Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

BAYI BARU LAHIR (BBL)

DISUSUN OLEH :

RIZMA YOGI FEBRYLIA


NPM. 20241018

YAYASAN PENDIDIKAN SAPTA BUANA

AKADEMI KEBIDANAN WIRA BUANA

TAHUN 2022

i
A. Definisi Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan

37-42 minggu dan berat badannya 2.500-4.000 gram (Dewi, 2013 : 1).

Menurut Saifuddin, (2002) Bayi baru lahir adalah bayi yang baru

lahir selama satu jam pertama kelahiran (Dwienda, 2014; hal 4).

Menurut M. Sholeh Kosim, (2007) Bayi baru lahir normal adalah

berat lahir antara 2500-4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis,

dan tidak ada kelainan congenetal (cacat bawaan) yang berat (Dwienda,

2014;hal 5).

1. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal

a. Lahir aterm antara 37-42 minggu

b. Berat badan 2.500-4000 gram

c. Panjang badan 48-52 cm

d. Lingkar dada 30-38 cm

e. Lingkar kepala 33-35 cm

f. Lingkar lengan 11-12 cm

g. Frekuensi denyut jantung janin 120-160 x/menit

h. Pernafasan ± 40-60 x/menit

i. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang

cukup

j. Rambut lanugo tidak terlihat dan biasanya rambut kepala sudah

sempurna

k. Kuku agak panjang dan lemas

ii
l. Nilai APGAR > 7

m. Gerak aktif

n. Bayi lahir langsung menangis kuat

o. Refleks rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil

pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik

p. Refleks sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik

q. Refleks morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah

terbentuk dengan baik

r. Refleks grasping (menggenggam) sudah baik

s. Genetalian

1) Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang

berada pada skrotum dan penis yang berlubang

2) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan

uretra yang berlubang, serta adanya labia minora dan mayora

t. Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam

24 jam pertama dan berwarna hitam kecokelatan (Dewi,2010; hal

2).

Tabel 2.11
Tanda Apgar

Tanda Nilai : 0 Nilai : 1 Nilai : 2


Appearance Pucat/biru Tubuh Seluruh tubuh
(warna kulit) seluruh merah, kemerahan
tubuh ekstremitas
biru
Pulse Tidak ada < 100 >100
(denyut
jantung)
Grimace Tidak ada Ekstrimitas Gerakan aktif

iii
(tonus otot) sedikit fleksi
Activity Tidak ada Sedikit gerak Langsung
(aktivasi) menangis
Respiration Tidak ada Lemah/tidak Menangis
(pernafasan) teratur
Interprestasi :

1) Nilai 1-3 asfiksia berat

2) Nilai 4-6 asfiksia sedang

3) Nilai 7-10 asfiksia ringan (normal)

2. Tahapan Bayi Baru Lahir

a. Tahapan I terjadi segera lahir, selama menit-menit pertama

kelahiran. Pada tahap ini digunakan system scoring apgar untuk

fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu.

b. Tahap II disebut tahap transisional rektivitas. Pada tahap II

dilakukan pengajian selama 24 jam pertama terhadap adanya

perubahan perilaku.

Tahap III disebut tahap periodic, pengkajian dilakukan setelah 24

jam pertama yang meliputi pemeriksaan selutuh tubuh (Dewi,2010;hal 3)

B. Adaptasi Fisiologis Dan Psikologis Bayi Baru Lahir

A. Adaptasi fisiologis Menurut (Dewi, 2013: 11-15)

1. Sistem pernafasan

Berikut adalah tabel mengenai perkembangan sistem

pulmonal sesuai dengan kehamilan.

Tabel 2.12
Perkembangan Sistem Pulmonal

iv
Usia Kehamilan Perkembangan
24 hari Bakal paru paru terbentuk
26-28 hari Kedua bronkus membesar
6 minggu Segmen bronkus terbentuk
12 minggu Lobus terdiferensiasi
24 minggu Alvelous terbentuk
28 minggu Surfaktan terbentuk
34-36 minggu Struktur paru matang
Ketika struktur matang, ranting paru-paru sudah bisa

mengembang sistem alvoli. Selama dalam bentuk uterus, janin

mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta dan

setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru.

Rangsangan gerakan pernafasan pertama terjadi karena

beberapa hal yaitu:

a. Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir

(stimulasi mekanik)

b. Penurunan PaO2 dan peningkatan PaO2 merangsang

kemoreseptor yang terletak di sinus karotikus (stimulsi

kimiawi)

c. Rangsangan dingin didaerah muka dan perubahan suhu di

dalam uterus (stimulasi sensorik)

d. Refleks deflasi Hering Breur

Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam

waktu 30 menit pertama sesudah lahir.

2. Peredaran darah

Pada masa fetus, peredaran darah dimulai dari plasenta

melalui vena umbilikalis lalu sebagian ke hati dan sebagian

v
lainnya langsung ke serambi kiri jantung, kemudian ke bilik kiri

jantug. Dari bilik kiri darah di pompa melalui aorta ke seluruh

tubuh, sedangkan yang dari bikilik kanan darah dipompa sebagian

ke paru-paru dan sebagian melalui dektus arteriosus ke aorta.

Setelah bayi lahir, paru akan berkembang yang akan

mengakibatkan tekanan arteriol dalam paru menurun yang diikuti

dengan menurunny tekanan pada jantung kanan. Kondisi ini

menyebabkan tekanan jantung kiri lebih besar dibandingkan

dengan tekanan jantung kanan, dan hal tersebutlah yang membuat

foramen ovale secara fungsional menutup. Hal ini terjadi pada

jam-jam pertama setelah kelahiran. Oleh karena tekanan dalam

paru turun dan tekanan dalam aorta desenden naik dan juga

karena rangsnagan biokimia (PaO2yang naik) serta duktus

arteriosus yang berobliterasi. Hal ini terjadi pada hari pertama.

3. Suhu tubuh

Empat kemungkinan mekanisme yang dapat menyebabkan

bayi baru lahir kehilangan panas tubuhnya

a. Konduksi

Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya

yang kontak langsung dengan tubuh bayi (pemindahan panas

dari tubuh bayi ke objek lain melalui kontak langsung).

Sebagian contoh, konduksi bisa terjadi ketika menimbang

bayi tanpa alas timbangan, memegang bayi saat tangan

vi
dingin, dan menggunakan stetoskop dingin untuk

pemeriksaan BBL.

b. Koveksi

Panas hilan dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang

sedang bergerak (jumlah panas yang hilang bergantung pada

kecepatan dan suhu udara). Sebagai contoh, konveksi dapat

terjadi ketika memberikan atau menempatkan BBL dekat

jendela, atau membiarkan BBL diruangan yang terpasang

kipas angin.

c. Radiasi

Panas dipancarkan dari BBL keluar tubuhnya ke

lingkungan yang lebih dingin (pemindahan panas antara 2

objek yang mmpunyai suhu berbeda). Sebagian contoh,

membiarkan BBL dalam keadaan lelanjang, atau menidurkan

BBL berdekatan dengan ruangan yang dingin (dekat tembok).

d. Evaporasi

Panas hilang melalui penguapan yang bergantung

pada kecepatan dan kelembaban udara (pemindahan panas

dengan cara mengubah cairan menjadi uap). Evaporasi ini

dipengaruhi oleh jumlah panas yang dipakai, tingkat

kelembaban udara, dan aliran udara yang melewati. Apabila

BBL dibiarkan dalam suhu kamar 25 oC, maka bayi akan

kehilangan panas melalui konveksi, radiasi, dan evaporasi

vii
yang besarnya 200kg/BB, sedangkan yang dibentuk hanya

sepenuhnya saja. Agar dapat menceah terjadinya kehilngan

panas hanya sepersepuluh saja. Agar dapat mencegah

terjadinya kehilangan panas pada bayi, maka lakkan hal

berikut.

1) Keringkan bayi secara seksama

2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih yang

kering dan hangat.

3) Tutup bagian kepala bayi

4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan dan menyusui bayinya

5) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru

lahir

6) Tetaplah bayi di lindungan yang hangat

4. Metabolisme

Luas permukaan tubuh neonatus relatif lebih luas dari

tubuh orang dewasa, sehingga metabolisme basal per kg berat

akan lebih besar. Oleh karena itulah, BBL harus menyesuaikan

diri dengan lingkungan baru sehingga energi dapat diperoleh diri

metabolisme karbohidrat dan lemak.

Pada jam-jam pertama kehidupan, energi didapatkan dari

perubahan karbohidrat. Pada hari kedua, energi berasal dari

pembukaan lemak. Setelah mendapat susu, sekitar dihari keenam

viii
energi diperoleh dari lemak dan karbohidrat yang masing-masing

sebesar 60 dan 40%.

5. Keseimbangan Air dan Fungsi Ginjal

Tubuh BBL mengandung relatif banyak air.

6. Tarktus Digentivus

B. Tarktus Digentivus relatif berat dan lebih panjang dibandingkan

dengan orang dewasa. Pada neonatus, traktus digestivus

mengandung zat berwarna hitam kehijauan yang terdiri atas

mukopolisakarida atau disebut juga dengan mekonium.

Pengeluaran mekonium biasanya pada 10 jam pertama kehidupan

dan dalam 4 hari setelah kelahiran biasanya feses sudah berbentuk

dan berwarna biasa. Enzim amilase pankreas. (Dewi, 2013: 11-15)

B.Psikologis Bayi Baru Lahir

Dimulai pada masa persalinan dan berakhir setelah 30 menit.

Selama periode ini detak jantung cepat dan pulsasi talipusat jelas.

Warna kulit terlihat sementara sianosis atau akrosianosis. Selama

periode ini mata bayi membuka dan bayi memperlihatkan perilaku

siaga. Bayi mengkin menangis, terkejut atau terpaku. Selama periode

ini setiap usaha harus dibuat untuk memudahkan kontak bayi dan ibu.

Membiarkan ibu memegang bayi untuk mendukung proses

ix
pengenalan. Beberapa bayi akan disusui selama periode ini. Bayi

sering mengeluarkan kotoran dengan seketika setelah persalinan dan

suara usus pada umumnya terdengar setelah usia 30 menit. Bunyi usus

menandakan sistem pencernaan berfungsi dengan baik. Keluarnya

kotoran sendiri, tidak menunjukka kehadiran gerak peristaltic hanya

menunjukan bahwa anus dalam keadaan baik (Midwifery, 2004 dalam

Armini 2017). Lebih jelas dapat dilihat karakteristiknya, yaitu :

1) Tanda-tanda vital bayi baru lahir adalah sebagai berikut :

1) Kaji dan pantau frekuensi jantung dan pernapasan setelah

kelahiran.

2) Jaga bayi agar tetap hangat (suhu aksila/kulit berkisar antara 36,5˚C

dan 37 C dengan penggunaan selimut hangat atau lampu

penghangat di atas kepala.

3) Tempatkan ibu dan bayi bersama-sama kulit ke kulit, untuk

memfasilititasi perlekatan.

4) Tunda pemberian obat tetes mata sebagai profilaksis pada 1 jam

pertama untuk meningkatkan interaksi antara orangtua dan bayi.

x
b. Fase tidur (Periode of Unresponsive Sleep)

Berlangsung selama 3 menit sampai 2 jam persalinan . tingkat

pernapasan menjadi lebih lambat. Bayi dalam keadaan tidur, suara

usus muncul tapi berkurang. Jika mungkin, bayi tidak diganggu untuk

pengujian utama dan jangan memandikann…

Bayi tidak berespon terhadap stimulus eksternal, tetapi bapak dan ibu

tetap dapat menikmati memeluk dan menggendong bayinya.

c. Periode Reaktivitas II (The Second Period of Reactivity)/ Transisi ke-

III

Berlangsung selama 2 sampai 6 jam setelah persalinan. Jantng bayi

labil dan terjadi perubahan warna kulit yang berhubungan denga

stimulus lingkungan. Tingkat pernapasan bervariasi tergantung pada

aktivitas. Bayi baru lahir mungkin membutuhkan makanan dan harus

menyusu. Pemberian makan awal penting dalam pencegahan

hipoglikemia dan stimulasi pengeluaran kotoran dan pencegahan

penyakit kuning. Pemberian makan awal juga menyediakan kolonisasi

bakteri isi perut yang mengarahkan pembentukan vitamin K oleh

xi
traktus instinal. Bayi baru lahir mung…

mukus dan ajari orangtua bagaimana cara menggunakanya.

2) Pantau setiap kejadian apnea dan mulai metode stimulasi segera,

jika dibutuhkan (misalnya hentakan punggung bayi, miringkan

bayi).

3) Kaji keinginan bayi untuk mengisap menelan dan kemampuan

untuk makan (tidak tersedakatau muntah selama makan, tidak

muntah dengan makanan masih didalam bentuk utuh, pada

saatmakan.

Periode transisi kekehidupan ekstrauterin berakhir setelah periode

kedua reaktivitas. Hal ini terjadi sekitar 2-6 jam setelah persalinan. Kulit

dan saluran pencernaan neonatal belum terkolonisasi oleh beberapa tipe

bacteria. Oleh karena itu, neonatal jangan diprotecsi dari bacteria

menguntungkan. Semua perawat harus mencuci tangan tangan dan lengan

bawah dengan sabun antibacteria sebelum menyentuh bayi. Aktivitas ini

merupakan proteksi yang berguna terhadap infeksi neonatal. (Midwifery

2004 dalam Armini 2017).

xii
C. Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir

Berikut adalah tanda bahaya bayi baru lahir, yaitu :

1. Tidak mau menyusu

2. Kejang-kejang

3. Lemah

4. Sesak nafas (lebih besar atau sama dengan 60 kali/menit), tarikan

dinding dada bagian bawah ke dalam

5. Bayi merintih atau menangis terus menerus

6. Tali pusat kemerahan sampai dinding perut, berbau atau bernanah

7. Demam/panas tinggi jika suhu >37,5°C

8. Mata bayi bernanah

9. Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair dan

bila sudah lebih dari 4x buang air besar (Sudarti, 2010).

10. Kulit dan mata bayi kuning

11. Tinja bayi saat buang air besar berwarna kuning pucat yang

disebabkan oleh terjadinya sumbatan pada daerah hati.

(Buku KIA Depkes RI, 2018. Hal : 35)

D. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir

Asuhan segera pada bayi baru lahir normal adalah asuhan yang

diberikan pada bayi selama jam pertama setelah kelahiran (Sudarti, 2010).

Menurut JNPK-KR/POGI, APN, (2007) asuhan segera, aman dan bersih

xiii
untuk bayi baru lahir ialah Pencegahan Infeksi, Penilaian awal,

Pencegahan kehilangan panas, Asuhan tali pusat (Dwienda, 2014;hal 7).

1. Pencegahan Infeksi

Pencegahan infeksi merupakan bagian terpenting dari setiap

komponen perawatan bayi baru lahir yang sangat rentan terhadap

infeksi karena sistem imunitasnya yang masih belum sempurna.

Sebelum menangani bayi baru lahir, pastikan penolong persalinan

telah melakukan upaya pencegahan infeksi.

a. Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan

dengan bayi

b. Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum

dimandikan

c. Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama

klem, gunting, penghisap lendir delee dan benang tali pusat telah

didesinfeksi tingkat tinggi atau steril

d. Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang

digunakan untuk bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikian

pula dengan timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop.

2. Melakukan penilaian awal

a. Apakah bayi menangis kuat dan bernafas tanpa kesulitan

b. Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas

c. Jika bayi tidak bernafas atau bernafas megap-megap atau lemah

maka segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir

xiv
3. Pencegahan kehilangan panas

Pada waktu lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu

badannya, dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya

tetap hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus hangan. Suhu tubuh

bayi merupakan tolak ukur kebutuhan akan tempat tidur yang hangat

sampai suhu tubuhnya sudah stabil. Suhu bayi harus dicatat

(prawiraharjo,2002).

Bayi yang mengalami kehilangan panas (hipotermi) berisiko

tinggi untuk jatuh sakit atau meninggal. Bayi prematur atau berat

lahir rendah sangat rentan terhadap terjadinya hipotermia.

Mekanisme kehilangan panas tubuh bayi baru lahir dengan 4

cara:

a. Evaporasi

Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan cairan

ketuban pada permukaan tubuh oleh panas bayi sendiri karena

setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan.

b. Konduksi

Kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh

bayi dengan permukaan yang dingin.

c. Konveksi

Kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar

udara sekitar yang lebih dingin.

xv
d. Radiasi

Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan

didekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah

dari suhu tubuh bayi.

Pencegahan kehilangan pans

a. Pastikan bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi

dengan kulit ibu

b. Gantilah handuk/kain yang basah, dan bungkus bayi dengan

selimut dan jangan lupa memastikan bahwa kepala telah

terlindungi dengan baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh.

c. Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi setiap

15 menit:

1) Apakah telapak bayi terasa dingin, periksalah suhu aksila

bayi

2) Apabila suhu bayi kurang dari 36,5°C, segera hangatkan

bayi tersebut.

4. Membebaskan jalan nafas

a. Letakan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan

hangat

b. Gulung sepotong kain dan letakkan dibawah bahu sehingga leher

bayi lebihh lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala di atur

lurus sedikit tengadah kebelakang.

xvi
c. Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan

jari tangan yang dibungkus kasa steril.

d. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit

bayi dengan kain kering dan kasar.

e. Alat penghisap lendir mulut (De Lee) atau alat penghisap lainnya

yang steril, tabung oksigen dengan selangnya harus sudah

ditempat

f. Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung

g. Memantau dan mencatat usaha bernafas yang pertama (Apgar

Score)

h. Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau

mulut harus diperhatikan (Dwienda, 2014;hal 11).

5. Perawatan tali pusat

a. Menjepit tali pusat dengan klem dengan jarak 3 cm dari pusat,

lalu mengurut tali pusat ke arah ibu dan memasang klem kedua

dengan jarak 2 cm dari klem

b. Memegang tali pusat diantara 2 klem dengan menggunakan

tangan kiri (jari tengan melindungi tubuh bayi) lalu memotong

tali pusat diantara kedua klem.

c. Mengikat tali pusat dengan jarak ± 1 cm dari umbilikus dengan

simpul mati. Untuk kedua kalinya bungkus dengan kasa steril,

lepaskan klem pada tali pusat, lalu memasukannya dalam wadah

yang berisi larutan klorin 0,5%.

xvii
d. Membungkus bayi dengan kain bersih dan memberikannya pada

ibu (Dewi,2010;hal 3).

6. Merawat Mata

Berikan Eritromicin 0,5% atau Tetrasiklin 1%, untuk

pencegahan penyakit mata klamedia (penyakit menular seksual).

Obat mata perlu dberikan pada jam pertama setelah persalinan.

7. Pemberian Imunisasi Hepatitis B

Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B

terhadap bayi, terutama jalur penularan Ibu-Bayi.

8. Pemberian vitamin K

Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena difesiensi

vitamin K pada bayi baru lahir (Dwienda, 2014;hal 13).

E. Kunjungan Bayi Baru Lahir

Menurut buku KIA tahun 2020 pelayanan kesehatan bayi baru

lahir oleh Bidan/Perawat/Dokter dilaksanakan minimal 4 kali yaitu :

1. Pertama pada 0 - 6 jam setelah lahir

2. Kedua pada 6 – 48 jam setelah lahir

3. Ketiga pada hari ke 3 – 7 setelah lahir

4. Keempat pada hari ke 8 – 28 hari setelah lahir

Tabel 2.14
Kunjungan BBL

KUNJUNGAN PENATALAKSANAAN
Kunjungan 1. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Neonatal ke-1 (KN Hindari memandikan bayi hingga

xviii
1) dilakukan dalam sedikitnya enam jam dan hanya setelah itu
kurun waktu 6-48 jika tidak terjadi masalah medis dan jika
jam setelah bayi suhunya 36.5 Bungkus bayi dengan kain
lahir yang kering dan hangat, kepala bayi harus
tertutup
2. Pemeriksaan fisik bayi
Dilakukan pemeriksaan fisik
a. Gunakan tempat tidur yang hangat dan
bersih untuk pemeriksaan
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah
pemeriksaan lakukan pemeriksaan
c. Telinga : Periksa dalam hubungan letak
dengan mata dan kepala
d. Mata : Tanda-tanda infeksi
e. Hidung dan mulut : Bibir dan
langitanPeriksa adanya sumbing
Refleks hisap, dilihat pada saat
menyusu
f. Leher : Pembekakan,Gumpalan
g. Dada : Bentuk,Puting,Bunyi nafas,,
Bunyi jantung
h. Bahu lengan dan tangan :Gerakan
Normal, Jumlah Jari
i. System syaraf : Adanya reflek moro
j. Perut : Bentuk, Penonjolan sekitar tali
pusat pada saat menangis, Pendarahan
tali pusat tiga pembuluh, Lembek (pada
saat tidak menangis), Tonjolan
k. Kelamin laki-laki : Testis berada dalam
skrotum, Penis berlubang pada letak
ujung lubang
l. Kelamin perempuan :Vagina
berlubang,Uretra berlubang, Labia
minor dan labia mayor
m. Tungkai dan kaki : Gerak normal,
Tampak normal, Jumlah jari
n. Punggung dan Anus: Pembekakan atau
cekungan, Ada anus atau lubang
o. Kulit : Verniks, Warna, Pembekakan
atau bercak hitam, Tanda-Tanda lahir
p. Konseling : Jaga kehangatan,
Pemberian ASI, Perawatan tali pusat,
Agar ibu mengawasi tanda-tanda
bahaya
q. Tanda-tanda bahaya yang harus
dikenali oleh ibu : Pemberian ASI sulit,

