Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT ARTRITIS REUMATOID

DISUSUN OLEH :

NAMA : Sri Utami


NIM : 18.032
TINGKAT :3A

AKADEMIK KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN KONAWE
TAHUN AJARAN 2020/2021

1
LAPORAN PENDAHULUAN
ARTRITIS REUMATOID

A. Konsep Dasar Medis

1. Pengertian Artritis Reumatoid

Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang

menyebabkan proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 :

1248). Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak

sampai usia lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya

umur (Felson dalam Budi Darmojo, 1999).

Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik

kronik yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan

tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh (Hidayat, 2006).

2. Anatomi Fisiologis

Sistem musculoskeletal terdiri dari tulang, otot, kartilango, ligamet,

tendon, fasia, bursae, dan persendian.

a. Klasifikasi struktur persendian

1. Persendian fibrasa

2. Persendian kartilago

3. Persendian senovial

b. Klasifikasi fungsional persendian

1. Sendi sinartrosus

a. Sutura

b. Sinkodrosis

2. Ampriatosis

2
a. Simfisis

b. Sindertosis

c. Diartrosis

c. Klasifikasi persendian sinovial

1. Sendi sfaradal

a. Sendi engsel

b. Sendi kisar

c. Persendian kardiloid

d. Sendi palena

e. Sendi peluru

3. Etiologi

Penyebab utama penyakit artritis reumatoid masih belum diketahui

secara pasti. Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab

artritis reumatoid, yaitu :

1. Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.

2. Endokrin

Kecenderungan wanita untuk menderita artritis reumatoid dan

sering dijumpainya remisi pada wanita yang sedang hamil

menimbulkan dugaan terdapatnya faktor keseimbangan hormonal

sebagai salah satu faktor yang berpengaruh pada penyakit ini.

Walaupun demikian karena pemberian hormon estrogen eksternal

tidak pernah menghasilkan perbaikan sebagaimana yang diharapkan,

sehingga kini belum berhasil dipastikan bahwa faktor hormonal

memang merupakan penyebab penyakit ini.

3
3. Autoimmun

Pada saat ini artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor

autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II,

faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme

mikroplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II

kolagen dari tulang rawan sendi penderita.

4. Metabolik

5. Faktor genetik serta pemicu lingkungan

Faktor genetik dan beberapa faktor lingkungan telah lama diduga

berperan dalam timbulnya penyakit ini. Hal ini terbukti dari

terdapatnya hubungan antara produk kompleks histokompatibilitas

utama kelas II, khususnya HLA-DR4 dengan artritis reumatoid

seropositif. Pengemban HLA-DR4 memiliki resiko relatif 4:1 untuk

menderita penyakit ini.

4. Patofisiologi

Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan

sebelumnya) terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis

menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan

memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial

dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang

rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya

permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut

terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif

4
dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot

(Smeltzer & Bare, 2002).

Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,

kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular.  Peradangan yang

berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular

kartilago dari sendi.  Pada persendian ini granulasi membentuk pannus,

atau penutup yang menutupi kartilago.  Pannus masuk ke tulang sub

chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan

gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis. 

Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan

sendi.  Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara

permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). 

Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi

lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. 

Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.

Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai

dengan adanya masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada

orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang

lagi. Namun pada sebagian kecil individu terjadi progresif yang cepat

ditandai dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi vaskulitis

yang difus (Long, 1996).

5
Pathway Artritis Reumatoid

5. Manifestasi Klinik

a. Tanda dan gejala setempat

 Sakit persendian disertai kaku terutama pada pagi hari (morning

stiffness) dan gerakan terbatas, kekakuan berlangsung tidak lebih

dari 30 menit dan dapat berlanjut sampai berjam-jam dalam

sehari. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan osteoartritis yang

biasanya tidak berlangsung lama.

 Lambat laun membengkak, panas merah, lemah.

 Poli artritis simetris sendi perifer → Semua sendi bisa terserang,

panggul, lutut, pergelangan tangan, siku, rahang dan bahu. Paling

sering mengenai sendi kecil tangan, kaki, pergelangan tangan,

meskipun sendi yang lebih besar seringkali terkena juga.

6
 Artritis erosif → sifat radiologis penyakit ini. Peradangan sendi

yang kronik menyebabkan erosi pada pinggir tulang dan ini dapat

dilihat pada penyinaran sinar X.

 Deformitas → pergeseran ulnar, deviasi jari-jari, subluksasi sendi

metakarpofalangea, deformitas boutonniere dan leher angsa.

Sendi yang lebih besar mungkin juga terserang yang disertai

penurunan kemampuan fleksi ataupun ekstensi. Sendi mungkin

mengalami ankilosis disertai kehilangan kemampuan bergerak

yang total.

 Rematoid nodul → merupakan massa subkutan yang terjadi pada

1/3 pasien dewasa, kasus ini sering menyerang bagian siku (bursa

olekranon) atau sepanjang permukaan ekstensor lengan bawah,

bentuknya oval atau bulat dan padat.

 Kronik → Ciri khas rematoid artritis.

b. Tanda dan gejala sistemik

Lemah, demam, takhikardi, berat badan turun, anemia, anoreksia.

Bila ditinjau dari stadium, maka pada RA terdapat tiga stadium yaitu:

 Stadium sinovitis

Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan

sinovial yang ditandai adanya hiperemi, edema karena kongesti,

nyeri pada saat istirahat maupun saat bergerak, bengkak, dan

kekakuan.

 Stadium destruksi

7
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan

sinovial terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai

adanya kontraksi tendon. Selain tanda dan gejala tersebut

diatasterjadi pula perubahan bentuk pada tangan yaitu bentuk jari

swan-neck.

 Stadium deformitas

Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan

berulang kali, deformitas dan ganggguan fungsi secara menetap.

Perubahan pada sendi diawali adanya sinovitis, berlanjut pada

pembentukan pannus, ankilosis fibrosa, dan terakhir ankilosis

tulang.

6. Tanda dan Gejala

Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :

1) Nyeri persendian

2) Bengkak (Reumatoid nodule)

3) Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari

4) Terbatasnya pergerakan

5) Sendi-sendi terasa panas

6) Demam (pireksia)

7) Anemia

8) Berat badan menurun

9) Kekuatan berkurang

10) Tampak warna kemerahan di sekitar sendi

11) Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal

8
12) Pasien tampak anemik

Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :

 Gerakan menjadi terbatas

 Adanya nyeri tekan

 Deformitas bertambah pembengkakan

 Kelemahan

 Depresi

Gejala Extraartikular :

 Pada jantung : Reumatoid heard diseasure, Valvula lesion (gangguan

katub),

 Pericarditis, Myocarditis

 Pada mata : Keratokonjungtivitis, Scleritis

 Pada lympa : Lhymphadenopathy

 Pada thyroid : Lyphocytic thyroiditis

 Pada otot : Mycsitis

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan medik pada pasien RA diantaranya :

a) Pendidikan : meliputi tentang pengertian, patofisiologi, penyebab, dan

prognosis penyakit ini.

b) Istirahat : karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat

c) Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang,

ini bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi pasien

d) Termoterapi

e) Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat

9
f) Pemberian Obat-obatan :

 Anti Inflamasi non steroid (NSAID) contoh:aspirin yang

diberikan pada dosis yang telah ditentukan.

 Obat-obat untuk Reumatoid Artitis :

 Acetyl salicylic acid, Cholyn salicylate (Analgetik, Antipyretik,

Anty Inflamatory)

 Indomethacin/Indocin(Analgetik, Anti Inflamatori)

 Ibufropen/motrin (Analgetik, Anti Inflamatori)

 Tolmetin sodium/Tolectin(Analgetik Anti Inflamatori)

 Naproxsen/naprosin (Analgetik, Anti Inflamatori)

 Sulindac/Clinoril (Analgetik, Anti Inflamatori)

 Piroxicam/Feldene (Analgetik, Anti Inflamatori)

B. Konsep Dasar Keperawatan

1. Pengkajian

a. Riwayat Keperawatan

Adanya perasaan tidak nyaman,antara lain nyeri, kekakuan

pada tangan atau kaki dalam beberapa periode / waktu sebelum

klien mengetahui dan merasakan adanya perubahan sendi.

b. Pemeriksaan Fisik

1. Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi

(bilateral), amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan

pembengkakan.

10
2. Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi

sinovial

 Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)

 Catat bila ada krepitasi

 Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan

3. Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral

 Catat bila ada atrofi, tonus yang berkurang

 Ukur kekuatan otot

4. Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya

5. Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari

c. Pemeriksaan Penunjang

1. Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa

terjadi anemia dan leukositosis, Reumatoid faktor, terjadi 50-

90% penderita

2. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan

pada jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang

yang berdekatan ( perubahan awal ) berkembang menjadi

formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio.

Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.

3. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium

4. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan

irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi

5. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang

lebih besar dari normal: buram, berkabut, munculnya warna

11
kuning ( respon inflamasi, produk-produk pembuangan

degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan

komplemen (C3 dan C4).

6. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi

dan perkembangan panas.

7. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle

Aspiration) atau atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena

mengandung banyak leukosit dan kurang kental dibanding

cairan sendi yang normal.

8. Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli-

arthritis yang simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari

tangan dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6 minggu

atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi

peri-artikuler pada foto rontgen.

9. Beberapa faktor yang turut dalam memeberikan kontribusi pada

penegakan diagnosis Reumatoid arthritis, yaitu nodul

Reumatoid, inflamasi sendi yang ditemukan pada saat palpasi

dan hasil-hasil pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaaan

laboratorium menunjukkan peninggian laju endap darah dan

factor Reumatoid yang positif sekitar 70%; pada awal penyakit

faktor ini negatif. Jumlah sel darah merah dan komplemen C4

menurun. Pemeriksaan C- reaktifprotein (CRP) dan antibody

antinukleus (ANA) dapat menunjukan hasil yang positif.

Artrosentesis akan memperlihatkan cairan sinovial yang keruh,

12
berwarna mirip susu atau kuning gelap dan mengandung banyak

sel inflamasi, seperti leukosit dan komplemen (Smeltzer & Bare,

2002). Pemeriksaan sinar-X dilakukan untuk membantu

penegakan diagnosis dan memantau perjalanan penyakitnya.

Foto rongen akan memperlihatkan erosi tulang yang khas dan

penyempitan rongga sendi yang terjadi dalam perjalanan

penyakit tersebut (Smeltzer & Bare, 2002).

2. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri aku b/d perubahan patologis oleh atritis Rheumatoid

2. Hambatan mobilitas fisik b/d hilangnya kekuatan otot dan

sendi.

3. Gangguan citra tubuh b/d perubahan penampilan tubuh, sendi,

deformitas.

4. Defisit perawatan diri b/d kerusakan musculoskeletal, penurunan

kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.

5. Ansietas b/d kurangnya informasi tentang penyakit

3. Perencanaan Keperawatan

a. Tujuan dan Kriteria Hasil

Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil


Nyeri aku b/d perubahan Dalam waktu 2 x 60 menit a. Skala nyeri berkurang
patologis oleh atritis
setelah diberikan tindakan b. Pasien dapat beristirahat
Rheumatoid
keperawatan skala nyeri c. Ekspresi meringis (-)
berkurang d. TTV dalam batas normal
TD : 120-140/60-80
mmHg,
N : 60-100, RR : 16-24
x/menit,
T : 36,5-37,5°C)

13
Hambatan mobilitas fisik Dalam waktu 1 x 24 jam a. Mempertahankan fungsi
b/d hilangnya kekuatan
setelah diberikan tindakan posisi dengan
otot dan sendi.
keperawatan kekuatan otot pembatasan kontraktur.
pasien meningkat b. Mempertahankan atau
meningkatkan kekuatan
dan fungsi dari dan/atau
kompensasi bagian
tubuh.
c. Mendemostrasikan
teknik/perilaku yang
memungkinkan
melakukan aktivitas.
Gangguan citra tubuh b/d Dalam waktu 1 x 24 jam a. Mengungkapkan
perubahan penampilan
setelah diberikan tindakan peningkatan rasa
tubuh, sendi, deformitas.
. keperawatan pasien percaya diri dalam
menerima perubahan tubuh. kemampuan untuk
menghadapi penyakit,
perubahan gaya hidup
dan kemungkinan
keterbatasan.
b. Menerima perubahan
tubuh dan
mengintegrasikan ke
dalam konsep diri.
c. Mengembangkan
keterampilan perawatan
diri agar dapat berfungsi
dalam masyarakat.
Defisit perawatan diri b/d Setelah dilakukan tindakan a. Melaksanakan aktivitas
kerusakan keperawatan selama 3x24 perawatan diri pada
musculoskeletal, jam diharapkan klien dapat tingkat yang konsisten
penurunan kekuatan, daya mengatur kegiatan sehari- dengan kemampuan
tahan, nyeri pada waktu hari, individual
bergerak, depresi. b. Mendemonstrasikan
perubahan teknik/ gaya
hidup untuk memenuhi
kebutuhan perawatan
diri.
c. Mengidentifikasi
sumber-sumber pribadi/
komunitas yang dapat
memenuhi kebutuhan
perawatan diri.
Ansietas b/d kurangnya Setelah dilakukan tindakan a. Klien mampu
informasi tentang penyakit keperawatan selama 3x24 mengidentifikasi dan

14
jam diharapkan klien dapat menungkapkan
mengidentifikasi gejala gejalacemas
kecemasan b. Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan
menunjukkan tahnik
untuk mengontrolcemas

b. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Intervensi
1 Nyeri aku b/d perubahan patologis a. Kaji keluhan nyeri, kualitas, lokasi,
oleh atritis Rheumatoid intensitas dan waktu. Catat faktor
yang mempercepat dan tanda rasa
sakit nonverbal.
b. Pantau TTV pasien.
c. Berikan posisi nyaman waktu
tidur/duduk di kursi. Tingkatkan
istirahat di tempat tidur sesuai
indikasi.
d. Berikan masase yang lembut,
Anjurkan mandi air hangat/
pancuran pada waktu bangun.
Sediakan waslap hangat untuk
mengompres sendi yang sakit
beberapa kali sehari.
e. Berikan obat sesuai petunjuk, Bantu
dengan terapi fisik, misal sarung
tangan parafin,

2 Hambatan mobilitas fisik b/d c. Evaluasi pemantauan tingkat


hilangnya kekuatan otot dan sendi. inflamasi/rasa sakit pada sendi.
d. Pertahankan tirah baring/duduk.
Jadwal aktivitas untuk memberikan
periode istirahat terus-menerus dan
tidur malam hari.
e. Bantu rentang gerak aktif/pasif,
latihan resistif dan isometrik,
f. Dorong klien mempertahankan
postur tegak dan duduk tinggi,
berdiri serta berjalan.
3 Gangguan citra tubuh b/d perubahan a. Dorong pengungkapan mengenai
penampilan tubuh, sendi, deformitas. proses penyakit dan harapan masa
. depan.
b. Bantu pasien mengekspresikan
perasaan kehilangan.
c. Perhatikan perilaku menarik diri,
penggunaan menyangkal/terlalu
memperhatikan tubuh.
d. Bantu dengan kebutuhan
perawatan yang diperlukan.
4 Defisit perawatan diri b/d kerusakan a. Diskusikan tingkat fungsi umum
musculoskeletal, penurunan (0-4) sebelum timbul awitan/
kekuatan, daya tahan, nyeri pada eksaserbasi penyakit dan potensial
waktu bergerak, depresi. perubahan yang sekarang
diantisipasi.
b. Pertahankan mobilitas, kontrol

15
terhadap nyeri dan program latihan.
c. Kaji hambatan terhadap partisipasi
dalam perawatan diri.
Identifikasi /rencana untuk
modifikasi lingkungan
d. Kolaborasi: Konsul dengan ahli
terapi okupasi.
e. Kolaborasi: Atur evaluasi
kesehatan di rumah sebelum
pemulangan dengan evaluasi
setelahnya.
f. Kolaborasi : atur konsul dengan
lembaga lainnya, mis: pelayanan
perawatan rumah, ahli nutrisi.
5 Ansietas b/d kurangnya informasi a. Gunakan pendekatan yang
tentang penyakit menenangkan.
b. Nyatakan dengan jelas harapan dan
apa yang di rasakan selama
prosedur
c. Jelaskan semua prosedur dan apa
yang dirasakan selama prosedur
d. Pahami prespektif pasien
terhadap situasi stress
e. Temani pasien untuk memberikan
keamanan dan mengurangitakut
f. Dorong keluarga untuk menemani
pasien
g. Lakukan beck/neck rub,dengarkan
dengan penuh perhatian
h. Identifikasi tingkat kecemasan
i. Berikan obat untuk mengurangi
kecemasan.

4. Implementasi

Implementasi adalah tahap keempat dari proses keperawatan.

Tahap ini muncul jika perencanaan yang dibuat diaplikasikan pada

klien. Tindakan yang dilakukan mungkin sama, mungkin juga berbeda

dengan urutan yang yang telah dibuat pada perencanaan. Aplikasi yang

dilakukan pada klien akan berbeda, disesuaikan dengan kondisi klien

saat itu dan kebutuhan yang paling dirasakan oleh klien

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap kelima dari proses keperawatan. Pada tahap

ini perawat membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan

16
kriteria hasil yang sudah ditetapkan serta menilai apakah masalah yang

terjadi sudah teratasi seluruhnya, hanya sebagian, atau bahkan belum

teratasi semuanya. Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan yaitu

suatu proses yang digunakan untuk mengukur dan memonitor kondisi

klien untuk mengetahui kesesuaian tindakan keperawatan, perbaikan

tindakan keperawatan, kebutuhan klien saat ini, perlunya dirujuk pada

tempat kesehatan lain, apakah perlu menyusun ulang prioritas diagnosis

supaya kebutuhan klien bisa terpenuhi (Doenges dkk,2006). Selain

digunakan untuk mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah

dilakukan, evaluasi juga digunakan untuk memeriksa semua proses

keperawatan Untuk melakukan evaluasi, ada baiknya disusun dengan

menggunakan SOAP secara operasional :

S : Adalah berbagai persoalan yang disampaikan oleh keluarga

setelah dilakukan tindakan keperawatan misalnya, yang tadinya

dirasa sakit kini tidak sakit lagi.


O: Adalah berbagai persoalan yang ditemukan oleh perawat

setelah dilakukan tindakan keperawatan misalnya berat badan

naik 1 kg dalam 1 bulan.


A: Adalah analisis dari hasil yang telah di capai dengan mengacu

pada tujuan yang terkait dengan diagnosis.


P : Adalah perencanaan direncanakan kembali setelah

mendapatkan dari respons keluarga pada tahapan evaluasi.

DAFTAR PUSTAKA

17
Anonymus, Artritis Rematoid. (online). http:// www. naturindonesia. com/ artikel-

berbagai- penyakit- degeneratif/ 449-artritis-reumatoid-.html, diakses

tanggal 11 Maret 2013 pukul 12.30

Anonymus, 2012. Makalah Rematoid Artritis. (online). http://profesional-eagle.

blogspot. Com /2012/05/makalah- reumatoid- artritis-copast.html,

diakses tanggal 11 Maret 2013 pukul 12.40

Anonymus, 2012. Asuhan Keperawatan Rematoid Artritis. (online). http://www.

kapukonline.com/2012/01/askep-

asuhankeperawatanrheumatoidarthri.html, diakses tanggal 11 Maret

2013 pukul 12.50

18

Anda mungkin juga menyukai