Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM KLINIK

MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN

ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS NORMAL PADA BY.NY.S UMUR 0 HARI


DI BPM WIJI LESTARI BANYURIP

Dyah Ayu Setyaningsih


P27224020532

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES SURAKARTA JURUSAN KEBIDANAN
PRODI D-IV KEBIDANAN
TAHUN 2021
ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS NORMAL PADA BY.NY.S UMUR 0 HARI
DI BPM WIJI LESTARI BANYURIP

Disusun oleh :

Dyah Ayu Setyaningsih


P27224020532
Alih Jenjang Reguler B

Tanggal Pelaksanaan : 24 Mei 2021 - 19 Juni 2021


Disetujui tanggal Mei 2021

Dosen Pembimbing Pembimbing Lahan

Ari Kurniarum, S.SiT., M.Kes Pujianta, S.Kep, Ners.


NIP. 19750111 200112 2 001 NIP.19721028 199603 1 001
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 gram sampai dengan
4000 gram, cukup bulan, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang
berat. (Rahardjo dan Marmi, 2015). Neonatus merupakan masa kehidupan pertama
diluar rahim sampai dengan usia 28 hari. Dalam masa tersebut terjadi perubahan
yang sangat besar dari kehidupan yang awalnya di dalam rahim serba bergantung
pada ibu menjadi di luar rahim yang harus hidup secara mandiri. Pada masa ini
terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem (Riskesdas, 2013).
Bayi yanag berusia kurang dari satu bulan memiliki risiko gangguan kesehatan
paling tinggi, berbagai masalah kesehatan dapat muncul sehingga tanpa adanya
penanganan yang tepat, bisa berakibat fatal. Kunjungan neonatus lengkap
sebaiknya diberikan kepada setiap bayi baru lahir yang meliputi KN 1, KN 2, KN 3,
yang dilakukan pada saat bayi berumur 6-48 jam, 3-7 hari dan 8- 28 hari
(Riskesdas, 2013).
Kematian bayi menjadi salah satu masalah kesehatan yang besar di dunia.
Sebagian besar kematian bayi dapat dicegah, dengan intervensi berbasis bukti yang
berkualitas tinggi berupa data. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) kematian bayi pada tahun 2017 adalah sebesar 24/1.000 KH
dengan kematian neonatal 15/1.000 (Lengkong, dkk, 2020)
Angka Kematian Bayi di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta pada tahun
2018 sebesar 11/1.000 KH. Angka Kematian Bayi termasuk tinggi dibanding
dengan rata-rata di DIY (Dinkes Gunungkidul, 2019). Berbagai upaya telah
dilakukan untuk menurunkan angka kematian neonatal antara lain juga melalui
penempatan bidan di desa, strategi Making Pregnancy Safer, pelayanan kontrasepsi,
pemberdayaan keluarga dan masyarakat dengan menggunakan Buku Kesehatan Ibu
dan Anak (Buku KIA) (Kemenkes, 2015).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan neonatus berdasarkan metode
menajemen Varney.
2. Tujuan Khusus :
a. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian data subjektif dan data
objektif.
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa masalah dan diagnosa kebutuhan.
c. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain.
d. Mahasiswa mampu mengetahui kebutuhan neonatus
e. Mahasiswa mampu merencanakan asuhan neonatus yang menyeluruh.
f. Mahasiswa mampu melaksanakan perencanaan.
g. Mahasiswa mampu mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan.

C. Manfaat
1. Bagi penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas serta sebagai penerapan
ilmu yang didapat selama perkuliahan dalam mengaplikasikan asuhan pada
neonatus.
2. Bagi ibu
Agar klien mengetahui dan memahami perubahan fisiologis yang terjadi pada
bayi serta masalah pada bayi sehingga timbul kesadaran bagi klien untuk
memperhatikan bayinya.
3. Bagi Puskesmas
Hasil penulisan dapat memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan untuk
lebih meningkatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dan selalu menjaga
mutu pelayanan.
4. Bagi institusi pendidikan
Sebagai tambahan sumber perpustakaan dan perbandingan pada asuhan
kebidanan neonates fisiologis.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Bayi Baru Lahir Normal


1. Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir pada usia kehamilan
genap 37-41 minggu, dengan presentasi belakang kepala atau letak sungsang
yang melewati vagina tanpa memakai alat. Neonatus adalah bayi baru lahir yang
menyesuaikan diri dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus
(Tando, Naomy Marie, 2016).
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang
sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat
melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin
(Dewi,Vivian Nanny Lia, 2013).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37-
42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram (Manggiasih, dkk,
2016). Neonatus adalah organisme pada periode adaptasi kehidupan intrauterin
ke kehidupan ekstrauterin. Pertumbuhan dan perkembangan normal masa
neonatal adalah 28 hari. Neonatus dapat diklasifikasikan menurut berat badan
lahir, dan masa gestasi. Klasifikasi menurut berat badan:
a. Bayi berat lahir rendah, bila berat lahir kurang dari 2500 gram
b. Berat lahir cukup, bila berat lahir 2500 sampai 4000 gram
c. Berat lahir lebih, bila berat lahir 4000 gram atau lebih (Wahyuni, Sari.
2011).
Klasifikasi neonatus berdasarkan masa gestasi :
a. Kurang bulan (preterm infant) yaitu kurang dari 259 hari (37 minggu)
b. Cukup bulan (term infant) yaitu 259 sampai 294 hari (37 minggu-42
minggu)
c. Lebih bulan (postterm infant) yaitu lebih dari 294 hari (42 minggu atau
lebih) (Marmi dan Rahardjo, 2015).
2. Ciri-ciri bayi baru lahir normal
a. Berat badan 2500-4000 gram
b. Panjang badan 48-52 cm
c. Lingkar dada 30-38 cm
d. Lingkar kepala 33-35 cm
e. Frekuensi jantung 120-160 kali/menit
f. Pernapasan ± 40-60 kali/menit
g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup
h. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
i. Kuku agak panjang dan lemas
j. Genetalia: Pada perempuan, labia mayora sudah menutupi labia monira.
Pada laki-laki, testis sudah turun, skrotum sudah ada
k. Refleks rooting (menghisap) dan refleks sucking (menelan) sudah terbentuk
dengan baik
l. Refleks moro atau gerak memeluk jika dikagetkan sudah baik
m. Refleks grasping atau menggenggam sudah baik
n. Eliminasi baik, urine dan mekonium kaluar dalam 24 jam pertama,
mekonium berwarna hitam kecoklatan (Tando , Naomy Marie, 2016).
3. Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir
Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) adalah proses penyesuaian fungsional
neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan luar uterus kemampuan
adaptasi fisiologis ini disebut homeostasis. Bila terdapat gangguan adaptasi,
maka bayi akan sakit. Hemeostasis adalah kemampuan mempertahankan fungsi-
fungsi vital, bersifat dinamis, dipengaruhi oleh tahap pertumbuhan dan
perkembangan, termasuk masa pertumbuhan dan perkembangan intrauterin.
Adaptasi fisiologis bayi batu lahir meliputi:
a. Sistem pernafasan
Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit
pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan
tekanan alveoli, selain karena adanya sufraktan, juga karena adanya tarikan
nafas dan pengeluaran napas dengan merintih sehingga udara bisa tertahan
didalam (Dewi, Vivian Nanny lia, 2013).
Pernafasan pertama memerlukan tekanan yang sangat tinggi untuk
memasukkan udara ke dalam alveolus yang penuh air sehingga cairan dalam
paru dapat keluar (surfraktan dan aliran darah ke paru). Napas ke 2-4
tekanannya lebih rendah. Pernafasan normal memiliki frekuensi rata-rata
40x/menit, interval frekuensi 30-60x/menit. Jenis pernafasan adalah
pernafasan diafragma, abdomen, dan pernafasan hidung ( Deslidel dkk,
2011).
b. Peredaran darah
Setelah bayi lahir, paru akan berkembang yang akan mengakibatkan
tekanan arteriol dalam paru menurun yang diikuti dengan menurunnya
tekanan pada jantung kanan. Kondisi ini menyebabkan tekanan jantung kiri
lebih besar dibandingkan dengan tekanan jantung kanan, dan hal tersebutlah
yang membuat foramen ovale secara fungsional menutup. Hal ini terjadi
pada jam-jam pertama setelah kelahiran. Oleh karena tekanan dalam paru
turun dan tekanan dalam aorta desenden naik dan juga karena rangsangan
biokimia (PaO2 yang naik) serta duktusarteriosus yang berobliterasi. Hal ini
terjadi pada hari pertama (Dewi,Vivian Nanny Lia, 2013).
c. Termoregulasi
Empat kemungkinan mekanisme yang dapat menyebabkan bayi baru lahir
kehilangan panas tubuhnya.
1) Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak
langsung dengan tubuh bayi (pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek
lain melalui kontak langsung). Sebagai contoh, konduksi bisa terjadi
ketika menimbang bayi tanpa alas timbangan, memegang bayi saat
tangan dingin, dan menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan
fisik.
2) Konveksi
Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang bergerak
(jumlah panas yang hilang bergantung pada kecepatan dan suhu udara).
Sebagai contoh, konveksi dapat terjadi ketika membiarkan atau
menempatkan BBL, dekat jendela, atau membiarkan BBL di ruangan
yang terpasang kipas angin.
3) Radiasi
Panas dipancarkan dari BBL keluar tubuhnya ke lingkungan yang lebih
dingin (pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai suhu
berbeda). Sebagai contoh, membiarkan BBL dalam ruangan AC tanpa
diberikan pemanas (radiant warmer), membiarkan BBL dalam keadaan
telanjang, atau menidurkan BBL berdekatan dengan ruangan yang dingin
(dekat tembok).
4) Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan yang bergantung pada kecepatan
dan kelembapan udara (perpindahan panas dengan cara mengubah cairan
menjadi uap). Evaporasi ini dipengaruhi oleh jumlah panas yang dipakai,
tingkat kelembapan udara, dan aliran udara yang melewati. Apabila BBL
dibiarkan dalam suhu kamar 25̊C, maka bayi akan kehilangan panas
melalui konveksi, radiasi, dan evoperasi yang besarnya 200 kg/BB,
sedangkan yang dibentuk hanya sepersepuluhnya saja.
Agar dapat mencegah terjadinya kehilangan panas pada bayi, maka lakukan
hal berikut.
1) Keringkan bayi secara seksama
2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain yang bersih dan kering dan
hangat.
3) Tutup bagian kepala bayi
4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
5) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
6) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat (Dewi,Vivian Nanny Lia,
2013).
d. Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus, relatif lebih luas dari tubuh orang
dewasa sehingga metabolisme basal per kg BB akan lenih besar. Pada jam-
jam pertama energi didapatkan dari pembakaran lemak. Setelah mendapat
susu kurang lebih pada hari keenam, pemenuhan kebetuhan energi bayi 60%
didapatkan dari lemak dan 40% dari karbohidrat (Marmi dan Rahardjo,
2015).
e. Sistem pencernaan
Bayi baru lahir cukup bulan mampu menelan, mencerna, metabolisme
dan mengabsorpsi protein dan karbohidrat sederhana, serta mengemulsi
lemak. Kecuali enzim amilase pankreas, karakteristik enzim dan cairan
pencernaan bahkan sudah ditemukan pada bayi yang berat lahirnya rendah.
Bayi baru lahir yang normal mampu menecerna karbohidrat sederhan dan
protein, tetapi terbatas dalam mencerna lemak. Saat lahir, usus bayi bagian
bawah penuh dengan mekonium. Mekonium yang dibentuk selama dalam
kandungan berasal dari cairan mekonium dan unsur-unsurnya, sekresi usus
dan dari sel-sel mukosa. Mekonium berwarna hijau kehitaman,
konsistensinya kental, dan mengandung darah samar (Lailiyana dkk, 2011).
f. Imunoglobulin
Bayi baru lahir tidak memiliki sel plasma pada sumsum tulang juga
tidak memiliki lamina propina ilium dan apendiks. Pada BBL hanya
terdapat gamaglobulin G, sehingga imunologi dari ibu dapat berpindah
melalui plaenta karena berat molekunya kecil. Akan tetapi, bila ada infeksi
yang dapat melalui plasenta (lues, toksoplasma, herpes simpleks, dan lain-
lain) reaksi imunologis dapat terjadi dengan pembentukan sel plasma serta
antibodi gama A, G, M. Sistem imunitas yang belum matang menyebabkan
neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan elergi (Marmi & Rahardjo,
2015).
g. Sistem Reticuloendothelial
Segera setelah lahir, hati menunjukan perubahan kimia dan morfologis
yaitu kadar protein serta penurunan lemak dan glikogen. Sel-sel hemopoetik
juga berkurang, walaupun memakan waktu yang lumayan lama. Enzim hati
belum aktif benar pada waktu bayi baru lahir, daya detoksifikasi hati pada
neonatus juga belum sempurna, contohnya pemberian obat kloramfenikol
dengan dosis lebih dari 50mg/kgBB/hari dapat menimbulkan grey baby
syndrome (Muslihatun, Wafi Nur, 2010).
h. Keseimbangan Basa
Derajat keasaman (pH) darah pada waktu lahir rendah, karena glikolisis
anaerobik. Dalam 24 jam neonatus telah mengkompensi (Marmi &
Rahardjo, 2015).
i. Sistem Neurologis
Sistem neurologis bayi secara anatomik atau fisiologis belum
berkembang sempurna. Bayi baru lahir menunjukan gerakan-gerakan tidak
terkoordinasi, pengaturan suhu yang lebih, kontrol otot yang buruk, mudah
terkejut, dan tremor pada ektremitas. Perkembangan neonatus terjadi cepat
sewaktu bayu tumbuh, perilaku yang lebih kompleks (misalnya kontrol
kepala, tersenyum, dan meraih dengan tujuan) akan berkembang. Refleks
bayi baru lahir merupakan indikator penting perkembangan normal (Marmi
& Rahardjo, 2015).
4. Asuhan Neonatus / Bayi Baru Lahir
a. Pencegahan Infeksi
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh
paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan
berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir. Sebelum menangani bayi
baru lahir, pastikan penolong persalinan telah melakukan upaya pencegahan
infeksi berikut:
1) Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan dengan
bayi.
2) Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum
dimandikan.
3) Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem,
