Anda di halaman 1dari 59

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ISOLASI SOSIAL

Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Jiwa

Dosen Pembimbing :

Mariyati,S.Kep., Ns.,M.Kep., Sp.Kep.J.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5 :


1. Alma Dhita Vebriana ( 2005065 ) 7. Dwi Apriliani Rahayu ( 2005072)
2. Erlinda Putri Zahril ( 2005066 ) 8. Eva Lailatul Mghfiroh (2005073)

3. Lidia Novita ( 2005068 ) 9. Luluk Ermawati ( 2005074 )


4. Lutfi Afiyati ( 2005069 )
10. Nabila Intan Angellina ( 2005075 )
5. Yuanah Kumalasari ( 2005070 )
11. Tingkah Enggaring Tyas ( 2005076 )
6. Deni Prasetiowati (2005071)
12. Desy Sheila Fitriani ( 2005078 )

PRODI D3 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmatnya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah “Keperawatan Jiwa ” yang membahas
tentang “Asuhan Keperawatan dengan Isolasi Sosial”.

Terima kasih kepada seluruh anggota kelompok, karena atas kerjasama yang dilakukan
sangat membantu dalam menyelesaikan tugas ini dengan baik.Makalah ini merupakan hasil
diskusi kelompok kami. Pembahasan didalamnya kami dapatkan dari , browsing internet,
diskusi anggota, dll. Dengan pemahaman berdasarkan pokok bahasan “Asuhan Keperawatan
dengan Isolasi Sosial”.

Kami sadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya
bagi kami yang sedang menempuh pendidikan dan dapat dijadikan pelajaran bagi teman-
teman.

Semarang, 17 Maret 2022

Penyusun

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2

BAB I LAPORAN PENDAHULUAN....................................................................................5

1. KONSEP DASAR.............................................................................................................5

A. DEFINISI................................................................................................................5

B. TANDA & GEJALA..............................................................................................5

C. MEKANISME KOPING.......................................................................................6

D. ETIOLOGI.............................................................................................................6

E. PATOFISIOLOGI.................................................................................................7

F. PATHWAYS..........................................................................................................7

G. PENATALAKSANAAN........................................................................................8

2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN......................................................................11

A. PENGKAJIAN.....................................................................................................11

B. FAKTOR PREDISPOSISI..................................................................................11

C. ASPEK FISIK/ BIOLOGIS................................................................................12

D. ASKEP PSIKOSOSIAL......................................................................................12

E. STATUS MENTAL.............................................................................................13

F. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG............................................................13

G. MEKANISME KOPING.....................................................................................13

H. ASPEK AKADEMIS...........................................................................................13

I. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN............................................13

J. DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN......................................................13

K. RENCANA TINDAKAN ASUHAN KEPERAWATAN..................................14

L. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN...............................................................21

M. EVALUASI...........................................................................................................21
BAB II TINJAUAN KASUS.................................................................................................22

A. PENGKAJIAN.....................................................................................................22

B. PEMERIKSAAN FISIK......................................................................................22

C. ANALISIS DATA................................................................................................22

D. DIAGNOSIS KEPERAWATAN........................................................................22

E. INTERVENSI KEPERAWATAN......................................................................22

F. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN...............................................................22

G. EVALUASI...........................................................................................................22

PENUTUP.............................................................................................................................107

A. KESIMPULAN..................................................................................................107

B. SARAN................................................................................................................108

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................109
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN

1. KONSEP DASAR

A. DEFINISI

Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang di alami oleh individu dan
dipersepsikan disebabkan orang lain dan sebagai kondisi yang negatif dan
mengancam. Kondisi isolasi sosial seseorang merupakan ketidakmampuan klien
dalam mengungkapkan perasaan klien yang dapat menimbulkan klien
mengungkapkan perasaan klien dengan kekerasan (Sukaesti. 2018).

Isolasi sosial merupakan suatu keadaan seseorang mengalami penurunan untuk


melakukan interaksi dengan orang lain, karena pasien merasa ditolak, tidak diterima,
kesepian, serta tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain atau
orang disekitarnya (Kemenkes, 2019). Isolasi sosial merupakan gejala negatif pada
skizofrenia dimanfaatkan oleh pasien untuk menghindari orang lain agar pengalaman
yang tidak menyenangkan dalam berhubungan dengan orang lain tidak terulang
kembali.(Pardede 2021)

B. TANDA & GEJALA

Tanda dan gejala isolasi sosial meliputi : Kurangspontan, Apatis (acuh tak acuh
terhadap lingkungan), Ekspresi wajah kurang berseri (ekspresisedih), Afek tumpul,
Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri, Tidak ada atau kurang terhadap
komunikasi verbal, Menolak berhubungan dengan oranglain, Mengisolasi diri
(menyendiri), Kurang sadar dengan lingkungan sekitarnya, Asupan makan dan
minuman terganggu, Aktivitas menurun dan Rendah diri.

(Damanik, Pardede & Manalu. 2020).

Subjektif

a. Perasaan sepi
b. Perasaan tidak aman
c. Perasan bosan dan waktu terasa lambat
d. Ketidakmampun berkonsentrasi
e. Perasaan ditolak

Objektif

a. Banyak diam
b. Tidak mau bicara
c. Menyendiri
d. Tidak mau berinteraksi
e. Tampak sedih
f. Ekspresi datar dan dangkal
g. Kontak mata kurang

(Suciati, 2019)

C. MEKANISME KOPING

Mekanisme koping adalah usaha mengatasi kecemasan yang merupakan suatu


kesepian nyata yang mengacam dirinya, kecemasakoping yang sering yang digunakan
adalah regras dan isolasi (Fairly,2018).

D. ETIOLOGI

1. Predisposisi

Predisposisi adalah ada juga faktor presipitasi yang menjadi penyebab antara
lain adanya stressor sosial budaya serta stressor psikologis yang dapat
menyebabkan klien mengalami kecemasan (Arisandy, 2017).
a. Aspek Biologis

Sebagian besar faktor predisposisi pada klien yang diberikan terapi


latihan ketrampilan sosial adalah adanya riwayat genetik yaitu sebanyak
66,7%. Faktor genetik memiliki peran terjadinya gangguan jiwa pada
klien yang menderita skizofrenia
b. Aspek Psikologis

Faktor predisposisi pada aspek psikologis sebagian besar akibat adanya


riwayat kegagalan/kehilangan (77,8%). Pengalaman kehilangan dan
kegagalan akan mempengaruhi respon individu dalam mengatasi
stresornya
c. Aspek sosial budaya

Dimana pada klien kelolaan didapatkan aspek sosial budaya sebagian


besar adalah pendidikan menengah dan sosial ekonomi rendah
masingmasing
2. Presipitasi

Merupakan faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami isolasi


sosial: menarik diri adalah adanya tahap pertumbuhan dan perkembangan yang
belum dapat dilalui dengan baik, adanya gangguan komunikasi didalam
keluarga, selain itu juga adanya norma-norma yang salah yang dianut dalam
keluarga serta faktor biologis berupa gen yang diturunkan dari keluarga yang
menyebabkan klien menderita gangguan jiwa (Arisandy, 2017).

E. PATOFISIOLOGI

Isolasi sosial dapat terjadi pada seseorang yang mengalami perubahan ukuran
tubuh, perubahan bentuk tubuh, perubahan struktur tubuh, perubahan fungsi pada
seorang tersebut, dan keterbatasan pada seseorang tersebut.

Orang yang memiliki salah satu atau lebih dari semua hal diatas akan
mengalami gangguan citra tubuh, yaitu menurunnya atau memburuknya seseorang
dalam memikirkan/ membayangkan dirinya sendiri. Saat seseorang sudah mengalami
hal tersebut, akan menyebabkan rasa sedih dan duka cita seperti sedih, menangis,
merasa bersalah, banyak melamun, dan diam. Selain hal tersebut juga bisa
menyebabkan perilaku yang dapat merusak, berbicara tentang perasaan tidak
berharga atau perubahan kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan,
kemudan seseorang itu akan menarik diri dari lingkungannya.
F. PATHWAYS

G. PENATALAKSANAAN

1. Terapi Medis
Berupa Therapy farmakologi
a. Clorpromazine (CPZ)
a) Indikasi: Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai
norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi
fungsi mental: waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku
yang aneh atau, tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi
kehidupan sehari -hari, tidak mampu bekerja, hubungan sosial dan
melakukan kegiatan rutin.
b) Efek samping: Sedasi, gangguan otonomik
(hipotensi, antikolinergik/ parasimpatik,mulut kering,
kesulitan dalam miksi, dan defikasi, hidung tersumbat,mata kabur,
tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama jantung),gangguan
ekstra piramidal (distonia akut, akatshia,
sindromaparkinson/tremor, bradikinesia rigiditas), gangguan
endokrin, metabolik, hematologik, agranulosis, biasanya untuk
pemakaian jangka panjang.
b. Haloperidol (HLD)
a) Indikasi : Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam
fungsi netral serta dalam fungsi kehidupan sehari –hari.
b) Efek samping : Sedasi dan inhibisi psikomotor, gangguan otonomik
(hipotensi, antikolinergik /parasimpatik, mulut kering, kesulitan
miksi dan defikasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan
intraokuler meninggi, gangguan irama jantung).
c. Trihexyphenidyl (THP)
c) Indikasi:Segala jenis penyakit parkinson,termasukpaskaensepalitis
dan idiopatik,sindrom parkinson akibat obat misalnya reserpin dan
fenotiazine.
d) Mnhk Efek samping: Sedasi dan inhibisi psikomotor Gangguan
otonomik (hypertensi, anti kolinergik/ parasimpatik, mulut kering,
hidung tersumbat, mata kabur,gangguan irama jantung).
e) Efek samping: Sedasi dan inhibisi psikomotor Gangguan otonomik
(hypertensi, anti kolinergik/ parasimpatik, mulut kering, hidung
tersumbat, mata kabur,gangguan irama jantung).

2. Electro convulsiftherapi
Electro convulsiftherapi (ECT) atau yang lebih dikenal dengan
elektroshock adalah suatu terapi psikiatri yang menggunakan energi shock
listrik dalam usaha pengobatannya. Biasanya ECT ditujukan untuk terapi
pasien gangguan jiwa yang tidak berespon kepada obat psikiatri pada dosis
terapinya. ECT pertama kali diperkenalkan oleh 2 orang neurologist Italia
UgoCerlitti dan Lucio Bini pada tahun 1930. Diperkirakan hampir 1 juta
orang didunia mendapat terapi ECT setiap tahunnya dengan intensitas
antara 2-3 kali seminggu.
ECT bertujuan untuk menginduksi suatu kejang klonik yang dapat
memberi efek terapi (TherapeuticClonicSeizure) setidaknya selama 15
detik. Kejang yang dimaksud adalah suatu kejang dimana seseorang
kehilangan kesadarannya dan mengalami rejatan. Tentang mekanisme
pasti dari kerja ECT sampai saat ini masih belum dapat dijelaskan dengan
memuaskan. Namun beberapa penelitian menunjukkan kalau ECT dapat
meningkatkan kadar serum Brain-DerivedNeurotrophic Faktor (BDNF)
pada pasien depresi yang tidak responsif terhadap terapi farmakologi.

3. Therapy kelompok
Therapy kelompok merupakan suatu psikotherapy yang dilakukan
sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain
yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas
kesehatan jiwa. Therapy ini bertujuan memberi stimulus bagi klien dengan
gangguan interpersonal.
Terapi aktivitas kelompok yang dapat dilakukan untuk pasien dengan
isolasi sosial adalah :
a. Sesi 1 : kemampuan memperkenalkan diri
b. Sesi 2 : kemampuan berkenalan
c. Sesi 3 : kemampuan bercakap-cakap
d. Sesi 4 : kemampuan bercakap-cakap topik tertentu
e. Sesi 5 : kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi
f. Sesi 6 : kemampuan bekerjasama
g. Sesi 7 : evaluasi kemampuan sosialisasi

4. Therapy Individu
Menurut Pusdiklatnakes (2012)tindakan keperawatan dengan
pendekatan strategi pelaksanaan (SP) pada pasien dapat dilakukan sebagai
berikut :
a. Strategi pelaksanaan pertemuan 1 pada pasien :
Pengkajian Isolasi sosial, dan melatih bercakap-cakap antara pasien
dan keluarga.
a) Membina hubungan saling percaya
b) Membantu pasien menyadari masalah isolasi sosial
c) Melatih bercakap-cakap secara bertahap antara pasien dan
anggota keluarga
b. Strategi pelaksanaan pertemuan 2 pada pasien :
Melatih pasien berinteraksi secara bertahap (pasien dengan 2 orang
lain), latihan bercakap-cakap saat melakukan 2 kegiatan harian.
a) Mengevaluasi tanda dan gejala isolasi sosial
b) Memvalidasi kemampuan berkenalan (berapa orang)
c) Beri pujian, melatih cara berbicara saat melakukan kegiatan
harian (latih 2 kegiatan)
d) Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan 2-3
orang
c. Strategi pelaksanaan pertemuan 3 pada pasien :
Melatih pasien berinteraksi secara bertahap (pasien dengan 4-5 orang),
latihan bercakap-cakap saat melakukan 2 kegiatan harian baru.
a) Evaluasi tanda dan gejala isolasi sosial
b) Validasi kemampuan berkenalan (berapa orang) dan bicara saat
melakukan dua kegiatan harian
c) Tanyakan perasaan setelah melakukan kegiatan
d) Beri pujian, melatih cara berbicara saat melakukan kegiatan
harian (latih 2 kegiatan baru)
e) Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan 4-5 orang

d. Strategi pelaksanaan pertemuan 4 pada pasien :

Mengevaluasi kemampuan berinteraksi, melatih cara bicara saat


melakukan kegiatan sosial

a) Evaluasi tanda dan gejala isolasi sosial


b) Validasi kemampuan berkenalan (beberapa orang) dan bicara saat
melakukan empat kegiatan harian
c) Tanyakan perasaan setelah melakukan kegiatan
d) Beri pujian, melatih cara berbicara saat melakukan kegiatan sosial
e. Therapy Lingkungan
Menurut Rusdi (2013), manusia tidak dapat dipisahkan dari
lingkungan sehingga aspek lingkungan harus mendapatkan perhatian
khusus dalam kaitannya untuk menjaga dan memelihara kesehatan
manusia. Lingkungan berkaitan erat dengan stimulus psikologi
seseorang yang akan berdampak pada kesembuhan,karena lingkungan
tersebut akan memberikan dampak baik pada kondisi fisik maupun
kondisi psikologis seseorang.

2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Tanggapan atau deskripsi tentang isolasi yaitu suatu keadaan kesepian yang
dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan
mengancam (towsend, 1998).Seseorang dengan perilaku menarik diri akan
menghindari interaksi dengan orang lain.

A. PENGKAJIAN

Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang bertujuan


untuk menentukan status kesehatan dan fungsional klien padawaktu saat ini dan
waktu sebelumnya, serta untuk menentukan pola respons klien saat ini dan waktu
sebelumnya (Potter & Perry, 2009).

Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor presipitasi,


penilaian stressor , suberkoping yang dimiliki klien. Setiap melakukan pengajian ,tulis
tempat klien dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajian meliputi :

a. Identitas Klien

Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama,


tangggal MRS , informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat
klien.
b. Keluhan Utama

Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi


kurang atau tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak interaksi dengan orang
lain ,tidak melakukan kegiatan sehari – hari , dependen

B. FAKTOR PREDISPOSISI

Kehilangan,perpisahan , penolakan orang tua ,harapan orang tua yang tidak


realistis ,kegagalan/frustasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya; perubahan
struktur sosial.Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan
dicerai suami , putus sekolah ,PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi
( korban perkosaan , tituduhkkn, dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain yang
tidak menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung
lama

C. ASPEK FISIK/ BIOLOGIS

Hasil pengukuran tada vital (TD,Nadi, suhu,Pernapasan,TB,BB) dan keluhan


fisik yang dialami oleh klien.

D. ASKEP PSIKOSOSIAL

Implementasi keperawatan menurut asmadi (2011) dibedakan berdasarkan


kewenangan dan tanggung jawab perawat secara profesional diantaranya :
Genogram yang menggambarkan tiga generasi
a. Konsep diri
a) Citra tubuh :
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak
menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Menolak
penjelasan perubahan tubuh , persepsi negatip tentang tubuh . Preokupasi
dengan bagian tubuh yang hilang , mengungkapkan keputusasaan,
mengungkapkan ketakutan.
b) Identitas diri
Ketidakpastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan tidak
mampu mengambil keputusan .
c) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses
menua , putus sekolah, PHK.
d) Ideal diri
Mengungkapkan keputusasaan karena penyakitnya : mengungkapkan
keinginan yang terlalu tinggi.
e) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri ,
gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat , mencederai diri, dan
kurang percaya diri. Klien mempunyai gangguan/hambatan dalam melakukan
hubungasocial dengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok yang
diikuti dalam masyarakat. Keyakinan klien terhadap Tuhan dan kegiatan
untuk ibadah ( spritual)

E. STATUS MENTAL

Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata , kurang
dapat memulai pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang mampu
berhubungan dengan orang lain , Adanya perasaan keputusasaan dan kurang
berharga dalam hidup.

F. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


a. Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
b. Klien mampuBAB dan BAK, menggunakan dan
membersihkanWC, membersikan dan merapikan pakaian.
c. Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi
d. Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas didalam dan
diluar rumah
e. Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.
G. MEKANISME KOPING

Biasanya data yang didapat melalui wawancara pada pasien/keluarga,


bagaimana cara pasien mengendalikan diri ketika menghadapi masalah koping
adaptif dan maladaptif.

H. ASPEK AKADEMIS

Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT,


Psikomotor, therapyokopasional, TAK , dan rehabilitas.

I. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

Biasanya pasien dengan Isolasi Sosial memiliki masalah dengan psikososial


dan lingkungannya, seperti pasien yang tidak dapat berinteraksi dengan keluarga atau
masyarakat karena merasa takut, tidak berguna dll.

J. DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN

a. Isolasi Sosial
b. Harga diri rendah
c. Halusinasi
d.

K. RENCANA TINDAKAN ASUHAN KEPERAWATAN

Menurut Pusdiklatnakes (2012) tindakan keperawatan isolasi sosial pada klien


dan keluarga yaitu :

1. Isolasi sosial
a. Tindakan Keperawatan dengan pendekatan strategi pelaksanaan (SP)
pada pasien
a) Strategi pelaksanaan pertemuan 1 pada pasien :
Pengkajian Isolasi sosial, dan melatih bercakap-cakap antara
pasien dan keluarga.
 Membina hubungan saling percaya
 Membantu pasien menyadari masalah isolasi sosial
 Melatih bercakap-cakap secara bertahap antara pasien
dan anggota keluarga
b) Strategi pelaksanaan pertemuan 2 pada pasien :
Melatih pasien berinteraksi secara bertahap (pasien dengan 2
orang lain), latihan bercakap-cakap saat melakukan 2 kegiatan
harian.
 Mengevaluasi tanda dan gejala isolasi sosial
 Memvalidasi kemampuan berkenalan (berapa orang)
 Beri pujian, melatih cara berbicara saat melakukan
kegiatan harian (latih 2 kegiatan)
 Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk
latihanberkenalan 2-3 orang
c) Strategi pelaksanaan pertemuan 3 pada pasien :
Melatih pasien berinteraksi secara bertahap (pasien dengan 4-5
orang), latihan bercakap-cakap saat melakukan 2 kegiatan
harian baru.
 Evaluasi tanda dan gejala isolasi sosial
 Validasi kemampuan berkenalan (berapa orang) dan
bicara saat melakukan dua kegiatan harian
 Tanyakan perasaan setelah melakukan kegiatan
 Beri pujian, melatih cara berbicara saat melakukan
kegiatan harian
 (latih 2 kegiatan baru)
 - Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan 4-5
orang
d) Strategi pelaksanaan pertemuan 4 pada pasien :
Mengevaluasi kemampuan berinteraksi, melatih cara bicara
saat melakukan kegiatan sosial
 Evaluasi tanda dan gejala isolasi sosial
 Validasi kemampuan berkenalan (berapa orang) dan
bicara saat melakukan empat kegiatan harian
 Tanyakan perasaan setelah melakukan kegiatan
 Beri pujian, melatih cara berbicara saat melakukan
kegiatansocial
2. Tindakan Keperawatan dengan pendekatan strategi pelaksanaan (SP)
pada keluarga
a. Strategi pelaksanaan pertemuan 1 pada keluarga :
Mengenal masalah dalam merawat pasien isolasi sosial, berkenalan
dan berkomunikasi saat melakukan kegiatan harian.
 Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga
dalam merawat klien.
 Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
isolasi sosial,
 yangdialami klien beserta proses terjadinya.
 Memberi kesempatan keluarga untuk memutuskan
perawatan pasien
 Menjelaskan cara merawat isolasi sosial dan melatih
dua cara merawat : berkenalan dan melakukan
kegiatan harian
b. Strategi pelaksanaan pertemuan 2 pada keluarga :
Latihan merawat : melibatkan pasien dalam kegiatan rumah tangga
sekaligus melatih bicara pada kegiatan tersebut
 Evaluasi kemampuan keluarga mengenal gejala isolasi
sosial
 Validasi kemampuan keluarga melatih pasien
berkenalan dan berbicara saat melakukan kegiatan
harian
 Beri pujian pada keluarga
 Menjelaskan kegiatan rumah tangga yang dapat
melibatkan pasien berbicara (makan, sholat bersama)
 Latih cara berbimbing pasien berbicara dan memberi
pujian
 Anjurkan keluarga membantu pasien melakukan
kegiatan bercakap-cakap sesuai jadwal
c. Strategi pelaksanaan 3 untuk keluarga :
Melatih cara merawat dengan melatih berkomunikasi saat
melakukan kegiatan sosial
 Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala
isolasi sosial
 Validasi kemampuan keluarga dalam merawat atau
melatih berkenalan
 Berbicara saat melakukan kegiatan harian dan rumah
tangga
 Menjelaskan cara melatih pasien bercakap-cakap
dalam melakukan kegiatan sosial berbelanja, dan
melatih keluarga mendampingi pasien berbelanja
 Menganjurkan keluarga membantu melakukan
kegiatan sosial sesuai jadwal dan berikan pujian
d. Strategi pelaksanaan 4 untuk keluarga :
Melatih keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk followup
pasien isolasi sosial
 Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala
isolasi
 sosial
 Validasi kemampuan keluarga dalam merawat/melatih
pasien
 Berikan pujian atas upaya yang telah dilakukan
keluarga
 Jelaskan followup ke pelayanan kesehatan masyarakat,
tanda kambuh, dan rujuk pasien segera
 Anjurkan keluarga membantu pasien melakukan
kegiatan sesuai jadwal dan berikan pujian
e. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
 Tindakan Keperawatan dengan pendekatan strategi
pelaksanaan (SP) pada pasien
a) Strategi pelaksanaan pertemuan 1 pada pasien :
Pengkajian dan latihan kegiatan pertama
 Identifikasi pandangan/penilaian pasien tentang diri
sendiri dan pengaruhnya terhadap hubungan dengan
orang lain, harapan yang telah dan belum tercapai,
upaya yang dilakukan untuk mencapai harapan yang
belum terpenuhi
 Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek
 positif paasien ( buat daftar kegiatan)
 Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan
saatini (pilih dari daftar kegiatan mana kegiatan yang
dapat dilaksanakan)
 Buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
 Bantu pasien memilih salah satu kegiatan yang dapat
 dilakukan saat ini untuk dilatih
 Latih kegiatan yang dipilih (alat dan cara melakukan
nya)
 Masukkan kegiatan yang telahh dilatih pada jadwal
kegiatan untuk latihan
b) Strategi pelaksanaan pertemuan 2 pada pasien :
Latihan kegiatan kedua
 Evaluasi tanda dan gejala harga diri rendah
 Validasi kemampuan pasien melakukan kegiatan
pertama
 yang telah dilatih dan berikan pujian
 Evaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama
 Bantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan dilatih
 Latih kegiatan kedua (alat dan cara)
 Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan dua
kegiatan
c) Strategi pelaksanaan pertemuan 3 pada pasien :
Latiah kegiatan ketiga
 Evaluasi tanda dan gejala harga diri rendah
 Validasi kemampuan melakukan kegiatan pertama, dan
kedua yang telah dilatih dan berikan pujian
 Evaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama dan
kedua
 Bantu pasien melihkegitan ketiga yang akan dilatih
 Latih kegiatan ketiga (alat dan cara)
 Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan tiga
kegiatan
e) Strategi pelaksanaan pertemuan 4 pada pasien :
Latih kegiatan keempat
 Evaluasi tanda dan gejala harga diri rendah
 Validasi kemampuan melakukan kegiatan pertama,
kedua dan ketiga yang telah dilatih dan berikan pujian
 Evaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama, kedua
dan
 ketiga
 Bantu pasien memilih kegiatan keempat yang akan
dilatih
 Latih kegiatan keempat (alat dan cara)
 Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan empat
kegiatan
 Tindakan Keperawatan dengan pendekatan strategi
pelaksanaan (SP) pada keluarga
a) Strategi pelaksanaan pertemuan 1 pada keluarga :
Mengenal masalah harga diri rendah dan latihan cara
merawat melatih kegiatan pertama
 Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat
pasien harga diri rendah, jelaskan pengertian, tanda
dan gejala, proses terjadinya, dan akibat harga diri
rendah
 Berikan pujian terhadap semua hal positif yang dimilik
pasien
 Latih keluarga memberi tanggung jawab kegiatan yang
dipilih pasien , bimbing memberikan bantuan pada
pasien
 Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
memberikan pujian
b) Strategi pelaksanaan pertemuan 2 pada keluarga :
Latihan cara merawat dan membimbing melakukan
kegiatan kedua
 Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala
harga diri rendah
 Validasi kemampuan keluarga dalam membimbing
pasien melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
 Evaluasi manfaat yang dirasakan keluarga dalam
merawat, beri pujian, bersama keluarga melatih pasien
dalam melakukan kegiatan kedua yang dipilih pasien
 Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
memberikan pujian
c) Strategi pelaksanaan pertemuan 3 pada keluarga :
Latihan cara merawat dan membimbing melakukan
kegiatan ketiga
 Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala
harga diri rendah
 Validasi kemampuan keluarga dalam membimbing
pasien melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
 Evaluasi manfaat yang dirasakan keluarga dalam
merawat, beri pujian, bersama keluarga melatih pasien
dalam melakukan kegiatan ketiga yang dipilih pasien
 Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
memberikan pujian
d) Strategi pelaksanaan pertemuan 4 pada keluarga :
Latihan cara merawat dan membimbing melakukan
kegiatan keempat
 Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala
harga diri rendah
 Validasi kemampuan keluarga dalam membimbing
pasien melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
 Evaluasi manfaat yang dirasakan keluarga dalam
merawat, beri pujian, bersama keluarga melatih pasien
dalam melakukan kegiatan keempat yang dipilih pasien
 Jelaskan followup ke puskesmas, tanda kambuh dan
rujukan
 Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
memberikan pujian
3. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
1) Tindakan Keperawatan dengan pendekatan strategi pelaksanaan
(SP) pada pasien
a) Strategi pelaksanaan pertemuan 1 pada pasien :
Pengkajian dan mengenal halusinasi
 Mengkaji kesadaran pasien akan halusinasi nya dan
pengenalan akan halusinasi
 Isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus, perasaan,
respon pasien, upaya yang telah dilakukan pasien
untuk mengontrol halusinasi
 Menjelaskan cara mengontrol halusinasi dengan
menghardik
 Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
menghardik
b) Strategi pelaksanaan pertemuan 2 pada pasien :
Evaluasi tanda dan gejala halusinasi
 Validasi kemampuan pasien mengenal halusinasi yang
dialami dan kemampuan pasien mengontrol halusinasi
dengan menghardik dan berikan pujian
 Evaluasi manfaat mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik
 Latih cara mengontrol halusinasi dengan patuh obat
(jelaskan 6 benar : jenis, waktu, dosis, frekuensi, cara,
kontinuitas minum obat)
 Masukkan pada jadwal kagiatan untuk minum obat
sesuai jadwal
c) Strategi pelaksanaan pertemuan 3 pada pasien :
Evaluasi gejala halusinasi
 Validasi kemampuan pasien dalam mengontrol
halusinasi dengan menghardik, minum obat dan
berikan pujian
 Evaluasi manfaat mengontrol halusinasi dengan
menghardik, minum obat sesuai jadwal
 Latih cara mengontrol halusinasi dengan cara
bercakap-cakap saat terjadi halusinasi
 Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
d) Strategi pelaksanaan pertemuan 4 pada pasien :
Melakukan aktivitas sehari-hari Pada tindakan ke empat ini
dapat diulang kegiatan harian. Contohnya membersihkan
kamar :
 Validasi kemampuan pasien dalam mengontrol
halusinasi dengan menghardik, minum obat dan
bercakap-cakap, berikan pujian
 Latih cara mengontrol halusinasi dengan cara
melakukan kegiatan harian
 Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
4. Tindakan Keperawatan dengan pendekatan strategi pelaksanaan (SP)
pada keluarga
a) Strategi pelaksanaan pertemuan 1 pada keluarga :
Mengenal masalah dalam merawat pasien halusinasi dan melatih
mengontrol halusinasi pasien dengan menghardik
 Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat
pasien , jelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses
terjadinya
 Jelaskan cara mengontrol halusinasi dengan melatih
cara menghardik halusinasi
 Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
memberikan pujian
b) Strategi pelaksanaan pertemuan 2 pada keluarga :
Melatih keluarga merawat pasien halusinasi dengan enam benar
minum obat
 Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala
halusinasi pasien
 Merawat pasien dalam mengontrol halusinasi
dengan
 menghardik, berikan pujian
 Jelaskan 6 benar cara memberikan obat
 Latih cara memberikan/membimbing minum obat
 Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal
c) Strategi pelaksanaan pertemuan 3 pada keluarga :
Melatih keluarga merawat pasien halusinasi dengan bercakap-cakap
dan melakukan kegiatan
 Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala
halusinasi pasien dan merawat/melatih pasien
menghardik dan memberikan obat
 Berikan pujian atas upaya yang telah dilakukan
keluarga
 Jelaskan cara bercak-cakap dan melakukan kegiatan
untuk mengontrol halusinasi
 Latih dan sediakan waktu bercakap-cakap dengan
pasien terutama saat halusinasi
 - Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
memberikan pujian
d) Strategi pelaksanaan pertemuan 4 pada keluarga :
Melatih keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk followup
pasien halusinasi.
 Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala
halusinasi pasien dan merawat/melatih pasien
menghardik, memberikan obat dan bercakap-cakap
 Berikan pujian atas upaya yang telah dilakukan
keluarga
 Jelaskan followup ke pelayanan kesehatan masyarakat,
tanda kambuh dan rujukan
 Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
memberikan pujian

L. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi adalah tahapan ketika perawat mengaplikasikan ke dalam


bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah di
tetapkan. Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat
perlu memvalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan masih sesuai dan
dibutuhkan oleh klien saat ini (Keliat dkk, 2005).

M. EVALUASI

Menurut Rusdi (2013), dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan pada


setiap tahap proses keperawatan yang meliputi dokumentasi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi tindakan keperawatan dan evaluasi.
BAB II TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT
INAP RUMAH SAKIT JIWA

RUANG RAWAT: TANGGAL DIRAWAT:

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Ny.A (P) Tgl. Pengk. : 22 Mei

Umur : 30 th No. RM :
Alamat :Nanggalo, Kota
Padang Pendidikan : SMA Pekerjaan :
Tidak bekerja Sumber Data : Kel
Agama : Islam Status :
-

II. IDENTITAS PENANGGUNG


JAWAB
Nama : Tn. A
Umur : 70 tahun Alamat : Pekerjaan : Ibu Rumah
Nangglo, Kota Padang Tangga Pendidikan : SMA
Hub dgn klien : IBU

III. ALASAN MASUK


a. Data Pada saat masuk RS
Keluarga partisipan mengeluh kalau partisipan merasa enggan untuk
berinteraksi dengan orang lain, partisipan juga merasa malu untuk bertemu
dengan orang lain, keluarga partisipan mengatakan sering dikamar sendiri dan
melamun, ia malas melakukan kegiatan yang ada dirumahnya

b. Data pada saat dikaji

Partisipan merasa bingung ketika diajak kenalan dengan orang lain dan
tidak tau mulai dari mana dengan apa yang akan dibicarakan. Keluarga
terkadang mengajak partisipan untuk berinteraksi dengan tetangga sekitar,
tetapi partisipan tetap tidak mau dan mengatakan ia merasa malu bertemu
dengan orang

IV. FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa
lalu? [ ] Ya [●] Tidak
2. Pengobatan sebelumnya:
[ ] Berhasil [●] Kurang berhasil [ ] Tidak Berhasil
Jelaskan no. 1, 2, 3 : Klien tidak pernah mengalami penganiyayaan
3. Pelaku Korban Saksi
Aniaya fisik 0 th 0 th 0 th
Aniaya 0 th 0 th 0 th
0 th 0 th 0 th
seksual 0 th 0 th 0 th
Penolakan 0 th 0 th 0 th
Kekerasan dalam keluarga
Tindakan criminal
fisik , tidak ada kekerasan dalam rumah tangga dan tidak pernah mengalami tindakan
kriminal.

V. Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan


4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa? [ ● ] Ya [ ] Tidak
Hubungan keluarga : Kakak

Masalah keperawatan :

Adakah pengalaman masa lalu yang tidak


menyenangkan? (perceraian/perpisahan/konflik dsb?) Partisipan
mengatakan ia ditinggalkan ayahnya pada saat umur 9 tahun yang
membuat dia sedih dan sangat kehilangan, partisipan tidak pernah
menjadi pelaku tindak kekerasan dan seksual. Partisipan pernah
mengalami tidak bisa mengikuti lomba pidato disekolahnya karena
malu. Partisipan tidak mau berinteraksi lagi dengan orang lain,dan
hanya diam dirumah, sehingga membuatnya tertekan, tidak mampu
mengambil keputusan dan memecahkan masalahnya

Masalah keperawatan : Harga diri rendah


VI. PEMERIKSAAN FISIK

Jelaskan : klien mengatakan sering merasa kaku dan pusing

Masalah keperawatan

VII. PSIKOSOSIAL
1. Genogram (tiga Generasi)

Keterangan :

Perempuan

Laki laki
meninggal

Klien

Hubungan keluarga

Tinggal serumah

Penjelasan Gambar Genogram : klien anak ke 5 dari 5 saudara kandung, saat


ini klien tinggal dirumah Bersama Ibu kandung dan satu orang kakak
kandung. Ayah kandung klien telah meninggal dunia sejak klien kecil.

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

Sistem komunikasi

Pola asuh keluarga


Pola pengambilan keputusan

2. Konsep Diri

a. Citra tubuh : klien mengatakan tidak ada bagian anggota tubuh yang
tidak disukai
b. Identitas : klien merupakan anak ke 5 dari 5 saudara
c. Peran diri : klien mengatakan sekarang hanya bekerja membantu
orang tua dirumah
d. Ideal diri : klien mengatakan ingin sembuh dan bisa berinteraksi
dengan masyarakat
e. Harga diri : klien mengatakan merasa tidak mampu, tidak berguna,
mudah putus asa dan kurang percaya diri.

Masalah keperawatan: harga diri rendah

3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : klien memiliki orang orang terdekat dalam
kehidupannya sebagai tempat mengadu, meminta bantuan, dan sokongan
terutama ibunya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: klien mengatakan
jarang mengikuti kegiatan dimasyarakat, klien juga mengatakan malas
ikut dalan kegiatan
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: klien mengatakan
merasa enggan untuk berinteraksi dengan yang lain, dan juga merasa
malu untuk bertemu dengan orang lain.

Masalah keperawatan : harga diri rendah


4. Spiritual

a. Nilai dan keyakinan ; klien mengatakan beragama islam dan semua yang
dimiliki adalah pemberian Tuhan

b. Kegiatan ibadah : klien mengatakan rajin melaksanakan ibadah, klien


rajin shalat dan puasa

Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

VIII. STATUS MENTAL


1. Penampilan
[ √ ] Tidak rapi [ ] Penggunaan pakaian [ ] Cara berpakaian

tidak sesuai tidakseperti


biasa Jelaskan :
Masalah keperawatan :

2. Pembicaraan
[ ] Cepat [ [ ] Keras [ ] Gagap [ ] Inkoheren
] Apatis [ ] Lambat [ ] Membisu [√ ] Tidak mampu
memulai
pembicaraan

Jelaskan :

Masalah keperawatan :

3. Aktivitas motorik
[ √] Lesu [ √] Tegang [ ] Gelisah [ ] Agitasi
[ ] Tik [ ] Grimasen [ ] Tremor [ ] Kompulsif

Jelaskan :

Masalah keperawatan :

4. Alam perasaan
[ √] Sedih [ ] Ketakutan [√ ] Putus asa
[ ] Khawatir [ ] Gembira berlebihan

Jelaskan :

Masalah keperawatan :
5. Afek
[ ] Datar [√ ] Tumpul [ ] Labil [ ] Tidak sesuai

Jelaskan :

Masalah keperawatan :

6. Interaksi selama wawancara


[ ] Bermusuhan [√ ] Tidak kooperatif [ ] Mudah tersinggung
[ √] Kontak mata kurang [ ] Defensif [ ] Curiga

Jelaskan :

Masalah keperawatan :

7. Persepsi

Halusinasi
[ ] Pendengaran [ ] Penglihatan [ ] Perabaan
[ ] Pengecapan [ ] Penghidup

Jelaskan :

Masalah keperawatan :

8. Proses pikir
[ ] Sirkumstansial [ ] Tangensial [ ] Kehilangan asosiasi
[ ] Flight of ideas [ √] Blocking [ ] Perseverasi

Jelaskan :
Masalah keperawatan :

9. Isi pikir
[ ] Obsesi [ ] Fobia [ ] Hipokondria
[ ] Depersonalisasi [ ] Ide terkait [ ] Pikiran magis
Waham
[ ] Agama [ ] Somatik [ ] [ ] Curiga
[ ] Nihilistik [ ] Sisip Kebesaran [ ] [ ] Kontrol pikir
pikir Siar pikir

Jelaskan :

Masalah keperawatan :

10. Tingkat kesadaran


[ √] Bingung [ ] Sedasi [ ] Stupor
[ ] Disorientasi tmpt [ ] Disorientasi wkt [ ] Disorientasi org

Jelaskan :

Masalah keperawatan :

11. Memori
[√ ] Gangguan daya ingat jangka [ ] Gangguan daya ingat jangka
panjang pendek
[ ] Gangguan daya ingat saat ini [ ] Konfabulasi

Jelaskan :

Masalah keperawatan :

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung


[√ ] Mudah beralih [ ] Tidak mampu [ ] Tidak mampu berhitung
berkonsentrasi Sederhana

Jelaskan :

Masalah keperawatan :

13. Kemampuan penilaian


[ √] Gangguan ringan [ ] Gangguan bermakna

Jelaskan :

Masalah keperawatan :

14. Daya tilik diri


[ ] Mengingkari penyakit yang diderita [√ ] Menyalahkan hal-hal
diluar
Dirinya

Jelaskan :
Masalah keperawatan :

IX. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makanan [ ] bantuan total [ ] bantuan minimal
2. BAB/ BAK [ ] bantuan total [ ] bantuan minimal
3. Mandi [ ] bantuan total [ ] bantuan minimal
4. Berpakaian dan berhias [ ] bantuan total [ ] bantuan minimal
5. Istirahat/ Tidur

Tidur Siang Lama : s/d

Tidur Malam Lama : s/d


Kegiatan sebelum tidur :

6. Penggunaan Obat [ ] bantuan total [ ] bantuan minimal


7. Pemeliharaan kesehatan

Perawatan Lanjutan [ ] Ya [ ] Tidak

Perawatan Pendukung [ ] Ya [ ] Tidak

8. Kegiatan dalam rumah


Mempersiapkan makanan [ ] Ya [ ]
Tidak Menjaga kerapihan rumah [ ] Ya [ ]
Tidak Mencuci pakaian [ ] Ya [ ]
Tidak
Pengaturan keuangan [ ] Ya [ ] Tidak

9. Kegiatan di luar rumah

Belanja [ ] Ya [ ] Tidak

Transportasi [ ] Ya [ ] Tidak
Jelaskan :
Masalah keperawatan :

X. MEKANISME KOPING

Adaptif Maladaptif
[ ] Bicara dengan orang lain [ ] Minum alkohol
[ ] Mampu menyelesaikan masalah [ ●] Reaksi
lambat/berlebih
[ ] Teknik relokasi [ ] Bekerja berlebihan
[ ] Aktivitas konstruktif [ ] Menghindar
[ ] Olah raga [ ] Mencederai diri
[ ] Lainnya [ ] Lainnya

Jelaskan :

Masalah keperawatan :

XI. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN:


[ ] Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik
[ ] Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik

[ ] Masalah dengan pendidikan, spesifik


[ ] Masalah dengan pekerjaan, spesifik

[ ] Masalah dengan perumahan, spesifik

[ ] Masalah ekonomi, spesifik


[ ] Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik
[ ] Masalah lainnya, spesifik

XII. KURANG PENGETAHUAN TENTANG


XIII. [ √ ] Penyakit jiwa [ ] Sistem pendukung
[ ] Faktor presipitasi [ ] Penyakit fisik

[ ] Koping [ ] Obat-obatan

[ ] Lainnya:
Jelaskan :
Masalah keperawatan :
XIV. ASPEK MEDIK
Diagnosa Medik : skizofrenia

Terapi Medik : risperidone 3 mg 2x/hari, fluoxetine 20 mg


2x/hari, thirexyphenidyl 2 mg 2x/hari, clobazam 2 mg 2x/hari

XV. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

B. ANALISIS DATA

No Data fokus Problem Etiologi


1 Ds: Isolasi sosial Perubahan status
mental
- Klien mengatakan kalau dia
hanya berdiam diri dirumah dan
jarang keluar rumah
- Klien mengatakan hanya mau
berinteraksi dengan orang yang
ada dirumahnya,

Do:

- Klien tampak gelisah


- Emosi klien tampak labil

2 DS : Harga Diri Rendah Perubahan pada citra


tubuh
- Klien mengatakan merasa tidak
mampu,
- Klien mengatakan merasa tidak
berguna,
- Klien mengatakan mudah putus
asa dan kurang percaya diri.

DO:

- Kontak mata klien kurang


- Klien tampak sering melamun
dan bingung

3 DS : Perilaku kekerasan Ketidakmampuan


mengendalikan
- Keluarga klien mengatakan dorongan marah
klien terkadang suka marah dan
merasa kesal sendiri jika sudah
sendiri
- Keluarga klien mengatakan
pernah melemparkan benda ke
lantai

DO:

- Klien tampak bingung


- - Klien tampak sesekali
menggeram

C. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

No Diagnose keperawatan

1. Isolasi social

2. Harga diri rendah

3. Risiko perilaku kekerasan

D. INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
1. Isolasi Sosial 1. Pasien Setelah 2-4 kali SP Pasien
berinteraksi pertemuan saat
dengan orang lain dilakukan
sehingga tidak interaksi dengan
terjadi menarik pasien, pasien SP 1 Pasien
diri dari menunjukkan
lingkungan. ekspresi wajah 1. Identifikasi
yang bersahabat, penyebab isolasi
menunjukkan rasa sosial, dengan
senang, ada siap serumah,
kontak mata, mau orang terdekat,
berjabat tangan, yang tidak dekat,
mau menyebutkan dan apa
nama, mau penyebabnya.
menjawab salam,
pasien mau duduk 2. Jelaskan
berdampingan keuntungan punya
dengan perawat, teman dan
mau bercakap-cakap
mengutarakan
masalah yang 3. Kerugian tidak
dihadapi. punya teman dan
tidak bercakap-
cakap

4. Latih cara
berkenalan
dengan anggota
keluarga 5.
Masukkan pada
jadwal kegiatan
harian untuk
latihan berkenalan

SP 2 Pasien

1. Evaluasi
kegiatan
berkenalan
(beberapa orang)
beri pujian

2. Latih cara
berbicara saat
melakukan
kegiatan harian
(latih 2 kegiatan)

3. Masukkan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan
berkenalan 2
sampai 3 orang,
bebicara saat
melakukan
kegiatan harian

Sp 3 pasien

1. Evaluasi
kegiatan latihan
berkenalan dan
bicara saat
melakukan 2
kegiatan harian.
Beri pujian

2. Latih cara
berbicara saat
melakukan
kegiatan harian 3.
Masukkan
kedalam jadwal
kegiatanharian
untuk latihan
berkenalan 4
sampai 5 orang,
berbicara saat
melakukan 4
kegiatan harian

Sp 4 pasien

1. Evaluasi
kegiatan latihan
berkenalan, bicara
saat melakukan 4
kegiatan harian.
Beri pujian

2. Latih bicara
social : belanja
kewarung,
meminta sesuatu,
menjawab
pertanyaan

3. Masukkan
kedalam jadwal
kegiatan harian
berkenalan lebih
dari 5 orang

Sp keluarga

Sp 1 keluarga

1. Diskusikan
masalah yang
dirasakan dalam
merawat pasien

2. Jelaskan
pengertian tanda
dan gejala dan
proses terjadinya
isolasi social

3. Jelaskan cara
merawat isolasi
social

4. Latih 2 cara
merawat dengan
berkenalan,
berbicara saat
melakukan
kegiatan harian

5. Anjurkan
membantu klien
sesuai jadwal dan
memberi pujian

Sp 2 keluarga

1. Evaluasi
kegiatan keluarga
dalam merawat
atau melatih klien
berkenalan dan
berbicara saat
melakukan
kegiatan harian.
Beri pujian

2. Jelaskan
kegiatan rumah
tangga yang dapat
melibatkan klien
berbicara (makan,
sholat bersama)

3. Latih cara
membimbing
klien berbicara

4. Anjurkan
membantu klien
mengatur jadwal

Sp 3 keluarga

1. Evaluasi
kegiatan keluarga
dalam merawat
klien dengan cara
berkenalan,
berbicara saat
melakukan
kegiatan harian
dan rumah tangga

2. Jelaskan cara
melatih klien
melakukan
kegiatan social
seperti berbelanja,
meminta sesuatu
yang lain 3. Latih
keluarga
mengajak klien
belanja

4. Anjurkan
membantu klien
sesuai jadwal dan
member pujian

Sp 4 keluarga

1. Evaluasi
kegiatan keluarga
dalam merawat
klien dengan cara
berkenalan,
berbicara saat
melakukan
kegiatan harian,
berbelanja dan
beri pujian

2. Jelaskan follow
up ke PKM, tanda
kambuh, rujukan

3. Anjurkan
membantu klien
sesuai jadwal dan
beri pujian

2. Harga Diri 1. Klien mampu Setelah 2-4x SP 1 Pasien:


Rendah meningkatkan pertemuan: Klien
kepercayaan diri mampu 1. Identifikasikan
yang dimiliki meningkatkan kemampuan
klien dan melatih kepercayan diri melakukan
kemampuan yang yang dimiliki kegiatan dan
dimiliki klien klien dengan cara: aspek positif
melalui strategi pasien (buat daftar
pelaksanaan 1. Mengkaji kegiatan)
tindakan kemampuan yang
keperawatan dimiliki klien 2. Bantu pasien
sehingga klien serta melatih menilai kegiatan
tidak lagi merasa kegiatan yang yang dapat
putus asa dan pertama. dilakukan saat ini
merasa lebih (pilih dari daftar
berarti. 2. Latihan kegiatan): buat
kegiatan kedua daftar kegiatan
yang telah yang dapat
disepakati dengan dilakukan saat ini.
klien.
3. Bantu pasien
3. Latihan memilih salah
kegiatan ketiga satu kegiatan yang
yang telah dapat dilakukan
disepakati dengan saat ini untuk
klien. dilatih

4. Latihan 4. Latih kegiatan


kegiatan keempat yang dipilih (alat
yang telah dan cara
disepakati dengan melakukanya)
klien.
5. Masukan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan dua
kali per hari.

SP 2 Pasien:

1. Evaluasi
kegiatan pertama
yang dilatih dan
berikan pujian.

2. Bantu klien
memilih kegiatan
yang kedua untuk
dilatih

3. Latih kegiatan
yang kedua (alat
dan cara)

4. Masukan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan : dua
kegiatan masing-
masing dua kali
per hari.

SP 3 Pasien:

1. Evaluasi
kegiatan pertama
dan kedua yang
telah dilatih dan
berikan pujian

2. Bantu klien
memilih kegiatan
yang ketiga untuk
dilatih

3. Latih kegiatan
ketiga ( alat-cara)

4. Masukan pada
jadwal kegiatan
untuklatihan: tiga
kegiatan, masing-
masing dua kali
perhari.

SP 4 Pasien:

1. Evaluasi
kegiatan pertama,
kedua dan ketiga
yang telah dilatih
dan berikan
pujian.

2. Bantu klien
memilih kegiatan
keempat yang
akan dilatih.

3. Latih kegiatan
keempat ( alat dan
cara)

4. Masukan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan:
empat kegiatan
masing-masing
dua kali per hari.

SP 1 Keluarga:

1. Diskusikan
masalah yang
dirasakan dalam
merawat pasien

2. Jelaskan
pengertian, tanda
dan gejala, dan
proses terjadinya
Harga Diri
Rendah (gunakan
booklet)

3. Diskusikan
kemampuan atau
aspek positif klien
yang pernah
dimiliki sebelum
dan setelah sakit.
4. Jelaskan cara
merawat Harga
Diri Rendah
terutama
memberikan
pujian semua hal
yang positif pada
klien.

5. Latih keluarga
memberikan
tanggung jawab
kegiatan pertama
yang dipilih klien:
bimbing dan
berikan pujian.

6. Anjurkan
membantu klien
sesuai jadwal dan
memberikan
pujian.

SP 2 Keluarga:

1. Evalusi
kegiatan keluarga
dalam
membimbing
klien
melaksanakan
kegiatan pertama
yang dipilih dan
dilatih klien, beri
pujian

2. Bersama
keluarga melatih
klien dalam
melakukan
kegiatan kedua
yang dipilih klien.

3. Anjurkan
membantu klien
sesuai jadwal dan
memberi pujian.

SP 3 Keluarga:

1. Evalusi
kegiatan keluarga
dalam
membimbing
klien
melaksanakan
kegiatan pertama
dan kedua yang
telah dipilih dan
dilatih, beri pujian

2. Bersama
keluarga melatih
klien dalam
melakukan
kegiatan ketiga
yang dipilih.

3. Anjurkan
membantu klien
sesuai jadwal dan
memberi pujian.

SP 4 Keluarga:

1. Evalusi
kegiatan keluarga
dalam
membimbing
klien
melaksanakan
kegiatan pertama,
kedua, dan ketiga
yang telah dipilih
dan dilatih, beri
pujian

2. Bersama
keluarga melatih
klien dalam
melakukan
kegiatan keempat
yang dipilih.

3. Jelaskan follow
up ke RSJ/PKM
tanda kambuh,
rujukan

4. Anjurkan
membantu klien
sesuai jadwal dan
memberi pujian

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN IMPLEMENTASI


1. Isolasi sosial SP 1 Isolasi sosial

SP 1 Pasien

1. Membina hubungan saling

percaya,

2. Membantu pasien

menyadari maslah isolasi

sosial,

3. Melatih bercakap-cakap

antara pasien dan keluarga


2. Harga Diri Rendah SP 1 dan SP 2 : Melatih klien meningkatkan
kemampuan melakukan kegiatan pertama
(menyapu ruangan dan memasak)
1. Melakukan terapeutik.

salam

2. Mengevaluasi perasaan klien

3. Melakukan kontrak waktu dengan klien

4. Menjelaskan dan mempraktekan cara


menyapu ruangan dan memasak

5. Menyuruh mempraktekan menyapu

klienruangan dan memasak

6. Melakukan evaluasi terhadap latihan kegiatan


menyapu ruangan dan memasak yang diajarkan

pada klien

7. Melakukan rencana tindak lanjut Melakukan


kontrak waktu selanjutnya.

3. Perilaku Kekerasan Strategi pelaksanaan 1 pasien :

1. Membina hubungan saling

percaya.

2. Mengidentifikasi

penyebab,tanda &gejala perilaku kekerasan


yang dilakukan, akibat perilaku kekerasan

3. Latihan mengontrol perilaku kekerasan


dengan minum obat (6
benar,jenis,fungsi,dosis,frek uensi,cara)

4. Memasukkan kedalam jadwal harian.


Strategi pelaksanaan 1 pasien :

- Membina hubungan saling percaya.

- Mengidentifikasi penyebab,tanda &gejala


perilaku kekerasan yang dilakukan, akibat
perilaku kekerasan

- Latihan mengontrol perilaku kekerasan


dengan minum obat (6
benar,jenis,fungsi,dosis,fre kuensi,cara)
- Memasukkan kedalam jadwal harian.

Strategi Pelaksanaan 1 Keluarga:

- Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam


merawat pasien.

- Menjelaskan pengertian, penyebab,tanda


&gejala, PK yang dilakukan, akibat PK

- Jelaskan cara merawat PK

- Melatih merawat pk

dengan minum obat (6 benar,


jenis,fungsi,dosis,frekuens i ,cara)

- Anjurkan membantu klien memasukan


kedalam jadwal harian.

F. EVALUASI

NO Hari/tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi


1. Isolasi sosial S:

 klien mengatakan tidak


mau berkenalan dengan
orang lain
 lien mengatakan tidak tau
keuntungan berinteraksi
dengan orang laim

O:

 klien tampak menyendiri


 klien tidak nampak bergaul
dengan teman disekitar
ruangan klien
 klien tidak bisa
menyebutkan kembali
keuntungan berinteraksi
dengan orang lain

A:

 Masalah belum teratasi

P:

 Optimalkan kemampuan
SP 1 isolasi sosial yaitu
melatih klien cara
berkenalan

Isolasi Sosial S:

 Klien mengatakan sudah


bisa berinteraksi dengan
orang lain
 Klien mengatakan tau
keuntungan berinteraksi
dengan orang lain

O:

 Klien tampak sudah bisa


berkenalan dengan 1 orang
 Klien bisa menyebutkan
keuntungan berkenalan
dengan orang lain

A:

 klien mampu
mengidentifikasi keutungan
berkenalan
 Klien bisa berkenalan
dengan 1 orang

P:

 Optimalkan SP 2

S:

 Klien mengatakan sudah


bisa berkenalan
 klien sudah dapat
mempraktekan berkenalan
dengan 1 orang

O:

 Klien sudah bisa


berkenalan dengan 1 orang
 Klien sudah bisa
menyebutkan keuntungan
berinteraksi

A:

 Klien mampu
mengidentifikasi
keuntungan berkenalan
 Klien bisa berkenalan
dengan 1 orang dan 2 orang

P:

 Optimalkan SP 3

2. Harga Diri Rendah S:

 Partisipan 1 mengatakan
sudah bisa menyapu
ruangan dan memasak
 Partisipan 1 mengatakan
kadang-kadang ia memasak

O:

 Partisipan 1 tampak bisa


melakukan setelah
diarahkan

A:

 Partisipan 1 melakukan
kegiatan mandiri tanpa
arahan

P:

 Optimalkan kemampuan
SP

Harga Diri Rendah S:

 Klien mengatakan sudah


bisa mengaji/ membaca Al
Quran

O:

 Klien tampak biSA


melakukannya setelah
diarahkan

A:

 Klien melakukan kegiatan


mandiri tampa arahan.

P:

 Optimalkan kemampuan
SP 3 HDR

Harga Diri Rendah S:

 Klien mengatakan sudah bisa


melakukan mencuci

O:

 Klien tampak bisa


melakukannya setelah
diarahkan

A:

 Klien melakukan kegiatan


mandiri tampa arahan.

P:

 Optimalkan kemapuan SP 4
HDR

3. Perilaku Kekerasan S:

 Klien mengatakan nama klien


Tn.A
 Klien mengatakan bersedia
untuk dikunjungi selama 10
hari dirumahnya

O:

 Klien tampak menerima


perawat
 Klien mulai tampak kooperatif
 Klien tampak sudah mulai bisa
mengulangi yang dijelaskan

A:

 Hubungan saling percaya

P:

 Strategi pelaksanaan 1 pasien

S:

 Klien mengatakan mengetahui


Klien mengadakan merasa
kaku setelah minum obat

O:

 Klien tampak mengerti dengan


prinsip obat dan cara minum
obat
 Klien dapat mengulanginya
lagi

A:

 Masalah teratasi

P:

 Strategi pelaksanaan 2 pasien

S:

 Keluarga mengatakan mengerti


tentang penyakit yang dialami
klien
 Keluarga mengatakan mengerti
tentang pengertian, penyebab
dan tanda gejala

O:

 Keluarga tampak antusias saat


berinteraksi
 Keluarga mampu mengajarkan
cara minum obat yang benar
kepada klien

A:

 Masalah teratasi
P:

 Strategi pelaksanaan 2 keluarga


S:

 Klien mengatakan mengetahui


cara mengontrol marah
 Klien bisa mengontrol marah
dengan tarik napas dalam dan
pukul bantal

O:

 Klien tampak mengerti dengan


latihan fisik 1 dan 2

A:

 Masalah teratasi

P:

 Strategi pelaksanaan 3 pasien

S:

 Keluarga mengatakan mengerti


tentang penyakit yang dialami
klien
 Keluarga mengatakan mengerti
tentang pengertian, penyebab
dan tanda gejala pk
 Keluarga mengerti tentang
latihan fisik 1 dan 2

O:

 Keluarga tampak antusias saat


berinteraksi
 Keluarga mampu mengajarkan
cara mengontrol marah dengan
latihan fisik yang benar kepada
klien

A:

 Masalah teratasi

P:

 Strategi pelaksanaan 3 keluarga


S:

 Keluarga mengatakan mengerti


tentang cara mengontrol marah
dengan cara verbal

O:

 Keluarga mampu mengajarkan


cara mengungkapkan marah
dengan verbal yang benar
kepada klien

A:

 Masalah teratasi

P:

 Strategi pelaksanaan 4 keluarga

S:

 Klien mengatakan mengetahui


cara menontrol marah cara
spiritual

O:

 Klien tampak mengerti dengan


latihan yang diajarkan
 Klien dapat mempraktekannya
saat marah

A:

 Masalah teratasi

P:

 Strategi pelaksanaan 4 pasien

S:

 Keluarga mengatakan mengerti


tentang cara mengontrol marah
dengan cara spiritual

O:

 Keluarga tampak antusias saat


berinteraksi
 Keluarga mampu mengajarkan
cara minum obat yang benar
kepada klien

A:

 Masalah teratasi

P:

 Strategi pelaksanaan
dioptimalkan keluarga

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada kedua pasien


gangguan jiwa dengan Isolasi sosial di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Kota
Padang tahun 2017, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut

1. Hasil pengkajian didapatkan partisipan mengatakan enggan untuk


berkomunikasi dengan orang lain, malu untuk berbicara karena takut
unuk diertawakan.
2. Diagnosa utama yang muncul berdasarkan prioritas yaitu Diagnosa
yang muncul pada kasus partisipan adalah isolasi sosial sebagai
masalah utama, harga diri rendah sebagai penyebab dan resiko
halusinasi sebagai akibat.Dalam mengumpulkan data dan
menggerakkan diagnosa penulis tidak menemukan hambatan karena
pasien kooperatif dan keluarga pasien yang terbuka dengan penulis.
3. Intervensi yang dilakukan dirumuskan berdasarkan diagnosa Pada
perencanaan dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang ditemukan.
Penulis telah membuat perencanaan sesuai teoritis yang ada dan
diharapkan dapat mengatasi masalah pasien. Rencana keperawatan yang
dibuat oleh perawat ditujukan kepada pasien dan keluarga demi
tercapainya tujuan tindakan keperawatan yang optimal. untuk
memudahkan pelaksanaan tindakan perawat membuat strategi
pelaksanaan tindakan kepada pasien dan keluarga.

Intervensi yang dilakukan pada diagnosa isolasi sosial yaitu pasien


dapat berinteraksi dengan orang lain secara optimal, pada diagnosa
harga diri rendah yaitu identifikasi aspek positif yang dimiliki dan
melakukan kegiatan harian terjadwal, sedangkan pada diagnosa resiko
halusinasi pasien diharapkan tidak ada tanda-tanda halusinasi.

4. Implementasi dilakukan berdasarkan Intervensi keperawatan yang telah


dibuat. Implementasi dilakukan dengan metode konseling, diskusi,
demonstrasi, dan penyuluhan. Dalam pelaksanaan ada beberapa
implementasi yang digabung seperti tugas khusus keluarga keempat dan
kelima yaitu demonstrasi lingkungan dan pemanfaatan pelayanan
kesehatan.Tahap ini tindakan keperawatan disesuaikan dengan
perencanaan yang telah penulis susun yang didapat dari teoritis.
Pelaksanaan keperawatan yang dilakukan adalah diagnosa isolasi sosial,
harga diri rendah dan resiko halusinasi dilaksanakan sampai strategi
pelaksanaan 4 sesuai strategi pelaksanaan yang direncanakan pada
pasien juga keluarga nya.
5. Pada tahap akhir peneliti mengevaluasi kepada pasien dan keluarga.
Pada evaluasi untuk masalah keperawatan Setelah melakukan tindakan
keperawatan selama 8 hari klien mampu melakukan interaksi secara
bertahap, melakukan kegiatan yang telah dipilih, melatih mengontrol
halusinasi. dengan baik namun belum mampu secara mandiri dan dalam
pengawasan keluarga. Faktor pendukung bagi penulis dalam
mengumpulkan data dimana pasien dan keluarga kooperatif dalam
memberi informasi yang dibutuhkan untuk kelengkapan data.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis memberikan saran sebagi berikut :

1. Bagi Pimpinan Puskesmas Nanggalo Kota Padang


Bagi pemegang program Keperawatan Jiwa dapat mengembangkan
program kesehatan jiwa yang dapat memfasilitasi penanganan masalah
gangguan kesehatan jiwa pada klien dengan Isolasi Sosial.
2. Penulis.
Penulisan ini dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan ilmu
pengetahuan serta kemampuan penulis dalam mendiskripsikan asuhan
keperawatan pada klien dengan Isolasi Sosial di Kelurahan Surau
Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang.

DAFTAR PUSTAKA

Anggit, M. A. (2021). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan Resiko


Perilaku Kekerasan. Universitas Kusuma Husada Surakarta.

Badriah. A.R. (2020). Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian Terapi Musik


Terhadap Kemampuan Bersosialisasi Pada Pasien Isolasi Sosial Dengan
Menggunakan LiteratureReview. KTI., Universitas Muhammadiyah
Tasikmalaya. http://repository.umtas.ac.id/id/eprint/82

Astuti, L. (2020). Studi Dokumentasi Isolasi Sosial Pada Pasien Dengan


Skizofrenia. Akademi Keperawatan YKY Yogyakarta.
Http://Repository.Akperykyjogja.Ac.Id/Id/Eprint/295

Affiroh, A.A & Sholikah, M.M. (2021). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien
Dengan Isolasi Sosial Di Ruang Nakula Rs Dr Arif Zaenudin Surakarta.
Uniersitas Kusuma Husada Surakarta.
Apriliani, D., &Herliawati, H. (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien
Isolasi Sosial: Menarik Diri Dengan Menerapkan Terapi
SocialSkillTrainning(DoctoralDissertation, Sriwijaya University).
Http://Repository.Unsri.Ac.Id/Id/Eprint/30250

Damanik, R. K., Pardede, J. A., & Manalu, L. W. (2020). Terapi Kognitif


Terhadap Kemampuan Interaksi Pasien Skizofrenia Dengan Isolasi
Sosial. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 11(2), 226-235.
Http://Dx.Doi.Org/10.26751/Jikk.V11i2.822

Novitasari, E. D.A & Sari, F.S. (2021). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pada
Pasien Isolasi Sosial Dengan Terapi Musik Dalam Meningkatkan
Kemandirian. Universitas Kusuma Husada Surakarta.

Fairly, G. P. P. Asuhan Keperawatan Keluarga Ny. W Dan Tn. S Yang Anggota


Keluarganya Mengalami Skizofrenia Dengan Masalah Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai