Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn.

R DENGAN

MASALAH ALERGI

ERNIWATI ENGYANI.S

2117014

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

GEMA INSAN AKADEMIK

MAKASSAR

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dermatitis kontak (dermatitis venenata) merupakan reaksi inflamasi
kulit terhadap unsure – unsure fisik, kimia, atau biologi. Epidermis mengalami
kerusakan akibat iritasi fisik dan kimia yang berulang-ulang. Dermatitis kontak
dapat berupa tipe iritan primer dimana reaksi non- allergic terjadi akibat
pajanan terhadap substansi iritatif, atau tipe alergi (dermatitis kontak allergic)
yang disebabkan oleh pajanan orang yang sensitive terhadap allergen kontak
(Arif Muttaqin & Kumala Sari, 2017).
Prevalensi dari semua bentuk dermatitis adalah 4,66%, termasuk
dermatitis atopik 0.69%, dermatitis numuler 0,17%, dan dermatitis seboroik
2,82%. (Marwali, 2000). Di Amerika Serikat, 90% klaim kesehatan akibat
kelainan kulit pada pekerja diakibatkan oleh dermatitis kontak. Antigen
penyebab utamanya adalah nikel, potassium dikromat dan parafenilendiamin.
Konsultasi ke dokter kulit sebesar 4-7% diakibatkan oleh dermatitis kontak.
Dermatitis tangan mengenai 2% dari populasi dan 20% wanita akan terkena
setidaknya sekali seumur hidupnya. Anak-anak dengan dermatitis kontak
60% akan positif hasil uji tempelnya. Di Skandinavia yang telah lama
memakai uji tempel sebagai standar, maka insiden dermatitis kontaknya lebih
tinggi dari pada Amerika. Dermatitis kontak alergik yang terjadi akibat kontak
dengan bahan-bahan di tempat pekerjaan disebut dermatitis kontak alergik
akibat kerja (DKAAK) yang mencapai 25% dari seluruh dermatitis kontak
akibat kerja (DKAK). Dermatitis kontak akibat kerja mencapai 90% dari
dermatitis akibat kerja (DAK) prevalensi DKAAK berbeda-beda di tiap Negara
tergantung macam serta derajat industrialisasi Negara tersebut.  Di Eropa
insiden juga tinggi seperti Swedia dermatitis kontak dijumpai pada 48% dari
populasinya. Di belanda 6% di Stockholm 8% dan Bergen 12%. Menurut
Survei Rumah Tangga dari beberapa Negara menunjukkan penyakit alergi
adalah satu dari tiga penyebab yang paling sering kenapa pasien berobat ke
dokter keluarga. Penyakit pernapasan dijumpai sekitar 25% dari semua
kunjungan ke dokter umum dan sekitar 80% dantaranya menunjukkan
gangguan berulang yang menjurus pada kelainan alergi. Penderita alergi di
Eropa ada kecenderungan meningkat pesat. Angka kejadian alergi meningkat
tajam dalam 20 tahun terakhir. Setiap saat 30% orang berkembang menjadi
alergi. Anak usia sekolah lebih 40% mempunyai 1 gejala alergi, 20%
mempunyai asma, 6 juta orang mempunyai Dermatitis (alergi kulit). Di
Indonesia laporan dari bagian penyakit kulit dan kelamin FK Unsrat Manado
dari tahun 1988-1991 dijumpai insiden dermatitis kontak sebesar 4,45%. Di
RSUD Dr. Abdul Aziz Singkawang Kalimantan Barat pada tahun 1991-1992
dijumpai insiden dermatitis kontak sebanyak 17,76%. Sedangkan di RS Dr.
Pirngadi Medan insiden dermatitis kontak  pada tahun 1992 sebanyak 37,54%
tahun 1993 sebanyak 34,74% dan tahun 1994 sebanyak 40,05%. Dari data
kunjungan pasien baru di RS Dr. Pirngadi Medan, selama tahun 2000
terdapat 3897 pasien baru di poliklinik alergi dengan 1193 pasien (30,61%)
dengan diagnosis dermatitis kontak dari bulan Januari hingga Juni 2001
terdapat 2122 pasien alergi dengan 645 pasien (30,40%) menderita dermatitis
kontak. Di RSUP H. Adam Malik Medan, selama tahun 2000 terdapat 731
pasien baru dipoliklinik alergi dimana 201 pasien (27,50%) menderita
dermatitis kontak. Dari bulan januari hingga juni 2001 terdapat 270 pasien
dengan 64 pasien (23,70%) menderita dermatitis kontak.
Adanya riwayat kontak dengan penyebab dermatitis kontak iritan
seperti sabun, detergen, bahan pembersih, dan zat kimia industry serta
adanya factor predisposisinya mencakup keadaan terlalu panas atau terlalu
dingin atau oleh kontak yang terus-menerus dengan sabun serta air, dan
penyakit kulit yang sudah ada sebelumnya memberikan manifestasi inflamasi
pada kulit. Response inflamasi pada kulit pada dermatitis kontak diperantarai
melalui hipersensitifitas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan fisiologi kulit


Kulit terdiri atas 3 lapisan, yang masing-masing memiliki berbagai jenis
sel dan memiliki fungsi yang bermacam-macam. Ketiga lapisan tersebut
adalah Epidermis, dermis, dan subkutis.
1. Epidermis
Epidermis merupakan struktur lapisan kulit terluar. Sel-sel
epidermis terus menerus mengalami mitosis, dan bergangti dengan
yang baru sekitar 30 hari. Epidermis mengandung reseptor-reseptor
sensorik untuk sentuhan, suhu, getaran, dan nyeri.
Komponen utama epidermis adalah protein keratin, yang di
hasilkan oleh sel-sel yang di sebut keratinosit. Keratin adalah bahan
yang kuat dan memiliki daya taahan tinggi, serta tidak larut dalam air.
Keratin mencegah hilangnya air tubuh dan melindungi epidermis dari
iritan atau mikroorganisme penyebab infeksi. Keratin adalah komponen
utama appendix kulit : rambut dan kuku.
Melanosit (sel pigmen) terdapat di bagian dasar epidermis.
Melanosit menyintesis dan mengeluarkan melanin sebagai respons
terhadap rangsangan hormone hipofisis anterior, hormone perangsang
melanosis (melanocyte Stimulatting Hormone, MSH).
Melanosit merupakan sel-sel khusus epidermis yang terutama
terlibat dalam produksi pigmen melanin yang mewarnai kulit dan
rambut. Semakin banyak melanin, semakin gelap warnanya. Sebagian
besar orang yang berkulit gelap dan bagian-bagian kulit yang berwarna
gelap pada orang yang berkulit cerah (misalnya: putting susu)
mengandung pigmen ini dalam jumlah yang lebih banyak. Warna kulit
yang normal bergantung pada ras dan bervariasi dari merah meda dan
hingga cerah. Penyakit sistemik juga akan memengaruhi warna kulit.
Sebagai contoh, kulit akan tampak kebiruan bila tiba oksigenasi darah
yang akan mencukupi, berwarna kuning-hijau pada penderita icterus,
atau merah atau terlihat Flushing bila terjadi inflamasi atau demam.
Melanin diyakini dapat menyerap cahaya ultraviolet dalam sinar
matahari yang berbahaya.
Sel-sel imun, yang disebut Sel Langerhans, terdapat di seluruh
epidermis. Sel Langerhans mengenali partikel asing atau
mikroorganisme yang masuk ke kulit dan membangkitkan suatu sarana
imun. Sel Langerhans mungkin bertanggung jawabmengenal dan
menyingkirkan sel-sel kulit di plastic atau neoplastic. Sel Langerhans
secara fisik berhubungan dengan saraf-saraf simpatis, yang
mengisyaratkan adanya hubungan antara system saraf dan
kemampuan kulit untuk melawan infeksi atau mencegah kanker kulit.
Stres dapat memengaruhi fungsi sel Langerhans dengan
meningkatkan rangsangan simpatis. Radiasi ultraviolet dapat merusak
sel Langerhans, mengurangi kemampuannya mencegah kanker.
2. Dermis
Dermis atau kutan (cutaneus) merupakan lapisan kulit di bawah
epidermis yang membentuk bagian terbesar kulit dengan memberikan
kekuatan dan struktur pada kulit.
Lapisan papilla dermis berada langsung di bawah epidermis dan
tersusun terutama dari sel-sel fibroblast yang dapat menghasilkan
salah satu bentuk kolagen, yaitu suatu komponen dari jaringan ikat.
Dermis juga tersusun dari permbuluh dara dan limfe, serabut saraf,
kelenjar keringat dan sebasea. serta akar rambut. Suatu bahan mirip
gel, asam hialuronat, di sekresikan oleh sel-sel jaringan ikat. Bahan ini
mengelilingi protein dan menyebabkan kulit menjadi elastis dan
memiliki turgor (tegangan). Pada seluruh dermis dijumpai pembuluh
darah, saraf sensorik dan simpatis, pembuluh limfe, folikel rambut,
serta kelenjar keringant dan palit (sebasea). Sel mast, yang
mengeluarkan histamine selama cedera atau peradangan, dan
makrofag, yang memfagositosis sel-sel mati dan mikro-organisme, juga
terdapat di dermis.
Pembuluh darah di dermis menyuplai makanan dan oksigen
pada dermis dan epidermis, serta membuang produk-produk sisa.
Aliran darah dermis memungkinkan tubuh mengontrol tempraturnya.
Pada penurunan suhu tubuh, saraf-saraf simpatis ke pembuluh darah
meningkatkan pelepasan norepinefrin. Pelepasan norepinefrin
menyebabkan kontriksi pembuluh sehingga panas tubuh dapat
dipertahankan. Apabila suhu tubuh terlalu tinggi, maka rangsangan
simpatis terhadap pembuluh daran dermis berkurang sehingga terjadi
dilatasi pembuluh sehingga panas tubuh akan dipindahkan ke
lingkungan. Hubungan arteriovena (AV) yang disebut anastomosis,
dijumpai pada sebagian pembuluh darah. Anastomosis AV
mempermudah pengaturan suhu tubuh oleh kulit dengan
memungkinkan darah melewati bagian atas dermis pada keadaan
yang sangat dingin. Saraf simpatis ke dermis juga mempersaraf
kelenjar keringat, kelenjar sebasea, serta folikel rambut.
3. Lapisan Subkutis
Lapisan subkutis kulit terletak di bawah dermis. Lapisan ini
terdiri atas lemak dan jaringan ikat di mana berfungsi untuk
memberikan bantalan antara lapisan kulit dan struktur internal seperti
otot dan tulang, serta sebagai peredam kejut dan insulator panas.
jaringan ini memungkinkan mobilitas kulit, perubahan kontur tubuh dan
penyekatan panas tubuh.
Lemak yang bertumpuk dan tersebar menurut jenis kelamin
seseorang, secara parsial akan menyebabkan perbadaan bentuk tubuh
laki-laki dengan perempuan. Maka yang berlebihan akan
meningkatkan penimbunan lemak di bawah kulit. Jaringa subkutan dan
jumlah lemak yang tertimbun merupakan factor penting dalam
pengaturan suhu tubuh.
4. Rambut
Rambut di bentuk dari keratin melalui proses diferensiasi yang
sudah di tentukan sebelumnya, sel-sel epidermis tertentu akan
membentuk folikel-folikel rambut. Folikel rambut ini disokong oleh
matriks kulit dan akan berdiferensiasi menjadi rambut. Kemudian suatu
saluran epitel akan terbentuk, melalui saluran inilah rambut akan keluar
ke permukaan tubuh. Sama seperti sisik, rambut terdiri atas keratin
mati dan dibentuk dengan kecepatan tertentu. Sistin dan metionin,
yaitu asam amino yang mengandung sulfur dengan ikatan kovalen
yang kuat, memberikan kekuatan pada rambut.
Pada kulit kepala, kecepatan pertumbuhan rambut biasanya 3
mm perhari. Setiap folikel rambut melewati siklus: pertumbuhan
(9rambut anagen), stadium intermedia(rambut kotagen), dan involusi
(rambut tolagen). Stadium anagen pada kulit kepala dapat bertahan
selama kurang lebih 3 tahun, sedangkan stadium tolagen hanya
bertahan sekitar 3 bulan saja. Begitu folikel rambut mencapai stadium
tolagen, maka rambut akan rontok. Pada akhirnya foliker rambut akan
mengalami regenerasi menjadi stadium anagen dan akan terbentuk
rambut baru. Aktivitas siklus folikel rambut ini satu dengan lainnya tidak
saling bergantungan. Pola mosaic ini mencegah terjadinya kebotakan
sementara pada kulit kepala. Bila proses ini berhenti, maka orang akan
tersebut akan mengalami kebotakan permanen.
Sekitar 90% dari 100.000 folikel rambut pada kulit kepala yang
normal berada dalam fase pertumbuhan pada satu saat. Limapuluh
hingga 100 lembar rambut kulit kepala akan rontok setiap harinya.
Rambut pada berbagai bagian tubuh memiliki fungsi yang
bermacam-macam. Rambut pada bagian mata (alis dan bulu mata),
hidung, dan telinga menyaring debu, binatang kecil, serta kotoran yang
terbawa oleh udara.
Warna rambut di tentukan oleh jumlah melanin yang beragam dalam
batang rambut. Rambut yang berwarna kelabu atau putih mencerminkan
tidak adanya pigmen tersebut. Pada bagian tubuh tertentu, pertumbuhan
rambut di kontrol oleh hormon-hormon seks. Contoh yang paling nyata
adalah rambut pada wajah (rambut janggut dan kumis) dan rambut pada
bagian dada, serta punggung yang dikendalikan oleh hormone laki-laki
yang dikenal sebagai hormone androgen
Kuantitas dan distribusi rambut dapat dipengaruhi oleh kondisi
endokrin. Sebagai contoh, sindrom Cushing menyebabkan hirsutisme
(pertumbuhan rambut yang berlebihan, khususnya pada wanita);
hipotiroidisme (tiroid yang kurang aktif) menyebabkan perubahan tekstur
rambut. Pada banyak kasus, kemoterapi dan terapi radiasi pada kanker
akan menyebabkanpenipisan rambut atau pelemahan batang rambut
sehingga terjadi alopesia (kerontokan rambut) yang parsial atau total dari
kulit kepala maupun bagian tubuh yang lain.
5. Kuku
Kuku merupakan lempeng keratin mati yang di bentuk oleh sel-
sel epidermis matriks kuku. Matriks kuku terletak dibawah bagian
proksimal lempeng kuku dalam dermis. Bagian ini dapat terlihat
sebagai suatu daerah putih yang disebut lunula, yang tertutup oleh
lipatan kuku bagian proksimal dan kutikula. Oleh karena rambut
maupun kuku merupakan struktur keratin yang mati, maka rambut dan
kuku tidak mempunyai ujung saraf dan tidak mempunyai aliran darah.
Kuku akan melindungi jari-jari tangan dan kaki dengan menjaga fungsi
sensoriknya yang sangat berkembang, serta meningkatkan fungsi-
fungsi halus tertentu seperti fungsi mengangkat benda-benda kecil.
Pertumbuhan kuku berlangsung terus sepanjang hidup dengan
pertumbuhan rata-rata 0,1 mm per hari. Pertumbuhan ini berlangsung
lebiih cepad pada kuku jari tangan daripada kuku jari kaki dan
cenderung melambat bersamaan dengan proses penuaan. Pembaruan
total kuku jari tangan memerlukan waktu sekitar 170 hari, sedangkan
pembaruan kuku jari kaki membutuhkan waktu 12 hingga 18 bulan
(Smeltzer, 2017).
6. Kelenjar pada Kulit
Kelenjar Sebasea. Kelenjar sebasea menyertai folikel rambut.
Kelenjar ini mengeluarkan bahan berminyak yang disebut sebum ke
saluran di sekitarnya. Untuk setiap lembar rambut terdapat sebuah
kelenjar sebasea yang sekretnya akan melumasi rambut dan membuat
rambut menjadi lunak, serta lentur. Kelenjar sebasea terdapat di seluruh
tubuh, terutama di wajah, dada, dan punggung. Testosteron meningkatkan
ukuran kelenjar sebasea dan pembentukan sebum. Kadar testosterone
meningkat pada pria dan wanita selama pubertas.
Kelenjar Keringat. Kelenjar keringat ditemukan pada kulit disebagian
besar permukaan tubuh. Kelenjar ini terutama terdapat pada telapak
tangan dan kaki. Hanya glans penis, bagian tepi bibir, telinga luar, dan
dasar kuku yang tidak mengandung kelenjar keringat. Kelenjar keringat
dapat di klasifikasikan lebih lanjut menjadi dua kategori, yaitu kelenjar
merokrin dan apokrin.
Kelenjar merokrin ditemukan pada semua daerah kulit. Saluran
keluarnya bermuara langsung ke permukaan kulit. Kelenjar apokrin
berukuran lebih besar dan berbeda dengan kelenjar ekrin. Sekret kelenjar
ini mengandung fragmen sel-sel sekretorik.
Kelenjar apokrin terdapat didaerah aksila, anus, skrotum, dan labia
mayora. Saluran keluarnya pada umumnya bermuara ke dalam folikel
rambut. Kelenjar apokrin akan menjadi aktif pada pubertas. Kelenjar
apokrin memproduksi keringat yang keruh seperti seperti susu dan di
uraikan oleh bakteri untuk menghasilkan bau ketiak yang khas. Kelenjar
apokrin yang khusus dan dinamakan kelenjar seruminosa dijumpai pada
telinga luar, tempat kelenjar tersebut memproduksi serum. Sekresi apokrin
tidak mempunyai fungsi apapun yang berguna bagi manusia, tetapi
kelenjar ini menimbulkan bau pada ketiak apabila sekresinya mengalami
dekomposisi oleh bakteri.
Sekret yang encer seperti air yang disebut keringat atau peluh
dihasilkan oleh bagian basal yang berbentuk seperti kumparan pada
kelenjar ekrin dan dilepaskan ke dalam saluran keluarnya yang sempit.
Keringat terutama tersusun dari air dan mengandung sekitar separuh dari
kandungan garam dalam plasma darah. Keringat dilepas Dari kelenjar
ekrin sebagai reaksi terhadap kenaikan suhu sekitarnya dan kenaikan
suhu tubuh. Kecepatan sekresi keringat dikendalikan oleh system saraf
simpatik. Pengeluaran keringat yang berlebihan pada telapak tangan dan
kaki, aksila, dahi dan daerah-daerah lainnya dapat terjadi sebagai reaksi
terhadap rasa nyeri, serta stress.
7. Fungsi Kulit
Secara umum beberapa fungsi kulit adalah sebagai berikut.
1. Proteksi
2. Sensasi
3. Termoregulasi
4. Metabolisme,sintesis vitamin D
5. Keseimbangan air
6. Penyerapan zat atau obat
8. Penyimpanan nutrisi
Selain fungsi di atas, kulit juga memiliki peran dalam komunikasi
nonverbal, sebagai contoh dalam kaitannya dengan emosi, misalnya
wajah kemerahan dalam menahan marah atau malu dan petunjuk
tentang kondisi usia seseorang dan status kesehatan.
a. Proteksi
Kulit yang menutupi sebagian besar tubuh memiliki ketebalan sekitar 1
atau 2 mm yang memberikan perlindungan yang sangat efektif terhadap
trauma fisik, kimia, dan biologis dari dan invasi bakteri. Kulit telapak tangan
dan kaki yang menebal memberikan perlindungan terhadap pengaruh trauma
yang terus-menerus terjadi di daerah tersebut.
Bagian sratum korneum epidermis merupakan barier yang paling
efektif terhadap berbagai factor lingkungan seperti zat-zat kimia, sinar
matahari, virus, fungus, gigitan serangga, luka karena gesekan angin, dan
trauma. Kulit dapat mencegah penetrasi zat-zat dari luar yang berbahaya
ataupun kehilangan cairan dan substansi lain yang vital bagi homeostasis
tubuh. Lapisan dermis kulit memberikan kekuatan mekanis dan keuletan
melalui jaringan ikat fibrosa dan serabut kolagennya. Serabut elastic dan
kolagen yang saling berjalin dengan epidermis memungkinkan kulit untuk
berperilaku sebagai satu unit. Dermis tersusun dari jalinan vascular, akar
rambut tubuh, dan kelenjar peluh, serta sebasea. Oleh karena epidermis
bersifat avaskular, dermis merupakan barier transportasi yang efisien
terhadap substansi yang dapat menembus stratum korneum dan epidermis.
Factor-faktor lain yang memengaruhi fungsi protektif kulit mencakup usia kulit,
daerah kulit yang terlibat dan status vascular.
b. Sensasi
Ujung-ujung reseptor serabut saraf pada kulit memungkinkan tubuh
untuk memantau secara terus-menerus keadaan lingkungan di sekitarnya.
Fungsi utama reseptor pada kulit adalah untuk mengindra suhu, rasa nyeri,
sentuhan yang ringan dan tekanan (sentuhan yang berat). Berbagai ujung
saraf bertanggung jawab untuk bereaksi terhadap setiap stimuli yang
berbeda. Meskipun tersebar di seluruh tubuh, ujung-ujung saraf lebih
terkonsentrasi pada sebagian daerah dibandingkan bagian lainnya. Sebagai
contoh, ujung-ujung jari tangan jauh lebih terinevasi ketimbang kulit pada
bagian punggung tangan.
c. Termoregulasi
Peran kulit dalam pengaturan panas meliputi sebagai penyekat tubuh
vasokonstraksi (yang memengaruhi aliran darah dan hilangnya panas ke
kulit), dan sensasi suhu. Perpindahan suhu dilakukan pada system vascular,
melalui dinding pembuluh, ke permukaan kulit dan hilang ke lingkungan
sekitar melalui mekanisme penghilang panas. Pada kondisi suhu tubuh
rendah, pembuluh darah akan mengalami konstriksi. Sebaliknya saat suhu
tinggi, hipotalamus menghambat vasokonstriksi dan pembuluh dilatasi. Saat
kulit menjadi dingin, sensori mengirim informasi ke hipotalamus, yang
mengakibatkan menggigil, menghambat keringat dan vasokonstriksi.
Pengeluaran dan produksi panas terjadi secara simultan. Sruktur kulit dan
paparan terhadap lingkungan secara konstan, pengeluaran panas secara
normal melalui radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi.
 Radiasi
Radiasi adalah perpindahan panas dari permukaan suatu objek ke
permukaan objek lain tanpa keduanya bersentuhan. Panas berpindah
gelombang elektromagnetik. Adanya aliran darah dari organ internal inti
membawa panas ke kulit dan ke pembuluh darah permukaan. Variasi jumlah
panas yang di bawa ke permukaan bergantung pada tingkat vasokonstriksi
dan vasodilatasi yang diatur oleh hipotalamus. Penyebaran panas dari kulit ke
setiap objek kulit yang lebih dingin di sekelilingnya. Penyebaran meningkat
bila perbedaan suhu antara objek juga meningkat. Vasodilatasi perifer juga
meningkatkan aliran darah ke kulit untuk memperluas penyebaran yang ke
luar. Vasokonstriksi perifer meminimalkan kehilangan panas ke luar. Sampai
85% area permukaan tubuh manusia menyebarkan panas ke lingkungan.
Namun, bila lingkungan lebih hangat dari kulit, tubuh mengabsorbsi panas
melalui radiasi. Perawat meningkatkan kehilanhan panas melalui radiasi
dengan melepaskan pakaian atau selimut. Posisi pasien meningkatkan
kehilangan panas melalui radiasi.
 Konduksi
Konduksi merupakan pengeluaran panas dari satu objek ke objek lain
melalui kontak langsung. Proses pengeluaran atau perpindahan suhu tubuh
terjadi pada saat kulit hangat menyentuh objek yang lebih dingin. Ketika
kondisi suhu dua objek sama, kehilangan panas konduktif terhenti.
Perpindaha panas secara konduksi dapat melalui benda padat, gas, dan cair.
Penting bagi perawat untuk mengetahui bahwa cara menurunkan panas
tubuh secara konduksi hanya menyebabkan sedikit kehilangan panas.
Perawat meningkatkan kehilangan panas konduktif ketika memberikan
beberapa lapis pakaian akan mengurangi efek konduktif.
 Konveksi
Konveksi merupakan suatu perpindahan panas akibat adanya gerakan
udara yang secara langsung kontak dengan kulit. Adanya arus udara
membawa udara hangat akan menyebabkan kehilangan panas secara
konveksi. Sebaliknya arus udara dingin meningkatkan pengeluaran panas
melalui konveksi. Pemberian pakaian atau selimut akan menurunkan efek dari
konveksi. Kondisi ini memberikan inplikasi pada perawat dalam mengatur
suhu lingkungan pada pasien yang mengalami kondisi hipertermi atau
hipotermi.
 Evaporasi
Evaporasi adalah perpindahan energy panas ketika cairan berubah
menjadi gas. Selama evaporasi, kira-kira 0,6 kalori panas hilang untuk setiap
gram air yang menguap. Tubuh secara kontinu kehilangan panas secara
evaporasi. Kira-kira 600-900 ml sehari meguap dari kulit dan paru, yang
mengakibatkan kehilangan air dan panas. Kehilangan normal ini
dipertimbangkan kehilangan air tidak kasat mata (insensible water loss)dan
tidak memainkan peran utama dalam pengaturan suhu.
Dengan mengatur perspirasi atau berkeringat, tubuh meningkatkan
kehilangan panas evaporative tambahan. Berjuta-juta kelenjar keringat yang
terletak dalam dermis kulit menyekresi keringat melalui duktus kecil pada
permukaan kulit. Ketika suhu tubuh meningkat, hipotalamus anterior member
sinyal kelenjar keringat untuk melepaskan keringat. Selama latihan dan stress
emosi atau mental, berkeringat adalah salah satu cara untuk menghilangkan
kelebihan panas yang dibuat melalui peningkatan laju metabolic
(Potter,2017).
d. Metabolisme
Meskipun sinar matahari yang kuat dapat merusak sel-sel epitel dan
jaringan, tetapi sinar matahari dengan jumlah yang dapat di toleransi sangat
di perlukan tubuh manusia. Ketika radiasi sinar ultraviolet memberikan
paparan, maka sel-sel epidermal di dalam stratum spinosum dan stratum
germinativum akan mengonversi pelepasan steroid kolesterol menjadi vitamin
D3, atau kolekalsiferol. Organ hati kemudian mengonversi kolekalsiferol
menjadi produk yang digunakan organ ginjal untuk menyintesis hormon
kalsitriol. Kalsitriol merupakan komponen yang penting untuk membantu
absorpsi kalsium dan fosfor di dalam usus halus. Ketidakadekuatan dari
pengiriman kalsitriol akan menghambat pemeliharaan dan pertumbuhan
tulang.
e. Keseimbangan air
Stratum korneum memiliki kemampuan untuk menyerap air dan
dengan demikian akan mencegah kehilangan air serta elektrolit yang
berlebihan dari bagian internal tubuh dan mempertahankan kelembapan
dalam jaringan subkutan.
Apabila kulit mengalami kerusakan, misalnya pada luka bakar, cairan
dan elektrolit dalam jumlah yang besar dapat hilang dengan cepat sehingga
bisa terjadi kolaps sirkulasi, syok serta kematian. Di lain pihak, kulit tidak
sepenuhnya impermeable terhadap air. Sejumlah kecil air akan mengalami
evaporasi secara terus-menerus dari permukaan kulit. Evaporasi ini yang
dinamakan perspirasi tidak kasat mata (insensible perspiration) yang
berjumlah kurang lebih 600 ml per hari untuk orang dewasa yang normal.
Kehilangan air yang tidak kasat mata (insensible water loss) bervariasi
menurut suhu tubuh. Pada penderita demam, kehilangan ini dapat meningkat.
Ketika terendam dalam air, kulit dapat menimbun air sampai tiga hingga
empat kali berat normalnya. Contoh keadaan ini yang lazim dijumpai adalah
pembengkakan kulit sesudah mandi berendam untuk waktu yang lama.
f. Penyerapan zat atau obat
Berbagai senyawa lipid (zat lemak) dapat diserap lewat stratum
korneum, termasuk vitamin (A dan D) yang larut lemak dan hormone-hormon
steroid. Obat-obat dan substansi lain dapat memasuki kulit lewat epidermis
melalui jalur transepidermal atau lewat lubang-lubang folikel.
8. Fungsi Respons Imun
Hasil-hasil penelitian terakhir menunjukkan bahwa beberapa sel
dermal (sel-sel langerhans, interleukin-1 yang memproduksi
keratinosit, dan subkelompok limfosit-T) merupakan komponen penting
dalam sistem imun. Penelitian yang masih berlangsung harus
mendefinisikan lebih jelas peranan sel-sel dermal dalam fungsi imun.
9. Pertimbangan Gerontologi
Secara fisiologis sistem integument akan mengalami perubahan
yang signifikan akibat proses penuaan. Kondisi perubahan utama yang
terjadi pada kulit lansia meliputi kering, keriput, pembentukkan
pigmentasi yang tidak merata, dan terbentuknya berbagai lesi
proliferative.
Secara struktur terjadi perubahan seluler dimana terjadi
penipisan titik temu antara dermis dan epidermis sehingga
meningkatkan kondisi kekeringan pada kulit. Keadaan ini
menyebabkan lokasi pengikatan yang lebih sedikit antara dua lapisan
kulit tersebut sehingga suatu kondisi cedera atau stress yang ringan
pada epidermis dapat menyebabkan lapisan itu terlepas dari dermis.
Kondisi ini memberikan implikasi pada perawat bahwa fenomena
penuaan ini dapat menjadi penyebab meningkatnya kerentanan kulit
yang menua terhadap trauma, misalnya pasien yang kurang mobilisasi
akan meningkatkan resiko ulkus tekan yang lebih tinggi disbanding
usia dewasa muda.
Dengan bertambahnya usia, struktur dari epidermis dan dermis
akan mengalami penipisan dan pendataran sehingga timbul
pengeriputan kulit, kulit yang menggantung , dan lipatan kulit yang
saling tumpah tindih. Hilangnya substansi elastin, kolagen, dan lemak
subkutan dalam jaringan bawah kulit bertanggung jawab terhadap
penurunan daya perlindungan, pembantalan jaringan dan organ di
bawahnya, serta menurunkan tonus otot.
Perubahan struktur kulit akibat pergantian sel yang melambat
karena proses penuaan meningkatkan terbentuknyaa pigmentasi pada
kulit. Dengan terjadinya penipisan lapisan dermis, kulit akan menjadi
rapuh dan transparan. Pasokan darah ke kulit juga berubah sejalan
dengan bertambahnya usia. Pembuluh darah, terutama lingkaran
kapiler akan menurun jumlah dan ukurannya. Perubahan vascular ini
turut menghambat penyembuhan luka yang umum terlihat pada
pasien-pasien lansia. Selain itu, kelenjar keringat dan kelenjar sebasea
juga akan menurun jumlah dan kapasitas fungsionalnya sehingga kulit
menjadi kering dan bersisik. Penurunan kadar hormone androgen
diperkirakan turut menyebabkan berkurangnya fungsi kelenjar
sebasea.
Pertumbuhan rambut akan berkurang secara bertahap,
terutama rambut di tungkai bawah dan dorsum kaki. Penipisan rambut
sering terlihat di kulit kepala, aksila, dan pubis. Fungsi lain yang
dipengaruhi oleh proses penuaan normal adalah fungsi barier, persepsi
sensorik, dan termoregulasi.
B. Definisi Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak (dermatitis venenata) merupakan reaksi inflamasi
kulit terhadap unsur – unsur fisik, kimia, atau biologi. Epidermis mengalami
kerusakan akibat iritasi fisik dan kimia yang berulang-ulang. Dermatitis kontak
dapat berupa tipe iritan primer dimana reaksi non- allergic terjadi akibat
pajanan terhadap substansi iritatif, atau tipe alergi (dermatitis kontak alergi)
yang disebabkan oleh pajanan orang yang sensitive terhadap allergen kontak
(Arif Muttaqin & Kumala Sari, 2018).

Dermatitis kontak terbagi 2 yaitu :

1. Dermatitis kontak iritan (mekanisme non imunologik)


Dermatitis yang terjadi akibat kontak dengan bahan yang secara
kimiawi atau fisik merusak kulit tanpa dasar imunologik, biasanya terjadi
sesudah kontak pertama dengan iritan.
2. Dermatitis kontak alergik (mekanisme imunologik spesifik)
Merupakan reaksi hipersensitivitas tipe IV yang terjadi akibat kontak
kulit dengan bahan alergik.
C. Etiologi
Penyebab dermatitis belum diketahui secara pasti. Sebagian besar
merupakan respon kulit terhadap agen-agen misal nya zat kimia, bakteri
dan fungi selain itu alergi makanan juga bisa menyebabkan dermatitis.
Respon tersebut dapat berhubungan dengan alergi.
Penyebab Dermatitis secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
1) Luar (eksogen) misalnya bahan kimia (deterjen, oli, semen, asam,
basa), fisik (sinar uv, suhu), mikroorganisme (bakteri, jamur).
2) Dalam (endogen) misalnya pada seseorang yang memiliki riwayat
kepekaan terhadap zat tertentu

D. Patofisiologi
Adanya riwayat kontak dengan penyebab dermatitis kontak iritan
seperti sabun, detergen, bahan pembersih, dan zat kimia industry serta
adanya factor predisposisinya mencakup keadaan terlalu panas atau terlalu
dingin atau oleh kontak yang terus-menerus dengan sabun serta air, dan
penyakit kulit yang sudah ada sebelumnya memberikan manifestasi inflamasi
pada kulit. Response inflamasi pada kulit pada dermatitis kontak diperantarai
melalui hipersensitifitas lambat jenis seluler tipe IV.
a. Dermatitis Kontak Iritan
Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel
yang disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik.
Bahan iritan merusak lapisan tanduk, dalam beberapa menit atau
beberapa jam bahan-bahan iritan tersebut akan berdifusi melalui membran
untuk merusak lisosom, mitokondria dan komponen-komponen inti sel.
Dengan rusaknya membran lipid keratinosit maka fosfolipase akan
diaktifkan dan membebaskan asam arakidonik akan membebaskan
prostaglandin dan leukotrin yang akan menyebabkan dilatasi pembuluh
darah dan transudasi dari faktor sirkulasi dari komplemen dan sistem
kinin. Juga akan menarik neutrofil dan limfosit serta mengaktifkan sel mast
yang akan membebaskan histamin, prostaglandin dan leukotrin. PAF akan
mengaktivasi platelets yang akan menyebabkan rperubahan vaskuler.
Diacil gliserida akan merangsang ekspresi gen dan sintesis protein. Pada
dermatitis kontak iritan terjadi kerusakan keratinosit dan keluarnya
mediator- mediator. Sehingga perbedaan mekanismenya dengan dermatis
kontak alergik sangat tipis yaitu dermatitis. Kontak iritan tidak melalui fase
sensitisasi.
Ada dua jenis bahan iritan yaitu : iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat
akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir
semua orang, sedang iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan
atau mengalami kontak berulang-ulang
b. Dermatitis Kontak Alergik
Tipe ini memiliki periode sensitisasi 10 – 14 hari. Reaksi
hipersensitivitas tipe IV terjadi melalui 2 fase yaitu:
1. Fase sensitisasi
Terjadi saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai limfosit
mengenal dan memberi respons, yang memerlukan 2-3 minggu.
Pada fase induksi/fase sensitisasi ini, hapten masuk ke dalam kulit
dan berikatan dengan protein karier membentuk antigen yang
lengkap. Antigen ini ditangkap dan diproses lebih dahulu oleh
makrofag dan sel langerhans. Kemudian memacu reaksi limfosit T
yang belum tersensitisasi di kulit sehingga sensitisasi terjadi pada
limfosit T. melalui saluran limfe, limfosit tersebut bermigrasi ke
darah parakortikal kelenjar getah bening regional untuk
berdiferensiasi dan berproliferasi membentuk sel T efektor yang
tersensitisasi secara spesifik dan sel memori. Kemudian sel-sel
tersebut masuk ke dalam sirkulasi, sebagian kembali ke kulit dan
sistem limfoid, tersebar di seluruh tubuh, menyebabkan keadaan
sensitisasi yang sama di seluruh kulit tubuh.
2. Fase elisitasi
Fase kedua (elisitasi) hipersensitivitas tipe lambat terjadi pada
pajanan ulang alergen (hapten), hapten akan ditangkap sel
langerhans dan diproses secara kimiawi menjadi antigen, diikat
oleh HLA-DR, kemudian diekskresi di permukaan kulit. Selanjutnya
kompleks HLA-DR-antigen akan dipresentasikan kepada sel T yang
telah tersensitisasi baik di kulit maupun di kelenjar limfe sehingga
terjadi proses aktivasi. Fase elisitasi umumnya berlangsung antara
24-48 jam. Gambaran klinisnya dapat berupa vasodilatasi dan
infiltrat perivaskuler pada dermis, edema intrasel, biasanya terlihat
pada permukaan dorsal tangan.
E. Manifestasi Klinis
Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda
radang akut terutama pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh, kemerahan,
edema misalnya pada muka (terutama palpebra dan bibir), gangguan fungsi
kulit dan genitalia eksterna.
a. Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula,
erosi dan eksudasi sehingga tampak basah.
b. Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat mengering
menjadi kusta.
c. Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul
dan likenefikasi.
Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal
dermatitis memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium
kronis.

