Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

DI DESA CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas praktik klinik keperawatan

Dosen Pengampu Menik Kustriyani, S.Kep, Ns,M.Kep

Disusun Oleh :

Nabila Intan Anggellina (2005075)

Tingkah Enggaring Tyas (2005076)

Desy Shelia Fitriani (2005077)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG

2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cairan dan elektrolit merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat
penting. Kebutuhan cairan pada manusia sangat tergantung pada berat badan dan
aktivitas. Seseorang yang mengalami gangguan volume cairan akan berdampak pada
berbagai sistem tubuh. Gangguan volume cairan merupakan suatu keadaan dimana
individu berisiko mengalami penurunan peningkatan atau perpindahan cepat dari suatu
kelainan cairan intra vaskuler, interstisial dan ekstraseluler. Salah satu penyakit yang
menyebabkan gangguan volume cairan adalah gagal ginjal kronik (Alimul H, A
Azis,2005).
Gagal ginjal kronik/Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu keadaan yang
ditandai dengan kelainan dari struktur atau fungsi ginjal. Keadaan ini muncul selama
lebih dari 3 bulan dan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan. Penurunan fungsi ginjal
dapat menimbulkan gejala pada pasien. Jika terjadi kerusakan ginjal yang berat maka
produksi eritropoetin di ginjal terganggu akhirnya produksi sel darah merah berkurang.
Seiring dengan perdarahan, defisiensi besi, kerusakan ginjal, dan diikuti dengan
penurunan laju filtrasi glomerulus, maka derajat anemia akan meningkat (Suhardjono
2009).
Data World Health Organization (WHO), menunjukan bahwa tahun 1995- 2025
diperkirakan akan terjadi peningkatan pasien dengan penyakit ginjal 41,4% di Indonesia.
Prevalensi anemia pada pasien GGK menurut World Health Organizatin (WHO) adalah
84,5% dengan prevalensi pada pasien dialysis kronis menjadi 100% dan 73% pada pasien
pradialisis. Pada tahun (2006), di Amerika serikat penyakit ginjal kronik menempati
urutan ke-9 sebagai penyebab kematian paling banyak. Menurut data URDS 2010 angka
kejadian anemia pada gagal ginjal kronik stadium 1- 4 di Amerika yaitu sebesar 51,8 dan
kadar Hb rata-rata pada gagal ginjal kronik tahap akhir 9,9 g/dl (PERNIFER, 2011).
Di Indonesia, insiden terjadinya penyakit ginjal kronik yaitu 100-150 per satu juta
penduduk pada tahun (2005). Banyak pasien hemodialisis dihadapkan pada problem
kesehatan yang berhubungan dengan gagal ginjal kronik, salah satu dan mayoritas
problem tersebut adalah anemia, yang berkembang sejak awal pasien terkena gagal ginjal
kronik dan berkontribusi pada penurunan kualitas hidup pasien. Hal ini ditunjukkan
dengan meningkatnya kemungkinan efek samping yang terjadi, termasuk komplikasi dan
kematian karena penyakit kardiovaskuler. Selain itu pasien juga akan mengalami masalah
gangguan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (Lankhorts dan Wish, 2010).
Data yang ditemukan di ruang Komodo RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang,
selama periode Januari sampai dengan pertengahan Juli 2019 jumlah penderita Cronic
Kidney Disease (CKD) sebanyak 32 orang (Data rekam medis ruang Komodo, 2019).
Dampak yang terjadi apabila sesorang mengalami gangguan ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit diantaranya terjadi hipovolemia, hipervolemia, kelebihan volume cairan
dan edema. Oleh karena itu sangat dibutuhkan peran perawat dalam perawatan pasien
untuk mengatasi masalah tersebut. Perawat dapat berperan sebagai pemberi pelayanan
keperawatan. Dalam hal ini perawatan pasien dengan gangguan ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit, perawat dapat menghitung balans cairan, mengkaji status
hidrasipasien dan menentukan kebutuhan cairan yang tepat bagi pasien. Berdasarkan
beberapa uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil studi kasus pada pasien
dengan judul “Asuhan Keperawatan Tn. P. M. Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan
Cairan Dan Elektrolit Di Ruangan Komodo RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.

B. Tujuan
a. Tujuan umum :
Penulis dapat memperoleh gambaran tentang penerapan Asuhan Keperawatan dengan
prioritas masalah gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit di desa cepogo kabupaten
boyolali
b. Tujuan khusus :
Adapun tujuan khusus dari asuhan keperawatan pada masalah gangguan cairan dan
elektrolit di desa cepogo Kabupaten Boyolali yaitu:
1. Untuk mengidentifikasi konsep dasar gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit
2. Untuk mengidentifikasi asuhan keperawatan dengan prioritas masalah gangguan
kebutuhan cairan dan elektrolit pada Ny.T.

C. Manfaat
1. Bagi Pendidikan
Menjadi wacana dan bahan masukan dalam proses belajar mengajar terhadap
pemberian asuhan keperawatan dengan prioritas masalah gangguan kebutuhan cairan
dan elektrolit
2. Bagi perawat
Meningkatkan pengetahuan perawat tentang gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit
dan perawatan pada pasien serta dapat digunakan sebagai alat bantu bagi perawat
untuk mengevaluasi dalam upaya peningkatan pelayanan bagi pasien dengan masalah
gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit.
3. Bagi Ibu
Untuk menambah pengetahuan ibu tentang gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit
4. Bagi Penulis
Diharapkan penulis dapat menambah pengetahuan dan pengalaman yang lebih
mendalam dan upaya dalam memberikan asuhan keperawatan yang khusus pada
pasien dengan gangguan cairan dan elektrolit
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP TEORI
1. DEVINISI ELEKTROLIT DAN CAIRAN
Keseimbangan cairan dan elektrolit mencakup komposisi dan perpindahan
berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan
zat tertentu (zat terlarut). Gangguan volume cairan dalah suatu keadaan ketika
individu beresiko mengalami penurunan, peningkatan, atau perpindahan cepat dari
satu kelainan cairan intravaskuler, interstisial dan intraseluler. (Carpenito, 2000)
Pada gangguan volume cairan dapat ditetapkan dua diagnosa yaitu kelebihan
volume cairan dan kekurangan volume cairan. Kekurangan volume cairan terjadi jika
air dan elektrolit hilang pada proporsi yang sama ketika mereka berada dalam cairan
tubuh normal, sehingga rasio elektrolit serum terhadap air tetap sama. Penyebab
kekurangan volume cairan termasuk kehilangan cairan yang tidak normal, seperti
yang terjadi akibat muntah-muntah, diare, suksion gastro intestinal, dan berkeringat,
dan penurunan masukan seperti pada adanya mual atau ketidakmampuan untuk
memperoleh cairan (Smeltzer, 2001).
Kelebihan volume cairan mengacu pada perluasan isotonic dari CES yang
disebabkan oleh retensi air dan natrium yang abnormal dalam proporsi yang kurang
lebih sama dimana mereka secara normal berada dalam CES. Penyebab kelebihan
volume cairan mungkin berhubungan dengan kelebihan cairan biasa atau penurunan
fungsi dari mekanisme homeostatis yang bertanggung jawab untuk mengatur
keseimbangan cairan (Smeltzer, 2001). Klien yang berisiko mengalami kelebihan
volume cairan ini meliputi klien yang menderita gagal jantung kongestif, gagal ginjal,
dan sirosis (Weldy, 1992 dalam Potter, 2005)

2. ETIOLOGI
Penyebab kebutuhan cairan dan lektrolit meliputi :
a. Usia
Perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh dan aktivitas organ,
sehingga dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit.
Kebutuhan cairan pada anak tergantung berat badan, sampai 10 kg kira-kira perlu
100 ml/kg berat badan. Kebutuhan cairan pada orang dewasa yaitu 50 cc per kg berat
badan.
b. Temperatur yang tinggi
Dapat menyebabkan proses pengeluaran cairan melalui keringat cukup
banyak, sehingga tubuh akan banyak kehilangan cairan.
c. Diet
Apabila tubuh kekurangan zat gizi, maka tubuh akan memecah cadangan
makanan yang tersimpan dalam tubuh sehingga terjadi pergerakan cairan dari
interstisial ke interseluler, yang dapat berpengaruh pada jumlah pemenuhan
kebutuhan cairan.
d. Stres
Dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, melalui
proses peningkatan produksi ADH karena pada proses ini dapat meningkatkan
metabolisme sehingga mengakibatkan terjadinya glikolisis otot yang dapat
menimbulkan retensi natrium dan air.
e. Sakit
Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk
memperbaikinya sel membutuhkan proses pemenuhann kebutuhan cairan
yang cukup. Keadaan sakit menimbulkan ketidakseimbangan sistem dalam
tubuh seperti ketidakseimbangan hormonal yang dapat mengganggu
keseimbangan kebutuhan cairan.
f. Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh,dikarenakan kehilangan
darah selama pembedahan
3. PATOFISIOLOGI
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elktrolit
ekstraseluler dalam jumlah yang proporsiomal (isotonic). Kondisi seperti ini disebut
juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan
intraveskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju
intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk
mengkompensasi keadaan ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler.
Secara umum, deficit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu
kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan, pendarahan dan
pergerakan cairan ke lokasi ke tiga. Cairan dapat berpindah dari lokasi intraveskuler
menuju lokasi potensial seperti pleura, peritoneum, pericardium, atau rongga sendi.
Selain itu, kondisi tertentu seperti terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan,
dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan.
4. PHATWAYS
CAIRAN & ELEKTROLIT

USIA IKLIM DIET STREES KONDISI


SAKIT

DIFUSI, FILTRASI, TRANSPORT


AKTIF, OSMOSIS

HIPOVOLEMI HIPERVOLEMI Gangguan keseimbangan


A A Gangguan keseimbangan asam basa :
elektrolit :
- Asidosis respirotik
- Hiponatremi & - Asidosis metabolic
KEKURANGAN KELEBIHAN hypernatremia - Alkolasis
CAIRAN CAIRAN - Hipokalemi & respiratorik
hyperkalemia - Alkolasi metabolik
- Hipokalsemia &
hyperkalsemia
- Hipokloremia &
hyperkloremia
- Hipofosfatemia &
hiperfosfatemia Gangguan
pertukaran gas
Risiko ketidak efektifan
ketidakseimbanga pola nafas
n elektrolit
5. MANIFESTASI KLINIS
Gejala gangguan elektrolit bisa berbeda-beda pada setiap orang dan tergantung
pada seberapa berat gangguan yang dialami. Jika kadar elektrolit hanya meningkat
atau berkurang sedikit dari kondisi normal, biasanya pengidapnya tidak akan
merasakan gejala apapun. Namun, bila kadarnya berubah cukup signifikan, maka
berbagai gejala dapat terjadi.
Tidak semua jenis gangguan elektrolit menimbulkan gejala yang sama, tetapi
umumnya banyak gejala serupa yang terjadi, seperti:
a. Gangguan irama jantung yang dapat berupa denyut jantung terlalu lambat
(bradikardia), denyut jantung terlalu cepat (takikardia), ataupun denyut jantung
tidak teratur.
b. Lemas dan mudah lelah.
c. Mual dan muntah.
d. Kejang.
e. Diare.
f. Sembelit.
g. Kram perut.
h. Kelemahan otot hingga tangan dan kaki jadi sulit digerakkan.
i. Sakit kepala.
j. Penurunan kesadaran, bahkan hingga tingkat koma.
k. Baal atau kesemutan
Berikut adalah tanda dan gejala gangguan cairan dan elektrolit :
a. Kekurangan volume cairan – kehilangan air dan elektrolit pada jumlah yang
sama atau isotonik, tanda dan gejalanya adalah :
 Pemeriksaan fisik: hipotensi postural, takikardia, membran mukosa
kering, turgor kulit buruk, haus, konfusi, kehilangan berat badan
berlebihan, pengisian vena lambat, vena leher datar, letargi, oliguria
(<30 mL/hari), denyut nadi lemah
 Hasil laboratorium: berat jenis urine >1.030, meningkatnya kadar
hematokrit >50%, dan meningkatnya kadar BUN >25 mg/100 ml
(hemokonsentrasi)
b. Kelebihan volume cairan – air dan natrium ditahan pada jumlah yang isotonik,
tanda dan gejalanya adalah :
 Pemeriksaan fisik: berat badan meningkat, edema (terutama pada area
yang bergantung bebas), hipertensi, poliuria (jika mekanisme hinjal
normal), distensi vena leher, meningkatnya tekanan darah dan vena,
bunyi krekles pada paru, konfusi
 Hasil laboratorium: menurunnya kadar hematokrit <38%, dan
menurunnya kadar BUN <10 mg/100 ml (hemodilusi)
c. Hiponatremia, tanda dan gejalanya :
 Pemeriksaan fisik: pemahaman, perubahan kepribadian, hipotensi
postural, pusing karena perubahan posisi, kram abdomen, mual dan
muntah, diare, takikardia
 Hasil laboratorium: kadar natrium serum di bawah 135 mEq/L,
osmolalitas serum 280 mOsm/kg, berat jenis urine di bawah 1,010.
d. Hipernatremia
 Pemeriksaan fisik: haus yang berlebihan, kulit kering dan panas,
membran mukosa dan lidah kering dan kasar, hipotensi postural,
demam, agitasi, kejang, kelelahan, dan iritabilitas
 Hasil laboratorium: kadar natrium serum di atas 145 mEq/L,
osmolalitas serum 300 mOsm/kg, berat jenis urine 1,030.
e. Hipokalemia
 Pemeriksaan fisik: kelemahan dan keletihan, kelemahan otot, mual dan
muntah, distensi intestinal, pergerakan usus menurun, refleks tendon
dalam menurun, disritmia ventrikular, parastesia, dan lemah, denyut
irregular
 Hasil laboratorium: kadar kalium serum di bawah 3,5 mEq/L
f. Hiperkalemia
 Pemeriksaan fisik: ansietas, disritmia, parastesia, kelemahan, kram
abdomen, dan diare
 Hasil laboratorium: kadar kalium serum di atas 5 mEq/L
g. Hipokalsemia
 Pemeriksaan fisik: perasaan mati rasa dan geli pada jari dan
sirkumoral (sekitar mulut), refleks hiperaktif, tanda Trousseau’s positif
(spasme karpopedal disertai hipoksia), tandan Chvostek’s positif
(kontraksi otot wajah ketika saraf wajah tidak berfungsi), tetanus,
kram otot, dan fraktur patologis (hipokalsemia kronik)
Hasil laboratorium: kadar kalsium serum terionisasi di bawah 4,5
mEq/L dan total kalsium serum di bawah 8,5 mEq/L
h. Hiperkalsemia
 Pemeriksaan fisik: anoreksia, mual dan muntah, kelemahan, refleks
hipoaktif, letargi, nyeri tumpul (batu ginjal), tingkat kesadaran
menurun, perubahan kepribadian, dan henti jantung.
 Hasil laboratorium: kadar kalsium serum terionisasi di atas 5,5
mEq/L dan total kalsium serum di atas 10,5 mEq/L
i. Hipomagnesia
 Pemeriksaan fisik: tremor otot, refleks tendon dalam hiperaktif,
konfusi dan disorientasi, takikardia, hipertension, disritmia, dan tanda
Trousseau’s positif (spasme karpopedal disertai hipoksia), tandan
Chvostek’s positif (kontraksi otot wajah ketika saraf wajah tidak
berfungsi)
 Hasil laboratorium: kadar magnesium serum di bawah 1,5 mEq/L
j. Hipermagnesia
 Pemeriksaan fisik: elevasi kadar magnesium akut; refleks tendon
dalam hipoaktif, kedalaman dan kecepatan pernapasan menurun,
hipotensi, dan kemerahan (flushing)
 Hasil laboratorium: kadar magnesium serum di atas 2,5 mEq/L
(Potter, Perry. 2009)

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan elektrolit untuk menentukan status hidrasi. Elektrolit yang sering
diukur adalah ion natrium, kalium, klorida, dan bikarbonat
b. Pemeriksaan darah lengkap khususnya hematokrit untuk melihat respon dehidrasi
c. Penetapan PH diperlukan pada gangguan kesetimbangan asam dan basa
d. Pemeriksaan berat jenis urine untuk mengukur derajat konsentrasi urin.
e. Analisa gas darah.

7. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik pada kebutuhan cairan dan elektrolit difokuskan pada :
a. Integumen : keadaan turgor kulit, edema, kelelahan otot, tetani, dan sensasi
rasa.
b. Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah.
c. Mata : cekung, air mata kering.
d. Neurologi : reflex, tingkat kesadaran, ganguang sensorik dan montorik.
e. Gastrointestinal: keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-muntah, dan
bising usus.

8. PENATALAKSANAAN
a. Menentukan jumlah cairan yang masuk kedalam tubuh klien terdiri dari:
a) Air minum
b) Air dalam makanan
c) Air hasil oksidasi (metabolisme)
d) Cairan intravena
b. Menentukan jumlah cairan yang keluar dari tubuh klien terdiri dari:
a) Urine
b) Insensible water loss (IWL): paru dan kulit
c) Keringat
d) Fesses
e) Muntah
c. Menentukan keseimbangan cairan tubuh klien dengan rumus:

INTAKE – OUTPUT + IWL

IWL = 10 + BB / 24

B. KONSEP ASUHAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan adalah tahap dasar dari seluruh proses keperawatan
dengan tujuan mengumpulkan informasi dan data-data pasien. Supaya dapat
mengidentifikasi masalah – masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien,
baik fisik, mental, social dan lingkungan. Dalam pengkajian yang harus dikaji
adalah :
a. Biodata biografi yang berupa nama, unur, jenis kelamin, suku bangsa, agama,
status kawin, pendidikan, pekerjaan, alamat, no.register, diagnose, tanggal
masuk rs, penanggung jawab.
b. Riwayat kesehatan berupa
a) Keluhan utama :Alasan utama pasien datang ke rumah sakit atau
pelayanan kesehatan.
b) Riwayat kesehatan sekarang : Keluhan pasien yang dirasakan saat
melakukan pengkajian.
c) Riwayat kesehatan terdahulu : Biasanya penyakit hipertensi adalah
penyakit yang sudah lama dialami oleh pasien dan biasanya dilakukan
pengkajian tentang riwayat minum obat klien.
d) Riwayat kesehatan keluarga : Mengkaji riwayat keluarga apakah ada yang
menderita riwayat penyakit yang sama.
c. Pola kesehatan fungsional berupa pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan,
pola nutrisi dan metabolic, pola eliminasi urin dan feses, pola aktifitas dan
latihan, pola istirahat dan tidur, pola persepsi, pola hubungan dengan orang
lain, pola produksi dan seksual, presepsi diri dan konsep diri, pola mekanisme
koping, pola nilai kepercayaan.
d. Pengkajian fisik berupa penampilan keadaan umum seperti :
a) Tingkat kesadaran
b) Tanda – tanda vital
c) Respirasi
d) Nadi
e) Pengukuran antropometri
f) Pengkajian fisik kepala, ranbut, mata, hidung, telinga, mulut, leher,
dada/thorak,abdomen, genetourinia, ekstremitas, dan kulit
e. Data penunjang seperti hasil laboratorium dan therapy atau pengobatan
2. DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan merupakan tahap yang penting dalam pemberian asuhan
keperawatan oleh seorang perawat. Dalam proses keperawatan diagnosa keperawatan
merupakan tahap kedua yang dilakukan oleh perawat setelah melakukan pengkajian
kepada pasien (proses keperawatan: pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi
dan evaluasi). Menentukan atau merumuskan diagnosa keperawatan oleh seorang
perawat harus dilakukan secara tepat. Penentuan diagnosa yang tepat dapat
menentukan intervensi yang tepat juga sehingga memberikan dampak positif terhadap
kesembuhan pasien/klien.
Diagnose keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan gangguan cairan
elektrolit adalah:
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan asupan cairan
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

3. INTERVENSI
Intervensi keperawatan tau rencana tindakan keperawatan adalah suatu proses di
dalam pemecahan masalah yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang
akan dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan dilakukan dan siapa yang melakukan
dari semua tindakan keperawatan (Dermawan, 2012). Intervensi keperawatan adalah
rencana tindakan keperawatan tertulis yang menggambarkan masalah kesehatan
pasien, hasil yang akan diharapkan, tindakan-tindakan keperawatan dan kemajuan
pasien secara spesifik (Manurung, 2011).
Intervensi keperawatan adalah bagian dari fase pengorganisasi dalam proses
keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan keperawatan dalam
usaha membantu, meringankan, memecahkan masalah atau untuk memenuhi
kebutuhan pasien (setiadi, 2012).
Tindakan keperawatan yang diberikan yaitu berupa :
a. Terapi cairan
Terapi cairan dibutuhkan jika tubuh tidak dapat memasukkan air,
elektrolit, dan zat-zat makanan secara oral misalnya pada keadaan pasien harus
puasa lama (misal karena pembedahan saluran cerna), perdarahan banyak, syok
hipovolemik, anoreksia berat, mual muntah terus-menerus, dll. Dengan terapi
cairan, kebutuhan air dan elektrolit dapat terpenuhi. Selain itu, dalam keadaan
tertentu terapi cairan dapat digunakan sebagai tambahan untuk memasukkan obat
dan zat makanan secara rutin atau dapat juga digunakan untuk menjaga
keseimbangan asam-basa.
b. Teknik Pemberian
Prioritas utama dalam menggantikan volume cairan yang hilang adalah
melalui rute enteral / fisiologis misalnya minum atau melalui NGT. Untuk
pemberian terapi cairan dalam waktu singkat dapat digunakan vena-vena di
punggung tangan, sekitar daerah pergelangan tangan, lengan bawah atau daerah
cubiti. Pada anak kecil dan bayi sering digunakan daerah punggung kaki, depan
mata kaki dalam atau kepala. Pemberian terapi cairan pada bayi baru lahir dapat
dilakukan melalui vena umbilikalis.
Penggunaan jarum anti-karat atau kateter plastik anti trombogenik pada
vena perifer biasanya perlu diganti setiap 1-3 hari untuk menghindari infeksi dan
macetnya tetesan. Pemberian cairan infus lebih dari 3 hari sebaiknya
menggunakan kateter besar dan panjang yang ditusukkan pada vena femoralis,
vena cubiti, vena subclavia, vena jugularis eksterna atau interna.
a) Monitor vital sign
b) Monitor status nutrisi
c) Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
d) Kolaborasi dengan dokter
e) Mengukur intake dan output
4. IMPLEMENTASI
Menurut (Kozier, 2010) Implementasi keperawatan adalah sebuah fase dimana
perawat melaksanakan intervensi keperawatan yang sudah direncanakan sebelumnya.
Berdasarkan terminologi NIC, implementasi terdiri atas melakukan dan
mendokumentasikan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang digunakan
untuk melaksanaan intervensi.
5. EVALUASI
Evaluasi keperawatan menurut (Kozier, 2010) adalah fase kelima atau terakhir
dalam proses keperawatan. Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil
evaluasi terdiri dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama
program berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai
dan mendapatkan informasi efektifitas pengambilan keputusan. Evaluasi asuhan
keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif, objektif, assesment,
planing) (Achjar, 2007).
Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan masalah yang klien hadapi yang telah di
buat pada perencanaan tujuan dan kriteria hasil. Evaluasi yang diharapkan dapat
dicapai pada klien hipertensi dengan kesiapan peningkatan pengetahuan adalah :
a) Pasien memiliki ketertarikan dalam belajar
b) Pasien dapat mengidentifikasi sumber informasi yang akurat
c) Pasien secara aktif mengungkapkan secara verbal informasi yang dapat
digunakannya
d) Pasien dapat menggunakan informasi yang diperoleh dalam meningkatkan
kesehatan atau mencapai tujuan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. KONSEP ASUHAN
1. PENGKAJIAN
1) Biodata
a) Identitas Pasien
Nama : An.T
Umur : 16 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam
Status perkawinan : belum kawin
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : belum bekerja
Alamat : Tumang, Cepogo, Boyolali
Tanggal Pengkajian : 19 juni 2021
Diaonosa medis : Gngguan Cairan dan elektrolit

b) Penanggung Jawab
Nama : Ny. S
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : swasta
Hubungan dengan pasien: ibu pasien
2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
ibu pasien mengatakan bahwa An.T mengalami lemas pada seluruh
tubuhnya dan pasien mengalami diare , pasien juga mengatakan tidak bisa
melakukan aktifitasnya seperti mandi, BAK & BAB sendiri karena
badanya terlalu lemas.
b) Riwayat penyakit Sekarang
Pasien mengatakan badan lemah, pusing, tidak ada nafsu makan,
mengalami diare, tidak bisa melakukan pekerjaan sehari-hari karena
lemas.
c) Riwayat perawatan dan kesehatan dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami sakit seperti ini maupun
penyakit lain. Pasien juga mengatakan tidak mempunyai riwayat operasi
dan alergi.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit
seperti ini, maupun penyakit lainya.
Genogram

: perempuan

: laki laki

: klien

3) Pola Kesehatan Fungsional


a) Pola persepsi dan pemeliharaankesehatan
Menurut pasien kesehatan sangatlah penting, pasien selalu menjaga
kesehatanya dengan baik dan makan makanan yang bergizi.
b) Pola nutrisi dan metabolic
- Pola makan
Sebelum sakit : makan 2-3 kali sehari, 1 porsi habis, jenis makanan nasi,
lauk, sayur
Selama sakit : makan 2 kali sehari, 1 porsi tidak habis, jenis makanan nasi,
lauk, sayur
- BB Sebelum sakit : 54 kg
BB Selama sakit : 50 kg
TB : 160 cm
IMT : 50/(1,6)²
: 20 (BB normal )
IWL : 15 cc x BB/24jam
(Oral (600 cc)– (urin ( 400cc) + iwl (31 cc)) = 600-431 = 169 cc
Balance cairannya dalam 24 jam = 600-431 = 169 cc
c) Pola eliminasi
 Eliminasi urine
sebelum sakit : BAK 3-4x sehari, frekuensi normal, warna kuning
khas, tidak ada gangguan dalam eliminasi
selama sakit : BAK 3-4x sehari, frekuensi sedikit, warna kuning
khas, tidak ada gangguan dalam eleminasi
 Eliminasi Bowel
Sebelum sakit : BAB 2x sehari, frekuensi normal, warna khas feses,
konsisten lembek, tidak ada keluhan diare/konstipasi
Selama sakit : BAB 1x seharin, frekuensi normal, warna khas feses..

d) Pola istirahat dan tidur

Sebelum sakit : tidur siang 1-2 jam, tidur malam 6-7 jam, tidak ada gangguan
istirahat tidur

Selama sakit : tidur siang 1-2 jam, tidur malam 6-7 jam, tidak ada
gangguan istirahat tidur, selama sakit tidak mempengaruhi istirahat tidur

e) Pola persepsi sensori dankognitif

Pasien tidak memiliki keluhan dalam indranya, pasien juga tidak


menggunakan alat bantu dalam kegiatan, kemampuan pasien sangat baik,
pasien tidak memiliki kesulitan lainya
f) Pola personal hygine
Sebelum sakit : mandi 2x sehari, kebersihan lingkungan bersih, cuci
tangan sebelum makan
Selama sakit : mandi 1x sehari, di bantu oleh keluarga pasien
4) Pemeriksaan Fisik
Penampilan keadaan umum
Tingkat kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tandavital :
 Suhutubuh :36,4℃
 Tekanandarah : 150/80mmHg
 Respirasi (jumlah,irama,kekuatan) : 20x/menit
 Nadi (jumlah, irama, kekuatan) : 64x/menit
 Pengukuran antropometri :
a) Kepala
Bentuk kepala bulat, kepala kotor, tidak ada luka dan benjolan
dikepala

b) Rambut
Warna rambut hitam normal, rambut kotor dan bau
c) Mata
Bentuk mata simetris, konjungtiva an anemis, sclera putih, distribusi
bulu mata dan alis mata merata, pupil mengecil pada saat di beri
cahaya, kelopak mata tidak cekung
d) Hidung
Hidung bersih, bentuknya simetris tidak ada sputum, tidak ada nyeri
tekanan ataupun peradangan
e) Telinga
Bentuk simetris kiri dan kanan, dapat mendengar dengan baik, tidak
ada nyeri tekanan, telinga bersih
f) Mulut
Mukosa bibir kering, lidah bersih
g) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak terdapat nyeri, gerakan
bebas
h) Dada/thorak
Bentuk dada simetris, suara nafas vesikuler, pola nafas teratur,
pergerakan dada simetris kiri dan kanan
i) Abdomen
Bentuk abdomen simetris, tidak ada kembung, tidak terdapat nyeri
pada tekanan, kulit tampak tidak bersih
j) Genitourania
Berjenis kelamin perempuan, bersih, tidak ada luka maupun tanda
tanda infeksi
k) Ekstremitas
Bentuk simetris kiri dan kanan, jumlah jari lengkap, CRT < 3 detik,
terdapat reflex plantar, kekuatan otot ekstremitas atas 5/5, ekstremitas
bawah 5/5
l) Kulit
Elastisitas turgor kulit berkurang
6. ANALISIS DATA
NAMA : An.T
UMUR : 16 Tahun
NOCM :
DIAGNOSA : Gangguan cairan dan elektrolit

Tgl/ja Data fokus problem Etiologi Ttd


m
19 Juni DS : Ketidak Ketidak Tingkah
2021 - Pasien mengatakan seimbangan seimbangan
sering merasa lemas
(08.00) elektrolit cairan b.d
- pasien merasa haus
DO : dehidrasi
- Elistasi turgor kulit
kurang
- Balance cairan 100
cc
- Mukosa bibir kering

19 juni DS : Devisit Kelemahan Tingkah


2021 - Pasien mengatakan perawatan fisik
(08.30) tidak bisa mandi, diri
BAK & BAB
sendiri
- Pasien merasa lemah
DO :
- Pasien tampak
lemah

7. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Resiko ketidak seimbangan elektrolit b.d ketidak seimbangan cairan(D.0037)
2) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik (D.0109)

8. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnose Luaran Intervensi Rasional


keperawatan keperawatan
1. Resiko ketidak Setelah Obserfasi 1. Mengetahui
dilakukan 1. identivikasi
seimbangan penyebab
tindakan kemungkinan
Elektrolit keperawatan penyebab ketidak
selama 1x24 ketidak
( D.0037) seimbangan
jam diharapkan seimbangan
masalah elektrolit elektrolit
keperawatan 2. monitor kadar
2. Untuk
resiko ketidak elektrolit
seimbangan serum mengetahui
elektrolit yang 3. monitor mual,
kadar elektrolit
ada di dalam muntah, diare
tubuh pasien 4. monitor tanda 3. Untuk
dengan dan gejala
mengetahui
Kriteria Hasil: hypokalemia
1. Asupan 5. monitor tanda apakah pasien
cairan dan gejala
mual, muntah
meningkat hyperkalemia
2. Kelembapa 6. monitor tanda atau diare
n mukosa dan gejala
4. Dapat
meningkat hiponatremia
3. Dehidrasi 7. monitor tanda memonitor
menurun dan gejala
pemberian
4. Asupan hypernatremia
makan 8. memonitor masukan cairan
meningkat tanda dan
parenteral
gejala
hipolaksemia
9. monitor tanda
dan gejala
hiperlaksemia
10. monitor tanda
dan gejala
hipomagnesia
11. monitor tanda
dan gejala
hipermagnesia
Teraupetik
1. atur interval
waktu
pemantauan
sesuai dengan
kondisi pasien
2. dokumentasik
an hasil
pemantauan
Edukasi
1. jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
2. informasikan
pemantauan
jika perlu
(I.03122)

2. Devisit Setelah Observasi 1. Untuk


dilakukan 1. Identifikasi mengetahui
perawatan diri
asuhan kebiasaan kebiasaan
(D.0109) keperawatan aktifitas aktifitas diri
selama 1 x 24 perawatan diri klien
jam diharapkan sesuai usia 2. Mengetahui
klien dapat 2. Monitor tingkat
melakukan tingkat kemandirian
perawatn diri kemandirian klien
dengan Kriteria 3. Identifikasi 3. Mengetahui
Hasil : kebutuhan alat kebutuhan alat
- klien bebas bantu alat pasien
dari bau kebersihan 4. Mendampingi
badan diri, pasien
- mampu berpakaian, melakukan
melakukan berhias, dan perawatan diri
mandi makan
sendiri Teraupetik
- mampu 1. Sediakan
mengenakan lingkungan
pakaian yang
(L.11103) teraupetik
( mis. Suasana
hangat, rileks,
privasi )
2. Siapkan
keperluan
pribadi ( mis.
Parfum, sikat
gigi, dan
sabun mandi )
3. Damping
dalam
melakukan
perawatan diri
sampai
mandiri
4. Fasilitas
kemandirian,
bantu jika
tidak mampu
melakukan
perawatan diri
5. Jadwalkan
rutinitas
perawatan diri
Edukasi
1. Anjurkan
melakukan
perawatan
diri secara
konsisten
sesuai
kemampua
n
( I.09268)

1. IMPLEMENTASI

Tanggal Ds. Kep implementasi Respon pasien TT/ Nama


dan jam ( s dan o)
20 juni 1,2 1. Memonitor intake subjektif :
2021 dan output pasien pasien bersedia
Jam 08.00 dan kooperatif
objektif :
Balans cairan:
(600cc) – urin
(400 cc) + IWL
(31 cc) = 600-
431: 169 cc.

08.30 1,2 2. Menganjurkan Subjektif :


pasien untuk Pasien bersedia
banyak makan dan tampak
dan minum kooperatif saat
memper
banyak minum
air dan makan
Objektif :
Pasien banyak
minum air dan
makan
09.00 1.2 3. Memonitor TTV subjektif :
pasien pasien
bersedian dan
kooperatif
objektif :
T : 36,4 ℃
N :64x/menit
RR: 20x/menit
TD:150/80
mmHg
09.15 1,2 4. Memonitor Subjektif :
kemampuan klien Pasien bersedia
untuk perawatan dan kooperatif
diri mandiri yaitu Objektif :
toileting dan Pasien tampak
mandi sedikit bisa
melakukan
perawatan diri
09.30 1,2 5. Mengajarkan Subjektif :
klien/keluarga Pasien dan
untuk mendorong keluarga
kemandirian bersedian dan
pasien saat tampak
melakukan kooperatif
perawatan diri Objektif :
Pasien tampak
bersedian
melakukan
perawatan
mandiri

2. EVALUASI

No. DP Tgl/jam Evaluasi (SOAP) TT/Nama


D.0130 Kamis, 21 juni 2021 S:
(08.00) 1. Pasien mengatakan
tidak bisa
melakukan
aktifitasnya sendiri
2. Merasa pusing dan
lemah
3. Pasien mengatakan
sering merasa haus
O:
1. Pasien tampak
kotor,tugor kulit
kurang elastic
2. Rambut bau, dan
kotor
3. Pasiem hanya
boleh minum air
sehari 600 ml/24
jam
A:
1. Intevensi belum
teratasi
P:
1. Melanjutkan
implementasi
D.0130 Jumat, 22 juni jam S:
(08.00) 1. Pasien mengatakan
tidak bisa
melakukan
aktifitasnya sendiri
2. Merasa pusing dan
lemah
3. Pasien mengatakan
sering merasa haus
O:
1. Pasien tampak
kotor,tugor kulit
kurang elastic
2. Rambut bau, dan
kotor
3. Pasiem hanya
boleh minum air
sehari 600 ml/24
jam
A:
1. Intevensi belum
teratasi
P:
1. Melanjutkan
implementasi
23 juni 2021 S:
(08.00 1. Pasien mengatakan
sudah bisa
melakukan
aktifitasnya sendiri
2. pusing dan lemah
berkurang
3. pasien sudah tidak
merasa haus
O:
1. elastis turgor kulit
berkurang
2. pasien tampak
bersih
3. Pasiem hanya
boleh minum air
sehari 600 ml/24
jam
A:
1. Intevensi teratasi
P:
1. Implementasi
dihentikan
BAB IV
PEMBAHASAN

A. PEMBAHASAN
Pada bagian ini membuat pembahasan mengenai adanya kesenjangan antara teori
dan proses asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada tanggal 19 juni 2021 sampai
22 juni 2021. Pembahasan yang dimaksud adalah meliputi pengkajian, diagnose,
intervensi, implementasi, dan evaluasi.
1. Pengkajian
Hasil pengkajian yang didapatkan adalah An.T mengalami sakit yang sedang,
dengan keluhan : pasien mengatakan sering merasa haus, tidak bisa
melakukan aktivitasnya sendiri seperti mandi, BAB, BAK, merasa pusing dan
lemah, pasien tidak terawatt, tampak kotor dan bau.
Berdasarkan teori dan kasus nyata diatas terdapat kesesuaian antara teori dan
kasus nyata yaitu lemah dan mudah lelah, trombositopenia menimbulkan
pendarahan mukosa dan kulit pucat, pusing.
2. Diagnose
Sesuai dengan SDKI edisi 1 diagnose gangguan kebutuhan cairan dan elktrolit
antara lain :
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan asupan cairan
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

Masalah keperawatan yang muncul pada An.T yaitu :

a. Resiko ketidak seimbangan volume cairan dalam tubuh dengan


mekanisme regulasi
b. Deficit perawatan diri

Berdasarkan data diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa terdapat


kesenjangan antara teori dan kasus nyata yaitu dua masalah keperawatan yang
diangkat sebagai diagnose keperawatan tidak terdapat dalam teori yaitu resiko
ketidak seimbangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kegagalan mekanisme regulasi dan deficit keperawatan diri. Hal ini
disebabkan karena pada saat pengkajian, tanda dan gejala An.T sering merasa
haus, elestisitas turgor kulit kurang, tidak bisa melakukan aktivitasnya sendiri
seperti makan, minum, mandi, BAK, BAB.
3. Intervensi
Berdasarkan buku SIKI edisi 1, perencanaan keperawatan tahap ketiga dalam
proses keperawatan. Diharapkan perawat mampu memprioritaskan masalah,
merumuskan tujuan/hasil yang diharapkan, memilih intervensi yang paling
tepat, menulis dan mendokumentasikan rencana keperawatan.
Pada kasus An.T intervensi keperawatanya adalah :
a. Diagnose 1
a) identivikasi kemungkinan penyebab ketidak seimbangan elektrolit
b) monitor kadar elektrolit serum
c) monitor mual, muntah, diare
d) monitor tanda dan gejala hypokalemia
e) monitor tanda dan gejala hyperkalemia
f) monitor tanda dan gejala hiponatremia
g) monitor tanda dan gejala hypernatremia
h) memonitor tanda dan gejala hipolaksemia
i) monitor tanda dan gejala hiperlaksemia
j) monitor tanda dan gejala hipomagnesia
k) monitor tanda dan gejala hipermagnesia
b. Diagnose 2
a) Identifikasi kebiasaan aktifitas perawatan diri sesuai usia
b) Monitor tingkat kemandirian
c) Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias,
dan makan
Dari uraian diatas menjelaskan bahwa semua intervensi yang sudah
direncanakan semuanya dilaksanakan sesuai dengan teori.
4. Implementasi
Pada hari sabtu 20 juni 2021 dilakukan implementasi keperawatan dengan
diagnose keperawatan resiko ketidak seimbangan volume cairan tuhun
berhubungan dengan kegagalan mekanisme dan deficit keperawatan diri
terdapat terdapat 5 intervensi pada diagnose 1 keperawatan dan 3 intervensi
pada diagnose 2 keperawatan dan pada implementasi dan pada implementesi
keperawatan semuanya dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan pasien.
5. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan pada hari ke-3 tanggal 17 Juli 2019, diantaranya
Diagnosa 1 : Risiko ketidakseimbangan volume cairan tubuh berhubungan
dengan kegagalan mekanisme regulasi. Keluhan yang didapat: Pasien
mengatakan sering merasa haus karena minum masih dibatasi. Elastisitas
turgor kulit kurang, balans cairan: (600cc)–urin (400 cc) + IWL (31 cc) = 600-
431: 169 cc, Diagnosa 2 : Defisit perawatan diri. Keluhan yang didapat:
Pasien mengatakan tidak bisa melakukan aktivitasnya sendiri seperti mandi,
buang air besar dan buang air kecil, merasa pusing dan lemah.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Cairan dan elektrolit merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat
penting. Kebutuhan cairan pada manusia sangat tergantung pada berat badan dan
aktivitas. Sehubungan dengan kasus yang diambil pada An.T dengan usia 16 tahun,
berjenis kelamin perempuan, beragam islam, tinggal di desa Tumang kecamatan Cepogo
boyolali. Pada tanggal 19 juni 2021 dilakukan pengkajian pukul 08.00 WIB. Pasien
mengalami lemas pada seluruh tubuhnya dan pasien mengalami diare , pasien juga
mengatakan tidak bisa melakukan aktifitasnya seperti mandi, BAK & BAB sendiri
karena badanya terlalu lemas dengan diagnose Resiko ketidak seimbangan elektrolit b.d
ketidak seimbangan cairan dan Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
fisik. Untuk meminimalisasikan masalah pada diagnose prioritas dan diagnose
keperawatan penulis mengimplementasikan intervensi yang telah direncanakan oleh
penulis selama 2x24 jam. Diagnose prioritas yang diangkat sesuai dengan target.

B. SARAN
1. Bagi penulis
Diharapkan penulis dapat menggunakan dan memanfaatkan waktu seefektif mungkin,
sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan dengan prioritas kebutuhan dasar
gangguan cairan dan elektrolit
2. Bagi pendidikan
Pendidikan Diharapkan agar dapat meningkat mutu pelayanan pendidikan yang
berkualitas dan profesional, sehingga terlahirlah perawat-perawat yang profesional
dalam memberikan asuhan keperawatan.
3. Bagi pasien dan keluarga
Dengan adanya bimbingan yang dilakukan oleh perawatan selama proses pemberian
asuhan keperawatan, diharapkan klien dan keluarga mandiri dalam mencegah,
meningkatkan dan mempertahankan kesehatan bagi diri, keluarga maupun
lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

PPNI (2016).Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan indicator Diagnostik,


Edisi 1. Jakarta : DPD PPNI

Ackley, B.J., Ladwig, G.B., & Makic,M.B.F. (2017).Nursing Diagnosis Handbook, An


Evidence-Based Guide to Planing Care.11Ed.St.Louis : Elsevier.

Steffen, R., Hill, D.R., & DuPont, H.L.(2015). Traveler’s diarrhea : A clinical review. JAMA : e
jurnal of the American Medical Association. 313(1), 71-80

PPNI (2018).Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kroteria Hasil


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPD PPNI

PPNI (2018).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan,


Edisi 1. Jakarta : DPD PPNI

Redaksi hallodok ( 5 september 2019). Gangguan elektrolit. Di akses pada 20 jini 2021 melalui
https://www.halodoc.com/kesehatan/gangguan-elektrolit

Gustinerz(19 april 2021).Devinisi Diagnosa Keperawatan Menurut Para Ahli.di akses pada 12
juni 2021 melalui https://gustinerz.com/definisi-diagnosa-keperawatan-menurut-para-ahli/

Mickeperawatan(2 agustus 2019).Proses keperawatanpendekatan teori dan praktik.di akses


melalui https://ypmickeperawatan.blogspot.com/2019/08/intervensi.html

Yass (08 April 2016). Cairan dan Elektrolit. Di akses pada 22 juni 2021 melalui
https://id.scribd.com/doc/307425279/LP-Cairan-Dan-Elektrolit

Herdman T, Heather, 2012. Diagnosa Keperawatan dan Klasifikasi 2012 - 2014. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai