Anda di halaman 1dari 36

31

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.I DENGAN DIAGNOSA


RHEUMATHOID ARTHRITIS

KELOMPOK IB

OLEH

STEFANI KASIM

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIK GIA MAKASSAR
2021
32

LAPORAN PENDAHULUAN ARTRITIS REUMATOID


I. Konsep Dasar Medis
A. Definisi
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang
berarti sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah,
arthritis berarti radang sendi. Sedangkan Reumatoid arthritis adalah
suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan
dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan,
nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam
sendi (Gordon, 2002). Engram (1998) mengatakan bahwa, Reumatoid
arthritis adalah penyakit jaringan penyambung sistemik dan kronis
dikarakteristikkan oleh inflamasi dari membran sinovial dari sendi
diartroidial.
Reumatoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik
kronik yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif,
akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat,
2006)
Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit autoimun dimana
persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris
mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan
seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi.
(www.medicastore.com). Reumatik adalah gangguan berupa
kekakuan, pembengkakan, nyeri dan kemerahan pada daerah
persendian dan jaringan sekitarnya (Adellia, 2011).

B. Klasifikasi
Buffer (2010) mengklasifikasikan reumatoid arthritis menjadi 4 tipe,
yaitu:
33

1. Reumatoid arthritis klasik, pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria


tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus,
paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
2. Reumatoid arthritis defisit, pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria
tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus,
paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
3. Probable Reumatoid arthritis, pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria
tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus,
paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
4. Possible Reumatoid arthritis, pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria
tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus,
paling sedikit dalam waktu 3 bulan.
Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :
1. Stadium sinovitis, pada stadium ini terjadi perubahan dini pada
jaringan sinovial yang ditandai hiperemi, edema karena kongesti,
nyeri pada saat bergerak maupun istirahat, bengkak dan kekakuan.
2. Stadium destruksi, pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada
jaringan sinovial terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai
adanya kontraksi tendon.
3. Stadium deformitas, pada stadium ini terjadi perubahan secara
progresif dan berulang kali, deformitas dan gangguan fungsi secara
menetap.

C. Etiologi
Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi
beberapa hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-
faktor :
1. Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGc
dan faktor Reumatoid
2. Gangguan Metabolisme
3. Genetik
34

4. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan


psikososial)
Penyebab penyakit Reumatoid arthritis belum diketahui secara
pasti, namun faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas
(antigen-antibodi), faktor metabolik, dan infeksi virus (Suratun, Heryati,
Manurung & Raenah, 2008).
Adapun Faktor risiko yang akan meningkatkan risiko terkena nya
artritis reumatoid adalah;
1. Jenis Kelamin.
Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki.
Perbandingannya adalah 2-3:1.
2. Umur.
Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun.
Namun penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-
anak (artritis reumatoid juvenil)
3. Riwayat Keluarga.
Jika terdapat anggota keluarga yang terkena RA, maka resiko
terjadinya penyakit ini lebih tinggi.
4. Merokok.
Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid.

D. Patofisiologi
Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan
sebelumnya) terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses
fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim
tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi
membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan
menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang.
Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan
mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot
35

akan mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya


elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer & Bare, 2002).
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,
kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular.  Peradangan
yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi
artikular kartilago dari sendi.  Pada persendian ini granulasi
membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago.  Pannus
masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena
radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer.
Kartilago menjadi nekrosis. 
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan
sendi.  Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi
diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu
(ankilosis).  Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan
ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi
dari persendian.  Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan
osteoporosis setempat.
Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai
dengan adanya masa serangan dan tidak adanya serangan.
Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan
selanjutnya tidak terserang lagi. Namun pada sebagian kecil individu
terjadi progresif yang cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang
terus menerus dan terjadi vaskulitis yang difus (Long, 1996).
36

Pathway Artritis Reumatoid


37

E. Manifestasi Klinis
Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala
seperti :
1. Nyeri persendian
2. Bengkak (Reumatoid nodule)
3. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi
hari
4. Terbatasnya pergerakan
5. Sendi-sendi terasa panas
6. Demam (pireksia)
7. Anemia
8. Berat badan menurun
9. Kekuatan berkurang
10. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
11. Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal
12. Pasien tampak anemik
Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :
1. Gerakan menjadi terbatas
2. Adanya nyeri tekan
3. Deformitas bertambah pembengkakan
4. Kelemahan
5. Depresi
Gejala Extraartikular :
      Pada jantung : Reumatoid heard diseasure,  Valvula lesion
(gangguan katub), Pericarditis, Myocarditis
      Pada mata : Keratokonjungtivitis, Scleritis
      Pada lympa : Lhymphadenopathy
38

      Pada thyroid : Lyphocytic thyroiditis


      Pada otot : Mycsitis
Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada
penderita artritis reumatoid. Gambaran klinis ini tidak harus timbul
sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena penyakit ini
memiliki gambaran klinis yang sangat bervariasi.
1.  Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan
menurun dan demam. Terkadang kelelahan dapat demikian
hebatnya.
2.  Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-
sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi
interfalangs distal. Hampir semua sendi diartrodial dapat terserang.
3.  Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat
generalisata tatapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini
berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis, yang biasanya
hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari
1 jam.
4.  Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran
radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di
tepi tulang dan ini dapat dilihat pada radiogram.
5.  Deformitas: kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi
dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari,
subluksasi sendi metakarpofalangeal, deformitas boutonniere dan
leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang sering
dijumpai pada penderita. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan)
kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal.
Sendi-sendi besar juga dapat terserang dan mengalami
pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan
gerak ekstensi.
6.  Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan
pada sekitar sepertiga orang dewasa penderita arthritis Reumatoid.
39

Lokasi yang paling sering dari deformitas ini adalah bursa


olekranon (sendi siku ) atau di sepanjang permukaan ekstensor
dari lengan; walaupun demikian nodula-nodula ini dapat juga timbul
pada tempat-tempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya
merupakan suatu petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih
berat.
7.  Manifestasi ekstra-artikular: artritis reumatoid juga dapat menyerang
organ-organ lain di luar sendi. Jantung (perikarditis), paru-paru
(pleuritis), mata, dan pembuluh darah dapat rusak.
Gejala umum Reumatoid arthritis datang dan pergi, tergantung
pada tingkat peradangan jaringan. Ketika jaringan tubuh meradang,
penyakit ini aktif. Ketika jaringan berhenti meradang, penyakit ini tidak
aktif. Remisi dapat terjadi secara spontan atau dengan pengobatan
dan pada minggu-minggu terakhir bisa bulan atau tahun. Selama
remisi, gejala penyakit hilang dan orang-orang pada umumnya
merasa sehat ketika penyakit ini aktif lagi (kambuh) ataupun gejala
kembali (Reeves, Roux & Lockhart, 2001).
Ketika penyakit ini aktif gejala dapat termasuk kelelahan,
kehilangan energi, kurangnya nafsu makan, demam kelas rendah,
nyeri otot dan sendi dan kekakuan. Otot dan kekauan sendi biasanya
paling sering di pagi hari. Disamping itu juga manifestasi klinis
Reumatoid arthritis sangat bervariasi dan biasanya mencerminkan
stadium serta beratnya penyakit. Rasa nyeri, pembengkakan, panas,
eritema dan gangguan fungsi merupakan gambaran klinis yang klasik
untuk Reumatoid arthritis (Smeltzer & Bare, 2002). Gejala sistemik
dari Reumatoid arthritis adalah mudah capek, lemah, lesu, takikardi,
berat badan menurun, anemia (Long, 1996).
Pola karakteristik dari persendian yang terkena adalah : mulai
pada persendian kecil di tangan, pergelangan, dan kaki. Secara
progresif mengenai persendian, lutut, bahu, pinggul, siku,
pergelangan kaki, tulang belakang serviks, dan temporomandibular.
40

Awitan biasanya akut, bilateral dan simetris. Persendian dapat teraba


hangat, bengkak, kaku pada pagi hari berlangsung selama lebih dari
30 menit. Deformitas tangan dan kaki adalah hal yang umum.
Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :
1.  Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang
ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat
bergerak maupun istirahat, bengkak dan kekakuan.
2.  Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial
terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya
kontraksi tendon.
3.  Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang
kali, deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.

Keterbatasan fungsi sendi dapat terjadi sekalipun stadium pada


penyakit yang dini sebelum terjadi perubahan tulang dan ketika
terdapat reaksi inflamasi yang akut pada sendi-sendi tersebut.
Persendian yang teraba panas, membengkak, tidak mudah
digerakkan dan pasien cendrung menjaga atau melinddungi sendi
tersebut dengan imobilisasi. Imobilisasi dalam waktu yang lama dapat
menimbulkan kontraktur sehingga terjadi deformitas jaringan lunak.
Deformitas dapat disebabkan oleh ketidaksejajajran sendi yang terjadi
ketika sebuah tulang tergeser terhadap lainnya dan menghilangkan
rongga sendi (Smeltzer & Bare, 2002).
Adapun tanda dan gejala yang umum ditemukan atau sangat
serius terjadi pada lanjut usia menurut Buffer (2010), yaitu: sendi
terasa kaku pada pagi hari, bermula sakit dan kekakuan pada daerah
lutut, bahu, siku, pergelangan tangan dan kaki, juga pada jari-jari,
mulai terlihat bengkak setelah beberapa bulan, bila diraba akan terasa
41

hangat, terjadi kemerahan dan terasa sakit/nyeri, bila sudah tidak


tertahan dapat menyebabkan demam, dapat terjadi berulang

LAPORAN PENDAHULUAN ARTRITIS REUMATOID

F.     Komplikasi

1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya


prosesgranulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.

2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan


otot.

3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.

4. Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah


yang disebabkan oleh adanya darah yang membeku.

5. Terjadi splenomegali.

6. Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar


kemampuannya untuk menyebabkan berkurangnya jumlah sel
darah putih dan trombosit dalam sirkulasi menangkap dan
menyimpan sel-sel darah akan meningkat.

Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah


gastritis dan ulkus peptik yang merupakan komlikasi utama
penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat
42

pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying antirhematoid


drugs, DMARD ) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan
mortalitas utama pada arthritis reumatoid.
Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas,
sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi
neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat
ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat
vaskulitis.

F. Kriteria Diagnostik
No Kriteria Definisi
1 Kaku pagi hari Kekakuan pada pagi hari
pada persendian dan
disekitarnya, sekurangnya
selama 1 jam sebelum
perbaikan maksimal
2 Artritis pada 3  daerah Pembengkakan jaringan lunak
atau persendian atau lebih
efusi (bukan pertumbuhan
tulang) pada sekurang-
kurangnya 3 sendi secara
bersamaan yang diobservasi
oleh seorang dokter. Dalam
kriteria ini terdapat 14
persendian yang memenuhi
kriteria yaitu PIP, MCP,
pergelangan tangan, siku
pergelangan kaki dan MTP kiri
dan kanan.

3 Artritis pada   Sekurang-kurangnya terjadi


persendian tangan pembengkakan satu
43

persendian tangan seperti


yang tertera diatas.
4 Artritis simetris Keterlibatan sendi yang sama
(seperti yang tertera pada
kriteria 2 pada kedua belah
sisi, keterlibatan PIP, MCP
atau MTP bilateral dapat
diterima walaupun tidak
mutlak bersifat simetris.
5 Nodul Reumatoid Nodul subkutan pada
penonjolan tulang atau
permukaan ekstensor atau
daerah juksta-artrikular yang
diobservasi oleh seorang
dokter.
6 Faktor Reumatoid Terdapatnya titer abnormal
serum faktor reumatoid serum yang
diperiksa dengan cara yang
memberikan hasil positif
kurang dari 5% kelompok
kontrol yang diperiksa.
7 Perubahan gambaran Perubahan gambaran
radiologis yang radiologis
khas bagi arthritis reumotoid
pada periksaan sinar X
tangan posteroanterior atau
pergelangan tangan yang
harus menunjukkan adanya
erosi atau dekalsifikasi tulang
yang berlokalisasi pada sendi
atau daerah yang berdekatan
dengan sendi (perubahan
44

akibat osteoartritis saja tidak


memenuhi persyaratan).

Untuk keperluan klasifikasi, seseorang dikatakan menderita


artritis reumatoid jika ia sekurang-kurangnya memenuhi 4 dari 7
kriteria di atas. Kriteria 1 sampai 4 harus terdapat minimal selama 6
minggu. Pasien dengan dua diagnosis tidak dieksklusikan. Pembagian
diagnosis sebagai artritis reumatoid klasik, definit, probable atau
possible tidak perlu dibuat.

H.    Pemeriksaan Penunjang


1.  Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa terjadi
anemia dan leukositosis, Reumatoid faktor, terjadi 50-90%
penderita
2.  Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada
jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang
berdekatan ( perubahan awal ) berkembang menjadi formasi kista
tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan
osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
3.  Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
4.  Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan
irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi
5.  Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih
besar dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning
( respon inflamasi, produk-produk pembuangan degeneratif );
elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan komplemen
( C3 dan C4 ).
6.  Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.
7.  Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle
Aspiration) atau atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena
45

mengandung banyak leukosit dan kurang kental dibanding cairan


sendi yang normal.

Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis


yang simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan
kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila
ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada
foto rontgen
Beberapa faktor yang turut dalam memeberikan kontribusi pada
penegakan diagnosis Reumatoid arthritis, yaitu nodul Reumatoid,
inflamasi sendi yang ditemukan pada saat palpasi dan hasil-hasil
pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaaan laboratorium menunjukkan
peninggian laju endap darah dan factor Reumatoid yang positif sekitar
70%; pada awal penyakit faktor ini negatif. Jumlah sel darah merah
dan komplemen C4 menurun. Pemeriksaan C- reaktifprotein (CRP)
dan antibody antinukleus (ANA) dapat menunjukan hasil yang positif.
Artrosentesis akan memperlihatkan cairan sinovial yang keruh,
berwarna mirip susu atau kuning gelap dan mengandung banyak sel
inflamasi, seperti leukosit dan komplemen (Smeltzer & Bare, 2002).
Pemeriksaan sinar-X dilakukan untuk membantu penegakan
diagnosis dan memantau perjalanan penyakitnya. Foto rongen akan
memperlihatkan erosi tulang yang khas dan penyempitan rongga
sendi yang terjadi dalam perjalanan penyakit tersebut (Smeltzer &
Bare, 2002).
46

LAPORAN PENDAHULUAN ARTRITIS REUMATOID

I.       Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi adalah :
a. Meringankan rasa nyeri dan peradangan
b. memperatahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal
penderita.
c. Mencegah atau memperbaiki deformitas
d. Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang
merupakan sarana pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut
yaitu:
 Istirahat
 Latihan fisik
 Panas
 Pengobatan

1. Farmakologi
a.  Aspirin (anti nyeri)dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat
serum yang diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml
b.  Natrium meningkatkan toleransi saluran cerna terhadap terapikolin
dan asetamenofen obat
47

c.   Obat mengatasianti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis


200 – 600 mg/hari keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing
sehingga menurunkan kebutuhan steroid yang diperlukan.
d.  Garam emas
e.  Kortikosteroid
5.  Nutrisi diet untuk penurunan berat badan yang berlebih

Bila Reumatoid artritis progresif dan, menyebabkan kerusakan


sendi, pembedahan dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri dan
memperbaiki fungsi. Pembedahan dan indikasinya sebagai berikut :
a.  Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk
mempertahankan fungsi sendi dan untuk mencegah timbulnya
kembali inflamasi.
b.  Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.
c.  Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan
pergelangan tangan.
d. Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat kembali
dataran pada persendian.
Penanganan medik pemberian salsilat atau NSAID dalam dosis
terapeutik. Kalau diberikan dalam dosis terapeutik yang penuh, obat-
obat ini akan memberikan efek anti inflamasi maupun analgesik.
Namun pasien perlu diberitahukan untuk menggunakan obat menurut
resep dokter agar kadar obat yang konsisten dalam darah bisa
dipertahankan sehingga keefektifan obat anti-inflamasi tersebut dapat
mencapai tingkat yang optimal (Smeltzer & Bare, 2002).
Kecenderungan yang terdapat dalam penatalaksanaan
Reumatoid arthritis menuju pendekatan farmakologi yang lebih agresif
pada stadium penyakit yang lebih dini. Kesempatan bagi
pengendalian gejala dan perbaikan penatalaksanaan penyakit
terdapat dalam dua tahun pertama awitan penyakit tersebut (Smeltzer
& Bare, 2002).
48

Menjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas


sehari-hari, sebaiknya digunakan air hangat bila mandi pada pagi hari.
Dengan air hangat pergerakan sendi menjadi lebih mudah bergerak.
Selain mengobati, kita juga bisa mencegah datangnya penyakit ini,
seperti: tidak melakukan olahraga secara berlebihan, menjaga berat
badan tetap stabil, menjaga asupan makanan selalu seimbang sesuai
dengan kebutuhan tubuh, terutama banyak memakan ikan laut.
Mengkonsumsi suplemen bisa menjadi pilihan, terutama yang
mengandung Omega 3. Didalam omega 3 terdapat zat yang sangat
efektif untuk memelihara persendian agar tetap lentur.
49

II. Konsep Dasar Keperawatan


A. Pengkajian

Nama Mahasiswa Yang Mengkaji : Stefani kasim Nim : 2117010

Unit : Autoanamnese :
Kamar : Alloanamnese : 
Tgl pengkajian : 02-03-2021

1) Identifikasi
a. Pasien
Nama initial : Ny.I
Umur : 57 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Status perkawinan : menikah
Jumlah Anak : 2
Agama/ suku : islam /bugis
Warga Negara : indonesia
Bahasa yang digunakan : makassar
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Alamat rumah : jl.manunggal 31
b. Penanggung Jawab
Nama inisial : Ny. I
Umur : 39 tahun
Alamat rumah : jl. Manunggal 31
Hubungan dengan Pasien : anak

2) Data Medik
Diagnosa Medik : Rheumatoid arthritis
3) Keadaan Umum
a. Keadaan Sakit
50

Pasien tampak sakit sedang.


Alasan : pasien mengatakan nyeri dibagian lututnya dan semua
badan

b. Tanda Tanda Vital


1) Kesadaran :
Skala Koma Glasgow
a) Respon motorik (M) : 6
b) Respon bicara (V) : 5
c) Respon membuka mata (E) : 4
Jumlah : 15
Kesimpulan : Composmentis
2) Tekanan Darah : 120/80 mmHg
MAP : mmHg
Kesimpulan :
3) Suhu: 360C di Oral Axilla Rectal
4) Pernapasan : 23 x/menit
Irama : Teratur Kusmaul Cheynes-stokes
Jenis : Dada Perut
5) Nadi :84 x/menit
Irama: Teratur Tachicardi Bradichardi
Kuat Lemah

c. Pengukuran
1) Lingkar Lengan Atas : -
2) Tinggi badan : 156 cm
3) Berat badan : -
4) IMT( Indeks Massa Tubuh) : -
Kesimpulan:
51

d. Genogram

2
59
9
5

Keterangan :

: Pria Normal
: Wanita Normal
: Meninggal
2 : Umur pasien
9
: Tinggal serumah
: Pasien

4) Pengkajian Pola Kesehatan


a. Pola Persepsi Kesehatan dan Pemeliharaan Kesehatan
1) Data subyektif/ keadaan sebelum sakit :
Pasien menyadari bahwa dirinya menderita rematik tetapi
pengetahuannya tentang penyakit tersebut kurang, tidak
mengetahui makanan yang tidak boleh di konsusmi oleh
penderita rematik dan jika nyeri lututnya kambuh, klien hanya
beli obat di apotik.

2) Riwayat penyakit saat ini :


a) keluhan utama :
nyeri
52

b) Riwayat keluhan utama :


Klien mengatakan saat ini merasa nyeri pada lutut, nyeri
dirasa saat klien setelah melakukan aktivitas, skala nyeri
sedang dan hilang timbul.
3) Riwayat penyakit yang pernah dialami :
klien punya penyakit jantung, lambung dan asam urat
4) Riwayat kesehatan keluarga :
- Dalam keluarga klien tidak tahu bahwa ada yang menderita
rematik
Atau penyakit lainnya.
-
5) Pemeriksaan fisik :
a) Kebersihan rambut : bersih, dan beruban
b) Kulit kepala : bersih dan tidak berketombe
c) Kebersihan kulit : kering dan kasar
d) Hygiene rongga mulut : bersih
e) Kebersihan genetalia : tidak di kaji
f) Kebersihan anus : tidak di kaji

b. Pola Nutrisi dan Metabolik


1) Keadaan sebelum sakit :
klien biasa makan 2-3 kali sehari dengan porsi sedang,
komposisi makanan yang bervariasi,. Klien minum 5-6 gelas/hari,
air putih dan the.
2) Keadaan sejak sakit :
Klien mengatakan tidak ada perbedaan dengan komposisi
makananannya : nasi,lauk, sayur dan buah. Pasien minum 4-5
gelas air putih dan teh
3) Observasi : klien tampak menghabiskan makanannya.
4) Pemeriksaan Fisik :
a) Keadaan Rambut : bersih
53

b) Hidrasi kulit : kering dan kasar


c) Palpebra/ conjungtiva : baik
d) Sclera : ikterik
e) Hidung: tidak ada sekret
f) Rongga mulut : Tidak ada stomatitis
g) Gusi : Berwarna merah muda
h) Gigi :. Lengkap
i) Gigi palsu :tidak ada
j) Kemampuan mengunyah keras : baik
k) Lidah : berwarna pink pucat
l) Pharing : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
m) Kelenjar getah bening : tidak ada pembengkakan
n) Kelenjar parotis : tidak di kaji
o) Abdomen : -
(1) Inspeksi : datar
(2) Auskultasi : tidak di kaji
(3) Palpasi : Nyeri :-
Benjolan :-
(4) Perkusi : Ascites Positif  Negatif
p) Kulit : -
(1) Edema : : Positif  Negatif
(2) Icterik : Positif  Negatif
(3) Tanda-tanda radang : tidak ada
q) Lesi : tidak ada
5) Pemeriksaan Diagnostik
a) Laboratorium : -
Kimia : Elektrolit Gas Darah
(1) WBC = -
(2) RBC = -
(3) HGB = -
(4) HCT = -
54

(5) PLT =-
Kimia : Elektrolit Gas Darah
(1) RBC = -
(2) HCT = -
(3) PLT = -
(4) PDW = -
b) USG : -
c) Lain Lain : -
6) Therapi : -

c. Pola Eliminasi
1) Kebiasaan sebelum sakit :
Klien mengatakan BAB 1x sehari dan BAK 5-6x sehari, pada
malam hari pasien kadang terbangun untuk BAK.
2) Keadaan sejak sakit :
Klien mengatakan tidak ada perubahan
3) Observasi : tidak terpasang kateter
4) Pemeriksaan fisik :
a) Peristaltik Usus : x/mnt
b) Palpasi kandung kemih : Penuh Kosong
c) Nyeri ketuk gimjal :  Positif Negatif
d) Mulut uretra : tidak dapat dikaji (Pasien menolak)
e) Anus : tidak di kaji
(1) Peradangan :-
(2) Hemoroid :-
(3) Fistula :-
5) Pemeriksaan Diasnostik : -
a) Laboratorium : -
b) USG : -
c) Lain Lain : -
6) Therapi : -
55

d. Pola Aktifitas dan Latihan


1) Keadaan sebelum sakit :
klien mengatakan tidak pernah berolahraga, tapi hanya jalan-
jalan sebentar, klien tidak mengalami keterbatasan dalam
beraktivitas,klien juga kadang kerumah tetangganya yang tidak
jauh dari rumah klien.
2) Keadaan sejak sakit :
Klien mengatakan bahwa dirinya mengalami keterbatasan dalam
beraktivitas dan 2 minggu yang lalu tidak bisa berjalan sama
sekali karena nyeri lututnya kambuh tapi sekarang sudah agak
mendingan.
3) Observasi : klien tampak sudah bisa berjalan kembali
a) Aktivasi harian :
(1) Makan :0
(2) Mandi :0 0 : Mandiri

(3) Pakaian :0 1 : Bantuan dengan alat

(4) Kerapihan :0 2 : Bantuan orang

(5) Buang air besar :0 3 : Bantuan alat dan orang

(6) Buang air kecil :0 4 : Bantuan penuh

(7) Mobilisasi di tempat tidur : 0


b) Postur tubuh : membungkuk
c) Gaya jalan : pelan
d) Anggota gerak yang cacat : tidak ada
e) Fiksasi : -
f) Tracheostomi : tidak ada
4) Pemeriksaan fisik : -
a) JVP : -
Kesimpulan : -
b) Perfusi pembuluh perifer kuku : -
c) Thorax dan pernapasan
(1) Inspeksi : simetris
56

Bentuk thorax : normal


Sianosis : -
Stridor : -
(2) Palpasi : tidak di kaji
Vokal premitus : -
(3) Perkusi : Sonor Redup Pekak
Batu paru hepar : -
Kesimpulan : -
(4) Auskultasi : tidak di kaji
Suara napas : -
Suara ucapan : -
Suara tambahan : -
d) Jantung: tidak di kaji
(a) Inspeksi : -
Ictus cordis : -
(b) Palpasi : -
Ictus cordis: -
(c) Perkusi : -
Batas atas jantung : -
Batas kanan jantung : -
Batas kiri jantung : -
(d) Auskultasi : -
Bunyi jantung II A : -
Bunyi jantung II P : -
Bunyi jantung I T : -
Bunyi jantung I M : -
Bunyi jantung II irama gallop : -
Murmur : -
HR : -
Bruit : Aorta : -
A. Renalis : -
57

A. Femoralis : -
e) Lengan dan tungkai : tidak di kaji
(a) Atrofi otot : Positif Negatif
(b) Rentang gerak : -
Kaku sendi : -
(c) Uji kekuatan otot : tidak di kaji
Kiri : 1 2 3 4

Kanan : - 1 2 3 4 5

(d) Refleksi fisiologi : tidak di kaji


Refleksi patologi : -
(e) Babinski , Kiri : Positif Negatif
Kanan : Positif Negatif
(f) Clubbing jari- jari : -
(g) Varises tungkai : -
f) Columna vetebralis : tidak di kaji
(a) Inspeksi : -
(b) Palpasi : -
N.III-IV- VI : -
N. VIII Romberg Test : Positif Negatif
N. XI : Pasien mampu mengangkat bahu secara bersamaan
Kaku kuduk :-
g) Pemeriksaan : -
Laboratorium : -
Lain lain : -
h) Therapi medik : -

e. Pola Tidur dan Istirahat


1) Keadaan sebelum sakit
Klien mengatakan bisa tidur 5-7 jam/hari
2) Keadaan sejak sakit
58

Klien mengatakan jarang tidur siang dan malam tidur 10 malam


dan sering terbangun jika nyerinya kambuh.
3) Observasi : klien tampak mengantuk
Ekspresi wajah mengantuk : √ Positif Negatif
Banyak menguap : Positif √ Negatif
Palpebra berwarna gelap : Positif √ Negatif
4) Therapi : -

f. Pola Persepsi Kognitif dan Sensori


1) Keadaan sebelum sakit :
Klien tidak mengalami masalah pada ke 5 panca inderanya
2) Keadaan sejak sakit:
Klien mengatakan nyeri pada lututnya dan menjalar ke semua
tubuhnya.
3) Observasi : klien tampak memegang lututnya

4) Pemeriksaan fisik: -
a) Penglihatan
 Cornea : putih
 Visus :-
 Pupil : normal
 Lensa mata : -
 Tekanan Intra Okuler (TIO) : -
b) Pendengaran
 Pina :-
 Kanalis : -
 Membran timpani :-
 Test pendengaran :-
c) Pengenalan rasa pada gerakan lengan dan tungkai : tidak di
kaji
d) N I :-
59

e) NII :-
f) N V :-
g) N VII :-
h) N VIII Pendengaran: -
i) Test Romberg: -
5) Pemeriksaan diagnostik : -
a) Laboratorium : -
b) Lain lain : -
6) Therapi : -

g. Pola Persepsi Dan Konsep Diri


1) Keadaan sebelum sakit
klien mengatakan dia paham terhadap identitas dirinya bahwa
dirinya adalah seorang perempuan yang menjadi ibu dari anak-
anaknya dan seorang nenek dari cucu-cucunya.
2) Keadaan sejak sakit
Klien mengatakan dia masih mengenal identitas dirinya
3) Observasi: klien tampak sangat dicintai oleh anak-anaknya dan
cucunya
a) Kontak mata : baik
b) Rentang perhatian : baik
c) Suara dan cara bicara : pelan dan jelas
4) Postur tubuh : gemuk
5) Pemeriksaan fisik : -
a) Kelainan bawaaan yang nyata : Tidak ada
b) Abdomen : -
Bentuk : -
Bayangan vena :-
c) Kulit: lesi kulit : -
d) Pengguna protesa : -
60

h. Pola Peran dan Hubungan Dengan Sesama


1) Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan sering berinteraksi dengan tetangga
disekitarnya
2) Keadaan sejak sakit :
Klien mengatakan anggota keluarga tidak masalah dengan
penyakitnya karena keluarganya dapat memahami kondisinya.
3) Observasi : klien tampak berkomunikasi dengan anaknya

i. Pola Reproduksi dan Seksualitas


1) Keadaan sebelum sakit :
Anak klien mengatakan bahwa klien adalah seorang janda,
memiliki 2 orang anak dan tidak mengalami gangguan seksualitas
2) Keadaan sejak sakit :
Klien mengatakan samapai sekarang sama saja tidak ada
masalah dengan seksualitasnya
3) Observasi : -
4) Pemeriksaan Fisik : tidak kaji
5) Pemeriksaan Diasnostik : -
a) Laboratorium : -
b) Lain lain : -
6) Therapi : -

j. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stres


1) Keadaan sebelum sakit
Klien mengatakan jika punya masalah, klien selalu
membiucarakan masalahnya bersama anaknya.
2) Keadaan sejak sakit
Klien terbuka tentang masalah kesehatannya kepada
keluarganya dan bersyukur karena keluarga selalu
mendukungnya.
61

3) Observasi: klien tampak menunjukkan keadaan emosi yang


stabil dan klien tidak bicara jika tidak di Tanya.
4) Pemeriksaan fisik: tidak di kaji
a) Tekanan darah:
Berbaring : mmHg
Duduk : 120/80 mmHg
Berdiri : mmHg
Kesimpulan : Hipotensi ortostatik : Positif Negatif
b) HR : x/ mnt
c) Kulit : -
Keringat dingin : -
Basah : -
5) Therapi: -

k. Pola Sistem Nilai Kepercayaan


1) Keadaan sebelum sakit
Klien beragama islam, sering menjalankan ibadah.
2) Keadaan sejak sakit
Klien yakin penyakit yang di deritanya saat ini adalah cobaan
dari Allah SWT dank klien yakin penyakitnya bisa sembuh.
3) Observasi : pasien tampak tenang

Tanda Tangan Mahasiswa Yang


Mengkaji

( Stefani kasim )
62

B. Data focus
DS DO
1. Klien mengatakan merasa 1. klien tampak meringis
nyeri pada persendian 2. tampak sulit memulai
2. Klien mengatakan nyeri dirasa pergerakan tubuh
saat setelah melakukan
aktivitas
3. Klien mengatakan nyeri hilang
timbul dengan skali nyeri
sedang
4. Klien mengatakan jarang tidur
siang dan sering terbangun
jika nyerinya kambuh
5. Klien mengeluh sulit
beraktivitas jika nyerinya
kambuh

C. Analisa data
Data etiologi masalah
Ds :
1. Klien mengatakan
merasa nyeri
pada persendian
2. Klien mengatakan
nyeri dirasa saat
Kondisi
setelah
musculoskeletal Nyeri kronis
melakukan
kronis
aktivitas
3. Klien mengatakan
nyeri hilang timbul
dengan skali nyeri
sedang
63
31

no SDKI SLKI SIKI


Setelah dilakukan tindakan selama Manajemen nyeri (I.08238)
3x24 jam diharapkan control nyeri Observasi :
(L.08063) meningkat dengan KH : Identifikasi skala nyeri
1. Klien melaporkan nyeri Monitor keberhasilkan terapi
terkontol dari indkator 3 komplementer yang sudah diberikan
(sedang) menjadi indicator 4
Nyeri kronis b.d kondisi (cukup meningkat) Edukasi :
1
musculoskeletal kronis 2. Klien mampu menggunakan Jelaskan penyebab,periode dan pemicu
teknik nonfarmakologis dari nyeri
indicator 3 (sedang) menjadi Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
indicator 5 (meningkat). mengurangi rasa nyeri (kompres
3. Keluhan nyeri dari indicator 3 hangat/air jahe)
(sedang) menjadi indicator 4
(cukup menurun)

SDKI H/T/J Implementasi H/T/J Evaluasi


Nyeri kronis sabtu,06 mengidentifikasi skala nyeri. Rabu,06- S:.
b.d kondisi -03-2021 Hasil : skala nyeri sedang (3) 03- - klien mengatakan nyeri sudah
musculoskel 11.15 2021,jam berkurang setelah
etal kronis Memonitor keberhasilkan terapi 11.45 dilakukan tindakan
komplementer yang sudah diberikan komplementer
(kompres air jahe) - klien mengatakan nyerinya
32

Hasil : nyeri berkurang dengan tindakan mulai hilang sedikit demi sedikit
yang diberikan. O:
Keadaan umum
Menjelaskan penyebab,periode dan Pasien tampak rileks/tenang
pemicu nyeri. Skala nyeri 2 (ringan).
Hasil : klien sudah memahami TD 120/80 mmHg

mengajarkan teknik nonfarmakologis A : masalah belum teratasi.


untuk mengurangi rasa nyeri. P : lanjutkan intervensi
Hasil : klien sudah mampu melakukan
teknik nonfarmakologis secara mandiri
31

Anda mungkin juga menyukai