F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis
gangguan integument yaitu :
a. Biopsi kulit
Biopsi kulit adalah pemeriksaan dengan cara mengambil cintih jaringan
dari kulit yang terdapat lesi. Biopsi kulit digunakan untuk menentukan
apakah ada keganasan atau infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan
jamur.
b. Uji kultur dan sensitivitas
Uji ini perlu dilakukan untuk mengetahui adanya virus, bakteri, dan
jamur pada kulit. Kegunaan lain adalah untuk mengetahui apakah
mikroorganisme tersebut resisten pada obat – obat tertentu. Cara
pengambilan bahan untuk uji kultur adalah dengan mengambil eksudat
pada lesi kulit.
c. Pemeriksaan Darah
Hb, leoukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total,
albumin, globulin
d. Uji temple
Uji ini dilakukan pada klien yang diduga menderita alergi. Untuk
mengetahui apakah lesi tersebut ada kaitannya dengan factor imunologis,
mengidentifikasi respon alergi. Uji ini menggunakan bahan kimia yang
ditempelkan pada kulit, selanjutnya dilihat bagaimana reaksi local yang
ditimbulkan. Apabila ditemukan kelainan pada kulit, maka hasilnya positif.
G. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
Pada prinsipnya penatalaksanaan dermatitis kontak iritan dan kontak
alergik yang baik adalah mengidentifikasi penyebab dan menyarankan pasien
untuk menghindarinya, terapi individual yang sesuai dengan tahap
penyakitnya dan perlindungan pada kulit. Pengobatan yang diberikan dapat
berupa pengobatan topikal dan sistemik.
a. Pengobatan topical
Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip umum
pengobatan dermatitis yaitu bila basah diberi terapi basah (kompres
terbuka), bila kering berikan terapi kering. Makin akut penyakit, makin
rendah prosentase bahan aktif. Bila akut berikan kompres, bila subakut
diberi losio, pasta, krim atau linimentum (pasta pendingin), bila kronik
berikan salep. Bila basah berikan kompres, bila kering superfisial diberi
bedak, bedak kocok, krim atau pasta, bila kering di dalam, diberi salep.
Medikamentosa topikal saja dapat diberikan pada kasus-kasus ringan.
Jenis-jenisnya adalah :
1. Kortikosteroid
2. Radiasi ultraviolet
3. Siklosporin A.
4. Antibiotika dan antimikotika
5. Imunosupresif topical
6. Pengobatan sistemik
b. Pengobatan sistemik ditujukan untuk mengontrol rasa gatal dan atau
edema, juga pada kasus-kasus sedang dan berat pada keadaan akut
atau kronik. Jenis-jenisnya adalah:
1. Antihistamin.
2. Kortikosteroid
3. Siklosporin
4. Pentoksifilin
5. FK 506 (Takrolimus)
6. Ca++ antagonis
7. Derivat vitamin D3
8. SDZ ASM 981
H. PENCEGAHAN
Pencegahan dermatitis kontak berarti menghindari berkontak dengan
bahan yang telah disebutkan di atas. Program perawatan kulit sebaiknya
diikutsertakan dalam program pendidikan, memuat informasi tentang kulit
sehat dan penyakit kulit yang terkait dengan pekerjaan. Juga pengenalan diri
penyakit kulit dan kegunan prosedur perlindungan, sebagai contoh program
perlindungan kulit pada pekerja di “pekerjaan basah”, yaitu mencuci tangan
dengan air biasa, lalu bilas dan keringkan tangan dengan sempurna setelah
mencuci, karena kulit yang tidak dilindungi lebih mudah terkena iritasi, maka
disarankan memakai sarung tangan untuk melindungi kulit terhadap air,
kotoran, deterjen, sampo, dan bahan makanan.
Yang juga penting diperhatikan, hindari pemakaian cincin selagi
bekerja, karena dermatitis umumnya dimulai pada jari yang memakai cincin
sebagai reaksi terhadap iritan yang terjebak dibawah cincin. Pemakaian
disinfektan sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan tempat kerja. Sebab,
umumnya disinfektan bersifat iritan dan turut berperan terhadap
perkembangan menjadi dermatitis kontak di tangan.
Cara lainnya gunakan pelembab sewaktu bekerja atau setelah bekerja.
Pilih pelembab yang banyak mengandung lemak dan bebas parfum, serta
bahan pengawet berpotensi alergenik terendah. Pelembab terbukti dapat
mempermudah regenerasi fungsi sawar kulit dan kandungan lemak
berhubungan dengan kecepatan proses regenerasi tersebut. Pelembab
sebaiknya dipakai diseluruh tangan, termasuk sela jari, ujung jari, dan
punggung tangan. Pekerja yang mempunyai riwayat alergi pada kulit
cenderung terkena dermatosis daripada yang tidak mempunyai riwayat alergi
kulit. Pekerja yang kebersihan perorangannya buruk lebih banyak yang
dermatosis daripada yang kebersihan perorangannya baik atau sedang.
Strategi pencegahan meliputi:
a. Bersihkan kulit yang terkena bahan iritan dengan air dan sabun.
Bila dilakukan secepatnya, dapat menghilangkan banyak iritan
dan alergen dari kulit.
b. Gunakan sarung tangan saat mengerjakan pekerjaan rumah
tangga untuk menghindari kontak dengan bahan pembersih.
c. Bila sedang bekerja, gunakan pakaian pelindung atau sarung
tangan untuk menghindari kontak dengan bahan alergen atau
iritan.
d. Pekerja dengan usia di atas 40 tahun atau usia lanjut sebaiknya
mengurangi kontak dengan bahan kimia. Karena semakin tua
usia kulit menjadi semakin menipis dan kehilangan kelenturan.
Hal ini memudahkan terjadinya dermatitis.
I. Komplikasi
Komplikasi dengan penyakit lain yang dapat terjadi adalah sindrom
pernapasan akut, gangguan ginjal, Infeksi kulit oleh bakteri-bakteri yang lazim
dijumpai terutama staphylococcus aureus, jamur, atau oleh virus misalnya
herpes simpleks.
BAB III
FORMAT PENGKAJIAN
A. PENGKAJIAN

Nama Mahasiswa Yang Mengkaji : Erniwati Engyani.S NIM : 2117014

Unit :

Alamat : BTN ASABRI

Tgl masuk RS :

Tgl pengkajian : 12 maret 2021

I. IDENTIFIKASI
A. PASIEN
Nama initial : Nn.R

Umur : 17 th

Jenis kelamin : Perempuan

Status perkawinan : Siswi

Jumlah anak :

Agama/suku : Islam

Warga Negara : Indonesia

Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Pelajar

Alamat rumah : BTN ASABRI


II. DATA MEDIK
Diagnosa medic : Alergi

III. KEADAAN UMUM


A. KEADAAN SAKIT: Klien mengatakan pahanya gatal-gatal dan merah
setelah habis mandi

B. TANDA-TANDA VITAL
2) Kesadaran:
Skala koma glaslow

a). Respon motorik :6

b) Respon bicara :5
c) Respon membuka mata :4
Jumlah :15

Kesimpulan :

3) Tekanan darah : 110/90 mmHg


MAP : mmHg

Kesimpulan : Tekanan darah pasien keadaan normal

3) Suhu :37°C di Oral axilla Rectal


4) Pernapasan : 20 x/menit
Irama: T teratur Kusmaul Cheynes-stokesa Takipnea
Jenis : dada T Perut
5) Nadi :70 x/menit
Irama : Tteratur tachikardi Bradichardi

T Kuat Lemah
C. PENGUKURAN
1. Lingkar lengan atas : 17 cm
2. Tinggi badan : 170 cm
3. Berat badan : 55 kg
4. IMT : 16 kg/m²
Kesimpulan :

D. GENOGRAM

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Pasien

------- : Tinggal serumah

IV. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN


A. POLA PERSEPSI KESEHATAN DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
1) Keadaan sebelum sakit : Pasien mengatakan sebelumnya Jararang
mandi dan kalau mandi hanya 1x sehari
2) Riwayat penyakit saat ini : Pasien mengatakan merasakan gatal-gatal
setelah mandi
a) keluhan utama :
Pasien mengatakan terasa gatal bagian paha di sertai merah-merah
b) Riwayat keluhan utama : Pasien mengatakan sebelumnya tidak
pernah merasakan gejala seperti ini
3) Riwaya penyakit yang pernah dialami : Tidak ada
4) Riwayat kesehatan keluarga : Tidak ada riwayat penyakit keluarganya
5) Pemeriksaan fisik:
a). Kebersihan rambut : Rambut klien tampak bersih dan hitam

b) Kulit kepala : Berketombe

c) Kebersihan kulit : Bersih dan mulkosa kering

d). Higiene rongga mulut : Bersih

e) Kebersihan genitalia : Tidak dikaji

f) Kebersihan anus : Tidak dikaji

B. POLA NUTRISI DAN METABOLIK


1) Keadaan sebelum sakit : Klien mengatakan makan 3x dalam sehari
dan minuman 8 gelas dalam sehari
2) Keadaan sejak sakit : Klien mengatakan makannya tetap 3x dalam
sehari begitupun minumnya
Observasi :

3) Pemeriksaan fisik:
a) Keadaan rambut : Bersih dan hitam
b) Hidrasi kulit : kulit kering
c) Palpebra/conjungtiva : Merah muda
d) Sclera : putih
e) Hidung : simestris tidak ada serat di lubang
dan dapat mengidentifikasi bau dengan benar
f) Rongga mulut : Bersih
g) Gusi :-
h) Gigi : Bersih putih dan tidak ada
lubang
i) Kemampuan mengunyah keras: Mampu mengunya keras
j) Lidah : Bersih
k) Pharing :-
l) Kelenjar getah bening : Normal
m) Kelenjar parotis : Tidak ada benjolan
n) Abdomen :
- Inspeksi : -
- Auskultasi

- Palpasi :

- Perkusi : asites positif negatif

Kulit

- Edema negatif √


- Ikterik negatif

o) Lesi:

5. Pemeriksaan diagnostik :
a) Laboratorium :-
b) USG :-
c) Lain-lain :-
4) Terapi :-
C. POLA ELIMINASI
1. Keadaan sebelum sakit : BAB 2x dalam sehari dan BAK 3x dalam sehari
2. Keadaan sejak sakit : BAB 2x dalam sehari dan BAK 3x dalam sehari
Observasi : Tidak ada gangguan dalam pola eliminasi
3. Pemeriksaan fisik :
a) peristaltik usus : x/menit.
b) palpasi kandung kemih , penuh kosong.
c) nyeri ketuk ginjal, positif negatif
d) mulut uretra :
e) anus:
- peradangan :
- Hemoroid :
- Fistula :
-
4. Pemeriksaan diagnostik :
o) Laboratorium :
p) USG :
q) Lain-lain :
5. Therapi :
D. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN
1. Keadaan sebelum sakit : Pasien mengatakan beraktivitas seperti biasa
2. Keadaan sejak sakit : Pasien mengatakan lebih banyak diam di rumah
3. Observasi :
4. Akitivitas harian :
5. - Makan : mandiri
6. - Mandi : mandiri
7. - Pakaian : mandiri
1. mandiri
8. - Kerapihan : mandiri 2. bantuan dengan
9. - Buang air besar : mandiri alat
3. bantuan orang
10. - Buang air kecil : mandiri 4. bantuan alat dan
orang
11. - Mobilisasi ditempat tidur : mandiri

Postur tubuh : Tinggi kurus

Gaya jalan : Tegak

d) Anggota gerak yang cacat : Tidak ada

e) Fiksasi :-

f) Tracheostomi :-

Pemeriksaan fisik

a) JVP :

Kesimpulan :

b) Perfusi perifer pembuluh kuku :


c) Thorax dan pernapasan :
- Inspeksi :
Bentuk thorax :

Sianosis :

Stridor :

- Palpasi :
Vocal fremitus :

- Perkusi : sonor redup pekak


Batas paru hepar :

Kesimpulan :

- Auskultasi :
Suara napas :

Suara ucapan :

Suara tambahan :

d) Jantung
- Inspeksi :
Ictus cordis :

- Palpasi :
Ictus cordis :

- Perkusi :
Batas atas jantung :

Batas kanan jantung :

Batas kiri jantung :

- Auskultasi :
Bunyi jantung II A : -

Bunyi jantung II P : -
Bunyi jantung I T : -

Bunyi jantung I M : -

Bunyi jantung II irama gallop: -

Murmur : -

HR : x/menit

Bruit : Aorta :-

A. Renalis : -

B. Femoralis : -

Lengan dan tungkai

- Atrofi otot : positif negatif

- Rentang gerak :-

- Uji kekuatan otot : -


1 2 3 4 5
Kiri : -

Kanan : - 1 2 3 4 5

- Refleks fisiologi : -
- Refleks patologi :-
- Babinski, kiri : positif negatif
Kanan : positif negatif

- Clubbing jari-jari :-
- Varises tungkai : -
f) Columna vertebralis :-

- Inspeksi : -

- Palpasi : -

N. III-IV-VI :-
N. VIII Romberg Test : positif negatif.

N. XI :

5. Pemeriksaan diagnostik :

a) Laboratorium :

6. Hasil pemeriksaan:
a) Lain-lain :-

6. Terapi medik :

E. POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT


a. Keadaan sebelum sakit : Pasien mengatakan pola tidur nya cukup
b. Keadaan sejak sakit : Pasien mengatakan pola tidurnya tidak
terganggu
Observasi :
Ekspresi wajah mengantuk : positif √ negatif
Banyak menguap : positif negatif

Palpebra inferior berwarna gelap : positif negatif

c. Therapi : -
F. POLA PERSEPSI KOGNITIF
1. Keadaan sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat berkomunikasi
dengan baik

2. Keadaan sejak sakit : Pasien mengatakan sering bercerita sama


Ayah dan ibunya
Obervasi :
3. Pemeriksaan fisik :
a) penglihatan : Normal

- Cornea : tidak di kaji

- Visus : tidak dikaji

- Pupil : tidak di kaji


- Lensa mata :tidak dikaji

Tekanan Intra Okuler (TIO) : tidak dikaji

b) Pendengaran :-

- Pina : -
- Kanalis :-
- Membran timpani :-
- Tes pendengaran : -
c) N. I :
d) N.II :
e) N.V :
f) N.VII :
g) N.VIII :
h) Test Romberg :
4) Pemeriksaan diagnostik :
a) laboratorium :

b) Lain-lain :

c) Therapi :

G. POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI


1. Keadaan sebelum sakit : Pasien mengatakan mampu mengatasi sakit nya
2. Keadaan sejak sakit : Pasien mengatakan lebih sering di kamar
3. Observasi :
a. Kontak mata : Baik
b. Rentang perhatian : Baik
c. Suara dan cara bicara : Baik
d. Postur tubuh : Tegak
4. Pemeriksaan fisik :
a. Kelainan bawaan yang nyata : -
b. Abdomen :
Bentuk :-
Bayangan vena :-
Benjolan massa :-
c. Kulit : lesi kulit :-
d. Penggunaan protesa :-

H. POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA


1. Keadaan sebelum sakit : Komunikasinya bagus dengan sesama dan
pasien sering main ke tetangga
2. Keaadaan sejak sakit : Klien hanya di rumah kadang keluar
3. Observasi :
I. POLA REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS
1. Keadaan sebelum sakit : Pasien mengatakan menstruasi nya
lancar
2. Keadaan sejak sakit : Pasien mengatakan menstruasi nya tidak
terganggu
3. Observasi :
4. Pemeriksaan fisik :
5. Pemeriksaandiagnostik :
a). Laboratorium :
b). lain-lain :
6. Therapi :

J. POLA MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP STRES


1. Keadaan sebelum sakit : Pasien mengatakan tidak sering stress
2. Keadaan sejak sakit : Pasien mengatakan tidak sering stress
3. Observasi :
4. Pemeriksaan fisik :
a). Tekanan darah : mmHg
Berbaring : mmHg
Duduk : 110/90 mmHg
Berdiri : mmHg

Kesimpulan : hipotensi ortotastik positif. negatif

b). HR : x/menit

c). Kulit :
Keringat dingin :-

Basah :-

6 Therapi :

K. POLA SISTEM NILAI KEPERCAYAAN


1. Keadaan sebelum sakit : Pasien mengatakan selalu sholat 5 waktu
2. Keadaan sejak sakit : Pasien mengatakan selalu sholat 5 waktu
3. Observasi :

Tanda Tangan Mahasiswa Yang Mengkaji

( Erniwati Engyani.S )
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS: Gejala penyakit Gangguan rasa
1. Pasien mengatakan nyaman
terasa gatal bagian
paha
2. Pasien mengatakan
terasa gatal setelah
mandi

DO:
1. Pasien tampak
tidak nyaman
2. Pasien tampak
meringis
3. Pengukuran ttv
S : 37°C

N : 70xm

P : 20xm

TD : 110/90 mmHg

Resiko alergi Integritas kulit


2
DS:
1. Pasien mengatakan
ada kemerahan di
bagian paha
2. Pasien mengatakan
terasa gatal di
bagian kemerahan

DO:
4. Pasien tampak
tidak nyaman
5. Pengukuran ttv
S : 37°C

N : 70xm

P : 20xm

TD : 110/90 mmHg

1.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman b/d gejala penyakit
2. Integritas kulit b/d resiko alergi

INTERVENSI KEPERAWATAN
N Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Rencana Tindakan Rasional
O Keperawata Hasil
n
1 Gangguan Setelah di lakukan Observasi:  agar
rasa tindakan selama  Identifikasi kesiapan pasien dapat
nyaman 2X24 jam di dan kemampuan mengetahui
harapkan pasien
b/d gejala menerima informasi informasi
mampu :
penyakit  Identifikasi faktor-faktor mengenai
Gangguan rasa
yang dapat kesehatan nya
nyaman kembali
meningkatkan dan  agar
normal dengan
menurunkan motivasi pasien dapat
kriteria hasil :
perilaku hidup bersih termotivasi
1. Wajah klien
tampak tidak dan sehat perilaku hidup

meringis Terapeutik: bersih


2. Klien tampak  Sediakan materi dan  untuk
nyaman media pendidikan memberikan
kesehtan pendidikan
 Jadwalkan kesehatan pada
pendidikan kesehtan pasien
sesuai kesepakatan  kontrak
 Berikan kesempatan waktu dengan
untuk bertanya pasien
Edukasi:  agar dapat
 Jelaskan faktor mengetahui
resiko yang dapat bahwa pasien
mempengaruhi betul-betul
kesehatan paham dan
 Ajarkan perilaku memahami
hidup bersih dan yang telah
sehat perawat
 Ajarkan strategi jelaskan
yang di gunakan
untuk meningkatkan
perilaku hidup
bersih dan sehat

2 Integritas Setelah di lakukan Tindakan:  Untuk


kulit b/d tindakan selama Observasi: mencegah
perubahan 2X24 jam di  identifikasi terkena
harapkan pasien
fungsi kontra indikasi garukan
mampu :
barrier kompres  Agar pasien
Gangguan
(lesi) dingin ( mis. mengetahui
integritas kulit
Penurunan cara
dapat kembali
normal dengan
sensasi,penur melkukan

kriteria hasil: unan sirkulasi) komres


1. berkurang nya  identifikasi dingin di area
kemerahan kondisi kulit yang
2. berkurangnya yang akan bermasalah
lecet karna dilakukan  Agar di
garukan kompres ketahui
3. penyembuhan dingin berfungsi
area kulit karna
 periksa suhu atau tidak
rusak
alat kompres alat nya
 monitor iritasi  Agar melihat
kulit/kerusakan apakah ada
jaringan perubahan
selama 5 atau tidak
menit pertama
Terapeutik:
 Pilih metode  Agar lebih
kompres yang muda
nyaman dan melakukan
muda di dapat kompres
(mis. Kantong dingin
plastic tahan  Untuk di
air, kemasan mengurang
jell beku kain i rasa gatal
atau handuk)
 Lakukan
komres dingin
pada daerah
yang cedera
Edukasi:
 Jelaskan  Agar
prosedur pasien
penggunaan mengetahui
komres dingin fungsi dari
 Anjurkan tidak kompres
menyesuaikan dingin
pengaturan  Agar tidak
suhu secara terjadi
mandiri tampa peradangan
pemberitahuan yang lebih
sebelumnya parah

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


N Hari Diagnosa Implementasi Hari Evaluasi
O Tangg Keperawat Tangg SOAP
D al an al
X Jam Jam
1 Jumat Ganggua  Mengidentifikasi Sabtu S: Klien
12 n rasa kesiapan dan 13 mengataka
maret nyaman kemampuan maret n gatalnya
2021 b/d menerima 2021 berkurang
10:20 gejala informasi O: klien
WIB penyakit  Mengidentifikasi 11:20 tampak
faktor-faktor yang WIB nyaman
10:30 dapat saat duduk
WIB meningkatkan dan 11:30 ngobrol
menurunkan WIB
motivasi perilaku A: Masalah
hidup bersih dan teratasi
sehat sebagian
Terapeutik:
 Menyediakan P: Lanjut
materi dan intervensi
media
pendidikan
kesehtan
 Menjadwalkan
pendidikan
kesehtan sesuai
kesepakatan
 Memberikan
kesempatan
untuk bertanya
Edukasi:
 Menjelaskan
faktor resiko
yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
 Mengajarkan
perilaku hidup
bersih dan
sehat
 Mengajarkan
strategi yang di
gunakan untuk
meningkatkan
perilaku hidup
bersih dan
sehat

2 Jumat Integritas Tindakan: Sabtu S: Klien


12 kulit b/d Observasi: 13 mengatak
maret perubah  Mengidentifikasi maret an suda
2021 an fungsi kontra indikasi 2021 tdak
10:20 barrier kompres dingin terasa
WIB (lesi) ( mis. 11:20 gatal
Penurunan WIB O: pasien
10:30 sensasi,penuru tampak
WIB nan sirkulasi) 11:30 lebih baik
 Mengidentifikasi WIB A:
kondisi kulit Masalah
yang akan teratasi
dilakukan P:
kompres dingin Intervensi
 Memeriksa suhu di
alat kompres hentikan
 Memonitor iritasi
kulit/kerusakan
jaringan selama
5 menit pertama
Terapeutik:
 Memilih metode
kompres yang
nyaman dan
muda di dapat
(mis. Kantong
plastic tahan air,
kemasan jell
beku kain atau
handuk)
 MeLakukan
komres dingin
pada daerah
yang cedera
Edukasi:
 MenJelaskan
prosedur
penggunaan
komres dingin
 Menganjurkan
tidak
menyesuaikan
pengaturan
suhu secara
mandiri tampa
pemberitahuan
sebelumnya

Anda mungkin juga menyukai