Anda di halaman 1dari 17

KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA

KELOMPOK I

1. STEFANI KASIM 2117010

2. DHEA ANANDA PUTRI 2117004

3. WILLIAM RUDI WIDIANTO 2117015

4. AYUNIAR 2117003

5. MARTEN BILI 2117023

6. YOHANA MURNI 211703

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

GEMA INSAN AKADEMIK

MAKASSAR

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat

menyelesaikan makalah tentang Konsep Keperawatan Keluarga ini

dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat. Kami juga

menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan

dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya

kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di

masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna

tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun

yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat

berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.

Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata

yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang

membangun demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keperawatan kesehatan masyarakat pada tingkat keluarga,
pembahasaannya akan dibagi menjadi 3 bagian, bagian 1 akan
membahas tentang konsep keluarga, bagian 2 akan membahas
tentang keperawatan kesehatan keluarga, dan bagian 3 membahas
tentang proses keperawatan keluarga. Maksudnya adalah untuk
memberikan gambaran dapat membedakan dengan jelas antara
konsep keluarga, keperawatan keluarga dan aplikasinya dalam
proses keperawatan dan keterkaitan diantara ketiganya.
Salah satu aspek terpenting dalam keperawatan keluarga
adalah pemberian asuhan pada unit keluarga. Keluarga bersama
dengan individu, kelompok, dan komunitas adalah klien atau
resipien keperawatan. Secara empiris disadari bahwa kesehatan
paea anggota keluarga sudah ditanggulangi secara insidental,
tetapi keluarga belum dilihat sebagai klien dari keperawatan.
sebenarnya, keluarga sebagai unir asuhan keperawatan sangat
besar pengaruhnya terhadap individu dan kelompik.
Oleh karena itu penetapan keluarga sebagai klien atau
sasaran asuhan keperawatan adalah hal yang tepat. Keluarga
dalam hal ini tidak dipandang dari jumlah anggotanya, tetapi
Kesatuannya yang unik dalam menghadapi mengahadapi masalah.
Keunikannya terlihat dari cara berkomunikasi, mengambil
keputusan, sikap, niali, cita-cita, hubungan dengan masy luas dan
gaya hidup yang tidak sama antara satu keluarga dengan keluarga
lainnya. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh lingkungan, jaman,
dan geografis..
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di
suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan (Depkes RI, 2015).
Keluarga adalah suatu ikatan / persekutuan hidup atas dasar
perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup
bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang
sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau
adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.(Sayekti ).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di
suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. (Effendy).

B. Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
interpersonal, sifat, kegiatan, yang berhubungan dengan individu
dalam posisi dan situasi tertentu.Peranan individu dalam keluarga
didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok
dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat di dalam
keluarga adalah sebagai berikut :
1. Peranan ayah : Ayah sebagai suami dari istri, berperanan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi
rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari
kelompok sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya
2. Peranan ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu
mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga,
sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung
dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya,
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah
tambahan dalam keluarganya.
3. Peranan anak : Anak-anak melaksanakan peranan psiko-
sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik fisik,
mental, sosial dan spiritual.
C. Bentuk Keluarga

1. Berdasarkan lokasi :

a. Adat utrolokal, yaitu adat yang memberi kebebasan kepada

sepasang suami istri untuk memilih tempat tinggal, baik itu di

sekitar kediaman kaum kerabat suami ataupun di sekitar

kediamanan kaum kerabat istri;

b. Adat virilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang

suami istri diharuskan menetap di sekitar pusat kediaman

kaum kerabat suami;

c. Adat uxurilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa

sepasang suami istri harus tinggal di sekitar kediaman kaum

kerabat istri;

d. Adat bilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang

suami istri dapat tinggal di sekitar pusat kediaman kerabat

suami pada masa tertentu, dan di sekitar pusat kediaman

kaum kerabat istri pada masa tertentu pula (bergantian);

e. Adat neolokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang

suami istri dapat menempati tempat yang baru, dalam arti kata

tidak berkelompok bersama kaum kerabat suami maupun istri;

f. Adat avunkulokal, yaitu adat yang mengharuskan sepasang

suami istri untuk menetap di sekitar tempat kediaman saudara

laki-laki ibu (avunculus) dari pihak suami;


g. Adat natalokal, yaitu adat yang menentukan bahwa suami

dan istri masing-masing hidup terpisah, dan masing-masing

dari mereka juga tinggal di sekitar pusat kaum kerabatnya

sendiri .

2. Berdasarkan pola otoritas

a. Patriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh

laki-laki (laki-laki tertua, umumnya ayah)

b. Matriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh

perempuan (perempuan tertua, umumnya ibu)

c. Equalitarian, yakni suami dan istri berbagi otoritas secara

seimbang.

D. Definisi Rencana Perawatan Keluarga

Rencana perawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan

yang telah ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan guna

memecahkan masalah kesehatan dan masalah perawatan yang

telah diidentifikasi.

E. Ciri Rencana Perawatan

Ciri-ciri rencana perawatan berasal dari dan berhubungan

dengan konsep perencanaan sebagai suatu proses :

1. Rencana perawatan berpusat pada tindakan-tindakan yang

dapat memecahkan atau meringankan masalah yang sedang

dihadapi. Rencana itu sendiri adalah pedoman untuk melakukan


tindakan (keperawatan dan kolaboratif) yang intinya adalah

pendekatan-pendekatan, strategi, kegiatan-kegiatan, cara-cara,

bahan-bahan, dimana perawat bersama dengan keluarga

asuhan mengharapkan dapat merubah masalah atau situasi.

2. Rencana perawatan adalah hasil dari suatu proses yang

sistematis dan telah dipelajari, tidak hanya didasarkan oleh

dorongan hati tanpa proses pemikiran. Proses perencanaan

mempunyai sifat logis, dimana data-data yang berkaitan

dikumpulkan guna memperoleh keputusan yang masuk akal.

3. Rencana perawatan menggunakan kejadian-kejadian masa

lampau maupun yang sekarang untuk menentukan arah asuhan

keperawatan, karena rencana perawatan berhubungan dengan

masa yang akan datang.

4. Rencana perawatan berputar pada masalah kesehatan dan

keperawatan yang telah diidentifikasi, karena masalah-masalah

tersebut merupakan titik pangkal untuk rencana dan dasar

perumusan tujuan perawatan dan tindakan-tindakan

keperawatan.

5. Rencana perawatan merupakan jalan untuk mencapai tujuan

(memberikan perawatan yang tepat.

6. Rencana perawatan adalah suatu proses yang berlangsung

secara terus-menerus.
F. Kualitas Rencana Perawatan

1. Penentuan masalah kesehatan dan keperawatan yang jelas

dan didasarkan kepada analisis yang menyeluruh tentang

masalah situasi dalam keluarga

2. Rencana yang realistis, artinya dapat dilaksanakan dan

dapat menghasilkan apa yang diharapkan

3. Sesuai dengan tujuan dan falsafah keperawatan

4. Rencana keperawatan dibuat bersama keluarga dalam :

a) menentukan masalah dan kebutuhan perawatan

keluarga

b) menentukan prioritas masalah

c) memilih tindakan yang tepat

d) melaksanakan tindakan

e) penilaian hasil tindakan.

5. Dibuat secara tertulis.

Pentingnya Membuat Rencana Perawatan :

1. Memberikan perawatan yang khusus, karena dapat

mempermudah penyampaian perawatan yang tepat dengan

memperhatikan keunikan klien penerima askep

2. Membantu dalam menentukan prioritas dengan memberikan

data-data tentang keadaan dan sifat masalah


3. Mengembangkan komunikasi yang sistematis antara tenaga

kesehatan yang bersangkutan

4. Menjamin kesinambungan dari perawatan yang diberikan

5. Melancarkan koordinasi perawatan melalui pemberian

informasi kepada tim kesehatan lainnya tentang tindakan yang

dikerjakan oleh perawat.

F. Perumusan Tujuan

Tujuan merupakan pernyataan yang lebih terinci tentang

hasil keperawatan. Tujuan keperawatan akan menentukan kriteria

yang diapakai untuk menilai keberhasilan keperawatan. Bila dilihat

dari sudut perhatian, tujuan perawatan dibagi menjadi :

1. Yang berorientasi pada perawat, yaitu tujuan yang dinyatakan

dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perawat.

2. Yang berorientasi pada pasien, yaitu tujuan dinyatakan dari

pihak penerima pasien/keluarga, baik secara fisik, mental dan

perilaku.

G. Tahapan Tindakan Keperawatan Keluarga

1. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga

mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan, dengan cara :

a. memberikan informasi

b. mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang

kesehatan

c. mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah


2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan

yang tepat, dengan cara :

a. mengidentifikasi konsekuensi “tidak melakukan tindakan”

b. mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki oleh

keluarga

c. mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan

3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota

keluarga yang sakit, dengan cara :

a. mendemosntrasikan cara perawatan

b. menggunakan alat dan fasilitas yang ada di dalam rumah

c. mengawasi keluarga melakukan perawatan

4. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana

membuat lingkungan menjadi sehat, dengan cara :

a. menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan oleh

keluarga

b. melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal

mungkin

5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas

kesehatan yang ada, dengan cara :

a. menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan

keluarga

b. membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan

yang ada.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih tindakan

keperawatan :

1. Merangsang keluarga mengenal dan menerima masalah dan

kebutuhan kesehatan mereka, melalui :

a. memperluas pengetahuan keluarga melalui penyuluhan

kesehatan

b. membantu keluarga melihat situasi dan akibat dari situasi

tersebut

c. mengkaitkan kebutuhan kesehatan dan sasaran keluarga

d. mengembangkan sifat positif dalam keluarga

2. Menolong keluarga untuk menentukan tindakan keperawatan :

a. merundingkan bersama keluarga mengenai akibat-akibat apabila

mereka tidak mengambil tindakan

b. mengenalkan kepada keluarga tentang alternatif yang dapat dipilih

dan sumber-sumber yang perlukan dalam melakukan tindakan

keperawatan

c. merundingkan bersama keluarga tentang akibat dari tindakan atau

kemungkinan efek samping  yang  mungkin timbul.

3. Menumbuhkan kepercayaan keluarga terhadap perawat :

a. memberikan asuhan keperawatan kepada anggota keluarga

yang sakit
b. mencari cara untuk mengurangi ancaman kesehatan dan

perkembangan kepribadian para anggota keluarga

c. membantu memperbaiki fasilitas fisik rumah

d. mengembangkan pola komunikasi dengan keluarga agar terjadi

saling pengertian yang mendalam

e. membantu keluarga mengembangkan kesanggupan mereka

dalam memenuhi kebutuhan psikososial anggota keluarganya

f. mencegah rintangan-rintangan dalam mengadakan rujukan

g. perawat harus memperluas pengetahuannya tantang sumber-

sumber daya yang ada di masyarakat dan bagaimana

memanfaatkannya.

Tersedianya sumber-sumber juga mempengaruhi keputusan perawat

dalam memilih tindakan keperawatan. Terdapat 3 macam sumber yang

dapat dipertimbangkan :

1. Sumber-sumber yang terdapat dalam keluarga :

a. kekuatan fisik dan psikososial dari tiap anggota keluarga

b. kemampuan finansial

c. fasilitas-fasilitas fisik

d. adanya sokongan dari sanak saudara atau kelompok-kelompok

yang lain
2. Sumber-sumber yang ada dalam perawat :

a. pengetahuan mengenai masalah-masalah kesehatan keluarga dan

ketrampilannya dalam membantu       keluarga mengatasi masalah-

masalah tersebut. Diperlukan pengetahuan yang luas mulai

perawatan yang paling sederhana sampai ke tindakan-tindakan

untuk mengatasi masalah-masalah yang rumit tentang perilaku

yang tidak normal (misalnya ketidakcocokan hidup antar anggota

keluarga yang tidak sehat).

b. tersedianya waktu dan dukungan

3. Sumber-sumber yang terdapat dalam masyarakat :

a. instansi-instansi kesehatan

b. adanya program atau kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan

kesehatan

c. organisasi-organisasi kesehatan.

Pilihan tindakan keperawatan yang tepat serta cara kontak antar

perawat-keluarga (kunjungan rumah, pertemuan di Puskesmas,

pendekatan secara kelompok, dsb), banyak bergantung kepada sifat

masalah keluarga dan sumber-sumber yang ada.


H. Pendidikan Kesehatan Dalam Keluarga
               Pendidikan Kesehatan  keluarga berfokus pada fungsi
keluarga yang sehat dalam perspektif sistem keluarga dan memberikan
pendekatan terutama pencegahan . Keterampilan dan pengetahuan
yang dibutuhkan untuk berfungsi secara sehat secara luas dikenal:
keterampilan komunikasi yang kuat, pengetahuan tentang
perkembangan khas manusia, keterampilan membuat keputusan yang
baik, positif harga diri ,dan hubungan interpersonal yang sehat. Tujuan
pendidikan kehidupan keluarga adalah untuk mengajar dan
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan ini untuk
memungkinkan individu dan keluarga untuk berfungsi optimal.

Pendidikan kesehatan keluargamempertimbangkan isu-isu sosial


termasuk ekonomi, pendidikan, masalah kerja keluarga, orangtua,
seksualitas, gender dan lainnya dalam konteks keluarga. Mereka
percaya bahwa masalah sosial seperti penyalahgunaan zat, kekerasan
dalam rumah tangga, pengangguran, hutang, dan kekerasan terhadap
anak dapat lebih efektif ditangani dari perspektif yang menganggap
individu dan keluarga sebagai bagian dari sistem yang lebih besar.
Pengetahuan tentang fungsi keluarga yang sehat dapat diterapkan
untuk mencegah atau meminimalkan banyak masalah ini.

a. Tingkat pencegahan dalam keluarga

1. Pencegahan primer

Pencegahan primer merupakan aktivitas yang dilakukan untuk


mencegah penyakit, ketidakmampuan dan cedera. Pencegahan primer
melibatkan peningkatan kesehatan melalui penyuluhan kesehatan
dengan penekanan pada pembentukan gaya hidup sehat guna
meningkatkan tingkat fungsional optimal (seperti nutrisi, latihan, tiur,
rekreasi, relaksasi, tidak menggunakan alkohol, tembakau, dan obat-
obatan), pembentukan kepribadian yang sehat, konseling, dan
pembentukan lingkungan sosial yang sehat (Hitchcook, Stubert &
Thomas, 2011). Pencegahan primer meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan keluarga.
Pencegahan primer berdampak dalam peningkatan promosi kesehatan
di keluarga, peningkatan kesehatan keluarga menyeluruh untuk setiap

anggota keluarga. Promosi kesehatan di desain agar dapat


berkontribusi dalam pertumbuhan, perluasan atau menghasilkan yang
terbaik bagi kesehatan. promosi kesehatan hal yang positif, proses
dinamis berfokus pada peningkatan kualitas hidup dan perbaikan,
bukan semata-mata menghindar dari penyakit (Pender, Carolyn &
Mary, 2010).

2. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder adalah aktivitas yang berhubungan dengan


deteksi dini dan treatmen. Fokus pencegahan ini adalah dengan
melakukan skrining untuk mendeteksi penyakit pada fase awal.

3. Pencegahan tersier

Pencegahan tersier merupakan aktivitas yang dilakukan untuk


mencegah penyakit tidak bertambah parah (kronis) dan tidak
menimbulkan ketidakmampuan pada individu. Pencegahan tersier dapat
dilakukan dengan melakukan rehabilitasi kepada individu yang meliputi
rehabilitasi fisik, psikis, dan spiritual (Hitchcook, Stubert & Thomas,
2011).
DAFTAR PUSTAKA

1. Notoatmojo, 2011, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip Prinsip Dasar.


Jakarta, PT. Rineka Cipta.
2. Entjang, 2011, Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung, PT. Citra Aditya
Bakti
3. Soekidjo Notoatmojo.2010. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan
Masyarakat.Ed.2. Jakarta : Rineka Cipta.
4. http://www.docstoc.com/docs/40365020/SEJARAH-KEPERAWATAN-
KOMUNITAS-_-KONSEP-MODEL-KEPERAWATAN
5. http://soepritjahjono.wordpress.com/2009/11/22/perkembangan-kesehatan-
masyarakat-di-indonesia/ diakses tanggal 20 maret 2010
6. http://makalah-pendidikan.com/2011/konsep-keperawatan-kesehatan-
masyarakat/

Anda mungkin juga menyukai