TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari)
sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan
usia 1-bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7 hari. Neonatus
lanjut adalah bayi berusia 7-28 hari (Muslihatun, 2010).
Menurut Depkes RI (2010) Bayi baru lahir sehat adalah bayi yang lahir
dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 40 minggu, berat lahir 2500 gram
sampai 4000 gram, segera menangis, bergerak aktif, kulit kemerahan, mengisap
ASI dengan baik dan tidak ada cacat bawaan.
Bawah Lima Tahun atau sering disingkat sebagai Balita merupakan salah
satu periode usia manusia setelah bayi dengan rentang usia dimulai dari dua
sampai dengan lima tahun, atau biasa digunakan perhitungan bulan yaitu usia 24-
60 bulan. Periode usia ini disebut juga sebagai usia prasekolah.
Pada saat anak mencapai tahapan pra-sekolah (3-6 tahun) ada ciri yang jelas
berbeda antara anak balita dan anak prasekolah. Perbedaannya terletak dalam
penampilan, proporsi tubuh, berat, tinggi badan, dan keterampilan yang mereka
miliki.
5
6
Pada awal stadium ini aktivitas sistem saraf simpatif menonjol, yang
ditandai oleh:
1) Sistem kardiovaskuler
a) Detak jantung cepat tetapi tidak teratur, suara jantung keras dan kuat.
b) Tali pusat masih berdenyut.
c) Warna kulit masih kebiru-biruan, yang diselingi warna merah waktu
menangis.
2) Traktur respiratorrus
a) Pernapasan cepat dan dangkal.
b) Terdapat ronchi dalam paru.
c) Terlihat napas cuping hidung, merintih dan terlihat penarikan pada
dinding thorax.
3) Suhu tubuh cepat turun.
4) Aktivitas
a) Mulai membuka mata dan melakukan gerakan explorasi.
b) Tonus otot meningkat dengan gerakan yang makin mantap.
c) Ektrimitas atas dalam keadaan fleksi erat dan extrimitas bawah dalam
keadaan extensi.
5) Fungsi usus
a) Peristaltik usus semula tidak ada.
b) Meconium biasanya sudah keluar waktu lahir.
6) Menjelang akhir stadium ini aktivitas sistem para simpatik juga aktif,
yang ditandai dengan:
a) Detak jantung menjadi teratur dan frekuensi menurun.
b) Tali pusat berhenti berdenyut.
c) Ujung extremitas kebiru-biruan.
d) Menghasilkan lendir encer dan jernih, sehingga perlu dihisap
e) Selanjutnya terjadi penurunan aktivitas sistem saraf otonom baik yang
simpatik maupun para simpatik hingga kita harus hati-hati karena
8
relatif bayi menjadi tidak peka terhadap rangsangan dari luar maupun
dari dalam.
7) Secara klinis akan terlihat:
a) Detak jantung menurun.
b) Frekuensi pernapasan menurun.
c) Suhu tubuh rendah.
d) Lendir mulut tidak ada.
e) Ronchi paru tidak ada.
f) Aktifitas otot dan tonus menurun.
g) Bayi tertidur.
Pada saat ini kita perlu berhati-hati agar suhu tubuh tidak terus
menurun.
b. Periode reaktifitas II (periode ini berlangsung 2 sampai 5 jam)
Pada periode ini bayi terbangun dari tidur yang nyenyak, sistem saraf
otonom meningkat lagi. Pemberian makan awal juga menyediakan
kolonisasi bakteri isi perut yang mengarahkan pembentukan vitamin K oleh
traktus intestinal. Imunisasi Hepatitis B diberikan selama 24 jam pertama.
Periode ini ditandai dengan:
1) Kegiatan sistem saraf parasimpatik dan simpatik bergantian teratur.
2) Bayi menjadi peka terhadap rangsangan dari dalam maupun luar.
3) Pernapasan terlihat tidak teratur kadang cepat dalam atau dangkal.
4) Detak jantung tidak teratur.
5) Reflek gag/gumoh aktif
Neonatus mungkin bereaksi terhadap makanan pertama dengan cara
memuntahkan susu bersama mucus. Ibu harus diajari cara
menyendawakan bayinya.
6) Periode ini berakhir ketika lendir pernapasan berkurang.
c. Periode III stabilisasi (periode ini berlangsung 12 sampai 24 jam)
9
atrium kanan berkurang karena darah berhenti mengalir melewati tali pusat.
Akibatnya, terjadi penutupan fungsional foramen ovale.
Selama beberapa hari pertama kehidupan, penutupan ini bersifat
reversibel, pembukaan dapat kembali terjadi bila resistensi vaskular paru
tinggi, misalnya saat menangis, yang menyebabkan serangan sianotik
sementara pada bayi. Septum biasanya menyatu pada tahun pertama
kehidupan dengan membentuk septum intra atrial, meskipun pada sebagian
individu penutupan anatomi yang sempurna tidak pernah terjadi.
1) Fungsi sistem pernapasan dalam kaitannya dengan fungsi kardiovaskular
Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting
dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Peningkatan aliran
darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan
menghilangkan cairan paru-paru. Peningkatan aliran darah ke paru-paru
akan mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan membantu
menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi
janin menjadi sirkulasi luar rahim (PUSDIKNAKES, 2003).
2) Perubahan Sistem Sirkulasi
Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru, untuk
mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna
mengantarkan oksigen ke jaringan.
Untuk mengadakan sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan
luar rahim, harus terjadi 2 perubahan, yaitu:
a) Penutupan foramen ovale pada atrium jantung
Foramen Ovale adalah defek (katup) yang memisahkan antara
atrium kanan dan kiri yang akan memungkinkan darah dari atrium
kanan mengalir ke atrium kiri dan foramen ovale ini adalah anatomi
jantung pada janin, keadaan ini adalah normal. Karena janin masih
menggunakan sirkulasi dari ibunya. Pada saat bayi lahir maka seiring
dipotongnya tali pusat, foramen oval akan tertutup dengan sendirinya.
12
c) Konveksi, yaitu pada saat bayi terpapar udara yang lebih dingin
(misalnya melalui kipas angin, hembusan udara, atau pendingin
ruangan).
d) Radiasi, yaitu ketika bayi ditempatkan didekat benda ± benda
yangmempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi (walaupun
tidak bersentuhan secara langsung) (JNPK-KR, 2007).
Bayi memasuki suasana yang jauh lebih dingin pada saat pelahiran,
dengan suhu kamar bersalin 21°C yang sangat berbeda dengan suhu dalam
kandungan, yaitu 37,7°C. Ini menyebabkan pendinginan cepat pada bayi saat
cairan amnion menguap dari kulit. Setiap mili liter penguapan tersebut
memindahkan 560 kalori panas. Perbandingan antara area permukaan dan
masa tubuh bayi yang luas menyebabkan kehilangan panas, khususnya dari
kepala, yang menyusun 25% masa tubuh. Lapisan lemak subkutan tipis dan
memberikan insulasi tubuh yang buruk, yang berakibat cepatnya
perpindahan panas inti ke kullit, kemudian lingkungan, dan juga
mempengaruhi pendinginan darah. Selain kehilangan panas melalui
penguapan, kehilangan panas melalui konduksi saat bayi terpajan dengan
permukaan dingin, dan melalui konveksi yang disebabkan oleh aliran udara
dingin pada permukaan tubuh.
Saat lahir, bayi baru lahir harus beraadaptasi dari keadaan yang sangat
tergantung menjadi mandiri. Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi
yang semula berada dalam lingkungan interna ke lingkungan eksterna. Saat
ini bayi tersebut harus dapat oksigen melalui sistem sirkulasi pernapasannya
sendiri, mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula yang
cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit. Periode adaptasi
terdahadap kehidupan diluar rahim disebut “periode transisi”. Periode ini
berlangsung hingga 1 bulan atau lebih setelah kelahiran untuk beberapa
sistem tubuh. Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi adalah pada sistem
15
baru lahir, menghilang sekitar hari ke tujuh yang biasa disebut ikterik
neonatum.
2) Pemeriksaan rambut
Memeriksa keadaan, jumlah dan warna rambut di kepala bayi serta
rambut lanugo terutama pada punggung dan bahu bayi
3) Pemeriksaan kepala
Merupakan deteksi apakah terjadi jejas persalinan seperti Caput
suksedanium atau cephal hematoma. Kepala neonatus ¼ dari panjang
tubuh keseluruhan. Lingkar kepala bayi berkisar 12 ½ inci – 4 inci (31-
35,5 cm), pada tulang kepala dapat terjadi saling tindih yang disebut
molding.
Diantara 2 tulang atau lebih yang menjadi satu terdapat ruang yang
disebut pontanela (ubun-ubun kecil) denyutan kadang terlihat. Fontanela
anterior lebih besar (bregma) tertutup sampai usia 18 bulan. Fontanela
posterior tertutup bulan kedua pontanela anterior cekung menandakan
dehidrasi, fontanel menonjol menunjukkan peningkatan tekanan intra
kranial.
4) Telinga
Dilakukan untuk menilai gangguan pendengaran dengan
membunyikan suara, normal jika ada refleks terkejut
5) Pemeriksaan hidung
Dengan cara melihat pola pernapasan, jika bayi bernapas dengan
mulut kemungkinan bayi mengalami obstruksi jalan napas. Atau jika bayi
bernapas dengan cuping hidung kemingkinan menderita gangguan paru
atau mukosa hidung terlalu banyak, sekret mukopurulen dan berdarah,
pastikan kemungkinan lainnya.
6) Mata
19
asfiksia sedang-ringan (nilai apgar 4-6) atau asfiksia berat (nilai apgar 0-3).
Bila nilai apgar dalam 2 menit belum mencpai nilai 7, maka harus dilakukan
tindakan resasitasi lebih lanjut. Oleh karena bila bayi menderita asfiksia
lebih dari 5 menit, kemungkinan terjadi gejala-gejala neurologik lanjutan
kemudian hari lebih besar. Berhubungan dengan itu, menurut apgar
dilakukan selain pada umur 1 menit juga pada umur 5 menit.
Tabel 2.1 APGAR score
APGAR 0 1 2
Apperance Badan merah, Seluruh tubuh
Pucat
(Warna Kulit) ekstremitas biru kemerah-merahan
Pulse Rate Kurang dari 100 Lebih dari 100 kali
Tidak ada
(Frekuensi Nadi) kali per menit per menit
Grimance Sedikit gerakan
Tidak ada Batuk/bersih
(Rangsangan) mimic(grimance)
Ekstrimitas
Activity
Tidak ada dalam sedikit Garakan aktif
(Tonus Otot)
flexi
Respiration Lemah/tidak
Tidak ada Baik/menangis
(Pernafasan) teratur
dalam posisi terlentang. Ketika kepala bayi digerakkan ke kiri atau kanan,
bayi membentangkan tangannya kemana kepalanya digerakkan dan
menekukkan tangan yang berlawanan. Reflek yang terus menerus pada
bayi yang melebihi usia 4 bulan menunjukkan adanya kelumpuhan pada
otak (Bobak and Jensen, 2000).
3) Refleks Rooting
Stimulasi taktil pada pipi dan mulut mencari rangsangan. Rooting
reflex terjadi ketika pipi bayi diusap (dibelai) atau di sentuh bagian
pinggir mulutnya dengan tangan atau puting. Sebagai respons, bayi itu
memalingkan kepalanya ke arah benda yang menyentuhnya, dalam upaya
menemukan sesuatu yang dapat dihisap (Ladewidg, 2005).
4) Refleks Sucking
Reflek menghisap. Didapat saat sisi mulut bayi baru lahir atau dagu
disentuh. Sebagai respon bayi akan menoleh dan membuka mulut untuk
menghisap obyek (Ladewidg, 2005).
5) Refleks Grasping/refleks genggam
Didapat dengan cara menstimulasi telapak tangan bayi dengan
sebuah obyek atau jari. Respon bayi berupa menggenggam dan
memegang erat, dengan genggaman tersebut bayi dapat diangkat, bahkan
pada bayi kurang bulan genggaman tersebut sudah cukup kuat (Ladewidg,
2005).
6) Refleks Babinsky
Refleks pada telapak kaki, dengan cara melakukan goresan ujung
jari pada telapak kaki dari arah tumit ke arah jari melalui sisi lateral. Bayi
normal akan memberikan resopn fleksi jari-jari dan penarikan tungkai,
respon jempol kaki akan dorsofleksi, sedangkan jari-jari lain akan
menyebar atau membuka
7) Refleks Stapping (refleks melangkah)
23
hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus hangat (Saifudin, Abdul Bari,
2007).
Suhu BBL normal antara 36-37°C (Prawiroharjo, 2007). Hipotermia
pada BBL adalah suhu di bawah 36,5°C. Hipertermi adalah peningkatan
suhu tubuh > 37,5°C (IDAI, 2008).
d. Nutrisi
Banyak bayi akan menyusu selama periode reaktivitas pertama ini,
Menyusu harus dianjurkan ketika bayi baru lahir berada pada tahap terjaga
penuh sebagai perlindunan terhadap hipoglikemi fisiologis yang terjadi
setelah bayi lahir (Varney, 2007).
Prinsip pemberian ASI adalah sedini mungkin dan eksklusif. Bayi baru
lahir harus mendapat ASI dalam waktu satu jam setelah lahir. Anjurkan ibu
untuk memeluk bayinya dan mencoba segera menyusukan bayi setelah tali
pusat diklem dan dipotong (APN. 2008). Pemberian makan segera sangat
penting untuk mencegah hipoglikemi (Varney, 2007)
e. Memberi vitamin K
Untuk mencegah perdarahan, semua bayi baru lahir normal dan cukup
bulan perlu diberi vitamin K1 1 mg intramuskular, di paha kiri anterolateral
setelah IMD (Saifudin, 2007).
f. Memberi obat tetes/ salep mata
Perawatan mata harus dikerjakan segera. Tindakan ini dapat dikerjakan
setelah bayi selesai dengan perawatan tali pusat, dan harus dicatat dalam
status termasuk obat apa yang digunakan. Yang lazim dipakai adalah
tetrasiklin 1% dan dioles pada konjungtiva mata bayi segera setelah lahir
(Saifudin, 2007).
g. Kebersihan Kulit
26
Kolera Typhoid Vi
f. Macam Imunisasi
1) Imunisasi BCG
Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
tuberkulosis (TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan.
28
4) Imunisasi MMR
Memberi perlindungan terhadap campak, gondongan dan campak
Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali. Vaksin MMR adalah vaksin 3-
in-1 yang melindungi anak terhadap campak, gondongan dan campak
Jerman. Suntikan pertama diberikan pada saat anak berumur 12-15 bulan.
Suntikan pertama mungkin tidak memberikan kekebalan seumur hidup
yang adekuat, karena itu diberikan suntikan kedua pada saat anak
berumur 4-6 tahun (sebelum SD) atau pada saat anak berumur 11-13
tahun (sebelum SMP).
Pada 90-98% orang yang menerimanya, suntikan MMR akan
memberikan perlindungan seumur hidup terhadap campak, campak
Jerman dan gondongan. Suntikan kedua diberikan untuk memberikan
perlindungan adekuat yang tidak dapat dipenuhi oleh suntikan pertama.
5) Imunisasi Hib
Membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b.
Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi
tenggorokan berat yang bisa menyebabkan anak tersedak. Vaksin Hib
diberikan sebanyak 3 kali suntikan, biasanya pada saat anak berumur 2, 4
dan 6 bulan.
6) Imunisasi Varicella
Memberikan perlindungan terhadap cacar air. Cacar air ditandai
dengan ruam kulit yang membentuk lepuhan, kemudian secara perlahan
30
Gambar
2.1 Jadwal Imunisasi
h. Dosis dan Cara Pemberian
Tabel 2.3 Dosis dan Cara Pemberian Vaksin
Vaksin Dosis Rute Pemberian & Lokasi
BCG 0,05 cc IC
Pentavalen
a. Difteri IM antero lateral paha atas
b. Tetanus pada bayi
0,5 cc
c. Hepatitis Lengan kanan pada anak
d. Meningitis 1,5 tahun
e. Batuk Rejan
Polio 2 tetes Ditetes di Mulut
Campak 0,5 cc SC lengan kiri atas
7) Anak pada usia 4-5 tahun mencuci dan mengeringkan tangan tanpa
bantuan (Depkes RI, 2005).
h. Tujuan DDTK
1) Sebagai upaya untuk menjaga dan mengoptimalkan tumbuh kembang
anak baik fisik, mental dan sosial.
2) Menegakkan diagnosis dini setiap kelainan tumbuh kembang.
3) Kemungkinan penanganan yang efektif.
4) Mencari penyebab dan mencegahnya.
i. Ciri-ciri tumbuh kembang anak / balita
1) Perkembangan menimbulkan perubahan
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan misal,
perkembangan intelgensia pada seorang anak akan menyertai
pertumbuhan otak dan serabut saraf. Pertumbuhan dan perkembangan
pada tahap awal menentukan perkembangan selanjutnya setiap anak tidak
akan bisa melewati tahapan sebelumnya misal, seorang anak tidak bias
berdiri jika pertumbuhan kaki dan tubuh lain yang terkait dengan fungsi
berdiri anak terhambat karena perkembangan awal merupakn masa kritis
untuk menentukan perkembangan selanjutnya
2) Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan berbeda
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan
berbeda baik perkembangan fisik maupun fungsi organ
3) Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan
Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya
serta bertambah kepandaiannya.
4) Perkembangan mempunyai pola yang tetap
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut 2 hukum:
a) Perkembangan terjadi dahulu di daerah kepala kemudian menuju arah
anggota tubuh.
36
i. Imunisasi
Pada 6 minggu pertama, pastikan bayi telah mendapatkan beberapa
imunisasi dasar. Imunisasi BCG harus diberikan sebelum bayi berusia 2
bulan. Imunisasi hepatitis B1 sudah diberikan segera setelah bayi lahir.
Imunisasi hepatitis B2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu setelah
imunisasi hepatitis B1, yaitu pada usia 1 bulan. Imunisasi polio oral dosis
awal telah diberikan setelah lahir, sebelum bayi pulang dari rumah sakit.
Imunisasi oral ke 2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu setelah
imunisasi polio oral pertama yaitu 1 bulan. Apabila imunisasi polio
diberikan dengan innactivated polio vaccine (IPV), maka diberikan pada saat
bayi berusia dua bulan nanti.
j. Pemeriksaan
Selama 1 tahun pertama bayi dianjurkan melakukan pemeriksaan rutin.
k. Perawatan intensif
Bayi pada usia 6 minggu pertama yang mengalami komplikasi atau
permasalahan membutuhkan perawatan intensif sesuai dengan
komplikasi/masalah yang menyertai bayi.
l. Perawatan lain
Perawatan lain yakni perawatan kulit, kebutuhan bermain dan
pemantauan berat badan. Bayi yang sehat akan mengalami penambahan
berat badan setiap bulan.