Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT, KEBUTUHAN


ISTIRAHAT TIDUR,PADA PASIEN Ny. N
DENGAN ISPAS

Disusun Oleh :

Nama : Fralensia Latusia

Nim : A1C122032

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS MEGAREZKY

2022/2023
A. KONSEP DASAR
GANGGUAN KEBUTUHAN
CAIRAN DAN
ELEKTROLIT
1. Definisi
Cairan tubuh adalah larutan
yang terdiri dari air (pelarut)
dan zat tertentu (zat
terlarut) sedangkan elektrolit
adalah zat kimia yang
menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang
disebut ion jika berada
dalam larutan. Cairan dan
elektrolit
masuk ke dalam tubuh
melalui
makanan,minuman,dan cairan
intravena (IV) dan di
distribusi ke seluruh bagian
tubuh. Keseimbangan cairan
dan elektrolit berarti adanya
distribusi yang normal dari air
tubuh total dan elektrolit ke
dalam seluruh bagian tubuh.
Komposisi cairan dan
elektrolit di dalam tubuh
sudah diatur sedemikian rupa
agar
keseimbangan fungsi organ
vital dapat dipertahankan.
Untuk mempertahankan
keseimbangannya, diperlukan
masukan, pendistribusian, dan
keluaran yang memadai,
yang diatur melalui
mekanisme tersendiri namun
berkaitan satu sama lain.
Keseimbangan cairan tubuh
adalah keseimbangan antara
jumlah cairan yang masuk
dan keluar. Melalui
mekanisme keseimbangan,
tubuh berusaha agar cairan
didalam
tubuh setiap waktu selalu
berada dalam jumlah yang
kosntan. Dalam keadaan
normal,
masukan cairan akan
dipenuhi melalui minum atau
makanan yang masuk ke
dalam
tubuh secara peroral, serta
air yang diperoleh sebagai
hasil metabolisme. Air yang
keluar dari tubuh, termasuk
yang dikeluarkan sebagai urin,
air di dalam feses, isensibel
dan air yang dikeluarkan
melalui kulit dan paru-paru.
Keseimbangan cairan dan
elektrolit saling bergantung
satu dengan yang lainnya.
Apabila terjadi gangguan
keseimbangan, baik cairan
atau elektrolit dalam tubuh
dapat
mengakibatkan overhidrasi,
dehidrasi, hiponatremia,
hipeanatremia, hipokalemia,
hiperkalemia, dan
hipokalsemia. Dengan
demikian, keseimbangan
cairan dan elektrolit
merupakan komponen atau
unsur vital pada tubuh
manusia.
2. Etiologi
Risiko ketidakseimbangan
elektrolit dapat terjadi karena
beberapa kondisi klinis
seperti gagal ginjal,
anoreksia nervosa, diabetes
mellitus, penyakit chron,
gastroenteritis, pankreatitis,
cedera kepala, kanker, trauma
multiple, luka bakar, dan
anemia sel sabit (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2016).
A. KONSEP DASAR
GANGGUAN KEBUTUHAN
CAIRAN DAN
ELEKTROLIT
1. Definisi
Cairan tubuh adalah larutan
yang terdiri dari air (pelarut)
dan zat tertentu (zat
terlarut) sedangkan elektrolit
adalah zat kimia yang
menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang
disebut ion jika berada
dalam larutan. Cairan dan
elektrolit
masuk ke dalam tubuh
melalui
makanan,minuman,dan cairan
intravena (IV) dan di
distribusi ke seluruh bagian
tubuh. Keseimbangan cairan
dan elektrolit berarti adanya
distribusi yang normal dari air
tubuh total dan elektrolit ke
dalam seluruh bagian tubuh.
Komposisi cairan dan
elektrolit di dalam tubuh
sudah diatur sedemikian rupa
agar
keseimbangan fungsi organ
vital dapat dipertahankan.
Untuk mempertahankan
keseimbangannya, diperlukan
masukan, pendistribusian, dan
keluaran yang memadai,
yang diatur melalui
mekanisme tersendiri namun
berkaitan satu sama lain.
Keseimbangan cairan tubuh
adalah keseimbangan antara
jumlah cairan yang masuk
dan keluar. Melalui
mekanisme keseimbangan,
tubuh berusaha agar cairan
didalam
tubuh setiap waktu selalu
berada dalam jumlah yang
kosntan. Dalam keadaan
normal,
masukan cairan akan
dipenuhi melalui minum atau
makanan yang masuk ke
dalam
tubuh secara peroral, serta
air yang diperoleh sebagai
hasil metabolisme. Air yang
keluar dari tubuh, termasuk
yang dikeluarkan sebagai urin,
air di dalam feses, isensibel
dan air yang dikeluarkan
melalui kulit dan paru-paru.
Keseimbangan cairan dan
elektrolit saling bergantung
satu dengan yang lainnya.
Apabila terjadi gangguan
keseimbangan, baik cairan
atau elektrolit dalam tubuh
dapat
mengakibatkan overhidrasi,
dehidrasi, hiponatremia,
hipeanatremia, hipokalemia,
hiperkalemia, dan
hipokalsemia. Dengan
demikian, keseimbangan
cairan dan elektrolit
merupakan komponen atau
unsur vital pada tubuh
manusia.
2. Etiologi
Risiko ketidakseimbangan
elektrolit dapat terjadi karena
beberapa kondisi klinis
seperti gagal ginjal,
anoreksia nervosa, diabetes
mellitus, penyakit chron,
gastroenteritis, pankreatitis,
cedera kepala, kanker, trauma
multiple, luka bakar, dan
anemia sel sabit (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2016).
1. Konsep Dasar Gangguan Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit

A. Pengertian
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu
(zat terlarut) sedangkan elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-
partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan
dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan,minuman,dan cairan
intravena (IV) dan di distribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan
elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke
dalam seluruh bagian tubuh. Komposisi cairan dan elektrolit di dalam tubuh
sudah diatur sedemikian rupa agar keseimbangan fungsi organ vital dapat
dipertahankan. Untuk mempertahankan keseimbangannya, diperlukan masukan,
pendistribusian, dan keluaran yang memadai, yang diatur melalui mekanisme
tersendiri namun berkaitan satu sama lain.

Keseimbangan cairan tubuh adalah keseimbangan antara jumlah cairan yang


masuk dan keluar. Melalui mekanisme keseimbangan, tubuh berusaha agar
cairan didalam tubuh setiap waktu selalu berada dalam jumlah yang kosntan. Dalam
keadaan normal, masukan cairan akan dipenuhi melalui minum atau makanan
yang masuk ke dalam tubuh secara peroral, serta air yang diperoleh sebagai
hasil metabolisme. Air yang keluar dari tubuh, termasuk yang dikeluarkan sebagai
urin, air di dalam feses, isensibel dan air yang dikeluarkan melalui kulit dan paru-
paru.

Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya.
Apabila terjadi gangguan keseimbangan, baik cairan atau elektrolit dalam tubuh dapat
mengakibatkan overhidrasi, dehidrasi, hiponatremia, hipeanatremia, hipokalemia,
hiperkalemia, dan hipokalsemia. Dengan demikian, keseimbangan cairan dan
elektrolit merupakan komponen atau unsur vital pada tubuh manusia.

B. Etiologi

Risiko ketidakseimbangan elektrolit dapat terjadi karena beberapa kondisi klinis


seperti gagal ginjal, anoreksia nervosa, diabetes mellitus, penyakit chron,
gastroenteritis, pankreatitis, cedera kepala, kanker, trauma multiple, luka bakar,
dan anemia sel sabit (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

C. Fisiologi

a. Cairan Tubuh
Cairan tubuh terdiri atas dua kompertemen utama yang dipisahkan oleh

membrane semipermeable.Kedua kompertemen tersebut adalah intraseluler dan

ekstraseluler. Sekitar 65% cairan tubuh berada dalam sel, atau intraseluler.

Sisanya 35% cairan tubuh berada diluar sel, atau ekstraseluler. Komparemen

ekstraseluler selanjutnya dibagi menjadi tiga subdivisi: 1. Interstisial : cairan

antara sel dan disekitar pembuluh darah (25%). 2. Intravascular : cairan didalam

pembuluh darah; juga disebut plasma darah (8%). 3. Transeluler: air mata dan

juga cairan spinal, synovial, peritoneal, pericardial,dan pleural (25%).

b. Elektrolit

Elektrolit adalah mineral bermuatan listrik yang ditemukan didalam dan

diluar sel tubuh. Mineral tersebut dimasukkan dalam cairan dan makanan dan

dikeluarkan utamanya melalui ginjal. Elektrolit juga dikeluarkan melalui hati,

kulit, dan paru-paru dalam jumlah lebih sedikit.

D. Klasifikasi

Cairan termasuk dalam kebutuhan dasar manusia secara fisiologis karena


memiliki proporsi besar dalam tubuh. Hampir 90% dari total berat badan
berbentuk cairan. Air di dalam tubuh tersimpan dalam dua kompertemen utama,
yaitu CIS dan CES.

a. Cairan Intraseluler (CIS). CIS merupakan cairan yang terdapat dalam sel
tubuh dan berfungsi sebagai media tempat aktivitas kima sel
berlangsung. Cairan ini menyusun sekitar 70% dari total cairan tubuh
(total body water TBW) dewasa, CIS menyusun sekitar 40% berat tubuh
atau 2/3 TBW.
b. Cairan Ekstraseluler (CES). CES merupakan cairan yang terdapat diluar
sel dan menyusun 30% dari TWB atau sekitar 20% dari berat tubuh. CES
terdiri atas cairan intravasikuler, cairan interstisial, dan cairan transeluler.
Cairan intravasikuler atau plasma menyusun 5% dari total berat badan,
sedangkan cairan interstisial menyusun 10%-15% total berat badan.
Didalam cairan tubuh terdapat elektrolit.Elektrolit tersebut tersusun atas
ion elektrolit yang dapat menghantarkan arus listrik. Ion yang bermuatan
positif disebut kation, contohnya natrium (Na+ ), kalium (K+ ), Kalsium
(Ca2+), dan magnesium (Mg2+). Ion yang bermuatan negative disebut
anion, contohnya klorida (Cl- ), sulfat (SO4 2-), fosfat (PO4 3-), dan
bikarbonat (HCO3). Untuk mempertahankan keseimbanagan kimia,
keseimbangan elektrolit, dan Ph yang normal, tubuh melakukan
mekanisme pertukaran dua arah antara CIS dan CES.Kation dan
anion berperan dalam pertukaran ini. (Lyndon Saputra, 2013)

E. Pathway

Kekurangan
Tanda dan gejala
Volume
Cairan Tubuh
1. Edema
2. Penambahan berat badan
Tanda dan Gejala : 3. Efusi pleura
4. ansietas
1. Haus
2. Kelemahan
3. Peningkatan frekuensi nadi
4. Peningkatan suhu tubuh, Gangguan mekanisme regulasi
penurunan turgor kulit

1. Infeksi usus Natrium dipertahankan


1. Eksresi keringat secara Peningkatan Volume
Pergerakan cairan dalam tubuh
2. Kehilangan berlebihan
intraseluler Cairan Tubuh
cairan aktif 2. Kegagalan mekanisme
regulasi

Penyakit Lingkungan DIET Kelebihan asupan Retensi Natrium


Diare akibat Mikroorganisme cairan
Lingkaran yang bertemperatur panas

F. Tanda dan Gejala

a. Kelelahan

b. Kram otot dan kejang

c. Mual

d. Pusing

e. Pingsan

f. Muntah

g. Mulut kering

h. Denyut jantung lambat

i. Sembelit
j. Palpitasi

k. Tekanan darah naik turun

l. Kurangnya koordinasi

m. Kekakuan sendi

n. Rasa haus

o. Suhu naik

p. Anoreksia

G. Masalah/Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

a. Ketidakseimbangan cairan

Ketidakseimbangan cairan meliputi dua kelompok dasar, yaitu


gangguan keseimbangan isotonis dan osmolar.Ketidakseimbangan isotonis
terjadi ketika sejumlah cairan dan elektrolit hilang bersamaan dalam
proporsi yang seimbang. Sedangkan ketidakseimbangan osmolar terjadi
ketika kehilangan cairan tidak diimbangi dengan perubahan kadar
elektrolit dalam proporsi yang seimbang sehingga menyebabkan
perubahan pada konsentrasi dan osmolalitas serum. Berdasarkan hal
tersebut, terdapat empat kategori ketidak seimbangan cairan, yaitu:

1) Kehilangan cairan dan elektrolit isotonic

2) Kehilangan cairan (hanya air yang berkurang)

3) Penigkatan cairan dan elektrolit isotonis, dan

4) Penigkatan osmolal (hanya air yang meningkat)

b. Defisit Volume Cairan

Defisit volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan


elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi
seperti ini disebut juga hypovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali
dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan
cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan
cairan ekstraseluler. Untuk untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh
melakukan pemindahan cairan intraseluler. Secara umum, defisit
volumecairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal
melalui kulit, penurunan asupan cairan, perdarahan dan pergerakan cairan
ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk
mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler
istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi
potensial seperti pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi.
Selain itu, kondisi tertentu, seperti terperangkapnya cairan dalam saluran
pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan.

c. Defisit Cairan

1) kehilangan cairan berlebih (muntah, diare,dan pengisapan lambung) tanda


klinis : kehilangan berat badan

2) ketidakcukupan asupan cairan (anoreksia, mual muntah, tidak ada


cairan dan depresi konfusi) tanda klinis : penurunan tekanan darah

d. Dehidrasi

Dehidrasi disebut juga ketidakseimbangan hiiper osmolar, terjadi akibat

kehilangan cairan yang tidak diimbangi dengan kehilangan elektrolit dalam jumlah
proporsional, terutama natrium.Kehilangan cairan menyebabkan peningkatan
kadar natrium, peningkatan osmolalitas, serta dehidrasi intraseluler. Air berpindah
dari sel dan kompartemen interstitial menuju ruang vascular. Kondisi ini
menyebabkan gangguan fungsi sel da kolaps sirkulasi. Orang yang beresiko
mengalami dehidrasi salah satunya adalah individu lansia. Mereka mengalami
penurunan respons haus atau pemekatan urine.Di samping itu lansia memiliki
proporsi lemak yang lebih besar sehingga beresiko tunggi mengalami dehidrasi
akibat cadangan air yang sedikit dalam tubuh.Klien dengan diabetes insipidus
akibat penurunan hormon diuretik sering mengalami kehilangan cairan tipe
hiperosmolar. Pemberian cairan hipertonik juga meningkatkan jumlah solute dalam
aliran darah.

e. Kelebihan Volume Cairan (Hipervolemia)

Kelebihan volume cairan terjadi apabila tubuh menyimpan cairan dan

elektrolit dalam kompartemen ekstraseluler dalam proporsi yang seimbang. Karena


adanya retensi cairan isotonik, konsentrasi natrium dalam serum masih normal.
Kelebihan cairan tubuh hampir selalu disebabkan oleh penungkatan jumlah natrium
dalam serum. Kelebihan cairan terjadi akibat overload cairan/adanya gangguan
mekanisme homeostatispada proses regulasi keseimbangan cairan. Penyebab
spesifik kelebihan cairan, antara lain :

1) Asupan natrium yang berlebihan


2) Pemberian infus berisi natrium terlalu cepat dan banyak, terutama
pada klien dengan gangguan mekanisme regulasi cairan.
3) Penyakit yang mengubah mekanisme regulasi, seperti gangguan
jantung (gagal ginjal kongestif), gagal ginjal, sirosis hati, sindrom
Cushing.
4) Kelebihan steroid.
5) Kelebihan Volume Cairan.
H. Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Normal Cairan Dan Elektrolit
a. Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia
berpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan
metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di masa pertunbuhan memiliki
proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang dewasa.Karenanya,
jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih
besar dibandingkan orang dewasa..

b. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan
cairan dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme
dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui
keringat. Dengan demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat.
Selainitu,kehilangan cairan yang tidak disadari (insensible water loss) juga
mengalami peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.

c. Iklim

Normalnya,individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu


panas tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit
dan pernapasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat
disadari (insensible water loss, IWL). Besarnya IWL pada tiap individu
bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia.
Individu yang tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di dearah dengan
kelembapan yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan cairandan
elektrolit. Demikian pula pada orang yang bekerja berat di lingkungan yang
bersuhu tinggi, mereka dapat kehilangan cairan sebanyak lima litet sehari
melalui keringat. Umumnya, orangyang biasa berada di lingkungan panas akan
kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam saat berada ditempat yang panas,
sedangkan orang yang tidak biasa berada di lingkungan panas dapat kehilangan
cairan hingga dua liter per jam.

d. Diet

Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika
asupan makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein
dengan terlebih dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini
menyebabkan penurunan kadar albumin.

e. Stress

Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat
stress, tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan
konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan
retensi air dan natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan
produksi hormone anti deuritik yang dapat mengurangi produksi urine.

f. Penyakit

Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit


dasar sel atau jaringan yang rusak (mis., Luka robek, atau luka bakar).
Pasien yang menderita diare juga dapat mengalami peningkatan kebutuhan
cairan akibat kehilangan cairan melalui saluran gastro intestinal. Gangguan
jantung dan ginjal juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit. Saat aliran darah ke ginjal menurun karena kemampuan
pompajantung menurun, tubuh akan melakukan penimbunan cairan dan
natrium sehingga terjadi retensi cairan dan kelebihan beban cairan
(hipervelomia). Lebih lajut, kondisi inidapat menyebabkan edema paru.
Normalnya, urine akan dikeluarkan dalam jumlah yang cukup
untukmenyeimbangkan cairan dan elektrolit serta kadar asam dan basa
dalam tubuh. Apabila asupan cairan banyak, ginjal akan memfiltrasi cairan lebih
banyak dan menahan ADH sehingga produksi urine akan meningkat
Sebaliknya, dalam keadaan kekurangan cairan, ginjal akan menurunkanproduksi
urine dengan berbagi cara. Diantaranya peningkatan reapsorpsi tubulus, retensi
natrium dan pelepasan renin. Apabila ginjal mengalami kerusakan, kemampuan
ginjal untuk melakukan regulasi akan menurun. Karenanya, saat terjadi gangguan
ginjal (missalnya gagal ginjal) individu dapat mengalami oliguria (produksi urine
kurang dari 40ml/24 jam) sehingga anuria (produksi urine kurang dari 200 ml/ 24
jam).

g. Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan
cairan dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat
menyebabkan penurunan kadar kalsium dan kalium.

h. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara
berlebihan dapat menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.
Akibatnya, terjadi defist cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretic
menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan meningkat.
Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan air
dalam tubuh.

i. Pembedahan

Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami


ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah
selama perode operasi, sedangkan beberapa klien lainya justru mengalami
kelebihan beban cairan akibat asupan cairan berlebih melalui intravena selama
pembedahan atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat-obat
anastesia (Situmorang, 2010).

I. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya


gangguan cairan dan elektrolit yaitu:

a. Pemeriksaan Radiologi
Photo thorak dapat mengarah ke kardio megali: pembesaran paru
dengan kongestif paru.

b. EKG

EKG dilaksanakan untuk mengetahui ada tidaknya infark miokardial akut,


guna mengkaji aritma dan untuk mengenal respon kompensatori seperti
terjadinya hypertropi ventrikel.

c. Laboratorium

1) Darah

2) Urine

3) Pemeriksaan keseimbangan asam basa (AGD)

J. Penatalaksanaan

a. Pemberian cairan dan elektrolit per oral

1) Penambahan intake cairan dapat diberikan peroral pada pasien-pasien

tertentu, misalnya pasien dengan dehidrasi ringan atau DHF stadium I.

2) Penambahan inteke cairan biasanya di atas 3000cc/hari.

3) Pemberian elektrolit peroral biasanya melalui makanan dan minuman.


b. Pemberian therapy intravena

1) Pemberian terapy intravena merupakan metode yang efektif untuk


memenuhi cairan extrasel secara langsung.

2) Tujuan terapy intravena :

 Memenuhi kebutuhan cairan pada pasien yang tidak mampu

mengkonsumsi cairan peroral secara adekuat.

 Memberikan masukan-masukan elektrolit untuk menjaga

keseimbangan elektrolit.

3) Jenis cairan intravena yang biasa digunakan :

 Larutan nutrient, berisi beberapa jenis karbohidrat dan air,


misalnya dextrosa dan glukosa. Yang digunakanyaitu 5%
dextrosa in water (DSW), amigen, dan aminovel.
 Larutan elektrolit, antara lain larutan salin baik isotonik,
hypotonik, maupun hypertonik yang banyak digunakan yaitu
normal saline (isotonik) : NaCL 0,9%.
 Cairan asam basa, contohnya sodium laktate dan sodium
bicarbonat.
 Blood volume expanders, berfungsi untuk meningkatkan
volume pembuluh darah atau plasma. Cara kerjanya adalah
meningkatkan tekanan osmotik darah.

c. Menghitung balance cairan.

1) Input

Input merupakan jumlah cairan yang berasal dari minuman,


makanan, ataupun cairan yang masuk ke dalam tubuh klien, baik
secara oral maupun parenteral. Cairan yang termasuk input yaitu:

 Minuman dan makanan


 Terapi infus
 Terapi injeksi
 Air Metabolisme (5cc/kgBB/hari)
 NGT masuk

2. Output
 Output merupakan jumlah cairan yang dikeluarkan selama 24
jam. Cairan
 tersebut berupa:
 Muntah
 Feses, satu kali BAB kira-kira 100cc.
 Insensible Water Loss (IWL), menggunakan
rumus15cc/kgBB/hari
 Cairan NGT terbuka
 Urin
 Drainage dan perdarahan

2. Konsep Dasar Kebutuhan Dasar Istirahat Dan Tidur


A. Pengertian

Tidur adalah keadaan gangguan kesadaran yang dapat bangun dikarakterisasikan

dengan minimnya aktivitas. Sedangkan Istirahat adalah relaksasi seluruh tubuh atau

mungkin hanya melibatkan istirahat untuk bagian tubuh tertentu (Vaughans, 2011).

 Kebutuhan aktivitas atau pergerakan, istirahat dan tidur merupakan satu

kesatuan yang saling berhubungan dan saling memengaruhi. Tubuh

membutuhkan aktivitas untuk kegiatn fisiologis dan membutuhkan istirahat

dan tidur untuk pemulihan. (Tarwoto, 2011).

Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau berisiko

mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola istirahatnya yang

menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya

hidup yang diinginkannya (Lynda Juall, 2012). Gangguan pola tidur adalah gangguan

kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal.(SDKI, 2016).

B. Etiologi

Tidur terjadi dalam siklus yang diselingi periode terjaga. Siklus

tidur/terjaga umumnya mengikuti irama circadian atau 24 jam dalam siklus

siang/malam. Selain siklus tidur/terjaga, tidur terjadi dalam tahapan yang berlangsung

dalam suatu kondisi siklis. Ada lima tahapan tidur. Tahap 1

hingga tahap 4 mengacu pada tidur dengan gerakan mata tidak cepat (NREMNon

Rapid Eye Movement) dan berkisar dari kedaan tidur sangat ringan ditahap 1 hingga

keadaan tidur nyenyak di tahap 3 dan 4. Selama tidur NREM, seseorang biasanya

mengalami penurunan suhu, denyut, tekanan darah, pernapasan, dan ketegangan otot.
Penurunan tuntutan fungsi tubuh dianggap melakukan tindakan responsif, baik secara

fisiologi maupun psikologi. Tahap 5 disebut tidur dengan gerak mata cepat (REM-

Rapid Eye Movement). Tahap tidur REM dikarakterisasikan dengan meningkatnya

level aktivitas dibandingkan pada tahap NREM. Manfaat tidur REM berkaitan dengan

perbaikan dalam proses mental dan kesehatan emosi. (Tarwoto dan Wartonah, 2010).

1. Rapid Eye Movement (NREM)

Terjadi kurang lebih 90 menit pertama setelah tertidur. Terbagi menjadi empat

tahapan yaitu:

a) Tahap I

Merupakan tahap transisi dari keadaan sadar menjadi tidur. Berlangsung

beberapa menit saja, dan gelombang otak menjadi lambat. Tahap I ini ditandai

dengan :

1) Mata menjadi kabur dan rileks.

2) Seluruh otot menjadi lemas.

3) Kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan.

4) Tanda-tanda vital dan metabolisme menurun.

5) EEG: penurunan Voltasi gelombang-gelombang Alfa.

6) Dapat terbangun dengan mudah.

7) Bila terbangun terasa sedang bermimpi.

b) Tahap II

Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun.

Berlangsung 10-20 menit, semakin rileks, mudah terjaga, dan gelombang otak

menjadi lebih lambat. Tahap II ini ditandai dengan :

1) Kedua Bola mata berhenti bergerak.

2) Suhu tubuh menurun.


3) Tonus otot perlahan-lahan berkurang.

4) Tanda-tanda vital turun dengan jelas.

5) EEG: Timbul gelombang beta Frekuensi 15-18 siklus / detik yang disebut

gelombang tidur.

c) Tahap III

Merupakan awal tahap tidur nyenyak. Tahap ini berlangsung 15-30 menit.

Tahap III ini ditandai dengan:

1) Relaksasi otot menyeluruh.

2) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur.

3) EEG: perubahan gelombang Beta menjadi 1-2 siklus / detik.

4) Sulit dibangunkan dan digerakkan.

d) Tahap IV

Tahap Tidur Nyenyak, berlangsung sekitar 15-30 menit. Tahap ini

ditandai dengan :

1) Jarang bergerak dan sangat sulit dibangunkan.

2) Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada jam

bangun pagi.

3) Tonus Otot menurun (relaksasi total).

4) Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20-30 %.

5) EEG: hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan frekwensi

1-2 siklus/detik.

6) Gerak bola mata mulai meningkat.

7) Terjadi mimpi dan terkadang tidur sambil berjalan serta enuresis

(mengompol).

2. Rapid Eye Movement (REM)


Tahap tidur yang sangat nyenyak. Pada orang dewasa REM terjadi 20-25%

dari tidurnya.

a) Tahap REM ditandai dengan:

1) Bola mata bergerak dengan kecepatan lebih tinggi dari tahap-tahap sebelumnya.

2) Mimpi yang berwarna dan nyata muncul.

3) Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah tidur dimulai.

4) Terjadi kejang otot kecil, otot besar imobilisasi.

5) Ditandai oleh respons otonom yaitu denyut jantung dan pernapasan

yang berfluktuasi, serta peningkatan tekanan darah yang berfluktuasi.

6) Metabolisme meningkat.

7) Lebih sulit dibangunkan.

8) Sekresi ambung meningkat.

9) Durasi tidur REM meningkat dengan setiap siklus dan rata-rata 20

menit.

b) Karakteristik tidur REM

1) Mata : Cepat tertutup dan terbuka.

2) Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar immobilisasi.

3) Pernapasan : tidur teratur, kadang dengan apnea.

4) Nadi : Cepat dan ireguler.

5) Tekanan darah : Meningkat atau fluktuasi.

6) Sekresi gaster : Meningkat.

7) Metabolisme : Meningkat, temperatur tubuh naik.

8) Gelombang otak : EEG aktif.

9) Siklus tidur : Sulit dibangunkan.

C. Fisiologis
Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf

perifer, endokrin kardiovaskuler, respirasi dan muskuloskeletal. Tiap kejadian

tersebut dapat diidentifikasi atau direkam dengan electroencephalogram (EEG) untuk

aktivitas listrik otak, pengukuran tonus otot dengan menggunakan electromiogram

(EMG) dan electrooculogram (EOG) untuk pengaturan pergerakan mata.

Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara dua mekanisme selebral

yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk tidur dan bangun.

Reticular activating system (RAS) di bagian batang otak atas diyakini mempunyai sel

– sel khusus dalam mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran. RAS memberikan

stimulus visual, audiotori, nyeri, dan sensori raba. Juga menerima stimulus dari

korteks serebri (emosi, proses pikir).

Pada keadaan sadar mengakibatkan neuron – neuron dalam RAS melepaskan

katekolamin, misalnya norepineprine. Saat tidur mungkin disebabkan oleh pelepasan

serum serotonin dari sel – sel spesifik di pons dan batang otak tengah yaitu bulbar

syncrhonizing regional (BSR). Bangun dan tidurnya seseorang tergantung dari

keseimbangan impuls yang diterima dari pusat otak, reseptor sensori perifer misalnya

bunyi, stimulus cahaya, dan sistem limbiks seperti emosi.

Seseorang yang mencoba untuk tidur, mereka menutup matanya dan berusaha dalam

posisi rileks. Jika ruangan gelap dan tenang aktivitas RAS menurun, pada saat itu

BSR mengeluarkan serum serotonin.

D. Gangguan Tidur
1. Insomnia

Insomnia adalah ketidak mampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara

kualitas maupun kuantitas. Gangguan tidur ini umumnya ditemui pada individu

dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena faktor mental seperti

perasaan gundah atau gelisah.

Ada tiga jenis insomnia:

1. Insomnia inisial: Kesulitan untuk memulai tidur.

2. Insomnia intermiten: Kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya terjaga.

3. Insomnia terminal: Bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali.

Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi insomnia antara lain

dengan mengembangkan pola tidur-istirahat yang efektif melalui olahraga rutin,

menghindari rangsangan tidur di sore hari, melakukan relaksasi sebelum tidur

(misalnya: membaca, mendengarkan musik, dan tidur jika benar-benar

mengantuk).

2. Parasomnia

Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul

saat seseorang tidur. Gangguan ini umum terjadi pada anak-anak. Beberapa turunan

parasomnia antara lain sering terjaga (misalnya: tidur

berjalan, night terror), gangguan transisi bangun-tidur (misalnya: mengigau),

parasomnia yang terkait dengan tidur REM (misalnya: mimpi

buruk), dan lainnya (misalnya: bruksisme).

3. Hipersomnia
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berkelebihan terutama

pada siang hari. Gangguan ini dapat disebabkan oleh kondisi tertentu, seperti

kerusakan system saraf, gangguan pada hati atau ginjal, atau karena gangguan

metabolisme (misalnya: hipertiroidisme). Pada kondisi tertentu, hipersomnia dapat

digunakan sebagai mekanisme koping untuk menghindari tanggung jawab pada siang

hari.

4. Narkolepsi

Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-

tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut juga sebagai “serangan tidur” atau sleep

attack. Penyebab pastinya belum diketahui. Diduga karena kerusakan genetik system

saraf pusat yang menyebabkan tidak terkendali lainnya periode tidur REM. Alternatif

pencegahannya adalah dengan obat-obatan, seperti: amfetamin atau metilpenidase,

hidroklorida, atau dengan antidepresan seperti imipramin hidroklorida.

5. Apnea Saat Tidur dan Mendengkur

Apnea saat tidur atau sleep adalah kondisi terhentinya nafas secara periodik pada saat

tidur. Kondisi ini diduga terjadi pada orang yang mengorok dengan keras, sering

terjaga di malam hari, insomnia, mengatup

berlebihan pada siang hari, sakit kepala di siang hari, iritabilitas, atau mengalami

perubahan psikologis seperti hipertensi atau aritmia jantung.

Mendengkur sendiri disebabkan oleh adanya rintangn dalam pengairan

udara di hudung dan mulut pada waktu tidur, biasanya disebabkan oleh

adenoid, amandel atau mengendurnya otot di belakang mulut.

6. Enuresa

Enuresa merupakan buang air kecil yang tidak disengaja pada waktu tidur,
atau biasa disebut isilah mengompol. Enuresa dibagi menjadi dua jenis: enuresa

noktural: merupakan mengompol di waktu tidur, dan enuresa diurnal, mengompol saat

bangun tidur. Enuresa noktural umumnya merupakan gangguan pada tidur NREM.

E.Manifestasi Klinis

Beberapa gangguan tidur yang perlu diperhatikan adalah :

1.) Perubahan kepribadian dan perilaku, seperti depresi, menarik diri.

2.) Rasa capek meningkat

3.) Halusinasi pandangan dan pendengaran

4.) Bingung dan disorientasi terhadap ruang dan waktu

5.) Gangguan persepsi

6.) Koordinasi menurun

7.) Bicara tak jelas

F. Kebutuhan Istirahat Tidur Per Hari

1. Bayi baru lahir : Lama tidur 14-18 jam/hari dengan 50% REM dan 1 siklus tidur

rata-rata 45-60 menit.

2. Bayi (s/d 1 thn) : 1 siklus tidur rata2 12-14 jam/hari dengan

3. 20-30% REM dan tidur sepanjang malam.

4. Todler (1-3 thn): Lama tidur 11-12 jam/hari dengan 25% REM dan tidur sepanjang

malam + tidur siang.

5. Pra sekolah : ± 11 jam/hari dengan 20% REM

6. Usia sekolah : ± 10 jam/hari dengan 18,5% REM

7. Usia sekolah : ± 10 jam/hari dengan 18,5% REM.

8. Adolescent : ± 8,5 jam/hari dengan 20% REM.

9. Dewasa muda : 7-8 jam/hari dengan 20-25% REM.


10. Dewasa menengah : ± 7 jam/hari dengan 20% REM dan sering sulit tidur.

11. Dewasa tua : ± 6 jam/hari dengan 20-25% REM dan sering sulit tidur.

G. Tanda dan gejala

1. Perasaan Lelah.

2. Gelisah.

3. Emosi.

4. Apetis.

5. Adanya kehitaman di daerah sekitar mata

6. Konjungtiva merah dan mata perih.

7. Perhatian tidak fokus.8. Sakit kepala.

9. mata sayu

10. konjungtiva merah

11. kelopak mata bengkak

H. Penatalaksanaan

1. Mengobservasi TTV

2. Mengobservasi pola waktu istirahat dan tidur

3. Memberikan lingkungan yang nyaman dan tenang

4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antipiretik.

I. Pemeriksaan penunjang

Tidur dapat diukur secara objektif dengan menggunakan alat yang disebut

polisomnografi. Alat ini dapat merekam elektroensefalogram (EEG), elektromiogram

(EMG), dan elektro-okulogram (EOG) sekaligus. Dengan alat ini kita dapat mengkaji
aktivitas klien selama tidur. Aktivitas yang klien lakukan tanpa sadar tersebut bisa

jadi merupakan penyebab seringnya klien terjaga di malam hari. The Multiple Sleep

Latency Test (MSLT) memberikan informasi yang objektif tentang kantuk dan aspek-

aspek tertentu dari struktur tidur dan mengukur gerakan mata menggunakan EOG,

perubahan tonus otot menggunakan EMG, dan aktivitas listrik otak menggunakan

EEG. Klien dapat memekai Actigraph pada pergelangan tangan untuk mengukur pola

tidur selama jangka waktu tertentu. Data Actigraphy memberika informasi waktu

tidur, efisiensi tidur, jumlah durasi waktu jaga, serta tingkat aktivitas dan istirahat
DAFTAR PUSTAKA

Khrisna, I. N. E. A,. 2017. Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit. Bali.

Suparto. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Tn. P. M. Dengan Gangguan Pemenuhan


Kebutuhan

Cairan Dan Elektrolit Di Ruang Komodo Rsud Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang. Kupang.

Hidayat & Uliyah. 2015. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Edisi 2. Jakarta: Salemba
medika.
Harnawatiaj.2008.Keseimbangan Cairan dan Elektrolit, (Diakses 24 April 2010)
Mubarak, Wahid.I & Chayatin, NS.Nurul..2008.”Kebutuhan Dasar Manusia”. Jakarta: EGC.

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar

Klien. Jkarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai