OLEH:
NAMA : MURSIYAH
NIM : P1337424822180
PEMBIMBING INSTITUSI:
Dewi Andang Prastika, S.ST, M.Kes
Mengetahui,
Pembimbing Institusi
b. Tahap II
Setelah 24 jam pertama kehidupan, bayi normal mengalami perubahan
perilaku fisiologis. Pada tahap ini bayi mengalamai beberapa hal yang
berkaitan dengan perubahan bayi dari intra uterus ke ekstra
uterus,sehingga disebut juga periode transisional. Tahap ini meliputi
a. Periode I :
Disebut juga reaktivitas I yaitu 30 menit pertama setelah lahir. Pada
periode ini dapat dilihat perubahan-perubahan :
a) Bayi kadang-kadang terjaga dengan mata terbuka,memberikan
respons terhadap stimulus, menghisap dengan penuh
semangat, tiba-tiba menangis dan frekuensi pernafasan masih
belum stabil.
b) Dengan auskultasi stetoskop bising usus terdengar aktif
c) Bayi mengalami resfullness (tidur nyenyak yang pertama kali,
untuk memulihkan tenaga selama proses persalinan) mengikuti
fase awal reaktivitas berlangsung 2-4 jam.
d) Suhu tubuh, pernafasan, dan denyut jantung menurun tetapi
dalam batas normal
b. Periode II
Disebut periode reaktivitas II, yang berlangsung antara 2-5 jam setelah
lahir. Pada periode ini ditandai dengan :
a) Bayi bangun dari tidur nyenyak yang pertama, denyut jantung
dan frekuensi meningkat, reflek GAG aktif (membantu bayi
untuk mengeluarkan lendir yang masih tersisa pada
mulut,melindungi bayi dari resiko aspirasi)
b) Bayi mengeluarkan mekoneum, urine dan menghisap aktif
c) Periode ini berakhir ketika lendir pernafasan berkurang.
c. Periode III
Merupakan periode stabilisasi,yang berlangsung 12-24 jam setelah
lahir. Pada tahap ini bayi lebih mudah untuk tidur dan
terbangun.Tanda-tanda vital stabil, kulit berwarna kemerahan.Pada
periode ini dapat dilakukan pengkajian fisik pada bayi. (Arfiana &
Lusiana, 2016)
3. ASUHAN BAYI BARU LAHIR
a. Klem dan Potong Tali Pusat
Potong tali pusat dengan gunting steril atau DTT. Periksa tali pusat
tiap 15 menit, apabil masih terjadi perdarahan maka dilakukan pengikatan
ulang yg lebih ketat apabila masih menggunakan benang tali pusat.
Perawatan tali pusat, jangan mengoleskan cairan atau bahan apapun ke tali
pusat cuku tutup dengan kasa steril saja.
b. Jaga Kehangatan Bayi
1) Pastikan bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi dengan
kulit ibu.
2) Ganti handuk atau kain yang basah dan bungkus bayi dengan selimut
dan memastikan bahwa kepala terlindungi dengan baik untuk
mencegah keluarnya panas tubuh.
3) Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi setiap 15
menit, yaitu:
a) Apabila telapak bayi terasa dingin, periksa suhu aksila bayi.
b) Apabila suhu bayi >36,50C, segera hangatkan bayi.
c) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.
d) Jangan memandikan bayi baru lahir (memandikan bayi setelah 6
jam).
4) Identifikasi bayi
Apabila bayi dilahirkan ditempat bersalin yang persalinannya
yang mungkin lebih dari satu persalinan maka alat pengenal harus
diberikan kepada setiap bayi baru lahir, yaitu :
a) Nama bayi/Nama ibu
b) Tanggal lahir dan jam
c) Nomor bayi
d) Jenis kelamin
5) Pemberian ASI dini
a) Merangsang produksi ASI
Rangsangan isapan bayi pada puting susu ibu akan diteruskan oleh
serabut syaraf ke hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon
prolaktin.
b) Memperkuat refleks menghisap
1. Refleks rooting (mencari puting)
2. Refleks sucking (memghisap)
3. Refleks swallowing (menelan)
c) Mempercepat hubungan batin ibu dan bayi.
d) Memberikan kekebalan pasif yang segera kepada bayi melalui
kolostrum.
e) Merangsang kontraksi uterus dan mencegah terjadi perdarahan
pada ibu.
6) Perawatan mata
Memberikan eritromicin 0,5% atau tetrasiklin 1% untuk
mencegah penyakit mata karena klamidia (PMS). Obat mata diberikan
pada 1 jam pertama setelah persalinan.
7) Pemberian vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defesiensi vitamin
K pada bayi baru lahir . Semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan
perlu diberi vitamin K secara IM dipaha kiri.
8) Pemberian imunisasi Hepatitis B
Pemberian imunisasi Hepatitis B untuk mencegah infeksi
Hepatitis B diberikan pada usia 0 hari secara IM dipaha kanan dan
selanjutnya diberikan ulangan sesuai imunisasi dasar lengkap.
9) Pemantaun lanjutan
Tujuan pemantauan bayi baru lahir yaitu untuk mengetahui
aktifitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi
baru lahir yang memerlukan perhatian dan tindak lanjit dari petugas
kesehatan.
Hal-hal yang dinilai di waktu pemantauan bayi pada jam pertama
sesudah kelahiran, yaitu :
a) Kemampuan menghisap kuat atau lemah.
b) Bayi tampak aktif atau lunglai.
c) Bayi tampak kemerahan atau biru.
4. ADAPTASI BAYI BARU LAHIR TERHADAP KEHIDUPAN DI LUAR
UTERUS
a. Sistem Pernafasan
Masa yang paling kritis pada bayi baru lahir adalah ketika harus
mengatasi resistensi paru pada saat pernapasan yang pertama kali. Dan
proses pernapasan ini bukanlah kejadian yang mendadak, tetapi telah
dipersiapkan lama sejak intrauteri. Perkembangan sistem pulmoner terjadi
sejak masa embrio, tepatnya pada umur kehamilan 24 hari. Pada umur
kehamilan 24 hari ini bakal paru-paru terbentuk. Pada umur kehamilan ke
26-28 hari kedua bronchi membesar. Pada umur kehamilan 6 minggu
terbentuk segmen bronchus. Pada umur kehamilan 12 minggu terjadi
deferensiasi lobus. Pada umur kehamilan 24 minggu terbentuk alveolus.
Pada umur kehamilan 28 minggu terbentuk surfaktan. Pada umur
kehamilan 34-36 minggu struktur paru-paru matang,artinya paru-paru
sudah bisa mengembangkan sistem alveoli. Selama dalam uterus,janin
mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir,
pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi.Pernafasan pertama pada bayi
normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama sesudah lahir. (Marmi,
2015)
Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 10 detik
pertama sesudah lahir. Rangsangan gerakan pernafasan pertama terjadi
karena beberapa faktor, yaitu:
1) Stimulasi mekanik, yaitu karena terdapat rongga dada pada saat
melewati jalan lahir hal tersebut mengakibatkan paru paru
kehilangan 1/3 dari cairan yang terdapat dildalamnya, sehingga
akan tersisa 80-100 mL Setelah bayi lahir dan cairan tersebut akan
diganti dengan udara.
2) Stimulasi kimiawi, yaitu penurunan kadar oksigen (dari 80 ke 15
mmHg), Kenaikan kadar karbon dioksida (dari 40 ke 70 mmHg)
dan penurunan PH yang akan merangsang kemoreseptor yang
terletak di sinus karotikus dan akibatnya akan terjadi asfiksia
sementara selama kelahiran.
3) Stimulasi sensorik yaitu adanya rangsangan suhu dingin pada bayi
pada saat bayi meninggalkan suasana hangat pada uterus dan
memasuki udara luar yang dingin. Perubahan suhu yang mendadak
ini akan merangsang implus sensoris di kulit yang kemudian
disalurkan ke pusat respirasi.
4) Refleks deflasi hering breur Refleks mengeluarkan cairan dalam
paru-paru dapat menyebabkan bayi batuk dan muntah sehingga
mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.
b. Gerakan Nafas Pertama bayi
Rangsangan untuk gerakan pernapasan pertama kali pada neonatus
disebabkan karena saat kepala bayi melewati jalan lahir, ia akan
mengalami penekanan yang tinggi pada toraksnya dan tekanan ini akan
hilang dengan tiba-tiba setelah bayi lahir. Proses mekanis ini menyebabkan
cairan yang ada didalam paru paruhilang karena terdorong ke bagian
perifer paru untuk kemudian diabsorpsi, karena terstimulus oleh sensor
kimia, suhu seta mekanis akhirnya bayi memulai aktivitas napas untuk
pertama kali. (Marmi, 2015)
c. Jantung dan Sirkulasi Darah
1) Peredaran darah janin
Didalam rahim darah yang kaya oksigen dan nutrisi berasal dari
plasenta masuk ke dalam tubuh janin melalui plasenta
umbilicallis,sebgian masuk vena kava inferior melalui duktus venosus
aanti.Darah dari vena cava inferior masuk ke atrium kanan dan
bercampur dengan darah dari vena cava superior.Darah dari atrium
kanan sebagian melalui foramen ovale masuk ke atrium kiri bercampr
dengan darah yang berasal dari vena pulmonalis.Darah dari atrium kiri
selanjutnya ke ventrikel kiri yang kemudian akan dipompakan ke
aorta,selanjutnya melalui arteri koronaria darah mengalir ke bagian
kepala,ekstremitas kanan dan ekstremitas kiri.Sebagian kecil darah
yang berasal dari atrium kanan mengalir ke ventrikel kanan bersama
sama dengan darah yang berasal dari vena kava superior,karena
tekanan dari paru-paru belum berkembang,maka sebagian besar dari
ventrikel kanan yang seharusnya mengalir melalui duktus arteriosus
botali ke aorta desenden dan mengalir ke seluruh tubuh,sebagian kecil
mengalir ke paru-paru dan selanjutnya ke atrium kiri melalui vena
pulmonalis. (Marmi, 2015)
2) Perubahan peredaran darah neonatus
Aliran darah dari plasenta berhenti pada saat tali pusat di
klem.Tindakan ini menyebabkan suplai oksigen ke plasenta menjadi
tidak ada dan menyebabkan serangkaian reaksi selanjutnya. (Marmi,
2015)
d. Saluran pencernaan
Janin ketika sudah cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan.
Refleks gumoh dan refleks batuk sudah terbentuk dengan baik pada saat
lahir. Kemampuan bayi baru lahir menelan karena terdapat sentuhan pada
langit-langit mulut bayi sehingga memicu bayi untuk menghisap selain itu
juga karena adanya kerja peristaltik lidah dan rahang yang memeras air
susu dan payudara ke kerongkongan bayi sehingga memicu refleks untuk
menelan. Gumoh sering terjadi pada bayi baru lahir karena hubungan
antara esofagus bawah dan lambung masih belom sempurna. Kapasitas
lambung bayi baru lahir cukup bulan sekitar 30 cc, kapasitas lambung ini
akan bertambah seiring dengan bertambahnya pertumbuhan dan
perkembangan pada bayi. Pada pencernaan bayi baru lahir menggandung
zat berwarna hitam kehijauan yang terdiri atas mukopolisakarida. Zat ini
disebut mekonium. Mekonium biasanya dikelurkan 12-24 jam pertama dan
dalam dalam 4 hari biasanya feses sudah terbentuk dan berwarna
kekuningan. Enzim dalam saluran pencernaan biasanya sudah terdapat
pada neonatus, kecuali pada amilase dan lipase. Amilase dihasilkan dari
kelenjar saliva setelah 3 bulan dan oleh prankes setelah usia 6 bulan.
Sementara lipase baru dihasilkan oleh pankreas setelah usia 6 bulan.
Pada masa neonatus saluran pencernaan mengeluarkan tinja pertama
biasanya dalam dua puluh empat jam pertama berupa mekonium(zat yang
berwarna hitam kehijauan). Dengan adanya pemberian susu, mekonium
mulai digantikan oleh tinja tradisional pada hari ke tiga sampai empat yang
berwarna coklat kehijauan. (Marmi, 2015)
e. Hepar
Segera setelah lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan
morfologis, yaitu kenaikan kadar protein serta penurunan lemak dan
glikogen. (Marmi, 2015)
Bayi baru lahir akan terjadi perubahan kimia dan morfologis yaitu
kenaikan kadar protein serta penurunan kadar lemak dan glikogen. Enzim
hati akan aktif sekitar 3 bulan setelah kelahiran. Daya detoksifikasi hati
pada bayi baru lahir belom sempurna oleh karena itu harus hati –hati
dalam pemberian obat-obatan. Penyimpanan zat besi selama dalam
kandungan cukup memadai bagi bayi sampai 4-6 bulan kehidupan
ekstrauterin. Bayi prematur dan bayi BBLR memiliki cadangan zat besi
yang lebih sedikit yang hanya memadai 2-3 bulan pertama. Pada saat ini
bayi lebih rentan terhadap defisiensi zat besi.
f. Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus,relatif lebih luas dari tubuh orang dewasa
sehingga metabolisme basal per kg BB akan lebih besar.Pada jam-jam
pertama energi didapatkan dari pembakaran karbohidrat dan pada hari
kedua energi berasal dari pembakaran lemak. (Marmi, 2015)
g. Suhu tubuh
Bayi baru lahir mempunyai kecenderungan untuk mengalami stress fisik
akibat perubahan suhu diluar uterus. Fluktuasi (naik turunnya) suhu
didalam uterus minimal, rentang maksimal hanya 0,6 derajat C sangat
berbeda dengan kondisi diluar uterus. (Marmi, 2015)
h. Kelenjar endokrin
Kelenjar adrenal pada waktu lahir relatif lebih besar bila dibandingkan
dengan orang dewasa. Kelenjar tiroid sudah sempurna terbentuk sewaktu
lahir dan mulai berfungsi sejak beberapa bulan sebelum lahir. (Marmi,
2015)
i. Keseimbangan cairan dan fungsi ginjal
Tubuh neonatus mengandung relatif lebih banyak air dan kadar
natrium relatif lebih besar daripada kalium karena ruangan ekstraseluler
luas. (Marmi, 2015)
Kadar natrium bayi baru lahir relatif lebih besar dari pada kalium
karena ruangan ekstra seluler yang luas. Ginjal telah berfungsi tetapi
belum sempurna karena nefron masih belom banyak. Laju filtrasi
glomerulus BBL hanyalah 30-50% akibatnya kemampuan mengeluarkan
limbah dari dalam masih kurang. Bayi baru lahir sudah harus buang air
kecil dalam 24 jam pertama jumlah urine sekitar 20-30 mL/Jam dan
meningkat sekitar 100-200 Ml/Jam pada akhir minggu pertama. Bayi yang
diberikan susu formula umumnya lebih sering BAK, tetapi jumlah urin
bayi yang diberikan ASI meningkat 3-4 hari setelah kolostrum sudah tidak
produksi lagi. Setelah hari keempat bayi seharusnya sudah BAK 6-8 kali
setiap 24 jam.
j. Keseimbangan asam basa
Derajat keasaman (Ph) darah pada waktu lahir rendah,karena glikolisis
anaerobik. Dalam 24 jam neonatus telah mengkompensi asidosis. (Marmi,
2015)
k. Susunan syaraf
Sistem meurologis bayi secara anatomik atau fisiologi belum berkembang
sempurna. Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan tidak
terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, kontrol otot yang buruk, mudah
terkejut dan tremor pada ekstremitas. (Marmi, 2015)
l. Imunologi
Sistem imunitas bayi baru lahir belum matang,sehingga menyebabkan
neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi.Sistem imunitas yang
matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang didapat.
Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang berfungsi
mencegah atau meminimalkan infeksi. (Marmi, 2015)
Sistem kekebalan tubuh akan memberikan kekebalan alami dan
kekebalan yang didapat, kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan
tubuh yang meminimalisir infeksi. Contoh kekebalan alami adalah
perlindungan oleh membran mukosa kulit, fungsi saringan saluran nafas,
pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus, serta perlindunga kimia
oleh lingkungan asam lambung. Kekebalan alami juga disediakan pada
tingkat sel yaitu sel darah yang dapat membunuh mikroorganisme asing.
Namum pada BBL sel darah ini belom matang oleh karena itu belum
mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien , kekebalan ini
didapat ketika bayi sudah dapat membentuk reaksi antibodi terhadap
antigen asing. Belum matangnya kekebalan alami pada bayi maka
menyebabkan bayi rentan mengalami terkena infeksi, oleh karena itu
pencegahan terhadap infeksi (seperti pada praktik persalinan yang aman
dan menyusi ASI sacara dini sangat penting terutama kolostrum).
Bayi baru lahir dan bayi yang lahir prematur. Beresiko tinggi terkena
infeksi selama beberapa bulan pertama kehidupanya. Infeksi merupakan
penyebab pertama morbiditas dan mortalitas. Bayi baru lahir tidak dapat
membatasi patogen yang menrobos masuk akibat hipofungsi mekanisme
inflamasi dan imun.
5. TANDA BAHAYA BAYI BARU LAHIR
8. TINDAKAN PENGAWASAN
Monitoring neonatus, sangat penting karena sering terjadinya kematian.
Tujuan Kunjungan Neonatus (KN) I:
a. Memberitahu ibu agar selalu menjaga suhu tubuh bayi.
b. Melakukan pemerinsaan fisik pada bayi.
c. Menjelaskan pada ibu tentang tanda bahaya bayi baru lahir, yaitu nafas
cepat atau lambat, warna kulit kebiruan, mengalami kejang, menangis
terus atau tidur terus, tidak mau menyusu, hidapan lemah, ikterus, BAK
sedikit, diare, suhu akral dingin, ada bercak putih pada mulut, dan tali
pusat mengalami kemerahan, berbau dan bernanah.
d. Menjelaskan pada ibu tentang perawatan tali pusat.
e. Memberikan imunisasi HB. O
PERSALINAN
PATHWAY
BBL
FUNGSI ORGAN
BELUM BAIK
Penyesuaian Peningkatan
Resiko Infeksi Suhu Tubuh Kebutuhan O2
Gangguan Pemenuhan
Nutrisi Perubahan Suhu Tubuh Bersihkan Jalan Nafas
Pada bayi
ASUHAN KN I
I. PENGKAJIAN
Tanggal: …… Jam: ………..
IDENTITAS
1. Bayi
a. Nama
Bila perlu ditanyakan nama panggilan sehari-hari. Bagi pasien anak
ditanyakan nama orang tua atau wali. (Sukini & Rofi’ah, 2016)
Tanggal/jam lahir
Bayi baru lahir normal atau fisiologis adalah bayi yang lahir
dengan umur kehamilan 37-42 minggu. (Marmi, 2015)
b. Jenis Kelamin
- Pada bayi laki-laki
Pada laki-laki panjang penis 3-4 cc dan lebar 1-1,3 cm,periksa
lubang uretra. Prepusium tidak boleh ditarik karena akan
menyebabkan fimosis.Periksa adanya pospedia dan epispadia.
Skrotum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada dua.
- Pada bayi perempuan
Pada bayi perempuan labia mayora menutupi labia minora,lubang
uretra terpisah dengan lubang vagina. (Marmi, 2015)
2. Orangtua
a. Nama
Nama merupakan identitas khusus yang membedakan seseorang
dengan orang lain.Hendaknya klien dipanggil sesuai dengan nama
panggilan yang biasa baginya atau yang disukainya agar ia merasa
nyaman serta lebih mendekatkan hubungan interpersonal bidan
dengan klien.(Widatiningsih, 2017)
b. Umur
Umur dicatat dalam hitungan tahun (Sukini dan Rofi’ah 2016).
Untuk mengetahui apakah ibu termasuk resiko tinggi atau tidak.
Dikatakan reproduksi sehat antara usia 20-35 tahun. Usia diatas 35
tahun, sistem reproduksi pada umumnya sudah tidak optimal untuk
pertumbuhan janin karena sudah mulai menua. (Widatiningsih,
2017)
Penelitian yang dilakukan oleh (Khoiriah, 2017) menunjukkan
hasil uji Chi-square menunjukkan ρ value=(0,003) ≤ α (0,05), yang
berarti ada hubungan yang bermakna antara usia ibu dengan
kejadian bayi berat lahir rendah . Pengaruh usia ibu terhadap
kejadian BBLR merupakan faktor resiko tinggi, karena wanita yang
hamil usia dibawah 20 tahun perkembangan organ-organ
reproduksi dan fungsi fisiologisnya belum optimal. Sedangkan
kehamilan diatas usia 35 tahun juga tidak dianjurkan, mengingat
mulai usia ini sering muncul penyakit seperti hipertensi, tumor
jinak, dan penyakit degeneratif lainnya dan kondisi tubuh ibu juga
menurun.
c. Pendidikan
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh bagaimana pemahaman
nantinya saat diberikan pendidikan kesehatan yang berkaitan
dengan kondisi kehamilan. (Widatiningsih, 2017)
Kurangnya pengetahuan ibu tentu akan mempengaruhi tindakan
ibu untuk memberikan Inisiasi Menyusu Dini. Hal ini terjadi
karena semakin tinggi pengetahuan akan semakin mudah juga
untuk memberikan informasi dan mengarahkan ibu untuk
memberikan IMD.(Adam et al., 2016)
IV. ANALISA
Data yang telah didapat kemudian dianalisa sesuai data dasar yang telah
didapat dari hasil pengkajian dan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
Hal ini perlu dikaji sebagai dasar untuk membuat keputusan klinik yang
tepat
a. Diagnosa Kebidanan
Bayi Ny. X usia bayi 6-48 jam, fisiologis. (Marmi, 2015)
b. Masalah
Masalah pada BBL berupa penyakit yang lazim terjadiseperti bercak
mongolia, hemangioma, ikterus fisiologis, muntah, gumoh, oral trush,
diaper rash, sebhorrea, infeksi, miliariasis, furunkel dan diare.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Herawati & Indriati,
2017) didapatkan sebagian besar bayi baru lahir tidak mengalami
ikterus yaitu sebanyak 80.44% dan sisanya mengalami ikterus yaitu
sebanyak 19.56%. Ikterus neonatorum merupakan suatu keadaan
dimana kadar bilirubin mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi
menimbulkan kern-ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik.
Sebagian besar ikterus neonatorum ini proses terjadinya mempunyai
dasar patologis.
c. Diagnosa Potensial
Ikterus berat penyebab ensepalopati bilirubin/kernikterus dan bayi
yang menderita kernikterus akan mengalami gangguan tumbuh
kembang. Kernikterus dapat dicegah dengan manajemen menyusui
yang optimal.
V. PENATALAKSANAAN
Menurut (Marmi, 2015) asuhan segera, aman dan bersih untuk BBL
meliputi : Pencegahan infeksi, penilaian segera setelah lahir, pencegahan
kehilangan panas, memotong dan merawat tali pusat, Inisiasi menyusui dini,
manajemen laktasi, pecegahan infeksi mata, pemberiian vitamin K1,
pemberian imunisasi dan pemeriksaan BBL. (Anggraini A, 2021)
Penanganan bayi ikterus fisiologis adalah dengan memberikan
ASI secara adekuat karena ASI mengandung zat laktasif, sehingga bayi
lebih sering BAB dan bilirubin dalam tubuhnya ikut dikeluarkan.
Sedangkan bayi yang diberikan susu formula lebih cepat merasakan
kenyang, dan bayi malas untuk disusui yang akan memperlambat proses
hilangnya kuning pada kulit bayi. (Herawati & Indriati, 2017)
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh berdasarkan
langkah sebelumnya. Semua perencanaan yang dibuat harus berdasarkan
pertimbangan yang tepat, mmeliputi pengetahuan, teori yang up to date,
serta divalidasikan dengan asumsi mengenai apa yang diinginkan dan tidak
diinginkan oleh pasien. Dalam menyusun perencanaan, sebaiknya pasien
dilibatkan karena pada akhirnya pengembalian keputusan dilaksanakannya
suatu rencana asuhan ditentukan oleh pasien sendiri.
1. Mempertahankan suhu tubuh bayi dalam keadaan hangat dengan
memakai kaos kaki, memakaikan topi, mengganti popok apabila sudah
penuh atau 4-5 jam sekali, jangan meletakkan bayi didekat jendela atau
ruangan bersuhu rendah.(Prawirohardjo, 2018)
2. Melakukan pemeriksaan fisik pada bayi secara menyeluruh.
3. Memeriksa apakah ada tanda bahaya pada bayi yaitu nafas cepat atau
lambat, warna kulit kebiruan, mengalami kejang, menangis terus atau
tidur terus, tidak mau menyusu, hidapan lemah, ikterus, BAK sedikit,
diare, suhu akral dingin, ada bercak putih pada mulut, dan tali pusat
mengalami kemerahan, berbau dan bernanah.(Putrono, 2016)
4. Memberikan penkes mengenai perawatan tali pusat yaitu pertahankan
sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena udara dan dengan
kassa steril secara longgar, lipatlah popok dibawah tali pusat, jika tali
pusat terkena kotoran tinja maka cuci dengan sabun dan air bersih
kemudian keringkan kembali dengan benar.(Puspitasari, 2014)
5. Memberikan imunisasi HB.O
DAFTAR PUSTAKA
Adam, A., Bagu, A. A., & Sari, N. P. (2016). Pemberian Inisiasi Menyusu Dini Pada
Bayi Baru Lahir. Jurnal Kesehatan Manarang, 2(2), 76.
https://doi.org/10.33490/jkm.v2i2.19
Anggraini A, S. . dan D. (2021). Hubungan Pendidikan dan Pekerjaan dengan Usia
Perempuan saat Menikah di KUA Depok. Jurnal Inovasi Penelitian, 1(9), 1779–
1786.
Arfiana, & Lusiana, A. (2016). Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Pra Sekolah.
Transmedika.
Asih, Y., & Risneni. (2016). Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan (Pertama). Trans
Info Media.
Herawati, Y., & Indriati, M. (2017). Pengaruh Pemberian Asi Awal Terhadap
Kejadian Ikterus Pada Bayi Baru Lahir 0-7 Hari. Jurnal Kebidanan, 3(01), 67–
72.
Hutagaol, H. S., Darwin, E., & Yantri, E. (2014). Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) terhadap Suhu dan Kehilangan Panas pada Bayi Baru Lahir. Jurnal
Kesehatan Andalas, 3(3), 332–338. https://doi.org/10.25077/jka.v3i3.113
Khoiriah, A. (2017). Hubungan Antara Usia Ibu dan Paritas Ibu Bersalin dengan
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) Di RS. Siti Khadijah Palembang. Jurnal
Kesehatan, 8(2), 310–314.
Lestari, E. S. (2021). HUBUNGAN ASI EKSKLUSIF DAN BBLR
DALAMPERTUMBUHAN BAYI USIA 1-2 TAHUN. Akademi Keperawatan
RS Dustira Cimahi Jawa Barat,Indonesia, 3(1), 80–96.
Marmi. (2015). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah. Pustaka
Pelajar.
Prawirohardjo, S. (2018). Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Puspitasari, D. (2014). Asuhan Kebidanan Komprehensif. DIII Kebidanan UMP.
Putrono, W. dan. (2016). Asuhan Keperawatan Antenatal, Intranatal & Bayi Baru
Lahir Fisiologis dan Patologis. CV Andi Offset.
Saifudin. (2014). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sondakh, J. (2013). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir (Erlangga
(ed.)).
Sukini, T., & Rofi’ah, S. (2016). Fundamental Kebidanan. Trans Medika.
Varney, H. (2017). Buku Ajar Asuhan Kebidanan (4th ed.). EGC.
Walyani, E. S. (2015). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru lahir. Pustaka
Baru Press.
Widatiningsih, S. dan C. H. T. D. (2017). Praktik Terbaik Asuhan Kehamilan. Trans
Medika.