Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA GANGGUAN
KESEIMBANGAN
CAIRAN DAN ELEKTROLIT

I. Kontrak Pembelajaran
1. Standar Kompetensi
a. Pembelajaran teori
Setelah menyelesaikan mata kuliah ini diharapkan mahasiswa mampu
memahami teori, konsep cairan dan elektrolit.
b. Pembelajaran aplikatif
Mampu menangani gangguan-gangguan pada keseimbangan cairan dan
elketrolit dalam proses keperawatan sebagai metode pemecahan masalah
dalam keperawatan
2. Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat memahami tentang gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit.

3. Indikator
Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan:
a. Mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit.
b. Mampu melakukan menghitung kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh.
c. Mampu melakukan keterampilan menghitung tetesan infus.
d. Mampu melakukan keterampilan memasang infus.
e. Mampu melakukan keterampilan memasang transfusi darah.

II. Pokok Bahasan

A. Cairan dan Elektrolit


1. Pengertian

Ilmu Keperawatan Dasar Page 175


Keseimbangan cairan dan Elektrolit
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi
tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah
merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan
elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan
tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik
yang disebut ion jika berada dalam larutan.
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman,
dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan
cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan
elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling
bergantung satu dengan yang lainnya jika salah satu terganggu maka akan
berpengaruh pada yang lainnya. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar
yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler.
Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh,
sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari
tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan
transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler,
cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan
traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan
intraokuler, dan sekresi saluran cerna.

2.  Volume dan Distribusi Cairan Tubuh


a. Volume cairan tubuh
                 Total jumlah volume cairan tubuh (total body water/TBW) kira-kira 60% dari
berat badan pria dan 50% dari berat badan wanita. Jumlah volume ini tergantung
pada kandungan lemak badan dan usia. Lemak jaringan sangat sedikit menyimpan
cairan, dimana lemak pada wanita lebih banyak dari pria sehingga jumlah volume
cairan lebih rendah dari pria. Usia juga berpengaruh terhadap TBW dimana makin
tua usia makin sedikit kandungan airnya. Sebagai contoh;

Karakteristik Volume Cairan Tubuh (Total Body


Water/TBW)
Bayi baru lahir 70%-80% dari Berat Badan
Usia 1 tahun 60% dari Berat Badan
Pubertas s.d usia 39
tahun:
a. Pria 60% dari Berat Badan
b. Wanita 52% dari Berat Badan
Usia 40 s.d 60 tahun :
a. Pria 55% dari Berat Badan
b. Wanita 47% dari Berat Badan
Usia diatas 60 tahun:
a. Pria 52% dari Berat Badan
b. Wanita 46% dari Berat Badan
b. Sumber air tubuh

Sumber Jumlah
Air minum 1.500 – 2.000 ml/hari

Ilmu Keperawatan Dasar Page 176


Keseimbangan cairan dan Elektrolit
Air dalam makanan 700 ml/hari
Air dari hasil metabolisme tubuh 200 ml/hari
Jumlah 2.400 – 2.900 ml/hari

Air memiliki molekul yang kecil, sangat mudah berdifusi dan bersifat polar
(senyawa elektron) sehingga berkohesi satu dengan yang lainnya membentuk
benda cair. Fungsi vital air adalah pelarut yang sangat baik karena molekulnya
dapat bergabung dengan protein, hidrat arang, gula, dan zat yang terlarang lainnya.
Dalam homeostatis jumlah air tubuh selalu diupayakan konstan karena air tubuh
yang keluar akan sama dengan jumlah air yang masuk.

c. Distribusi cairan
Total cairan tubuh bervariasi menurut umur, berat badan (BB) dan jenis
kelamin. Jumlah cairan tergantung pada jumlah lemak tubuh, lemak tubuh tidak
berair, jadi semakin banyak lemak maka semakin kurang cairan. Air adalah
komponen tubuh yang paling utama. Air merupakan pelarut bagi semua zat
terlarut dalam tubuh baik dalam bentuk suspensi maupun larutan. Air tubuh total
(Total Body Water/TBW) yaitu presentase dari berat air dibandingkan dengan berat
badan total, bervariasi menurut jenis kelamin, umur, dan kandungan lemak tubuh.
Pada orang dewasa 60% dari berat badan adalah air (air dan elektrolit).
Cairan tubuh terdapat dalam dua kompartemen cairan : cairan intraseluler
(cairan dalam sel) dan ruang ekstraseluler (cairan di luar sel). Kurang lebih dua
pertiga (2/3) dari cairan tubuh berada dalam kompartemen cairan intraseluler, dan
kebanyakan terdapat pada masa otot skelet. Pada orang dewasa cairan intraseluler
±25 liter dengan ukuran rata-rata atau ±40 % BB. Kompartemen ekstraseluler dibagi
menjadi ruang intravaskuler, interstisiel, dan transeluler. Cairan ekstraseluler di
dalam tubuh berjumlah sepertiga (1/3) dari TBW (Total Body Water) atau sekitar
20% BB. Ruang intravaskuler (cairan dalam pembuluh darah) mengandung plasma
(5%). Kurang lebih 3 liter dari rata-rata 6 liter cairan darah terdiri dari plasma, tiga
liter sisanya terdiri dari eritrosit, leukosit, dan trombosit. Ruang interstisiel
mengandung cairan yang mengelilingi sel dan berjumlah sekitar 8 liter pada orang
dewasa. Cairan ini terletak di antara sel sebanyak 15%. Limfe merupakan contoh
cairan interstisiel. Ruang transeluler merupakan bagian terkecil dari cairan
ekstraseluler yang mengandung ±1 liter cairan setiap waktu (1% sampai 2% BB).
Contoh dari cairan transeluler adalah cairan serebrospinal, pericardial, sinovial,
intraocular, dan pleural, keringat serta sekresi pencernaan.
Cairan ekstraseluler (CES) mengelilingi dan dapat masuk ke dalam sel,
membawa bahan-bahan yang diperlukan untuk metabolisme dan pertumbuhan sel
dari saluran pencernaan dan paru-paru, kemudian mengangkat sampah bekas
metabolisme ke paru-paru, hepar, ginjal untuk dibuang. Sebagai contoh plasma
membawa oksigen dalam hemoglobin sel darah merah dari paru dan membawa
glukosa dari gastrointestinal ke kapiler. Oksigen dan glukosa berpindah melintasi
membran kapiler ke ruang interstisiel kemudian melintasi membran sel ke dalam
sel. Plasma juga akan membawa produk sampah seperti karbondioksida dari sel ke
paru dan sampah metabolik ke ginjal.
Cairan intestisiel merupakan bagian terbesar dari cairan ekstraseluler dan
berhubungan erat dengan plasma. Cairan ini dipisahkan dengan plasma oleh
selaput kapiler, yang dapat dilalui oleh semua bahan kecuali sel-sel dan molekul

Ilmu Keperawatan Dasar Page 177


Keseimbangan cairan dan Elektrolit
protein yang besar. Kurang lebih 93 % dari plasm adalah air, terlarut di dalamnya
sel-sel darah merah, darah putih dan trombosit.
Cairan yang bersirkulasi di seluruh tubuh dalam ruang cairan intrasel dan
ekstrasel mengandung elektrolit, mineral dan sel. Elektrolit merupakan sebuah
unsur atau senyawa, yang jika melebur atau larut di dalam air atau pelarut lain,
akan pecah menjadi ion dan mampu membawa muatan listrik. Elektrolit yang
mempunyai muatan positif disebut kation dan yang bermuatan negatif disebut
anion. Konsentrasi setiap elektrolit di dalam cairan intrasel dan ekstrasel berbeda,
namun jumlah total anion dan kation dalam setiap kompartemen cairan harus
sama. Elektrolit sangat penting pada banyak fungsi tubuh, termasuk
neuromuskuler dan keseimbangan asam basa.
Mineral, yang dicerna sebagai senyawa, biasanya dikenal dengan nama
logam, non-logam, radikal atau fosfat, bukan dengan nama senyawa, yang mana
mineral tersebut menjadi bagian di dalamnya. Mineral merupakan unsur semua
jaringan dan cairan tubuh serta penting dalam mempertahankan proses fisiologis.
Mineral juga bekerja sebagai katalis dalam respon syaraf, kontraksi otot, dan
metabolisme zat gizi yang terdapat dalam makanan serta mengatur keseimbangan
elektrolit dan produksi hormon, menguatkan struktur tulang. Sel merupakan unit
fungsional dasar dari semua jaringan hidup. Contoh sel adalah sel darah merah
(SDM) dan sel darah putih (SDP).
Cairan tubuh normalnya berpindah antara kedua kompartemen atau ruang
utama dalam upaya untuk mempertahankan keseimbangan antara kedua ruang
tersebut. Kehilangan cairan tubuh dapat mengganggu keseimbangan ini.
Secara ringkas kompartemen cairan dibagi menjadi dua kompartemen
utama, yaitu:
1) Cairan intraseluler (CIS)
CIS adalah cairan yang terkandung di dalam sel. Pada orang dewasa, kira-
kira dua per tiga dari cairan tubuh adalah intraseluler, sama kira-kira 25 L
pada rata-rata pria dewasa (70 Kg). sebaliknya, hanya setengah dari cairan
tubuh bayi adalah cairan intraseluler.
2) Cairan ekstraseluler (CES)
CES adalah cairan di luar sel. Ukuran relatif dari CES menurun dengan
meningkatnya usia. Pada bayi baru lahir, kira-kira setengah cairan tubuh
terkandung di dalam CES. Setelah usia satu tahun, volume relatif CES
menurun sampai kira-kira sepertiga dari volume total. CES dibagi
menjadi:
a) Cairan interstisiel (CIT)
Cairan ini berada di sekitar sel. Cairan limfe termasuk dalam volume
interstisial. Volume CIT kira-kira sebesar dua kali lebih besar pada bayi
baru lahir dibanding orang dewasa.
b) Cairan intravaskuler (CIV)
Cairan yang terkandung dalam pembuluh darah. Volume relatif dari
CIV sama pada orang dewasa dan anak-anak. Rata-rata volume darah
orang dewasa kira-kira 5-6 L, 3 L dari jumlah itu adalah plasma,
sisanya 2-3 L terdiri dari sel darah merah (SDM), sel darah putih (SDP)
dan trombosit.
c) Cairan transeluler (CTS)
Cairan yang terdapat di dalam rongga khusus dari tubuh. Cairan CTS
meliputi cairan cerebrospinal, pericardial, pleural, sinovial, cairan
intraokular dan sekresi lambung. Sejumlah besar cairan ini dapat

Ilmu Keperawatan Dasar Page 178


Keseimbangan cairan dan Elektrolit
bergerak ke dalam dan ke luar ruang transeluler setiap harinya.
Contoh, saluran gastrointestinal (GI) secara normal mensekresi dan
mereabsopsi sampai 6-8 L per hari.

Secara skematis Jenis dan jumlah cairan tubuh dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 11.1. Skema jenis dan jumlah cairan tubuh

Tabel 11.1. Distribusi Cairan Tubuh


Kompartemen (%) terhadap BB Volume (Liter)
CIS 40 28
CES 20 14
- Interstitial (15) (11)
- Intravaskuler (5) (3)

Keterangan :
- Untuk laki-laki dengan berat badan 70 Kg
 Sebenarnya ada kompartemen CES lain, yaitu : limfe & cairan transeluler.
Cairan transelular hanya 1-2 % BB, meliputi cairan sinovial, pleura,
intraokuler, dll.

Ilmu Keperawatan Dasar Page 179


Keseimbangan cairan dan Elektrolit
Tabel 11.2. Nilai Rata-Rata Cairan Ekstraseluler (CES) Dan Cairan Intraseluler (CIS)
Pada Dewasa Normal Terhadap BB
Usia (Tahun) CES (% BERAT BADAN) CIS (% BERAT
BADAN)
Pria :
1. 20-39 tahun 26,7 33,9
2. 40-59 tahun 23,3 31,4
3. > 59 tahun 25,3 26,2
Wanita :
1. 20-39 tahun 25,1 25,1
2. 40-59 tahun 23,3 23,4
3. > 59 tahun 23,9 21,6

3. Fungsi cairan
1) Sarana untuk mengangkut zat-zat makanan ke sel-sel
2) Mengeluarkan buangan-buangan sel
3) Mmbentu dalam metabolisme sel
4) Sebagai pelarut untuk elektrolit dan non elektrolit
5) Membantu memelihara suhu tubuh
6) Membantu pencernaan
7) Mempemudah eliminasi
a. Mengangkut zat-zat seperti (hormon, enzim, sel darah putih, sel darah
merah)

4.  Keseimbangan cairan


Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake atau masukan cairan dan
pengeluaran cairan. Pemasukan cairan berasal  dari  minuman dan makanan.
Kebutuhan cairan setiap hari antara 1.800-2.500ml/hari. Sekitar 1.200 ml berasal
dari minuman dan 1.000 ml dari makanan. Sedangkan  pengeluaran cairan  melalui
ginjal dalam bentuk urin 1.200-1.500 ml/hari, feses 100 ml, paru-paru 300-500 ml
dan kulit 600-800 ml.
Prinsip dasar keseimbangan cairan:
a. Air bergerak melintasi membran sel karena osmolaritas cairan
interseluler  dan ekstraseluler tetapi hampir sama satu sama lain kecuali
beberapa menit setelah perubahan salah satu kompartemen.
b. Membran sel hampir sangat impermeabel terhadap banyak zat terlarut
karena jumlah osmol dalam cairan ekstraseluler atau  intraseluler tetapi
konstan, kecuali jika zat terlarut ditambahkan atau dikurangi dari
kompartemen ekstraseluler. Dengan kondisi ini kita dapat menganalisis efek
berbagai kondisi cairan abnormal terhadap volume dan osmolaritas cairan
ekstraseluler dan osmolaritas cairan intraseluler.  

5. Komposisi Cairan Tubuh

Ilmu Keperawatan Dasar Page 180


Keseimbangan cairan dan Elektrolit
Semua cairan tubuh adalah air larutan pelarut, substansi terlarut (zat terlarut)
a. Air
Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia. Rata-rata pria Dewasa hampir
60% dari berat badannya adalah air dan rata-rata wanita mengandung 55% air dari
berat badannya.
b. Solut (terlarut)
Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat terlarut)
elektrolit dan non-elektrolit.
c. Elektrolit : Substansi yang berdiasosiasi (terpisah) di dalam larutan dan akan
menghantarkan arus listrik. Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif dan
negatif dan diukur dengan kapasitasnya untuk saling berikatan satu sama
lain(miliekuivalen/liter). Jumlah kation dan anion, yang diukur dalam
miliekuivalen, dalam larutan selalu sama. mol/L) atau dengan berat molekul
dalam garam (milimol/liter, mEq/L)
Kation : ion-ion yang mambentuk muatan positif dalam larutan. Kation
ekstraselular utama adalah natrium (Na˖), sedangkan kation intraselular utama
adalah kalium (K˖). Sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang
memompa natrium ke luar dan kalium ke dalam
Anion : ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam larutan. Anion
ekstraselular utama adalah klorida (Clˉ), sedangkan anion intraselular utama
adalah ion fosfat (PO4ɜ).
Karena kandungan elektrolit dari palsma dan cairan interstisial secara esensial
sama (lihat Tabel. 1-2), nilai elektrolit plasma menunjukkan komposisi cairan
ekstraselular, yang terdiri atas cairan intraselular dan interstisial. Namun
demikian, nilai elektrolit plasma tidak selalu menunjukkan komposisi elektrolit
dari cairan intraselular. Pemahaman perbedaan antara dua kompartemen ini
penting dalam mengantisipasi gangguan seperti trauma jaringan atau
ketidakseimbangan asam-basa. Pada situasi ini, elektrolit dapat dilepaskan dari
atau bergerak kedalam atau keluar sel, secara bermakna mengubah nilai
elektrolit palsma.
d. Non-elektrolit : Substansi seperti glokusa dan urea yang tidak berdisosiasi
dalam larutan dan diukur berdasarkan berat (miligram per 100 ml-mg/dl).
Non-elektrolit lainnya yang secara klinis penting mencakup kreatinin dan
bilirubin.
Tabel 11.3. Unsur Utama Kompartemen Cairan Tubuh
Berat INTRA EKSTRASELULER
Unsur
Gram- SELULER Intravaskuler Interstitial
Elektrolit
molekul
Natrium 23,0 10 145 142
(mEq/L)
Kalium 39,1 140 4 4
Kalsium 40,1 <1 3 3
Magnesium 24,3 50 2 2
Klorida 35,5 4 105 110
Bikarbonat 61,0 10 24 28
Fosfat 31,0 75 2 2
Protein (g/dl) 16 7 2
TABEL 11.4 Intake dan Outut Rata-rata Harian
INTAKE (RANGE) OUTPUT (RANGE)
AIR (ml)

Ilmu Keperawatan Dasar Page 181


Keseimbangan cairan dan Elektrolit
1. Air minum = 1400-1800 1. Urine = 1400-1800
2. Air dalam = 7000-1000 2. Feces = 100
makanan
3. Air hasil oksidasi = 300-400 3. Kulit = 300-500
4. Paru-paru = 600-800
TOTAL = 2400-3200 TOTAL = 2400-3200
Natrium (mEq) = 70 (50-100)  Urine = 65 (50-100)
 Feces = 5 (2-20)
Kalium (mEq) = 100 (50-120)  Urine = 90 (50-120)
 Feces = 10 (2-40)
Magnesium (mEq) = 30 (5-60)  Urine = 10 (2-20)
 Feces = 20 (2-50)
Kalsium (mEq) = 15 (2-50)  Urine = 3 (0-10)
 Feces = 12 (2-30)
Protein (g) = 55 (30-80)
Nitrogen (g) = 8 (4-12)
Kalori = 1800-3000
 Catatan : Kehilangan cairan melalui kulit (difusi) & paru disebut Insensible
Water Loss (IWL)
 Bila ingin mengetahui “Insensible Water Loss (IWL)” maka dapat
menggunakan penghitungan sebagai berikut :
a) Dewasa = 15 cc/kg BB/hari
b) Anak = (30 – usia (th)) cc/kg BB/hari
Jika ada kenaikan suhu :
IWL = 200 (suhu badan sekarang – 36.8C)
(Dari Iwasa M, Kogoshi S. Fluid Therapy. Bunko do, 1995. P 8.)

Tabel 11.5 Jumlah Kehilangan Air Dan Elektrolit Per 100 Kcal Bahan Metabolik
Dalam Keadaan Normal Maupun Sakit
KEADAAN NORMAL KEADAAN SAKIT
CARA
H2O Na K H2O Na K
HILANG
(ml) (mEq) (mEq) (ml) (mEq) (mEq)
Evaporasi
1. Paru 15 0 0 10-60 0 0
2. Kulit 40 0,1 0,2 20-100 0,1-3,0 0,2-1,5
Tinja 5 0,1 0,2 0-50 0,1-4,0 0,2-3,0
Air Kemih 65 3 0,2 0-400 0-30,0 0-30,0
TOTAL 125 3,2 2,4

6. Faktor yang memengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit


a.Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini,
usiaberpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan
metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di masa pertunbuhan memiliki proporsi
cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang dewasa.Karenanya, jumlah
cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar
dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-
anak  juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka
yang belum atur dibandingkan ginjal orangdewasa. Kehilangan   cairan dapat

Ilmu Keperawatan Dasar Page 182


Keseimbangan cairan dan Elektrolit
terjadi akibat pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan pernapasan.   Pada
lansia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering disebabkan oleh  masalah
jantung atau gangguan ginjal.
b. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan
dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam
tubuh. Hal ini  mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat.
Dengan demikian, jumlah  cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain
itu,kehilangan cairan yang tidak   disadari (insensible water loss) juga mengalami
peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.
c. Iklim
Normalnya, individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu
panas   tidak   akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan
pernapasan. Dalam   situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak disadari
(insensible water loss/IWL). Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi
oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang tinggal di
lingkungan yang bersuhu tinggi atau didaerah deangan kelembaban yang rendah
akan lebih sering mengalami   kehilangan  cairandan elektrolit. Demikian
pula  pada orang yang bekerja berat di  lingkungan yang bersuhu tinggi,mereka
dapat kehilangan cairan sebanyak lima litersehari melalui keringat. Umumnya,
orang yang biasa berada di lingkungan panas akan kehilangan cairan sebanyak 700
ml per jam saat berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang tidak
biasa  berada di lingkungan  panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter per
jam.
d.Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika
asupan    maknan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein
dengan terlebih  dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini
menyebabkan penurunan kadar albumin.
d. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat
stress, tubuh mengalami peningkatan metabolisme seluler, peningkatan konsentrasi
glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan
natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan produksi hormon
antidiuritik yang dapat mengurangi produksi urin.
e. Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit
dasar sel   atau jaringan yang rusak (mis. luka robek, atau luka bakar). Pasien yang
menderita    diare  juga dapat mengalami peningkatan kebutuhan cairan akibat
kehilangan cairan melalui saluran gastrointestinal. Gangguan jantung dan ginjal
juga  dapat   menyebabkan      ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Saat aliran
darah ke ginjal menurun karena kemampuan pompa jantung menurun, tubuh akan
melakukan   penimbunan   cairan   dan   natrium sehingga terjadi retensi cairan dan
kelebihan beban cairan (hipervelomia).      Lebih lajut, kondisi ini dapat
menyebabkan edema paru. Normalnya, urin akan   dikeluarkan dalam jumlah yang
cukup  untuk menyeimbangkan cairan dan
elektrolit   serta   kadar   asam   dan   basa   dalam   tubuh.
Apabila   asupan   cairan   banyak,  ginjal   akan memfiltrasi cairan lebih
banyak dan menahan ADH sehingga produksi urin akan  meningkat. Sebaliknya,
dalam keadaan kekurangan cairan, ginjal akan menurunkan      produksi urin

Ilmu Keperawatan Dasar Page 183


Keseimbangan cairan dan Elektrolit
dengan berbagi cara. Diantaranya peningkatan reapsorpsi tubulus, retensi  natrium
dan pelepasan renin. Apabila ginjal mengalami kerusakan, kemampuan
ginjal   untuk melakukan regulasi akan menurun. Karenanya, saat terjadi gangguan
ginjal (mis. gagal ginjal) individu dapat mengalami oliguria (produksi urin kurang
dari  40ml/ 24 jam) sehingga anuria (produksi urin kurang dari  200 ml/ 24 jam).
f. Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan
cairan dan  elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat
menyebabkan penurunan kadar kalsium dan kalium.
g. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti diuretik maupun laksatif secara
berlebihan dapat   menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam
tubuh.Akibatnya, terjadi defisit   cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretik
menyebabkan kehilangan natrium sehingga    kadar kalium akan meningkat.
Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan air
dalam tubuh.
h.Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko  tinggi mengalami
ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama
periode operasi, sedangkan    beberapa klien lainya justru mengalami kelebihan
beban cairan  akibat asupan cairan   berlebih melalui intravena selama pembedahan
atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat- obat anastesia.

7.  Pergerakan cairan tubuh


Cairan di dalam tubuh tidak statis, tetapi mengalami pergerakan. Cairan dan
elektrolit bergerak dari satu kompartemen ke kompartemen lain untuk
memfasilitasi proses-proses yang terjadi di dalam tubuh, seperti oksigenasi
jaringan, respon terhadap penyakit, keseimbangan asam basa, dan respon terhadap
terapi obat. Pergerakan cairan dan elektrolit melalui tiga fase. Pada fase pertama
plasma darah bergerak dalam tubuh melalui sistem sirkulasi, nutrisi dan cairan
diambil dari paru dan traktus gastrointestinal. Pada fase kedua, cairan interstisiel
dan komponennya bergerak diantara kapiler darah dan sel. Pada fase ketiga cairan
akan bergerak dari interstisiel ke sel. Pada arah sebaliknya, cairan dan
komponennya akan bergerak balik dari sel ke ruang interstisiel dan kemudian ke
kompartemen intravaskuler. Cairan intravaskuler kemudian akan membawa cairan
ke ginjal, dimana produk metabolik akan diekskresikan.
Kapiler dan membran seluler dalam tubuh dikenal sebagai selectively
permeable, karena tidak semua substansi bisa melewati membran ini dengan
mudah. Bahan seperti glikogen dan protein tidak bisa dengan mudah melewati
kapiler dan membran seluler. Bahan organik seperti asam amino dan glukosa dapat
dengan bebas melewati membran seluler, meskipun terkadang membutuhkan
bantuan traspor aktif. Membran semipermiabel tubuh meliputi:
a) Membran sel : memisahkan CIS dari CIT dan terdiri atas lipid dan
protein
b) Membran kapiler : memisahkan CIV dari CIT
c) Membran epithelial : memisahkan CIT dan CIV dari CTS. Contoh
membran ini adalah epithelium mukosal dari lambung dan usus, membran
sinovial, dan tubulus ginjal.

Ilmu Keperawatan Dasar Page 184


Keseimbangan cairan dan Elektrolit
Cairan tubuh dan elektrolit berpindah melalui difusi, osmosis, transportasi
aktif, atau filtrasi. Perpindahan tersebut tergantung pada permeabilitas membran
sel atau kemampuan membran untuk ditembus cairan dan elektrolit.

a. Difusi
Difusi didefinisikan sebagai kecenderungan alami dari suatu substansi untuk
bergerak dari suatu area dengan konsentrasi yang lebih tinggi ke area dengan
konsentrasi yang lebih rendah. Difusi terjadi melalui perpindahan tidak teratur
(random) dari ion dan molekul. Suatu contoh difusi adalah pertukaran oksigen dan
karbondioksida antara kapiler dan alveoli. Proses difusi dapat dilihat pada gambar
berikut:

Gambar 11.2 Proses Difusi O2 dan CO2

Difusi dapat terjadi jika memenuhi syarat sebagai berikut:

(a) Bila partikel tersebut cukup kecil untuk melewati pori-pori protein (misal
air dan urea), maka akan terjadi difusi sederhana
(b) Bila partikel tersebut larut dalam lemak (misal oksigen dan
karbondioksida), maka akan terjadi difusi sederhana
(c) Partikel tidak larut lemak seperti glukosa harus berdifusi ke dalam sel
melalui substansi pembawa, maka akan terjadi difusi dipermudah.
2) Faktor yang meningkatkan difusi:
(a) Peningkatan suhu
(b) Peningkatan konsentrasi partikel
(c) Penurunan ukuran atau berat molekul dari partikel
(d) Peningkatan area permukaan yang tersedia untuk difusi
(e) Penurunan jarak lintas di mana massa partikel harus berdifusi

b. Osmosis
Osmosis adalah perpindahan pelarut murni, seperti air, melalui membran
semipermeabel yang berpindah dari larutan yang memiliki konsentrasi solut rendah
ke larutan yang memiliki konsentrasi solut tinggi. Membran tersebut permeable
terhadap zat pelarut, tetapi tidak permeable terhadap solut (zat terlarut),
yang berupa materi partikel. Kecepatan osmosis tergantung pada
konsentrasi solut di dalam larutan, suhu larutan, muatan listrik solut, dan
perbedaan antara tekanan osmosis yang dikeluarkan oleh larutan.
Konsentrasi larutan diukur dalam osmol, yang mencerminkan jumlah
substansi dalam larutan yang berbentuk molekul, ion atau keduanya. Dalam
osmosis ada tiga istilah penting, yaitu:
Tekanan osmotik : Tekanan dengan kekuatan untuk menarik air dan kekuatan ini
bergantung pada jumlah molekul di dalam larutan. Tekanan ini
diberikan melalui membran semipermiabel dan tekanan ini
tergantung kepada aktivitas solut yang dipisahkan oleh membran.

Ilmu Keperawatan Dasar Page 185


Keseimbangan cairan dan Elektrolit
Tekanan onkotik : Tekanan osmotik yang dihasilkan oleh protein (misal albumin),
tekanan onkotik akan menjaga cairan tetap berada di dalam
kompartemen intravaskuler.
Diuretik osmotik : Terjadi ketika terdapat peningkatan keluaran urine yang diakibatkan
oleh ekskresi substansi seperti glukosa, manitol, atau agen kontras
dalam urin.

Contoh osmosis adalah sebagai berikut:

Apabila konsentrasi solut pada salah satu sisi membran semipermiabel lebih
besar, maka laju osmosis akan lebih cepat sehingga terjadi percepatan transfer zat
pelarut menembus membran semipermiabel. Hal ini akan terus berlanjut sampai
tercapai keseimbangan.
Osmolalitas merupakan pengukuran kemampuan larutan untuk menciptakan
tekanan osmotik dan dengan demikian akan mempengaruhi gerakan cairan.
Osmolalitas juga menggambarkan konsentrasi larutan, menunjukkan jumlah
partikel dalam satu liter larutan dan diukur dengan miliosmol per liter (mOsm/L).
Suatu larutan yang osmolalitasnya sama dengan plasma disebut isotonik.
Pemberian larutan isotonik melalui IV akan mencegah perpindahan cairan dan
elektrolit dari kompartemen intrasel. Larutan hipotonik IV memiliki osmolalitas
lebih rendah daripada plasma, larutan ini akan mengakibatkan air berpindah ke
dalam sel. Larutan hipertonik memiliki osmolalitas lebih tinggi dari plasma,
sehingga membuat air keluar dari sel.
Perubahan osmolalitas ekstraseluler dapat mengakibatkan perubahan pada
volume cairan ekstraseluler dan intraseluler.
a. Penurunan osmolalitas CES ------gerakan air dari CES ke CIS
b. Peningkaan osmolalitas CES-----gerakan air dari CIS ke CES
Air akan terus bergerak sampai osmolalitas dari kedua kompartemen
mencapai ekuilbrium.

c. Transpor aktif
Transport aktif memerlukan aktivitas metabolik dan pengeluaran energi
untuk menggerakkan berbagai materi guna menembus membran sel. Hal ini
memungkinkan sel menerima molekul yang lebih besar dari sel tersebut, selain itu
sel dapat menerima atau memindahkan molekul dari daerah berkonsentrasi tinggi.

Ilmu Keperawatan Dasar Page 186


Keseimbangan cairan dan Elektrolit
Pada transport aktif, substansi dapat berpindah dari larutan dengan konsentrasi
rendah ke konsentrasi tinggi. Transport aktif ditingkatkan oleh molekul pembawa
(carrier molecule) yang berada di antara sel, yang akan mengikat diri mereka sendiri
dengan molekul yang masuk ke dalam sel. Transport aktif merupakan mekanisme
sel-sel yang mengabsorbsi glukosa dan substansi-substansi lain untuk melakukan
aktivitas metabolik. Contoh transport aktif adalah pompa natrium dan kalium.
Natrium dipompa keluar dari sel dan kalium dipompa masuk ke dalam sel,
melawan gradien konsentrasi.
Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
1) Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi
dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
2) Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel
3) Fase III :
4) Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial
masuk ke dalam sel pembuluh darah kapiler dan membran sel yang
merupakan membrane semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi
dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah.

d. Filtrasi
Filtrasi merupakan suatu proses pemindahan air dari substansi yang dapat
larut secara bersamaan sebagai respon terhadap adanya tekanan cairan. Proses ini
berlangsung aktif di bantalan kapiler, tempat perbedaan tekanan hidrostatik atau
gradien yang menentukan perpindahan air, elektrolit, dan substansi terlarut lain
yang berada di antara cairan kapiler dan cairan interstisiel. Perpindahan terjadi dari
area dengan tekanan tinggi ke area dengan tekanan rendah.
Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang dihasilkan oleh suatu liquid di
dalam sebuah ruangan. Darah dan cairan arteri akan memasuki ruang kapiler jika
tekanan hidrostatik lebih tinggi dari tekanan interstisiel, sehingga cairan dan solut
berpindah dari kapiler menuju sel. Pada ujung bantalan vena kapiler, cairan dan
produk-produk sisa metabolisme berpindah dari sel menuju kapiler , karena
tekanan hidrostatiknya lebih kecil dari tekanan interstisiel.
8.  Pengaturan cairan
Air penting untuk kehidupan, orang dapat hidup beberapa minggu tanpa
makanan, tetapi hanya dapat hidup beberapa tanpa air. Air mempertahankan
volume darah, mengatur suhu, mengantarkan elektrolit dan nutrien ke dan dari sel,
dan merupakan bagian dari banyak reaksi biologis. Secara kimiawi, air dan
elektrolit bekerja sama untuk mempertahankan keseimbangan air. Masukan air
diatur melalui sensasi haus, air dan elektrolit secara terus-menerus hilang dan
diganti. Keseimbangan air diatur terutama oleh ginjal yang berespon terhadap
konsentrasi solut yang terdapat dalam cairan tubuh yang telah disaring.
Pada kondisi normal, intake cairan mengimbangi kehilangan cairan. Kondisi
sakit keseimbangan cairan akan mengalami gangguan, sehingga akan terjadi tubuh
kekurangan cairan atau kelebihan cairan. Secara normal, kehilangan cairan terjadi
untuk mempertahankan fungsi tubuh. Kehilangan cairan itu bisa melalui udara
pernafasan, penguapan dari kulit, pengeluaran dari ginjal sebanyak 500 ml, dan
cairan yang dibutuhkan untuk mengeluarkan sampah metabolik. Total pengeluaran
perhari kira-kira 1300 ml perhari.

Ilmu Keperawatan Dasar Page 187


Keseimbangan cairan dan Elektrolit
Kandungan air tubuh yang aktual tergantung dari variabel, seperti umur,
jenis kelamin, komposisi tubuh, dan proses penyakit. Orang dewasa terdiri dari
kira-kira 60 % air, bayi kira-kira 77 %. Wanita mempunyai kandungan air yang
sangat sedikit daripada pria karena jumlah lemak yang lebih banyak. Terdapat
hubungan terbalik antara air tubuh dan jaringan adipose (lemak), makin banyak
jaringan adipose, makin sedikit air tubuh. Banyak proses penyakit mempengaruhi
air tubuh, contohnya gagal ginjal, gagal jantung kongestif, dan disfungsi
gastrointestinal. Kondisi abnormal ini mempengaruhi konsentrasi elektrolit yang
terdapat dalam CIS dan CES dan menyebabkan perpindahan cairan antar
kompartemen.
Sejumlah mekanisme homeostatik bekerja tidak hanya untuk
mempertahankan konsentrasi elektrolit dan osmotik dari cairan tubuh, tetapi juga
volume cairan total tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit normal adalah akibat
dari keseimbangan dinamis antara makanan dan minuman yang masuk dengan
keseimbangan yang melibatkan sejumlah besar system organ. Yang banyak
berperan adalah ginjal, sistem kardiovaskuler, kelenjar hipofise, kelenjar paratiroid,
kelenjar adrenal dan paru-paru.
a. Ginjal
Ginjal merupakan pengendali utama terhadap kadar cairan dan elektrolit
tubuh. Total body water (TBW) dan konsentrasi elektrolit sangat ditentukan oleh
apa yang disimpan oleh ginjal. Ginjal sendiri diatur oleh sejumlah hormon
dalam menjalankan fungsinya. Fungsi utama ginjal dalam mempertahankan
keseimbangan cairan adalah:
1) Pengaturan volume dan osmolalitas CES melalui retensi dan ekskresi
selektif cairan tubuh.
2) Pengaturan kadar elektrolit dalam CES dengan retensi selektif substansi
yang dibutuhkan dan ekskresi selektif substansi yang tidak dibutuhkan
3) Pengaturan pH CES melalui retensi ion-ion hidrogen
4) Ekskresi sampah metabolik dan substansi toksik,
Fungsi ginjal menurun seiring dengan bertambahnya umur.
b. Kardiovaskuler
Kerja pompa jantung mensirkulasi darah melalui ginjal di bawah tekanan yang
sesuai untuk menghasilkan urine. Kegagalan pompa jantung ini mengganggu
perfusi ginjal, sehingga akan mengganggu pengaturan air dan elektrolit.
c. Paru-paru
Melalui ekshalasi, paru-paru membuang kira-kira 300 ml air setiap hari pada
orang dewasa normal. Kondisi-kondisi abnormal, seperti hiperpnea (respirasi
dalam yang abnormal) atau batuk yang terus menerus meningkatkan
kehilangan air, ventilasi mekanik dengan air yang berlebihan menurunkan
kehilangan air. Paru-paru mempunyai peran penting dalam mempertahankan
keseimbangan asam-basa. Perubahan pada proses penuaan yang normal
menghasilkan penurunan fungsi pernafasan, menyebabkan kesukaran dalam
pengaturan pH pada individu usia lanjut yang menderita penyakit gawat atau
mengalami trauma.
d. Kelenjar pituitari
Hipotalamus menghasilkan suatu substansi antidiuretik hormon (ADH), yang
disimpan dalam kelenjar pituitary posterior dan dilepaskan jika diperlukan.
Fungsi ADH termasuk mempertahankan tekanan osmotik sel dengan
mengendalikan retensi atau ekskresi air oleh ginjal dan dengan mengatur
volume darah.

Ilmu Keperawatan Dasar Page 188


Keseimbangan cairan dan Elektrolit
e. Kelenjar adrenal
Aldosteron, suatu mineralkortikoid yang disekresikan oleh zona glumerosa
dari korteks adrenal. Peningkatan sekresi aldosteron menyebabkan retensi
natrium dan kehilangan kalium, sebaliknya penurunan sekresi aldosteron
menyebabkan kehilangan natrium dan air serta retensi kalium.
f. Kelenjar parathyroid
Kelenjar parathyroid yang terletak di sudut kelenjar tiroid, mengatur
keseimbangan kalsium dan fosfat melalui hormon parathyroid (PTH). PTH
mempengaruhi resorpsi tulang, absorpsi kalsium dari usus halus, dan resorpsi
kalsiumdari tubulus ginjal.

9. Mekanisme Homeostasis yang Mengatur Cairan dan Elektrolit Tubuh


1) Baroreseptor
Baroreseptor merupakan reseptor syaraf kecil, mendeteksi perubahan-
perubahan pada tekanan dalam pembuluh darah dan menyampaikan informasi
kepada saraf pusat. Baroreseptor bertanggung jawab untuk memonitor volume
yang bersirkulasi dan mengatur aktivitas neural simpatis dan parasimpatis.
2) Renin
Enzim yang mengubah angiotensinogen, suatu substansi tidak aktif yang
dibentuk oleh hepar, menjadi angiotensin I dan angiotensin II. Suatu enzim
yang dilapaskan dalam kapiler paru-paru merubah angiotensin I menjadi
angiotensin II. Angiotensin II, dengan kemampuan vasokonstriktornya,
meningkatkan tekanan perfusi arteri dan menstimulasi rasa haus. Jika system
saraf simpati distimulasi, aldosteron dilepaskan sebagai respon terhadap
adanya peningkatan dari pelepasan rennin. Aldosteron merupakan pengaturan
volume dan juga akan dilepaskan jika kalium serum meningkat, natrium
serum menurun, ACTH meningkat.
3) ADH dan mekanisme rasa haus
Mempunyai peran penting dalam mempertahankan konsentrasi natrium dan
masukan cairan oral. Masukan air dikendalikan oleh pusat rasa haus yang
berada di hipotalamus. Jika konsentrasi serum atau osmolalitas meningkat atau
jika volume darah menurun, neuron dalam hipotalamus distimulasi oleh
dehidrasi intraseluler, rasa haus kemudian timbul dan orang tersebut
meningkatkan asupan cairan oral.
4) Osmoreseptor
Terletak pada permukaan hipotalamus, merasakan perubahan dalam
konsentrasi natrium. Jika tekanan osmotik meningkat, neuron mengalami
dehidrasi dan dengan cepat melepaskan impuls ke pituitary posterior yang
meningkatkan pelepasan ADH. Pengembalian tekanan osmotik normal
memberikan umpan balik ke osmoreseptor untuk mencegah pelepaan ADH
lebih lanjut.

10. Output Cairan dan Elektrolit


Secara umum, terdapat empat rute pengeluaran cairan, yaitu:
a) Ginjal
Ginjal adalah regulator utama keseimbangan cairan dan elektrolit. Kira-kira
180 L plasma difilter setiap hari oleh ginjal. Dari volume ini, kira-kira 1500
ml urine diekskresikan setiap hari. Pada orang dewasa, ginjal setiap menit
menerima sekitar 125 ml plasma untuk disaring dan memproduksi urine

Ilmu Keperawatan Dasar Page 189


Keseimbangan cairan dan Elektrolit
sekitar 60 ml 940 sampai 80 ml) dalam setiap jam atau totalnya sekitar 1,5 L
dalam satu hari. Volume, komposisi, dan konsentrasi urine sangat bervariasi
dan akan tergantung pada penambahan dan kehilangan cairan. Jumlah
urine yang diproduksi ginjal dipengauhi oleh Anti Diuretic Hormon (ADH)
dan aldosteron. Hormon-hormon ini mempengaruhi ekskresi air dan
natrium serta distimulasi oleh perubahan volume darah.
Pada konsentrasi urine maksimal (1400 m Osm/kg), sedikitnya 400 ml urine
harus diproduksi untuk mengekskresi sisa metabolik setiap hari. Bayi,
lansia, dan individu dengan gangguan ginjal yang tidak dapat memekatkan
urinenya secara maksimal akan mengalami kehilangan air yang lebih besar.
Sehingga, mereka harus menghasilkan urine dalam jumlah yang sangat
besar untuk mengekskresikan kelebihan sisa metaboliknya setiap hari.
b) Kehilangan air tak kasat mata
Kehilangan evaporatif dari kulit dan terjadi tanpa kesadaran individu.
Kehilangan cairan ini terjadi pada kecepatan 6 ml/kg/24 jam rata-rata pada
orang dewasa, tetapi dapat meningkat secara bermakna pada demam atau
luka bakar. Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah, khususnya dengan
berat badan kurang dari 1 kg, cenderung mengalami kehilangan cairan
takkasat mata sangat cepat karena beberapa faktor, termasuk luas
permukaan kulit yang lebih besar dan peningkatan kandungan air kulit.
Penggunaan penghangat radian akan secara bermakna meningkatkan
kehilangan cairan takkasat mata pada bayi. Cairan takkasat mata hampir
bebas elektrolit dan harus dipertimbangkan semata-mata kehilangan air.
Kira-kira 400 ml cairan takkasat mata hilang melalui paru setiap hari.
Kehilangan cairan dapat meningkat sebagai respon terhadap adanya
perubahan frekuensi dan kedalaman pernafasan, seperti seseorang yang
melakukan olah raga berat dan orang yang mengalami demam. Alat untuk
memberikan oksigen juga dapat meningkatkan kehilangan air yang tidak
dirasakan dari paru-paru (oksigen lebih kering daripada udara di ruangan).
c) Keringat
Keringat merupakan cairan kasat mata yang keluar dari tubuh. Keringat ini
penting untuk menghilangkan panas tubuh, cairan ini bersifat hipotonik.
Cairan ini tidak mengandung elektrolit dalam jumlah yang bermakna.
Kehilangan cairan melalui keringat sangat bervariasi dengan tingkat
aktivitas individu (misalnya banyaknya olah raga), aktivitas metabolik dan
suhu lingkungan.
d) Saluran gastrointestinal (GI Track)
Saluran gastrointestinal dalam kondisi normal bertanggung jawab pada 100-
200 ml kehilangan air setiap hari. Gastrointestinal memegang peranan
penting dalam pengaturan cairan, karena hampir semua cairan didapatkan
di GI. Pada kondisi sakit, gastrointestinal bisa menjadi sisi kehilangan
cairan mayor, karena kira-kira 6-8 L cairan isotonik disekresikan dan
direabsorpsi keluar dari saluran gastrointestinal setiap hari. Kehilangan
gastrointestinal abnormal (misal penghisapan naso gastrik, muntah, diare)
dapat menimbulkan kehilangan cairan yang sangat besar. Komposisi sekresi
GI bervariasi sesuai lokasi dalam saluran GI. Di atas pylorus, kehilangan
adalah isotonik dan kaya natrium, kalium, klorida dan hydrogen. Di bawah
pylorus, kehilangan adalah isotonik dan kaya natrium, kalium, dan
bikarbonat. Diare dari usus besar adalah hipotonik.
e) Hormon

Ilmu Keperawatan Dasar Page 190


Keseimbangan cairan dan Elektrolit
Hormon utama yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit
adalah ADH dan aldosteron. Keadaan kekurangan air akan meningkatkan
osmolalitas darah dan keadaan ini akan direspon oleh kelenjar hipofisis
dengan melepaskan ADH. ADH akan menurunkan produksi urine dengan
cara meningkatkan reabsorsi air oleh tubulus ginjal. Selama periode
sementara kekurangan volume cairan, seperti yang terjadi pada muntah dan
diare atau perdarahan, jumlah ADH di dalam darah meningkat , akibatnya
reabsorpsi air oleh tubulus ginjal meningkat dan air akan dikembalikan ke
dalam volume darah sirkulasi. Dengan demikian , keluaran urine akan
berkurang sebagai respon terhadap kerja hormon ADH.
Aldosteron merupakan suatu mineralokortikoid yang diproduksi oleh
korteks adrenal. Aldosteron mengatur keseimbangan natrium dan kalium
dengan menyebabkan tubulus ginjal mengekskresikan kalium dan
mengabsorpsi natrium. Akibatnya air juga akan direabsorpsi dan
dikembalikan ke volume darah. Kekurangan volume cairan, misal karena
perdarahan atau kehilangan cairan pencernaan, dapat menstimuli sekresi
aldosteron ke dalam darah.
Glukokortikoid mempengaruhi keseimbangan air dan elektrolit. Sekresi
hormon glukokortikoid secara normal tidak menyebabkan
ketidakseimbangan cairan utama, namun kelebihan hormon di dalam
sirkulasi dapat menyebabkan tubuh menahan natrium dan air yang kita
kenal sebagai sindrom Cushing.

11. Pengertian dan Pengaturan Elektrolit


Elektrolit merupakan substansi yang berdisosiasi (terpisah) di dalam larutan
dan akan menghantarkan arus listrik. Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif dan
negatif dan diukur dengan kapasitasnya untuk saling berikatan satu sama lain
(miliekuivalen/liter/ atau mEq/L) atau dengan berat molekul dalam gram
(milimol/liter atau mol/L). Kation merupakan ion-ion yang membentuk muatan
positif dalam larutan. Kation ekstraseluler utama adalah natrium (Na +), sedangkan
kation intraseluler utama adalah kalium (K +). Sistem pompa terdapat di dinding sel
tubuh yang memompa natrium keluar dan kalium ke dalam. Anion adalah ion-ion,
yang membentuk muatan negatif dalam larutan. Anion ekstraseluler utama adalah
klorida (Cl, sedangkan anion intraseluler utama adalah ion fosfat (PO43).
Kerja ion-ion ini mempengaruhi transmisi neurokimia dan transmisi
neuromuskuler, yang mempengaruhi fungsi otot, irama dan kontraktilitas jantung,
perasaan (mood) dan perilaku, fungsi pencernaan serta fungsi-fungsi yang lain.
Elektrolit berhubungan minimal dengan empat proses fisiologis dasar, yaitu:
1) Distribusi air dalam kompartemen CIS dan CES
2) Iritabilitas neuromuskuler
3) Keseimbangan asam-basa
4) Pemeliharaan tekanan osmotik
a. Elektrolit yang Penting dalam Tubuh adalah:
1) Natrium
Natrium mempengaruhi distribusi air tubuh lebih kuat daripada elektrolit
lain. Natrium mampu menarik air, sehinggga natrium merupakan faktor utama
yang menentukan volume ekstraseluler. Gangguan pada natrium dianggap sebagai
gangguan volume ekstraseluler. Natrium terlibat dalam mempertahankan
keseimbangan air, mentransmisi impuls syaraf, dan melakukan kontraksi otot. Air
mengikuti natrium dalam dalam keseimbangan cairan dan elektrolit. Apabila ginjal

Ilmu Keperawatan Dasar Page 191


Keseimbangan cairan dan Elektrolit
menahan natrium, maka cairan juga ditahan, sebaliknya jika ginjal
mengekskresikan natrium, maka air juga akan diekskresikan.
Natrium diatur oleh asupan garam, aldosteron dan keluaran urine. Sumber
utama natrium adalah garam dapur, daging yang telah diolah, makanan ringan dan
makanan kaleng. Rata-rata masukan natrium setiap hari jauh melebihi dari
kebutuhan tubuh setiap hari. Ginjal bertanggung jawab untuk mengekskresikan
kelebihan dan dapat menyimpan natrium selama periode pembatasan natrium
ekstrem. Individu yang memiliki fungsi ginjal normal akan dapat
mempertahanakan kadar natrium serum dalam batas normal melalui ekskresi
natrium dala urine. Konsentrasi natrium dipertahankan melalui pengaturan
masukan dan ekskresi natrium.
Nilai laboratorium normal untuk natrium serum adalah 135 sampai 145
mEq/L. Konsentrasi natrium yang tinggi (hipernatremia), osmolalitas serum
meningkat, merangsang pusat haus dan menyebabkan peningkatan hormon
antidiuretik (ADH) oleh kelenjar hipofisis posterior. Peningkatan natrium dapat
ditemui pada kondisi hiperventilasi, cidera kepala, demam, diabetes insipidus,
penurunan sekresi ADH, dan ketidakmampuan ginjal berespon terhadap ADH.
Konsentrasi natrium yang rendah (hiponatremia), membuat ginjal mengeluarkan
air. Kondisi hiponatremia bisa dijumpai pada kondisi adanya gangguan mekanisme
sekresi ADH (misal pada cidera kepala, stess fisiologis dan psikologis yang berat).
2) Kalium
Kalium adalah kation utama intraseluler. Kalium memegang peranan penting
dalam metabolisme sel, mengatur eksitabilitas (rangsangan) neuromuskuler,
kontraksi otot, mempertahankan keseimbangan osmotik dan potensial listrik
membran sel dan untuk memindahkan glukosa ke dalam sel. Kalium dalam jumlah
banyak terletak dalam sel, dan dalam jumlah relatif kecil (kira-kira 2% ) terletak
dalam cairan ekstraseluler. Rasio kalium dalam CES dan CIS membantu
menentukan potensial istirahat membran sel otot dan syaraf, maka perubahan pada
kadar kalium plasma dapat mempengaruhi fungsi neuromuskuler dan jantung.
Distribusi kalium antara CES dan CIS dipengaruhi oleh pH darah, masukan
diet, hormon (aldosteron, insulin dan efinefrin), dan terapi diuretik. Tubuh
menambah kalium dari makanan (gandum utuh, daging, polong-polongan, buah-
buahan dan sayur mayur) dan obat-obatan. Selain itu, CES manambah kalium
kapan saja ketika ada kerusakan sel-sel (katabolisme jaringan) atau gerakan kalium
ke luar sel. Biasanya gangguan kalium tidak terjadi kecuali terdapat penurunan
yang bersamaan dengan fungsi ginjal. Kalium hilang dari tubuh melalui ginjal,
saluran gastrointestinal (GI) dan kulit. Kalium dapat hilang dari CES karena
perpindahan intraseluler dan anabolisme jaringan.
Pengatur kadar kalium adalah ginjal, dengan cara mengatur jumlah kalium
yang diekskresikan melalui urine. Suatu kondisi yang menurunkan pengeluaran
urine akan menurunkan pengeluaran kalium. Mekanisme pengaturan lain adalah
dengan pertukaran ion kalium dengan ion natrium di tubulus ginjal, apabila
natrium dipertahankan, kalium diekskresikan. Hormon aldosteron juga
meningkatkan ekskresi kalium, jadi kondisi yang meningkatkan kadar aldosteron
(seperti pemberian kortikosteroid atau stress pasca bedah) akan meningkatkan
ekskresi kalium dalam urine. Kemampuan ginjal untuk menyimpan kalium tidak
sekuat dalam menyimpan natrium, sehingga masih ada kemungkina kalium hilang
dalam urine pada kondisi kekurangan kalium. Kadar kalium normal adalah 3,5
sampai 5,3 mEq/L. Kadar kalium yang rendah (hipokalemia) bisa terjadi karena
kondisi alkalosis (alkalosis mendorong kalium masuk ke dalam sel), sedangkan

Ilmu Keperawatan Dasar Page 192


Keseimbangan cairan dan Elektrolit
kalium tinggi (hiperkalemia) terjadi pada asidosis (asidosis mendorong kalium
keluar sel).
3) Kalsium
Kalsium merupakan elektrolit paling banyak di dalam tubuh, terutama
terdapat dalam tulang. Kalsium dijumpai dalam darah dalam dua bentuk yaitu
kalsium bebas terionisasi yang terdapat dalam sirkulasi dan kalsium yang berikatan
dengan protein. Bentuk yang berikatan ini berikatan dengan priotein plasma
(albumin) dan zat-zat kompleks lainnya seperti fosfat. Kurang dari 1% dari kalsium
tubuh dikandung dalam cairan ekstraseluler, konsentrasi ini diatur oleh hormon
paratiroid dan parathyroid. Berikut adalah bentuk-bentuk kalsium yang terdapat di
dalam cairan tubuh:
a) Terionisasi (4,5 mg/100 ml)
b) Tidak dapat berdifusi, yang merupakan kalsium kompleks terhadap anion
protein (5 mg/100 ml)
c) Garam kalsium, seperti kalsium sitrat dan kalsium fosfat (1 mg/100ml).

Kadar kalsium mempunyai efek pada fungsi neuromuskuler, status jantung,


dan pembentukan tulang, integritas dan struktur membran sel, koagulasi darah dan
relaksasi otot. Kalsium di dalam cairan ekstrasel diatur oleh hormon paratiroid dan
kalsitonin. Hormon parathyroid (PTH) mengontrol keseimbangan kalsium, absorpsi
kalsium di gastrointestinal, dan ekskresi kalsium di ginjal. Hormon parathyroid
(PTH) dilepaskan oleh kelenjar parathyroid dalam respon terhadap kadar kalsium
serum rendah. Ia meningkatkan resorpsi tulang (gerakan kalsium dan fosfor keluar
tulang) mengaktivasi vitamin D, meningkatkan absorpsi kalsium dari saluran
gastrointestinal, dan merangsang ginjal menyimpan kalsium dan mengekskresi
fosfor. Kalsitonin dihasilkan oleh kelenjar tyroid bila kadar kalsium serum
meningkat, ini akan menghambat resopsi tulang. Gangguan dalam keseimbangan
kalsium akibat perubahan pada metabolisme tulang, sekresi hormon parathyroid,
disfungsi ginjal, dan masukan diet berkurang.
4) Klorida
Klorida merupakan elektrolit utama CES. Kadar klorida dalam darah secara
pasif berhubungan dengan kadar natrium, sehingga bila natrium serum meningkat,
klorida juga meningkat. Faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan atau
penambahan klorida seringkali mempengaruhi kadar natrium. Keseimbangann
klorida dipertahankan melalui asupan makanan dan ekskresi serta reabsorpsi renal.
Kadar klorida yang meningkat disebabkan oleh dehidrasi, gagal ginjal, atau
asidosis. Kadar klorida yang menurun disebabkan oleh hilangnya cairan dalam
saluran gastrointestinal (mual, muntah, diare, atau pengisapan lambung).
Klorida diatur melalui ginjal, jumlah yang diekskresikan berhubungan
dengan asupan makanan. Seseorang yang memiliki ginjal normal yang
mengkonsumsi klorida dalam jumlah besar, akan mengekskresikan klorida yang
lebih tinggi dalam urine.Nilai laboratorium normal untuk klorida serum adalah
100-106 mEq/L.
5) Magnesium
Magnesium merupakan kation terbanyak kedua di dalam cairan intrasel
setelah kalium. Magnesium diperoleh secara normal dari asupan diet. Magnesium
tubuh, kira-kira 50-60% terletak dalam tulang dan kira-kira 1% terletak di CES. Kira-
kira seperempat sampai sepertiga dari magnesium plasma terikat pada protein,
sebagian kecil berikatan dengan substansi lain (kompleks), dan bagian sisanya
terionisasi atau bebas.

Ilmu Keperawatan Dasar Page 193


Keseimbangan cairan dan Elektrolit
Magnesium merupakan ion utama intrasel, ia memainkan perana vital fungsi
seluler normal. Secara khusus, magnesium berperan dalam mengaktifkan enzim
yang terlibat dalam metabolisme karbohidrat dan protein, dan mencetuskan pompa
kalium-natrium. Magnesium juga berperan dalam transmisi aktivasi
neuromuskular, transmisi dalam sistem saraf pusat dan fungsi miokard.
Magnesium diatur oleh beberapa faktor, yaitu absorpsi gastrointestinal,
vitamin D dan ekskresi ginjal. Secara normal, hanya sekitar 30-40% diet magnesium
diabsorpsi. Ekskresi ginjal terhadap perubahan kadar magnesium untuk
mempertahankan keseimbangan magnesium, dipengaruhi oleh ekskresi natrium
dan kalium, volume CES, serta adanya hormon parathyroid (PTH). Ekskresi
menurun dengan peningkatan PTH, penurunan ekskresi kalsium-natrium, dan
kekurangan volume cairan. Nilai normal magnesium serum adalah 1,5-2,5 mEq/L.
Kondisi defisit magnesium (hipomagnesemia), dijumpai pada malnutrisi,
alkoholisme, dan terapi IV jangka panjang tanpa pemberian suplemen magnesium.
Sedangkan kondisi kelebihan magnesium (hipermagnesemia) paling sering
dijumpai pada pasien yang menderita gagal ginjal, mereka yang menderita
ketoasidosis diabetik, dan mereka yang menggunakan antasid dan laksatif dalam
jumlah berlebihan.
6) Bikarbonat
Bikarbonat merupakan buffer dasar kimia yang utama di dalam tubuh. Ion
bikarbonat ditemukan dalam CES dan CIS. Bikarbonat diatur oleh ginjal, apabila
tubuh memerlukan lebih banyak basa, ginjal akan mereabsorpsi bikarbonat dalam
jumlah yang lebih besar dan bikarbonat tersebut akan dikembalikan ke dalam
cairan ekstrasel. Bikarbonat merupakan ion penting dalam sistem buffer asam
karbonat-bikarbonat yang berperan dalam kesimbangan asam-basa.
Nilai normal bikarbonat adalah 22-26 mEq/L. Dalam darah vena, bikarbonat
diukur melalui karbondioksida dan nilai bikarbonat normal pada dewasa adalah
24-30 mEq/L.
7) Fosfat
Fosfat merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Fosfat dan
kalsium membantu mengembangkan dan memelihara tulang dan gigi. Fosfat juga
meningkatkan kerja neuromuskuler normal, berpartisipasi dalam metabolisme
karbohidrat, dan membantu pengaturan asam-basa. Fosfat secara normal diabsorpsi
melalui saluran gastrointestinal. Konsentrtasi fosfat serum diatur oleh ginjal,
hormon parathyroid dan vitamin D teraktivasi. Nilai normal fosfat serum adalah
2,5-4,5 mg/100 ml.

12. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


a. Gangguan keseimbangan cairan
1) Hipovolemia
Hipovolemia merupakan penipisan volume cairan ekstraseluler.
Hipovolemia dapat terjadi karena kekurangan pemasukan air (anoreksia,
mual, muntah, tidak mampu menelan, depresi) atau pengeluaran yang
berlebihan (kehilangan melalui kulit, GI, ginjal, perdarahan). Kekurangan
cairan dapat terjadi sendiri atau kombinasi dengan ketidakseimbangan
elektrolit. Mekanisme kompensasi hipovolemia termasuk peningkatan
rangsang sistem saraf simpatis (peningkatan frekuensi jantung dan tahanan
vaskuler), rasa haus, pelepasan hormon antidiuretik (ADH), dan pelepasan
aldosteron.

Ilmu Keperawatan Dasar Page 194


Keseimbangan cairan dan Elektrolit
(a) Secara ringkas etiologi hipovolemia adalah sebagai berikut:
(1) Kehilangan cairan melalui saluran pencernaan
(2) Poliuria
(3) Demam (meningkatkan suhu tubuh, dapat meningkatkan
metabolisme, demam juga menyebabkan air keluar lewat paru-
paru.)
(4) Keringat yang berlebihan
(5) Kurang pemasukan air (anoreksia, mual, depresi, sakit di daerah
mulut dan faring)
(b) Gejala hipovolemia:
(1) Pusing, lemah, letih, sinkope, anoreksia, mual, muntah haus,
kekacauan mental, konstipasi, oliguria.
(2) Menurunnya turgor kulit dan lidah
(3) Menurunnya kelembaban di mulut/keringnya mukosa mulut
(4) Menurunnya produksi urine (kurang dari 30 ml/jam untuk orang
dewasa)
(5) Nadi cepat dan lemah
(6) Menurunnya temperatur tubuh
(7) Ektremitas dingin
(8) Hipotensi, frekuensi nafas cepat
(9) Kehilangan berat badan yang cepat

2) Hipervolemia
Hipervolemia merupakan penambahan volume CES. Kondisi ini bisa terjadi
bila tubuh menahan air dan natrium dalam proporsi yang sama, tanpa
disertai perubahan kadar elektrolit.
(a) Etiologi hipervolemia:
(1) Penyakit karena gangguan pada mekanisme
regulasi (gagal jantung, cushing syndrome, gagal ginjal, serosis hati)
(2) Intake natrium klorida yang berlebihan
(3) Pemberian infus yang mengandung natrium
dalam jumlah berlebihan
(4) Banyak makan makanan yang mengandung
natrium
(b) Gejala hipervolemia:
(1) Sesak nafas, ortopnea
(2) Edema perifer, kenaikan berat badan sementara (2%
hipervolemia ringan, 5% hipervolemia sedang dan 8% hipervolemia
berat)
(3) Nadi kuat, takikardia
(4) Asites, efusi pleura, bila sudah berat bisa menimbulkan edema
pulmo
(5) Kulit lembab
(6) Irama gallop
Kelebihan air dan natrium pada kompartemen ekstraseluler dapat
meningkatkan tekanan osmotik. Cairan akan ditarik keluar sel, sehingga
mengakibatkan edema (cairan yang berlebihan dalam ruang interstisial).
Edema terjadi sebagai akibat dari pertambahan volume cairan interstisial
dan diartikan sebagai bengkak yang dapat teraba dari ruang interstisial.
Edema bisa bersifat terlokalisasi (contoh tromboflebitis pada obstruksi vena)

Ilmu Keperawatan Dasar Page 195


Keseimbangan cairan dan Elektrolit
dan umum (contoh gagal jantung). Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler
akibat penambahan volume atau obstruksi vena, peningkatan permeabilitas
kapiler karena luka bakar, alergi, atau infeksi akan menyebabkan
peningkatan volume cairan interstisial. Penurunan pembuangan cairan
interstisial terjadi bila terdapat obstruksi pada aliran keluar limfatik atau
penurunan tekanan onkotik (protein bisa membantu untuk menahan volume
vaskuler pada ruang vaskuler). Retensi air dan natrium oleh ginjal yang
meningkat akan mempertahankan edema umum.
Edema umum biasanya merupakan bukti paling nyata pada area
tergantung. Pada pasien ambulasi akan menunjukkan edema pretibia atau
pergelangan kaki, sedangkan pasien yang terbatas di tempat tidur akan
menunjukkan edema sacral. Edema umum bisa juga terjadi di sekitar mata
(periorbital) atau pada kantong skrotal karena tekanan jaringan rendah pada
area ini.

Edema bisa terjadi karena hal-hal berikut ini:


1) Peningkatan permeabilitas kapiler (pada luka bakar dan alergi),
perpindahan air dari kapiler ke ruang interstisial meningkat
2) Peningkatan tekanan hidrostatik di kapiler (obstruksi pada
vena)
3) Perpindahan cairan dari ruang interstisial menurun

3) Sindrom ruang ketiga


Sindrom ini terjadi ketika cairan ekstrasel berpindah ke dalam suatu
ruangan tubuh (pleura, peritoneal, pericardial), sehingga cairan tersebut
terjebak di dalamnya, akibatnya kompartemen ekstrasel kekurangan cairan.
Obstruksi usus yang kecil atau luka bakar dapat menyebabkan perpindahan
cairan sebanyak 5-10 liter.

4) Ketidakseimbangan osmolar
Dehidrasi (ketidakseimbangan hiperosmolar) terjadi bila ada kehilangan air
tanpa disertai kehilangan elektrolit yang proporsional, terutama natrium.
Faktor risiko terjadinya dehidrasi meliputi kondisi yang mengganggu
asupan oral (perubahan fungsi neurologis), lansia yang lemah (penurunan
fungsi tubuh, peningkatan lemak tubuh), penurunan sekresi ADH (pada
diabetes insipidus), Ketidakseimbangan hiperosmolar disebabkan oleh
setiap kondisi yang berhubungan dengan diuresis osmotik dan pemberian
larutan hipertonik melalui intravena. Ketidakseimbangan hipoosmolar
terjadi ketika asupan cairan berlebihan (polidipsi psikogenik) atau sekresi
ADH berlebihan

b. Gangguan keseimbangan elektrolit


1) Natrium
Natrium mempengaruhi distribusiair tubuh lebih kuat daripada
elektrolit lainnya.
Hipernatremia Hiponatremia
Konsentrasi natrium yang tinggi Melibatkan peningkatan proporsi air
dalam plasma, akibat rasa haus dan garam dalam darah akibat
terganggu, hiperventilasi, demam, gangguan sekresi ADH (cidera
cidera kepala, penurunan sekresi kepala, stress fisiologis dan

Ilmu Keperawatan Dasar Page 196


Keseimbangan cairan dan Elektrolit
ADH, diabetes insipidus, diare, psikologis berat)
ketidakmampuan ginjal berespon
terhadap ADH
Natrium serum > 145 mEq/L Natrium serum < 135 mEq/L
Hipotensi Hipertensi, TIK meningkat
Hipervolemia Hipovolemia
Membran mukosa kering Salivasi meningkat
Koma, meninggal Koma, meninggal
Rasa haus, demam, lidah kering, Tidak nafsu makan, mual, muntah,
halusinasi, disorientasi, letargi, twitching, lemah, bingung, edema
hiperaktif bila dirangsang pupil
2) Kalium
Kalium diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan osmotik
dan potensial listrik membran sel dan untuk memindahkan
glukosa ke dalam sel.
Hiperkalemia Hipokalemia
Kadar kalium serum yang tinggi Kadar kalium serum yang rendah
Karena asidosis mendorong Karena alkalosis mendorong kalium
kalium ke luar sel masuk ke dalam sel
K+ serum > 5 mEq/L K+ serum < 3, 5 mEq/L
Gangguan konduksi jantung Aktivasi jantung ektopik
EKG: gelombang T memuncak, EKG: gelombang T mendatar, depresi
QRS melebar, P-R memanjang segmen ST
Diare, nyeri abdomen Bising usus menurun, ileus
Iritabilitas neuromuskuler Kelemahan otot, parestesia
Oliguria/anuria Poliuria
Gagal jantung Toksisitas digitalis
3) Klorida
Kadar klorida dalam darah secara pasif berhubungan dengan
kadar natrium, sehingga bila natrium serum meningkat, klorida
juga meningkat
Kelebihan klorida Kekurangan klorida
Karena dehidrasi, gagal ginjal, Akibat hilangnya cairan dalam saluran
asidosis dan hiperventilasi gastrointestinal (mual, muntah, diare),
demam
Cl- serum >110 mEq/L Cl- serum < 100 mEq/L
Keluaran urine < 30 ml/jam Terbuang melalui jaringan (luka
bakar)
4) Kalsium
Kadar kalsium mempunyai efek pada fungsi neuromuskuler,
status jantung dan pembentukan tulang. Gangguan keseimbangan
kalsium akibat dari perubahan metabolisme tulang, sekresi hormon
parathyroid, disfungsi ginjal, dan masukan diet yang berkurang.
Hiperkalsemia Hipokalsemia
Ca serum > 10,5 mEq/L
++
Ca serum < 8,5 mEq/L
++

Kewaspadaan mental menurun Iritabilitas neuromuskuler (baal,


parestesia, reflek hiperaktif, kejang)
Nyeri abdomen, kelemahan otot, Nyeri tulang
mual, muntah, hipertensi

Ilmu Keperawatan Dasar Page 197


Keseimbangan cairan dan Elektrolit
5) Magnesium
Magnesium diperoleh dari masukan diet. Ekskresi magnesium melalui
ginjal.
Kelebihan magnesium Kekurangan magnesium
Pada pasien gagal ginjal, Pada malnutrisi , alkoholisme, terapi
ketoasidosis diabetik, pemakaian IV jangka lama tanpa suplemen Mg
antasid atau laksatif dalam
jumlah berlebihan
Mg ++ serum > 3,4 mEq/L Mg ++ serum < 1,7 mEq/L
Letargi Disorientasi
Reflek tendon dalam tidak ada Reflek hiperaktif
Hipotensi Tremor, tetani
Depresi pernafasan

13. Nilai-Nilai Normal

Jenis cairan dan elektrolit Nilai normal dalam tubuh


Potasium [K+] 3.5 – 5 mEq/L
Sodium [Na+] 135 – 145 mEq/L
Kalsium [Ca2+] 8.5 – 10.5 mg/dl (4.5 – 5.8 mEq/L)
Magnesium [Mg2+] 1.5 – 2.5 mEq/L
Fosfat [PO42-] 2.7 – 4.5 mg/dl
Klorida [Cl-] 98 – 106 mEq/L
Bikarbonat [HCO3] 24 – 28 mEq/L

14. Kompetensi Cairan Dan Elektrolit

A. Rumus Menghitung Tetesan Infus


1) DEWASA (MAKRO 20 TETES/MENIT)

2) DEWASA (MAKRO 15 TETES/MENIT)

ATAU

Faktor tetesan infus bermacam-macam  Lihat Label


dalam cairan, ada yang 10 tetes/menit, 15 tetes/menit, dan 20 tetes/menit.

3) ANAK

Ilmu Keperawatan Dasar Page 198


Keseimbangan cairan dan Elektrolit
CONTOH SOAL 1:
Seorang pasien dengan berat 65 kg datang ke klinik dan membutuhkan 2.400 ml
cairan RL. Berapa tetes infus yang dibutuhkan jika kebutuhan cairan pasien mesti
dicapai dalam waktu 12 jam? Pada label tertulis 15 tetes.

Diketahui:
Cairan = 2.400 ml (cc)
Waktu = 12 jam
Faktor tetesan = 15 tetes
Pertanyaan:
Berapa Tetes per menit?

Jawab :

  = 50 tetes/menit

Contoh soal 2
Seorang pasien datang ke RSUD dan membutuhkan 500 ml cairan RL. Berapa tetes
infus yang dibutuhkan jika kebutuhan cairan pasien mesti dicapai dalam waktu 100
menit? Pada label tertulis 20 tetes.
Diketahui:
Cairan = 500 ml (cc)
Waktu = 100 menit
Faktor tetes Terumo = 20 tetes

Pertanyaan:
Berapa Tetes per menit?
Jawab :

  = 100 tetes/menit

B. Prosedur Pemasangan Infus


Mempersiapkan alat:
1) Standar infuse.
2) Infus set.
3) Cairan sesuai dengan kebutuhan pasien.
4) Jarum infus/abocath atau sejenisnnya sesuai dengan ukuran.
5) Pengalas.
6) Tourniquet/pembendung.
7) Kapas alkohol 70 %.

Ilmu Keperawatan Dasar Page 199


Keseimbangan cairan dan Elektrolit
8) Plester.
9) Gunting.
10) Kasa steril.
11) Betadin.
12) Sarung tangan.
Prosedur Kerja
1) Mencuci tangan
2) Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
3) Hubungkan cairan dan infus set dengan menusukan ke dalam botol
infus (cairan).
4) Isi cairan kedalam infus set dengan menekan bagian ruang tetesan
hingga ruangan tetesan terisi sebagian dan buka penutup hingga selang
terisi dan keluar udarannya.
5) Letakkan pengalas.
6) Lakukan pembendungan dengan tourniquet.
7) Gunakan sarung tangan.
8) Desinfeksi daerah yang akan ditusuk.
9) Lakukan penusukkan dengan arah jarum ke atas.
10) Cek apakah sudah mengenai vena dengan ciri darah keluar melalui
jarum infus/abocath..
11) Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang infus.
12) Buka tetesan.
13) Lakukan desinfeksi dengan betadin dan tutup dengan kasa steril.
14) Beri tanggal, jam pelaksanaan infus pada plester.
15) Rapikan alat
16) Evaluasi respon klien
17) Cuci tangan
18) Dokumentasikan tindakan dan hasil observasi yang dilakukan pada
catatan keperawatan

C. Prosedur Transfusi Darah


Pengertian : Pemberian darah produk dan monitor pasien
Tujuan : Peningkatan kadar darah atau produk darah dalam
Prosedur
Menyiapkan alat:
1) 1 sol tranfusi darah dengan blood filter
2) Ciran isotonik (Nacl 0,9%)
3) Darah sesuai kebutuhan
4) Obat-obatan sesuai dengan program medic
5) Handscoen disposable
6) Tensimeter dan thermometer
Prosedur kerja:
1) Mengecek program terapi
2) Mencuci tangan
3) Memberikan salam teraupetik, menjelaskan tujuan dan prosedur
tindakan, tanda dan gejala reaksi tranfusi
4) Periksa produk darah yang disiapkan, golongan darah dan
kesesuaian cross math, jumlah darah dan nomor kantong, masa berlaku.
5) Menggunakan hanskun/sarung tangan

Ilmu Keperawatan Dasar Page 200


Keseimbangan cairan dan Elektrolit
6) Pemasangan system infus set dengan filter yang tapat terhadap produk
darah
7) Memasang cairan dengan cairan isotonic ( Nacl 0,9%)
8) Hindari tranfusi darah lebih dari satu unit darah atau produk darah
pada satu waktu, kecuali diwajibkan oleh kondisi pasien.
9) Monitor tempat IV terhadap tanda dan gejala dari infiltrasi, phlebritis
dan infeksi lokal.
10) Monitor tanda-tanda vital (pada awal, selama transfusi dan setelah
tranfusi)
11) Berikan injeksi anti histamine bila perlu.
12) Ganti cairan Nacl 0,9 % dengan produk yang tersedia.
13) Monitor ada tidaknya reaksi alergi terhadap pemasangan infuse
14) Monitor kecepatan aliran tranfusi
15) Jangan memberikan medikasi IV atau cairan lain kecuali isotonic dalam
darah atau produk
16) Ganti larutan Nacl 0,9% ketika tranfusi telah lengakap/selesai
17) Evaluasi respon klien terhadap tindakan yang dilakukan
18) Membersihkan peralatan
19) Buka sarung tangan dan cuci tangan
20) Dokumentasi
D. Menghitung Keseimbangan Cairan
1) Menghitung IWL (Insensible Water Loss)

RUMUS IWL

Contoh:   Tn.A BB 60kg dengan suhu tubuh 37⁰C (suhu normal)


 

 

Rumus IWL Dengan Kenaikan Suhu Tubuh

+ IWL Normal

Contoh:  Tn.A BB 60kg, suhu= 39⁰C, Cairan Masuk (CM)= 200cc

Ilmu Keperawatan Dasar Page 201


Keseimbangan cairan dan Elektrolit
  

Menghitung balance cairan seseorang harus diperhatikan berbagai faktor,


diantaranya Berat Badan dan Umur, karena penghitungannya antara usia anak
dengan dewasa berbeda.
Menghitung balance cairanpun harus diperhatikan mana yang termasuk kelompok
Intake cairan dan mana yang output cairan. Berdasarkan kutipan dari Iwasa M.
Kogoshi S (1995) Fluid Therapy do  (PT. Otsuka Indonesia) penghitungan wajib per 24
jam bukan pershift.

2) PENGHITUNGAN BALANCE CAIRAN UNTUK DEWASA

Input cairan: Air (makan+Minum)  : …… cc


Cairan Infus               : …… cc
Therapi injeksi           : …… cc
Air Metabolisme        : …… cc   
(Hitung AM= 5 cc/kgBB/hari)

Output cairan:  Urine : …… cc


Feses : …… cc
Muntah/perdarahan : …… cc
cairan drainage luka/
cairan NGT terbuka  
IWL : …..... cc
(Insensible Water Loss) (hitung IWL= 15 cc/kgBB/hari)

 Contoh Kasus:
Tn Y  (35 tahun) , BB 60 Kg; dirawat dengan post op Laparatomi hari kedua..akibat
appendix perforasi, Keadaan umum masih lemah, kesadaran composmentis..Vital
sign TD: 110/70 mmHg; HR 88 x/menit; RR 20 x/menit, T 37 °C: masih dipuasakan,
saat ini terpasang NGT terbuka cairan berwarna kuning kehijauan sebanyak 200 cc;
pada daerah luka incici operasi terpasang drainage berwarna merah sebanyak 100
cc, Infus terpasang Dextrose 5% drip Antrain 1 ampul /kolf : 2000 cc/24 jam.,
terpasang catheter urine dengan jumlah urine 1700 cc, dan mendapat tranfusi WB
300 cc; mendapat antibiotik Cefat 2 x 1 gram  yg didripkan dalam NaCl 50 cc setiap
kali pemberian, Hitung balance cairan Tn Y!

Ilmu Keperawatan Dasar Page 202


Keseimbangan cairan dan Elektrolit
Input Cairan:
Infus            : 2000 cc
Tranfusi WB : 300 cc
Obat injeksi : 100 cc
Air Metabolisme             : 300 cc   (5 cc x 60 kg)     
Total = 2700 cc

Output cairan:    


: 100 cc
Drainage    
NGT         : 200 cc
Urine : 1700 cc
IWL   : 900 cc  (15 cc x 60 kg) 
Total = 2900 cc

Jadi Balance cairan Tn Y dalam 24 jam :


 = Intake cairan – output cairan
 = 2700 cc – 2900 cc

 = - 200 cc.

Bagaimana jika ada kenaikan suhu? maka untuk menghitung output terutama IWL
gunakan rumus :
IWL + 200 (suhu tinggi – 36,8 .°C), nilai 36,8 °C adalah konstanta
Andaikan suhu Tn Y adalah 38,5 °C, berapakah Balance cairannya?
 berarti nilai IWL Tn Y
 = 900 + 200 (38,5 °C  – 36,8 .°C)
 = 900 + 200 (1,7)
 = 900 + 340 cc
 IWL = 1240 cc

Masukkan nilai IWL kondisi suhu tinggi dalam penjumlahan kelompok Output :
: 100 cc
Drainage    
NGT         : 200 cc
Urine : 1700 cc
IWL   : 1700 cc
Total = 3240 cc

 Jadi Balance cairannya dalam kondisi suhu febris pada Tn Y adalah:


 = 2700 cc – 3240 cc =  -540 cc
Menghitung Balance cairan anak tergantung tahap umur,  untuk menentukan Air
Metabolisme, menurut Iwasa M, Kogoshi S dalam Fluid Tehrapy Bunko do (1995)
dari PT. Otsuka Indonesia yaitu:
: 8 cc/kgBB/hari
Usia Balita (1 – 3 tahun) 
Usia 5 – 7 tahun                    : 8 – 8,5 cc/kgBB/hari

Ilmu Keperawatan Dasar Page 203


Keseimbangan cairan dan Elektrolit
Usia 7 – 11 tahun                  : 6 – 7 cc/kgBB/hari
Usia 12 – 14 tahun               : 5 – 6 cc/kgBB/hari

Untuk IWL (Insensible Water Loss) pada anak


= (30 – usia anak dalam tahun) x cc/kgBB/hari
 Jika anak mengompol menghitung urine 0,5 cc – 1 cc/kgBB/hari
 
CONTOH :
An X (3 tahun) BB 14 Kg, dirawata hari ke dua dengan DBD, keluhan pasien
menurut ibunya: “rewel, tidak nafsu makan; malas minum, badannya masih
hangat; gusinya tadi malam berdarah” Berdasarkan pemeriksaan fisik didapat data:
Keadaan umum terlihat lemah, kesadaran composmentis, TTV: HR 100 x/menit; T
37,3 °C;  petechie di kedua tungkai kaki, Makan /24 jam hanya 6 sendok makan,
Minum/24 jam 1000 cc; BAK/24 jam : 1000 cc, mendapat Infus Asering 1000 cc/24
jam. Hasil pemeriksaan lab Tr terakhir: 50.000. Hitunglah balance cairan anak ini!
Minum 1000 cc
Infus 1000 cc
INPUT CAIRAN
Air metabolisme (AM) 112 cc  (8 cc x 14 kg)
Total 2112 cc

Muntah 100 cc
Urin 1000 cc
OUTPUT CAIRAN IWL 378 cc    (30-3 tahun) x 14
kg
Total 1478 cc

Balance cairan = Intake cairan – Output Cairan


2112 cc – 1478 cc + 634 cc  

Sekarang hitung balance cairannya jika suhu An x 39,8 °C  !


yang perlu diperhatikan adalah penghitungan IWL pada kenaikan suhu gunakan rumus: 
IWL + 200 ( Suhu Tinggi – 36,8  °C) 36,8 °C adalah konstanta.
 
378 + 200 (39,8 °C – 36,8  °C)
378 + 200 (3)
IWL An X
378 + 600
978 cc
Muntah 100 cc
Urin 1000 cc
Output cairan An X
IWL 978 cc
Total 2078 cc
Balance cairan 2112 - 2078 +34 cc

                                                                          

Ilmu Keperawatan Dasar Page 204


Keseimbangan cairan dan Elektrolit

Anda mungkin juga menyukai