Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN ELEKTROLIT DAN


KESEIMBANGAN CAIRAN ELEKTROLIT

BAB I
PENDAHALUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar
(milieu exterior) dan sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang berupa darah
dan cairan tubuh lainnya. Cairan dalam tubuh, termasuk darah, meliputi lebih kurang
60% dari total berat badan laki-laki dewasa. Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat
makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh sel untuk hidup, berkembang dan
menjalankan tugasnya.
Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik sangat dipengaruhi oleh
lingkungan di sekitarnya. Semua pengaturan fisiologis untuk mempertahankan
keadaan normal disebut homeostasis. Homeostasis ini bergantung pada kemampuan

1
tubuh mempertahankan keseimbangan antara subtansi-subtansi yang ada di milieu
interior.
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting,
yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal mengontrol
volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan
mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan
cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam
dan urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal
dari air dan garam tersebut.
Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa
dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion karbonat dalam urine sesuai
kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah
paru-paru dengan mengekskresikan ion hidrogen dan CO2, dan sistem dapar (buffer)
kimi dalam cairan tubuh.

2
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana seorang bidan mengetahui tentang pemenuhan cairan dan elektrolit dan cara
mengatasinya.

1.3. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Asuhan Kebidanan pada jurusan D3 Kebidanan Semester II di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKES) Tri Mandiri Sakti Bengkulu

3
BAB II
PEMBAHASAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT


A. Pengertian
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh
tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan
salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit
melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah
larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah
zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika
berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan,
minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air
tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan
elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka
akan berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan
cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di
seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel
dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial
dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem
vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan
traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler,
dan sekresi saluran cerna.
B. Komposisi Cairan Tubuh
Telah disampaikan pada pendahuluan di atas bahwa cairan dalam tubuh
meliputi lebih kurang 60% total berat badan laki-laki dewasa. Prosentase cairan tubuh
ini bervariasi antara individu, sesuai dengan jenis kelamin dan umur individu tersebut.
Pada wanita dewasa, cairan tubuh meliputi 50% dari total berat badan. Pada bayi dan
anak-anak, prosentase ini relatif lebih besar dibandingkan orang dewasa dan lansia.
Cairan tubuh menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel. 2/3 bagian dari
cairan tubuh berada di dalam sel (cairan intrasel/CIS) dan 1/3 bagian berada di luar sel
(cairan ekstrasel/CES). CES dibagi cairan intravaskuler atau plasma darah yang
4
meliputi 20% CES atau 15% dari total berat badan; dan cairan intersisial yang
mencapai 80% CES atau 5% dari total berat badan. Selain kedua kompatmen tersebut,
ada kompartmen lain yang ditempati oleh cairan tubuh, yaitu cairan transel. Namun
volumenya diabaikan karena kecil, yaitu cairan sendi, cairan otak, cairan perikard, liur
pencernaan, dll. Ion Na+ dan Cl- terutama terdapat pada cairan ektrasel, sedangkan ion
K+ di cairan intrasel. Anion protein tidak tampak dalam cairan intersisial karena
jumlahnya paling sedikit dibandingkan dengan intrasel dan plasma.
Perbedaan komposisi cairan tubuh berbagai kompartmen terjadi karena adanya
barier yang memisahkan mereka. Membran sel memisahkan cairan intrasel dengan
cairan intersisial, sedangkan dinding kapiler memisahkan cairan intersisial dengan
plasma. Dalam keadaan normal, terjadi keseimbangan susunan dan volume cairan
antar kompartmen. Bila terjadi perubahan konsentrasi atau tekanan di salah satu
kompartmen, maka akan terjadi perpindahan cairan atau ion antar kompartemen
sehingga terjadi keseimbangan kembali
C. Proses Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Cairan dan elektrolit sangat berguna dalam mempertahankan fungsi tubuh
manusia. Kebutuhan dasar elektrolit dan cairan bagi manusia berbeda-beda sesuai
dengan tingkat usia seseorang, seperti bayi mempunyai kebutuhan cairan yang
berbeda dengan usia dewasa.
Kebutuhan cairan sangat diperlukan tubuh dalam mengangkut zat makanan ke
dalam sel, sisa metabolism sebagai pelarut elektrolit dan elektrolit, memelihara suhu
tubuh, mempermudah eliminasi dan membantu pencernaan. Disamping kebutuhan
cairan, elektrolit (natrium, kalium, kalsium, klorida dan fosfat) sangat penting untuk
menjaga kesetimbangan asam-basa, konduksi saraf, dan elektrolit dapat
mempengaruhi system organ tubuh terutama ginjal. Untuk mempertahankan kondisi
cairan dan elektrolit dalam keadaan seimbang, maka pemasukan harus cukup sesuai
dengan kebutuhan. Prosedur pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam
pelayanan keperawatan dapat dilakukan melalui per – oral atau intravena.

