Disusun oleh :
A. Latar Belakang
Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 gram sampai dengan
4000 gram, cukup bulan, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang
berat. (Rahardjo dan Marmi, 2015). Neonatus merupakan masa kehidupan pertama
diluar rahim sampai dengan usia 28 hari. Dalam masa tersebut terjadi perubahan
yang sangat besar dari kehidupan yang awalnya di dalam rahim serba bergantung
pada ibu menjadi di luar rahim yang harus hidup secara mandiri. Pada masa ini
terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem (Riskesdas, 2013).
Bayi yanag berusia kurang dari satu bulan memiliki risiko gangguan kesehatan
paling tinggi, berbagai masalah kesehatan dapat muncul sehingga tanpa adanya
penanganan yang tepat, bisa berakibat fatal. Kunjungan neonatus lengkap
sebaiknya diberikan kepada setiap bayi baru lahir yang meliputi KN 1, KN 2, KN 3,
yang dilakukan pada saat bayi berumur 6-48 jam, 3-7 hari dan 8- 28 hari
(Riskesdas, 2013).
Kematian bayi menjadi salah satu masalah kesehatan yang besar di dunia.
Sebagian besar kematian bayi dapat dicegah, dengan intervensi berbasis bukti yang
berkualitas tinggi berupa data. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) kematian bayi pada tahun 2017 adalah sebesar 24/1.000 KH
dengan kematian neonatal 15/1.000 (Lengkong, dkk, 2020)
Angka Kematian Bayi di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta pada tahun
2018 sebesar 11/1.000 KH. Angka Kematian Bayi termasuk tinggi dibanding
dengan rata-rata di DIY (Dinkes Gunungkidul, 2019). Berbagai upaya telah
dilakukan untuk menurunkan angka kematian neonatal antara lain juga melalui
penempatan bidan di desa, strategi Making Pregnancy Safer, pelayanan kontrasepsi,
pemberdayaan keluarga dan masyarakat dengan menggunakan Buku Kesehatan Ibu
dan Anak (Buku KIA) (Kemenkes, 2015).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan neonatus berdasarkan metode
menajemen Varney.
2. Tujuan Khusus :
a. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian data subjektif dan data
objektif.
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa masalah dan diagnosa kebutuhan.
c. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain.
d. Mahasiswa mampu mengetahui kebutuhan neonatus
e. Mahasiswa mampu merencanakan asuhan neonatus yang menyeluruh.
f. Mahasiswa mampu melaksanakan perencanaan.
g. Mahasiswa mampu mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan.
C. Manfaat
1. Bagi penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas serta sebagai penerapan
ilmu yang didapat selama perkuliahan dalam mengaplikasikan asuhan pada
neonatus.
2. Bagi ibu
Agar klien mengetahui dan memahami perubahan fisiologis yang terjadi pada
bayi serta masalah pada bayi sehingga timbul kesadaran bagi klien untuk
memperhatikan bayinya.
3. Bagi Puskesmas
Hasil penulisan dapat memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan untuk
lebih meningkatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dan selalu menjaga
mutu pelayanan.
4. Bagi institusi pendidikan
Sebagai tambahan sumber perpustakaan dan perbandingan pada asuhan
kebidanan neonates fisiologis.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. JUDUL KASUS
Asuhan Kebidanan Neonatus Pada BY. NY.S Umur 0 Hari di Bpm Wiji Lestari
Banyurip
B. PELAKSANAAN ASUHAN
C. Data Subjektif
1. Identitas
Bayi
a. Nama : Bayi Ny. S
b. Tanggal, jam lahir : 28 Mei 2021, 14.00 WIB
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
Orang Tua
a. Nama Ayah : Tn. W Nama Ibu : Ny. S
b. Umur : 34 tahun Umur : 39 tahun
c. Agama : Islam Agama : Islam
d. Pendidikan : SD Pekerjaan : SD
e. Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
f. Alamat : Mudirejo RT 9 Bumi Aji, Gondang, Sragen
Keluhan Utama : ibu mengatakan bayinya lahir jam 14.00 jenis kelamin
laki-laki dan tidak ada keluhan mengenai bayinya.
2. Data Ibu
a. Riwayat obstetri : G2P1A0 UK : 37+5 minggu
b. Frekuensi ANC : 10 kali
c. Obat-obatan / jamu yang diminum : Tidak ada
d. Riwayat penyakit penyerta : Tidak ada
e. Komplikasi selama hamil : Tidak ada
f. Riwayat persalinan terakhir
Tanggal / Jam : 28 Mei 2021 / 14.00 WIB
Jenis Persalinan : Normal, spontan
Penolong : Bidan
Tempat Persalinan : BPM
Komplikasi / penyulit : Tidak ada
3. Keadaan BBL
a. Antopometri
Berat Badan Lahir : 3400 gram
Panjang Badan Lahir: 49 cm
Lingkar Kepala : 33 cm
Lingkar Dada : 33 cm
Lingkar Lengan Atas: 11 cm
b. APGAR Score
Menit ke- 1 : 8
Menit ke- 5 : 9
Menit ke-10 : 10
c. Keadaan fisik : Baik
D. Data Objektif
1. Keadaan BBL
a. Antopometri
Berat Badan Lahir : 3400 gram
Panjang Badan Lahir: 49 cm
Lingkar Kepala : 33 cm
Lingkar Dada : 33 cm
Lingkar Lengan Atas: 11 cm
b. APGAR Score
Menit ke- 1 :8
Menit ke- 5 :9
Menit ke-10 : 10
c. Keadaan fisik : Baik
2. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Tanda-tanda Vital
- Nadi : 130 kali / menit
- Suhu : 36,9°C
- Respirasi : 46 kali / menit
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Rambut hitam, ubun-ubun teraba, tidak ada oedema
b. Mata : Simetris, gerakan mata baik, sklera putih
c. Telinga : Simetris, ada lubang telinga, tidak ada kelainan
d. Hidung : Simetris, tidak ada fraktur, cuping hidung negatif
e. Mulut : Bersih, reflek hisap baik
f. Leher : Pergerakan baik, tidak ada trauma, vena teraba
g. Leher : Pergerakan normal, tidak ada pembengkakan
h. Dada : Simetris, tidak ada retraksi
i. Abdomen : Bentuk bulat memanjang, tidak ada benjolan, tidak ada
peradangan tali pusat
j. Punggung : Tidak ada spinabifida, tidak ada kelainan
k. Genetalia : Penis berlubang
l. Anus : Normal, terdapat lubang anus
m. Ekstremitas : Ekstremitas atas maupun bawah simetris, jari-jari tangan
dan jari-jari kaki lengkap
n. Kulit : Tidak ada ruam, tidak ada oedema, warna kemerahan
3. Pola Pemenuhan Kebutuhan Dasar
a. Nutrisi : ASI dengan pemberian secara langsung telah diberikan
sesering mungkin dan setiap bayi menangis/
mengingikannya atau setiap 2-3 jam sekali
b. Eliminasi
BAK : Sudah 1 kali, berwarna jernih kekuningan
BAB : Sudah, 1 kali, konsistensi lembek
c. Hygiene : Bayi belum dimandikan
d. Perawatan tali pusat : Tali pusat ditutupi kassa dan tidak
ada tanda-tanda infeksi
4. Perawatan penunjang
Tidak ada
E. ANALISIS DATA
A. Diagnosa Kebidanan
Bayi Ny. S umur 0 hari, cukup bulan dengan berat badan lahir normal.
B. Masalah
Tidak ada
C. Kebutuhan
1. Perawatan tali pusat
2. Jaga kehangatan bayi
F. PELAKSANAAN
Tanggal, Jam : 28 Mei 2021 15.20 WIB
1. Memberikan informasi hasil pemeriksaan bayi pada ibu dan keluarga bahwa
bayi dalam keadaan baik dan sehat
Evaluasi : Ibu dan keluarga merasa lega dengan kondisi bayi yang sehat dan
normal
2. Memberikan konseling tentang tanda bahaya bayi baru lahir, seperti panas/
demam, warna kulit kekuningan, bayi tidak mau menyusu, dan infeksi tali pusat
(tali pusat kemerahan)
Evaluasi : Ibu dan keluarga memahami dan dapat menjelaskan kembali tanda
bahaya bayi baru lahir yang telah disampaikan
3. Menganjurkan pada ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya yaitu
pemberian ASI saja tanpa tambahan makanan apapun sampai bayi berusia 6
bulan
Evaluasi : Ibu bersedia memberikan ASI eksklusif pada bayinya
4. Melakukan perawatan tali pusat untuk memastikan tali pusat tidak mengalami
infeksi dengan menjaga tetap kering dan dibiarkan terbuka
Evaluasi : Tali pusat tertutup kasa dalam keadaan bersih dan kering serta tidak
ada tanda-tanda infeksi
5. Mempertahankan suhu tubuh bayi agar tetap stabil (hangat) dengan memakaikan
baju, bedong, dan penutup kepala bayi.
Evaluasi : Bayi telah terjaga kehangatannya dengan dipakaikan baju, bedong,
dan penutup kepala
6. Mendokumentasikan tindakan
Evaluasi : Tindakan telah di dokumentasikan
BAB IV
PEMBAHASAN
Bayi Ny. S lahir cukup bulan dengan masa gestasi 37+5 minggu, lahir spontan
pada tanggal 28 Mei 2021 pukul 14.00 WIB. Ketika bayi lahir, tidak ditemukan adanya
masalah, bayi menangis spontan, kuat, tonus otot positif, warna kulit kemerahan, jenis
kelamin perempuan, tidak ada cacat bawaan, dengan panjang badan lahir 49 cm, berat
badan lahir 3400 gram. Bayi Ny. S termasuk bayi baru lahir normal, sesuai dengan teori
Manggiasih, dkk (2016) yang mengatakan bahwa bayi baru lahir normal adalah bayi
yang lahir dengan umur kehamilan 37-42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai
4000 gram.
Kunjungan neonatal 1 (KN-1) pada bayi Ny. S dilakukan pada tanggal 28 Mei
2021 pada pukul 20.00 WIB di BPM Wiji Lestari. Kunjungan neonatal dilakukan pada
bayi usia 6 jam. Menurut (Kemenkes RI, 2020) pelaksanaan pelayanan kesehatan
neonatal pada kunjungan neonatal 1 adalah pada usia 6 jam sampai dengan 48 jam
setelah bayi lahir. Sehingga waktu kunjungan neonatal yang dilakukan sesuai dengan
tinjauan teori.
Pada kunjungan neonatal ini, Ibu mengatakan tidak ada keluhan pada bayinya,
hanya saja bayinya belum dimandikan sejak lahir. Ibu mengatakan ASInya sudah keluar
dan sudah menyusui bayinyan setiap 2-3 jam sekali atau jika bayi menangis. Hal ini
sesuai dengan teori menurut Kemenkes (2016), yang mengatakan sebaiknya bayi
disusui secara nir-jadwal (on demand), karena bayi akan menentukan sendiri
kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan sebab lain
(kencing, kepanasan/ kedinginan, atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa
perlu menyusui bayinya.
Ibu mengatakan bayinya sudah BAB dengan konsistensi lembek dan lengket
berwarna hitam kecoklatan dan sudah BAK 2 kali berawarna jernih kekuningan.
Menurut Tando, Naomy Marie (2016), eliminasi dikatakan baik jika urine dan
mekonium keluar dalam 24 jam pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan.
Mekonium merupakan hasil dari sel-sel yang diproduksi dalam saluran cerna selama
bayi berada dalam kandungan.
Hasil pemeriksaan keadaan umum baik, tanda-tanda vital HR : 130 x/s, RR : 46
x/s, S : 36,9°C. Pada pemeriksaan fisik bayi tidak ditemukan adanya kelaianan, bayi
berjenis kelamin laki-laki dengan genitalia testis sudah turun ke scrotum. Hasil
pemeriksaan dikatakan normal sesuai dengan salah satu ciri-ciri bayi baru lahir normal
menurut Tando, Naomy Marie (2016) yaitu frekuensi jantung bayi 120-160 kali/menit,
pernapasan ± 40-60 kali/menit, dan pada bayi perempuan labia mayora menutupi labia
minora.
Sesuai dengan kunjungan pelayanan KN1, asuhan yang diberikan pada bayi Ny.
S yaitu merawat tali pusat bayi dengan benar, menjaga kehangatan tubuh bayi dengan
memakaikan pakaian, bedong dan penutup kepala, dan menganjurkan ibu untuk
memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Bayi pertama kali dimandikan sore hari
sekitar 10 jam setelah bayi lahir. Kemudian mengeringkan bayi agar bayi tidak
kedinginan/ hipotermi. Waktu untuk memandikan bayi ini sesuai menurut (Wahyuni,
Sari. 2011) yang mengatakan bahwa bayi dimandikan minimal 6 jam setelah bayi lahir.
Perawatan tali pusat dilakukan dengan menjaga tali pusat tetap bersih dan kering
dan dibiarkan terbuka tanpa dibubuhi apapun. Hal ini tidak sesuai dengan teori Tando,
Naomy Marie (2016) bahwa tali pusat dirawat dalam keadaan steril/bersih dan kering.
Perawatan tali pusat sebaiknya dipertahankan terbuka, ditutupi kasa steril dan kering
secara longgar, dan tidak memakali gurita. Sehingga tada kesenjangan antara praktik
dan teori dalam perawatan tali pusat bayi Ny. S
Selanjutnya dilakukan pemberian imunissi Hepatitis B (HB0) pada bayi di paha
kanan bagian luar secara IM dengan dosis 0,5 ml. Menurut Tando, Naomy Marie (2016)
imunisasi hepatitis B diberikan 0,5 ml intramuskular di paha kanan anterolateral kira-
kira 1-2 jam setelah pemberian vitamin K 1, Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan
bahwa pemberian imunisasi hepatitis B pada bayi Ny. S sudah sesuai dengan teori
karena sebelum diberikan diberikan hepatitis B, sebelumnya setelah lahir bayi telah
diberikan vitamin K1.
Asuhan selanjutnya yaitu memberikan konseling pada ibu dan keluarga
mengenai tanda bahaya bayi baru lahir. Konseling ini sangat penting diberikan agar ibu
dan keluarga dapat mengetahui tanda bahaya bayi sehingga ibu dan keluarga dapat
membawa bayinya ke fasilitas kesehatan. Menurut (Dewi, Vivian Nanny Lia, 2013)
menguraikan bahwa dalam asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir salah satunya
adalah penyuluhan. Penyuluhan yang diberikan sebelum ibu dan bayi kembali ke rumah
adalah tanda-tanda bahaya bayi. Sehingga asuhan yang diberikan sesuai dengan tinjauan
teori.
Ibu juga dianjurkan untuk memberikan ASI Eksklusif pada bayinya, yaitu
pemberian ASI saja tanpa tambahan makanan apapun sampai bayi berusia 6 bulan.
Menurut Kemenkes (2019) Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi,
khususnya bayi berusia 0-6 bulan, yang fungsinya tidak dapat tergantikan oleh makanan
dan minuman apapun. Pemberian ASI merupakan pemenuhan hak bagi setiap ibu dan
anak. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Pasal 128 yang mengatur tentasi ASI juga
menyebutkan bahwa setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak
dilahirkan selama 6 bulan, kecuali atas indikasi medis. Sehingga asuhan yang diberikan
dalam menganjurkan ibu untuk memberikan ASI ekklusif sudah sesuai dengan teori
karena merupakan bentuk dukungan bidan dalam mewujudkan pemberian ASI eksklusif
pada bayi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuahan kebidanan neonatus dengan
pendokumentasian yang dilakukan pada bayi Ny. S umur 0 hari pada tanggal 28
Mei 2021 dapat disimpulkan bahwa saat kunjungan neonatus pertama (KN 1)
ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek,
B. Saran
Petugas kesehatan harus tetap memberikan pelayanan yang komperhensif dan
tetap mempertahankan bahkan meningkatkan metode asuhan pada neonatus.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Vivian Nanny Lia. 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.Jakarta:
Salemba Medika.
Dewi, Putu Dian P. K. dan Putu Sukma M. 2021. Askeb Neonatus, Bayi, Balita, dan
Anak Prasekolah. Yogyakarta: CV Budi Utama.
Dinkes Gunungkidul. 2019. Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Gunungkidul.
Wonosari: Dinas Kesehatan Kab. Gunungkidul.
JNPK-KR. 2015. Asuhan Persainan Normal & Inisiasi menyusu Dini. Jakarta : USAID.
Kementerian Kesehatan RI. 2012. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial
Pedoman Teknis pelayanan kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI.
______________________. 2015. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta:
Kemenkes RI.
______________________. 2021. Pedoman bagi Ibu Hamil, Ibu Nifas, dan Bayii Baru
Lahir Selama Social Distancing. Jakarta: Kemenkes RI.
Lailiyana, Ani Laila, Isrowiyatun D., dan Ari S. 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Persalinan. Jakarta: EGC.
Lengkong, Fima L.F.G, & Jimmy Posangi. 2013. Faktor – Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kematian Bayi Di Indonesia. Jurnal KESMAS, 9 (4), 41-47.
Manggiasih, V. A., Jaya, dan Pongki, 2016. Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi,
Balita dan Anak Prasekolah. Jakarta: Trans Info Media.
Marmi dan Rahardjo, K. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2013. Diakses: 21 Maret 2021, dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%20
Tando, Naomy Marie. 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita.
Jakarta : EGC.
Wahyuni, Sari. 2011. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita. Jakarta: EGC.