xix
sulit menghisap atau lemah hisapan,
Kesulitan bernafas yaitu pernafasan
cepat > 60 x/m atau menggunakan otot
tambahan, Letargi bayi terus menerus
tidur tanpa bangun untuk makan,Warna
kulit abnormal kulit biru (sianosis) atau
kuning, Suhu-terlalu panas (febris) atau
terlalu dingin (hipotermi), Tanda dan
perilaku abnormal atau tidak biasa,
Ganggguan gastro internal misalnya
tidak bertinja selama 3 hari, muntah
terus-menerus, perut membengkak,
tinja hijau tua dan darah berlendir, Mata
bengkak atau mengeluarkan cairan
r. Lakukan perawatan tali pusat
Pertahankan sisa tali pusat dalam
keadaan terbuka agar terkena udara dan
dengan kain bersih secara longgar,
Lipatlah popok di bawah tali pusat ,Jika
tali pusat terkena kotoran tinja, cuci
dengan sabun dan air bersih dan
keringkan dengan benar
3. Gunakan tempat yang hangat dan bersih
4. Cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan pemeriksaan
5. Memberikan Imunisasi HB-0
Kunjungan 1. Menjaga tali pusat dalam keadaaan bersih
Neonatal ke-2 (KN dan kering
2) dilakukan pada 2. Menjaga kebersihan bayi
kurun waktu hari 3. Pemeriksaan tanda bahaya seperti
ke-3 sampai kemungkinan infeksi bakteri, ikterus, diare,
dengan hari ke 7 berat badan rendah dan Masalah pemberian
setelah bayi lahir. ASI
4. Memberikan ASI Bayi harus disusukan
minimal 10-15 kali dalam 24 jam) dalam 2
minggu pasca persalinan
5. Menjaga keamanan bayi
6. Menjaga suhu tubuh bayi
7. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk
memberikan ASI ekslutif pencegahan
hipotermi dan melaksanakan perawatan
bayi baru lahir dirumah dengan
menggunakan Buku KIA
8. Penanganan dan rujukan kasus bila
diperlukan

xx
Kunjungan 1. Pemeriksaan fisik
Neonatal ke-3 2. Menjaga kebersihan bayi
(KN-3) dilakukan 3. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda
pada kurun waktu bahaya Bayi baru lahir
hari ke-8 sampai 4. Memberikan ASIBayi harus disusukan
denlgan hari ke-28 minimal 10-15 kali dalam 24 jam) dalam 2
setelah lahir. minggu pasca persalinan.
5. Menjaga keamanan bayi
6. Menjaga suhu tubuh bayi
7. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk
memberikan ASI ekslutif pencegahan
hipotermi dan melaksanakan perawatan
bayi baru lahir dirumah dengan
menggunakan Buku KIA
8. Memberitahu ibu tentang Imunisasi BCG
9. Penanganan dan rujukan kasus bila
diperlukan
(Buku KIA, 2018)

xxi
DAFTAR PUSTAKA

Dewi,Vivian. 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba
medika

Indriyani.2016. Asuhan Persalinan Bayi Baru Lahir.Tanggerang :CV Trans Info


Medika
Prawirohardjo, sarwono. 2014. Ilmu kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono

KIA, 2018. Buku Kesehatan Ibu dan Anak.Jakarta : Kementrian Kesehatan dan

JICA

Dwienda, Octa. 2012. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita dan Anak Pra
Sekolah Untuk Para Bidan. Yogyakarta : CV Budi Utama

xxii

Anda mungkin juga menyukai