1. Pengertian Neonatus 1) Masa Neonatus Neonatus adalah bayi yang baru lahir 28 hari pertama kehidupan (Rudolph, 2015). Neonatus adalah usia bayi sejak lahir hingga akhir bulan pertama (Koizer, 2011). Neonatus adalah bulan pertama kelahiran. Neonatus normal memiliki berat 2.700 sampai 4.000 gram, panjang 48-53 cm, lingkar kepala 33-35cm (Potter & Perry, 2009). Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan neonatus adalah bayi yang lahir 28 hari pertama. Neonatus adalah bayi yang lahir dengan berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat (M. Sholeh 2007 dalam Marmi dan Kukuh 2012). Neonatus perlu menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin. Tiga faktor yang memengaruhi perubahan fungsi ini yaitu maturasi, adaptasi dan toleransi. Maturasi mempersiapkan fetus untuk transisi dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin dan ini berhubungan lebih erat dengan masa gestasi dibandingkan dengan berat badan lahir. Adaptasi diperlukan oleh neonatus untuk dapat tetap hidup dalam lingkungan baru yang dibandingkan dengan lingkungan selama menjadi fetus, kurang menyenangkan. Toleransi yakni kemampuan tubuh bertahan terhadap kondisi-kondisi abnormal seperti hipoksia, hipoglikemia, dan perubahan pH yang dramatis dimana fatal bagi orang dewasa tetapi tidak bagi bayi. Toleransi dan adaptasi berbanding terbalik bila dibandingkan dengan maturasi. Makin matur neonatus, makin baik adaptasinya tetapi makin kurang toleransinya (Hassan R, 2005). 2) Tanda-tanda Neonatus Normal Tanda-tanda neonatus normal adalah appearance color (warna kulit) seluruh tubuh kemerahan, pulse (denyut jantung) >100 x/menit, grimace (reaksi terhadap rangsangan) menangis/batuk/bersin, activity (tonus otot) gerakan aktif, respiration (usaha nafas) bayi menangis kuat. (Mochtar 1998 dalam Rukiyah 2012). Kehangatan tidak terlalu panas (lebih dari 380C) atau terlalu dingin (kurang dari 360C), warna kuning pada kulit (tidak pada konjungtiva), terjadi pada hari ke-2 sampai ke-3 tidak biru, pucat, memar. Pada saat diberi makan, hisapan kuat, tidak mengantuk berlebihan, tidak muntah. Tidak juga terlihat tanda-tanda infeksi seperti tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, berdarah. Dapat berkemih selama 24 jam, tinja lembek, sering hijau tua, tidak ada lendir atau darah pada tinja, bayi tidak menggigil atau tangisan kuat, dan tidak terdapat tanda: lemas, mengantuk, lunglai, kejangkejang halus tidak bisa tenang, menangis terus-menerus (Prawirohardjo 2002 dalam Rukiyah 2012). 3) Ciri Neonatus Neonatus memiliki ciri berat badan 2700-4000gram, panjang, panjang 48- 53 cm, lingkar kepala 33-35cm (Potter & Perry, 2009). Neonatus memiliki frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit, pernapasan 40-60 x/menit, lanugo tidak terlihat dan rambut kepala tumbuh sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai APGAR >7, refleks-refleks sudah terbentuk dengan baik (Dewi, 2010). 4) Klasifikasi Neonatus Klasifikasi neonatus menurut Marni (2015) : a. Neonatus menurut masa gestasinya 1. Kurang bulan (preterm infan) :<259 hari (37 minggu) 2. Cukup bulan (term infant) : 259- 294 hari (37-42 minggu) 3. Lebih bulan( postterm infant) :>294hari (42 minggu) b. Neonatus menurut berat lahir : 1. Berat lahir rendah : <2500 gram 2. Berat lahir cukup : 2500-4000 gram 3. Berat lahir lebih : >4000 gram 5) Asuhan Kebidanan Neonatus a. Penilaian neonatus Pengkajian pertama pada seorang bayi dilakukan pada saat lahir dengan menggunakan nilai Apgar dan melalui pemeriksaan fisik singkat. Bidan atau penolong persalinan menetapkan nilai Apgar. Pengkajian usia gestasi dapat dilakukan dua jam pertama setelah lahir. Pengkajian fisik 8 yang lebih lengkap diselesaikan dalam 24 jam (Bobak, dkk 1995 dalam Wijayarini, Maria A dan Anugrah, Peter I 2005). Cara mengkaji nilai Apgar adalah sebagai berikut (Sondakh, Jenny J.S 2013) : 1) Observasi tampilan bayi, misalnya apakah seluruh ubuh bayi berwarna merah muda (2), apakah tubuhnya merah muda, tetapi ekstremitasnya biru (1), atau seluruh tubuh bayi pucat atau biru (0). 2) Hitung frekuensi jantung dengan memalpasi umbilicus atau meraba bagian atas dada bayi di bagian apeks 2 jari. Hitung denyutan selama 6 detik, kemudian dikalikan 10. Tentukan apakah frekuensi jantung >100 (10 denyut atau lebih pada periode 6 detik kedua) (2), >100 (<10 denyut dalam 6 detik) (1), atau tidak ada denyut (0). Bayi yang berwarna merah muda, aktif, dan bernapas cenderung memiliki frekuensi jantung >100. 3) Respons bayi terhadap stimulus juga harus diperiksa, yaitu respons terhadap rasa haus atau sentuhan. Pada bayi yang sedang diresusitasi, dapat berupa respons terhadap penggunaan kateter oksigen atau pengisapan. Tentukan apakah bayi menangis sebagai respons terhadap stimulus (2), apakah bayi mencoba untuk menangis tetapi hanya dapat merintih (1), atau tidak ada respons sama sekali (0). 4) Observasi tonus otot bayi dengan mengobservasi jumlah aktivitas dan tingkat fleksi ekstremitas. Adakah gerakan aktif yang menggunakan 9 fleksi ekstremitas yang baik (2), adakah fleksi ekstremitas (1), atau apakah bayi lemas (0). 5) Observasi upaya bernapas yang dilakukan bayi. Apakah baik dan kuat, biasanya dilihat dari tangisan bayi (2), apakah pernapasan bayi lambat dan tidak teratur (1), atau tidak ada pernapasan sama sekali (0). Sedangkan prosedur penilaian Apgar adalah sebagai berikut (Sondakh, Jenny J.S 2013) : 1) Pastikan bahwa pencahayaan baik, sehingga visualisasi warna dapat dilakukan dengan baik, dan pastikan adanya akses yang baik ke bayi. 2) Catat waktu kelahiran, tunggu 1 menit, kemudian lakukan pengkajian pertama. Kaji kelima variabel dengan cepat dan simultan, kemudian jumlahkan hasilnya. 3) Lakukan tindakan dengan cepat dan tepat sesuai dengan hasilnya, misalnya bayi dengan nilai 0-3 memerlukan tindakan resusitasi dengan segera. 4) Ulangi pada menit kelima. Skor harus naik bila nilai sebelumnya 8 atau kurang. 5) Ulangi lagi pada menit kesepuluh. 6) Dokumentasikan hasilnya dan lakukan tindakan yang sesuai. b. Membersihkan jalan nafas (Prawirohardjo, 2009) Bayi normal menangis spontan segera setelah lahir. Apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan napas dengan cara sebagai berikut: 1) Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat 2) Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menengkuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang 3) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan yang dibungkus kasa teril 4) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan kain kering dan kasar. Dengan rangsangan ini biasanya bayi segera menangis c. Mempertahankan suhu tubuh bayi (Prawirohardjo, 2009) Pada waktu baru lahir, bayi belum mau mengatur tetap suhu badannya, dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus hangat. Suhu tubuh bayi merupakan tolak ukur kebutuhan akan tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya sudah stabil. 2. Standar Pelayanan Kebidanan Pada Neonatus Standar pelayanan kebidanan pada bayi baru lahir (neonatus) yaitu: (Sondakh, 2013) 1) Tujuan Menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya pernafasan serta mencegah hipotermi , hipoglikimia, dan infeksi. 2) Pernyataan Standar Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan spontan mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan.Bidan juga harus mencegah dan menangani hipotermia. 3) Hasil a. Bayi baru lahir dengan kelainan atau kecacatan dapat segera menerima perawatan yang tepat. b. Bayi baru lahir mendapatkan perawatan yang tepat dan dapat bernafas dengan baik 27 c. Penurunan angka kejadian hipotermi Selain standar pelayanan kebidanan, pemberihan asuhan pada neonatus juga harus memperhatikan tempat dan alat yang akan digunakan. Dalam Permenkes 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan telah diatur persyaratan praktik bidan mengenai tempat dan alat yang digunakan termasuk dalam melakukan asuhan kebidanan pada neonatus. a. Standar Tempat Praktik Tempat praktik mandiri terpisah dari ruangan keluarga terdiri dari ruang tunggu, ruang pemeriksaan, ruang persalinan, ruang rawat inap, kamar mandi, ruang pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI). Dalam Buku Saku Pelayanan Neonatal Esensial Dasar, tempat yang digunakan untuk perawatan bayi baru lahir adalah ruangan yang hangat dan terang, tempat resusitasi yang bersih, kering, hangat, datar, rata, dan cukup keras, misalnya meja atau dipan. Tempat resusitasi dekat pemancar panas dan tidak berangin, serta jendela dan pintu yang tertutup. Selain itu juga disiapkan lampu pijar 60 watt dengan jarak 60 cm dari bayi sebagai alternatif bila pemancar panas tidak tersedia. Sedangkan pada kunjungan neonatal, pemeriksaan dilakukan di tempat yang datar, rata, bersih, kering, hangat dan terang. b. Standar Alat Standar peralatan dalam asuhan neonatal meliputi peralatan steril dan tidak steil, bahan-bahan habis pakai, formulir yang disediakan, dan obat-obatan. 3. Tujuan Portable Incubator Bag 1) Tujuan Umum Meningkatkan perancangan prototype sistem incubator bayi portable yang dapat dijinjing untuk membantu meningkatkan kinerja bidan dan tenaga kesehatan lainnya dalam menangani kegawatdaruratan neonatal di puskesmas maupun di rumah sakit (Salahuddin, N.S, dkk, 2013). 2) Tujuan Khusus a) Rancang bangun tas incubator portable untuk monitoring kondisi kegawatdaruratan neonatal. b) Mengetahui unjuk kerja dari rancang bangun tas incubator portable untuk monitoring kondisi kegawatdaruratan neonatal. 4. Sasaran Pengguna Portable Incubator Bag Pengguna portable incubator bag sebaiknya disesuaikan kebutuhan yang diperlukan bayi premature (bayi yang lahir tidak pada waktunya tau kurang dari 9 bulan). Seorang bayi yang baru dilahirkan akan kesulitan mempertahankan suhu tubuh yang tetap dan mudah terjadi variasi, maka bayi tersebut harus segera dimasukkan ke dalam inkubator agar bayi tersebut dapat berkembang secara memuaskan karena seorang bayi yang baru melahirkan harus membutuhkan suhu yang stabil antara 35°C – 37°C. Agar dapat mencapai suhu yang sesuai dengan suhu bayi maka diperlukan pengaturan suhu dan kelembaban pada lampu ultraviolet dan kipas untuk mengoptimalisasi ruangan inkubator bayi portable tetap terjaga. Pada umumnya, inkubator bayi memiliki beberapa parameter yaitu temperature, kelembaban, air flow, dan noise. Tingkat kelayakan kebocoran suhu luar ± 1°C, tingkat kelembaban antara ≥ 70%, laju aliran udara < 0,35 ms %, dan tingkat kebisingan di dalam inkubator < 60 dBA. Dalam artian bahwa persyaratan tersebut harus terpenuhi unutk mendapatkan kriteria keselamatan dan keamanan dalam penggunaannya (Jayadi Maulana, 2012) 5. Pelaksanaan Penggunaan Portable Incubator Bag Penggunaan Portable Incubator Bag dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan dan masyarakat. Penggunaan portable incubator bag dikembangkan sesuai dengan fungsi dan tujuan pada kegawatdaruratan neonatal di Rumah Sakit dan Puskesmas. Inkubator bayi dapat digunakan oleh masyarakat luas baik yang tinggal di kota mapun pelosok desa maka inkubator bayi dapat dibentuk yang lebih minimalis dari ukuran inkubator asli serta lebih ekonomis untuk membantu masyarakat sekitar dengan tidak melupakan aspek kesehatan dan keselamatan pada bayi. Alat itu dapat diubah menjadi inkubator bayi portable yang dapat dipindah dari rumah sakit ke pusat kesehatan masyarakat dengan merubah sistem yang digunakan menjadi lebih fleksible untuk dibawa pergi. Pada umumnya, inkubator bayi standard masih menggunakan air untuk penguapannya dalam menentukan ruang kelembabahan dan suhu yang ada di inkubator bayi. Namun, pada inkubator bayi portable ini dapat membantu pihak rumah sakit untuk membawanya ke pelosok desa sehingga dalam melayani masyarakat dengan baik dapat terlaksana. Karena incubator bayi portable ini menggunakan lampu ultraviolet bakteri sebagai pengganti air untuk mengatur suhu dan udara kipas untuk mengatur kelembaban. 6. Monitoring dan Evaluasi Monitoring dilakukan dalam rangka melihat perkembangan dan pencapaian efektifitas incubator bayi berbasis portable dalam kegawatdaruratan neonatal, hasil monitoring dapat dijadikan bahan acuan untuk program inovasi dan pengembangan dalam mengatasi masalah kegawatdaruratan neonatal selanjutnya. Evaluasi dilakukan untuk melihat keberhasilan efektifitas incubator bayi berbasis portable baik dalam dampak positif maupun negative dalam mengatasi masalah kegawatdaruratan neonatal. Monitoring dan evaluasi perlu dilakukan secara berkala dan berkesinambungan untuk menilai dan memantau keefektifan dari portable incubator bag. B. Model Produk Dan Keterangan 1. Tas (Gambar) 2. Isi Produk di Dalam Tas a) (disertai gambar) C. Alat dan Bahan 1. Alat a) (disertai ket) 2. Bahan a) D. Cara Pembuatan 1. Cara Membuat Portable Incubator Bag (keterangan) E. Cara Pemakaian Produk (keterangan) F. Keunggulan Produk (di dukung dg jurnal) G. Kekurangan Produk Inkubator ini juga memiliki beberapa kekurangan antara lain untuk memfungsikan inkubator ini dibutuhkan daya sekitar 220v sehingga diperlukan sumber daya listrik dan menggunakan timmer untuk kembali mendapatkan daya panas. H. Estimasi Biaya Estimasi biaya dalam pembuatan produk ini berkisar antara : Rincian Biaya: a. Tas : Rp. b. Alat & Bahan : Rp.