Anda di halaman 1dari 30

FISIOLOGIS NEONATAL

(penyesuaian janin ke ekstrauterin, pemeriksaan fisik neonatal)

Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Fisiologi Kebidanan

Profesional dosen pengampu : Djudju Sriwendah, SST., MPH

Disusun oleh :

Astrid Labibah P17324120509

Khiorunnisa P17324120519

PRODI PROFESI KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANDUNG

Tahun 2020-2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang


telah melimpahkan Rahmat dan karuniaNya, Alhamdulillah kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Fisiologis Neonatus”. ini tepat
pada waktu yang telah di tentukan.

Pembuatan makalah ini tentunya mendapat bimbingan dari


berbagai pihak atas bimbingan yang telah diberikan, kami ucapkan terima
kasih kepada :

1. Djudju Sriwendah, SST., MPH selaku dosen mata kuliah


Fisiologis Kebidanan
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan sepenuhnya baik
material maupun spiritual.

Kami menyadari bahwa makalah ini belum sepenuhnya sempurna.


Untuk itu kami membuka kritik maupun saran bagi para pembaca agar
perbaikan-perbaikan dapat dilakukan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita dan dapat menambah pengetahuan.

Bandung,

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTARi

DAFTAR ISIii

BAB I PENDAHULUAN1

A. Latar Belakang1

B. Tujuan Penelitian2

BAB II TINJAUAN TEORI3

A. Konsep dasar neonatus 3


B. Tanda-tanda neonatus normal Family 3
C. Penyesuaian janin ke ekstra uterin 4
D. Pengertian fisiologis neonatal 7
E. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir 11
F. Asuhan kebidanan neonatus 18

BAB III PENUTUP 25

A. Kesimpulan 25

Daftar pustaka 26
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Neonatus adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28
hari) sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir)
sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi
berusia 0–7 hari.Neonatus lanjut adalah bayi berusia 7–28 hari
(Muslihatun, 2010) sitasi (Marfuah, 2019). Dalam periode 5 tahun
sebelum SDKI 2017, Angka Kematian Neonatal (AKN) adalah 15
kematian per 1.000 kelahiran hidup, menyiratkan bahwa 1 dari 67 anak
meninggal dalam bulan pertama kehidupannya.
Berdasarkan hasil SDKI 2002–03 sampai SDKI 2017 untuk
estimasi angka kematian neonatal, bayi dan balita pada periode 5 tahun
sebelum survey, berikut rentang kepercayaan 95 persen. AKN menurun
dari 20 per 1.000 kelahiran hidup hasil SDKI 2002–03 menjadi 15 per
1.000 kelahiran hidup (penurunan 25 persen) (Kemenkes RI, 2017).
Salah satu indikator kesehatan Indonesia adalah derajat
kesehatan bayi, yang di ukur melalui angka kematian bayi. Angka
kematian bayi juga (AKB) merupakan indicator penting untuk menilai
tingkat kesejahteraan suatu negara dan status kesehatan masyarakat.
Angka kematian bayi sebagian besar adalah kematian neonatal yang
berkaitan dengan status kesehatan ibu saat hamil, pengetahuan ibu dan
keluarga tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan, dan peranan
tenaga kesehatan serta ketersediaan fasilitas kesehatan. Salah satu
penyebab kematian bayi adalah BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah).
Anemia, paritas, umur ibu kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
dapat mengakibatkan kematian janin dalam kandungan, abortus BBLR,
pada bayi yang di lahirkan (Proverawati, 2011) sitasi (Sine, 2017).
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir adalah langkah yang harus dilalui
seorang bidan dalam memberikan asuhan pada bayi baru lahir.
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir meliputi pemeriksaan kepala, mata,
hidung, mulut, leher, klavikula, tangan, dada, genetalia, abdomen,
tungkai, spinal, kulit dan reflek bayi baru lahir (Suksesi A, 2016).
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana penyesuaian janin ke ekstra uterin
2. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan fisik neonatal
BAB II TINJAUAN

PUSTAKA

A. Konsep dasar neonatus


Neonatus adalah bayi yang lahir dengan berat lahir antara 2500 –
4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada
kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat (M. Sholeh 2007
dalam Marmi dan Kukuh 2012).
Neonatus perlu menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke
kehidupan ekstrauterin. Tiga faktor yang memengaruhi perubahan
fungsi ini yaitu maturasi, adaptasi dan toleransi. Maturasi
mempersiapkan fetus untuk transisi dari kehidupan intrauterine ke
kehidupan ekstrauterin dan ini berhubungan lebih erat dengan masa
gestasi dibandingkan dengan berat badan lahir. Adaptasi diperlukan
oleh neonatus untuk dapat tetap hidup dalam lingkungan baru yang
dibandingkan dengan lingkungan selama menjadi fetus, kurang
menyenangkan. Toleransi yakni kemampuan tubuh bertahan terhadap
kondisi-kondisi abnormal seperti hipoksia, hipoglikemia, dan
perubahan pH yang dramatis dimana fatal bagi orang dewasa tetapi
tidak bagi bayi. Toleransi dan adaptasi berbanding terbalik bila
dibandingkan dengan maturasi. Makin matur neonatus, makin baik
adaptasinya tetapi makin kurang toleransinya (Hassan R, 2005).
B. Tanda-tanda neonatus normal
Tanda-tanda neonatus normal adalah appearance color (warna
kulit) seluruh tubuh kemerahan, pulse (denyut jantung) >100 x/menit,
grimace (reaksi terhadap rangsangan) menangis/batuk/bersin, activity
(tonus otot) gerakan aktif, respiration (usaha nafas) bayi menangis
kuat. (Mochtar 1998 dalam Rukiyah 2012).
Kehangatan tidak terlalu panas (lebih dari 38 0C) atau terlalu dingin
(kurang dari 360C), warna kuning pada kulit (tidak pada konjungtiva),
terjadi pada hari ke-2 sampai ke-3 tidak biru, pucat, memar. Pada saat
diberi makan, hisapan kuat, tidak mengantuk berlebihan, tidak
muntah. Tidak juga terlihat tanda-tanda infeksi seperti tali pusat
merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, berdarah. Dapat
berkemih selama 24 jam, tinja lembek, sering hijau tua, tidak ada
lendir atau darah pada tinja, bayi tidak menggigil atau tangisan kuat,
dan tidak terdapat tanda: lemas, mengantuk, lunglai, kejang- kejang
halus tidak bisa tenang, menangis terus-menerus (Prawirohardjo
2002 dalam Rukiyah 2012).
C. Penyesuaian janin ke extra uterin
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur
kehamilan lebih dari atau sama dengan 37 minggu dengan berat lahir
2500-4000 gr. Adaptasi BBL terjadi terhadap kehidupan di luar uterus.
Pada waktu kelahiran, sejumlah adaptasi fisik dan psikologis mulai
terjadi pada tubuh bayi baru lahir, karena perubahan dramatis ini, bayi
memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan bagaimana ia
membuat suatu transisi yang baik terhadap kehidupannya diluar
uterus. Bayi baru lahir juga membutuhkan perawatan yang dapat
meningkatkan kesempatan menjalani masa transisi yang baik
terhadap kehidupannya di luar uterus. Bayi baru lahir juga
membutuhkan perawatan yang dapat meningkatkan kesempatan
menjalani masa transisi dengan berhasil. Tujuan asuhan kebidanan
yang lebih luas selama ini adalah memberikan perawatan
komprehensif kepada bayi baru lahir pada saat ia dalam ruang rawat,
untuk mengajarkan orang tua bagaimana merawat bayi mereka, dan
untuk memberi motivasi terhadap upaya pasangan menjadi orang tua,
sehingga orang tua percaya diri dan mantap (Ledwig,2006).
Periode transisional mencakup tiga periode, meliputi priode
pertama reaktivitas, fase tidur, dan periode kedua reaktivitas.
Karakteristik masing-masing periode memperlihatkan kemajuan bayi
baru lahir. Beberapa saat dan beberapa jam dari awal kehidupan
ekstrauterin bayi baru lahir merupakan keadaan yang paling dinamis.
Pada saat kelahiran, bayi berubah dari keadaan ketergantungan
sepenuhnya kepada ibu menjadi tidka tergantung secara fisiologis.
Perubahan ini merupakan proses kompleks yang dikenal sebagain
transisi.
1. Periode transisi
Karakteristik perilaku terlihat nyata selama jam transisi
segera setelah lahir. Masa transisi ini mencerminkan suatu
kombinasi respons simpatik terhadap tekanan persalinan
(tachypnea,tachycardia) dan respons parasimpatik (sebagai
respons yang diberikan oleh kehadiran mucus, muntah, dan gerak
peristatic). Periode transisi dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Reaktivitas I (the first period of reactivity)
Dimulai pada masa persalinan dan berakhir setelah 30
menit. Selama periode ini detak jantung cepat dan pulsasi tali
pusar jelas. Warna kulit terlihat sementara sianosis atau
akrosianosis. Selama periode ini mata bayi membuka dan bayi
memperlihatkan perilaku siaga. Bayi mungkin menangis,
terkejut atau terpukau. Selama periode ini setiap usaha harus
dibuat untuk memudahkan kontak bayi dan ibu. Membiarkan
ibu memegang bayi untuk mendukung proses pengenalan.
Beberapa bayi akan disusui selama periode ini. Bayi sering
mengeluarkan kotoran dengan seketika setelah persalinan dan
suara usus pada umumnya terdengar setelah usia 30 menit.
Bunyi usus menandakan sistem pencernaan berfungsi dengan
baik. Keluarnya kotoran sendiri, tidak menunjukkan kehadiran
gerak peristaltic hanya menunjukkan bahwa anus dalam
keadaan baik. Lebih jelas dapat dilihat karakteristiknya, yaitu :
1) Tanda-tanda vital bayi baru lahir sebagai berikut:
frekuensi nadi yang cepat dengan irama yang tidak
teratur, frekuensi pernapasan mencapai 80 x/menit, irama
tidak teratur dan beberapa bayi mungkin dilahirkan
dengan keadaan pernapasn cuping hidung, ekpirasi
mendengkur serta adanya retraksi.
2) Fluktuasi warna dari merah jambu pucat ke sianosis
3) Bising usus biasanya tidak ada, bayi biasanya tidak
berkemih ataupun tidak mempunyai pergerakan usus
selama periode ini.
4) Bayi baru lahir mempunyai sedikit jumlah mukus,
menangis kuat. Tips khusus, selama periode ini mata bayi
terbuka lebih lama daripada hari-hari selanjutnya, saat ini
adalah waktu yang paling baik untuk memulai proses
periode perlekatan karena bayi baru lahir dapat
mempertahankan kontak mata untuk waktu yang lama.
a. Fase tidur (period of unresponsive sleep)
Berlangsung selama 30 menit sampai 2 jam persalinan.
Tingkat pernapasan menjadi lebih lambat. Bayi dalam keadaan
tidur, suara usus muncul tapi berkurang. Jika mungkin, bayi
tidak diganggu untuk pengujian utama dan jangan
memandikannya. Selama masa tidur memberikan kesempatan
pada bayi untuk memulihkan diri dari proses persalinan dan
periode transisi ke kehidupan diluar uterin.
b. Periode relaktivitas II (the second period of reactivity)/transisi
ke III
Berlangsung selama 2 sampai 6 jam setelah persalinan.
Jantung bayi labil dan terjadi perubahan warna kulit yang
berhubungan dengan stiulus lingkungan. Tingkat pernapasan
bervariasi tergantung pada aktivitas. Neonatus mungkin
membutuhkan makanan dan harus menyusu. Pemberian
makan awal penting dalam pencegahan hipoglikemia dan
stimulasi penegluaran kotoran dan pencegahan penyakit
kuning. Pemberian makan awal juga menyediakan kolonisasi
bakteri isi perut yang mengarahkan pembentukan vitamin k
oleh traktus intenstinal. Neonatus mungkin bereaksi terhadap
makanan pertama dengan cara memuntahkan susu bersama
mucus. Ibu harus diajari cara menyendawakan bayinya. Setiap
mucus yang terdapat selama pemberian makanan awal dapat
berpengaruh terhadap kecukupan pemberian makanan,
terutama jika mucus yang banyak mungkin mengindikasikan
masalah seperti esofagial atresia, mucus bernoda empedu
menunjukkan adanya penyakit pada bayi dan pemberian
makan perlu ditunda, sehingga penyebabnya diselidiki secara
menyeluruh.
Periode transisi ke kehidupan ekstrauterin berakhir setelah
periode kedua reaktivitas. Hal ini terjadi sekitar 2-6 jam setelah
persalinan. Kulit dan saluran pencernaan neonatal belum
terkolonisasi oleh beberapa tipe bacteria. Oleh karena itu,
neonatal jangan diproteksi dari bacteria menguntungkan.
Semua perawat harus mencuci tangan dan lengan bawah
selama 3 menit dengan sabun antibakteria sebelum
menyentuh bayi. Aktivitas ini merupakan proteksi yang
berguna terhadap infeksi neonatal. APGAR SCORE harus
dinilai selama periode ini.
D. Pengertian fisiologis neonatal
1. Sistem pernapasan
Perkembangan sistem pulmoner:
Umur kehamilan perkembangan
24 hari bakal paru-paru terbentuk
26-28 hari kedua bronchi membesar
6 minggu dibentuk segmen bronchus
12 minggu diferensial lobus
24 minggu dibentuk alveolus
28 minggu dibentuk surfaktan
34-36 minggu struktur matang
Struktur matang ranting paru-paru sudah bisa mengembangkan
sistem alveoli. Selama dalam uterus, janin mendapa okisgen dari
pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas
harus melalui paru-paru bayi.
Rangsangan gerakan pernapasan pertama :
a. Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir (stimulasi
mekanik)
b. penurunanPaO2 dan kenaikan PaCo2 merangsang kemoreseptor
yang terletak di sinus karotikus (stimulasi kimiawi)
c. rangsangan dingin di daerah muka dan perubahan suhu di dalam
uterus (stimulasi sensorik)
d. refleks defiasi hering breur
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30
menit pertama setelah lahir Usaha bayi pertama kali untuk
mempertahankan tekanan alveoli, selain adanya surfaktan yang
menarik napas dan mengeluarkan napas dengan merintih, sehingga
udara tertahan di dalam.
Respirasi pada neonatus biasanya pernapasan diafragmatik dan
abdominal, sedangkan frekuensi dan dalamnya belum teratur.
Apabila surfaktan berkurang maka alveoli akan kolaps dan paru-
paru kaku, sehingga terjadi atelektasis dalam keadaan anoksia
neonatus masih dapat mempertahankan hidupnya karena adanya
kelanjutan metabolisme anaerobik.
2. Peredaran Darah
Pada masa fetus daerah dari plasenta melalui vena
umbilikalis sebagian ke hati, sebagian langsung ke serambi kiri
jantung kemudian ke bilik kiri jantung. Dari bilik kiri darah dipompa
melalui aorta ke seluruh tubuh. Dari bilik kanan darah dipompa
sebagian ke paru dan sebagian melalui duktus arteriosus ke aorta.
Setelah bayi lahir, paru akan berkembang mengakibatkan
tekanan arteriol dalam paru menurun. Tekanan dalam jantung
kanan turun, sehingga tekanan jantung kiri lebih besar daripada
tekanan jantung kanan yang mengakibatkan menutupnya foramen
ovale secara fungsionil. Hal ini terjadi pada jam-jam pertama
setelah kelahiran. Oleh karena tekanan dalam paru turun dan
tekanan dalam aorta desenden naik dan karena rangsangan
biokimia (PaO2 yang naik), duktus arteriosus berobliterasi ini
terjadi pada hari pertama.
Aliran darah paru pada hari pertama ialah 4-5 liter per
menit/m (Gessner. 1965). Aliran darah sistolik pada hari pertama
rendah, yaitu 1,96 liter/ menit/m dan bertambah pada hari kedua
dan ketiga (3.54 liter/m) karena penutupan duktus arteriosus.
Tekanan darah pada waktu lahir dipengaruhi oleh jumlah darah
yang melalui tranfusi plasenta dan pada jam-jam pertama sedikit
menurun, untuk kemudian naik lagi dan menjadi konstan kira-kira
85/40 mmHg.
3. Suhu Tubuh
4 mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari
bayi baru lahir ke lingkungannya:
a. Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang
kontak langsung dengan tubuh bayi (pemindahan panas dari
tubuh bayi ke objek lain melalui kontak langsung).
Contoh :
1) Menimbang bayi tanpa alas timbangan
2) Tangan penolong yang dingin memegang BBL
3) Menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan BBL
b. KONVEKSI
Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang
bergerak (jumlah panas yang hilang tergantung pada
kecepatan dan suhu udara).
1) Membiarkan atau menempatkan BBL dekat jendela.
2) Membiarkan BBL di ruang yang terpasang kipas angin.
c. Radiasi
Panas dipancarkan dari BBL kehiar tubulinya ke lingkungan
yang lebih dingin (perindahan panas antara 2 objekyang
mempunyai suhu berbeda) Contoh:
1) BBL dibiarkan dalam ruangan tanpa diberikan pemanas
(radiant warmer)
2) BBL dibiarkan dalam keadaan telanjang
3) BBL ditidurkan berdekatan dengan ruang yang dingin,
misalnya dekat tembok
d. Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada
kecepatan dan kelembapan udara (perpindahan panas dengan
cara mengubah cairan menjadi uap). Evaporasi dipengaruhi
oleh :
1) Jumlah panas yang dipakai.
2) Tingkat kelembapan udara.
3) Aliran udara yang melewati.
Mencegah kehilangan panas:
a. Keringkan bayi secara saksama
b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat.
c. Tutup bagian kepala bayi.
d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya
e. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.
f. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.
Dalam proses adaptasi kehilangan panas bayi mengalami
a. Stres pada BBL menyebabkan hypotermi.
b. BBL mudah kehilangan panas.
c. Bayi menggunakan timbunan lemak cokelat untuk meningkatkan
d. Lemak cokelat terbatas, sehingga apabila habis akan
menyebabkan adanya stres dingin
4. Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus, relatif lebih luas dari
tubuh orang dewasa, sehingga metabolisme basal per KgBB akan
lebih besar, sehingga BBL harus menyesuaikan diri dengan
lingkungan baru, artinya energi diperoleh dari metabolisme
karbohidrat dan lemak.
Pada jam-jam pertama energi didapatkan dari perubahan
karbohidrat. Pada hari kedua, energi berasal dari pembakaran len
Setelah mendapat susu t pada hari keenam, energi 60%
didapatkan dari lemak dan 40% dari karbohidrat
5. Keselmbangan Air dan Fungsi Ginjal
Tubuh BBL mengandung relatif banyak air dan kadar
natrium relatif lebih besar dari kalium karena ruangan
ekstraseluler luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena :
a. Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa.
b. Ketidakseimbangan luas permukaan glomerulus dan volume
tubulus proksimal
c. Renal blood flow relatif kurang bila dibandingkan dengan orang
dewasa
6. Imunoglobulin
Pada neonatus tidak terdapat sel plasma pada sum-sum
tulang dan lamina propia ilium dan apendiks Plasenta merupakan
sawar, sehingga fetus bebas dari antigen dan stres imunologis.
Pada BBL hanya terdapat gama globulin G, sehingga imunologi
dari ibu dapat melalui plasenta karena berat molekulnya kecil.
Tetapi bila ada infeksi yang dapat melalui plasenta (Lues,
toksoplasma, herpes simpleks, dll) reaksi imunologis dapat terjadi
dengan pembentukan sel plasma dan antibodi gama A, G dan M.
7. Traktus Digestivus
Traktus digestivus relatif lebih berat dan lebih panjang
dibandingkan dengan orang dewasa. Pada neonatus traktus
digestivus mengandung zat yang bewarna hitam kehijauan yang
terdiri dari mukopolisakarida dan disebut mekonium. Pengeluaran
mekonium biasanya dalam 10 jam pertama dan 4 hari blasanya
tinja sudah berbentuk serta bewarna normal. Enzim dalam traktus
digestivus biasanya sudah terdapat pada neonatus, kecuali
amilase pankreas. Bayi sudah ada refleks hisap dan menelan,
sehingga pada saat bayi lahir sudah bisa minum ASI. Gumoh
sering terjadi akibat dari hubungan esofagus bawah dengan
lambung belum sempurna, dan kapasitas dari lambung juga
terbatas, yaitu : 30 cc.
8. Hati
Segera setelah lahir, hati menunjukkan perubahan kimia
dan morfologis, yaitu kenaikan kadar protein dan penurunan kadar
lemak serta glikogen. Sel hemopoetik juga mulai berkurang,
walaupun memakan waktu agak lama. Enzim hati belum aktif
benar pada waktu bayi baru lahir, daya detoksifikasi hati pada
neonatus juga belum sempurna, contohnya pemberian obat
kloramfenikol dengan dosis lebih dari 50 mg/kgBB/hari dapat
menimbulkan grey baby syndrome
9. Keseimbangan Asam Basa
PH darah pada waktu lahir rendah karena glikolisis
anaerobik. Dalam 24 jam neonatus telah mengompensasi asidosis
ini.
E. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir
Pengkajian fisik adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi
tentang anak dan keluarganya dengan menggunakan semua
pancaindra baik subjektif maupun objektif. Pengakajian fisik bayi baru
lahir dan perkembangannya dilakukan bersamaan pada waktu
melakukan pemeriksaan secara inspeksi maupun observasi.
Pemeriksaan atau pengkajian fisik pada bayi baru lahir dilakukan
untuk mengetahui apakah terdapat kelainan yang perlu mendapat
tindakan segera serta kelainan yang berhubungan dengan kehamilan,
persalinan dan kelahiran. Pemeriksaan fisik BBL bertujuan untuk
mengetahui sedini mungkin jika terdapat kelainan pada bayi.
Pengkajian fisik pada bayi dilakukan dengan dua tahap. Tahap
pertama adalah pengkajian setelah bayi lahir. Tujuan pengkajian ini
adalah mengkaji adaptasi bayi baru lahir dari kehidupan didalam
uterus ke kehidupan luar uterus, yaitu dengan melakukan penilaian
APGAR. Penilaian ini meliputi appearance (warna kulit), pulse (denyut
jantung), grimace ( refleks atau respon terhadap rangsang), activity
(tonus otot), dan respiratory effort ( usaha bernapas). Tahap kedua
adalah pengkajian keadaan fisik bayi baru lahir. Pengkajian ini
dilakukan untuk memastikan bayi dalam keadaan normal atau tidak
mengalami penyimpangan menurut Lyndon Syaputra (2014) sitasi
(Marbun, 2017).
Tujuan pengkajian adalah:
1. Mendapatkan hasil yang valid
2. Mengetahui keadaan fisik secara umum
3. Mengetahui kondisi normal/abnormal
Prosedur pemeriksaan fisik bayi baru lahir antara lain adalah
sebagai berikut:
a. Menginformasikan prosedur dan meminta persetujuan orang tua
b. Mencuci tangan dan mengeringkannya, jika perlu, gunakan
sarung tangan.
c. Memastikan penerangan cukup dan hangat untuk bayi
d. Memeriksa secara sistematis head to toe (dari kepala hingga jari
kaki).
e. Mengidentifikasi warna kulit dan aktivitas bayi
f. Mencatat miksi dan mekonium bayi
g. Mengukur lingkar kepala (KL), lingkar dad (LD), lingkar perut (LP),
lingkar lengan atas (LILA) dan panjang badan (PB); serta
menimbang berat badan bayi (BB).
h. Mendiskusikan hasil pemeriksaan kepada orang tua.
i. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan.
Aspek yang perlu dikaji adalah:
1) Riwayat
a) Persalinan (lamanya, spontan)
b) Neonatal (mekonium, trauma saat lahir)
2) Keadaan umum
a) Secara keseluruhan (perbandingan tubuh bayi secara
proporsional/tidak)
b) Bagian kepala, badan dan ekstremitas (pemeriksaan
ada/tidaknya kelainan)
c) Tonus otot dan tingkat aktivitas (gerakan bayi aktif/tidak)
d) Warna kulit dan bibir (kemerahan/kebiruan)
e) Tangis bayi (melengkung, merintih, normal)
3) Tanda-tanda vital
a) Periksa frekuensi napas dihitung selama satu menit penuh
dengan mengamati naik/turun perut bayi. Bayi dalam
keadaan tenang, laju napas normalnya 40-60 kali
permenit.
b) Periksa frekuensi jantung dengan menggunakan stetoskop
dan dihitung selama satu menit. Laju jantung normal 120-
160 denyut per menit.
c) Suhu tubuh bayi baru lahir normalnya 36,5-37,2 ˚ Cdiukur
menggunakan termometer.
4) Berat badan dan pengukuran panjang badan
a) Berat badan. Berat badan bayi baru lahir yang normal,
yaitu berkisar antara 2500-4000 gram. Diukur dengan
keadaan tidak terbungkus, tetapi dalam melakukan
pemeriksaan berat badan bayi baru lahir tetap harus
dibungkus dan hasilnya dikurangkan dari berat bungkus
bayi. Contoh:
Berat bayi dengan bungkus : 3,50 kg:
Berat bungkus : 0,25 kg
Berat bayi : 3,25 kg
b) Panjang badan. Rentangkan bayi dengan lembut, dengan
pita pengukur, ukurlah dari ujung kepala sampai ujung
tumitnya, normal panjang bayi baru lahir berkisar antara
45-53 cm.
5) Kepala
a) Ubun-ubun. Ukuran bervariasi dan tidak ada standar.
Ubun-ubun merupakan titik lembut pada bagian atas
kepala bayi ditempat tulang tengkorak yang belum
sepenuhnya bertemu.
b) Sutura, molase. Perubahan bentuk kepala janin
(molding/molase)
0 : sutura terpisah
1 : sutura yang tepat/bersesuaian
2 : sutura tumpang tindih tetapi masih dapat diperbaiki
3 : sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki
c) Penonjolan atau daerah cekung. Periksa adanya kelainan
baik karena trauma persalinan (kaput suksadaneum,
sefalo hematom) atau adanya cacat kongenital
(hidrosefalus)
d) Ukur lingkar kepala untuk mengukur ukuran frontal
oksipitalis kepala bayi.
6) Telinga
Untuk memeriksa telinga bayi, tatap wajah bayi. Bayangkan
sebuah garis melintasi kedua matanya, normalnya beberapa
bagian telinga harus berada diatas garis ini.
7) Mata
Lihat kedua mata bayi, perhatikan apakah kedua matanya
tampak normal dan apakah bergerak bersama, lakukan
pemeriksaan dengan melakukan penyinaran pada pupil bayi.
Normlanya, jika disinari pupil akan mengecil.
8) Hidung dan mulut
Yang pertama kita lihat apakah bayi dapat bernapas dengan
mudah melalui hidung atau ada hambatan, kemudian lakukan
pemeriksaan pada bibir dan langit-langit, refleks isap, dinilai
dengan mengamati pada saat bayi menyusu atau dengan
cara menekan sedikit pipi bayi untuk membuka mulut bayi
kemudian masukkan jari tangan Anda untuk merasakan
isapan bayi. Perhatikan adanya kelainan kongenital seperti
labiopalatoskizis.
9) Leher
Periksa lehernya apakah pembengkakan dan benjolan.
Pastikan untuk melihat tiroid (gumpalan didepan tenggorok
bengkak). Hal ini merupakan masalah pada bayi baru lahir.
10) Dada
Pada daerah yang dipeiksa adalah bentuk dari dada, puting,
bunyi napas, bunyi napas, bunyi jantung (dilakukan
pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop)
11) Bahu, lengan dan tangan.
Yang dilakukan adalah melihat gerakan bayi apakah aktif atau
tidak kemudian menghitung jumlah jari bayi.
12) Perut
Pada perut yang perlu dilakukan pemeriksaan, yaitu bentuk
perut bayi, lingkar perut, penonjolan sekitar tali pusat,
kenudian saat bayi menangis, perdarahan pada tali pusat,
dinding perut lembek (pada saat bayi tidak menangis) dan
benjolan yang terdapat pada perut bayi.
13) Alat kelamin
(a) Bayi laki-laki, normalnya ada dua testis dalam skrotum.
Kemudian pada ujung penis terdapat lubang.
(b) Bayi perempuan, normalnya labia mayora menutupi labia
minora, pada vagina terdapat lubang, pada uretra terdapat
lubang dan mempunyai klitoris.
14) Pinggul, tungkai dan kaki.
Untuk memeriksa pinggul, pegang tungkai kaki bayi. Tekan
pangkal paha dengan lembut ke sisi luar, dengarkan atau
rasakan adakah bunyi “Klik” ketika anda menggerakkan
kakinya. Jika mendengan bunyi “klik” segera laporkan ke
dokter anak untuk dilakukan pemeriksaan lanjutan.
Selanjutnya, lakukan gerakan dengan lembut setiap kaki naik
dan turun, kembali dengarkan dan rasakan suara “klik” ketika
anda menggerakkannya. Pada pemeriksaan pinggul dan kaki
yang perlu diperiksa adalah gerakan, bentuk simetris, dan
panjang kedua kaki harus sama, serta jumlah jari
15) Punggung dan anus
Pada bagian ini yang diperiksa adalah pembengkkan ataupun
ada cekungan pada punggung bayi dengan cara membalikkan
badan bayi dan melihat punggungnya, kemudian jari anda
menuruni punggung bayi untuk merasakan benjolan pada
tulang punggungnya. Pada anus diperiksa lubangnya apakah
telah mengeluarkan mekonium/cairan.
16) Kulit
Pada kulit yang perlu diperhatikan verniks (cairan keputih-
putihan, keabu-abuan, kekuning-kuningan, berminyak, dan
berlendir yang berfungsi melindungi kulit bayi agar tidak
tenggelam oleh air ketuban selama ia berada di dalam rahim),
warna, pembengkakan atau bercak hitam, dan tanda lahir.
Perhatikan dengan baik kulit bayi beberapa bayi memiliki
beberapa bintik dikulit mereka. Contohnya, bayi mungkin
memiliki bintik besar dan gelap di punggung bagian bawah
atau pantat. Bayi lain mungkin memiliki bintik merah di wajah.
Bintik-bintik ini tidak berbahaya, namun bintik yang seperti
bisul merah kecil kemungkinan besar merupakan tanda
infeksi.
Warna kulit bayi masih kebiruan : jika tangan dan kaki bayi
masih berwarna kebiruan namun suhu tubuh bayi hangat,
mungkin idak ada masalah yang serius. Beberapa bayi
bahkan masih memiliki tangan dan kaki kebiruan satu atau
dua hari setelah lahir. Bibir atau wajah bayi masih terlihat biru
satu jam setelah lahir, kemungkinan bayi mengalami masalah
dengan jantung atau paru-parunya, kemungkinan dia
memerlukan oksigen.
Jika kulit bayi terlihat kekuningan kurang dari 24 jam
setelah lahir bisa jadi dia terkena penyakit kuning atau infeksi.
Segera minta bantuan medis. Kulit bayi terlihat pucat. Bayi
terlihat pucat dan lemas kemungkinan bayi mengalami
anemia atau penyakit kesehatan lainnya. Segera minta
bantuan medis.
Bayi yang sebetulnya normal akan tampak kuning pada
hari kedua, yang harus diperhatikan adalah kuning muncul
sebelum bayi berusia 24 jam. Bayi baru lahir memiliki
beberapa benjolan keras dibawah kulitnya (nekrosis lemak
subkutaneus), dimana penekanan tulang merusak beberapa
jaringan lemak. Pada persalinan dengan pertolongan porsep,
benjolan tertentu sering ditemukan di kepala, pipi, dan leher.
Benjolan bisa pecah menembus kulit, mengeluarkan cairan
kuning jernih, tetapi biasanya akan segera sembuh.
17) Refleks
Refleks adalah suatu gerakan yang terjadi secara otomatis
dan spontan tanpa disadari pada bayi normal, di bawah ini
akan dijelaskan beberapa penampilan dan perilaku bayi, baik
secara spontan karena adanya rangsangan atau bukan.
(a) Tonik neek refleks, yaitu gerakan spontan otot kuduk pada
bayi normal, bila di tengkurapkan akan secara spontan
memiringkan kepalanya.
(b) Rooting reflek, yaitu bila jarinya menyentuh daerah sekitar
mulut bayi maka ia akan membuka mulutnya dan
memringkan kepalanya ke arah datangnya jari.
(c) Grasping reflek, reflek yang timbul di luar kemauan?
Kesadaran bayi. Contoh : bila bayi di angkat atau di
renggut secara kasar dari gendongan kemudian seolah-
olah bayi melakukan gerakan yang mengangkat tubuhnya
pada orang yang mendekapnya.
(d) Startle reflek, reaksi emosional berupa hentakan dan
gerakan seperti mengejang pada lengan dan tangan dan
sering di ikuti dengan tangis.
(e) Stapping reflek, reflek kaki secara spontan bila bayi
diangkat tegak dan kakinya satu per satu di sentuhkan
pada satu dasar maka bayi seolah-olah berjalan.
(f) Refleks mencari puting (rooting), yaitu bayi menoleh ke
arah sentuhan di pipinya atau di dekat mulut, berusaha
untuk menghisap.
(g) Refleks menghisap (suckling), yaitu aerola puting susu
tertekan gusi bayi, lidah, dan langit-langit sehingga sinus
latiferus tertekan dan mengeluarkan ASI.
(h) Refleks menelan (swallowing), dimana ASI di mulut bayi
mendesak otot di daerah mulut dan faring sehingga
mengaktifkan refleks menelan dan mendorong ASI ke
daerah lambung.
F. Asuhan kebidanan neonatus
1. Penilaian awal
Pengkajian pertama pada seorang bayi dilakukan pada
saat lahir dengan menggunakan nilai Apgar dan melalui
pemeriksaan fisik singkat. Bidan atau penolong persalinan
menetapkan nilai Apgar. Pengkajian usia gestasi dapat dilakukan
dua jam pertama setelah lahir. Pengkajian fisik yang lebih lengkap
diselesaikan dalam 24 jam.
Cara mengkaji nilai Apgar adalah sebagai berikut:
a. Observasi tampilan bayi, misalnya apakah seluruh ubuh bayi
berwarna merah muda (2), apakah tubuhnya merah muda,
tetapi ekstremitasnya biru (1), atau seluruh tubuh bayi pucat
atau biru (0).
b. Hitung frekuensi jantung dengan memalpasi umbilicus atau
meraba bagian atas dada bayi di bagian apeks 2 jari. Hitung
denyutan selama 6 detik, kemudian dikalikan 10. Tentukan
apakah frekuensi jantung >100 (10 denyut atau lebih pada
periode 6 detik kedua) (2), <100 (<10 denyut dalam 6 detik)
(1), atau tidak ada denyut (0). Bayi yang berwarna merah
muda, aktif, dan bernapas cenderung memiliki frekuensi
jantung >100.
c. Respons bayi terhadap stimulus juga harus diperiksa, yaitu
respons terhadap rasa haus atau sentuhan. Pada bayi yang
sedang diresusitasi, dapat berupa respons terhadap
penggunaan kateter oksigen atau pengisapan. Tentukan
apakah bayi menangis sebagai respons terhadap stimulus (2),
apakah bayi mencoba untuk menangis tetapi hanya dapat
merintih (1), atau tidak ada respons sama sekali (0).
d. Observasi tonus otot bayi dengan mengobservasi jumlah
aktivitas dan tingkat fleksi ekstremitas. Adakah gerakan aktif
yang menggunakan fleksi ekstremitas yang baik (2), adakah
fleksi ekstremitas (1), atau apakah bayi lemas (0).
e. Observasi upaya bernapas yang dilakukan bayi. Apakah baik
dan kuat, biasanya dilihat dari tangisan bayi (2), apakah
pernapasan bayi lambat dan tidak teratur (1), atau tidak ada
pernapasan sama sekali (0).
Sedangkan prosedur penilaian Apgar adalah sebagai
berikut (Sondakh, Jenny J.S 2013) :
1) Pastikan bahwa pencahayaan baik, sehingga visualisasi
warna dapat dilakukan dengan baik, dan pastikan adanya
akses yang baik ke bayi.
2) Catat waktu kelahiran, tunggu 1 menit, kemudian lakukan
pengkajian pertama. Kaji kelima variabel dengan cepat dan
simultan, kemudian jumlahkan hasilnya.
3) Lakukan tindakan dengan cepat dan tepat sesuai dengan
hasilnya, misalnya bayi dengan nilai 0-3 memerlukan
tindakan resusitasi dengan segera.
4) Ulangi pada menit kelima. Skor harus naik bila nilai
sebelumnya 8 atau kurang.
5) Ulangi lagi pada menit kesepuluh.
6) Dokumentasikan hasilnya dan lakukan tindakan yang sesuai.
Menilai Nilai apgar
Skor 0 1 2

Appearance color Badan merah, Seluruh tubuh


Pucat
(Warna kulit) ekstremitas biru Kemerahan
Pulse
(Frekuensi
jantung) Tidak ada <100 x/menit >100 x/menit

Grimace
(Reaksi terhadap Menangis,
rangsangan) Tidak ada Sedikit gerakan mimic batuk/bersin

Activity Ekstremitas dalam


Lumpuh Gerakan aktif
(Tonus otot) fleksi sedikit
Respiration
Tidak ada Lemah, tidak teratur Menangis kua
(Usaha napas)
Sumber: Bobak, dkk 1995 dalam Wijayarini, Maria A dan Anugrah,
Peter I 2005.
Setiap hal di atas diberi nilai 0, 1, atau 2. Evaluasi dilakukan
pada menit pertama dan menit kelima setelah bayi lahir. Nilai nol
sampai tiga mengindikasikan distress berat, nilai empat sampai
enam mengindikasikan kesulitan moderat, dan nilai tujuh sampai
10 mengindikasikan bayi tidak akan mengalami kesulitan untuk
menyesuaikan diri dengan kehidupan di luar rahim. Nilai Apgar
tidak dapat dipakai untuk memperkirakan gangguan neurologis
pada masa yang akan datang (Prawirohardjo, 2009).
b. Membersihkan jalan nafas (Prawirohardjo, 2009)
Bayi normal menangis spontan segera setelah lahir.
Apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera
membersihkan jalan napas dengan cara sebagai berikut:
1) Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras
dan hangat
2) Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga
leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menengkuk. Posisi
kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang
3) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi
dengan jari tangan yang dibungkus kasa steril
4) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok
kulit bayi dengan kain kering dan kasar. Dengan
rangsangan ini biasanya bayi segera menangis
c. Mempertahankan suhu tubuh bayi (Prawirohardjo, 2009)
Pada waktu baru lahir, bayi belum mau mengatur tetap
suhu badannya, dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk
membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus
hangat. Suhu tubuh bayi merupakan tolak ukur kebutuhan
akan tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya sudah
stabil.
d. Memotong dan merawat tali pusat (Prawirohardjo, 2009)
Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir
tidak begitu menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi,
kecuali pada bayi kurang bulan. Apabila bayi lahir tidak
menagis, maka tali pusat segera dipotong untuk memudahkan
melakukan tindakan resusitasi pada bayi.
e. Inisiasi menyusu dini (IMD)
Untuk mempererat ikatan batin antara ibu-anak, setelah
dilahirkan sebaiknya bayi langsung diletakkan di dada ibunya
sebelum bayi itu dibersihkan. Sentuhan kulit dengan kulit
mampu menghadirkan efek psikologis yang dalam antara ibu
dan anak. IMD dilanjutkan dengan pemberian ASI eksklusif
selama enam bulan dan diteruskan hingga dua tahun dengan
pemberian makanan tambahan (PMT).
f. Posisi menyusui dan metode menyendawakan bayi
Posisi menyusui bayi ada tiga macam yaitu digendong,
berbaring dan football hold. Metode menyendawakan bayi ada
tiga metode yakni disandarkan di bahu ibu, bayi duduk di
pangkuan ibu dan bayi berbaring dengan kepala miring.
g. Pemberian salep antibiotik
Dibeberapa negara perawatan mata bayi baru lahir secara
hukum di haruskan untuk mencegah terjadinya oftalmia
neonatorum. Di daerah dimana prevalensi gonorea tinggi,
setiap bayi baru lahir perlu di beri salep mata sesudah 5 jam
bayi lahir. Pemberian obat mata eritromisin. 0,5% atau
tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata
karena klamidia (penyakit menular seksual).
h. Pemberian vitamin K
Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi
baru lahir dilaporkan cukup tinggi berkisar 0,25-0,5 %. Untuk
mencegah terjadinya perdarahan tersebut semua neonatus
fisiologis dan cukup bulan perlu vitamin K peroral 1mg/hari
selama 3 hari, sedangkan bayi risiko tinggi diberi vitamin K
parenteral dengan dosis 0,5-1 mg I.M. (Prawirohardjo, 2009).
Semua neonatus yang lahir harus diberi penyuntikan vitamin
K1 (Phytomenadione) 1 mg intramuskuler di paha kiri.
(Kemenkes, 2010)
i. Pemberian imunisasi bayi baru lahir (Depkes RI, 2010)
Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan
setelah penyuntikan Vitamin K1 yang bertujuan untuk
mencegah penularan Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang
dapat menimbulkan kerusakan hati. Selanjutnya Hepatitis B
dan DPT diberikan pada umur 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan.
Dianjurkan BCG dan OPV diberikan pada saat bayi berumur
24 jam (pada saat bayi pulang dari klinik) atau pada usia 1
bulan. Selanjutnya OPV diberikan sebanyak 3 kali pada umur
2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan.
j. Pemantauan bayi baru lahir (Prawirohardjo, 2009).
Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk
mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi
masalah kesehatan bayi baru lahir yang mememerlukan
perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut
petugas kesehatan.
1) Dua jam pertama sesudah lahir
Hal-hal yang dinilai waktu pemantaun bayi pada jam
pertama sesudah lahir meliputi:
(a) Kemampuan mengisap kuat atau lemah
(b) Bayi tampak aktif atau lunglai
(c) Bayi kemerahan atau biru
2) Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan
bayinya
Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan
penilaian terhadap ada tidaknya masalah kesehatan yang
memerlukan tindak lanjut seperti:
(a) Bayi kecil untuk masa kehamilan atau bayi kurang
bulan
(b) Gangguan pernapasan
(c) Hipotermia
(d) Infeksi
(e) Cacat bawaan dan trauma lahir
k. Pemeriksaan fisik dan refleks bayi (Kemenkes, 2010)
Pemeriksaan bayi baru lahir dilakukan pada saat bayi
berada dalam klinik (dalam 24 jam) dan dalam kunjungan
neonatus sebanyak tiga kali kunjungan.
1) Memandikan
Mandi merupakan kesempatan untuk membersihkan
seluruh tubuh bayi, mengobservasi keadaan, memberi rasa
nyaman, dan mensosialisasikan orangtua-anak-keluarga.
Saat merawat bayi, petugas harus mampu mengenakan
sarung sampai kegiatan memandikan bayi yang pertama
selesai. Dalam waktu empat hari, pH permukaan kulit bayi
baru lahir menurun ke angka bakteriostatik (pH <5).
Akibatnya, hanya air hangat yang digunakan untuk mandi.
Sabun alkali, minyak, bedak, dan losion tidak dipakai
karena akan mengubah keasaman dan membuat kulit
mudah ditempati bakteri (Bobak, dkk 1995 dalam
Wijayarini, Maria A dan Anugrah, Peter I 2005).
Praktik memandikan bayi yang dianjurkan:
(a) Tunggu minimal enam jam setelah lahir untuk
memandikan bayi (lebih lama jika bayi mengalami
asfiksia atau hipotermia).
(b) Sebelum memandikan bayi, pastikan suhu tubuh bayi
stabil (suhu aksila 36,5-37,50C). Jika suhu tubuh bayi
masih di bawah 36,50C, selimuti kembali tubuh bayi
secara longgar, tutupi bagian kepala dan tempatkan
bersama ibunya di tempat tidur atau lakukan kontak
kulit ibu-bayi dan selimuti keduanya. Tunda
memandikan bayi hingga suhu tubuh bayi tetap stabil
dalam waktu (paling sedikit) satu jam.
(c) Tunda untuk memandikan bayi yang sedang
mengalami masalah pernafasan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Mahasiswa mampu memahami bagaimana penyesuaian janin ke
ekstra uterin
2. Mahasiswa mampu memahami bagaimana pemeriksaan fisik neonatal

DAFTAR PUSTAKA
Armini, Ni wayan, dkk. 2017. Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta: ANDI
Marbun, S. S. (2017) ‘PENGKAJIAN FISIK BAYI BARU LAHIR, ENGKAJIAN
FISIK BAYI BARU LAHIR, PENAMPILAN DAN PERILAKU BAYI BARU
LAHIR SERTA ENAMPILAN DAN PERILAKU BAYI BARU LAHIR SERTA
RENCANA ASUHAN BAYI 2-6 HARI’, Institut Kesehatan Helvetia, 6(1), pp.
51–66. Available at:
http://repositorio.unan.edu.ni/2986/1/5624.pdf%0Ahttp://fiskal.kemenkeu.go
.id/ejournal%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.cirp.2016.06.001%0Ahttp://dx.doi
.org/10.1016/j.powtec.2016.12.055%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.ijfatigue.20
19.02.006%0Ahttps://doi.org/10.1.
Marfuah, S. (2019) ‘ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS FISIOLOGI PADA BAYI
NY. M DI PMB SRI HARNINGSIH, S.ST PUJODADI PRINGSEWU TAHUN
2019’, Hubungan Motivasi Pasien Dengan Kepatuhan Kontrol Tekanan
Darah Pada Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Pringsewu
Tahun 2019, pp. 1–132.
Sine, E. (2017) ‘ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN
NEONATUS CUKUP BULAN SESUAI MASA KEHAMILAN DAN BAYI
BERAT LAHIR RENDAH DI RUANG PERINATOLOGI’, pp. 1–9.
Suksesi A, D. (2016) ‘Praktikum asuhan kebidanan neonatus, bayi, balita dan
anak pra sekolah’, p. 634.

Anda mungkin juga menyukai