Anda di halaman 1dari 12

A.

DEFINISI
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui
vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai 42 minggu, dengan
berat badan 2500-4000 gram, nilai APGAR >7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiah & Yilianti,
2011). Kurang baiknya asuhan pada bayi baru lahir dapat menyebabkan kecacatan seumur hidup
bahkan kematian.
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42
minggu dengan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram, menangis spontan
kurang dari 30 detik setelah lahir dengan nilai APGAR antara 7-10 (Wagiyo & Putrono, 2016).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan
berat badan lahir 2500 gram sampai 4000 gram.
Beberapa pengertian lain tentang bayi baru lahir :
a. Bayi baru lahir (newborn/neonatus) adalah bayi yang baru dilahirkan sampai dengan usia
empat minggu.
b. BBL normal adala bayi yang baru dilahirkan pada kehamilan cukup bulan (dari kehamilan 37-
42 minggu) dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram dan tanpa tanda-tanda
asfiksia dan penyakit penyerta lainnya (Wahyuni, 2011).

B. KLASIFIKASI
Bayi baru lahir dibagi dalam beberapa klasifikasi menurut (NI Wayang , 2021)
yaitu :
a. Bayi baru lahir menurut masa gestasinya :
1) Kurang bulan (preterm infant) : 4000 gram
2) Cukup bulan (term infant) : 37-42 minggu.
3) Lebih bulan (postterm infant) : 42 minggu atau lebih.
b. Bayi baru lahir menurut berat badan lahir:
1) Berat lahir rendah : 400 gram.
2) Berat lahir cukup : 2500-400 gram.
3) Berat lahir lebih : > 400 gram.
c. Neonatus menurut beart lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi dan ukuran beart lahir yang
sesuai untuk masa kehamilan) :

1
1) Neonatus cukup/ kurang/ lebih bulan (NCB/ NKB/ NLB).
2) Sesuai/ kecil/ besar untuk masa kehamilan (SMK/ KMK/ BMK)

C. ANATOMI FISIOLOGI
Adaptasi fisiologi bayi baru lahir adalah kehidupan keluar rahim. Periode ini dapat
berlangsung hingga satu bulan atau lebih setelah kelahiran unutk beberapa sistem tubuh bayi.
Transisi paling nyata dan cepat terjadi pada sistem pernapasan bayi dan sirkulasi, sistem
kemampuan mengatur suhu tubuh, dan dalam kemampuan mengambil dan menggunakan
glukosa (Noordiati, 2018).
a. Perubahan sistem pernapasan
Awal timbulnya pernapasan disebabkan dua faktor yang berperan pada rangsangan napas
pertama bayi yaitu hipoksia dan tekanan dalam dada. Hipoksia pada akhir persalinan dan
rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang menimbulkan rangsangan pusat pernapsan di otak.
Tekanan dalam dada yang terjadi melalui pengempisan paru selama persalinan, merangsang
masuknya udara ke dalam paru secara mekanik, interaksi antara sistem pernapsan,
kardiovaskuler, dan susunan saraf pusat menimbulkan pernapasan yang teratur dan
berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan. Upaya napas pertama
berfungsi untuk mengeluarkan cairan dalam paru dan mengembangkan jaringan alveoli paru
untuk pertama kali. Untuk mendapat fungsi alveoli, harus terdapat surfaktan yang cukup dan
aliran darah melalui paru. Produksi surfaktan mulai 20 minggu kehamilan dan jumlahnya
meningkat sampai paru matang sekitar 30-34 minggu.
b. Perubahan sistem sirkulasi
Selama kehidupan janian hanya 10% curah jantung dialirkan menuju paru melalui arteri
pulmonalis. Dengan ekspansipatu dan penurunan resistensi vaskuler paru, hampir semua curah
jantung dikirim menuju paru. Darah yang berisi oksigen menuju ke jantung dari paru
meningkatkan tekanan di dalam atrium kiri. Pada saat yang hampur bersamaan, tekanan di
atrium kanan berkurang karena darah berhenti mengalir melewati tali pusat. Akibatnya, terjadi
penutupan fungsional foramen ovale. Selama beberapa hari pertama kehidupan, penutupan ini
bersifat reversible pembukaan dapat kembali terjadi bila resistensi vaskuler paru tinggi, misalnya
saat menangis, yang menyebabkan serangan sianotik sementara pada bayi.

2
c. Sistem thermoregulasi
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu, sehingga akan mengalami stress dengan
adanya perubahan lingkungan. Saat bayi masuk ruang bersalin masuk lingkungan lebih dingin,
suhu dingin meyebabkan ait ketuban menguap lewat kulit, sehingga mendinginkan darah bayi.
Pada lingkungan yang dingin, terjadi pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan
jalan utama bayi yang kedinginan untuk mendapatkan panas tubuh. Pembentukan suhu tanpa
mekanisme mengigil merujuk pada penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Bayi yang
kedinginan akan mengalami hipoglikemi, hipoksia dan asidosis. Pencegahan kehilangan panas
menjadi prioritas utama.
d. Sistem gastrointestinal
Sebelum lahir janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan, reflek gumoh dan
batuk yang matang sudah mulai terbentuk dengan baik pada saat lahir. Kemampuan bayi cukup
bulan menerima dan menelan makanan terbatas, hubungan esophagus bawah dan lambung belum
sempurna sehingga mudah gumoh terutama bayi baru lahir dan bayi mudah. Kapasitas lambung
terbatas kurang dari 30 cc untuk bayi cukup bulan.

e. Sistem imunologi
Sistem imunitas bayi baru lahir, masih belum matang sehingga rentan terhadap berbagai
infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang menyebabkan kekebalan alama dan buatan.
Kekebalan alami terdiri dari struktur tubuh yang mencegah dan meminimalkan infeksi, beberapa
contoh kekebalan alami :
1) Perlindungan oleh kulit membrane mukosa
2) Fungsi saringan saluran napas
3) Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus
4) Perlindungan kimia oleh asam lambung.
f. Perubahan sistem ginjal
Ginjal sangat penting dalam kehidupan janin, kapasitasnya kecil hingga setelah lahir.
Urin bayi encer, berwarna kekuningkuningan dan tidak berbau. Urin pertama dibuang saat lahir
dan dalam 24 jam, dan akan semakin sering dengan banyak cairan. Berkemih 6-10x dengan
warna urine pucat menunjukkan masukan cairan yang cukup. Bayi cukup bulan mengeluarkan
urine 15-16 ml/kg/hari.

3
g. Sistem integument
Struktur kulit bayi sudah terbentuk sejak lahir, tetapi masih belum matang. Epidermis dan
dermis tidak terikat dengan baik dan sangat tipis. Vernik kaseosa juga berfungsi sebagai lapisan
pelindung kulit. Kulit bayi sangat sensitive dan dapat rusak dengan mudah. Bayi baru lahir yang
cukup bulan memiliki kulit kemerahan yang akan memucat menjadi normal beberapa jam setelah
kelahiran.
h. Metabolisme glukosa
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan
penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan
kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam
waktu yang cepat (1-2 jam).
i. BAB
Jumlah feses pada bayi baru lahir cukup bervariasi selama minggu pertama dan jumlah
paling banyak adalah antara hari ketiga dan keenam. Feses transisi (kecil-kecil berwarna coklat
sampai hijau karena adanya meconium). Dikeluarkan sejak hari ketiga sampai keenam. Normal
bagi bayi untuk defekasi setelah diberi makan. Jumlah tinja berkurang pada minggu kedua dari 5
atau 6 kali defekasi setiap hari (1x defekasi setiap kali diberi makan) menjadi 1-2 kali sehari .

D. TAHAPAN BAYI BARU LAHIR

Menurut Raharjo (2015) tahapan bayi baru lahir terdiri dari:


1. Tahap I: terjadi segera setela lahir, selama menit- menit pertama kelahiran. Pada tahap ini
digunakan sistem skoring apgar untuk fisik dan skoring gray untuk interaksi bayi dan ibu.
2. Thap II : disebut transisional reaktivitas. Pada tahap II dilakukan pengkajian selama 24 jam
pertama terhadap adanya perubahan prilaku.
3. Tahap III : disebut tahap priodik, pengkajian dilakukan setelah 24 jam pertama yang meliputi
pemeriksaan seluruh tubuh.

E. ETIOLOGI
1. His ( kontraksi otot rahim)
2. Kontraksi otot dinding perut.

4
3. Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan.
4. Ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum.

F. TANDA BAYI LAHIR NORMAL

a. Berat badan 2500-4000 gram, panjang badan lahir 48-52 cm.


b. Lingar dada 30-38 cm, lingkar kepala 33-35 cm.
c. Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira180 denyut/menit kemudian menurun sampai
120-140 denyut/menit.
d. Pernapasan pada menit pertama cepat kira-kira 80 kali/menit, kemudian menurun setelah
tenang kira-kira 40 kali/menit.
e. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan diliputi
verniks kaseosa.
f. Rambut lanugo tidak terlihat lagi, rambut kepala biasa telah sempurna.
g. Kuku telah agak panjang dan lunak h. Genetalia: labia mayora telah mennutupi labia
minora (pada perempuan), testis sudah turun (pada anak laki-laki).
i. Reflex hisap dan menelan sudah terbantuk dengan baik j. Reflex moro sudah baik, bayi
ketika terkejut akan memperlihatkan gerakan tangan seperti memeluk.
k. Eliminasi baik, urin dan meconium akan keluar dalam 48 jam pertama, meconium
berwarna hitan kecoklatan (Dewi, 2011).

G. KOMPLIKASI
1. Sebore.
2. Ruam.
3. Moniliasis.
4. Ikterus fisiologi.
5. Gangguan sistem saraf pusat : koma, menurunnya reflex mata.
6. Kardiovaskuler : Penurunan tekanan darah secara berangsur.
7. Pernafasan : Menurungnya konsumsi oksigen.
8. Saraf dan otot : Tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex perifer.

5
H. PATHWAY

Persalinan

Bayi baru lahir

Fungsi organ belum baik

Daya tahan Jaringan lemak Peningkatan Asi ibu


tubuh rendah subkutan tipis metabolism tubuh kurang baik

Resiko infeksi Pemaparan dengan


suhu luar Peningkatan Menyusui
kebutuhan O2 tidak
efektif

Resiko hipotermia
Bersihan jalan
nafas tidak
efektif

6
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Sel darah putih 18000/mm.


2. Neutropil meningkat sampai / mm hari pertama setelah lahiran (menurun bila ada
sepsis).
3. Hemoglobin15-20g/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia.
4. Hematokrit 43%-61% (peningkatan 65% atau lebih menandakan polisitemia, penurunan
kadar gula menunjukkan anemia/ hemoraghi prenatal).
5. Bilirubin total 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan 8 mg/dl 1-2 hari dan 12 mg/dl pada
3-5 hari.
6. Detrosik : test glokosa selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata mg/dl,
meingkat mg/dl pada hari ke 3.

J. PENATALAKSANAAN MEDIS
Semua bayi diperiksa segera setelah lahir untuk mengetahui apakah trasisi dari
kehidupanintrauterine ke ekstrauterine berjalan dengan lancer dantidak ada kelainan.
Pemeriksaan medis komprehensif dilakukan dalam 24 jam pertama kelahiran. Pemeriksaan rustin
pada bayi baru lahir harus dilakukan, tujuannya untuk mendeteksi kelainan atau anomaly
congenital yang mucul pada setiap kelahiran dalam 10-20 per 1000 kelahiran. Pengelolaan lebih
lanjut dari setiap kelainan yang terdeteksi pada saat antenatal, mempertimbangkan masalah
potensial terkait riwayat kehamilan ibu dan kelainan yang diturungkan, dan memberikan promosi
kesehatan, terutama pencegahan terhadap sudden infant death syndrome (SIDS).
Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir adalah untuk membersihkan jalan
nafas, memotong dan merawat tali pusat, mempertahankan suhu tubuh bayi, identifikasi dan
pencegahan infeksi.
Asuhan bayi baru lahir meliputi :
1. Pencegahan infeksi.
2. Penilaian awal untuk memutuskan resusitas pada bayi untuk menilai apakah bayi
mengalami asfiksia atau tidak.
3. Pemotongan dan perawatan tali pusat.
4. Inisiasi menyusu dini (IMD).

7
5. Mencegah kehilangan panas.
6. Pencegahan infeksi mata dengan pemberian salep atau tetes mata.
7. Pencegahan perdarahan dengan pemberian vitamin K1.
8. Pemberian imunisasi hepatitis B.
9. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir (BBL).
10. Pemberian Asi esklusif.

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder.
2. Resiko hipotermi berhubungan dengan kurangnya lapisan lemak subkutan.
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas.
4. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan tidak rawat gabung.

8
L. FOKUS RENCANA INTERVENSI
N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
o Keperawatan
1 Infeksi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi 1. Mencegah terjadinya infeksi
ketidakadekuatan keperawatan 3x24 jam  Observasi dan tidakan apa yang harus
pertahanan tubuh sekunder diharapkan tingkat infeksi 1. Monitor tanda dan gejala dilakukan.
menurun dengan kriteria hasil infeksi lokal. 2. Dengan mencuci tangan kita
:  Teraupetik bisa menghindari terjadinya
1. Demam menurun 2. Cuci tangan sebelum dan penularan penyakit.
2. Kemerahan menurun sesudah kontak dengan 3. Meningkatkan penyembuhan
3. Nyeri menurun pasien. dan mencegah terkontaminasi
4. Bengkak menurun 3. Pertahankan teknik aseptik mikroorganisme.

 Kolaborasi 4. Imunisasi meningkatkan imun

4. Kolaborasikan pemberian tubuh.

imunisasi jika perlu.


2 Resiko hipotermia Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipotermia 1. Untuk mengetahui perubahan
berhubungan dengan keperawatan 3x24 jam  Observasi suhu tubuh.
kurangnya lapisan lemak diharapkan suhu tubuh berada 1. Monitor suhu tubuh. 2. Untuk mengetahui fakto yang
subkutan. dalam rentang normal dengan 2. Identifikasi penyebab memperberat hipotermi dan
Kriteria hasil : hipotermia. pencegahannya.
1. Suhu tubuh 36◦C – 36,4 3. Monitor tanda dan gejala 3. Untuk mengethaui tindakan apa
akibat hipotermia. yang harus diberikan.

9
◦C.  Teraupetik 4. Untuk memberikan kehangatan
2. Akral teraba hangat 4. Sediakan lingkungan yang pada tubuh bayi.
hangat. 5. Untuk mencegah hipotermia
5. Ganti pakaian bayi yang
basah.
3 Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Pemantauan respirasi 1. Untuk mengetahui frekuensi,
efektif berhubungan dengan keperawatan 3x24 jam  Observasi irama, kedalaman dan upaya
spasme jalan nafas. diharapkan bersihan jalan 1. Monitor frekuensi, irama, nafas.
nafas efektif dengan kriteria kedalaman dan upaya 2. Untuk mengetahui pola nafas
hasil : nafas. pasien.
1. Sianosis menurun. 2. Monitor pola nafas. 3. Untuk mengetahui tindakan
2. Frekuensi nafas membaik. 3. Monitor saturasi oksigen. yang akan diberikan jika nilai
3. Pola nafas membaik.  Teraupetik saturasi oksigen tidak normal.
4. Dokumentasikan hasil 4. Sebagai bahan evaluasi untuk
pemantauan. tindakan kepada pasien.

4 Menyusui tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Promosi ASI ekslusif 1. Untuk memberikan informasi
berhubungan dengan tidak keperawatan 3x24 jam  Observasi awal kepada calon ibu tentang
rawat gabung. diharapkan status menyusui 1. Identifikasi kebutuhan pentingnya pemberian ASI
membaik dengan kriteria laktasi bagi ibu pada eksklusif.
hasil : antenatal, intranatal dan 2. Untuk mengupayakan ibu
1. Bayi rewel menurun. postnatal. bersama bayi 24 jam sehari.

10
2. Intake bayi membaik.  Teraupetik 3. Agar bayi tetap bisa meminum
3. Hisapan bayi membaik. 2. Fasilitasi ibu untuk rawat ASI ibu.
4. Suplai ASI adekuat. gabung dengan bayi. 4. Memberikan dukungan ibu
3. Gunakan sendok dan akan menambah suplai ASI
cangkir atau dot jika ibu adekuat.
belum bisa menyusui.
4. Dukung ibu menyusui
dengan mendampingi ibu
selama kegiatan menyusui
berlangsung.

11
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, M.P., & Mahmudah, M. (2011). Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Pentingnya

Kolostrum Bagi Bayi Baru Lahir. Karanganyar.

Ni Wayang Metriani, N. W. (2021). Gambaran Kejadian Infeksi Bayi Baru Lahir Diruang

Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya. Kota Denpasar Tahun 2020.

Noordiati. (2018). Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, Dan Anak Pra Sekolah. Malang:

Wineka.

Rahardjo, K. (2015). Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Pra Sekolah. Yogyakarta : Pustaka

Belajar.

Rukiah & Yulianti. (2011). Ilmu Kesehatan Bayi Baru Lahir. Medan: Yayasan Menulis

PPNI, T.P. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) : Definisi Dan Indikator

Diagnostik. Jakarta : DPP PPNI

PPNI, T.P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SLKI) : Definisi Dan Tindakan

Keperawatan. Jakarta : DPP PPNI

PPNI, T.P. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SDKI) : Definisi Dan Kriteria

Hasil Keperawatan.. Jakarta : DPP PPNI

12

Anda mungkin juga menyukai