gunting, penghisap lendir, DeLee dan benang tali pusat telah didisinfeksi
tingkat tinggi atau steril. Gunakan bola karet yang baru dan bersih jika
akan melakukan pengisapan lendir dengan alat tersebut (jangan bola
karet penghisap yang sama unuk lebih dari satu bayi)
4) Pastikan semua pakaian, handuk, selimut, dan kain yang digunakan untuk
bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikian pula halnya timbangan, pita
ukur, termometer, stetoskop, dan benda-benda lain yang akan
bersentuhan dengan bayi juga bersih. Dekontaminasi dan cuci setiap kali
setelah digunakan (JNPK-KR, 2015).
b. Evaluasi Nilai Apgar
Pada tahun 1952, seorang ahli anak sekaligus ahli anestesi, Dr.
Virginnia Apgar memublikasiakan cara evalusi bayi baru lahir dengan skor
yang disebut nilai APGAR, yang diambil dari nama belakangnya. Pada
tahun 1962, Dr. Joseph Butterfield seorang ahli anak membuat akronim
APGAR, yaitu Appearance (warna kulit), Pulse (denyut nadi), Grimace
(respons refleks), Activity (tonus otot), dan Respiratory (pernapsan). Data
yang berharga dari periode neonatus ini adalah nilai APGAR pada menit
pertama dan kelima. Bidan harus mencatat jenis dan durasi setiap upaya
resusitasi yang dilakukan pada saat kelahiran. Setiap informasi yang
mengindikasikan asfiksi pada bayi baru lahir adalah hal penting, yang
ditandai dengan hipotermia/hipertermia dan hipoglikemia
Evaluasi nilai APGAR dilakukan mulai dari menit pertama sampai 5
menit. Hasil pengamatan masing-masing aspek dituliskan dalam skala skor
0-2.
Tabel 2.1.
Penilaian bayi dengan metode APGAR
Aspek pengamatan SKOR
bayi baru lahir 0 1 2
Appearance/ warna Seluruh tubuh bayi Warna kulit tubuh Warna kulit
kulit berwarna kebiruan normal, tetapi seluruh tubuh
tangan dan kaki normal
berwarna kebiruan
Pulse/ denyut nadi Denyut nadi tidak Denyut nadi < 100 Denyut nadi > 100
ada kali per menit kali per menit
Grimance/ respons Tidak ada respons Wajah meringis Meringis, menarik,
refleks terhadap stimulasi saat distimulasi batuk, atau bersin
saat distimulasi
Activity/ tonus otot Lemah, tidak ada Lengan dan kaki Bergerak aktif dan
gerakan dalam posisi fleksi spontan
dengan sedikit
gerakan
Respiratory/ Tidak bernapas, Menangis lemah, Menangis kuat,
pernapasan pernapasan lambat terdengar seperti pernapasan baik
dan tidak teratur merintih dan teratur
Sumber : Naomy Marie Tando, 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi &
Anak Balita, Jakarta, halaman 4.
Penilaian APGAR 5 menit pertama dilakukan saat kala III persalinan
dengan menempatkan bayi baru lahir di atas perut ibu dan ditutupi dengan
selimut atau handuk kering yang hangat.
Hasil penilaian APGAR dijumlahkan ke bawah untuk menentukan
penatalaksanaan BBL dengan tepat. Hasil penilaian pada menit pertama dan
menit kelima merupakan patokan dalam menentukan penanganan segera
setelah lahir.
c. Pemotongan Tali Pusat
Pemotongan tali pusat menyebabkan pemisahan fisik terakhir antara ibu
dan bayi. Waktu pemotongan tali pusat tergantung pada pengalaman
seorang bidan. Pada bayi gawat (high-risk baby) perlu dilakukan
pemotongan tali pusat secepat mungkin agar dapat dilakukan resusitasi
sebaik-baiknya. Bahaya yang ditakutkan adalah bahaya infeksi. Untuk
menghindari infeksi tali pusat yang dapat menyebabkan sepsis dan
meningitis, gunting tali pusat harus benar-benar steril. Selanjutnya, tali
pusat dirawat dalam keadaan steril/bersih dan kering.
Perawatan tali pusat sebaiknya dipertahankan terbuka, ditutupi kasa
steril dan kering secara longgar, dan tidak memakali gurita (Tando, Naomy
Marie, 2016). Putung tali pusat bayi akan lepas pada minggu pertama
(Muslihatun, Wafi Nur, 2010).
d. Pencegahan Kehilangan Panas
Mekanisme pengaturan temperatur tunuh pada bayi bayu lahir belum
berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya
pencegahan kehilangan panas tubuh maka bayi baru lahir dapat mengalami
hipotermia. Bayi dengan hipotermia, sangat resiko tinggi untuk mengalami
kesakitan berat atau bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi
yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan
diselimuti walaupun berada di dalam ruangan yang relatif hangat. Berikut
cara untuk mencegah kehilangan panas:
1) Keringkan bayi dengan seksama dengan handuk atau kain bersih dan
kering.
2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
3) Selimuti bagian kepala bayi
4) Anjurkan ibu memeluk dan menyusui bayinya
5) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya enam jam setelah lahir (JNPK-KR,
2015)
e. Pemberian Air Susu Ibu (ASI)
Pemberian ASI awal dengan meletakkan bayi di dada ibu segera setelah
lahir disebut IMD. Beberapa penelitian membuktikan bahwa IMD
menimbulkan banyak keuntungan untuk ibu dan bayi, yaitu:
1) Mendekatkan hubungan batin dengan ibu dan bayi karena pada IMD
terjadi komunikasi batin yang sangat pribadi dan sensitif.
2) Bayi akan mengenal ibunya lebih dini sehingga memperlancar proses
laktasi.
3) Suhu tubuh bayi stabil karena hipotermia telah dikoreksi panas tubuh
ibunya.
4) Refleks oksitosin yang berfungsi merangsang kontraksi ibu akan
berfungsi secara maksimal.
5) Mempercepat produksi ASI, karena mendapatkan rangsangan isapan bayi
lebih awal, rangsangan isapan dapat memproduksi hormon prolaktin
yang memproduksi ASI (Tando, Naomy Marie, 2016).
Pada saat IMD (1 jam) tugas bidan yaitu melakukan observasi apakah
refleks mencari puting bayi (refleks rooting) baik, refleks menghisap baik
dan refleks menelan pada bayi (JNPK-KR, 2015).
Menurut Kemenkes (2016), sebaiknya bayi disusui secara nir-jadwal
(on demand), karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus
menyusui bayinya bila bayi menangis bukan sebab lain (kencing,
kepanasan/ kedinginan, atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa
perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat, ASI dalam lambungnya akan
kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya bayi akan menyusu dengan
jadwal yang tidak teratur, dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2
minggu kemudian. Dengan menyusui nir-jadwal, sesuai kebutuhan bayi,
akan mencegah timbulnya masalah menyusui.
f. Pencegahan infeksi pada mata
Cara mencegah infeksi pada mata bayi baru lahir adalah memberikan
salep mata atau obat tetes mata dalam waktu satu jam setelah bayi lahir
untuk mencegah oftalmia neonatorum. Jangan membersihkan salep mata
yang telah diberikan pada mata bayi. Keterlambatan memberikan salep mata
pada bayi baru lahir menyebabkan seringnya kegagalan upaya pencegahan
infeksi pada mata (Tando, Naomy Marie, 2016).
g. Profilaksis Perdarahan Bayi Baru Lahir
Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K 1 injeksi 1mg
intramuskuler di paha kiri sesegera mungkin untuk mencegah perdarahan
bayi baru lahir akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian
bayi baru lahir (JNPK-KR, 2015).
h. Imunisasi
Berikan imunisasi hepatitis B 0,5 ml intramuskular di paha kanan
anterolateral kira-kira 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1 (Tando, Naomy
Marie, 2016). Menurut Dewi dan Putu (2021) hepatitis B diberikan sedini
mungkin (dalam waktu12 jam) setelah bayi lahir pada bagian paha
(muskulus gluteus).
i. Rawat Gabung
Rawat gabung adalah suatu cara perawatan yang menyatukan ibu
bersama bayinya dalam satu ruangan, atau suatu tempat secara bersama-
sama dan tidak dipisahkan selama 24 jam penuh dalam sehari. Tujuan rawat
gabung salah satunya yaitu ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin, ibu
dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi yang benar seperti yang
dilakukan petugas (Dewi, Vivian Nanny Lia, 2013).
5. Masalah yang sering dijumpai pada BBL
Menurut Kemenkes RI (2012), masalah yang paling sering dijumpai pada bayi
baru lahir yaitu:
a. BAB dan BAK pada hari-hari pertama
Sekitar 95% bayi kencing dalam jam pertama dan mengeluarkan
mekonium dalam 24 jam pertama. Sebagian besar bayi akan kencing segera
setelah ia lahir dan kemudian tidak kencing atau hanya 2-3 kali BAK dalam
24 jam selama 3 hari pertama. Bila dalam 24 jam bayi belum BAK atau
belum BAB, perlu mendapatkan perhatian khusus. Evaluasi lebih lanjut
perlu dilakukan dan dirujuk bila perlu. Pada akhir minggu pertama bayi
akan BAK 5-6x/hari dan 3-4x/hari. BAB dengan konsentrasi tinja mulai
seperti pasta gigi dan warna mulai kekuningan. Namun BAB pada bayi ASI
eksklusif sesungguhnya sangat bervariasi dalam hal frekuensi dan warna.
Kondisi ini tidak perlu dikhawatirkan sama sekali sepanjang bayi tetap aktif,
dapat menangis kuat dan menyusu dengan baik (Kemenkes RI, 2012).
b. Bayi rewel
Bayi rewel atau menangis tidak selalu lapar. Rewel bisa disebabkan
mengompol, kepanasan/ kedinginan, terlalu lelah atau ingin tidur, ingin
ditimang atau mendengarkan suara ibunya, merasa sendiri, atau memang
ada yang tidak nyaman/ nyeri pada tubuhnya (Kemenkes RI, 2012).
c. Gumoh
Gumoh normal dialami oleh sebagian besar bayi pada usia 0-12 bulan.
Gumoh bukan muntah tetapi keluarnya sebagian isi lambung tanpa
didahului rasa mual dan tanpa peningkatan tekanan dalam perut bayi.
Gumoh terjadi karena lambung bayi masih berada dalam posisi agak
mendatar, masih berada pada rongga dada, besar lambung yang relatif kecil,
fungsi penutup mulut lambung dan esofagus belum sempurna.
6. Cakupan Kunjungan Neonatal
Cakupan kunjungan neonatal adalah adalah cakupan neonatus yang
mendapatkan pelayanan sesuai standar sedikitnya 3 kali, yaitu 1 kali pada 6-48
jam setelah lahir (KN 1), 1 kali pada 3-7 hari setelah lahir (KN 2) dan 1 kali
pada hari ke 8-28 setelah lahir (KN 3) setelah lahir di suatu wilayan kerja pada
kurun waktu tertentu. Cakupan pelyanan neontal oleh tenaga kesehatan untuk
mengetahui jangkauan layanan kesehatan neonatal serta kemampuan program
dalam menggerakan masyarakat melakukan layanan kesehatan neonatal
(Kemenkes RI, 2020)
BAB III

ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS PADA BY. NY. S UMUR 0 HARI


DI BPM WIJI LESTARI BANYURIP

A. JUDUL KASUS
Asuhan Kebidanan Neonatus Pada BY. NY.S Umur 0 Hari di Bpm Wiji Lestari
Banyurip
B. PELAKSANAAN ASUHAN
C. Data Subjektif
1. Identitas
Bayi
a. Nama : Bayi Ny. S
b. Tanggal, jam lahir : 28 Mei 2021, 14.00 WIB
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
Orang Tua
a. Nama Ayah : Tn. W Nama Ibu : Ny. S
b. Umur : 34 tahun Umur : 39 tahun
c. Agama : Islam Agama : Islam
d. Pendidikan : SD Pekerjaan : SD
e. Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
f. Alamat : Mudirejo RT 9 Bumi Aji, Gondang, Sragen
Keluhan Utama : ibu mengatakan bayinya lahir jam 14.00 jenis kelamin
laki-laki dan tidak ada keluhan mengenai bayinya.
2. Data Ibu
a. Riwayat obstetri : G2P1A0 UK : 37+5 minggu
b. Frekuensi ANC : 10 kali
c. Obat-obatan / jamu yang diminum : Tidak ada
d. Riwayat penyakit penyerta : Tidak ada
e. Komplikasi selama hamil : Tidak ada
f. Riwayat persalinan terakhir
Tanggal / Jam : 28 Mei 2021 / 14.00 WIB
Jenis Persalinan : Normal, spontan
Penolong : Bidan
Tempat Persalinan : BPM
Komplikasi / penyulit : Tidak ada
3. Keadaan BBL
a. Antopometri
Berat Badan Lahir : 3400 gram
Panjang Badan Lahir: 49 cm
Lingkar Kepala : 33 cm
Lingkar Dada : 33 cm
Lingkar Lengan Atas: 11 cm
b. APGAR Score
Menit ke- 1 : 8
Menit ke- 5 : 9
Menit ke-10 : 10
c. Keadaan fisik : Baik

D. Data Objektif
1. Keadaan BBL
a. Antopometri
Berat Badan Lahir : 3400 gram
Panjang Badan Lahir: 49 cm
Lingkar Kepala : 33 cm
Lingkar Dada : 33 cm
Lingkar Lengan Atas: 11 cm
b. APGAR Score
Menit ke- 1 :8
Menit ke- 5 :9
Menit ke-10 : 10
c. Keadaan fisik : Baik
2. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik

b. Tanda-tanda Vital
- Nadi : 130 kali / menit
- Suhu : 36,9°C
- Respirasi : 46 kali / menit
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Rambut hitam, ubun-ubun teraba, tidak ada oedema
b. Mata : Simetris, gerakan mata baik, sklera putih
c. Telinga : Simetris, ada lubang telinga, tidak ada kelainan
d. Hidung : Simetris, tidak ada fraktur, cuping hidung negatif
e. Mulut : Bersih, reflek hisap baik
f. Leher : Pergerakan baik, tidak ada trauma, vena teraba
g. Leher : Pergerakan normal, tidak ada pembengkakan
h. Dada : Simetris, tidak ada retraksi
i. Abdomen : Bentuk bulat memanjang, tidak ada benjolan, tidak ada
peradangan tali pusat
j. Punggung : Tidak ada spinabifida, tidak ada kelainan
k. Genetalia : Penis berlubang
l. Anus : Normal, terdapat lubang anus
m. Ekstremitas : Ekstremitas atas maupun bawah simetris, jari-jari tangan
dan jari-jari kaki lengkap
n. Kulit : Tidak ada ruam, tidak ada oedema, warna kemerahan
3. Pola Pemenuhan Kebutuhan Dasar
a. Nutrisi : ASI dengan pemberian secara langsung telah diberikan
sesering mungkin dan setiap bayi menangis/
mengingikannya atau setiap 2-3 jam sekali
b. Eliminasi
BAK : Sudah 1 kali, berwarna jernih kekuningan
BAB : Sudah, 1 kali, konsistensi lembek
c. Hygiene : Bayi belum dimandikan
d. Perawatan tali pusat : Tali pusat ditutupi kassa dan tidak
ada tanda-tanda infeksi
4. Perawatan penunjang
Tidak ada

E. ANALISIS DATA
A. Diagnosa Kebidanan
Bayi Ny. S umur 0 hari, cukup bulan dengan berat badan lahir normal.
B. Masalah
Tidak ada
C. Kebutuhan
1. Perawatan tali pusat
2. Jaga kehangatan bayi

F. PELAKSANAAN
Tanggal, Jam : 28 Mei 2021 15.20 WIB
1. Memberikan informasi hasil pemeriksaan bayi pada ibu dan keluarga bahwa
bayi dalam keadaan baik dan sehat
Evaluasi : Ibu dan keluarga merasa lega dengan kondisi bayi yang sehat dan
normal
2. Memberikan konseling tentang tanda bahaya bayi baru lahir, seperti panas/
demam, warna kulit kekuningan, bayi tidak mau menyusu, dan infeksi tali pusat
(tali pusat kemerahan)
Evaluasi : Ibu dan keluarga memahami dan dapat menjelaskan kembali tanda
bahaya bayi baru lahir yang telah disampaikan
3. Menganjurkan pada ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya yaitu
pemberian ASI saja tanpa tambahan makanan apapun sampai bayi berusia 6
bulan
Evaluasi : Ibu bersedia memberikan ASI eksklusif pada bayinya
4. Melakukan perawatan tali pusat untuk memastikan tali pusat tidak mengalami
infeksi dengan menjaga tetap kering dan dibiarkan terbuka
Evaluasi : Tali pusat tertutup kasa dalam keadaan bersih dan kering serta tidak
ada tanda-tanda infeksi
5. Mempertahankan suhu tubuh bayi agar tetap stabil (hangat) dengan memakaikan
baju, bedong, dan penutup kepala bayi.
Evaluasi : Bayi telah terjaga kehangatannya dengan dipakaikan baju, bedong,
dan penutup kepala
6. Mendokumentasikan tindakan
Evaluasi : Tindakan telah di dokumentasikan
BAB IV
PEMBAHASAN

Bayi Ny. S lahir cukup bulan dengan masa gestasi 37+5 minggu, lahir spontan
pada tanggal 28 Mei 2021 pukul 14.00 WIB. Ketika bayi lahir, tidak ditemukan adanya
masalah, bayi menangis spontan, kuat, tonus otot positif, warna kulit kemerahan, jenis
kelamin perempuan, tidak ada cacat bawaan, dengan panjang badan lahir 49 cm, berat
badan lahir 3400 gram. Bayi Ny. S termasuk bayi baru lahir normal, sesuai dengan teori
Manggiasih, dkk (2016) yang mengatakan bahwa bayi baru lahir normal adalah bayi
yang lahir dengan umur kehamilan 37-42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai
4000 gram.
Kunjungan neonatal 1 (KN-1) pada bayi Ny. S dilakukan pada tanggal 28 Mei
2021 pada pukul 20.00 WIB di BPM Wiji Lestari. Kunjungan neonatal dilakukan pada
bayi usia 6 jam. Menurut (Kemenkes RI, 2020) pelaksanaan pelayanan kesehatan
neonatal pada kunjungan neonatal 1 adalah pada usia 6 jam sampai dengan 48 jam
setelah bayi lahir. Sehingga waktu kunjungan neonatal yang dilakukan sesuai dengan
tinjauan teori.
Pada kunjungan neonatal ini, Ibu mengatakan tidak ada keluhan pada bayinya,
hanya saja bayinya belum dimandikan sejak lahir. Ibu mengatakan ASInya sudah keluar
dan sudah menyusui bayinyan setiap 2-3 jam sekali atau jika bayi menangis. Hal ini
sesuai dengan teori menurut Kemenkes (2016), yang mengatakan sebaiknya bayi
disusui secara nir-jadwal (on demand), karena bayi akan menentukan sendiri
kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan sebab lain
(kencing, kepanasan/ kedinginan, atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa
perlu menyusui bayinya.
Ibu mengatakan bayinya sudah BAB dengan konsistensi lembek dan lengket
berwarna hitam kecoklatan dan sudah BAK 2 kali berawarna jernih kekuningan.
Menurut Tando, Naomy Marie (2016), eliminasi dikatakan baik jika urine dan
mekonium keluar dalam 24 jam pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan.
Mekonium merupakan hasil dari sel-sel yang diproduksi dalam saluran cerna selama
bayi berada dalam kandungan.
Hasil pemeriksaan keadaan umum baik, tanda-tanda vital HR : 130 x/s, RR : 46
x/s, S : 36,9°C. Pada pemeriksaan fisik bayi tidak ditemukan adanya kelaianan, bayi
berjenis kelamin laki-laki dengan genitalia testis sudah turun ke scrotum. Hasil
pemeriksaan dikatakan normal sesuai dengan salah satu ciri-ciri bayi baru lahir normal
menurut Tando, Naomy Marie (2016) yaitu frekuensi jantung bayi 120-160 kali/menit,
pernapasan ± 40-60 kali/menit, dan pada bayi perempuan labia mayora menutupi labia
minora.
Sesuai dengan kunjungan pelayanan KN1, asuhan yang diberikan pada bayi Ny.
S yaitu merawat tali pusat bayi dengan benar, menjaga kehangatan tubuh bayi dengan
memakaikan pakaian, bedong dan penutup kepala, dan menganjurkan ibu untuk
memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Bayi pertama kali dimandikan sore hari
sekitar 10 jam setelah bayi lahir. Kemudian mengeringkan bayi agar bayi tidak
kedinginan/ hipotermi. Waktu untuk memandikan bayi ini sesuai menurut (Wahyuni,
Sari. 2011) yang mengatakan bahwa bayi dimandikan minimal 6 jam setelah bayi lahir.
Perawatan tali pusat dilakukan dengan menjaga tali pusat tetap bersih dan kering
dan dibiarkan terbuka tanpa dibubuhi apapun. Hal ini tidak sesuai dengan teori Tando,
Naomy Marie (2016) bahwa tali pusat dirawat dalam keadaan steril/bersih dan kering.
Perawatan tali pusat sebaiknya dipertahankan terbuka, ditutupi kasa steril dan kering
secara longgar, dan tidak memakali gurita. Sehingga tada kesenjangan antara praktik
dan teori dalam perawatan tali pusat bayi Ny. S
Selanjutnya dilakukan pemberian imunissi Hepatitis B (HB0) pada bayi di paha
kanan bagian luar secara IM dengan dosis 0,5 ml. Menurut Tando, Naomy Marie (2016)
imunisasi hepatitis B diberikan 0,5 ml intramuskular di paha kanan anterolateral kira-
kira 1-2 jam setelah pemberian vitamin K 1, Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan
bahwa pemberian imunisasi hepatitis B pada bayi Ny. S sudah sesuai dengan teori
karena sebelum diberikan diberikan hepatitis B, sebelumnya setelah lahir bayi telah
diberikan vitamin K1.
Asuhan selanjutnya yaitu memberikan konseling pada ibu dan keluarga
mengenai tanda bahaya bayi baru lahir. Konseling ini sangat penting diberikan agar ibu
dan keluarga dapat mengetahui tanda bahaya bayi sehingga ibu dan keluarga dapat
membawa bayinya ke fasilitas kesehatan. Menurut (Dewi, Vivian Nanny Lia, 2013)
menguraikan bahwa dalam asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir salah satunya
adalah penyuluhan. Penyuluhan yang diberikan sebelum ibu dan bayi kembali ke rumah
adalah tanda-tanda bahaya bayi. Sehingga asuhan yang diberikan sesuai dengan tinjauan
teori.
Ibu juga dianjurkan untuk memberikan ASI Eksklusif pada bayinya, yaitu
pemberian ASI saja tanpa tambahan makanan apapun sampai bayi berusia 6 bulan.
Menurut Kemenkes (2019) Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi,
khususnya bayi berusia 0-6 bulan, yang fungsinya tidak dapat tergantikan oleh makanan
dan minuman apapun. Pemberian ASI merupakan pemenuhan hak bagi setiap ibu dan
anak. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Pasal 128 yang mengatur tentasi ASI juga
menyebutkan bahwa setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak
dilahirkan selama 6 bulan, kecuali atas indikasi medis. Sehingga asuhan yang diberikan
dalam menganjurkan ibu untuk memberikan ASI ekklusif sudah sesuai dengan teori
karena merupakan bentuk dukungan bidan dalam mewujudkan pemberian ASI eksklusif
pada bayi.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuahan kebidanan neonatus dengan
pendokumentasian yang dilakukan pada bayi Ny. S umur 0 hari pada tanggal 28
Mei 2021 dapat disimpulkan bahwa saat kunjungan neonatus pertama (KN 1)
ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek,

