Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN HIPERTERMIA

BERHUBUNGAN DENGAN AKTIFITAS BERLEBIHAN

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas praktik klinik keperawatan

Dosen Pengampu Menik Kustriyani, S.Kep, Ns,M.Kep

Disusun Oleh :

Tingkah Enggaring Tyas (2005076)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG

2021
A. KONSEP TEORI
1. DEVINISI HIPERTERMI
Hipertermia bukan kepanasan atau kegerahan biasa. Hipertermia adalah
kondisi suhu inti tubuh yang meningkat tajam dan terjadi tiba-tiba dalam waktu
singkat, tapi tubuh Anda tidak mampu atau tidak punya cukup waktu untuk
berkeringat mendinginkan diri.
Suhu tubuh panas akibat hipertermia biasanya terjadi akibat paparan suhu
panas dari lingkungan sekitar di luar batas toleransi tubuh, misalnya saat cuaca
sedang terik luar biasa. Hipertermia juga bisa dipicu oleh kelelahan akibat
aktivitas fisik berat sehingga menaikkan suhu inti tubuh, seperti olahraga di siang
hari dalam waktu lama.

2. ETIOLOGI
Pada umumnya, hipertermi disebabkan oleh paparan sushu panas yang
berlebihan dari luar tubuh serta kegagalan system regulasi suhu tubuh untuk
mendinginkan tubuh.
Beberapa kondisi yang bias menyebabkan hipertermia adalah :
a. Peningkatan suhu yang ada lingkungan
b. Peningkatan produksi panas dari dalam tubuh, misalnya akibat aktivitas
berlebihan, krisis tiroid, atau keracunan obat, seperti obat antikolinegik,
obat MDMA (methylenedioxymethamphetamine), dan obat
simpatomimetik
c. Ketidakmampuan tubuh untuk membuang panas, misalnya karena tidak
mampu memproduksi keringat.
Hipertermia juga disebabkan oleh paparan suhu ekstrem yang tidak lagi
mampu diregulasi oleh tubuh. Gaya hidup tertentu dapat mengakibatkan seseorang
lebih rentan mengalami hipertermia, yaitu:
a) Kurang konsumsi air putih
b) Rumah yang sirkulasi udaranya kurang baik atau tidak dilengkapi
pendingin ruangan
c) Pakaian terlalu tebal
d) Lingkungan yang terlalu ramai dan padat
Beberapa kondisi juga diketahui dapat meningkatkan risiko seseorang
mengalami hipertermia. Kondisi tersebut meliputi:
a) Dehidrasi
b) Lansia, yang kelenjar keringat dan peredaran darahnya sudah mulai
menurun fungsinya
c) Orang-orang dengan gangguan ginjal, jantung, dan paru
d) Orang dengan tekanan darah tinggi yang sedang dalam pembatasan asupan
garam
e) Penggunaan obat-obat tertentu seperti diuretik, obat bius, dan obat
pengontrol tekanan darah
f) Penyalahgunaan alcohol
g) Obesitas atau justru terlalu kurus

3. PATOFISIOLOGI
Perubahan pengaturan homeostatis suhu normal oleh hipotalamus dapat
diakibatkan dari infeksi bakteri, virus, tumor, trauma, dan sindrom malignan dan
lain-lain bersifat pirogen eksogen yang merangsang sel makrofag, lekosit dan sel
lain untuk membentuk pirogen endogen. Pirogen seperti bakteri dan virus
menyebabkan peningkatan suhu tubuh. Saat bakteri dan virus tersebut masuk ke
dalam tubuh, pirogen bekerja sebagai antigen akan mempengaruhi sistem imun
(Widagdo, 2012).
Saat substansi ini masuk ke sirkulasi dan mengadakan interaksi dengan
reseptor dari neuron preoptik di hipotalamus anterior, dan menyebabkan
terbentuknya prostaglandin E2. IL-2 yang bertindak sebagai mediator dari respon
demam, dan berefek pada neuron di hipotalamus dalam pengaturan kembali
(penyesuaian) dari thermostatic set point. Akibat demam oleh sebab apapun maka
tubuh membentuk respon berupa pirogen endogen termasuk IL- 1, IL-6, tumor
necrotizing factor (TNF) (Widagdo, 2012).
Oleh karena itu, sel darah putih diproduksi lebih banyak lagi untuk
meningkatkan pertahanan tubuh melawan infeksi.Selain itu, substansi sejenis
hormon dilepaskan untuk selanjutnya mempertahankan melawan infeksi.
Substansi ini juga mencetuskan hipotalamus untuk mencapai set point. Untuk
mencapai set point baru yang lebih tinggi tubuh memproduksi dan menghemat
panas. Dibutuhkan beberapa jam untuk mencapai set point baru dari suhu tubuh.
Selama periode ini, orang tersebut menggigil, gemetar dan merasa kedinginan,
meskipun suhu tubuh meningkat (Potter & Perry, 2010).
Fase menggigil berakhir ketika set point baru yaitu suhu yang lebih tinggi
tercapai. Selama fase berikutnya, masa stabil, menggigil hilang dan pasien merasa
hangat dan kering. Jika set point baru telah “melampaui batas”, atau pirogen telah
dihilangkan, terjadi fase ketiga episode febris. Set point hipotalamus turun,
menimbulkan respons pengeluaran panas. Kulit menjadi hangat dan kemerahan
karena vasodilatasi.Diaforesis membantu evaporasi pengeluaran panas
(Potter&Perry, 2010).
4. PHATWAYS

Infeksi atau cidera jaringan

Inflamasi

Akumulasi monosit

Pelepasan progen endogen

Interleukin

Merangsang saraf vagus

Sinyal mencapai saraf pusat

Pembentukan prostaglandin otak

Merangsang hipotalamus meningkatkan titik patokan suhu

Menggigil, meningkatkan suhu basal

Hipertermia
5. MANIFESTASI KLINIS
Gejala hipertermia berbeda-beda, tergantung pada kondisi dan jenis
hipertermia yang dialami. Meskipun demikian, ada beberapa gejala umum
hipertermia yang mirip satu sama lain terlepas dari penyebabnya, yaitu:
a. Suhu tubuh lebih dari 37,5oC
b. Rasa gerah, haus, dan lelah
c. Pusing
d. Lemah
e. Mual
f. Sakit kepala
Selain gejala-gejala umum di atas, berikut adalah beberapa gejala khusus yang
dapat dibagi berdasarkan jenis hipertermia yang dialami:
a. Heat stress
Kondisi ini dapat terjadi ketika proses pengaturan suhu tubuh mulai
terganggu, umumnya terjadi saat keringat tidak bisa keluar akibat pakaian
terlalu ketat atau karena bekerja di tempat yang panas dan lembap. Gejala
yang bisa timbul di antaranya, pusing, lemas, haus, mual, dan sakit kepala.
b. Heat fatigue
Kondisi ini bisa terjadi ketika seseorang terlalu lama berada di tempat
yang panas, sehingga muncul lemas, haus, rasa tidak nyaman, kehilangan
konsentrasi, bahkan kehilangan koordinasi.
c. Heat syncope
Kondisi ini terjadi ketika seseorang terlalu memaksakan diri tetap berada
di lingkungan yang panas, sehingga memicu kurangnya aliran darah ke
otak.  Akibatnya akan muncul gejala, seperti pusing, berkunang-kunang,
dan pingsan.
d.   Heat cramps
Kondisi ini terjadi ketika penderita sedang berolahraga dengan intensitas
yang berat atau bekerja di tempat yang panas. Gejalanya berupa kejang
otot yang disertai rasa nyeri atau kram di otot betis, paha, bahu, lengan dan
perut.
e. Heat edema
Kondisi ini ditandai dengan pembengkakan pada tangan, kaki, dan tumit
akibat penumpukan cairan. Heat edema terjadi akibat terlalu lama duduk
atau berdiri di tempat yang panas yang selanjutnya memicu
ketidakseimbangan elektrolit.
f. Heat rash
Kondisi ini ditandai dengan munculnya ruam pada kulit akibat berada di
tempat yang panas dan lembab pada waktu yang lama.
g. Heat exhaustion
Kondisi ini terjadi ketika tubuh tidak bisa menyeimbangkan suhu tubuh
akibat kehilangan air dan garam dalam jumlah besar yang keluar dalam
bentuk keringat berlebih.
Gejalanya berupa sakit kepala, pusing, mual, lemas, kehausan,
peningkatan suhu tubuh, keringat berlebih, produksi urine berkurang,
detak jantung meningkat, sulit menggerakan anggota tubuh. Heat
exhaustion yang tidak segera ditangani dapat berkembang menjadi heat
stroke.
h. Heat stroke
Heat stroke merupakan hipertemia yang paling parah. Kondisi ini harus
ditangani segera karena bisa menyebabkan kecacatan atau bahkan
kematian. Heat stroke dapat ditandai dengan gejala berikut ini:
a) Suhu tubuh yang meningkat dengan cepat, sampai di atas 40oC
b) Kulit terasa panas, kering, atau muncul keringat berlebih
c) Kejang
d) Penurunan kesadaran yang ditandai dengan kebingungan dan bicara
tidak jelas
Fase – fase terjadinya hipertermia :
a. Fase I : awal
a) Peningkatan denyut jantung
b) Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan.
c) Menggigil akibat tegangan dan kontraksi obat.
d) Kulit pucat dan dingin karena vasokonstriksi.
e) Merasakan sensasi dingin.
f) Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokonstriksi.
g) Rambut kulit berdiri.
h) Pengeluaran keringat berlebih.
i) Peningkatan suhu tubuh.
b. Fase II : proses demam
a) Proses menggigil lenyap.
b) Kulit terasa hangat / panas.
c) Merasa tidak panas / dingin.
d) Peningkatan nadi & laju pernapasan.
e) Peningkatan rasa haus.
f) Dehidrasi ringan sampai berat.
g) Mengantuk , delirium / kejang akibat iritasi sel saraf
h) Lesi mulut herpetik.
i) Kehilangan nafsu makan.
j) Kelemahan, keletihan dan nyeri ringan pada otot akibat katabolisme
protein.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan darah lengkap : mengindetifikasi kemungkinan terjadinya
resikoinfeksi.
b. Pemeriksaan urine
c. Uji widal
Suatu reaksi oglufinasi antara antigen dan antibodi untuk pasien thypoid.
Suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibody . Aglutinin yang spesifik
terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga
terdapat pada orang yang pernah divaksinasi . Tujuan dari uji widal ini adalah
untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka
menderita typhoid
d. Pemeriksaan elektrolit : Na, K, Cl5)
e. Uji tourniquet (Siswantara, 2013).
7. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Medis
Berikan Obat penurun panas seperti Paracetamol (Siswantara, 2013).
b. Penatalaksanaan keperawatan yang diberikan yaitu
a) Observasi keadaan umum pasien
Rasional : mengetahui perkembangan keadaan umum dari pasien
b) Observasi tanda-tanda vital pasien
Rasional : mengetahui perubahan tanda-tanda vital dari pasien
c)   Anjurkan pasien memakai pakaian yang tipis
Rasional : membantu mempermudah penguapan panas
d) Anjurkan pasien banyak minum
Rasional : mencegah terjadinya dehidrasi sewaktu panas
e) Anjurkan pasien banyak istirahat
Rasional : meminimalisir produksi panas yang diproduksi oleh tubuh
f) Beri kompres hangat di beberapa bagian tubuh, seperti ketiak, lipatan
paha, leher bagian belakang
Rasional :mempercepat dalam penurunan produksi panas (Hidayat,2014)
B. KONSEP ASUHAN
1. PENGKAJIAN
1) Biodata
a) Identitas Pasien
Nama : An. Ayu Armanita
Umur : 19
Jenis kelamin : Perempuan
Suku bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam
Status perkawinan : Belum kawin
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Buruh Pabrik
Alamat : Tumang, Cepogo, Boyolali
No.Register :
Diaonosa medis : Hipertermia

b) Penanggung Jawab
Nama : Ny. Sumarti
Umur : 45 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Hubungan dengan pasien: ibu pasien
2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
Pasien mengeluh tubuh nya terasa panas tinggi dan meriang, pasien
juga mengeluh merasa badanya pegal pegal
b) Riwayat penyakit Sekarang
Pasien mengatakan bahwa tubuhnya merasa panas tinggi dan meriang
saat pasien pulang bekerja sekitar 2 hari yang lalu dengan di awali
badan pasien yang merasa pegal pegal dan terasa lemas.
c) Riwayat perawatan dan kesehatan dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya pasien tidak pernah memiliki riwayat
penyakit yang sama dan belum pernah di rawat di rumahsakit
d) Riwayat kesehatan keluarga
Pada saat dilakukan pengkajian ibu pasien mengatakan didalam
keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit bawaan atau
turunan
e) Riwayat tumbuh kembang
Pertumbuhan dan perkembangan klien sesuai dengan umurnya
3) Pola Kesehatan Fungsional
a) Pola persepsi dan pemeliharaankesehatan
Menurut pasien kesehatan sangatlah penting, Pasien selalu menjaga
kesehatanya dengan baik dan makan makanan yang bergizi.
b) Pola nutrisi dan metabolic
Sebelum pasien sakit pasien makan 3x sehari dengan 1 porsi nasi dan lauk
habis, setelah sakit pasien makan 3x sehari dengan 1 porsi bubur dan lauk.
c) Pola eliminasi
 Eliminasi urine
Frekuensi urune tidak tentu, jumlah urinenya tidak tentu, bau nya
bau khas urine, warnanya kuning
 Eliminasi feses
Frekuensi feses 2x sehari, tekstrur feses lembak dan berampas, bau
feses khas feses.
d) Pola aktifitas danlatihan
Pasien bekerja dari pagi hingga sore hari setiap hari kecuali hari hari
tertentu, pasien jarang olahragadan pasien mengatakan mudah
kelelahan
e) Pola istirahat dan tidur

Jumlah tidur siang saat sebelum sakit 2 jam dan saat malam 6-8 jam, sakit
tidak tentu, jumlah tidur malam saat sakit 5-6 jam

f) Pola persepsi sensori dankognitif

Pasien tidak memiliki keluhan dalam indranya, pasien juga tidak


menggunakan alat bantu dalam kegiatan, kemampuan pasien sangat
baik, pasien tidak memiliki kesulitan lainya
g) Pola hubungan dengan oranglain
Hubungan pasien dengan keluarga sangat baik walaupun pasien sakit,
kemampuan komunikasi pasien jelas, orang yang dekat dengan pasien
adalah ibunya, pasien sering meminta bantuan ibunya saat ada
kesulitan.
h) Pola reproduksi danseksual
Pasien paham tentang fungsi seksual, tidak ada masalah saat
menstruasi, menstruasi pasien terastur.
i) Persepsi diri dan konsepdiri
j) Pola mekanisme koping
Pasien selalu mengambil keputusannya sendiri kadang juga di bantu
oleh orang tuanya, pasien menghadapi masalahnya dengan tenang tidak
terlalu panik.
k) Pola nilai kepercayaan /keyakinan
Sumber kekuatan bagi pasien adalah allah swt, pasien selalu
menjalankan ibdahnya walaupun pasien sakit.

4) Pengkajian Fisik
Penampilan keadaan umum
Tingkatkesadaran : Compos Mentis
Tanda-tandavital :
 Suhutubuh :37℃
 Tekanandarah : 80/60mmHg
 Respirasi (jumlah,irama,kekuatan) : 32x/menit
 Nadi (jumlah, irama, kekuatan) : 110x/menit
 Pengukuran antropometri : TB : 158, BB : 44 menurun menjadi 40
a) Kepala
Bentuk kepala bulat, kepala bersih, tidak ada luka dan benjolan
dikepala

b) Rambut
Warna rambut hitam normal, rambut bersih dan tebal
c) Mata
Bentuk mata simetris, konjungtiva an anemis, sclera putih,
distribusi bulu mata dan alis mata merata, pupil mengecil pada
saat di beri cahaya, kelopak mata tidak cekung
d) Hidung
Hidung bersih, bentuknya simetris tidak ada sputum, tidak ada
nyeri tekanan ataupun peradangan
e) Telinga
Bentuk simetris kiri dan kanan, dapat mendengar dengan baik,
tidak ada nyeri tekanan, telinga bersih
f) Mulut
Mukosa bibir lembab, lidah bersih
g) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak terdapat nyeri,
gerakan bebas
h) Dada/thorak
Bentuk dada simetris, suaranafas vesikuler, pola nafas teratur,
pergerakan dada simetris kiri dan kanan
i) Abdomen
Bentuk abdomen simetris, tidak ada kembung, tidak terdapat nyeri
pada tekanan, kebersihan kulit terjaga
j) Genitourania
Berjenis kelamin perempuan, bersih, tidak ada luka maupun tanda
tanda infeksi
k) Ekstremitas
Bentuk simetris kiri dan kanan, jumlah jari lengkap, CRT < 2 detik,
terdapat reflex plantar, kekuatan otot ekstremitas atas 5/5, ekstremitas
bawah 5/5
l) Kulit
Bersih, warna normal, tidak terdapat luka atau tanda tanda infeksi
pada kulit
5) Data Penunjang
Pengobatan / Therapy
- Amoxilin 500mg 3x1 via oral
- Paracetamol 500mg 3x1 via oral
- Dexamethasone 0,5 mg via oral
- Vitamin C 500 mg via oral
2. DIAGNOSA

Data subjektif dan Etiologi Masalah keperawatan


objektif
DS ( Data Subjektif ) : Pasien mengeluh Hipertermia b/d proses
1. Pasien mengeluh panas meriang penyakit ( infeksi virus )
badan panas ditandai dengan suhu tubuh
meriang Suhu tubuh diatas diatas normal, dibuktikan
2. Pasien mengeluh nilai normal dengan :
pegal pegal DS ( Data Subjektif ) :
DO ( Data Objektif ) : Proses penyakit 1. Pasien mengeluh
1. Suhu badan ( infeksi virus) badan panas
pasien 37,5℃ meriang
2. TD :100/80 Hipertermia 2. Pasien mengeluh
mmHg pegal pegal
3. RR : 30x/menit DO ( Data Objektif ) :
4. N : 110x/menit 1. Suhu badan
5. Teraba hangat/ pasien 37,5℃
panas pada 2. TD :100/80
seluruh tubuh mmHg
6. Kulit terlihat 3. RR : 30x/menit
kemerahan 4. N : 110x/menit
karena suhu
3. INTERVENSI

No Diagnose Luaran Intervensi Rasional


keperawatan keperawatan
1. Hipertermia b/d Setelah Manajemen 1. Mengetahui
proses penyakit dilakukan Hipertermia dan
( infeksi virus ) tindakan 1. Monitor memonitor
ditandai dengan keperawatan TTV
ttv klien
suhu tubuh diatas selama 2. Berikan
1x24 2. Menyeimba
normal, cairan oral
jam diharapkan ngkan
3. Lakukan
dibuktikan masalah kebutuhan
pendinginan
dengan :
keperawatan eksternal
cairan klien
DS ( Data
hipertermi (kompres) 3. Menurunkan
Subjektif ) :
dapat teratasi 4. Anjurkan suhu dengan
1. Pasien
dengan kriteria tirah baring teknik non
mengeluh
hasil : 5. Kolaborasi farmakologi
badan
1. Kulit pemberian s
panas
kemerah cairan dan 4. Meminimali
meriang
elektrolit IV
an sir jumlah
2. Pasien Regulasi
menuru kegiatan
mengeluh Temperatur
pegal
n klien
1. Monitor
pegal 2. Suhu 5. Membantu
tekanan
DO ( Data tubuh darah, menurunkan

Objektif ) : menuru frekuensi suhu dengan


1. Suhu n pernapasan farmakologi
badan 3. Rasa dan nadi 6. Memantau
pasien pegal 2. Sesuaikan perubahan
37,5℃ pegal suhu tekanan
2. TD : menuru lingkungan darah,
100/80 dengan
n frekuensi
kebutuhan
mmHg pernapasan
klien
3. RR : dan nadi
3. Kolaborasi
30x/menit 7. Dapat
pemberian
4. N : membantu
antipiretik
110x/men
it paraceamol kestabilan
D.0130 1 gram suhu tubuh
setiap 6 jam klien
8. Antipiretik
berguna
untuk
menurunkan
panas dan
mengurangi
infeksi

5. IMPLEMENTASI

No dp Tanggal dan implementasi Respon pasien TT/


jam ( s dan o) Nama
D.0130 16 juni 2021 1. Observasi TTV subjektif :
Jam 08.00 pasien bersedia
dan kooperatif
melakukan
pengukuran
TTV
objektif :
T : 37,5 ℃
N :110x/menit
RR: 30x/menit
TD:100/80
mmHg
Jam 08.10 2. Mengedukasi Subjektif :
klien untuk Pasien bersedia
memperbanyak dan tampak
minum air kooperatif saat
memper
banyak minum
air
Objektif :
Pasien banyak
minum air
Jam 08.15 3. mengudikasi subjektif :
klien dan keluarga pasien
keluarga untuk mengatakan
mengompres akan
dahi dan axila melakukan
kompres dahi
dan axila pada
pasien
objektif :
keluaga pasien
tampak
kooperatif saat
melakukan
kompres dahi
dan axila
Jam 08.20 4. mengedukasi Subjektif :
klien untuk Pasien bersedia
memperbanyak memperbanyak
istirahat dan istirahat dan
mengurangi mengurangi
kegiatan berat kegiatan berat
Objektif
Pasien tampak
kooperatif
dalam
melakukanya
Jam 08.25 5. memberikan Subjektif :
cairan natrium Pasien bersedia
klorida dengan untuk
IV pemberian
cairan natrium
klorida dengan
IV
Objektif :
Pasien tampak
kooperatif saat
diberi cairan
Jam 09.00 6. memberikan Subjektif :
paracetamol 1 Pasien bersedia
gram di beri obat
paracetamol
Objektif :
Pasien tampak
meminumya
dengan
kooperatif
16 juni 2021 1. Observasi TTV Subjektif :
Jam 08.00 Pasien bersedia
untuk
pemeriksaan
TTV
Objektif :
T 37 ℃
N : 100x/menit
RR : 29x/menit
TD : 100/80
mmHg
Jam 08.10 2. memberikan Subjektif :
cairan natrium Pasien bersedia
klorida dengan untuk diberi
IV cairan natrium
klorida dengan
IV
Objektif :
Pasien tampak
kooperatif saat
di beri cairan
Jam 08.30 3. memberikan Subjektif :
paracetamol 1 Pasien bersedia
gram di beri obat
paracetamol
Objektif :
Pasien tampak
meminumya
dengan
kooperatif

6. EVALUASI

No. DP Tgl/jam Evaluasi (SOAP) TT/Nama


D.0130 Kamis, 16 juni 2021 S:
(08.00) 1. Kulit klien Tidak
Terlihat
Kemerahan
2. Klien tidak
mengeluh pegal –
pegal
O:
1. Suhu klien masih
diatas normal
2. Frekuaensi nafas,
tekanan dara dan
nadi normal
A:
1. Masalah
keperawatan
hipertermi teratasi
sebagian
P:
1. Melanjutkan
implementasi
D.0130 Jumat, 17 juni jam S:
(08.00) 1. Klien mengatakan
tubuhnya terasa
lebih nyaman
O:
1. Suhu klien normal
2. Frekuensi napas,
tekanan darah dan
nadi normal
A:
1. Masalah
keperawatan
hipertensi teratasi
P:
1. Intervensi
keperawatan
hipertensi
dihentikan

DAFTAR PUSTAKA
Dr. Tania Savitri oleh Novita Joseph (08 Februari 2018). Hipertermia.di akses pada 12 Juni
2021 melalui https://hellosehat.com/hidup-sehat/pertolongan-pertama/hipertermia-adalah-
suhu-tubuh-panas/

Dr. Merry Dame Cristy Pane ( 04 mei 2020). Hipertermia, di akses pada 12 juni 2021 melalui
https://www.alodokter.com/hipertermia

Klikdokter.Hipertermia. di akses pada 12 juni 2021 melalui


https://www.klikdokter.com/penyakit/hipertermia

Gustinerz(19 april 2021).Devinisi Diagnosa Keperawatan Menurut Para Ahli.di akses pada
12 juni 2021 melalui https://gustinerz.com/definisi-diagnosa-keperawatan-menurut-para-ahli/

Mickeperawatan(2 agustus 2019).Proses keperawatanpendekatan teori dan praktik.di akses


melalui https://ypmickeperawatan.blogspot.com/2019/08/intervensi.html

PPNI (2016).Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan indicator Diagnostik,


Edisi 1. Jakarta : DPD PPNI

PPNI (2018).Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kroteria Hasil


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPD PPNI

PPNI (2018).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPD PPNI

Anda mungkin juga menyukai