Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

R DENGAN DIAGNOSA

FEBRIS (SUSPECT DEMAM TYPOID)

STEFANI KASIM

2117010

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2021
LAPORAN PENDAHULUAN FEBRIS
I. KONSEP DASAR
A. Pengertian
Febris (demam) yaitu meningkatnya suhu tubuh yang melewati batas
normal yaitu lebih dari 380C (Hidayat, 2005).
Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat disebabkan
oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat
pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi (Hidayat,
2005).
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38° C atau
lebih. Ada juga yang yang mengambil batasan lebih dari 37,8°C. Sedangkan bila
suhu tubuh lebih dari 40°C disebut demam tinggi (hiperpireksia) (Ngastiah, 2005).

B. Etiologi
Menurut Pelayanan kesehaan maternal dan neonatal 2000 bahwa etiologi
febris,diantaranya :
1.    Suhu lingkungan.
2.    Adanya infeksi.
3.    Pneumonia.
4.    Malaria.
5.    Otitis media.
6.    Imunisasi
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam
dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit
metabolik maupun penyakit lain (Ngastiah, 2005). Demam dapat disebabkan
karena kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang mem-pengaruhi pusat
pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi (Ngastiah,
2005).
C. Klasifikasi
Klasifikasi febris/demam menurut Suriadi dan Yuliani (2001), adalah :
 Fever adalah Keabnormalan elevasi dari suhu tubuh, biasanya karena
proses patologis.
 Hyperthermia adalah Keabnormalan suhu tubuh yang tinggi secara
intensional pada makhluk hidup sebagian atau secara keseluruhan tubuh,
seringnya karena induksi dari radiasi (gelombang panas, infrared),
ultrasound atau obat – obatan.
 Malignant hyperthermia adalah Peningkatan suhu tubuh yang cepat dan
berlebihan yang menyertai kekakuan otot karena anestesi total

Tipe - tipe demam.diantaranya :


1. Demam Septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan
turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan
menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat
yang normal dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua
derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu
hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan
bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut
kuartana.
4. Demam intermiten
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti
oleh kenaikan suhu seperti semula.
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit
tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan
keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang
jela seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang
sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas.
Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja
dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti
influensa atau penyakit virus sejenis lainnya.

C. Patofisiologi
Nukleus pre-optik pada hipotalamus anterior berfungsi sebagai pusat
pengatur suhu dan bekerja mempertahankan suhu tubuh pada suatu nilai yang
sudah ditentukan, yang disebut hypothalamus thermal set point. Pada
demam hypothalamic thermal set point meningkat dan mekanisme pengaturan
suhu yang utuh bekerja meningkatkan suhu tubuh ke suhu tertentu yang baru.
Terjadinya demam disebabkan oleh pelepasan zat pirogen dari dalam lekosit yang
sebelumnya telah terangsang baik oleh zat pirogen eksogen yang dapat berasal
dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak
berdasarkan suatu infeksi Pirogen eksogen ini juga dapat karena obat-obatan dan
hormonal, misalnya progesterone. Secara skematis mekanisme terjadinya febris
atau demam dapat digambarkan sebagai berikut : Stimulus eksogen (endotoksin,
staphylococcal erythoxin dan virus) à menginduksi sel darah putih untuk produksi
pirogen endogen àyang paling banyak keluar IL-1 dan TNF-a, selain itu ada IL-6
dan IFN à bekerja pada sistem saraf pusat di level organosum vasculosum pada
lamina terminalis (OVLT) à OVLT dikelilingi oleh porsio medial dam lateral pada
pre-optic nucleus, hipotalamus anterior dan septum pallusolum. Mekanisme
sirkulasi sitokin di sirkulasi sistemik berdampak pada jaringan neural masih belum
jelas. hipotesanya adanya kebocoran di sawar darah otak di level OVLT
menyediakan sistem saraf pusat untuk merasakan adanya pirogen endogen.
Mekanisme pencetus tambahan termasuk transport aktif sitokin ke dalam OVLT
atau aktivasi reseptor sitokin di sel endotel di neural vasculature, yang
mentranduksi sinyal ke otak. OVLT mensintesa prostaglandin, khususnya
prostaglandin E2, yang merespons pirogen endogen. PG E2 bekerja secara
langsung ke sel pre-optic nucleus untuk menurunkan rata pemanasan pada
neuron yang sensitif pada hangat dan ini salah satu cara menurunkan produksi
pada arachidonic acid pathway. Kejadian yang lebih luas pada cyclooxygenase-2
(COX-2) di neural vasculature yang penting pada formasi febris. Induksi pada
respons febris oleh lipopolisakarida, TNF-a dan IL-1b yang menghasilkan
kenaikan COX-2 mRNA pada cerebral vasculature pada beberapa model
eksperimental febris (Corwin, 2000).
Peningkatan suhu dikenal untuk menginduksi perubahan pada banyak sel
efektor pada respons imun. Demam menginduksi terjadinya respons syok panas.
Pada respons syok panas terjadi reaksi kompleks pada demam, untuk sitokin atau
beberapa stimulus lain. Hasil akhir dari reaski ini adalah produksi heat shock
protein (HSPs), sebuah kelas protein krusial untuk penyelamatan seluler. Sitokin p
roinflamotori à masuk ke sirkulasi hipotalamik à stimulasi pengeluaran PG lokal,
resetting set point termal hipotalamik àsitokin proinflamatori vs kontrainflamatori
(misalya seperti IL-10 dan substansi lain seperti arginin vasopresin, MSH,
glukokortikoid) àmembatasi besar dan lamanya demam (Corwin, 2010).
D. Manifestasi Klinis
Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung
pada fase demam (Corwin, 2000), meliputi:
1. Fase 1 awal (awitan dingin/ menggigil)
Tanda dan  gejala
a. Peningkatan denyut jantung
b. Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan
c. Mengigil akibat tegangan dan kontraksi otot
d. Peningkatan suhu tubuh
e. Pengeluaran keringat berlebih
f. Rambut pada kulit berdiri
g. Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembuluh darah
 
2. Fase 2 ( proses demam)
Tanda dan gejala
a. Proses mengigil lenyap
b. Kulit terasa hangat / panas
c. Merasa tidak panas / dingin
d. Peningkatan nadi
e. Peningkatan rasa haus
f. Dehidrasi
g. Kelemahan
h. Kehilangan nafsu makan ( jika demam meningkat)
i. Nyeri pada otot akibat katabolisme protein.

3. Fase 3 (pemulihan)
Tanda dan gejala
a. Kulit tampak merah dan hangat
b. Berkeringat
c. Mengigil ringan
d. Kemungkinan mengalami dehidrasi
E. Komplikasi
Menurut Corwin (2010), komplikasi febris diantaranya :
1.    Takikardi
2.    Insufisiensi jantung
3.    Insufisiensi pulmonal
4.    Kejang demam

F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Suriadi dan Yuliani (2010) :
1. Uji coba darah, contoh pada Demam Dengue terdapat leucopenia pada hari
ke-2 atau hari ke-3 Pada DBD dijumpai trombositopenia dan
hemokonsentrasi. Masa pembekuan masih normal, masa perdarahan
biasanya memanjang, dapat ditemukan penurunan factor II,V,VII,IX, dan
XII. Pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia, hi
pokloremia. SGOT, serum glutamit piruvat(SGPT), ureum, dan pH darah mu
ngkin meningkat, reverse alkali menurun.
2. Pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin,
contoh pada DBD air seni mungkin ditemukan albuminuria ringan.
3. Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat
dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau limfangiografi.
4. Ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa

G. Penatalaksanaan
Menurut Hidayat, (2015) :
1. Secara Fisik
 Jika demam, ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal
 Pakaian diusahakan tidak tebal
 Berikan minuman yang banyak karena kebutuhan air meningkat
 Memberikan kompres
2. Obat- obat Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di
hipotalamus.Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin
dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point
hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yang mana diperintah
memproduksi panas diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak
ada lagi.
Penderita tifus perlu dirawat dirumah sakit untuk isolasi (agar penyakit ini
tidak menular ke orang lain). Penderita harus istirahat total minimal 7 hari bebas
panas. Istirahat total ini untuk mencegah terjadinya komplikasi di usus. Makanan
yang dikonsumsi adalah makanan lunak dan tidak banyak berserat. Sayuran
dengan serat kasar seperti daun singkong harus dihindari, jadi harus benar-benar
dijaga makanannya untuk memberi kesempatan kepada usus menjalani upaya
penyembuhan.
Pengobatan yang diberikan untuk pasien febris typoid adalah antibiotika g
olongan Chloramphenicol dengan dosis 3-4 x 500 mg/hari; Pemberian obat
antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan demam dan sangat
berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dengan kelainan
kardiopulmonal kronis kelainan metabolik, penyakit neurologis dan pada anak
yang berisiko kejang demam.
DAFTAR PUSTRAKA
1. orwin.(2010). Hand Book Of Pathofisiologi.Jakarta:EGC.
2. Doenges, M.E. Geisler, A.C. Moorhouse, M.F. (2011). Rencana
Keperawatan
3. Hidayat,A. A.(2015). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:
4. Ngastiah.(2009). Buku keperawatan anak sakit. Jakarta:EGC.   
II. Konsep Keperwatan
A. Pengkajian

Nama Mahasiswa Yang Mengkaji : Stefani kasim NIM : 2117010

Unit : Lingkungan Kampus Stik gia makassar


Alamat : Tanjung Bunga
Tgl masuk RS :
Tgl pengkajian : 09 maret 2021

I. IDENTIFIKASI
a. PASIEN
Nama initial : Tn.R
Umur : 20 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : belum menikah
Jumlah anak : -
Agama/suku : Islam/gorontalo
Warga Negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
Pendidikan : Mahasiswa
Pekerjaan : -
Alamat rumah : Tanjung raya

II. DATA MEDIK


Diagnosa medic : Febris (suspect demam thypoid)

III. KEADAAN UMUM


A. KEADAAN SAKIT : Klien mengatakan panas tinggi, pusing, lemas,
sakit perut, mual, dan sudah 3x bab encer.
b. TANDA-TANDA VITAL
1) Kesadaran:
Skala koma glaslow
a). Respon motorik :6
b) Respon bicara :5
c) Respon membuka mata :4
Jumlah :15
Kesimpulan : Klien masi dalam keadaan membaik
2) Tekanan darah : 110/80 mmHg
MAP : mmHg
Kesimpulan : normal

3) Suhu :39°C di Oral axilla Rectal


4) Pernapasan : 24 x/menit
Irama: teratur  Kusmaul
Cheynes-stokesa Takipnea

Jenis: dada Perut


5) Nadi : 85 x/menit
Irama 
: teratur tachikardi Bradichardi
Kuat Lemah

C. PENGUKURAN
1. Lingkar lengan atas : 30 cm
2. Tinggi badan : 160 cm
3. Berat badan : 55 kg
4. IMT : 21,4 kg/m²
Kesimpulan : Normal
a. GENOGRAM

Keterangan :
: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Pasien
------- : Tinggal serumah

IV. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN


A. POLA PERSEPSI KESEHATAN DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
1) Keadaan sebelum sakit : Pasien mengatakan sering
mengkonsumsi
makanan siap saji dan makanan dari luar
2) Riwayat penyakit saat ini :
a). Keluhan utama : Demam
b). Riwayat keluhan utama : klien mengatakan sudah 2 hari demam, sakit
perut, lemas,sering mual kadang muntah, pusing dan bab encer.
3) Riwaya penyakit yang pernah dialami : belum ada
4) Riwayat kesehatan keluarga : Klien mengatakan ayahnya menderita
Rematik dan saudara sulungnya juga
pernah mengalami Demam typoid
5) Pemeriksaan fisik:
a). Kebersihan rambut : tampak bersih
b) Kulit kepala : Bersih, tidak berketombe
c) Kebersihan kulit : Bersih
d). Higiene rongga mulut : Bersih
e) Kebersihan genitalia : Tidak dikaji
f) Kebersihan anus : Tidak dikaji

B. POLA NUTRISI DAN METABOLIK


1) Keadaan sebelum sakit : Klien mengatakan makan 3x dalam sehari
tapi makanan cepat saji/beli diluar, klien minum air putih 5-8 gelas/hari
2) Keadaan sejak sakit : Klien mengatakan porsi makannya berkurang
dan kadang tidak habis. Klien juga mengatakan selalu minum air putih
karena sering merasa haus.
Observasi : klien tampak lemah
3) Pemeriksaan fisik:
a) Keadaan rambut : Bersih
b) Hidrasi kulit :-
c) Palpebra/conjungtiva : anemis
d) Sclera : ikterik
e) Hidung : tidak ada sekret
f) Rongga mulut : bersih
g) Gusi : pink
h) Gigi : lengkap
i) Kemampuan mengunyah keras: Baik
j) Lidah : pucat
k) Pharing :-
l) Kelenjar getah bening : Normal
m) Kelenjar parotis : Normal
n) Abdomen :
- Inspeksi : -
- Auskultasi
- Palpasi :
- Perkusi : asites positif negatif
o) Kulit
- Edema negatif
- Ikterik negatif
p) Lesi:
5. Pemeriksaan diagnostik :
a) Laboratorium :-
b) USG :-
c) Lain-lain :-
4) Terapi : obat paracetamol

C. POLA ELIMINASI
1. Keadaan sebelum sakit : klien mengatakan bab dan bak lancar
2. Keadaan sejak sakit : klien mengatakan tidak ada masalah saat bak tapi
sudah 3x bab encer.
3. Observasi : tidak terpasang kateter
4. Pemeriksaan fisik :
a) peristaltik usus : x/menit.
b) palpasi kandung kemih , penuh kosong.
c) nyeri ketuk ginjal, positif negatif
d) mulut uretra :
e) anus:
- peradangan : -
- Hemoroid :-
- Fistula : -
3. Pemeriksaan diagnostik : -
a) Laboratorium : -
b) USG :-
c) Lain-lain :-
4. Therapi : -
D. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN
1. Keadaan sebelum sakit : Pasien mengatakan tidak pernah berolahraga,
hanya jalan-jalan sebentar keliling kompleks
2. Keadaan sejak sakit : Pasien mengatakan sejak sakit hanya
melakukan aktivitas dirumah saja.
3. Observasi : klien tampak lemah
a) Akitivitas harian :
- Makan : mandiri
- Mandi : mandiri
- Pakaian : mandiri 1. mandiri
2. bantuan dengan alat
- Kerapihan : mandiri
3. bantuan orang
- Buang air besar : mandiri 4. bantuan alat dan orang
5. bantuan penuh
- Buang air kecil : mandiri
- Mobilisasi ditempat tidur : mandiri
b) Postur tubuh :
c) Gaya jalan : Tegak
d) Anggota gerak yang cacat : Tidak ada
e) Fiksasi :-
f) Tracheostomi :-
4. Pemeriksaan fisik
a) JVP : -
Kesimpulan : -
b) Perfusi perifer pembuluh kuku : -
c) Thorax dan pernapasan : -
- Inspeksi : -
Bentuk thorax : -
Sianosis : -
Stridor : -
- Palpasi : -
Vocal fremitus : -
- Perkusi : sonor redup pekak
Batas paru hepar : -
Kesimpulan : -
- Auskultasi : -
Suara napas : -
Suara ucapan : -
Suara tambahan : -
d) Jantung
- Inspeksi : -
Ictus cordis : -
- Palpasi : -
Ictus cordis : -
- Perkusi : -
Batas atas jantung : -
Batas kanan jantung : -
Batas kiri jantung : -
- Auskultasi : -
Bunyi jantung II A : -
Bunyi jantung II P : -
Bunyi jantung I T : -
Bunyi jantung I M : -
Bunyi jantung II irama gallop: -
Murmur : -
HR : x/menit
Bruit : Aorta :-
A. Renalis : -
B. Femoralis : -
e) Lengan dan tungkai
- Atrofi otot : positif negatif
- Rentang gerak :-
- Uji kekuatan otot : -
Kiri : -
Kanan : -
- Refleks fisiologi : -
- Refleks patologi :-
Babinski, kiri : positif negatif
Kanan : positif negatif

- Clubbing jari-jari :-
- Varises tungkai : -
f) Columna vertebralis :-
- Inspeksi : -
- Palpasi : -
N. III-IV-VI :-
N. VIII Romberg Test : positif negatif.
N. XI : -
5. Pemeriksaan diagnostik : -
a) Laboratorium : -
6. Hasil pemeriksaan: -
a) Lain-lain :-
6. Terapi medik :
E. POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT
a. Keadaan sebelum sakit : klien mengatakan jarang tidur siang, dan
malam sering bergadang,tidur hanya 4 jam
b. Keadaan sejak sakit : klien mengatakan semenjak sakit tidur tidak
teratur, sering terbangun kemudian tidur lagi.
Observasi :
Ekspresi wajah mengantuk : positif negatif
Banyak menguap : positif negatif
Palpebra inferior berwarna gelap : positif negatif
c. Therapi : -

F. POLA PERSEPSI KOGNITIF


1. Keadaan sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat berkomunikasi
dengan baik, pandang pasien baik dan jelas
saat berbicara
2. Keadaan sejak sakit : Pasien mengatakan jarang bercerita dengan
keluarganya tentang sakitnya
Obervasi :
3. Pemeriksaan fisik :
a) penglihatan : Normal
- Cornea : tidak di kaji
- Visus : tidak dikaji
- Pupil : tidak di kaji
- Lensa mata :tidak dikaji
- Tekanan Intra Okuler (TIO) : tidak dikaji
b) Pendengaran :-
- Pina : -
- Kanalis :-
- Membran timpani :-
- Tes pendengaran : -
c) N. I : -
d) N.II : -
e) N.V : -
f) N.VII : -
g) N.VIII : -
h) Test Romberg : -
4. Pemeriksaan diagnostik : -
a) laboratorium : -
b) Lain-lain : -
c) Therapi : -
G. POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI
1. Keadaan sebelum sakit : pasien mengatakan mampu mengenali dirinya
sendiri sebagai seorang anak dan seorang pelajar.
2. Keadaan sejak sakit : klien mengatakan sakitnya ini tidak mengganggu
persepsi dan konsep dirinya
Observasi : klien tampak tenang
a. Kontak mata : Baik
b. Rentang perhatian : Baik
c. Suara dan cara bicara : Baik
d. Postur tubuh : Tegak

3. Pemeriksaan fisik :
a. Kelainan bawaan yang nyata : -
b. Abdomen :
Bentuk :-
Bayangan vena :-
Benjolan massa :-
c. Kulit : lesi kulit :-
d. Penggunaan protesa :-
H. POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA
1. Keadaan sebelum sakit : Klien mengatakan komunikasinya baik dengan
sesama teman disekitanya
2. Keaadaan sejak sakit : Klien cenderung diam
3. Observasi : klien tampak diam
I. POLA REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS
1. Keadaan sebelum sakit : Tidak kaji
2. Keadaan sejak sakit : Tidak kaji
3. Observasi :
4. Pemeriksaan fisik : -
5. Pemeriksaandiagnostik : -
a).Laboratorium : -
b).lain-lain : -
6. Therapi : -
J. POLA MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP STRES
1. Keadaan sebelum sakit : klien mengatakan tidak sering stres
1.Keadaan sejak sakit : klien mengatakan bosan karena seharian hanya
berada di tempat tidur atau duduk saja.
3. Observasi : klien tampak gelisah
4. Pemeriksaan fisik :
a) Tekanan darah : 110/80 mmHg
Berbaring : mmHg
Duduk : mmHg
Berdiri : mmHg

Kesimpulan : hipotensi ortotastik positif. negatif


b). HR : x/menit
c). Kulit :
Keringat dingin : Ya
Basah : Ya
5 Therapi :

K. POLA SISTEM NILAI KEPERCAYAAN


1. Keadaan sebelum sakit : klien mengatakan selalu sholat 5 waktu
2. Keadaan sejak sakit : klien mengatakan sholat nya tidak dilaksanakan
sebagian
3. Observasi : klien tampak sedih

Tanda Tangan Mahasiswa Yang Mengkaji

( Stefani kasim )
B. DATA FOKUS

Data Subjektif Data Objektif


1. Klien mengatakan demam 1. Suhu tubuh klien diatas nilai

sejak 2 hari yang lalu normal 39°c

2. Klien mengatakan demam 2. Klien tampak lemas

nya naik turun 3. badan klien teraba hangat

3. Klien mengatakan sudah 3x 4. Kulit klien tampak merah

bab encer 5. Pemeriksaan TTV

4. Klien mengatakan lemas dan TD : 110/80

sering mual kadang muntah N : 85x/m

S : 39°c

P : 24x/m

C. ANALISA DATA
N Data Etiologi Masalah
o
1 Ds :
1. Klien mengatakan
demam sejak 2 hari
yang lalu
2. Klien mengatakan
demam nya naik turun
3. Klien mengatakan
sudah 3x bab encer
4. Klien mengatakan
lemas dan sering mual
kadang muntah

Do :
1. Suhu tubuh klien diatas Proses infeksi Hipertermia
nilai normal 39°c
2. Klien tampak lemas
3. Badan klien teraba
hangat
4. Kulit klien tampak
merah
5. Pemeriksaan TTV
TD : 110/80 mmHg
N : 85x/m
S : 39°c
P : 24x/m
D. INTERVENSI

NO SDKI SLKI SIKI


1 Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertemia
keperawatan 1x24 jam
(I.15506)
diharapkan termoregulasi
Observasi :
(L.14134) membaik dgn
kriteria hasil : 1. Monitor penyebab hipertermia
2. Monitor suhu tubuh
1. Menggigil dari indicator
3. Monitor kadar elektrolit
2 (cukup meningkat)
Terapeutik :
Hipertermi b/d 1. Berikan cairan oral
menjadi indicator 4
2. Lakukan pendinginan ekstern
proses infeksi al
(cukup menurun).
3. (mis.kompres dingin pada dah
i,
2. Suhu tubuh dari
4. leher,dada,abdomen,aksila).
indicator 2 (cukup

memburuk) menjadi

indicator 4 (cukup

membaik).
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

DIAGNOSA
NO/TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
Rabu 08-03- Hipertermi b/d Manajemen hipertermia S:

2021 proses infeksi 1.Memonitor penyebab hipertermia 1. Klien mengatakan demam


2.memonitor suhu tubuh
nya sudah mulai menurun
3.Memonitor kadar elektrolit
4.memberikan cairan oral setelah minum obat dan
5.melakukan pendinginan eksternal
diberikan kompres dingin
(mis.kompres dingin pada dahi,leher,dada,abdome
n,aksila). 2. Klien mengatakan masih
terasa lemas

O:
1. Klien tampak lemas
2. Pemeriksaan TTV :
TD : 110/80 mmHg
N : 85x/m
S : 38°c
P : 24x/m
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Pertahanakan Intervensi
1. Pantau suhu
2. Berikan kompres dingin
34

Anda mungkin juga menyukai