Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Bayi Baru Lahir

2.1.1 Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang
bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat
melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin.

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu
dan berat badannya 2.500-4.000 (Ibrahim Kristiana S. 1984. Perawat Kebidanan
Jilid II, Bandung).

Menurut Saifuddin, (2002) Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama
satu jam pertama kelahiran.

Menurut Donna L. Wong, (2003) Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai
usia 4 minggu. Lahir biasanya dengan usia gestasi 38-42 minggu.

Pada waktu kelahiran, sejumlah adapatasi psikologik mulai terjadi pada tubuh
bayi baru lahir, karena perubahan dramatis ini, bayi memerlukan pemantauan
ketat untuk menentukan bagaimana ia membuat suatu transisi yang baik terhadap
kehidupannya diluar uterus. Bayi baru lahir juga membutuhkn perawatan yang
dapat meningkatkan kesempatan menjalani masa transisi dengan berhasil.

Periode transisional mencakup tiga periode, meliputi periode pertama reaktivitas,


fase tidur dan periode ke dua reaktivitas. Karakteristik masing-masing periode
memperlihatkan kemajuan bayi baru lahir. Beberapa saat dan beberapa jam dari
awal kehidupan ekstrauterin bayi baru lahir merupakan keadaan yang paling
dinamis. Pada saat kelahiran bayi berubah dari keadaan ketergantungan
sepenuhnya kepada ibu menjadi tidak tergantung secara fisiologis, perubahan
proses yang kompleks ini dikenal sebagai transisi.

2.1.2 Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir

1. Lahir aterm antara 37-42 minggu.

2. Berat badan 2.500-4.000 gram.

3. Panjang badan 48-52 cm.

4. Lingkar dada 30-38 cm.


5. Lingkar kepala 33-35 cm.

6. Lengkar lengan 11-12 cm.

7. Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit.

8. Pernapasan 40-60 x/menit.

9. Kulit kemerah-merahan karena jaringan subkutan yang cukup.

10. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna.

11. Kuku agak panjang dan lemas.

12. Nilai APGAR > 7

13. Gerakan aktif.

14. Bayi lhir langsung menangis kuat.

15. Refleks rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada pipi
dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik.

16. Reflek sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik.

17. Reflek morrow (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk


dengan baik.

18. Reflek grasping (menggenggam) sudah terbentuk dengan baik.

19. Genitalia.

a. Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada


skrotum dan penis yang berlubang.

b. Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang


berlubang, serta adanya labia minor dan mayor.

20. Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24 jam
pertama dan berwarna hitam kecoklatan.

( Dewi, 2010 )

2.1.3 Tahap Bayi Baru Lahir

1. Tahap I terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit pertama


kelahiran. Pada tahap ini digunakan sistem scoring apgar untuk fisik dan
scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu.

2. Tahap II disebut tahap transisional reaktivitas. Pada tahap II dilakukan


pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya perubahan perilaku.
3. Tahap III disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan setelah 24 jam
pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh.

( Dewi, 2010 )

2.1.4 Perubahan Perubahan Yang Terjadi Pada Bayi Baru Lahir

Sebagai akibat perubahan lingkungan dalam uterus ke luar uterus, maka bayi
menerima rangsangan yang bersifat kimiawi, mekanik dan termik seperti:

1. Perubahan Metabolisme Karbohidrat


Pada waktu 2 jam setelah lahir, akan terjadi penurunan kadar gula dalam
darah tali pusat yang semula 65 mg/100 ml, bila terjadi gangguan
perubahan glukosa menjadi glikogen sehingga tidak dapat memenuhi
kebutuhan neonatus maka kemungkinan besar bayi akan mengalami
rangsangan hipoglekemia.
2. Perubahan Suhu Tubuh
Sesaat sesudah bayi baru lahir, ia akan berada di tempat yang suhunya
lebih rendah dari dalam kandungan dan dalam keadaan basah. Pada suhu
lingkungan yang tidak baik akan menyebabkan bayi menderita
hipertermi, hipotermi, atau trauma dingin (cold injury). Kehilangan panas
dapat dikurangi dengan mengatur suhu lingkungan seeprti mengeringkan,
membungkus badan dan kepala, meletakkannya di tempat hangat seperti
di pangkuan ibu, dalam inkubator, atau di bawah sorotan lampu.
3. Perubahan Sistem Pernafasan
Pernafasan pertama bayi normal terjadi dalam waktu 30 detik sesudah
kelahiran. Pernapasan ini terjadi akibat aktivitas normal susunan saraf
pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa rangsangan lainnya.
Tekanan rongga dada bayi pada waktu melalui jalan lahir pervaginam
mengakibatkan bahwa paru-paru, yang pada janin cukup bulan
mengandung 80 sampai dengan 100 ml cairan, kehilangan 1/3 dari cairan
ini. setelah lahir cairan yang hilang diganti dengan udara. Paru-paru
berkembang sehingga rongga dada kembali ke bentuk semula.
4. Perubahan Sistem Sirkulasi
Dengan berkembangnya paru-paru tekanan oksigen di alveoli meningkat.
Sebaliknya tekanan karbondioksida menurun. Hal tersebut
mengakibatkan turunnya resistensi pembuluh-pembuluh darah paru,
sehingga aliran darah ke alat tersebut meningkat. Ini meyebabkan darah
dari arteri pulomonalis mengalir ke paru-paru dan duktus arteriosus
menutup. Dengan menciutnya arteri dan vena umbilikalis dan kemudian
dipotongnya tali pusat, aliran darah dari plasenta melalui vena cava
inferior dari foramen ovale ke atrium kiri terhenti. Dengan diterimanya
darah oleh atrium kiri dari paru-paru, tekanan di atrium kiri menjadi lebih
tinggi daripada tekanan di atrium kanan. Ini menyebabkan foramen ovale
menutup. Sirkulasi darah janin pun berubah menjadi sirkulasi yang hidup
di luar tubuh ibu.

(Sarwono Prawirohardjo, 2007)

2.1.5 Penanganan Bayi Baru Lahir Normal

1. Menilai bayi dengan cepat ( dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi


diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari
tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi ditempat yang
memungkinkan ).
2. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan
kotak kulit ibu- bayi lakukan penyuntikan oksitosin IM.
3. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira- kira 3 cm dari pusat bayi,
melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kearah ibu dan
memasang klem 2 cm dari klem pertama (kearah ibu).
4. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting
dan memotong tali pusat diantara dua klem tersebut.
5. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi
dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala,
membiarkan tali pusat terbuka.
6. Memberikan bayi kepada ibunya dan mengajurkan ibu utuk memeluk
bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.
(Sarwono, 2010; hal.344)

2.1.6 Pengkajian Bayi Baru Lahir

Aspek
Skor
pengamatan
bayi baru lahir 0 1 2

A: Appearance Seluruh tubuh Warna kulit tubuh Warna kulit


(warna bayi berwarna normal, tetapi seluruh tubuh
kulit) kebiruan .atau tangan dan kaki normal
pucat berwarna
kebiruan
P: Pulse Tidak ada Lambat (di bawah Di atas 100 kali/
(denyut 100 kali/ menit) menit
nadi)
G: Grimace Tidak ada Wajah meringis Meringis,
(respon respon terhadap saat distimulasi menarik, batuk
refleks) stimulasi atau bersin saat
stimulasi.
A: Activity Lemah, tidak Lengan dan kaki Bergerak aktif
(tonus otot) ada gerakan dalam posisi dan spontan
fleksi dengan
sedikit gerakan
R: Respiration Tidak abernafas, Menangis lemah, Menangis kuat,
(usaha bernafas lambat terdengar seperti pernapasan baik
bernapas) dan tidak teratur merintih dan teratur

Tabel APGAR (Sulistyawati, 2010: hal. 209)

2.1.7 Penatalaksanaan pada Bayi Baru Lahir


1. Bayi bernafas atau menangis, warna merah muda, denyut jantung 100
kali/menit, serahkan bayi langsung ke abdomen ibu dan keringkan
dengan handuk kering. Tindakan ini meningkatkan bounding dan
mempertahankan suhu karena kontak langsung kulit bayi dengan kulit
ibu.
2. Bayi apneu atau terengah-engah, warna kulit biru dan denyut jantung
100 kali/menit, stimulasi dengan menggosok punggung bayi dengan
menggunakan sebuah handuk atau tepuk-tepuk kaki dengan lembut.
Buka dan bersihkan jalan nafas dengan lakukan penghisapan pada mulut
kemudian hidung dengan lembut. Berikan oksigen fasial. Jika tidak ada
respon pada usia satu menit denyut jantung menurun atau tetap biru,
maka ventilasi ambu bag dan masker harus dimulai, jika tidak ada
peningkatan dalam 2 menit denyut jantung tidak meningkat
pertimbangkan untuk intubasi pada bayi.
3. Bayi apneu, warna kulit putih, denyut jantung 60 kali/menit, resusitasi
jantung paru penuh perlu dilakukan, lakukan intubasi segera dan mulai
berikan ventilasi tekanan positif intermitten.

( Varney, 2003)

2.1.8 Yang Perlu dipantau pada Bayi Baru Lahir


Suhu badan dan lingkungan, tanda-tanda vital dan berat badan, mendi dan
perwatan kulit, pakaian dan perawatan tali pusat ( Varney, 2003; hal. 892 ).
2.2 Konsep Manajemen Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
2.2.1 Pengkajian Data
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap
dari berbagai sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk mengetahui
siapa yang melakukan pengkajian, kapan, dan dimana pengkajian dilaksanakan.
Tanggal :
Pukul :
Tempat :
1. Data Subyektif
a Biodata
1) Data Bayi
Nama : Untuk membedakan identitas bayi.
Tanggal lahir : Untuk menentukan usia bayi.
Jenis kelamin : Untuk membedakan identitas bayi.
Umur : Untuk mengetahui usia bayi.
(Sondakh, 2013: 161)
2) Data Orangtua
a) Nama Ibu/ Ayah
Untuk membedakan pasien yang satu dengan yang lain dan
memudahkan mengidentifikasi pasien.
b) Umur
Untuk mengetahui apakah umur ibu pada saat melahirkan terlalu
tua ( >35 tahun) atau terlalu muda ( <20 tahun).
c) Agama
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya
terhadap kebiasaan agama klien, akan memudahkan bidan
melakukan pendekatan dalam memberikan asuhan.
d) Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat intelektualnya, tingkat pendidikan
mempengaruhi sikap perilaku kesehatan sekarang dan tingkat
pengetahuan ibu pada saat memberikan Asuhan.
e) Pekerjaan
Untuk mengetahui status sosial ekonomi karena pada status
ekonomi rendah kemungkinan kurang mengkonsumsi makanan
bergizi.
f) Alamat
Untuk mempermudah hubungan bila keadaan mendesak.
b Riwayat Kehamilan
Kapan gerakan janin pertama kali dirasakan. Untuk mengetahui kebiasaan
sewaktu hamil dan apa ada masalah atau kelainan kehamilan yang
berdampak buruk bagi bayi. Untuk mengetahui hari pertama haid terakhir
(HPHT), hari perkiraan lahir (HPL), frekuensi pemeriksaan ANC, yang
memeriksa, keluhan dan imunisasi (Wiknjosastro, 2006; hal. 57).
c Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan Keluarga
Untuk mengetahui apakah dalam keluarga pernah menderita penyakit
baik menular (HIV-AIDS, Hepatitis), menurun (DM, Epilepsi),
maupun menahun (Ashma, Jantung).
2) Riwayat kesehatan Selama Hamil
Untuk mengetahui apakah selama hamil pernah mengalami
perdarahan, pre eklamsi, eklamsi, penyakit kelamin dan lain-lain. Hal
ini untuk menambah informasi dan ketentuan pelayanan kesehatan
selanjutnya untuk bayi.
3) Kebiasaan Ibu Selama Hamil
Untuk mengetahui kebiasaan selama hamil yang dapat
mempengaruhi kesehatan bayi seperti : mengkonsumsi obat-obatan,
jamu atau merokok.
d Riwayat Persalinan
1) Jenis persalinan
Untuk mengetahui jenis persalinan pada saat ibu melahirkan dengan
tindakan seperti, vacum ekstrasi atau forcep
2) Lama persalinan
Persalinan yang terlalu lama atau partus macet dapat mengakibatkan
gangguan baik pada ibu maupun pada janin (Mohan, dkk: 2012)
3) Masa gestasi
Untuk mengetahui bayi dilahirkan cukup bulan, kurang bulan, atau
lebih bulan. Karena pada bayi preterm fungsi organ paru belum dapat
bekerja secara maksimal, sedangkan pada bayi postterm biasanya
terjadi insufisiensi placenta, yaitu fungsi placenta berkurang yang
dapat mengakibatkan aliran oksigen dari ibu ke janin terganggu.
4) Masalah yang terjadi selama persalinan
Apakah keadaan air ketuban keruh atau bercampur dengan
mekonium pada letak kepala, hal tersebut dapat menyebabkan fetal
distress pada bayi sehingga dapat menimbulkan asfiksi..
5) Proses Persalinan
Gangguan kontraksi uterus dapat mempengaruhi terjadinya masalah
pada bayi seperti asfiksia, hipotermia maupun hipoglikemia. Selain
itu, kompresi umbilicus yang ditemukan pada keadaan tali pusat
menumbung, tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat antar janin
dan jalan lahir dapat mempengaruhi terjadinya masalah pada bayi
seperti asfiksia, hipotermia maupun hipoglikemia.
e. Pola Kebiasaan Sehari-hari
Menilai kebiasaan bayi sehari-hari yang mendukung pertumbuhan,
perkembangan dan kesehatan bayi meliputi :
1) Pola nutrisi
Setelah bayi lahir segera diberikan pada ibunya untuk IMD, apakah
ASI keluar sedikit, kebutuhan minum untuk hari pertama 40-60 cc
per kg BB. Selanjutnya ditambah 30 cc/kg BB untuk hari berikutnya.
2) Pola eliminasi
Untuk mendeteksi apakah bayi sudah mekonium dan miksi setelah
lahir. Bayi harus sudah defeasi untuk pertama kali maksimal 48 jam
setelah kelahiran, dan harus sudah miksi 24 jam setelah kelahiran
(Varney, 2008).
3) Istirahat
Untuk mendeteksi tahp transisi bayi karena tahap kedua transisi
berlangsung dari sekitar 30 menit setelah kelahiran bayi sampai
sampai 2 jam setelah lahir bayi tidur (Varney, 2008).

2. Data Obyektif
Data Obyektif adalah data yang berasal dari hasil pemeriksaan secara
menyeluruh.
a. Pemerikasaan Umum
1) Keadaan Umum (Baik/tidak, lemah/tidak)
Untuk mengetahui keadaan umum bayi secara keseluruhan.
Kesadaran
a) Composmentis : Baik / sempurna
b) Apathis : Perhatian berkurang
c) Samnolent : Mudah tertidur walaupun sedang di
ajak bicara
d) Supor : Dengan rangsangan yang kuat masih
memberikan respon gerakan
e) Soporocoma : Hanya tinggal reflek cornea (sentuhan
kapas pada kornea akan menutup
kelopak mata
f) Coma : Tidak memberi respon sama sekali

2) Tanda Tanda Vital


a) Suhu
Dinilai dari temperature normal rectal dan axilla yaitu 36oC
sampai 37,5 oC.
b) Nadi
Untuk mengetahui jumlah denyut nadi bayi, dalam satu menit
normalnya 120-160 x/menit.
c) Pernapasan
Dinilai dari sifat pernapasan dan bunyi napas dalam satu menit,
pernapasan normal 40-60 x/menit.

b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan dilakukan pada seluruh tubuh bayi melalui teknik inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi menunjukkan bayi dalam keadaan
normal dan tidak ada tanda-tanda kelainan pada bayi.
1) Kepala
Memeriksa ubun-ubun, sutura, moulase, caput succedaneum, cephal
hematoma, ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil (Sudarti, 2010; hal.
87).
2) Mata
Memeriksa bagian sklera pucat atau kuning dan konjungtiva apakah
merah muda atau tidak (Varney, 2007).
3) Hidung
Memeriksa lubang hidung tampak jelas, biasanya berisi cairan
mukosa (Maryunani, 2008; hal. 87).
4) Mulut dan bibir
Memeriksa reflek hisap, menelan serta batuk masih lemah atau tidak
efektif dan tangisannya melengking.
5) Telinga
Memeriksa kesimetrisan letak dihubungkan dengan mata dan kepala
(Sudarti, 2010; hal. 87).
6) Dada / sistem pernafasan
Pada bayi baru lahir normal tidak ada tarikan dinding otot dada.
7) Tali Pusat
Pada bayi baru lahir normal tali pusat berkisar 40 cm atau lebih.
8) Kulit
Pada bayi normal wama kulit biasanya merah.
9) Ekstremitas
Memeriksa posisi, gerakan, reaksi bayi bila disentuh dan
pembengkakan.
10) Genetalia
Memeriksa bgian genetalia jika perempuan labia mayora sudah
menutup labia minora, sedangkan laki-laki testis yang berada
pada skrotum dan penis yang berlubang.
11) Anus
Memeriksa terdapat lubang anus (Maryunani, 2008).

c. Pemeriksaan Reflek
1) Reflek moro
Untuk mengetahui gerakan memeluk bila dikagetkan.
2) Reflek rooting
Untuk mengetahui mencari puting susu dengan rangsangan taktil
pada pipi dan daerah mulut.
3) Reflek sucking
Untuk mengetahui reflek isap dan menelan.
4) Reflek tonik neck
Untuk mengetahui otot leher anak akan mengangkat leher dan
menoleh ke kanan dan ke kiri jika diletakkan pada posisi tengkurap.

d. Pemeriksaan Antropometri
LK (Lingkar Kepala) : normalnya 33 35 cm
LD (Lingkar Dada) : normalnya 30 38 cm
LILA : normalnya 10 11 cm
BB : normalnya 2500 4000 gram
PB : normalnya 48 52 cm
e. Data penunjang
Dilakukan dengan pemeriksaan APGAR pada menit ke-1 dan ke-5
untuk menentukan tingkat asfiksia bayi.
1) Asfiksia ringan : nilai APGAR 7-9
2) Asfiksia sedang : nilai APGAR 4-6
3) Asfiksia berat : nilai APGAR 0-3

Skor 0 1 2

A: Appearance Biru, pucat Badan merah muda Seluruhnya merah


(warna kulit) Ekstremitas biru muda

P: Pulse Tidak ada Lambat (di bawah Di atas 100 kali/


(denyut nadi) 100 kali/ menit) menit
G: Grimace
(refleks)
1. Respons terhadap Tidak ada Menyeringai Batuk atau bersin
kateter dalam lubang respon
hidung (dicoba setelah
orofaring dibersihkan)
2. Tangensial foot siap Tidak ada Menyeringai Menangis dan
respon menarik kaki
A: Activity Pincang Beberapa aktivitas Fleksi dengan baik
(tonus otot) pincang

R: Respiration Tidak ada Tengisan lemah Tangisan kuat


(usaha bernapas) hipoventilasi
2.2.2 Interpretasi Data Dasar
Langkah ini diambil berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kepada
pasien.

Dx : bayi baru lahir normal, hari ke..../ jam ke.....

DS : diperoleh dari keterangan dan keluhan dari ibu atau keluarga bayi langsung.

DO : diperoleh dari hasil pemeriksaan secara keseluruhan yang mengarah ke


diagnosa.

Masalah : merupakan hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang


ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa (Varney,
2007).
Contoh diagnosa :
1. Bayi baru lahir fisiologis umur 2 jam dalam masa transisi.
2. Bayi baru lahir fisiologis dengan asfiksia.
3. Bayi baru lahir fisiologis dengan hipotermi/hipertermi.
Kebutuhan : misalnya : Pencegahan kehilangan panas, pencegahan infeksi,
perawatan tali pusat, pemberian ASI, profilaksis perdarahan pada BBL,
pemberian imunisasi hepatitis B.

2.2.3 Mengidentifikasi Diagnosa/ Masalah Potensial


Mengidentifikasi diagnosa/ masalah potensial yang mungkin akan terjadi
berdasarkan masalah atau diagnosa yang sudah diidentifikasi. Hal ini
membutuhkan antisipasi dan bila memungkinkan segera dilakukan
pencegahan.
Contoh diagnosa potensial : Hipotermi potensial menyebabkan gangguan
pernapasan.
(PPKC : 2004)

2.2.4 Identifikasi Kebutuhan Segera


Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh idan ata dokter sesuai dengan
kondisi bayi.
Contoh tindakan segera :
1. Jaga bayi tetap kering dan hangat.
2. Usahakan adanya kontak kulit bayi dengan kulit ibunya segera mungkin.
3. Bila bayi baru lahir tidah bernafas dalam waktu 30 detik, segera cari bantuan
dan mulailah langkah-langkah resusitasi pada bayi.
(PPKC : 2004)
2.2.5 Intervensi
Merencanakan asuhan secara menyeluruh yang akan diberikan kepada klien
sesuai dengan diagnosa/masalah.
Diagnosa : bayi baru lahir fisiologi. dengan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan asuhan kebidanan diharapkan.
Kriteria : - suhu bayi normal 36,5oC 37,5oC.
- pernafasan normal 40-60 x/menit.
- nadi 120 x/menit 160 x/menit
- bayi gerak aktif.
- kemampuan menghisap kuat.
- hipotermi tidak terjadi.
Intervensi
1. Jaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat, dengan :
a. Ganti popok/kain yang basah.
b. Tempatkan bayi di tempat tidur hangat.
c. Bungkus dan selimut bayi terutama kepala bayi.
Rasional: dengan menjaga suhu tubuh bayi, mencegah kehilangan
panas melalui kepala, mencegah penguapan panas secara evaporasi
dan bayi merasa tenang dan hangat.
2. Observasi jalan nafas bayi
Rasional : mengetahui apakah terjadi sumbatan pada jalan nafas.
3. Observasii TTV setiap jam pada 6 jam pertama
Rasional : mengetahui perubahan-perubahan vital yang lebih dini.
4. Lakukan kontak dini ibu dengan bayi
Rasional : agar terjalin Bounding Attachment.
5. Memotivasi ibu untuk menyusui bayi sesering mungkin dan mengajarkan
ibu cara menyusui yang benar
Rasional : memotivasi yang benar dan jelas maka kebutuhan ASI eksklusif
terpenuhi.
6. Observasi tanda infeksi pada tali pusat
Rasional : deteksi dini terjadinya infeksi pada tali pusat.
7. Jaga kebersihan bayi dan lingkungan terutama kebersihan tali pusat.
Rasional : mencegah terjadinya invasi kuman dari luar tubuh.
8. Ajarkan ibu cara merawat tali pusat
Rasional : ibu mengerti cara perawatan tali pusat yang tepat dan mencegah
terjadinya infeksi.

2.2.6 Implementasi
Melaksanakan rencana asuhan yang telah direncanakan secara menyeluruh
dengan efisien dan aman sesuai perencanaan
2.2.7 Evaluasi
Tindakan pengukuran antara keberhasilan dalam melaksanakan tindakan untuk
mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan yang dilakukan sesuai kriteria
hasil yang ditetapkan dan apakah perlu untuk melakukan asuhan lanjutan atau
tidak, di dalam pendokumentasian/ catatan asuhan dapat ditetapkan dalam bentuk
SOAP.
S : Data subjektif diperoleh dari keterangan/keluhan ibu langsung

O : Data objektif diperoleh dari hasil pemeriksaan yang didapat secara


keseluruhan.
- suhu bayi normal 36,5oC 37,5oC.
- pernafasan normal 40-60 x/menit.
- nadi 120 x/menit 160 x/menit
- bayi gerak aktif.
- kemampuan menghisap kuat.

A : Diagnosa yang ditetapkan dari data subyektif dan obyektif.

Contoh : Bayi baru lahir fisiologi umur 2 jam dalam masa transisi.

P : Perencanaan yang dilakukan sesuai diagnosa.


- Perawatan tali pusat.
- Memandikan bayi setelah 6 jam lahir.
- Ibu dianjutkan menyusui bayi sesering mungkin.
DAFTAR PUSTAKA

Sarwono, 2010

Dewi, 2010

Ikatan dokter anak indonesia. 2012. Buku ajar neonatologi. Jakarta : IDAI

Kosim, M, soleh. 2012. Perilaku bbl dalam neonatologi. Jakarta : IDAI

Suradi. 2012. Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir dalam neonatologi. Jakarta IDAI

Marmi dan Kukuh Rahardjo. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi , Balita dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar

(Sulistyawati, 2010: hal. 209)

(Maryunani, 2008; hal. 87).

Varney, 2003

Sondakh, 2013

Wiknjosastro, 2006

Mohan, dkk: 2012

Sudarti, 2010

Anda mungkin juga menyukai