Disusun Oleh :
Nim : A1C122032
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
UNIVERSITAS MEGAREZKY
2022/2023
A. KONSEP DASAR
GANGGUAN KEBUTUHAN
CAIRAN DAN
ELEKTROLIT
1. Definisi
Cairan tubuh adalah larutan
yang terdiri dari air (pelarut)
dan zat tertentu (zat
terlarut) sedangkan elektrolit
adalah zat kimia yang
menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang
disebut ion jika berada
dalam larutan. Cairan dan
elektrolit
masuk ke dalam tubuh
melalui
makanan,minuman,dan cairan
intravena (IV) dan di
distribusi ke seluruh bagian
tubuh. Keseimbangan cairan
dan elektrolit berarti adanya
distribusi yang normal dari air
tubuh total dan elektrolit ke
dalam seluruh bagian tubuh.
Komposisi cairan dan
elektrolit di dalam tubuh
sudah diatur sedemikian rupa
agar
keseimbangan fungsi organ
vital dapat dipertahankan.
Untuk mempertahankan
keseimbangannya, diperlukan
masukan, pendistribusian, dan
keluaran yang memadai,
yang diatur melalui
mekanisme tersendiri namun
berkaitan satu sama lain.
Keseimbangan cairan tubuh
adalah keseimbangan antara
jumlah cairan yang masuk
dan keluar. Melalui
mekanisme keseimbangan,
tubuh berusaha agar cairan
didalam
tubuh setiap waktu selalu
berada dalam jumlah yang
kosntan. Dalam keadaan
normal,
masukan cairan akan
dipenuhi melalui minum atau
makanan yang masuk ke
dalam
tubuh secara peroral, serta
air yang diperoleh sebagai
hasil metabolisme. Air yang
keluar dari tubuh, termasuk
yang dikeluarkan sebagai urin,
air di dalam feses, isensibel
dan air yang dikeluarkan
melalui kulit dan paru-paru.
Keseimbangan cairan dan
elektrolit saling bergantung
satu dengan yang lainnya.
Apabila terjadi gangguan
keseimbangan, baik cairan
atau elektrolit dalam tubuh
dapat
mengakibatkan overhidrasi,
dehidrasi, hiponatremia,
hipeanatremia, hipokalemia,
hiperkalemia, dan
hipokalsemia. Dengan
demikian, keseimbangan
cairan dan elektrolit
merupakan komponen atau
unsur vital pada tubuh
manusia.
2. Etiologi
Risiko ketidakseimbangan
elektrolit dapat terjadi karena
beberapa kondisi klinis
seperti gagal ginjal,
anoreksia nervosa, diabetes
mellitus, penyakit chron,
gastroenteritis, pankreatitis,
cedera kepala, kanker, trauma
multiple, luka bakar, dan
anemia sel sabit (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2016).
A. KONSEP DASAR
GANGGUAN KEBUTUHAN
CAIRAN DAN
ELEKTROLIT
1. Definisi
Cairan tubuh adalah larutan
yang terdiri dari air (pelarut)
dan zat tertentu (zat
terlarut) sedangkan elektrolit
adalah zat kimia yang
menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang
disebut ion jika berada
dalam larutan. Cairan dan
elektrolit
masuk ke dalam tubuh
melalui
makanan,minuman,dan cairan
intravena (IV) dan di
distribusi ke seluruh bagian
tubuh. Keseimbangan cairan
dan elektrolit berarti adanya
distribusi yang normal dari air
tubuh total dan elektrolit ke
dalam seluruh bagian tubuh.
Komposisi cairan dan
elektrolit di dalam tubuh
sudah diatur sedemikian rupa
agar
keseimbangan fungsi organ
vital dapat dipertahankan.
Untuk mempertahankan
keseimbangannya, diperlukan
masukan, pendistribusian, dan
keluaran yang memadai,
yang diatur melalui
mekanisme tersendiri namun
berkaitan satu sama lain.
Keseimbangan cairan tubuh
adalah keseimbangan antara
jumlah cairan yang masuk
dan keluar. Melalui
mekanisme keseimbangan,
tubuh berusaha agar cairan
didalam
tubuh setiap waktu selalu
berada dalam jumlah yang
kosntan. Dalam keadaan
normal,
masukan cairan akan
dipenuhi melalui minum atau
makanan yang masuk ke
dalam
tubuh secara peroral, serta
air yang diperoleh sebagai
hasil metabolisme. Air yang
keluar dari tubuh, termasuk
yang dikeluarkan sebagai urin,
air di dalam feses, isensibel
dan air yang dikeluarkan
melalui kulit dan paru-paru.
Keseimbangan cairan dan
elektrolit saling bergantung
satu dengan yang lainnya.
Apabila terjadi gangguan
keseimbangan, baik cairan
atau elektrolit dalam tubuh
dapat
mengakibatkan overhidrasi,
dehidrasi, hiponatremia,
hipeanatremia, hipokalemia,
hiperkalemia, dan
hipokalsemia. Dengan
demikian, keseimbangan
cairan dan elektrolit
merupakan komponen atau
unsur vital pada tubuh
manusia.
2. Etiologi
Risiko ketidakseimbangan
elektrolit dapat terjadi karena
beberapa kondisi klinis
seperti gagal ginjal,
anoreksia nervosa, diabetes
mellitus, penyakit chron,
gastroenteritis, pankreatitis,
cedera kepala, kanker, trauma
multiple, luka bakar, dan
anemia sel sabit (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2016).
1. Konsep Dasar Gangguan Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit
A. Pengertian
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu
(zat terlarut) sedangkan elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-
partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan
dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan,minuman,dan cairan
intravena (IV) dan di distribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan
elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke
dalam seluruh bagian tubuh. Komposisi cairan dan elektrolit di dalam tubuh
sudah diatur sedemikian rupa agar keseimbangan fungsi organ vital dapat
dipertahankan. Untuk mempertahankan keseimbangannya, diperlukan masukan,
pendistribusian, dan keluaran yang memadai, yang diatur melalui mekanisme
tersendiri namun berkaitan satu sama lain.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya.
Apabila terjadi gangguan keseimbangan, baik cairan atau elektrolit dalam tubuh dapat
mengakibatkan overhidrasi, dehidrasi, hiponatremia, hipeanatremia, hipokalemia,
hiperkalemia, dan hipokalsemia. Dengan demikian, keseimbangan cairan dan
elektrolit merupakan komponen atau unsur vital pada tubuh manusia.
B. Etiologi
C. Fisiologi
a. Cairan Tubuh
Cairan tubuh terdiri atas dua kompertemen utama yang dipisahkan oleh
ekstraseluler. Sekitar 65% cairan tubuh berada dalam sel, atau intraseluler.
Sisanya 35% cairan tubuh berada diluar sel, atau ekstraseluler. Komparemen
antara sel dan disekitar pembuluh darah (25%). 2. Intravascular : cairan didalam
pembuluh darah; juga disebut plasma darah (8%). 3. Transeluler: air mata dan
b. Elektrolit
diluar sel tubuh. Mineral tersebut dimasukkan dalam cairan dan makanan dan
D. Klasifikasi
a. Cairan Intraseluler (CIS). CIS merupakan cairan yang terdapat dalam sel
tubuh dan berfungsi sebagai media tempat aktivitas kima sel
berlangsung. Cairan ini menyusun sekitar 70% dari total cairan tubuh
(total body water TBW) dewasa, CIS menyusun sekitar 40% berat tubuh
atau 2/3 TBW.
b. Cairan Ekstraseluler (CES). CES merupakan cairan yang terdapat diluar
sel dan menyusun 30% dari TWB atau sekitar 20% dari berat tubuh. CES
terdiri atas cairan intravasikuler, cairan interstisial, dan cairan transeluler.
Cairan intravasikuler atau plasma menyusun 5% dari total berat badan,
sedangkan cairan interstisial menyusun 10%-15% total berat badan.
Didalam cairan tubuh terdapat elektrolit.Elektrolit tersebut tersusun atas
ion elektrolit yang dapat menghantarkan arus listrik. Ion yang bermuatan
positif disebut kation, contohnya natrium (Na+ ), kalium (K+ ), Kalsium
(Ca2+), dan magnesium (Mg2+). Ion yang bermuatan negative disebut
anion, contohnya klorida (Cl- ), sulfat (SO4 2-), fosfat (PO4 3-), dan
bikarbonat (HCO3). Untuk mempertahankan keseimbanagan kimia,
keseimbangan elektrolit, dan Ph yang normal, tubuh melakukan
mekanisme pertukaran dua arah antara CIS dan CES.Kation dan
anion berperan dalam pertukaran ini. (Lyndon Saputra, 2013)
E. Pathway
Kekurangan
Tanda dan gejala
Volume
Cairan Tubuh
1. Edema
2. Penambahan berat badan
Tanda dan Gejala : 3. Efusi pleura
4. ansietas
1. Haus
2. Kelemahan
3. Peningkatan frekuensi nadi
4. Peningkatan suhu tubuh, Gangguan mekanisme regulasi
penurunan turgor kulit
a. Kelelahan
c. Mual
d. Pusing
e. Pingsan
f. Muntah
g. Mulut kering
i. Sembelit
j. Palpitasi
l. Kurangnya koordinasi
m. Kekakuan sendi
n. Rasa haus
o. Suhu naik
p. Anoreksia
a. Ketidakseimbangan cairan
c. Defisit Cairan
d. Dehidrasi
kehilangan cairan yang tidak diimbangi dengan kehilangan elektrolit dalam jumlah
proporsional, terutama natrium.Kehilangan cairan menyebabkan peningkatan
kadar natrium, peningkatan osmolalitas, serta dehidrasi intraseluler. Air berpindah
dari sel dan kompartemen interstitial menuju ruang vascular. Kondisi ini
menyebabkan gangguan fungsi sel da kolaps sirkulasi. Orang yang beresiko
mengalami dehidrasi salah satunya adalah individu lansia. Mereka mengalami
penurunan respons haus atau pemekatan urine.Di samping itu lansia memiliki
proporsi lemak yang lebih besar sehingga beresiko tunggi mengalami dehidrasi
akibat cadangan air yang sedikit dalam tubuh.Klien dengan diabetes insipidus
akibat penurunan hormon diuretik sering mengalami kehilangan cairan tipe
hiperosmolar. Pemberian cairan hipertonik juga meningkatkan jumlah solute dalam
aliran darah.
b. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan
cairan dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme
dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui
keringat. Dengan demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat.
Selainitu,kehilangan cairan yang tidak disadari (insensible water loss) juga
mengalami peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.
c. Iklim
d. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika
asupan makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein
dengan terlebih dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini
menyebabkan penurunan kadar albumin.
e. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat
stress, tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan
konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan
retensi air dan natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan
produksi hormone anti deuritik yang dapat mengurangi produksi urine.
f. Penyakit
g. Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan
cairan dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat
menyebabkan penurunan kadar kalsium dan kalium.
h. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara
berlebihan dapat menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.
Akibatnya, terjadi defist cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretic
menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan meningkat.
Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan air
dalam tubuh.
i. Pembedahan
I. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Radiologi
Photo thorak dapat mengarah ke kardio megali: pembesaran paru
dengan kongestif paru.
b. EKG
c. Laboratorium
1) Darah
2) Urine
J. Penatalaksanaan
keseimbangan elektrolit.
1) Input
2. Output
Output merupakan jumlah cairan yang dikeluarkan selama 24
jam. Cairan
tersebut berupa:
Muntah
Feses, satu kali BAB kira-kira 100cc.
Insensible Water Loss (IWL), menggunakan
rumus15cc/kgBB/hari
Cairan NGT terbuka
Urin
Drainage dan perdarahan
dengan minimnya aktivitas. Sedangkan Istirahat adalah relaksasi seluruh tubuh atau
mungkin hanya melibatkan istirahat untuk bagian tubuh tertentu (Vaughans, 2011).
Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau berisiko
mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola istirahatnya yang
hidup yang diinginkannya (Lynda Juall, 2012). Gangguan pola tidur adalah gangguan
B. Etiologi
siang/malam. Selain siklus tidur/terjaga, tidur terjadi dalam tahapan yang berlangsung
hingga tahap 4 mengacu pada tidur dengan gerakan mata tidak cepat (NREMNon
Rapid Eye Movement) dan berkisar dari kedaan tidur sangat ringan ditahap 1 hingga
keadaan tidur nyenyak di tahap 3 dan 4. Selama tidur NREM, seseorang biasanya
mengalami penurunan suhu, denyut, tekanan darah, pernapasan, dan ketegangan otot.
Penurunan tuntutan fungsi tubuh dianggap melakukan tindakan responsif, baik secara
fisiologi maupun psikologi. Tahap 5 disebut tidur dengan gerak mata cepat (REM-
level aktivitas dibandingkan pada tahap NREM. Manfaat tidur REM berkaitan dengan
perbaikan dalam proses mental dan kesehatan emosi. (Tarwoto dan Wartonah, 2010).
Terjadi kurang lebih 90 menit pertama setelah tertidur. Terbagi menjadi empat
tahapan yaitu:
a) Tahap I
beberapa menit saja, dan gelombang otak menjadi lambat. Tahap I ini ditandai
dengan :
b) Tahap II
Berlangsung 10-20 menit, semakin rileks, mudah terjaga, dan gelombang otak
5) EEG: Timbul gelombang beta Frekuensi 15-18 siklus / detik yang disebut
gelombang tidur.
c) Tahap III
Merupakan awal tahap tidur nyenyak. Tahap ini berlangsung 15-30 menit.
d) Tahap IV
ditandai dengan :
bangun pagi.
1-2 siklus/detik.
(mengompol).
dari tidurnya.
1) Bola mata bergerak dengan kecepatan lebih tinggi dari tahap-tahap sebelumnya.
6) Metabolisme meningkat.
menit.
C. Fisiologis
Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf
Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara dua mekanisme selebral
yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk tidur dan bangun.
Reticular activating system (RAS) di bagian batang otak atas diyakini mempunyai sel
stimulus visual, audiotori, nyeri, dan sensori raba. Juga menerima stimulus dari
serum serotonin dari sel – sel spesifik di pons dan batang otak tengah yaitu bulbar
keseimbangan impuls yang diterima dari pusat otak, reseptor sensori perifer misalnya
Seseorang yang mencoba untuk tidur, mereka menutup matanya dan berusaha dalam
posisi rileks. Jika ruangan gelap dan tenang aktivitas RAS menurun, pada saat itu
D. Gangguan Tidur
1. Insomnia
kualitas maupun kuantitas. Gangguan tidur ini umumnya ditemui pada individu
dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena faktor mental seperti
3. Insomnia terminal: Bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali.
Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi insomnia antara lain
mengantuk).
2. Parasomnia
saat seseorang tidur. Gangguan ini umum terjadi pada anak-anak. Beberapa turunan
3. Hipersomnia
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berkelebihan terutama
pada siang hari. Gangguan ini dapat disebabkan oleh kondisi tertentu, seperti
kerusakan system saraf, gangguan pada hati atau ginjal, atau karena gangguan
digunakan sebagai mekanisme koping untuk menghindari tanggung jawab pada siang
hari.
4. Narkolepsi
Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-
tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut juga sebagai “serangan tidur” atau sleep
attack. Penyebab pastinya belum diketahui. Diduga karena kerusakan genetik system
saraf pusat yang menyebabkan tidak terkendali lainnya periode tidur REM. Alternatif
Apnea saat tidur atau sleep adalah kondisi terhentinya nafas secara periodik pada saat
tidur. Kondisi ini diduga terjadi pada orang yang mengorok dengan keras, sering
berlebihan pada siang hari, sakit kepala di siang hari, iritabilitas, atau mengalami
udara di hudung dan mulut pada waktu tidur, biasanya disebabkan oleh
6. Enuresa
Enuresa merupakan buang air kecil yang tidak disengaja pada waktu tidur,
atau biasa disebut isilah mengompol. Enuresa dibagi menjadi dua jenis: enuresa
noktural: merupakan mengompol di waktu tidur, dan enuresa diurnal, mengompol saat
bangun tidur. Enuresa noktural umumnya merupakan gangguan pada tidur NREM.
E.Manifestasi Klinis
1. Bayi baru lahir : Lama tidur 14-18 jam/hari dengan 50% REM dan 1 siklus tidur
4. Todler (1-3 thn): Lama tidur 11-12 jam/hari dengan 25% REM dan tidur sepanjang
11. Dewasa tua : ± 6 jam/hari dengan 20-25% REM dan sering sulit tidur.
1. Perasaan Lelah.
2. Gelisah.
3. Emosi.
4. Apetis.
9. mata sayu
H. Penatalaksanaan
1. Mengobservasi TTV
I. Pemeriksaan penunjang
Tidur dapat diukur secara objektif dengan menggunakan alat yang disebut
(EMG), dan elektro-okulogram (EOG) sekaligus. Dengan alat ini kita dapat mengkaji
aktivitas klien selama tidur. Aktivitas yang klien lakukan tanpa sadar tersebut bisa
jadi merupakan penyebab seringnya klien terjaga di malam hari. The Multiple Sleep
Latency Test (MSLT) memberikan informasi yang objektif tentang kantuk dan aspek-
aspek tertentu dari struktur tidur dan mengukur gerakan mata menggunakan EOG,
perubahan tonus otot menggunakan EMG, dan aktivitas listrik otak menggunakan
EEG. Klien dapat memekai Actigraph pada pergelangan tangan untuk mengukur pola
tidur selama jangka waktu tertentu. Data Actigraphy memberika informasi waktu
tidur, efisiensi tidur, jumlah durasi waktu jaga, serta tingkat aktivitas dan istirahat
DAFTAR PUSTAKA
Cairan Dan Elektrolit Di Ruang Komodo Rsud Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang. Kupang.
Hidayat & Uliyah. 2015. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Edisi 2. Jakarta: Salemba
medika.
Harnawatiaj.2008.Keseimbangan Cairan dan Elektrolit, (Diakses 24 April 2010)
Mubarak, Wahid.I & Chayatin, NS.Nurul..2008.”Kebutuhan Dasar Manusia”. Jakarta: EGC.
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar