Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS, BAYI, DAN BALITA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik


Stase Asuhan Kebidanan Holistik Neonatus, Bayi, Dan Balita

OLEH:
NAMA : MURSIYAH
NIM : P1337424822180

PEMBIMBING INSTITUSI:
Dewi Andang Prastika, S.ST, M.Kes

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan Fisiologis Holistik kunjungan neonatus I di


Puskesmas Karanggayam II, telah disahkan oleh pembimbing pada :
Hari :
Tanggal :

Kebumen, Desember 2022

Pembimbing Klinik Praktikan

Sri Rejeki Wahyuningsih, S.ST, M.H Mursiyah


NIP. 197805112008012015 P1337424822180

Mengetahui,
Pembimbing Institusi

Dewi Andang Prastika, S.ST, M.Kes


NIP. 199102252018012001
LAPORAN PENDAHULUAN
TINJAUAN TEORI

A. TINJAUAN TEORI MEDIS


1. KONSEP BAYI BARU LAHIR NORMAL
a. Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan
37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000
gram (Manuaba, 2014). Ciri-ciri bayi baru lahir normal adalah lahir aterm
antara 37-42 minggu, berat badan 2500-4000 gram, panjang lahir 48-52
cm.
b. Ciri-ciri Bayi Normal
Ciri-ciri bayi baru lahir normal adalah lahir aterm antara 37-42
minggu, berat badan 2500-4000 gram, panjang lahir 48-52 cm. lingkar
dada 30-38 cm, lingkar kepala 33-35 cm, lingkar lengan 11-12 cm,
frekuensi denyut jantung 120- 160 kali permenit, kulit kemerah-merahan
dan licin karena jaringan subkutan yang cukup, rambut lanugo tidak
terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna, kuku agak panjang
dan lemas, nilai Appearance Pulse Grimace Activity Respiration
(APGAR) >7, gerakan aktif, bayi langsung menangis kuat, genetalia pada
laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum dan
penis yang berlubang sedangkan genetalia pada perempuan kematangan
ditandai dengan labia mayora menutupi labia minora, refleks rooting susu
terbentuk dengan baik, refleks sucking sudah terbentuk dengan baik
(Arfiana & Lusiana, 2016)
c. Penanganan Bayi Baru Lahir
Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan
pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. Aspek-aspek
penting dari asuhan bayi baru lahir :
1) Jagalah agar bayi tetap kering dan hangat.
2) Usahakan adanya kontak antara kulit bayi dan kulit ibunya sesegera
mungkin.
3) Segera setelah melahirkan badan bayi, lakukan penilaian sepintas :
a) Sambil secara cepat menilai pernapasannya (menangis kuat, bayi
bergerak aktif, warna kulit kemerahan) letakkan bayi dengan
handuk diatas perut ibu.
b) Dengan kain bersih dan kering atau kasa lap darah/lendir dari
wajah bayi untuk mencegah jalan udaranya terhalanv. Periksa
ulang pernapasan bayi (sebagiab besar bayi akan menangis atau
bernapas spontan dalam waktu 30 detik setelah lahir).
c) Nilai APGAR SCORE, jika bayi megap-megap atau lemah maka
segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.

2. PENGKAJIAN BAYI SEGERA SETELAH LAHIR


Pengkajian ini dibagi ke dalam tiga tahapan yaitu:
a. Tahap I
Segera setelah lahir pada menit-menit pertama kelahiran menggunakan
sisitem penilaian APGAR, yaitu pada menit pertama, menit kelima dan
menit ke sepuluh. Pada bayi baru lahir yang tidak langsung menangis atau
benafas megap-megap, maka tidak menggunakan nilai APGAR, tetapi
dengan menilai 2 hal yaitu usaha nafas (tangisan) dan tonus otot. Penilaian
secara cepat pada saat bayi lahir merupakan cara yang paling baik untuk
mengetahui apakah bayi memerlukan bantuan untuk bernapad. Jika bayi
lahir tidak menangis atau tidak bernafas atau bernafas megap-megap dan
tonus otot lemah/bayi tampak lunglai, maka pada kondisi bayi yang
demikian, penolong persalinan harus segera memutuskan untuk membantu
bayi bernafas. Pertolongan atau bantuan bernafas pada bayi asfiksia yang
cepat dan tepat terutama pada 60 detik atau menit pertama akan sangat
menolong kemampuan bayi untuk bisa bernafas dengan normal,dan dapat
meningkatkan keberlangsungan hidup bayi. (Arfiana & Lusiana, 2016)

Penilaian APGAR Score


Tanda Skor
0 1 2
Appearance Biru, pucat Tubuh Seluruh tubuh
Warna Kuit kemerahan, kemerahan
ekstremitas biru
Pulse Tak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100
Denyut jantung x/menit x/menit
Grimace Reflek Tak ada Meringis Batuk,Bersin
Reflek terhadap
rangsangan
Activity Lemah Fleksi pada Gerakan aktif
Tonus Otot ekstremitas
Respiration Tak ada Tak teratur Menangis baik
Upaya Bernafas
(Arfiana & Lusiana, 2016)

b. Tahap II
Setelah 24 jam pertama kehidupan, bayi normal mengalami perubahan
perilaku fisiologis. Pada tahap ini bayi mengalamai beberapa hal yang
berkaitan dengan perubahan bayi dari intra uterus ke ekstra
uterus,sehingga disebut juga periode transisional. Tahap ini meliputi
a. Periode I :
Disebut juga reaktivitas I yaitu 30 menit pertama setelah lahir. Pada
periode ini dapat dilihat perubahan-perubahan :
a) Bayi kadang-kadang terjaga dengan mata terbuka,memberikan
respons terhadap stimulus, menghisap dengan penuh
semangat, tiba-tiba menangis dan frekuensi pernafasan masih
belum stabil.
b) Dengan auskultasi stetoskop bising usus terdengar aktif
c) Bayi mengalami resfullness (tidur nyenyak yang pertama kali,
untuk memulihkan tenaga selama proses persalinan) mengikuti
fase awal reaktivitas berlangsung 2-4 jam.
d) Suhu tubuh, pernafasan, dan denyut jantung menurun tetapi
dalam batas normal
b. Periode II
Disebut periode reaktivitas II, yang berlangsung antara 2-5 jam setelah
lahir. Pada periode ini ditandai dengan :
a) Bayi bangun dari tidur nyenyak yang pertama, denyut jantung
dan frekuensi meningkat, reflek GAG aktif (membantu bayi
untuk mengeluarkan lendir yang masih tersisa pada
mulut,melindungi bayi dari resiko aspirasi)
b) Bayi mengeluarkan mekoneum, urine dan menghisap aktif
c) Periode ini berakhir ketika lendir pernafasan berkurang.

c. Periode III
Merupakan periode stabilisasi,yang berlangsung 12-24 jam setelah
lahir. Pada tahap ini bayi lebih mudah untuk tidur dan
terbangun.Tanda-tanda vital stabil, kulit berwarna kemerahan.Pada
periode ini dapat dilakukan pengkajian fisik pada bayi. (Arfiana &
Lusiana, 2016)
3. ASUHAN BAYI BARU LAHIR
a. Klem dan Potong Tali Pusat
Potong tali pusat dengan gunting steril atau DTT. Periksa tali pusat
tiap 15 menit, apabil masih terjadi perdarahan maka dilakukan pengikatan
ulang yg lebih ketat apabila masih menggunakan benang tali pusat.
Perawatan tali pusat, jangan mengoleskan cairan atau bahan apapun ke tali
pusat cuku tutup dengan kasa steril saja.
b. Jaga Kehangatan Bayi
1) Pastikan bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi dengan
kulit ibu.
2) Ganti handuk atau kain yang basah dan bungkus bayi dengan selimut
dan memastikan bahwa kepala terlindungi dengan baik untuk
mencegah keluarnya panas tubuh.
3) Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi setiap 15
menit, yaitu:
a) Apabila telapak bayi terasa dingin, periksa suhu aksila bayi.
b) Apabila suhu bayi >36,50C, segera hangatkan bayi.
c) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.
d) Jangan memandikan bayi baru lahir (memandikan bayi setelah 6
jam).
4) Identifikasi bayi
Apabila bayi dilahirkan ditempat bersalin yang persalinannya
yang mungkin lebih dari satu persalinan maka alat pengenal harus
diberikan kepada setiap bayi baru lahir, yaitu :
a) Nama bayi/Nama ibu
b) Tanggal lahir dan jam
c) Nomor bayi
d) Jenis kelamin
5) Pemberian ASI dini
a) Merangsang produksi ASI
Rangsangan isapan bayi pada puting susu ibu akan diteruskan oleh
serabut syaraf ke hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon
prolaktin.
b) Memperkuat refleks menghisap
1. Refleks rooting (mencari puting)
2. Refleks sucking (memghisap)
3. Refleks swallowing (menelan)
c) Mempercepat hubungan batin ibu dan bayi.
d) Memberikan kekebalan pasif yang segera kepada bayi melalui
kolostrum.
e) Merangsang kontraksi uterus dan mencegah terjadi perdarahan
pada ibu.
6) Perawatan mata
Memberikan eritromicin 0,5% atau tetrasiklin 1% untuk
mencegah penyakit mata karena klamidia (PMS). Obat mata diberikan
pada 1 jam pertama setelah persalinan.
7) Pemberian vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defesiensi vitamin
K pada bayi baru lahir . Semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan
perlu diberi vitamin K secara IM dipaha kiri.
8) Pemberian imunisasi Hepatitis B
Pemberian imunisasi Hepatitis B untuk mencegah infeksi
Hepatitis B diberikan pada usia 0 hari secara IM dipaha kanan dan
selanjutnya diberikan ulangan sesuai imunisasi dasar lengkap.
9) Pemantaun lanjutan
Tujuan pemantauan bayi baru lahir yaitu untuk mengetahui
aktifitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi
baru lahir yang memerlukan perhatian dan tindak lanjit dari petugas
kesehatan.
Hal-hal yang dinilai di waktu pemantauan bayi pada jam pertama
sesudah kelahiran, yaitu :
a) Kemampuan menghisap kuat atau lemah.
b) Bayi tampak aktif atau lunglai.
c) Bayi tampak kemerahan atau biru.
4. ADAPTASI BAYI BARU LAHIR TERHADAP KEHIDUPAN DI LUAR
UTERUS
a. Sistem Pernafasan
Masa yang paling kritis pada bayi baru lahir adalah ketika harus
mengatasi resistensi paru pada saat pernapasan yang pertama kali. Dan
proses pernapasan ini bukanlah kejadian yang mendadak, tetapi telah
dipersiapkan lama sejak intrauteri. Perkembangan sistem pulmoner terjadi
sejak masa embrio, tepatnya pada umur kehamilan 24 hari. Pada umur
kehamilan 24 hari ini bakal paru-paru terbentuk. Pada umur kehamilan ke
26-28 hari kedua bronchi membesar. Pada umur kehamilan 6 minggu
terbentuk segmen bronchus. Pada umur kehamilan 12 minggu terjadi
deferensiasi lobus. Pada umur kehamilan 24 minggu terbentuk alveolus.
Pada umur kehamilan 28 minggu terbentuk surfaktan. Pada umur
kehamilan 34-36 minggu struktur paru-paru matang,artinya paru-paru
sudah bisa mengembangkan sistem alveoli. Selama dalam uterus,janin
mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir,
pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi.Pernafasan pertama pada bayi
normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama sesudah lahir. (Marmi,
2015)
Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 10 detik
pertama sesudah lahir. Rangsangan gerakan pernafasan pertama terjadi
karena beberapa faktor, yaitu:
1) Stimulasi mekanik, yaitu karena terdapat rongga dada pada saat
melewati jalan lahir hal tersebut mengakibatkan paru paru
kehilangan 1/3 dari cairan yang terdapat dildalamnya, sehingga
akan tersisa 80-100 mL Setelah bayi lahir dan cairan tersebut akan
diganti dengan udara.
2) Stimulasi kimiawi, yaitu penurunan kadar oksigen (dari 80 ke 15
mmHg), Kenaikan kadar karbon dioksida (dari 40 ke 70 mmHg)
dan penurunan PH yang akan merangsang kemoreseptor yang
terletak di sinus karotikus dan akibatnya akan terjadi asfiksia
sementara selama kelahiran.
3) Stimulasi sensorik yaitu adanya rangsangan suhu dingin pada bayi
pada saat bayi meninggalkan suasana hangat pada uterus dan
memasuki udara luar yang dingin. Perubahan suhu yang mendadak
ini akan merangsang implus sensoris di kulit yang kemudian
disalurkan ke pusat respirasi.
4) Refleks deflasi hering breur Refleks mengeluarkan cairan dalam
paru-paru dapat menyebabkan bayi batuk dan muntah sehingga
mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.
b. Gerakan Nafas Pertama bayi
Rangsangan untuk gerakan pernapasan pertama kali pada neonatus
disebabkan karena saat kepala bayi melewati jalan lahir, ia akan
mengalami penekanan yang tinggi pada toraksnya dan tekanan ini akan
hilang dengan tiba-tiba setelah bayi lahir. Proses mekanis ini menyebabkan
cairan yang ada didalam paru paruhilang karena terdorong ke bagian
perifer paru untuk kemudian diabsorpsi, karena terstimulus oleh sensor
kimia, suhu seta mekanis akhirnya bayi memulai aktivitas napas untuk
pertama kali. (Marmi, 2015)
c. Jantung dan Sirkulasi Darah
1) Peredaran darah janin
Didalam rahim darah yang kaya oksigen dan nutrisi berasal dari
plasenta masuk ke dalam tubuh janin melalui plasenta
umbilicallis,sebgian masuk vena kava inferior melalui duktus venosus
aanti.Darah dari vena cava inferior masuk ke atrium kanan dan
bercampur dengan darah dari vena cava superior.Darah dari atrium
kanan sebagian melalui foramen ovale masuk ke atrium kiri bercampr
dengan darah yang berasal dari vena pulmonalis.Darah dari atrium kiri
selanjutnya ke ventrikel kiri yang kemudian akan dipompakan ke
aorta,selanjutnya melalui arteri koronaria darah mengalir ke bagian
kepala,ekstremitas kanan dan ekstremitas kiri.Sebagian kecil darah
yang berasal dari atrium kanan mengalir ke ventrikel kanan bersama
sama dengan darah yang berasal dari vena kava superior,karena
tekanan dari paru-paru belum berkembang,maka sebagian besar dari
ventrikel kanan yang seharusnya mengalir melalui duktus arteriosus
botali ke aorta desenden dan mengalir ke seluruh tubuh,sebagian kecil
mengalir ke paru-paru dan selanjutnya ke atrium kiri melalui vena
pulmonalis. (Marmi, 2015)
2) Perubahan peredaran darah neonatus
Aliran darah dari plasenta berhenti pada saat tali pusat di
klem.Tindakan ini menyebabkan suplai oksigen ke plasenta menjadi
tidak ada dan menyebabkan serangkaian reaksi selanjutnya. (Marmi,
2015)
d. Saluran pencernaan
Janin ketika sudah cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan.
Refleks gumoh dan refleks batuk sudah terbentuk dengan baik pada saat
lahir. Kemampuan bayi baru lahir menelan karena terdapat sentuhan pada
langit-langit mulut bayi sehingga memicu bayi untuk menghisap selain itu
juga karena adanya kerja peristaltik lidah dan rahang yang memeras air
susu dan payudara ke kerongkongan bayi sehingga memicu refleks untuk
menelan. Gumoh sering terjadi pada bayi baru lahir karena hubungan
antara esofagus bawah dan lambung masih belom sempurna. Kapasitas
lambung bayi baru lahir cukup bulan sekitar 30 cc, kapasitas lambung ini
akan bertambah seiring dengan bertambahnya pertumbuhan dan
perkembangan pada bayi. Pada pencernaan bayi baru lahir menggandung
zat berwarna hitam kehijauan yang terdiri atas mukopolisakarida. Zat ini
disebut mekonium. Mekonium biasanya dikelurkan 12-24 jam pertama dan
dalam dalam 4 hari biasanya feses sudah terbentuk dan berwarna
kekuningan. Enzim dalam saluran pencernaan biasanya sudah terdapat
pada neonatus, kecuali pada amilase dan lipase. Amilase dihasilkan dari
kelenjar saliva setelah 3 bulan dan oleh prankes setelah usia 6 bulan.
Sementara lipase baru dihasilkan oleh pankreas setelah usia 6 bulan.
Pada masa neonatus saluran pencernaan mengeluarkan tinja pertama
biasanya dalam dua puluh empat jam pertama berupa mekonium(zat yang
berwarna hitam kehijauan). Dengan adanya pemberian susu, mekonium
mulai digantikan oleh tinja tradisional pada hari ke tiga sampai empat yang
berwarna coklat kehijauan. (Marmi, 2015)
e. Hepar
Segera setelah lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan
morfologis, yaitu kenaikan kadar protein serta penurunan lemak dan
glikogen. (Marmi, 2015)
Bayi baru lahir akan terjadi perubahan kimia dan morfologis yaitu
kenaikan kadar protein serta penurunan kadar lemak dan glikogen. Enzim
hati akan aktif sekitar 3 bulan setelah kelahiran. Daya detoksifikasi hati
pada bayi baru lahir belom sempurna oleh karena itu harus hati –hati
dalam pemberian obat-obatan. Penyimpanan zat besi selama dalam
kandungan cukup memadai bagi bayi sampai 4-6 bulan kehidupan
ekstrauterin. Bayi prematur dan bayi BBLR memiliki cadangan zat besi
yang lebih sedikit yang hanya memadai 2-3 bulan pertama. Pada saat ini
bayi lebih rentan terhadap defisiensi zat besi.
f. Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus,relatif lebih luas dari tubuh orang dewasa
sehingga metabolisme basal per kg BB akan lebih besar.Pada jam-jam
pertama energi didapatkan dari pembakaran karbohidrat dan pada hari
kedua energi berasal dari pembakaran lemak. (Marmi, 2015)
g. Suhu tubuh
Bayi baru lahir mempunyai kecenderungan untuk mengalami stress fisik
akibat perubahan suhu diluar uterus. Fluktuasi (naik turunnya) suhu
didalam uterus minimal, rentang maksimal hanya 0,6 derajat C sangat
berbeda dengan kondisi diluar uterus. (Marmi, 2015)
h. Kelenjar endokrin
Kelenjar adrenal pada waktu lahir relatif lebih besar bila dibandingkan
dengan orang dewasa. Kelenjar tiroid sudah sempurna terbentuk sewaktu
lahir dan mulai berfungsi sejak beberapa bulan sebelum lahir. (Marmi,
2015)
i. Keseimbangan cairan dan fungsi ginjal
Tubuh neonatus mengandung relatif lebih banyak air dan kadar
natrium relatif lebih besar daripada kalium karena ruangan ekstraseluler
luas. (Marmi, 2015)
Kadar natrium bayi baru lahir relatif lebih besar dari pada kalium
karena ruangan ekstra seluler yang luas. Ginjal telah berfungsi tetapi
belum sempurna karena nefron masih belom banyak. Laju filtrasi
glomerulus BBL hanyalah 30-50% akibatnya kemampuan mengeluarkan
limbah dari dalam masih kurang. Bayi baru lahir sudah harus buang air
kecil dalam 24 jam pertama jumlah urine sekitar 20-30 mL/Jam dan
meningkat sekitar 100-200 Ml/Jam pada akhir minggu pertama. Bayi yang
diberikan susu formula umumnya lebih sering BAK, tetapi jumlah urin
bayi yang diberikan ASI meningkat 3-4 hari setelah kolostrum sudah tidak
produksi lagi. Setelah hari keempat bayi seharusnya sudah BAK 6-8 kali
setiap 24 jam.
j. Keseimbangan asam basa
Derajat keasaman (Ph) darah pada waktu lahir rendah,karena glikolisis
anaerobik. Dalam 24 jam neonatus telah mengkompensi asidosis. (Marmi,
2015)
k. Susunan syaraf
Sistem meurologis bayi secara anatomik atau fisiologi belum berkembang
sempurna. Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan tidak
terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, kontrol otot yang buruk, mudah
terkejut dan tremor pada ekstremitas. (Marmi, 2015)
l. Imunologi
Sistem imunitas bayi baru lahir belum matang,sehingga menyebabkan
neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi.Sistem imunitas yang
matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang didapat.
Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang berfungsi
mencegah atau meminimalkan infeksi. (Marmi, 2015)
Sistem kekebalan tubuh akan memberikan kekebalan alami dan
kekebalan yang didapat, kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan
tubuh yang meminimalisir infeksi. Contoh kekebalan alami adalah
perlindungan oleh membran mukosa kulit, fungsi saringan saluran nafas,
pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus, serta perlindunga kimia
oleh lingkungan asam lambung. Kekebalan alami juga disediakan pada
tingkat sel yaitu sel darah yang dapat membunuh mikroorganisme asing.
Namum pada BBL sel darah ini belom matang oleh karena itu belum
mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien , kekebalan ini
didapat ketika bayi sudah dapat membentuk reaksi antibodi terhadap
antigen asing. Belum matangnya kekebalan alami pada bayi maka
menyebabkan bayi rentan mengalami terkena infeksi, oleh karena itu
pencegahan terhadap infeksi (seperti pada praktik persalinan yang aman
dan menyusi ASI sacara dini sangat penting terutama kolostrum).
Bayi baru lahir dan bayi yang lahir prematur. Beresiko tinggi terkena
infeksi selama beberapa bulan pertama kehidupanya. Infeksi merupakan
penyebab pertama morbiditas dan mortalitas. Bayi baru lahir tidak dapat
membatasi patogen yang menrobos masuk akibat hipofungsi mekanisme
inflamasi dan imun.
5. TANDA BAHAYA BAYI BARU LAHIR

Kriteria Sehat Tidak Sehat


Nafas 40-60 x/menit >40 x/menit atau >60
x/menit
Warna Kulit Merah Muda Bayi pusat/biru pada
tubuh
Kejang Tidak Ada Ada, mata mendelik,
tangan bergerak seperti
menari, menangis
melengking, tiba-tiba
badan kaku, mulut
mencucu
Aktivitas Menangis jika sedang Menangis terus, bayi
haus atau buang air lemas tidak bergerak
Minum ASI Mau minum Tidak mau minum atau
memuntahkan semuanya
Hisapan Bayi Hisapa kuat Hisapan lemah
Kuning Pada Bayi Tidak ada/Ada : Ada
 Muncul antara 24-  Muncul >24 jam
72 jam pertama pertama atau
 Hilang dalam 2 menetap setelah 2
minggu minggu
 Bilirubin <15  Bilirubin >15
mg/dL mg/dL
Buang Air Kecil 6-8 x/hari Air seni pekat dan sedikit
(BAK <6 x/hari)
Buang Air Besar Encer berisi seperti Sangat encer, tidak bisa
biasanya BAB >3 hari (adanya
perubahan konsistensi
dan frekuensi BAB)
Suhu Tubuh Normal Panas seluruh
(36,5 0C -37,5 0C) tubuh/dingin seluruh
tubuh
Tali Pusat Bersih Merah dipinggir tali
pusat/bernanah/berbau
Mata Bening Merah menetap,
bernanah, ada kotoran
Bercah Putih Pada Tidak ada Ada
Mulut
Kulit Bersih Ada bintil berair dan
kemerahan

6. PENCEGAHAN INFEKSI PADA BAYI BARU LAHIR


Bayi baru lahir (BBL) sangat rentan terhadap infeksi mikroorganisme yang
terpapar atau terkontaminasi selama proses persalinan berlangsung maupun
beberapa saat setelah lahir. Untuk tidak menambah resiko infeksi maka
sebelum menangani BBL, pastikan penolong persalinan dan pemberi asuhan
BBL telah melakukan upaya pencegahan infeksi. (Marmi, 2015)

7. PROGRAM DAN KEBIJAKAN TEKNIS


Pelayanan neonatal esensial sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan paling sedikit 3 (tiga) kali kunjungan, yang meliputi:
a. 1 (satu) kali pada umur 6-48 jam (KN I);
b. 1 (satu) kali pada umur 3-7 hari (KN II);
c. 1 (satu) kali pada umur 8-28 hari (KN III).

Pelayanan neonatal esensial yang dilakukan setelah lahir 6 (enam) jam


sampai 28 (dua puluh delapan) hari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(2) huruf b meliputi :

a. menjaga Bayi tetap hangat;


b. perawatan tali pusat;
c. pemeriksaan Bayi Baru Lahir;
d. perawatan dengan metode kanguru pada Bayi berat lahir rendah;
e. pemeriksaan status vitamin K1 profilaksis dan imunisasi;
f. penanganan Bayi Baru Lahir sakit dan kelainan bawaan; dan
g. merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil, tepat waktu
ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
(PMK RI No. 53 Tahun 2014)

8. TINDAKAN PENGAWASAN
Monitoring neonatus, sangat penting karena sering terjadinya kematian.
Tujuan Kunjungan Neonatus (KN) I:
a. Memberitahu ibu agar selalu menjaga suhu tubuh bayi.
b. Melakukan pemerinsaan fisik pada bayi.
c. Menjelaskan pada ibu tentang tanda bahaya bayi baru lahir, yaitu nafas
cepat atau lambat, warna kulit kebiruan, mengalami kejang, menangis
terus atau tidur terus, tidak mau menyusu, hidapan lemah, ikterus, BAK
sedikit, diare, suhu akral dingin, ada bercak putih pada mulut, dan tali
pusat mengalami kemerahan, berbau dan bernanah.
d. Menjelaskan pada ibu tentang perawatan tali pusat.
e. Memberikan imunisasi HB. O
PERSALINAN
PATHWAY

BBL

FUNGSI ORGAN
BELUM BAIK

Daya Tahan Refleks Jaringan Lemak Peningkatan


Tubuh Rendah Kurang
Menghirup Bayi Subkutan Tipis Suhu Tubuh
Pengetahuan
Belum Efektif

Penurunan Daya Pernapasan Meningkatnya


Asi Ibu Tidak Keluar
Tahan Tubuh Bayi Tidak Mau Suhu Luar Metabolisme Tubuh
Menyusui

Penyesuaian Peningkatan
Resiko Infeksi Suhu Tubuh Kebutuhan O2

Gangguan Pemenuhan
Nutrisi Perubahan Suhu Tubuh Bersihkan Jalan Nafas
Pada bayi

Jaga Suhu Tubuh Bayi

ASUHAN KN I

Mempertahankan suhu tubuh bayi, pemeriksaan fisik bayi, memeriksa tanda-tanda


bahaya bayi, perawatan tali pusat, pemberian imunisasi HB. O.
B. TINJAUAN TEORI ASUHAN
1. Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis
sistematis dalam memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua
belah pihak. baik klien maupun pemberi asuhan. Oleh karena itu, manajemen
kebidanan merupakan alur fikir bagi seorang bidan dalam memberikan
arah/kerangka dalam menangani kasus yang menjadi tanggung jawabnya.
(Sukini & Rofi’ah, 2016)
Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan suatu keputusan yang
berfokus pada klien. (Sukini & Rofi’ah, 2016)
2. Tahapan dalam Manajemen Kebidanan
Pada tahun 1997, Helen Varney menyempurnakan proses 5 langkah
manajemen menjadi 7 langkah. Langkah-langkah tersebut membentuk
kerangka yang lengkap yang bisa diaplikasikan dalam semua situasi, tetapi
setiap langkah tersebut bisa dipecah-pecah ke dalam tugas-tugas tertentu dan
semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi klien menurut (Sukini & Rofi’ah,
2016) sebagai berikut.
a. Langkah 1: Tahap Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk
memperoleh data dilakukan dengan cara:
1) Anamnesis. Dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat
menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan, dan
nifas, bio psiko-sosial-spiritual, serta pengetahuan klien.
2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda
tanda vital, meliputi:
a) Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auscultasi, dan perkusi).
b) Pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi/USG, dan
cacatan terbaru serta catatan sebelumnya). Tahap ini merupakan
langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya, sehingga
kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi yang akan
menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap
selanjutnya. Sehingga dalam pendekatan ini harus komprehensif
meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga
dapat menggambarkan kondisi pasien yang sebenarnya dan valid.
Kaji ulang data yang sudah dikumpulkan apakah sudah tepat,
lengkap.
b. Langkah 2: Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan.
Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosis
dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat
didefinisikan seperti diagnosis tetapi tetap membutuhkan penanganan.
Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang
diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga
sering menyertai diagnosis.
c. Langkah 3: Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial dan
Mengantisipasi Penanganannya
Pada langkah ini bidan mengidantifikasi masalah potensial atau
diagnos potensial berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah
diidentifikas Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakuka pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap
mencegah diagnosis atau masalah potensial ini menjadi benar-benar
terjadi. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman.
Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi
masalah potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan
terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah ata
diagnosis potensial tidak terjadi. Sehingga langkah ini benar merupakan
langkah yang bersifat antisipasi yang rasional atau logis. Kaji ulang
apakah diagnosis atau masalah potensial yang diidentifikasi sudah tepat.
d. Langkah 4: Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera untuk
Melakukan Konsultasi, Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain
Berdasarkan Kondisi Klien.
Mengindentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
dan atau tenaga konsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat
mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi
manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan
prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus
menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
Data baru dapat dikumpulkan dan dievaluasi dengan
mengidentifikasi situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera
untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak. Hal ini dapat
menunjukkan satu situasi yang memerlukan tindakan segera, dan situasi
lainnya tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter.
Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari pre-eklampsia,
kelainan panggul, adanya penyakit jantung, diabetes, atau masalah medic
yang serius, bidan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan
konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti
pekerja sosial, ahli gizi atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir.
Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien
untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling
tepat. dalam manajemen asuhan kebidanan. Kaji ulang apakah tindakan
segera ini benar-benar dibutuhkan.
e. Langkah 5: Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh.
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan
oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat
dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
sudah terindentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang
berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita
tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah
dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk klien bila
ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural atau
masalah psikologis. Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut
sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan setiap aspek asuhan
kesehatan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua pihak,
yaitu oleh bidan dank lien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena
klien juga akan melaksanakan rencana asuhan bersama klien kemudian
membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.(Saifudin,
2014)
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini
harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori
yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan
dilakukan klien.
f. Langkah 6: Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman.
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan
aman. Perencanaan ini bias dilakukan seluruh oleh bidan atau sebagian
lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak
melakukannya sen diri, ia tetap memikul tanggungjawab untuk
mengarahkan pelaksanaannya, misalnya memastikan langkah-langkah
tersebut benar-benar terlaksana.(Walyani, 2015)
Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi dengan dokter untuk
menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan
dalam manajemen asuhan bagi klien adalah tetap bertanggungjawab
terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh
tersebut. Manajemen yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta
meningkatkan mutu dan asuhan klien. Kaji ulang apakah semua rencana
asuha telah dilaksanakan.
g. Langkah 7: Mengevaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi kefektifan dari asuhan
yang su dah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan
apakah benar benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.
Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif
sedangkan sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses manajemen
asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan maka perlu
mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui
manajemen tidak efektif serta melakukan penyusaian terhadap rencana
asuhan tersebut.(Varney, 2017)
Langkah-langkah proses manajemen umumnya merupakan peng
kajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan
serta berorientasi pada proses klinis, karena proses manajemen tersebut
ber langsung di dalam situasi klinik dan dua langkah terakhir tergantung
pada klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses manajemen ini
dievalu asi dalam tulisan saja.
3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Dengan SOAP
Menurut (Asih & Risneni, 2016) pendokumentasian asuhan kebidanan
dengan SOAP, yaitu:
1) Subyektif
Pengkajian yang diperoleh dengan anamnesis, berhubungan dengan
masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai
kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau
ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis.
2) Obyektif
Data berasal dari observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien,
pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan diagnostik lainnya.
3) Assesment
Pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari data
subyektif dan obyektif.
4) Planning
Perencanaan dibuat saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan akan
disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data yang bertujuan
untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan
mempertahankan kesejahteraan pasien

I. PENGKAJIAN
Tanggal: …… Jam: ………..
IDENTITAS
1. Bayi
a. Nama
Bila perlu ditanyakan nama panggilan sehari-hari. Bagi pasien anak
ditanyakan nama orang tua atau wali. (Sukini & Rofi’ah, 2016)
Tanggal/jam lahir
Bayi baru lahir normal atau fisiologis adalah bayi yang lahir
dengan umur kehamilan 37-42 minggu. (Marmi, 2015)
b. Jenis Kelamin
- Pada bayi laki-laki
Pada laki-laki panjang penis 3-4 cc dan lebar 1-1,3 cm,periksa
lubang uretra. Prepusium tidak boleh ditarik karena akan
menyebabkan fimosis.Periksa adanya pospedia dan epispadia.
Skrotum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada dua.
- Pada bayi perempuan
Pada bayi perempuan labia mayora menutupi labia minora,lubang
uretra terpisah dengan lubang vagina. (Marmi, 2015)
2. Orangtua
a. Nama
Nama merupakan identitas khusus yang membedakan seseorang
dengan orang lain.Hendaknya klien dipanggil sesuai dengan nama
panggilan yang biasa baginya atau yang disukainya agar ia merasa
nyaman serta lebih mendekatkan hubungan interpersonal bidan
dengan klien.(Widatiningsih, 2017)
b. Umur
Umur dicatat dalam hitungan tahun (Sukini dan Rofi’ah 2016).
Untuk mengetahui apakah ibu termasuk resiko tinggi atau tidak.
Dikatakan reproduksi sehat antara usia 20-35 tahun. Usia diatas 35
tahun, sistem reproduksi pada umumnya sudah tidak optimal untuk
pertumbuhan janin karena sudah mulai menua. (Widatiningsih,
2017)
Penelitian yang dilakukan oleh (Khoiriah, 2017) menunjukkan
hasil uji Chi-square menunjukkan ρ value=(0,003) ≤ α (0,05), yang
berarti ada hubungan yang bermakna antara usia ibu dengan
kejadian bayi berat lahir rendah . Pengaruh usia ibu terhadap
kejadian BBLR merupakan faktor resiko tinggi, karena wanita yang
hamil usia dibawah 20 tahun perkembangan organ-organ
reproduksi dan fungsi fisiologisnya belum optimal. Sedangkan
kehamilan diatas usia 35 tahun juga tidak dianjurkan, mengingat
mulai usia ini sering muncul penyakit seperti hipertensi, tumor
jinak, dan penyakit degeneratif lainnya dan kondisi tubuh ibu juga
menurun.
c. Pendidikan
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh bagaimana pemahaman
nantinya saat diberikan pendidikan kesehatan yang berkaitan
dengan kondisi kehamilan. (Widatiningsih, 2017)
Kurangnya pengetahuan ibu tentu akan mempengaruhi tindakan
ibu untuk memberikan Inisiasi Menyusu Dini. Hal ini terjadi
karena semakin tinggi pengetahuan akan semakin mudah juga
untuk memberikan informasi dan mengarahkan ibu untuk
memberikan IMD.(Adam et al., 2016)

II. DATA SUBJEKTIF


1. Riwayat Kehamilan Ibu
a. Umur Kehamilan
Didasarkan pada HPHT dan dikonfirmasi dengan pemeriksaan
lainnya. (Widatiningsih, 2017)
b. Riwayat Penyakit Ibu dan Keluarga
Untuk mengetahui karakteristik personal, riwayat penyakit
menular/keturunan dan riwayat pengobatan (Khairoh & Arka,
2019)
c. Kebiasaan saat hamil
Untuk mengetahui kebiasaan saat hamil apakah menggganggu
kesehatan atau tidak, apakah ibu dan suami memiliki pola hidup
sehat atau tidak, karena hal ini sangat berpengaruh pada kesehatan
bayi nantinya. (Marmi, 2015)
d. Riwayat Natal
Untuk mengetahui tanggal lahir, berat badan, panjang bayi, dan
jenis kelamin bayi. Selain itu untuk mengetahui bayi lahir tunggal
atau gmelli, lamanya persalinan, dan adakah komplikasi dalam
persalinan. (Marmi, 2015)
e. Riwayat Perinatal
Niai APGAR score sebagai tolak ukur penilaian bayi sekilas
setelah lahir, bayi dalam keadaan normal apabila nilai APGARnya
7-10, sedangkan 4-6 berarti asfiksia sedang, dan 0-3 berarti asfiksia
berat, dan apabila APGAR dibawah 6 maka perlu tindakan
resusitasi. (Marmi, 2015)
2. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Setelah bayi lahir, segera susukan pada ibunya, apakah ASI
keluar sedikit,kebutuhan minum hari pertama 60 cc/kg BB,
selanjutnya ditambah 30 cc/kgBB untuk hari berikutnya.(Sondakh,
2013)
ASI adalah sumber makanan terbaik bagi bayi selain
mengandung komposisi yang cukup sebagai nutrisi bagi bayi.
Pemberian ASI juga dapat meningkatkan dan mengeratkan jalinan
kasih sayang antara ibu dengan bayi serta meningkatkan kekebalan
tubuh bagi bayi itu sendiri. Ikterus merupakan penyakit yang sangat
rentang terjadi pada bayi baru lahir, terutama dalam 24 jam setelah
kelahiran, dengan pemberian ASI yang sering, bilirubin yang dapat
menyebabkan terjadinya ikterus akan dihancurkan dan dikeluarkan
melalui urin. Oleh sebab itu, pemberian ASI sangat baik dan
dianjurkan guna mencegah terjadinya ikterus pada bayi baru lahir.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fortuna, Dewi dan
Ika Y (2018) menunjukan hampir setengah sampel (45%)
mendapatkan ASI pertama pada 1-6 jam, 40% diberikan ASI
pertama pada <1 jam dan sebagian kecil (15%) diberikan ASI
pertama kali setelah kelahirannya pada >6 jam. Hampir seluruhnya
(77.5%) tidak mengalami ikterus, 2.5% mengalami ikterus derajat
I, 12.5% mengalami ikterus derajat II dan 7.5% mengalami ikterus
derajat III. Hasil uji statistik didapatkan nilai p= 0.004 <a (0.05)
dengan nilai rho = 0.445 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang
artinya ada hubungan antara waktu pemberian ASI dengan kejadian
ikterus neonatorum dengan kekuatan hubungan yang bersifat
sedang.
b. Pola Eliminasi
Proses pengeluaran defekasi dan urin terjadi 24 jam pertama
setelah lahir, konsistensinya agak lembek, berwarna hitam dan
kehijauan. Selain itu, diperiksa juga urin yang normalnya berwarna
kuning.(Sondakh, 2013)
Air seni dibuang dengan cara mengosongkan kandung kemih
secara refleks. Bayi miksi sebanyak 6 kali sehari. Semakin banyak
cairan yang masuk maka semakin sering bayi miksi. Defekasi
pertama berwarna hijau kehitaman. Kotoran bayi yang hanya
minum susu biasanya cair. Bayi yang mendapat ASI kotorannya
kuning dan agak cair berbji. (Sondakh, 2013)
c. Pola Istirahat
Pola tidur normal bayi baru lahir adalah 14-18 jam/hari. (Sondakh,
2013)
Setiap hari bayi tidur kira-kira 16 jam. Tidur pertama bayi dikenal
sebagai fase tidur, yang berlangsung dalam 2 jam setelah kelahiran
lamanya dapat beberapa detik sampai beberapa jam (Marmi, 2015)
d. Pola Aktivitas
Pada bayi seperti menangis,BAK,BAB serta memutar kepala untuk
mencari puting susu. (Sondakh, 2013)

III. DATA OBYEKTIF


1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan Umum
Keadaan umum bayi : perlu diamati untuk menemukan kelainan
yang perlu mendapat tindakan segera.(Marmi, 2015)
b. Vital Sign
Menurut (Walyani, 2015) tanda-tanda vital pada bayi terdiri dari :
1) Nadi
Denyut nadi bayi yang normal berkisar 120-140 kali permenit.
2) Suhu
Suhu bayi dalam keadaan normal berkisar antara 36,5-37,5 C
pada pegukuran di axila. Pada penelitian yang dilakukan oleh
(Hutagaol et al., 2014) didapatkan hasil bahwa setelah
dilakukan IMD selama satu jam suhu aksila meningkat 0,4 ±
0,30C sedangkan pada kelompok non IMD selama satu jam
kelahiran hanya terdapat peningkatan suhu 0,03 ± 0,30C. Pada
kelompok IMD tidak ada bayi yang hipotermi setelah satu jam
dan seluruh bayi mengalami peningkatan suhu aksila satu jam
setelah kelahiran, namun pada kelompok non IMD ada empat
orang bayi dengan suhu aksila dibawah 36,50C dan ada
delapan orang bayi yang mengalami penurunan suhu aksila
setelah satu jam kelahiran. Hal ini menunjukkan bahwa IMD
yang dilakukan pada bayi baru lahir mempunyai pengaruh
yang sangat baik untuk dapat mempertahankan suhu pada bayi
baru lahirMenurunkan kehilangan panas sangat berhubungan
dengan upaya untuk bertahan hidup pada bayi baru lahir.
Selama periode kontak kulit ke kulit, suhu inti dan suhu kulit
perut meningkat yang mengindikasikan keuntungan dalam
pencegahan kehilangan panas. Selama bayi berada dalam
bedung dan jauh dari ibu terjadi penurunan suhu tubuh dan
peningkatan kehilangan panas mendekati kompensasi bayi
baru lahir sekitar 70 W/m2 . Bedung yang terlalu ketat dan
kuat akan membuat bayi lebih dingin karena tidak dapat
mempertahankan posisi flexi. Kontak kulit ke kulit pada bayi
baru lahir sama efektifnya dengan pemanas bayi yang dapat
mencegah kehilangan panas pada bayi baru lahir aterm.
3) Pernafasan
Pernapasan pada bayi baru lahir tidak teratur
kedalaman,kecepatan,iramanya.Pernafasannya bervariasi dari
30 sampai 60 kali permenit.
a. Antropometri
1. Berat badan
Berat badan BBL normal adalah 2,5-4 kg. Jika beratnya <2,5 kg,
bayi dikategorikan premature. Jika berat badan >4 kg,
dikategorikan giant baby yang mungkin disebabkan oleh diabetes
maternal, herediter dan sebagainya. (Marmi, 2015)
Penelitian yang dilakukan oleh (Lestari, 2021) didapatkan hasil uji
Chi-Square diperoleh nilai (P=0,008) < (α=0,05), maka Ho
ditolak artinya terdapat hubungan kejadian BBLR terhadap
pertumbuhan. Dampak bayi dengan BBLR ini adalah
pertumbuhannya akan lambat. Hal ini terjadi karena bayi yang
lahir BBLR baik dismatur maupun prematuritas murni sejak
dalam kandungan sudah mengalami berbagai masalah yang
menyebabkan bayi tersebut lahir BBLR tetapi, pada bayi
dengan BBLR biasanya tidak akan mampu mengejar pertumbuhan
fisiknya terutama jika tidak mendapatkan asupan nutrisi yang
tidak mencukupi, dan atau lingkungan perawatan yang tidak
adekuat. Bayi tersebut akan mengalami gangguan
pertumbuhan yang ditandai dengan berat badan dan tinggi
badan yang tidak sesuai dengan kriteria atau standar yang normal.
2. Panjang Badan
Panjang badan normal adalah 45 cm-55 cm. Panjang badan ini
diukur dari ujung kepala sampai ke tumit. Jika panjang badan bayi
lebih dari 55 cm, kemungkinan disebabkan faktor kromosom
ataupun herediter. (Marmi, 2015)
3. Lingkar Kepala
Ukuran normal lingkar kepala BBL adalah 32-36,8 cm, ukuran
kepala yang <32 cm disebut mikrosephalus yang biasanya
disebabkan oleh rubella, toksoplasmosis, dan penyakit inklusi
sitomegali. Lingkar kepala ini diukur pada diameter terbesar, yaitu
lingkar oksipito frontalis. (Marmi, 2015)
4. Lingkar dada
Ukuran lingkar dada biasanya lebih kecil dari lingkar kepala,
panjang rata-rata nya sekitar 30-33 cm.Lingkar ini diukur pada
garis buah dada. (Marmi, 2015)
b. Pemeriksaan Fisik
Menurut (Walyani, 2015) pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir
meliputi :
a. Kepala
Raba sepanjang garis sutura dan fontanel, apakah ukuran dan
tampilannya normal. Sutura yang berjarak lebar
mengidentifikasikan yang preterm, moulding yang buruk atau
hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala,sering terlihat
tulang kepala tumpang tindih yang disebut moulding atau
moulase. Fontanel anterior harus diraba, fontanel yang besar dapat
terjadi akibat prematuritas atau hidrosefalus,sedangkan yang
terlalu kecil terjadi pada mikrosefali.
b. Telinga
Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya pada bayi
cukup bulan, tulang rawan sudah matang. Daun telinga harus
berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas dibagian atas.
c. Mata
Periksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum
sempurna. Periksa adanya glaucoma congenital mulanya akan
tampak sebagai pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada
kornea. Katarak congenital akan mudah terlihat yaitu pupil
berwarna putih. Pupil harus tampak bulat.
Tes mata pada bayi baru lahir berfungsi untuk deteksi dini
ganguan mata yang bisa mengganggu penglihatan bayi. Khusus
untuk bayi prematur kurang dari 34 minggu atau berat badan
kurang dari 1.500 gram, standar kedokteran di Indonesia
mensayaratkan pemeriksaan mata deteksi ROP (Retinophaty of
Prematurity). Kelainan retina ini berpotensi menyebabkan
kebutaan. Insiden ROP pada bayi laki-laki sedikit lebih tinggi
daripada bayi perempuan. Lewat skrining ini, diharapkan ROP
dapat terdeteksi sedini mungkin sehingga dapat diterapi secara
optimal.
Pada bayi baru lahir, biasanya dokter akan melakukan
pemeriksaan mata dasar mencakup “red refleks“, blink (berkedip)
dan respon pupil . Pada pemeriksaan “red refleks” dihasilkan
ketika kilatan kamera menerangi retina yang kaya darah. Jika mata
melihat langsung ke lensa kamera dan warna refleks di kedua mata
merah, dalam banyak kasus hal tersebut merupakan indikasi yang
baik bahwa retina kedua mata tidak terhalang dan sehat.
d. Hidung atau mulut
Bibir bayi baru lahir harus kemerahan dan lidahnya harus rata dan
simetris, bibir dipastikan tidak adanya sumbing dan langiit-langit
harus tertutup.
Bayi harus bernafas dengan hidung,jika melalui mulut harus
diperhatikan kemungkinan adanya obstruksi jalur nafas karena
atresia koana bilateral,fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang
menonjol ke nasofaring.
e. Leher
Periksa adanya pembesaran kelenjar tiroid dan vena
jugularis.Adanya lipatan kulit yang berlebihan dibagia belakang
leher menunjukkan adanya kemungkinan trisomi 21.
f. Dada
Kontur dan simetrisitas dada normalnya adalah bulat dan
simetris.Payudara baik pada laki-laki maupun perempuan terlihat
membesar, karena pengaruh hormon wanita dari darah ibu.Periksa
kesimetrisan gerakan dada saat bernafas.
g. Bahu, lengan dan tangan
Gerakan normal, kedua lengan harus bebas gerak, jika gerakan
kurang kemungkinan adanya kerusakan neurologis atau fraktur.
h. Perut
Bentuk, penonjolan sekitar tali pusat pada saat
menangis,perdarahan tali pusat. Perut harus tampak bulat dan
bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada saat bernafas.
i. Kelamin
Pada anita labia minora dapat ditemukan adanya verniks dan
smegma (kelenjar kecil yang terletak dibawah prepusium
mensekresi bahan yang seperti keju) pada lekukan. Labia mayora
normalnya menutupi labia minora dan klitoris.Pada bayi laki laki
rugae normalnya tampak pada skrotum dan kedua testis turun ke
dalam skrotum.
j. Ekstremitas atas dan bawah
Ekstremitas bagian atas normalnya fleksi dengan baik dengan
gerakan yang simetris.
k. Punggung
Periksa spina dengan cara menelungkupkan bayi,cari adanya
tanda-tanda abnormalitas seperti spina bifida,pembengkakan atau
cengkungan, lesung atau bercak kecil berambut yang dapat
menunjukkan adanya abnormalitas medulla spinalis atau kolumna
vertebrata.
l. Kulit
Verniks (tidak perlu dibersihkan karena untuk menjaga
kehangatan tubuh bayi), warna, pembengkakan atau bercak-bercak
hitam, tanda-tanda lahir.Perhatikan adanya lanugo, jumlah yang
banyak terdapat pada bayi kurang bulan.
m. Refleks
Refleks berkedip, batuk, bersin dan muntah ada pada waktu lahir
dan tetap tidak berubah sampai dewasa. Beberapa refleks lain
normalnya ada waktu lahir, yang menunjukkan imaturitas
neurologis, refleks-refleks tersebut akan hilang pada tahun
pertama.Tidak adanya refleks-refleks ini menandakan masalah
neurologis yang serius.

IV. ANALISA
Data yang telah didapat kemudian dianalisa sesuai data dasar yang telah
didapat dari hasil pengkajian dan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
Hal ini perlu dikaji sebagai dasar untuk membuat keputusan klinik yang
tepat
a. Diagnosa Kebidanan
Bayi Ny. X usia bayi 6-48 jam, fisiologis. (Marmi, 2015)
b. Masalah
Masalah pada BBL berupa penyakit yang lazim terjadiseperti bercak
mongolia, hemangioma, ikterus fisiologis, muntah, gumoh, oral trush,
diaper rash, sebhorrea, infeksi, miliariasis, furunkel dan diare.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Herawati & Indriati,
2017) didapatkan sebagian besar bayi baru lahir tidak mengalami
ikterus yaitu sebanyak 80.44% dan sisanya mengalami ikterus yaitu
sebanyak 19.56%. Ikterus neonatorum merupakan suatu keadaan
dimana kadar bilirubin mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi
menimbulkan kern-ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik.
Sebagian besar ikterus neonatorum ini proses terjadinya mempunyai
dasar patologis.
c. Diagnosa Potensial
Ikterus berat penyebab ensepalopati bilirubin/kernikterus dan bayi
yang menderita kernikterus akan mengalami gangguan tumbuh
kembang. Kernikterus dapat dicegah dengan manajemen menyusui
yang optimal.
V. PENATALAKSANAAN
Menurut (Marmi, 2015) asuhan segera, aman dan bersih untuk BBL
meliputi : Pencegahan infeksi, penilaian segera setelah lahir, pencegahan
kehilangan panas, memotong dan merawat tali pusat, Inisiasi menyusui dini,
manajemen laktasi, pecegahan infeksi mata, pemberiian vitamin K1,
pemberian imunisasi dan pemeriksaan BBL. (Anggraini A, 2021)
Penanganan bayi ikterus fisiologis adalah dengan memberikan
ASI secara adekuat karena ASI mengandung zat laktasif, sehingga bayi
lebih sering BAB dan bilirubin dalam tubuhnya ikut dikeluarkan.
Sedangkan bayi yang diberikan susu formula lebih cepat merasakan
kenyang, dan bayi malas untuk disusui yang akan memperlambat proses
hilangnya kuning pada kulit bayi. (Herawati & Indriati, 2017)
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh berdasarkan
langkah sebelumnya. Semua perencanaan yang dibuat harus berdasarkan
pertimbangan yang tepat, mmeliputi pengetahuan, teori yang up to date,
serta divalidasikan dengan asumsi mengenai apa yang diinginkan dan tidak
diinginkan oleh pasien. Dalam menyusun perencanaan, sebaiknya pasien
dilibatkan karena pada akhirnya pengembalian keputusan dilaksanakannya
suatu rencana asuhan ditentukan oleh pasien sendiri.
1. Mempertahankan suhu tubuh bayi dalam keadaan hangat dengan
memakai kaos kaki, memakaikan topi, mengganti popok apabila sudah
penuh atau 4-5 jam sekali, jangan meletakkan bayi didekat jendela atau
ruangan bersuhu rendah.(Prawirohardjo, 2018)
2. Melakukan pemeriksaan fisik pada bayi secara menyeluruh.
3. Memeriksa apakah ada tanda bahaya pada bayi yaitu nafas cepat atau
lambat, warna kulit kebiruan, mengalami kejang, menangis terus atau
tidur terus, tidak mau menyusu, hidapan lemah, ikterus, BAK sedikit,
diare, suhu akral dingin, ada bercak putih pada mulut, dan tali pusat
mengalami kemerahan, berbau dan bernanah.(Putrono, 2016)
4. Memberikan penkes mengenai perawatan tali pusat yaitu pertahankan
sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena udara dan dengan
kassa steril secara longgar, lipatlah popok dibawah tali pusat, jika tali
pusat terkena kotoran tinja maka cuci dengan sabun dan air bersih
kemudian keringkan kembali dengan benar.(Puspitasari, 2014)
5. Memberikan imunisasi HB.O
DAFTAR PUSTAKA

Adam, A., Bagu, A. A., & Sari, N. P. (2016). Pemberian Inisiasi Menyusu Dini Pada
Bayi Baru Lahir. Jurnal Kesehatan Manarang, 2(2), 76.
https://doi.org/10.33490/jkm.v2i2.19
Anggraini A, S. . dan D. (2021). Hubungan Pendidikan dan Pekerjaan dengan Usia
Perempuan saat Menikah di KUA Depok. Jurnal Inovasi Penelitian, 1(9), 1779–
1786.
Arfiana, & Lusiana, A. (2016). Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Pra Sekolah.
Transmedika.
Asih, Y., & Risneni. (2016). Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan (Pertama). Trans
Info Media.
Herawati, Y., & Indriati, M. (2017). Pengaruh Pemberian Asi Awal Terhadap
Kejadian Ikterus Pada Bayi Baru Lahir 0-7 Hari. Jurnal Kebidanan, 3(01), 67–
72.
Hutagaol, H. S., Darwin, E., & Yantri, E. (2014). Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) terhadap Suhu dan Kehilangan Panas pada Bayi Baru Lahir. Jurnal
Kesehatan Andalas, 3(3), 332–338. https://doi.org/10.25077/jka.v3i3.113
Khoiriah, A. (2017). Hubungan Antara Usia Ibu dan Paritas Ibu Bersalin dengan
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) Di RS. Siti Khadijah Palembang. Jurnal
Kesehatan, 8(2), 310–314.
Lestari, E. S. (2021). HUBUNGAN ASI EKSKLUSIF DAN BBLR
DALAMPERTUMBUHAN BAYI USIA 1-2 TAHUN. Akademi Keperawatan
RS Dustira Cimahi Jawa Barat,Indonesia, 3(1), 80–96.
Marmi. (2015). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah. Pustaka
Pelajar.
Prawirohardjo, S. (2018). Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Puspitasari, D. (2014). Asuhan Kebidanan Komprehensif. DIII Kebidanan UMP.
Putrono, W. dan. (2016). Asuhan Keperawatan Antenatal, Intranatal & Bayi Baru
Lahir Fisiologis dan Patologis. CV Andi Offset.
Saifudin. (2014). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sondakh, J. (2013). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir (Erlangga
(ed.)).
Sukini, T., & Rofi’ah, S. (2016). Fundamental Kebidanan. Trans Medika.
Varney, H. (2017). Buku Ajar Asuhan Kebidanan (4th ed.). EGC.
Walyani, E. S. (2015). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru lahir. Pustaka
Baru Press.
Widatiningsih, S. dan C. H. T. D. (2017). Praktik Terbaik Asuhan Kehamilan. Trans
Medika.

Anda mungkin juga menyukai