B. Saran
Petugas kesehatan harus tetap memberikan pelayanan yang komperhensif dan
tetap mempertahankan bahkan meningkatkan metode asuhan pada neonatus.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.Jakarta:
Salemba Medika.
Dewi, Putu Dian P. K. dan Putu Sukma M. 2021. Askeb Neonatus, Bayi, Balita, dan
Anak Prasekolah. Yogyakarta: CV Budi Utama.
Dinkes Gunungkidul. 2019. Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Gunungkidul.
Wonosari: Dinas Kesehatan Kab. Gunungkidul.
JNPK-KR. 2015. Asuhan Persainan Normal & Inisiasi menyusu Dini. Jakarta : USAID.
Kementerian Kesehatan RI. 2012. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial
Pedoman Teknis pelayanan kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI.
______________________. 2015. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta:
Kemenkes RI.
______________________. 2021. Pedoman bagi Ibu Hamil, Ibu Nifas, dan Bayii Baru
Lahir Selama Social Distancing. Jakarta: Kemenkes RI.
Lailiyana, Ani Laila, Isrowiyatun D., dan Ari S. 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Persalinan. Jakarta: EGC.
Lengkong, Fima L.F.G, & Jimmy Posangi. 2013. Faktor – Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kematian Bayi Di Indonesia. Jurnal KESMAS, 9 (4), 41-47.
Manggiasih, V. A., Jaya, dan Pongki, 2016. Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi,
Balita dan Anak Prasekolah. Jakarta: Trans Info Media.
Marmi dan Rahardjo, K. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2013. Diakses: 21 Maret 2021, dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%20
Tando, Naomy Marie. 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita.
Jakarta : EGC.
Wahyuni, Sari. 2011. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai