Anda di halaman 1dari 32

Laporan Pendahuluan Kebutuhan Dasar manusia

Dengan gangguan pemenuhan Kebutuhan Cairan dan


Elektrolit

Oleh:

DIA LITAWATI
P1337420917001

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2017 / 2018
I. KONSEP DASAR
A. Definisi
A.1. Cairan
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan
listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan (Abdul 2008).
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis
dan lingkungan (Tarwoto dan Wartonah, 2004).
Keseimbangan cairan yaitu keseimbangan antara intake dan output. Dimana
pemakaian cairan pada orang dewasa antara 1.500ml-3.500ml/hari, biasanya
pengaturan cairan tubuh dilakukan dengan mekanisme haus.
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap
sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu
bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan
komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh.
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan
listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam
tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh
bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal
dari air ubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan
dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu
maka akan berpengaruh pada yang lainnya. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok
besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah
cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalah
cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler
(plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah
cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara
sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan
serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
B. Komposisi Cairan Utama
Cairan tubuh menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel. Dua pertiga bagian (67%)
dari cairan tubuh berada di dalam sel (cairan intrasel/CIS) dan sepertiganya (33%)
berada di luar sel (cairan ekstrasel/ CES). CES dibagi cairan intravaskuler atau plasma
darah yang meliputi 20% CES atau 15% dari total berat badan, dan cairan intersisial
yang mencapai 80% CES atau 5% dari total berat badan. Selain kedua kompartmen
tersebut, ada kompartmen lain yang ditempati cairan tubuh, yaitu cairan transel.
Namun, volumenya diabaikan karena kecil, yaitu cairan sendi, cairan otak, cairan
perikard, liur pencernaan, dll. Ion Na+ dan Cl- terutama terdapat pada cairan ekstrasel,
sedangkan ion K+ di cairan intrasel Anion protein tidak tampak dalam cairan intersisial
karena jumlahnya paling sedikit dibandingkan dengan intrasel dan plasma.
Perbedaan komposisi cairan tubuh berbagai kompartmen terjadi karena adanya barier
yang memisahkan mereka. Membran sel memisahkan cairan intrasel dengan cairan
intersisial, sedangkan dinding kapiler memisahkan cairan intersisial dengan plasma.
Dalam keadaan normal, terjadi keseimbangan susunan dan volume cairan dan elektrolit
antar kompartmen. Bila terjadi perubahan konsentrasi atau tekanan di salah satu
kompartmen, maka akan terjadi perpindahan cairan atau ion antar kompartmen
sehingga terjadi keseimbangan kembali.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu :
1. Cairan Intra Seluler (CIS)
Cairan intraseluler yaitu cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh
(Abdul 2008). Cairan ini menyusun sekitar 70% dari total cairan tubuh (Total Body
Water [TBW]). CIS merupakan media tempat terjadinya aktivitas kimia sel (Taylor,
1989). Pada orang dewasa, CIS menyusun sekitar 40% berat tubuh atau dari
TBW, contoh: pria dewasa 70kg CIS 25liter. Sedangkan pada bayi 50% cairan
tubuhnya adalah cairan intraseluler.
2. Cairan Ekstra Seluler (CES)
Cairan Exstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan menyusun
sekitar 30% dari total cairan tubuh. Pada orang dewasa CES menyusun sekitar 20%
berat tubuh (Price dan Wilson, 1986). Menurut Abdul (2008) CES terdiri dari 3
kelompok yaitu :
a. Cairan intravaskuler (plasma) yaitu cairan di dalam sistem vaskuler.
b. Cairan intersitial yaitu cairan yang terletak diantara sel.
c. Cairan transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan
intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
C. Proporsi Cairan Tubuh
Prosentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan
tergantung beberapa hal antara lain :
a. Umur
b. b. Kondisi lemak tubuh
c. c. Sex
Perhatikan uraian berikut ini :
1. Bayi (baru lahir) 75 %
2. Dewasa :
a. Pria (20-40 tahun) 60 %
b. Wanita (20-40 tahun) 50 %
3. Usia Lanjut 45-50 %
Pada orang dewasa kira-kira 40 % berat badannya atau 2/3 dari TBW-nya
berada di dalam sel (cairan intraseluler/ICF), sisanya atau 1/3 dari TBW atau 20
% dari
berat badannya berada di luar sel (ekstraseluler) yaig terbagi dalam 15 % cairan
interstitial, 5 % cairan intavaskuler dan 1-2 % transeluler.
D. Perpindahan Substansi Antar Kompartmen
Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
a. Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi dan
oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
b. Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel
c. Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial
masuk ke dalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan
membran semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen
dalam cairan tubuh ikut berpindah.
Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit
tubuh dengan cara :
1) Diffusi
2) Filtrasi
3) Osmosis
4) Aktif Transport
Difusi
Partikel (ion atau molekul) suatu substansi yang terlarut selalu bergerak dan
cenderungNmenyebar dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi yang
lebih rendah sehingga konsentrasi substansi partikel tersebut merata. Perpindahan
partikel seperti ini disebut difusi. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju difusi
ditentukan sesuai dengan hukum Fick (Ficks law of diffusion). Faktor-faktor
tersebut adalah:
1. Peningkatan perbedaan konsentrasi substansi.
2. Peningkatan permeabilitas.
3. Peningkatan luas permukaan difusi.
4. Berat molekul substansi.
5. Jarak yang ditempuh untuk difusi
Osmosis
Bila suatu substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan tersebut lebih
rendah dibandingkan konsentrasi air dalam larutan air murni dengan volume yang
sama. Hal ini karena tempat molekul air telah ditempati oleh molekul substansi
tersebut. Jadi bila konsentrasi zat yang terlarut meningkat, konsentrasi air akan
menurun. Bila suatu larutan dipisahkan oleh suatu membran yang semipermeabel
dengan larutan yang volumenya sama namun berbeda konsentrasi zat yang
terlarut, maka terjadi perpindahan air/ zat pelarut dari larutan dengan konsentrasi
zat terlarut yang rendah ke larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi.
Perpindahan seperti ini disebut dengan osmosis.
Filtrasi
Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara dua ruang yang dibatasi
oleh membran. Cairan akan keluar dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah
bertekanan rendah. Jumlah cairan yang keluar sebanding dengan besar perbedaan
tekanan, luas permukaan membran, dan permeabilitas membran. Tekanan yang
mempengaruhi filtrasi ini disebut tekanan hidrostatik.
Transport aktif
Transport aktif diperlukan untuk mengembalikan partikel yang telah berdifusi
secara pasif dari daerah yang konsentrasinya rendah ke daerah yang
konsentrasinya lebih tinggi. Perpindahan seperti ini membutuhkan energi (ATP)
untuk melawan perbedaan konsentrasi. Contoh: Pompa Na-K.

E. Pengaturan Volume Cairan Tubuh


Di dalam tubuh seorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia dari
cairan tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman. Dalam kondisi
normal intake cairan sesuai dengan kehilangan cairan tubuh yang terjadi. Kondisi
sakit dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh. Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh maka tubuh akan kehilanagn
cairan antara lain melalui proses penguapan ekspirasi, penguapan kulit, ginjal
(urine), ekresi pada proses metabolisme.
a. Intake Cairan :
Selama aktifitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum kira-kira
1500 ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per hari
sehingga kekurangan sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan
oksidasi selama proses metabolisme. Pengatur utama intake cairan adalah melalui
mekanisme haus. Pusat haus dikendalikan berada di otak Sedangkan rangsangan
haus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai
respon dari penurunan tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan
volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi
haus walupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang
setelah minum sebelum proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal.
b. Output Cairan :
Kehilangan caiaran tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
1) Urine :
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius
merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal output
urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam. Pada orang
dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam
setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine
akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
2) IWL (Invisible Water Loss) :
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan mekanisme
difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini
adalah berkisar 300-400 mL per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu
tubuhmeningkat maka IWL dapat meningkat.
3) Keringat :
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon
ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui
sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
4) Feces :
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang diatur
melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
F. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 (dua) parameter penting,
yaitu volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol
volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan
mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan
cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran
garam dan air dalam urin sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan
kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.
1. Pengaturan volume cairan ekstrasel
Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah
arteri dengan menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume
cairan ekstrasel dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan
memperbanyak volume plasma. Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting
untuk pengaturan tekanan darah jangka panjang
Pengaturan volume cairan ekstrasel dapat dilakukan dengan cara sbb.:
a. Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake & output) air
Untuk mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka
harus ada keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam
tubuh. Hal ini terjadi karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen
dan antara tubuh dengan lingkungan luarnya. Water turnover dibagi dalam:
1. External fluid exchange, pertukaran antara tubuh dengan lingkungan
luar
1.1. Pemasukan air melalui makanan dan minuman 2200 ml
air metabolisme/oksidasi 300 ml
-------------
2500 ml

1.2. Pengeluaran air melalui insensible loss (paru-paru & kulit) 900 ml
urin 1500 ml
feses 100 ml
-------
2500 ml
2. Internal fluid exchange, pertukaran cairan antar pelbagai kompartmen,
seperti proses filtrasi dan reabsorpsi di kapiler ginjal.
b. Memperhatikan keseimbangan garam
Seperti halnya keseimbangan air, keseimbangan garam juga perlu
dipertahankan sehingga asupan garam sama dengan keluarannya.
Permasalahannya adalah seseorang hampir tidak pernah memperhatikan
jumlah garam yang ia konsumsi sehingga sesuai dengan kebutuhannya.
Tetapi, seseorang mengkonsumsi garam sesuai dengan seleranya dan
cenderung lebih dari kebutuhan.Kelebihan garam yang dikonsumsi harus
diekskresikan dalam urin untuk mempertahankan keseimbangan garam.
Ginjal mengontrol jumlah garam yang diekskresi dengan cara:
1. Mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan Laju
Filtrasi Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate(GFR).
2. Mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal
Jumlah Na+ yang direabsorbsi juga bergantung pada sistem yang berperan
mengontrol tekanan darah. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur
reabsorbsi Na+ dan retensi Na+ di tubulus distal dan collecting. Retensi Na+
meningkatkan retensi air sehingga meningkatkan volume plasma dan
menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri . Selain sistem renin-angiotensin-
aldosteron, Atrial Natriuretic Peptide (ANP) atau
hormon atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium dan air. Hormon ini disekresi
oleh sel atrium jantung jika mengalami distensi akibat peningkatan volume
plasma. Penurunan reabsorbsi natrium dan air di tubulus ginjal meningkatkan
eksresi urin sehingga mengembalikan volume darah kembali normal.
2. Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel
Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut) dalam
suatu larutan. Semakin tinggi osmolaritas, semakin tinggi konsentrasi solute atau
semakin rendah konsentrasi air dalam larutan tersebut. Air akan berpindah
dengan cara osmosis dari area yang konsentrasi solutnya lebih rendah
(konsentrasi air lebih tinggi) ke area yang konsentrasi solutnya lebih tinggi
(konsentrasi air lebih rendah).
Osmosis hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi solut yang tidak dapat
menembus membran plasma di intrasel dan ekstrasel. Ion natrium merupakan
solut yang banyak ditemukan di cairan ekstrasel, dan ion utama yang berperan
penting dalam menentukan aktivitas osmotik cairan ekstrasel. Sedangkan di
dalam cairan intrasel, ion kalium bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas
osmotik cairan intrasel. Distribusi yang tidak merata dari ion natrium dan kalium
ini menyebabkan perubahan kadar kedua ion ini bertanggung jawab dalam
menentukan aktivitas osmotik di kedua kompartmen ini.
Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan melalui:
a. Perubahan osmolaritas di nefron
Di sepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan
osmolaritas yang pada akhirnya akan membentuk urin yang sesuai dengan
keadaan cairan tubuh secara keseluruhan di duktus koligen. Glomerulus
menghasilkan cairan yang isosmotik di tubulus proksimal ( 300 mOsm).
Dinding tubulus ansa Henle pars desending sangat permeable terhadap air,
sehingga di bagian ini terjadi reabsorbsi cairan ke kapiler peritubular atau
vasa recta. Hal ini menyebabkan cairan di dalam lumen tubulus menjadi
hiperosmotik.
Dinding tubulus ansa henle pars asenden tidak permeable terhadap air dan
secara aktif memindahkan NaCl keluar tubulus. Hal ini menyebabkan
reabsorbsi garam tanpa osmosis air. Sehingga cairan yang sampai ke tubulus
distal dan duktus koligen menjadi hipoosmotik. Permeabilitas dinding
tubulus distal dan duktus koligen bervariasi bergantung pada ada tidaknya
vasopresin (ADH). Sehingga urin yang dibentuk di duktus koligen dan
akhirnya di keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter juga bergantung pada ada
tidaknya vasopresin/ ADH.
b. Mekanisme haus dan peranan vasopresin (anti diuretic hormone/ ADH)
Peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (> 280 mOsm) akan merangsang
osmoreseptor di hypothalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron
hypothalamus yang menyintesis vasopressin. Vasopresin akan dilepaskan
oleh hipofisis posterior ke dalam darah dan akan berikatan dengan
reseptornya di duktus koligen. Ikatan vasopressin dengan resptornya di
duktus koligen memicu terbentuknya aquaporin, yaitu kanal air di membrane
bagian apeks duktus koligen. Pembentukan aquaporin ini memungkinkan
terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa recta. Hal ini menyebabkan urin yang
terbentuk di
duktus koligen menjadi sedikit dan hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan
di dalam tubuh tetap dapat dipertahankan.

Selain itu, rangsangan pada osmoreseptor di hypothalamus akibat


peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel juga akan dihantarkan ke pusat haus
di hypothalamus sehingga terbentuk perilaku untuk mengatasi haus, dan
cairan di dalam tubuh kembali normal.
Pengaturan Neuroendokrin dalam Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Sebagai kesimpulan, pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit diperankan
oleh system saraf dan sistem endokrin. Sistem saraf mendapat informasi adanya
perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit melali baroreseptor di arkus aorta
dan sinus karotiikus, osmoreseptor di hypothalamus, dan volumereseptor atau
reseptor regang di atrium.
Sedangkan dalam sistem endokrin, hormon-hormon yang berperan saat tubuh
mengalami kekurangan cairan adalah Angiotensin II, Aldosteron, dan Vasopresin/
ADH dengan meningkatkan reabsorbsi natrium dan air. Sementara, jika terjadi
peningkatan volume cairan tubuh, maka hormone atripeptin (ANP) akan
meningkatkan ekskresi volume natrium dan air .
Perubahan volume dan osmolaritas cairan dapat terjadi pada beberapa keadaan.
Sebagai contoh Faktor-faktor lain yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan
elektrolit diantaranya ialah umur, suhu lingkungan, diet, stress, dan penyakit.
G. Faktor yang Berpengaruh pada Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
antara lain :
a. Umur :
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant
dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding
usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan
dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
b. Iklim :
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya
rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui
keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat
kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
c. Diet :
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elektrolit. Ketika intake
nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga
akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal
keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini
akan menyebabkan edema.
d. Stress :
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan
glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air
sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
e. Kondisi Sakit :
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh Misalnya :
1) Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
2) Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
3) Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya
secara mandiri.
f. Tindakan Medis :
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.
g. Pengobatan :
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi
cairan dan elektrolit tubuh.
h. Pembedahan :
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama
pembedahan.

H. Pengaturan Keseimbangan Elektrolit


Elektrolit tubuh mengandung komponen-komponen kimiawi. Elektrolit tubuh ada
yang bermuatan positif (kation) dan bermuatan negatif (anion). Elektrolit sangat
penting pada banyak fungsi tubuh, termasuk fungsi neuromuskular dan
keseimbangan asam basa. Pada fungsi neuromuskular, elektrolit memegang
peranan penting terkait dengan transmisi impuls saraf
Menurut Hidayat (2012), elektrolit tubuh dibagi menjadi:
a. Natrium
Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfungsi sebagai pengaturan
osmolaritas serta volume cairan tubuh. Pengaturan konsentrasi ekstrasel diatur
oleh ADH dan aldosteron. Aldosteron dihasilkan oleh korteks suprarenal dan
berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan konsentrasi natrium dalam
plasma dan prosesnya dibantu oleh ADH. ADH mengatur sejumlah air yang
diserap ke dalam ginjal dari tubulus renalis. Aldosteron juga mengatur
keseimbangan jumlah natrium yang diserap kembali oleh darah. Ekskresi dari
natrium dapat dilakukan melalui ginjal atau sebagian kecil melalui tinja,
keringat, dan air mata. Normalnya sekitar 135-148 mEq/lt.
b. Kalium
Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan intrasel yang
berfungsi sebagai exitability neuromukuler dan kontraksi otot. Keseimbangan
kalium diatur oleh ginjal dengan mekanisme perubahan ion natrium dalam
tubulus ginjal dan sekresi aldosteron. Aldosteron juga berfungsi mengatur
keseimbangan kadar kalium dalam plasma (cairan ekstrasel). Nilai normalnya
sekitar 3,5-5,5 mEq/lt.
c. Kalsium
Kalsium dalam tubuh berfungsi untuk pembentukan tulang dan gigi,
penghantar impuls kontraksi otot, koagulasi darah (pembekuan darah) dan
membantu beberapa enzim pankreas. Kalsium diekresi melalui urine, keringat.
Konsentrasi kalsium dalam tubuh diatur langsung oleh hormon paratiroid pada
reabsorbsi tulang. Jika kadar kalsium darah menurun, kelenjar paratiroid akan
merangsang pembentukan hormon paratiroid yang langsung meningkatkan
jumlah kalsium darah.
d. Magnesium
Magnesium merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel.
Keseimbangan magnesium diatur oleh kelenjar parathyroid, dan magnesium
diabsorbsi dari saluran pencernaan. Magnesium dalam tubuh dipengaruhi oleh
konsentrasi kalsium. Jika magnesium dalam plasma darah kadarnya menurun,
maka ginjal akan mengeluarkan kalium lebih banyak, dapat terjadi pada pasien
alkoholisme kronis, muntah-muntah, diare, gangguan ginjal. Nilai normalnya
sekitar 1,5-2,5 mEq/lt.
e. Klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel. Fungsi klorida
biasanya bersatu dengan natrium yaitu mempertahankan keseimbangan
tekanan osmotik dalam darah. Normalnya sekitar 95-105 mEq/lt.
f. Bikarbonat
Bikarbonat adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan
ekstrasel dan intrasel. Bikarbonat diatur oleh ginjal.
g. Fosfat
Fosfat merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Fosfat
berfungsi untuk meningkatkan kegiatan neuromuskular, metabolisme
kabohidrat, pengaturan asam basa.
I. Konsep Dasar Gangguan Volume Cairan
1. HIPOVOLEMIA (Kekurangan Volume Cairan)
Kekurangan Volume cairan (FVD) terjadi jika air dan elektrolit hilang pada
proporsi yang sama ketika mereka berada pada cairan tubuh normal sehingga
rasio elektrolit serum terhadap air tetap sama. (Brunner & suddarth, 2002).
1) Hipovolemia adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan
ekstraseluler (CES).
2) Hipovolemia adalah penipisan volume cairan ekstraseluler (CES)
3) Hipovolemia adalah kekurangan cairan di dalam bagian-bagian ekstraseluler
(CES)
a. Etiologi
Hipovolemia ini terjadi dapat disebabkan karena :
1) Penurunan masukan.
2) Kehilangan cairan yang abnormal melalui : kulit, gastro intestinal, ginjal
abnormal, dll.
3) Perdarahan.
b. Patofisiologi
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan
elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi
seperti ini disebut juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan
kehilangan cairanmintravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan
interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan
ekstraseluler. Untuk untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan
pemindahan cairan intraseluler.
Secara umum, defisit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu
kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan,
perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan
berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikanya ke lokasi semula dalam
kondisi cairan ekstraseluler istirahat. Cairan dapat berpindah dari lokasi
intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritonium,
perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu, seperti
terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat
obstruksi saluran pencernaan.
c. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan
hipovolemia antara lain : pusing, kelemahan, keletihan, sinkope, anoreksia,
mual, muntah, haus, kekacauan mental, konstipasi, oliguria. Tergantung pada
jenis kehilangan cairan hipovolemia dapat disertai dengan ketidak
seimbangan asam basa, osmolar atau elektrolit. Penipisan (CES) berat dapat
menimbulkan syok hipovolemik.
Mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi hipolemia adalah dapat berupa
peningkatan rangsang sistem syaraf simpatis (peningkatan frekwensi jantung,
inotropik (kontraksi jantung) dan tahanan vaskuler), rasa haus, pelepasan
hormon antideuritik (ADH), dan pelepasan aldosteron. Kondisi hipovolemia
yang lama dapat menimbulkan gagal ginjal akut.
d. Komplikasi
Akibat lanjut dari kekurangan volume cairan dapat mengakibatkan :
1) Dehidrasi (Ringan, sedang berat).
2) Renjatan hipovolemik.
3) Kejang pada dehidrasi hipertonik.
f. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan penunjang.
Penurunan tekanan darah (TD), khususnya bila berdiri (hipotensi
ortostatik); peningkatan frekwensi jantung (FJ); turgor kulit buruk; lidah
kering dan kasar; mata cekung; vena leher kempes; peningkatan suhu dan
penurunan berat badan akut. Bayi dan anak - anak : penurunan air mata,
depresi fontanel anterior. Pada pasien syok akan tampak pucat dan
diaforetik dengan nadi cepat dan haus; hipotensi terlentang dan oliguria.

Penurunan berat badan sebagai indikator dari kekurangan CES pada


orang dewasa dan anak-anak.

2) Riwayat kesehatan.
3) Evalusi status volume cairan.
4) Kadar Nitrogen Urea dalam darah (BUN) > 25mg/ 100 ml.
5) Peningkatan kadar Hematokrit > 50%.
6) Berat jenis urine > 1,025.
2. HIPERVOLEMIA (Kelebihan Volume Cairan)
a. Pengertian
Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami
kelebihan cairan intraseluler atau interstisial. (Carpenito, 2000). Kelebihan
volume cairan mengacu pada perluasan isotonok dari CES yang disebabkan
oleh retensi air dan natrium yang abnormal dalam proporsi yang kurang
lebih sama dimana mereka secara normal berada dalam CES. Hal ini selalu
terjadi sesudah ada peningkatan kandungan natrium tubuh total, yang pada
akhirnya menyebabkan peningkatan air tubuh total. (Brunner & Suddarth.
2002).
b. Etiologi
Hipervolemia ini dapat terjadi jika terdapat :
1) Stimulus kronis pada ginjal untuk menahan natrium dan air.
2) Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air.
3) Kelebihan pemberian cairan intra vena (IV).
4) Perpindahan cairan interstisial ke plasma.
c.Patofisiologi
Kelebihan volume cairan terjadi apabila tubuh menyimpan cairan dan
elektrolit dalam kompartemen ekstraseluler dalam proporsi yang seimbang.
Karena adanya retensi cairan isotonik, konsentrasi natrium dalam serum masih
normal. Kelebihan cairan tubuh hampir selalu disebabkan oleh peningkatan
jumlah natrium dalam serum. Kelebihan cairan terjadi akibat overload cairan /
adanya gangguan mekanisme homeostatis pada proses regulasi keseimbangan
cairan.
e. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan
hipervolemia antara lain : sesak nafas, ortopnea. Mekanisme kompensasi tubuh
pada kondisi hiperlemia adalah berupa pelepasan Peptida Natriuretik Atrium
(PNA), menimbulkan peningkatan filtrasi dan ekskresi natrium dan air oleh
ginjal dan penurunan pelepasan aldosteron dan ADH. Abnormalitas pada
homeostatisis elektrolit, keseimbangan asam-basa dan osmolalitas sering
menyertai hipervolemia.
Hipervolemia dapat menimbulkan gagal jantung dan edema pulmuner,
khususnya pada pasien dengan disfungsi kardiovaskuler
e.Komplikasi
Akibat lanjut dari kelebihan volume cairan adalah :
1) Gagal ginjal, akut atau kronik
2) Berhubungan dengan peningkatan preload, penurunan kontraktilitas, dan
penurunan curah jantung
3) Infark miokard
4) Gagal jantung kongestif
5) Gagal jantung kiri
6) Penyakit katup
7) Takikardi/aritmia
Berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotik koloid plasma rendah,
etensi natrium
8) Penyakit hepar : Sirosis, Asites, Kanker
9) Berhubungan dengan kerusakan arus balik vena
10) Varikose vena
11) Penyakit vaskuler perifer
12) Flebitis kronis
f. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan Fisik
Oedema, peningkatan berat badan, peningkatan TD (penurunan TD saat
jantung gagal) nadi kuat, asites, krekles (rales). Ronkhi, mengi, distensi vena
leher, kulit lembab, takikardia, irama galop
2) Protein rendah
3) Anemia
4) Retensi air yang berlebihan
5) Peningkatan natrium dalam urine

J. Masalah Kebutuhan Elektrolit

Menurut Hidayat (2012), masalah kebutuhan elektrolit terdiri dari :

a. Hiponatremia
Hiponatremia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam
plasma darah ditandai dengan adanya rasa kehausan yang berlebihan, rasa
cemas, takut dan bingung, kejang perut, denyut nadi cepat dan lembab,
hipotensi, konvulsi, membran mukosa kering, kadar natrium dalam plasma
kurang dari 135 mEq/lt. Dapat terjadi pada pasien yang mendapat obat diuretik
dalam jangka waktu yang lama tanpa terkontrol, diare jangka panjang.
b. Hipernatremia
Hipernatremia merupakan suatu keadaan kadar natrium dalam plasma tinggi
yang ditandai dengan adanya mukosa kering, rasa haus, turgor kulit buruk dan
permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan, konvulsi, suhu badan naik,
kadar natrium dalam plasma lebih dari 148 mEq/lt. Dapat terjadi pasien
dehidrasi, diare, pemasukan air yang berlebihan sedang intake garam sedikit.
c. Hipokalemia
Hipokalemia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah
ditandai dengan denyut nadi lemah, tekanan darah menurun, tidak nafsu
makan dan muntah-muntah, perut kembung, otot lemah dan lunak, denyut
jantung tidak beraturan (aritmia), penurunan bising usus, kadar kalium plasma
menurun kurang dari 3,5 mEq/lt.
d. Hiperkalemia
Hiperkalemia merupakan suatu keadaan yang menunjukkan kadar kalium
dalam darah tinggi yang ditandai dengan adanya mual, hiperaktivitas
pencernaan, aritmia, kelemahan, jumlah urine sedikit sekali, diare, kecemasan,
dan irritable, kadar kalium dalam plasma lebih dari 5,5 mEq/lt.
e. Hipokalsemia
Hipokalsemia merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah yang
ditandai dengan adanya kram otot dan kram perut, kejang, bingung, kadar
kalsium dalam plasma kurang dari 4,3 mEq/lt dan kesemutan pada jari dan
sekitar mulut yang dapat disebabkan oleh pengaruh pengangkatan kelenjar
gondok, kehilangan sejumlah kalsium karena sekresi intestinal.
f. Hiperkalsemia
Hiperkalsemia merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium dalam
darah, yang ditandai dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu
ginjal, mual-mual, koma dan kadar kalsium dalam plasma lebih dari 4,3
mEq/lt. Dapat dijumpai pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar
gondok dan makan vitamin D yang berlebihan.
g. Hipomagnesia
Hipomagnesia merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah yang
ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki tangan, takikardi,
hipertensi, disoriensi dan konvulsi. Kadar magnesium dalam darah kurang dari
1,5 mEq/lt.
h. Hipermagnesia
Hipermagnesia merupakan kadar magnesium yang berlebihan dalam darah
yang ditandai dengan adanya, koma, gangguan pernapasan dan kadar
magnesium lebih dari 2,5 mEq/lt.
K. Keseimbangan Asam-Basa
Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan pengaturan konsentrasi ion
H bebas dalam cairan tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4, pH darah arteri 7,45
dan darah vena 7,35. Jika pH darah < 7,35 dikatakan asidosis, dan jika pH darah
> 7,45 dikatakan alkalosis. Ion H terutama diperoleh dari aktivitas metabolik
dalam tubuh. Ion H secara normal dan kontinyu akan ditambahkan ke cairan
tubuh dari 3 sumber, yaitu:
1. pembentukan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H dan
bikarbonat
2. katabolisme zat organik
3. disosiasi asam organic pada metabolisme intermedia, misalnya pada
metabolisme lemak terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian asam ini
akan berdisosiasi melepaskan ion H.
Fluktuasi konsentrasi ion h dalam tubuh akan mempengaruhi fungsi normal sel,
antara lain:
1. perubahan eksitabilitas saraf dan otot; pada asidosis terjadi depresi susunan
saraf pusat, sebalikny pada alkalosis terjadi hipereksitabilitas.
2. mempengaruhi enzim-enzim dalam tubuh.
3. mempengaruhi konsentrasi ion K
Bila terjadi perubahan konsentrasi ion H maka tubuh berusaha mempertahankan
ion H seperti nilai semula dengan cara:
1. mengaktifkan sistem dapar kimia
2. mekanisme pengontrolan pH oleh sistem pernapasan
3. mekanisme pengontrolan pH oleh sistem perkemihan
Ada 4 sistem dapar kimia, yaitu:
1. Dapar bikarbonat; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel teutama untuk
perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat.
2. Dapar protein; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel.
3. Dapar hemoglobin; merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk perubahan
asam karbonat.
4. Dapar fosfat; merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel.
Sistem dapar kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementera.
Jika dengan dapar kimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka
pengontrolan pH akan dilanjutkan oleh paru-paru yang berespons secara cepat
terhadap perubahan kadar ion H dalam darah akibat rangsangan pada
kemoreseptor dan pusat pernapasan, kemudian mempertahankan kadarnya sampai
ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut. Ginjal mampu meregulasi
ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan mensekresikan ion H dan
menambahkan bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki dapar fosfat dan
ammonia.
Ketidakseimbangan asam-basa
Ada 4 kategori ketidakseimbangan asam-basa, yaitu:
1. Asidosis respiratori, disebabkan oleh retensi CO2 akibat hipoventilasi.
Pembentukan H2CO3 meningkat, dan disosiasi asam ini akan meningkatkan
konsentrasi ion H.
2. Alkalosis respiratori, disebabkan oleh kehilangan CO2 yang berlebihan akibat
hiperventilasi. Pembentukan H2CO3 menurun sehingga pembentukan ion H
menurun.
3. Asidosis metabolik, asidosis yang bukan disebabkan oleh gangguan ventilasi
paru. Diare akut, diabetes mellitus, olahraga yang terlalu berat, dan asidosis
uremia akibat gagal ginjal akan menyebabkan penurunan kadar bikarbonat
sehingga kadar ion H bebas meningkat.
4. Alkalosis metabolik, terjadi penurunan kadar ion H dalam plasma karena
defisiensi asam non-karbonat. Akibatnya konsentrasi bikarbonat meningkat. Hal
ini terjadi karena kehilangan ion H karena muntah-muntah dan minum obat-obat
alkalis. Hilangnya ion H akan menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk
menetralisir bikarbonat, sehingga kadar bikarbonat plasma meningkat.
Untuk mengkompensasi gangguan keseimbangan asam-basa tersebut, fungsi
pernapasan dan ginjal sangat penting.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat Keperawatan
a. Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral, parenteral)

b. Tanda umum masalah elektrolit

c. Tanda kekurangan dan kelebihan cairan

d. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan


elektrolit

e. Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu status


cairan

f. Status perkembangan seperti usia atau situasi sosial

g. Faktor psikologis seperti perilaku emosional yang mengganggu


pengobatan.
2. Pengukuran Klinik
a. Berat badan
Kehilangan/bertambahnya berat badan menunjukan adanya masalah
keseimbangan cairan. Masalah keseimbangan cairan akibat
kehilangan/bertambahnya berat badan dikategorikan ke dalam tiga
kelompok, yaitu

1) 2% : ringan

2) 5% : sedang

3) 10% : berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama.
b. Keadaan umum
Pengukuran tanda vital seperti suhu, tekanan darah, nadi,
pernafasan dan suhu, pengukuran tingkat kesadaran.
c. Pengukuran pemasukan cairan Pemasukan cairan yang perlu
dihitung adalah cairan yang diberikan melalui NGT dan oral,
cairan parenteral termasuk obat-obatan IV, makanan yang
cenderung mengandung air yang dikonsumsi oleh klien, dan cairan
yang digunakan untuk irigasi kateter atau NGT.
d. Pengukuran pengeluaran cairan
Pengeluaran yang perlu diukur meliputi volume dan
kejernihan/kepekatan urine, jumlah dan konsistensi feses, muntah,
tube drainase, dan IWL (Insensible Water Loss)
e. Ukur keseimbangan cairan dengan akurat, normalnya sekitar 200
cc.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada kebutuhan cairan dan elektrolit difokuskan pada :
a. Integumen
Pada pemeriksaan integumen yang peru diperhatikan adalah keadaan
turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot, tetani, dan sensasi rasa
b. Kardiovaskuler
Pada pemeriksaan kardiovaskuler yang perlu diperhatikan adalah distensi
vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin, dan bunyi jantung.
c. Mata
Pada pemeriksaan mata perlu diperhatikan mata cekung atau tidak, air
mata kering atau tidak.
d. Neurologi
Pada pemeriksaan neurologi yang perlu diperhatikan adalah refleks,
gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran.
e. Gastrointestinal
Pada pemeriksaan gastrointestinal yang perlu diperhatikan adalah keadaan
mukosa mulut dan lidah, muntah-muntah, dan bising usus.
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang bisa berupa pemeriksaan elektrolit, darah lengkap,
pH, berat jenis urine, dan analisis gas darah.
Data subjektif dan objektif
1) Pengkajian
Data Subjektif
a) Kaji batasan karakteristik.
(1) Asupan cairan (jumlah dan jenis)
(2) Kulit (kering dan turgor)
(3) Penurunan berat badan (jumlah dan lamanya)
(4) Haluaran urine (berkurang dan meningkat)
b) Kaji faktor-faktor yang berhubungan
(1) Diabetes mellitus (diagnosa dan riwayat keluarga/diabetes insipidus)
(2) Penyakit jantung
(3) Penyakit ginjal
(4) Gangguan atau bedah gastrointestinal
(5) Penggunaan alcohol
(6) Pengobatan : laksatif/enema, diuretic dan efek samping yang
mengiritasi saluran pencernaan (antibiotika dan kemoterapi)
(7) Alergi (makanan dan susu)
(8) Panas tinggi/kelembaban
(9) Olahraga yang terlalu banyak mengeluarkan keringat
(10) Depresi
(11) Nyeri
Data Objektif
a) Kaji batasan karakteristik
1) Berat badan sekarang dan sebelum sakit
2) Asupan (1-2 hari terakhir)
3) Haluaran (1-2 hari terakhir)
4) Tanda-tanda dehidrasi
a) Kulit : mukosa bibir kering, lidah berkerut atau kering, turgor
kulit kurang elastis, warna kulit pucat atau memerah, kelembaban
kering atau diforesis, fontanel bayi cekung dan bola mata cekung.
b) Haluaran urine : jumlah bervariasi sangat banyak atau sedikit,
warna kuning tua atau kuning jernih dan berat jenis naik atau turun.
b) Kaji faktor-faktor yang berhubungan
1) Kehilangan GI abnormal : muntah, penghisapan NG, diare, drainase
intestinal.
2) Kehilangan kulit abnormal : diaforesis berlebihan sekunder terhadap
demam atau latihan, luka bakar, fibrosis sistik.
3) Kehilangan ginjal abnormal : terapi diuretik, diabetes insipidus,
diuresis
osmotik (bentuk poliurik), insufisiensi adrenal, diuresis osmotik (DM
takterkontrol, pasca penggunaan zat kontras.
4) Spasium ketiga atau perpindahan cairan plasma ke interstisial :
peritonitis, obtruksi usus, luka bakar, acites.
5) Hemorragik
6) Perubahan masukan : koma, kekurangan cairan.
B. Diagnosa keperawatan
Hipovolemi ( Kekurangan volume cairan)
adalah kondisi ketika individu, yang tidak menjalani puasa, mengalami
atau resiko memgalami resiko dehidrasi vascular, interstisial, atau
intravascular.
1. Batasan Karakteristik
a) Mayor
(1) Ketidakcukupan asupan cairan per oral
(2) Balance negative antara asupan dan haluaran
(3) Penurunan berat badan
(4) Kulit/membrane mukosa kering ( turgor menurun)
b) Minor :
(1) Peningkatan natrium serum
(2) Penurunun haluaran urine atau haluaran urine berlebih
(3) Urine pekat atau sering berkemih
(4) Penurunan turgor kulit
(5) Haus, mual/anoreksia

2. Faktor yang berhubungan :


a. Berhubungan dengan haluaran urine berlebih, sekunder akibat diabetes
insipidus.
b. Berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan
cairan melalui evaporasi akibat luka bakar.
c. Berhubungan dengan kehilangan cairan, sekunder akibat demam,
drainase abnormal, dari luka, diare.
d. Berhubungan dengan penggunaan laksatif, diuretic atau alcohol yang
berlebihan.
e. Berhubungan dengan mual, muntah.
f.Berhubungan dengan motivasi untuk minum, sekunder akibat depresi atau
keletihan.
g. Berhubungan dengan masalah diet.
h. Berhubungan denganpemberian makan perselang dengan konsentrasi
tinggi.
i. Berhubungan dengan konsentrasi menelan atau kesulitan makan sendiri
akibat nyeri mulut.
3. Tujuan
Menyeimbangkan volume cairan sesuai dg. Kebutuhan tubuh.
4. Kriteria Hasil
Individu akan :
a. Meningkatkan masukan cairan minimal 2000 ml/hari (kecuali bila ada
kontraindikasi).
b. Menceritakan perlunya untuk meningkatkan masukan cairan selama stres atau
panas.
c. Mempertahankan berat jenis urine dalam batas normal.
d. Memperlihatkan tidak adanya tanda dan gejala dehidrasi.
5. Intervensi
a) Kaji yang disukai dan yang tidak disukai; beri minuman kesukaan dalam
batas diet.
b) Rencanakan tujuan masukan cairan untuk setiap pergantian (mis; 1000 ml
selama pagi, 800 ml sore, dan 200 ml malam hari).
c) Kaji pengertian individu tentang alasan-alasan untuk mempertahankan
hidrasi yang adekuat dan metoda-metoda untuk mencapai tujuan masukan
cairan.
d) Untuk anak-anak, tawarkan :
(1) Bentuk-bentuk cairan yang menarik (es krim bertangkai, jus dingin, es
berbentuk kerucut)
(2) Wadah yang tidak biasa (cangkir berwarna, sedotan)
(3) Sebuah permainan atau aktivitas (suruh anak minum jika tiba giliran
anak)
e) Suruh individu mempertahankan laporan yang tertulis dari masukan cairan dan
haluaran urine, jika perlu.
f)Pantau masukan; pastikan sedikitnya 1500 ml peroral setiap 24 jam.
g) Pantau haluaran; pastikan sedikitnya 1000-1500 ml setiap 24 jam.
h) Pantau berat jenis urine
i) Timbang berat badan setiap hari dengan jenis baju yang sama, kehilangan berat
badan 2%-4% menunjukan dehidrasi ringan, 5%-9% dehidrasi sedang.
j) Ajarkan bahwa kopi, teh, dan jus buah anggur menyebabkan diuresis dan dapat
menambah kehilangan cairan.
k) Pertimbangkan kehilangan cairan tambahan yang berhubungan dengan
muntah, diare, demam, selang drein.
l) Pantau kadar elektrolit darah, nitrogen urea darah, urine dan serum osmolalitas,
kreatinin, hematokrit, dan hemoglobin.
m) Untuk drainase luka :
(1) Pertahankan catatan yang cermat tentang jumlah dan jenis drainase
(2) Timbang balutan, jika perlu, untuk memperkirakan kehilangan cairan.
(3) Balut luka untuk meminimalkan kehilangan cairan.
6. Evaluasi
Evaluasi pada kekurangan volume cairan yaitu mengacu pada kriteria hasil
yaitu :
a) Klien minum 2000 ml/hari.
b) Klien mengerti tentang pentingnya meningkatkan masukan cairan selama
stress.
c) Berat jenis urine normal.
d) Tidak terjadi tanda-tanda dehirasi (mukosa bibir lembab, turgor kulit
elastis).
HIPERVOLEMIA (Kelebihan Volume Cairan)
a. Pengertian
Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami
kelebihan cairan intraseluler atau interstisial. (Carpenito, 2000).
Kelebihan volume cairan mengacu pada perluasan isotonok dari CES yang
disebabkan oleh retensi air dan natrium yang abnormal dalam proporsi
yang kurang lebih sama dimana mereka secara normal berada dalam CES.
Hal ini selalu terjadi sesudah ada peningkatan kandungan natrium tubuh
total, yang pada akhirnya menyebabkan peningkatan air tubuh total.
(Brunner & Suddarth. 2002).
b. Etiologi
Hipervolemia ini dapat terjadi jika terdapat :
1) Stimulus kronis pada ginjal untuk menahan natrium dan air.
2) Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air.
3) Kelebihan pemberian cairan intra vena (IV).
4) Perpindahan cairan interstisial ke plasma.
c.Patofisiologi
Kelebihan volume cairan terjadi apabila tubuh menyimpan cairan dan
elektrolit dalam kompartemen ekstraseluler dalam proporsi yang
seimbang. Karena adanya retensi cairan isotonik, konsentrasi natrium
dalam serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh hampir selalu
disebabkan oleh peningkatan jumlah natrium dalam serum. Kelebihan
cairan terjadi akibat overload cairan / adanya gangguan mekanisme
homeostatis pada proses regulasi keseimbangan cairan.
c. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan
hipervolemia antara lain : sesak nafas, ortopnea. Mekanisme kompensasi tubuh
pada kondisi hiperlemia adalah berupa pelepasan Peptida Natriuretik Atrium
(PNA), menimbulkan peningkatan filtrasi dan ekskresi natrium dan air oleh
ginjal dan penurunan pelepasan aldosteron dan ADH. Abnormalitas pada
homeostatisis elektrolit, keseimbangan asam-basa dan osmolalitas sering
menyertai hipervolemia. Hipervolemia dapat menimbulkan gagal jantung dan
edema pulmuner, khususnya pada pasien dengan disfungsi kardiovaskuler
e.Komplikasi
Akibat lanjut dari kelebihan volume cairan adalah :
1) Gagal ginjal, akut atau kronik
2) Berhubungan dengan peningkatan preload, penurunan kontraktilitas, dan
penurunan curah jantung
3) Infark miokard
4) Gagal jantung kongestif
5) Gagal jantung kiri
6) Penyakit katup
7) Takikardi/aritmia
Berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotik koloid plasma rendah,
retensi natrium
8) Penyakit hepar : Sirosis, Asites, Kanker
9) Berhubungan dengan kerusakan arus balik vena
10) Varikose vena
11) Penyakit vaskuler perifer
12) Flebitis kronis
f. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan Fisik
Oedema, peningkatan berat badan, peningkatan TD (penurunan TD saat
jantung gagal) nadi kuat, asites, krekles (rales). Ronkhi, mengi, distensi
vena leher, kulit lembab, takikardia, irama galop
2) Protein rendah
3) Anemia
4) Retensi air yang berlebihan
5) Peningkatan natrium dalam urine
g. Penatalaksanaan Medis
Tujuan terapi adalah mengatasi masalah pencetus dan mengembalikan CES
pada normal. Tindakan dapat berupa hal berikut :
1) Pembatasan natrium dan air.
2) Diuretik.
3) Dialisi atau hemofiltrasi arteriovena kontinue : pada gagal ginjal atau
kelebihan
beban cairan yang mengancam hidup.
h.Pedoman Penyuluhan Keluarga
Beri pasien dan orang terdekat instruksi verbal dan tertulis tentang hal berikut:
1) Tanda dan gejala hipervolemia.
2) Gejala-gejala yang memerlukan pemberitahuan dokter setelah pulang
dari rumah sakit; sesak nafas, nyeri dada, ketidakteraturan nadi baru.
3) Diet rendah garam, bila diprogramkan; gunakan pengganti garam; dan
hindari makanan yang mengandung natrium tinggi.
4) Obat-obatan : termasuk nama, tujuan, dosis, frekwensi, kewaspadaan dan
potensial efek samping; tanda dan gejala hipokalemia bila pasien
mnggunakan diuretik.
5) Pentingnya pembatasan cairan bila hipervolemia berlanjut.
6) Pentingnya penimbangan berat badan setiap hari.
i. Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
Data Subjektif
a) Kaji batasan karakteristik
(1)Riwayat gejala
Adanya keluhan :
(a) Napas pendek
(b) Penambahan berat badan
(c) Awitan/durasi
(d) Lokasi
(e) Gambaran
(f) Kelemahan/keletihan
(g) Edema
b) Kaji faktor-faktor yang berhubungan
(1) Riwayat faktor-faktor penyebab dan penunjang
(a) Riwayat diabetes pada keluarga atau perorangan
(b) Kehamilan
(c) Awal menstruasi
(d) Penyakit jantung atau gagal ginjal
(e) Penyakit hati
(f) Alkoholik
(g) Hiper atau hipertiroidisme
(h) Terapi steroid
(i) Malnutrisi
(j) Masukan garam berlebihan
(k) Penggunaan enema air hangat yang berlebihan
(l) Obstruksi limfatik
(m) Penggantian cairan yang berlebihan
(2) Masukan nutrisi
(a) Perkiraan masukan protein (adekuat/tak adekuat)
(b) Perkiraan masukan kalori (adekuat/tak adekuat/kelebihan)
(c) Perkiraan masukan cairan (adekuat/tak adekuat/kelebihan)
(d) Konsumsi alcohol setiap hari (jenis dan jumlah)
(e) Masukan dan haluaran dalam 24-72 jam
Data Objektif
a) Kaji batasan karakteristik
(1)Tanda kelebihan cairan
(a) Nadi (kuat atau tidak teratur).
(b) Pernapasan : frekuensi (takipnea), kualitas dangkal, bunyi paru
ronki, tekanan darah meningkat.
(2)Edema
(a) Tekan ibu jari paling sedikit 5 detik, catat sisa sisa lekukannya.
(b) Catat derajat dan lokasi (kaki, tumit, tangan, sacrum, keseluruhan
secara umum).
(3) Penambahan berat badan (timbang berat badan setiap hari dengan
timbangan yang sama).
(4) Distensi vena leher (distensi vena setinggi 45 derajat mungkin ada indikasi
terjadinya kelebihan cairan atau berkurangnya curah jantung.
2) Diagnosa Keperawatan
Kelebihan volume cairan adalah Kondisi ketika individu mengalami atau beresiko
mengalami kelebihan beban cairan intraseluler atau interstisial.
Batasan Karakteristik
Mayor :
a) Edema
b) Kulit tegang, mengkilap
Minor :
a) Asupan melebihi haluaran
b) Sesak napas
c) Kenaikan berat badan
Faktor yang berhubungan :
a. Berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi cairan, sekunder akibat
gagal jantung.
b. Berhubungan dengan preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan
curah jantung, sekunder akibat infark miokard, gagal jantung, penyakit katup
jantung Berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotic, koloid
plasma yang rendah, retensi natrium, sekunder akibat penyakit hepar, serosis
hepatis, asites, dan kanker.
c. Berhubungan dengan gangguan aliran balik vena, sekunder akibat varises
vena, thrombus, imobilitas, flebitis kronis.
d. Berhubungan dengan retensi natrium dan air, sekunder akibat
penggunaan kortikosteroid.
e. Berhubungan dengan kelebihan asupan natrium/cairan.
f. Berhubungan dengan rendahnya asupan protein pada diet lemak, malnutrisi.
g. Berhubungan dengan venostasis/bendungan vena, sekunder akibat
imobilitas, bidai atau balutan yang kuat, serta berdiri atau duduk dalam
waktu yang lama.
h.Berhubungan dengan kompresi vena oleh uterus pada saat hamil
i. Berhubungan dengan drainase limfatik yang tidak adekuat, sekunder akibat
mastetomi.
Tujuan
Kebutuhan cairan klien dapat terpenuhi sesuai dengan kebutuhan tubuh klien.
Kriteria Hasil
Individu akan :
(1) Mengungkapkan faktor -faktor penyebab dan metode-metode pencegahan
edema.
(2) memperlihatkan penurunan edema perifer dan sakral.
Intervensi
a) Kaji asupan diet dan kebiasaan yang mendorong terjadinya retensi cairan.
b) Anjurkan individu untuk menurunkan masukan garam.
c) Ajarkan individu untuk.
d) Membaca label untuk kandungan natrium.
e) Hindari makanan yang menyenangkan, makanan kaleng, dan makanan beku.
f) Masak tanpa garam dan gunakan bumbu-bumbu untuk menambah rasa
(lemon, kemangi, mint).
g) Gunakan cuka mengganti garam untuk rasa sop, rebusan, dan lain-lain.
h) Kaji adanya tanda-tanda venostatis pada bagian tergantung.
i) Jaga ekstremitas yang mengalami edema setinggi diatas jantung apabila
mungkin (kecuali jika terdapat kontraindikasi oleh gagal jantung).
j) Instruksikan individu untuk menghindari celana yang terbuat dari
kaos/korset, celana setinggi lutut, dan menyilangkan tungkai bawah dan
latihan tetap meninggikan tungkai bila mungkin.
k) Untuk drainase yang tidak adekuat :
(1) Jaga ekstremitas ditinggikan diatas bantal.
(2) Ukur tekanan darah pada lengan yang tidak sakit.
(3) Jangan memberi suntikan atau memasukan cairan intravena pada
lengan yang sakit.
(4) Lindungi lengan yang sakit dari cedera.
(5) Anjurkan individu untuk menghindari deterjen yang kuat, membawa
kantong yang berat, merokok, mencederai kulit ari atau bintil pada kuku,
meraih kedalam oven yang panas, menggunakan perhiasan atau jam tangan,
atau menggunakan bando.
(6) Peringatkan individu untuk menemui dokter jika lengan menjadi
merah, bengkak, atau keras lain dari biasa.
(7) Lindungi lengan yang edema dari cedera.
Evaluasi
Evaluasi pada kelebihan volume cairan yaitu mengacu pada kriteria hasil yaitu :
a) Klien tahu apa penyebab edema dan sudah mengerti tentang pencegahan
edema.
b) Tidak ada tanda-tanda edema

Anda mungkin juga menyukai