5
D. Tujuan Prosedur Pemenuhan Cairan dan Elektrolit
1. Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit
2. Infus pengobatan dan pemberian nutrisi
E. Presentase Total Cairan dan Elektrolit
Presentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan
tergantung pada beberapa hal antara lain :
a. Umur
b. Kondisi lemak tubuh
c. Sex
Perhatikan Uraian berikut ini :
1. Bayi (baru lahir) 75 %
2. Dewasa :
a. Pria (20-40 tahun) 60 %
b. Wanita (20-40 tahun) 50 %
3. Usia Lanjut 45-50 %
Pada orang dewasa kira-kira 40 % baerat badannya atau 2/3 dari TBW-
nya berada di dalam sel (cairan intraseluler/ICF), sisanya atau 1/3 dari
TBW atau 20 % dari berat badannya berada di luar sel (ekstraseluler) yaig
terbagi dalam 15 % cairan interstitial, 5 % cairan intavaskuler dan 1-2 %
transeluler.
F. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Kebutuhan cairan elektrolit dalam tubuh dipengaruhi oleh faktor-faktor:
 Usia perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh serta aktivitas organ,
sehingga dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit.
 Temperatur yang tinggi menyebabkan proses pengeluaran cairan melalui keringat
cukup banyak, sehingga tubuh akan banyak kehilangan cairan.
 Diet apabila tubuh kekurangan zat gizi, maka tubuh akan memecah cadangan
makanan yang tersimpan dalam tubuh sehingga terjadi pergeerakan cairan dari
interstisial ke interseluler, yang dapat berpengaruh pada jumlah pe:menuhan
kebutiuhan cairan.
 Stres dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, melalui
proses peningkatan produksi ADH, karena pada proses ini dapat meningkatkan

6
metabolisme sehingga mengakibatkan terjadinya glikolisis otot yang dapat
menimbulkan retensi natrium dan air.
 Sakit pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk
HC03 plasma pH Plasma paC02 Plasma Gangguan Asam-Basa, Seperti:
Meningkat dan menurunnya asidosis respiratorik,menurun menurun menurun
asidodsis metabolik,menurun meningkat menurun alkalosis respiratorik,meningkat meningkat
meningkat alkalosis metabolik. memperbaikinya sel membutuhkan proses pemenuhan
kebutuhan cairan yang cukup. Keadaan sakit menimbulkan ketidakscimbangan sistem dalam
tubuh seperti ketidakseimbangan hormonal yang dapat mengganggu keseimbangan
keebutuhan cairan

G. Jenis - Jenis Cairan Infus


Cairan hipotonik: osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum
(konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum,
dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan “ditarik” dari dalam pembuluh
darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah
ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada
keadaan sel “mengalami” dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam
terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan
ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba
cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan
peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya
adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
Cairan Isotonik: osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum
(bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah.
Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh,
sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload
(kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi.
Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam
fisiologis (NaCl 0,9%).
Cairan hipertonik: osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga
“menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah.
Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi
edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya

7
Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%
+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.

Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya:


Kristaloid: bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan (volume
expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan berguna pada pasien
yang memerlukan cairan segera. Misalnya Ringer-Laktat dan garam fisiologis.
Koloid: ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan keluar dari
membran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik, dan
dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya adalah albumin dan steroid.
Asering
Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut, demam
berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.
Komposisi:
Setiap1 liter asering mengandung:
·         Na 130 mEq
·         K 4 mEq
·         Cl 109 mEq
·         Ca 3 mEq
·         Asetat (garam) 28 mEq

Keunggulan:
·         Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami
gangguan hati
·         Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik
dibanding RL pada neonatus
·         Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada anestesi
dengan isofluran
·         Mempunyai efek vasodilator
·         Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000 ml RA,
dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko memperburuk
edema serebral

8
KA-EN 1B
Indikasi:
·         Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus
emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)
·         Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya 300-
500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak
·         Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam
KA-EN 3A & KA-EN 3B
Indikasi:
·         Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan supan oral
terbatas
·         Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
·         Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
·         Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
KA-EN MG3
Indikasi :
·         Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral
terbatas
·         Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
·         Mensuplai kalium 20 mEq/L
·         Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L
KA-EN 4A
Indikasi :
·         Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
·         Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai kadar
konsentrasi kalium serum normal
·         Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi (per 1000 ml):
·         Na 30 mEq/L
·         K 0 mEq/L
·         Cl 20 mEq/L
·         Laktat 10 mEq/L
9
·         Glukosa 40 gr/L
KA-EN 4B
Indikasi:
·         Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun
·         Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko hipokalemia
·         Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi:
·         Na 30 mEq/L
·         K 8 mEq/L
·         Cl 28 mEq/L
·         Laktat 10 mEq/L
·         Glukosa 37,5 gr/L
Otsu-NS
Indikasi:
·         Untuk resusitasi
·         Kehilangan Na > Cl, misal diare
·         Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum, insufisiensi
adrenokortikal, luka bakar)

Otsu-RL
Indikasi:
·         Resusitasi
·         Suplai ion bikarbonat
·         Asidosis metabolik

MARTOS-10
Indikasi:
·         Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetik
·         Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi berat,
stres berat dan defisiensi protein
·         Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam
·         Mengandung 400 kcal/L

10
AMIPAREN
Indikasi:
·         Stres metabolik berat
·         Luka bakar
·         Infeksi berat
·         Kwasiokor
·         Pasca operasi
·         Total Parenteral Nutrition
·         Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit

AMINOVEL-600
Indikasi:
·         Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
·         Penderita GI yang dipuasakan
·         Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca operasi)
·         Stres metabolik sedang
·         Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)

PAN-AMIN G
Indikasi:
·         Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan
·         Nitrisi dini pasca operasi
·         Tifoid

H)     Tindakan untuk mengatasi masalah/gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit


Pemberian Cairan Melalui Per-Oral atau Intravena (infus)
Tindakan keperawatan ini dilakukan pada klien yang memerlukan masukan cairan
melalui intravena (infus). Pemberian infus dapat diberikan pada pasien yang mengalami
pengeluaran cairan/nutrisi yang berat. Tindakan ini memerlukan kesterilan mengingat
langsung berhubungan dengan pembuluh darah.
Pemberian cairan melalui infus dengan memasukkan ke dalam vena (pembuluh darah
pasien) diantaranya vena lengan (vena cefalisa basilica dan medianan cubitti) atau vena
yang ada di kepala seperti vena temporalis frontalis (kusus untuk anak-anak). Selain
11
pemberian infus pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan juga dapat dilaukan
pada pasien yang shock, Intoksikasi berat, pra dan pasca bedah, sebelum tranfusi darah
atau pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu.

I)        Langkah/Prosedur
a.      Alat
§  Baki yang telah dialasi
§  Perlak dan pengalasnya
§  Pengalas (handuk kecil)
§  Bengkok
§  Tiang infus
§  Sarung tangan
§  Tourniquet
§  Kapas alcohol
§  Cairan infus sesuai dengan program akademik
§  Infus set
§  Abocat
§  Plaster
§  Kassa steril
§  Gunting plaster
§  Betadine
b.      Persiapan Pasien
§  Identifikasi pasien
§  Memberitahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
§  Menyiapkan lingkungan
§  Mengobeservasi reaksi pasien
§  Pasang penutup tirai
§  Atur posisi pasien senyaman mungkin
§  Pasang perlak dan pengalasnya dibawah daerah yang akan dipasang infus

c.       Langkah –Langkah


§  Mencuci tangan
§  Pakai sarung tangan
§  Gantungkan flatboth pada tiang infus
12
§  Buka kemasan steril infus set
§  Atur klem rol sekitar 2-4 cm dibawah bilik drip dan tutup klem yang ada pada
saluran infus
§  Tusukkan pipa sauran infus kedalam botol cairan dan tabung tetesan diisi
setengan dengan cara memencet tabung tetesan infus.
§  Buka klem dan alirkan cairan keluar sehingga tidak ada udara pada slang infus
lalu tutup kembali/klem.
§  Cari dn pilih vena yang akan dipasang infus
§  Letakkan tourniquet 10-12 cm diatas tempat yang akan ditusuk
§  Disinfeksi daerah pemasangan dengan kapas alcohol 70% secara sirkular.
§  Tusukkan jarum abocath ke vena dengan lubang jarum mengahadap keatas (bila
berhasil darah akan keluar dan dapat dilihat pada pipa abocath)
§  Dorong prlan-pelan abocath masuk kedalam vena sambil menarik pelan-pelan
jarum abocath sehingga senua plastic abocath masuk semua ke dalam vena.
§  Sambungkan segera abocath dengan selang infus
§  Lepaskan tourniquet dan longgarkan tourniquet untuk melihat kelancaran tetesan.
§  Bila tetesan sudah lancer, pangkal jarum direkatkan pada kulit dengan plaster.
§  Atur tetsan sesuai kebutuhan
§  Tutup tempat tusukan dengan kassa steril dan kasih plester
§  Bereskan alat dan lepas sarung tangan
§  Cuci tangan
§  Dokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan.

Rumus Menghitung Tetes Infus


MACRO = 1 cc = 20 tts/mnt
·         Tetes Infus Macro
tts/mnt = jmlh cairan X 20 / lama infus X 60
·         Lama Infus Macro
lama infus = (jmlh cairan X 20) / (tts/mnt X 60)

MICRO = 1 cc = 60 tts/mnt
·         Tetes Infus Micro
tts/mnt = (jmlh cairan X 60) / (lama Infus X 60)

13
·         Lama Infus Micro
lama infus = (jmlh cairan X 60) / (tts/mnt X 60)

J)       Asuhan Keperawatan Untuk Kekurangan Volume Cairan


Diagnosa keperawatan = kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan
aktif cairan gastrointestinal melalui muntah.
HASIL YANG
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
DIHARAPKAN
Klien ·   Tanda-tanda vital
memiliki normal dalam 24 ·   Dorong dan ukur ·   Menelan caiaran yang
keseimbangan jam sejumlah kecil asupan sedikit dapat mencegah
cairan ·   Berat badan cairan yang rasa ingin muntahyang
elektrolit dan kembali stabil mengandung lebih lanjut. Cairan yang
asam basa ·   Keluaran urine elektrolit. mengandung elektrolit
dalam 48 jam meningkat mencegah kehilangn
(70ml/jam). cairan lebih lanjut (home
·   Berat jenis urine et al, 1991)
menurun (1,030).
·   Menelan air murni
·   Anjurkan klien untuk menyebabkan
·   Klien memiliki tidak minum air peningkatan natrium
turgor yang murni. didalam lambung karena
elastic. tubuh berupaya untuk
·   Klien membuat air isotonic
menyatakan sehingga dapat terjadi
bahwa ia tidak absorpsi.
merasa haus atau
lemah ·   Jka muntah sebelum
·   Klien memiliki ·   Beri antiematik cairan IV diabsorpsi,
membran mukosa parenteral per maka kehilangan air dan
yang lembap program dokter elektrolit dapat lebih
·   Kilien tidak banyak.
muntah

14
·   Hal ini mencegah
·   Modifikasi terstimulasinya pusat
lingkungan untuk muntah di otak
meminimalkan Gerakan cepat dan
stimulasi yang dapat mendadak menstimulasi
meangsang muntah.
muntah(mis,
minimalkan aroma tak ·   Hal ini memungkinkan
sedap) cairan dan elektrolit
·   Perbanyak tirah yang hilang di gantikan
baring dalam jumlah yang tepat
·   Cairan ini akan
menggantikan cairan
yang hilang akibat
·   Ukur jumlah muntah. muntah dalam jumlah
yang tepat.

·   Ukur jumlah keluaran


cairan dan banyaknya
dieresis.

·   Implementasikan
program yang telah
ditetapkan oleh dokter
. untuk memberi
cairan parenteral yang
mengandung elektrolit
jika klien muntah
dalam jangka waktu
lama. Ukur caiaran
asupan ini.

15
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN INJEKSI INTRA VENA
DI RUANG FLAMBOYAN RS. M. YUNUS BENGKULU

DISUSUN OLEH :
NAMA : RAHMAWATI ISNAENI

TINDAKAN KEPERAWATAN
INJEKSI INTRA VENA

Nama : Ny. A
Umur : 57 tahun
Diagnose : Gangren

A)     PROSES KEPERAWATAN


DS : - Klien mengatakan perutnya mual dan sering sakit kepala
-       Nafsu makan berkurang
DO : - Pasien tampak lemah
-       Pasien kurang minum
-       Bibirnya kering
Input : 1000 ml/hari Output : 50 ml/hari

B)     DIAGNOSA KEPERAWATAN


Gangguan cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
C)     TUJUAN KHUSUS
a.      Kebutuhan cairan terpenuhi
b.      Klien tidak merasa mual lagi
c.       Nafsu makan meningkat/kembali normal
D)     TINDAKAN KEPERAWATAN
Injeksi intra Vena

16
PROSEDUR KERJA
1.      Persiapan Alat
Ø  Baki berisi
-    Kapas alkohol
-    Kapas kering
-    Spuit 3 cc/5 cc
-    Obat
-    Handskun
-    Bengkok

2.      Langkah –Langkah


Ø  Cuci tangan
Ø  Inform Consent
Ø  Mengecek obat dan dosisnya
Ø  Memasukkan obat kedalam spuit
Ø  Gunakan handskun
Ø  Disinfeksi daerah yang akan ditusuk
Ø  Melakukan injeksi di karet selang infus
Ø  Klaim infus
Ø  Cuci tangan
Ø  Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

17
STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN PERAWATAN
A)     Orientasi
Salam terapetik
Asssalamu’alaikum bu, saya Suharti Mahasiswa TMS, kita masukin obat dulu ya, supaya ibu
cepat sembuh. Agak sakit sedikit jadi mohon ditahan ya bu.

B)     Evaluasi Validasi


Bagaimana keadaan ibu sekarang? Bagaimana nafsu makannya dan masih mual dak??
Kontak
-          Topic : Pemberian obat melalui injeksi intra vena
-          Waktu : 24.00/23-6-2011
-          Tempat : Ruang Flamboyan

C)     Kerja
ü  Evaluasi respon pasien terhadap tindakan keperawatan
Klien mendengar dan mengikuti instruksi perawat

ü  Evaluasi Subjektif
Klien mengatakan setelah diberi obat dengan injeksi intra vena ia merasa agak baikan.

ü  Evaluasi Objektif
Kondisi pasien sedikit membaik
Tidak terjadi reaksi alergi setelah obat dimasukkan

ü  Tindak lanjut pasien


Pasien mengikuti instruksi yang telah diberikan oleh perawat

ü  Terminasi
Bu, obatnya sudah saya injeksikan, apabila ada keluhan, keluarga ibu bisa panggil saya
diruang perawat. Permisi bu, semoga lekas sembuh.

18
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting, yaitu: volume
cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel
dengan mempertahankan keseimbangan garan dan mengontrol osmolaritas ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan
mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi
asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Ginjal juga turut berperan
dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen
dan ion bikarbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam
keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengeksresikan ion hidrogen dan CO2
dan sistem dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.
Daftar Pustaka
Alimul Hidayat, Azis. 2005. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC
Barbara Kozier, Fundamental Of Nursing Concept, Process and Practice, Fifth Edition,
Addison Wsley Nursing, California, 1995
Dolores F. Saxton, Comprehensive Review Of Nursing For NCLEK-RN, Sixteenth Edition,
Mosby, St. louis, Missouri, 1999.
Sylvia Anderson Price, Alih : Peter Anugerah, Pathofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit, Edisi kedua, EGC, Jakarta, 1995.

19

Anda mungkin juga menyukai