rujukan.
C. Menejemen Asuhan Kebidanan Bayi Segera Lahir

1. Pengkajian

Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

Pengkajian yang dilakukan pada Bayi Baru Lahir (BB) meliputi:

Tanggal/jam masuk : untuk mengetahui tanggal dan jam masuk pada

saatk melakukan pengkajian.

Tanggal/jam: untuk mengetahui tanggal dan waktu melakukan

pengkajian.

a. Data Subjektif

Menurut Handayani (2017) Data subjektif ini berhubungan dengan

masalah dari sudut pandang klien. Ekspresi klien mengenai

kekhawatiran dan keluhannya yang dirasakan (PPSDM

Kemenkes,2017).

Sedangkan menurut Handayani (2017) data subjektif melipti

bebeapa bagian diantaranya yaitu identitas bayi, identitas orangtua, dan

data kesehatan (PPSDM Kemenkes,2017).

b. Data Objektif

Pahami keadaan umum dan kesadaran bayi baru lahir.

2. Perumusan Diagnosa

Mengembangkan diagnosis dan / atau masalah berdasarkan evaluasi

yang telah dilakukan. Adalah normal bagi bayi baru lahir untuk dilahirkan

pada kehamilan cukup bulan Diagnosis berdasarkan istilah kebidanan

Usia istri bayi X, menurut kehamilan, 0 hari saat kelahiran normal penuh.
3. Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan untuk mengetahui keadaan dan masalah-

masalah yang mungkin terjadi pada bayi baru lahir antara lain:

a. Segera keringkan bayi agar bayi terhindar dari hipotermi (<36ºC).

b. Potong dan rawat tali pusat dengan pengikat/ klem steril untuk

menghindari terjadinya pendarahan pada tali pusat.

c. Lakukan IMD untuk memperkenalkan boading attachment

(memberikan suatu ikatan antara orang tua dengan bayi),

mempercepat produksi ASI, imunisasi alamiah bagi bayi,

pemberian kasih sayang dan lain-lain.

d. Observasi keadaan umum bayi (bayi menangis, gerakan aktif,

warna kemerahan)

e. Jaga kehangatan bayi untuk mencegah terjadinya hipotermi (<36ºC)

f. Berikan salep/ tetes mata untuk mencegah terjadinya infeksi

g. Berikan Vitamin K untuk mencegah perdarahan pada bayi

h. Berikan imunisasi Hb 0 untuk mencegah penyakit hepatitis B.

4. Implementasi

Pelaksanaan Tindakan tersebut dilakukan sesuai dengan rencana yang

telah disiapkan.

5. Evaluasi

a. Bayi tidak terjadi hipotermi (36,5ºC-37,2ºC)

b. Bayi tidak mengalami pendarahan.

c. Bayi menangis kuat, gerakan aktif, kulit kemerahan

d. Bayi merasa hangat saat diselimuti diatas perut ibu

e. Tidak terjadi infeksi setelah diberi salep mata


f. Tidak terjadi pendarahan setelah disuntik vitamin K

g. Bayi tidak terkena penyakit hepatitis B

h. Catatan Perkembangan

Catat segera setelah melakukan perawatan pada formulir yang tersedia

(rekam medis / KMS / status pasien / manual KIA). S merupakan data

subjektif dan merupakan pencatatan hasil pencatatan sejarah. O adalah

data obyektif yang mencatat hasil pemeriksaan. A adalah analisis yang

mencatat diagnosis, masalah dan kebutuhan ibu hamil. P adalah manajer

yang mencatat semua rencana dan pengelolaan yang telah dilaksanakan,

seperti tindakan yang diharapkan, tindakan segera, tindakan terintegrasi,

konsultasi, dukungan, kolaborasi, evaluasi, dan rekomendasi.


Tempat Praktek: Puskesmas Bayat

No Reg:

Tanggal, Jam: 05 November 2021/ 05.15 WIB

Oleh: Sariani

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR

PADA BAYI NY. R SEGERA SETELAH LAHIR NORMAL

DI PUSKESMAS BAYAT, KEC.BAYAT, KAB.KLATEN

I. Pengkajian Data

A. Data Subjektif

1. Identitas

a. Identitas Bayi

Nama : Bayi Ny.R

Tanggal lahir : 05 November 2021

Jam : 05.15 WIB

Umur : segera setelah lahir

Jenis kelamin : Laki-Laki

b. Identitas Orangtua

Ibu Ayah

Nama : Ny. R Nama : Tn.J

Umur : 28 tahun Umur : 29 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku/Bangsa: Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP


Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh

Alamat : Rt 02/ Rw 18 Selorejo Krakitan Bayat Klaten

2. Keluhan dasar bayi

a. Pola eliminasi: Belum mengeluarkan meconium dan BAK

b. Pola Aktivitas: Bayi menangis, gerakan aktif

3. Riwayat persalinan

a. Penolong: Bidan

b. Tempat: Puskesmas Bayat

c. Jenis: Spontan

d. Komplikasi: Tidak ada

B. Data Objektif

Bayi lahir spontan, bayi segera menangis kuat, bayi gerakan aktif serta

warna kulit bayi kemerahan.

II. Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan

A. Diagnosa Kebidanan

Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan (CBSMK) segera

setelah lahir, lahir normal, spontan

Data Dasar

1. Data Subjektif

Bayi lahir pukul 05.15 WIB berjenis kelamin permpuan

2. Data Objektif

Dalam pengakjian data objektif ini bayi lahir spontan, bayi segera

menangis kuat, bayi gerakan aktif serta warna kulit bayi kemerahan

B. Masalah

1. Pencegahan hipotermi
C. Kebutuhan

1. Pencegahan hipotermi

III. Perencanaan

Hari, Tanggal : Jumat, 05 November 2021

Jam : 05.17 WIB

A. Keringkan bayi menggunakan handuk kering dan bersih.

B. Nilai selintas keadaan bayi

C. Jepit dan Potong tali pusat dengan klem tali pusat.

D. Pertahankan suhu tubuh dengan kontak langsung kulit ibu melalui Inisiasi

Menyusui Dini (IMD) selama 1 jam.

IV. Implementasi

Hari, Tanggal : Jumat,05 November 2021

Jam : 05.18 WIB

A. Mengeringkan bayi menggunakan handuk kering dan bersih.

B. Menilai selintas keadaan bayi

C. Menjepit dan memotong tali pusat dengan klem tali pusat.

D. Mempertahankan suhu tubuh dengan kontak langsung kulit ibu melalui

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) selama 1 jam

V. Evaluasi

Hari, Tanggal : Jumat, 05 November 2021

Jam : 05.19 WIB

A. Tubuh bayi sudah kering

B. Bayi menangis kuat, gerak aktif, kulit kemerahan

C. Tali pusat sudah dipotong, di ikat dengan benang dan dibungkus dengan

kassa steril

D. Bayi telah menemukan putting dan bayi tidak mengalami hipotermi, suhu

bayi 36,8ºC.
BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah melakukan asuhan kebidanan neonatus pada bayi Ny.R segera setelah

lahir, maka pada bab ini penulis akan membandingkan antara praktek lapangan dan

teori untuk mengetahui ada tidaknya kesenjangan pada pelaksanaan asuhan kebidanan

pada neonatus. Adapun pembahasan sebagai berikut:

Bayi Ny.R lahir pada usia kehamilan kurang lebih 40 minggu sehingga bayi Ny.R

termasuk dalam kategori cukup bulan atau mature. Sesuai dengan Manuaba (2010)

bahwa bayi cukup bulan adalah bayi yang dilahirkan pada umur kehamilan 37- 42

minggu. Telah dilakukan pemeriksaan selintas bayi normat ,menangis kuat gerak

aktif. Artinya bayi Ny.R dalam keadaan baik dan normal.

Didapatkan diagnosa, Bayi Ny.R cukup bulan, sesuai masa kehamilan, segera

setelah lahir dengan keadaan sehat. Data dasar dari diagnosa tersebut adalah bayi

lahir dalam usia kehamilan cukup, lahir spontan tanpa komplikasi, bayi sehat. Tidak

ditemukan adanya diagnosa atau masalah potensial yang mungkin terjadi pada bayi

Ny.R karena bayi Ny.R telah mendapat asuhan yang sesuai. Sehingga tidak

diperlukan adanya tindakan segera karena tidak ada masalah yang menyertai, atau

keadaan bayi Ny.R normal.

Perencanaan asuhan pada bayi Ny.R berdasarkan diagnosa dan masalah yang

telah dirumuskan dan bertujuan untuk mengatasi masalah dan memenuhi kebutuhan

bayi sehingga kesehatan bayi selalu terjaga. Kehangatan bayi dijaga dengan cara

segera setelah lahir bayi dikeringkan, diselimuti, dipakaikan topi, dibedong dan dijaga

kehangatan lingkungan. Hal ini untuk mencegah kehilangan panas secara konduksi,

konveksi, evaporasi dan radiasi. Sesuai dengan pendapat Prawirohardjo (2010) bahwa

mekanisme mekanisme kehilangan panas terjadi melalui 4 peristiwa yaitu konduksi,

konveksi, evaporasi dan radiasi. Pencegahan infeksi pada tali pusat pada Bayi Ny.R

dengan dilakukan perawatan tali pusat yaitu dengan dibungkus kasa bersih dan

kering, serta dijaga agar tali pusat tetap kering dan bersih. Tidak ditemukan tanda

perdarahan, kemerahan, berbau dan bernanah pada tali pusat.


Kebutuhan nutrisi bayi dipenuhi dengan memberikan ASI saja tanpa tambahan

makanan lain dengan melakukan IMD. Prawirohardjo (2010) menyatakan bahwa

pemberian ASI menjadi modal dasar dalam pembentukan generasi yang berkualitas.

Anjuran untuk memberikan ASI setiap saat bayi ingin selama 10-15 menit untuk

memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dan mengembalikan berat badan bayi yang turun.

Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir ini yaitu keringkan bayi menggunakan

handuk kering dan bersih, nilai selintas keadaan bayi, jepit dan Potong tali pusat

dengan klem tali pusat dan pertahankan suhu tubuh dengan kontak langsung kulit ibu

melalui Inisiasi Menyusui Dini (IMD) selama 1 jam. Bayi Ny.R telah mendapatkan

asuhan yang sesuai sehingga keadaan bayi Ny.R dalam keadaan sehat.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan asuhan kebidanan neonatus pada By.Ny.R segera setelah

lahir di Puskesmas Bayat Kec.Bayat, Kab.Klaten, Jawa Tengah. Kondisi bayi

baru lahir By.Ny.R kondisinya baik. By.Ny.R perlu diberikan penatalaksanaan

berupa mempertahankan suhu tubuh bayi dengan Keringkan bayi menggunakan

handuk kering dan bersih, nilai selintas keadaan bayi, Jepit dan Potong tali

pusat dengan klem tali pusat dan pertahankan suhu tubuh dengan kontak

langsung kulit ibu melalui Inisiasi Menyusui Dini (IMD) selama 1 jam. Dengan

penatalaksanaan yang telah sesuai dengan perencanaan yang dibuat untuk bayi,

diharapkan ibu bisa menjadi lebih siap saat merawat bayinya

B. Saran

1. Bagi Klien

Agar asuhan kebidanan neonatus pada bayi baru lahir lebih efektif dan

tingkat keberhasilannya optimal maka perlu adanya sikap kooperatif dari

klien. Sehingga tercipta komunikasi yang nyaman antara klien dan bidan.

Suasana tersebut dapat mempengaruhi penerimaan informasi dari bidan

kepada klien. Selain itu, informasi yang telah diberikan oleh bidan

diharapkan dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari.

2. Bagi Bidan

Bidan harus bisa memberikan informasi yang sesuai degan kebutuhan klien.

Agar klien tertarik untuk bersikap kooperatif dengan bidan sebagai sumber

informasi. Selain itu, dalam penyampaiannya bidan juga dianjurkan untuk

memiliki ketrampilan dalam berbicara di depan klien dengan menggunakan

bahasa yang mudah dipahami. Dengan demikian akan tercipta suasana yang

nyaman bagi klien untuk menerima dan menerapkan informasi yang telah

didapatkan.
3. Bagi Intitusi Pendidikan

Agar menjadi tambahan sumber kepustakaan dan perbandingan pada asuhan

kebidanan pada bayi baru lahir.

4. Bagi Lahan Praktek

Hasil penulisan dapat memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan

untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dan selalu

menjaga mutu pelayanan


DAFTAR PUSTAKA

Bobak. (2010) Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC.


Cashion, Perry, Lowdermilk. (2013). Keperawatan Maternitas Edisi 8. Singapore:
Elsevier Morby.
Cunningham. (2013). Obstetri Williams. Jakarta : EGC
Depkes RI. Profil Kesehatan Indonesia 2016 . Jakarta; Diambil dari:
http://www.depkes.go.id
Dorland, W.A. Newman. (2012). Kamus Kedokteran Dorland; Edisi 28. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
Elmeida IF. (2015).Asuhan Kebidanan Neonatus.Jakarta: Cv. Trans Info Media
Handayani,Sih Rini.2017. Dokumentasi Kebidanan.Jakarta:PPSDM Kesehatan
Kemenkes RI
Indrayani,Moudy.(2013).Asuhan Bayi Baru Lahir.Jakarta:EGC
Lissauer,T.,Fanaroff,AA.,Miall,L.,and Fanaroff,J.(2016).Neonatology at a Glance.3rd
ed.UK: John Wiley and Sons Ltd,pp.16,17,26-30.
Manuaba, Ida Bagus. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. EGC :
Jakarta.
.(2012). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB, Jakarta:
EGC.
Marmi. (2011). Intranatal Care (Asuhan Kebidanan pada Persalinan). Yogyakarta:
Pustaka Perlajar.
Mochtar.(2010).Neonatus,Bayi Balita Dan Anak Pra Sekolah. Yogyakarta:Salemba
Medika.
,(2011).Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi Jilid 1. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Muslihatun, WafiNur. (2010). Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta:
Fitramaya
Prawirohardjo, Sarwono. (2010).Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
. (2014). Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta:
PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Rukiyah.(2010).Asuhan Kebidanan .Jakarta: Pustaka Pelajar
Saifuddin,A Bari,(2010). Panduan Praktik Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Tridasa
Printer
Siwi,Walyani,Elisabeth, (2016). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru
Lahir.Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Wahyuni.(2012).Ilmu Kebidanan.Jakarta:PT Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai