Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

RHEUMATOID ARTRITIS

A. PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin
meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada
semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem
muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya
beberapa golongan reumatik. Salah satu golongan penyakit reumatik yang sering menyertai
usia lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah reumatoid artritis.
Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia
manusia.
Menguntip pendapat Sjamsuhidajat (1997), artritis reumatoid merupakan penyakit
autoimun dari jaringan ikat terutama sinovial dan kausanya multifaktor. Penyakit ini
ditemukan pada semua sendi dan sarung sendi tendon, tetapi paling sering di tangan. Selain
menyerang sendi tangan, dapat pula menyerang sendi siku, kaki, pergelangan kaki dan lutut.
Artritis kronik yang terjadi pada anak yang menyerang satu sendi atau lebih, dikenal dengan
artitis reumatoid juvenil.
Biasanya reumatoid artritis timbul secara sistemik. Gejala yang timbul berupa nodul
subkutan yang terlihat pada 30% penderita. Nodul sering terdapat di ekstremitas atas dan
tampak sebagai vaskulitis reumatoid, yang merupakan manisfestasi ekstraartikuler. Bila
penyakit ini terjadi bukan pada sendi, seperti bursa, sarung tendon, dan lokasi lainnya
dinamakan reumatoid ektraarikuler.
Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom dan
golongan penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma reumatik cukup banyak, namun
semuanya menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut kesepakatan para ahli di bidang
rematologi, reumatik dapat terungkap sebagai keluhan atau tanda. Dari kesepakatan,
dinyatakan ada tiga keluhan utama pada sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa
kaku) dan kelemahan, serta adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan sendi., kelemahan
otot, dan gangguan gerak. (Soenarto, 1982).
Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari kanak – kanak sampai usia lanjut, atau
sebagai kelanjutan sebelum usia lanjut. Pucak dari reumatoid artritis terjadi pada umur
dekade keempat, dan penyakit ini terdapat pada wanita 3 kali lebih sering dari pada laki- laki.
Terdapat insiden familial ( HLA DR-4 ditemukan pada 70% pasien ).
Untuk itu akan dibahas lebih lanjut pada makalah tentang asuhan keperawatan pada
klien dengan reumatoid artritis.

B. TINJAUAN PUSTAKA
1. PENGERTIAN REUMATOID ARTRITIS

Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti sendi. Kedua,
itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi. Sedangkan
rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi
tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan
seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Gordon, 2002).
Artritis reumatoid adalah penyakit inflamasi non-bakterial yang bersifat sistemik,
progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris.
Artritis reumatoid adalah gangguan kronik yang menyerang berbagai sistem organ. Penyakit
ini adalah salah satu dan sekelompok penyakit jaringan penyambung difus yang diperantai
oleh imunitas dan tidak diketahui sebab-sebabnya. Biasanya terjadi destrukti sendi progesif,
walaupun episode peradangan sendi dapat mengalami masa remisi.
Artritis reumatoid merupakan inflamasi kronik yang paling sering ditemukan pada
sendi. Insiden puncak adalah antara usia 40 hingga 60 tahun, lebih sering pada wanita daripada
pria dengan perbandingan 3 : 1. Penyakit ini menyerang sendi-sendi kecil pada tangan,
pergelangan kaki dan sendi-sendi besar dilutut, panggul serta pergelangan tangan. (Muttaqin,
2006)
Arthritis rheumatoid adalah penyakit sistemik dengan gejala ekstra–
artikuler. (Smeltzer, 2001).
Reumatoid Artritis (RA) adalah suatu penyakit inflamasi kronis yang menyebabkan
degenerasi jaringan penyambung. Jaringan penyambung yang biasanya mengalami kerusakan
pertama kali adalah membran sinovial, yang melapisi sendi. Pada RA, inflamasi tidak
berkurang dan menyebar ke struktur sendi disekitarnya, termasuk kartilago artikular dan
kapsul sendi fibrosa. Akhirnya, ligamen dan tendon mengalami. Inflamasi ditandai oleh
akumulasi sel darah putih, aktivasi komplemen, fagositosis ekstensif, dan pembentukan
jaringan parut. Pada inflamasi kronis, membran sinovial mengalami hipertropi dan menebal
sehingga menyumbat aliran darah dan lebih lanjut menstimulasi nekrosis sel dan respon
inflamasi. Sinovium yang menebal menjadi ditutup oleh jaringan granular inflamasi yang
disebut panus. Panus dapat menyebar ke seluruh sendi sehingga menyebabkan inflamasi dan
pembentukan jaringan parut lebih lanjut. Proses ini secara lambat merusak tulang dan
menimbulkan nyeri hebat serta deformitas. (Corwin, 2009).
Klasifikasi Rheumatoid Arthritis :
Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:
1. Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang
harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
2. Rheumatoid arthritis defisit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang
harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
3. Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi
yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
4. Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi
yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.

2. ETIOLOGI REUMATOID ARTRITIS


Penyebab artritis reumatoid masih belum diketahui secara pasti walaupun banyak hal
mengenai patologis penyakit ini telah terungkap. penyakit ini belum dapat dipastikan
mempunyai hubungan dengan faktor genetik. Namun, berbagai faktor termasuk kecendrungan
genetik bisa memengaruhi reaksi autoimun. Faktor-faktor yang berperan antara lain adalah
jenis kelamin, infeksi (Price, 1995), keturunan (Price, 1995; Noer S, 1996), dan lingkungan
(Noer S, 1996).
Agen spesifik penyebab arthritis rheumatoid belum dapat dipastikan, tetapi jelas ada
interaksi factor genetik dengan faktor lingkungan. (Maini dan Feldmann, 1998: Blab et al,
1999). Namun faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen – antibodi), factor
metabolik dan infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).
3. PATOLOGI REUMATOID ARTRITIS
 Kelainan pada synovia adalah Kelainan artitis reumatoid dimulai pada sinovia berupa
sinovitis. Pada tahap awal terjadi hiperemi dan pembengkakan pada sel -sel yang meliputi
sinovia disertai dngan infiltrasi limposit dan sel-sel plasma. Selanjutnya terjadi
pembentukan vilus berkembang ke arah ruang sendi dan terjadi nekrosis dan kerusakan
dalam ruang sendi. Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan daerah nekrosis fibrinoid
yang diliputi oleh jaringan fibroblas membentuk garis radial kearah bagian yang nekrosis.
 Kelainan pada tendo
Pada tendo terjadi tenosinovitis disertai dengan invasi kolagen yang dapat menyebabkan
ruptur tendo secara parsial atau total.
 Kelainan pada tulang.
Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :
a. Stadium I (stadium sinovitis)
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai
hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat, bengkak
dan kekakuan.
b. Stadium II (stadium destruksi)
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada
jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
c. Stadium III (stadium deformitas)
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan
gangguan fungsi secara menetap.
 Kelainan pada jaringan ekstra artikular.
Perubahan patologis yang dapat terjadi pada jaringan ekstra-artikuler adalah :
a. Otot
Pada otot terjadi miopati yang pada elektromiograf menunjukkan adanya degenerasi
serabut otot.
b. Pembuluh darah kapiler
Terjadi perubahan pada pembuluh darah sedang dan kecil berupa artritis nekrotik.
Akibatnya terjadi gangguan respon arteriol terhadap temperatur.
c. Nodul subkutan
Nodul subkutan terdiri atas unit jaringan yang nekrotik di bagian sentral dan dikelilingi
oleh lapisan sel mnonuklear yang tersusun secara radier dengan jaringan ikat yang
padat dan diinfiltrasi oleh sel-sel bulat. Nodul subkutan hanya ditemukan pada 25%
dari seluruh klien artritis reumatoid. Gambaran ektra-artikuler yang khas adalah
ditemukannya nodul subkutan yang merupakan tanda patognomonik dan ditemukan
pada 25% dari klien artritis reumatoid.
d. Kelenjar limfe
Terjadi pembesaran kelenjar limfe yang berasal dari aliran limfe sendi, hiperplasia
folikuler, peningkatan aktivitas sistem retikuloendotelial dan proliferasi jaringan ikat
yang mengakibatkan splenomegali.
e. Saraf
Pada saraf terjadi perubahan pada jaringan periuneral berupa nekrosis fokal, rekasi
epiteloid serta infiltrasi yang menyebabkan neuropati sehingga terjadi gangguan
sensoris.
f. Organ-organ Visea
Kelainan artritis reumatoid juga dapat terjadi pada organ visera seperti jantung dimana
adanya demam reumatik kemungkinan akan menyebabkan gangguan pada katub
jantung. (Muttaqin, Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskletal, 2006).

4. MANISFESTASI KLINIS REUMATOID ARTRITIS


Gejala awal terjadi pada beberapa sendi sehingga disebut poli artritis rheumatoid.
Persendian yang paling sering terkena adalah sendi tangan, pergelangan tangan, sendi lutut,
sendi siku pergelangan kaki, sendi bahu serta sendi panggul dan biasanya bersifat
bilateral/simetris. Tetapi kadang-kadang hanya terjadi pada satu sendi disebut artritis
reumatoid mono-artikular. (Chairuddin, 2003).
Kriteria dm American Rheumatism Association (ARA) yang di revisi 1987, adalah:
1. Kaku pada pagi hari (morning stiffness). Pasien merasa kaku pada persendian dan di
sekitarnya sejak bangun tidur sampai sekurang-kurangnya 1 jam sebelum perbaikan
maksimal.
2. Arthritis pada 3 daerah. Terjadi pembengkakan jaringan lunak atau persendian (soft
tissue swelling) atau lebih efusi, bukan pembesaran tulang (hyperostosis). Terjadi pada
sekurang-kurangnya 3 sendisecara bersamaan dalam observasi seorang dokter.
Terdapat 14 persendian yang memenuhi criteria, yaitu interfalang proksimal,
metakarpofalang, pergelangan tangan, siku, pergelangan kaki, dan metatarsofalang kiri
dan kanan.
3. Arthritis pada persendian tangan. Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan satu
persendian tangan seperti tertera di atas.
4. Arthritis simetris. Maksudnya keterlibatan sendi yang sama;(tidak mutlak bersifat
simetris) pada kedua sisi secara serentak (symmetrical polyartritis simultaneously).
5. Nodul rheumatoid, yaitu nodul subkutan pada penonjolan tulang atau permukaan
ektensor atau daerah jukstaartikular dalam observasi seorang dokter.
6. Faktor rheumatoid serum positif. Terdapat titer abnormal faktor rheumatoid serum
yang diperiksa dengan cara yang memberikan hasil positif kurang dari 5% kelompok
control.
7. Terdapat perubahan gambaran radiologis yang khas pada pemeriksaan sinar rontgen
tangan posteroanterior atau pergelangan tangan, yang harus menunjukkkan adanya
erosi atau dekalsifikasi tulang yang berlokalisasi pada sendi atau daerah yang
berdekatan dengan sendi.
Diagnosis artritis reumatoid ditegakkan jika sekurang-kurangnya terpenuhi 4 dari 7
kriteria di atas. Kriteria 1 sampai 4 harus terdapat minimal selama 6 minggu. (Mansjoer,
2001).
5. PATOFISOLOGI REUMATOID ARTRITIS
Sebelum memahami patofisiologi penyakit reumatik penting untuk memahami lebih
dahulu tentang anatomi normal dan fisiologi persendian diartrodial atau sinovial. Fungsi
persendian sinovial adalah gerakan. Setiap sendi sinovial memiliki kisaran gerak tertentu
kendati masing-masing orang tidak mempunyai kisaran gerak yang sama pada sendi-sendi
yang dapat digerakkan.
Pada sendi sinovial yang normal, kartilago artikuler membungkus ujung tulang pada sendi
dan menghasilkan permukaan yang licin serta ulet untuk gerakan. Membran sinovial melapisi
dinding dalam kapsula fibrosa dan mensekresikan cairan ke dalam ruangan antar-tulang.
Cairan sinovial ini berfungsi sebagai peredam kejut dan pelumas yang memungkinkan sendi
untuk bergerak secara bebas dalam arah yang tepat.
Sendi merupakan bagian tubuh yang paling sering terkena inflamasi dan degenerasi yang
terlihat pada penyakit reumatik. Inflamasi akan terjadi pada persendian sebagai sinovitis. Pada
penyakit reumatik inflamatori, inflamasi merupakan proses primer dan degenerasi yang
terjadi merupakan proses sekunder yang timbul akibat pembentukan pannus (proliferasi
jaringan sinovial). Inflamasi merupakan akibat dari respon imun.
Kartilago artikuler memainkan dua peranan mekanis yang penting dalam fisiologi sendi.
Pertama, kartilago artikuler memberikan permukaan penahan beban yang licin secara nyata,
dan bersama cairan sinovial, membuat gesekan (friksi) yang sangat rendah dalam gerakan.
Kedua, kartilago akan meneruskan beban atau tekanan pada tulang sehingga mengurangi stres
mekanis. Kartilago artikuler maupun tulang dapat normal tetapi beban (gaya yang di hasilkan
oleh berat tubuh) berlebihan pada sendi menyebabkan jaringan tersebut gagal, atau beban
pada sendi secara fisiologis masih banyak tetapi kartilago artikuler atau tulangnya tidak
normal. (muttaqin, 2005).
Pada artritis reumatoid, reaksi autoimun terutama terjadi pada jaringan sinovial. Proses
fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah
kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial, dan akhirnya membentuk
panus. Panus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang, akibatnya
menghilangkan permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena
karena serabut otot akan mengalami perubahan generatif dengan menghilangnya elastisitas
otot dan kekuatan kontraksi otot.
Pada respon imun
Antigen mengaktivasi CD4+ sel T yang menstimulasi monosit, makrofag dan syinovial
fibroblas untuk memproduksi interleukin-1, interleukin-6 dan TNF-α untuk mensekresikan
matrik metaloproteinase melalui hubungan antar sel dengan bantuan CD69 dan CD11 melalui
pelepasan mediator-mediator pelarut seperti interferon-γ dan interleukin-17. Interleukin-1,
interlukin-6 dan TNF-α merupakan kunci terjadinya inflamasi pada rheumatoid arthritis.
Aktifasi CD4+ sel T juga menstimulasi sel B melalui kontak sel secara langsung dan ikatan
dengan α1β2 integrin, CD40 ligan dan CD28 untuk memproduksi immunoglobulin meliputi
rheumatoid faktor. Sebenarnya fungsi dari rhumetoid faktor ini dalam proses patogenesis
reumatoid artritis tidaklah diketahui secara pasti, tapi kemungkinan besar reumatoid faktor
mengaktiflkan berbagai komplemen melalui pembentukan immun kompleks.aktifasi CD4+
sel T juga mengekspresikan osteoclastogenesis yang secara keseluruhan ini menyebabkan
gangguan sendi. Aktifasi makrofag, limfosit dan fibroblas juga menstimulasi angiogenesis
sehingga terjadi peningkatan vaskularisasi yang ditemukan pada synovial penderita reumatoid
artritis.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG REUMATOID ARTRITIS
Tidak banyak berperan dalam diagnosis artritis reumatoid, namun dapat menyokong bila
terdapat keraguan atau untuk melihat prognosis pasien. Pada pemeriksaan laboraturium
terdapat:
 Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien artritis reumatoid terutama bila
masih aktif. Sisanya dapat dijumpai pada pasien lepra, tuberkulosis paru, sirosis hepatis,
hepatitis infeksiosa, lues, endokarditis bakterialis, penyakit kolagen, dan sarkoidosis.
 Protein C-reaktif biasanya positif.
 LED meningkat.
 Leukosit normal atau meningkat sedikit.
 Anemia normositik hipokrom akibat adanya inflamasi yang kronik.
 Trombosit meningkat.
 Kadar albumin serum turun dan globulin naik.
Pada pemeriksaan rotgen, semua sendi dapat terkena, tapi yang tersering adalah sendi
metatarsofalang dan biasanya simetris. Sendi sakroiliaka jugasering terkena. Pada awalnya
terjadi pembengkakan jaringan lunak dan demineralisasi juksta artikular. Kemudian terjadi
penyempitan ruang sendi dan erosi. (Mansjoer, 2001).
Gambar RA rontgen :
7. PENATALAKSANAAN/PENGOBATAN REUMATOID ARTRITIS
Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi nyeri, mengurangi inflamasi,
menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan fungsi dan kemampuan mobilisasi
penderita.
Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain :
a. Pemberian terapi
Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin untuk mengurangi nyeri
dan proses inflamasi, NSAIDs untuk mengurangi inflamasi, pemberian corticosteroid
sistemik untuk memperlambat destruksi sendi dan imunosupressive terapi untuk
menghambat proses autoimun.
b. Pengaturan aktivitas dan istirahat
Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal penting untuk
mengurangi gejala penyakit. Pembebatan sendi yang terkena dan pembatasan gerak yang
tidak perlu akan sangat membantu dalam mengurangi progresivitas inflamasi. Namun
istirahat harus diseimbangkan dengan latihan gerak untuk tetap menjaga kekuatan otot
dan pergerakan sendi.
c. Kompres panas dan dingin
Kompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan efek analgesic dan relaksan
otot. Dalam hal ini kompres hangat lebih efektive daripada kompres dingin.
d. Diet
Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur dietnya. Diet yang
disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan.
Mengkonsumsi makanan seperti tahu untuk pengganti daging, memakan buah beri untuk
menurunkan kadar asam urat dan mengurangi inflamasi.
e. Hindari makanan yang banyak mengandung purin seperti bir dari minuman beralkohol,
ikan anchovy, sarden, herring, ragi, jerohan, kacang-kacangan, ekstrak daging, jamur,
bayam, asparagus, dan kembangkol karena dapat menyebabkan penimbunan asam urat
Banyak minum air untuk membantu mengencerkan asam urat yang terdapat dalam darah
sehingga tidak tertimbun di sendi. (NANDA, 2013).
f. Gizi
Pemenuhan gizi pada atritis reumatoid adalah untuk mencapai dan mempertahankan
status gizi yang optimal serta mengurangi peradangan pada sendi. Adapun syarat–syarat
diet atritis rheumatoid adalah protein cukup, lemak sedang, cukup vitamin dan mineral,
cairan disesuaikan dengan urine yang dikeluarkan setiap hari. Rata–rata asupan cairan
yang dianjurkan adalah 2 – 2 ½ L/hari, karbohidrat dapat diberikan lebih banyak yaitu 65
– 75% dari kebutuhan energi total.
g. Pembedahan
Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah mencapai tahap akhir.
Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk menstabilkan sendi, arthoplasty atau
total join replacement untuk mengganti sendi.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN.J DENGAN REUMATOID ARTRITIS
A. Pengkajian Keperawatan
Tanggal pengkajian :
1. Identitas klien/ Data Biografi
Nama : Tn.J
Alamat : Jl. Ir.Juanda Mammuju
Tempat dan tanggal lahir : 31 Desember 1971
Pendidikan terakhir : S1
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin

2. Keluhan utama
Keluhan klien : Nyeri akut
Riwayat keluhan utama: klien masuk di RS IbnuSina sejak Tgl 07-mei-2018 dengan keluhan
P: Klien mengatakan nyeri
Q: Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk dan hilang timbul
R: pada pergelangan kaki kanan, lutut kanan dan kiri, serta pergelangan tangan kiri
S: Skala nyeri 5 (0-10)
T: Klien mengatakan ngilu pada sendi jika cuaca dingin
Klien mengatakan keluhan ini sudah dialami klien sejak 4 bulan yang lalu dan memberat sejak 1
minggu terakhir
3. Alergi (catatan agen dan reaksi spesifik)
Obat-obatan :-
Makanan :-
Faktor lingkungan :cuaca (bersin-bersin)
4. Penyakit yang diderita
Hipertensi :-
Reumatik : ya
Asma :-
Demensia :-
Jatung :-
Katarak :-
Lai-lain, sebutkan bila ada : maag.
5. Riwayat pekerjaan
Pekerjaan saat ini : Guru
Alamat pekerjaan : Mamuju
Jarak dari rumah : ± 1 km
Alat transportasi : motor
6. Status Kesehatan
Status kesehatan umum selama setahun lalu : tidak ada
Status kesehatan selama 5 tahun yang lalu : riwayat opname dengan keluhan yang sama

7. Aktivitas Hidup Sehari-hari (ADL)


Oksigenasi : Pernafasan normal 20x/m
Cairan dan elektrolit : 2 botol ± 2000 L/h
Nutrisi : makan 3x, Nasi, lauk-lauk, tidak ada pantangan
Eliminasi : BAK : lancar, 5-6x/hari( selain hari berpuasa)
BAB : lancar , 1-2x/hari
Aktivitas : Mengajar
Istirahat dan tidur : malam : tidak tertentu( ± 5jam) Siang : jarang (± 1 jam)
Personal Hygiene : mandi : 2x, cuci rambut tiap hati
Seksual : -
Rekreasi :
8. Psikologis
Persepsi klien :-
Konsep diri : Baik
Emosi : stabil
Adaptasi : Baik tapi jarang keluar rumah
Mekanisme pertahanan diri : Baik
B. Pengkajian
Keadaan umum : Baik
Tingkat kesadaran : composmentis
Gaslow Coma Scale (GCS) : 15
Verbal :5
Psikomotor :6
Mata :4
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 82 x/m
Suhu : 36.5 º C
Respirasi : 20x/m
Pemeriksaan fisik :
a) Kepala dan rambut
inspeksi :Bentuk kepala brachiocephalus, jenis rambut ikal, warna rambut sudah
beruban, kulit kepala bersih, tidak tampak adanya lesi atau benjolan.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
b) Telinga
Inspeksi : keadaan telinga bersih, tidak ada otore, tidak tampak adanya serumen.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada tulang mastoid
c) Mata
Inspeksi : Bentuk mata bulat, pupil isokoria kanan dan kiri, konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterus, palpebra tidak edema, tidak menggunakan kaca mata.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
d) Mulut dan tenggorokan
Inspeksi : Bibir warna kecoklatan, keadaan gigi bersih, tidak terdapat karies,tidak
terdapat stomatitis, fungsi menelan dan menguyah baik, tidak ada
pembengkakan pada tonsil, mukosa mulut kering.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada maksilaris dan mandibularis.
e) Leher
Inspeksi :Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak terdapat lesi, tidak nampak
adanya distensi vena jugularis.
Palpasi :ateri carotis teraba denyutannya, tidak ada nyeri tekan pada arteri carotis, dan
tidak ada benjolan atau lesi, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran pada
vena jugularis
f) Hidung
Inspeksi : tidak nampak adanya deviasi , tidak ada polip, tidak terdapat benjolan,
tidak ada pengeluaran cairan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
g) Dada
1) Jantung
Inspeksi : Bentuk dada datar, simetris kiri dan kanan, gerakan dada sesuai, tidak ada
benjolan.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : tidak ada kelainan
Auskultasi : tidak ada kelainan
2. Paru
Inspeksi : Bentuk dada datar, tidak ada kelainan, simetris kiri dan kanan.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, fremitus vocal simetris kanan dan
kiri sama.
Perkusi : tidak ada kelainan
Auskultasi : tidak ada kelainan
h) Abdomen
Inspeksi : Simetris kiri dana kanan, perut datar, tidak terdapat lesi,
tidak ada bekas jahitan,warna kulit sawo matang , tidak ada lesi pada setiap kuadran pada
abdomen
Auskultasi : tidak ada kelainan
Perkusi : tidak ada kelainan
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
i) Eksremitas Atas
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, jari tangan lengkap, kuku bersih, tidak ada
edema,pergerakkan tangan baik
Palpasi :Refleks bisep mampu melakukan pergerakan tangan., refleks trisep mampu
melakukan pergerakan tangan dengan menahan takanan bisep.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
j) Eksremitas Bawah
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, kuku jari bersih, tidak ada luka, jumlah jari lengkap
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Refleks patela mampu menekuk kaki
k) Kulit
Inspeksi : Keadaan kulit tidak ada sianosis, tidak ada luka, warna
kulit sawo matang, kulit nampak keriput.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada kulit, suhu kulit dingin, CRT > 3detik. Turgor
kulit elastisitas
C. Pemeriksaan Penunjang
Foto manus dextra
Kesan: sesuai dengan rheumatoid arthritis manus bilateral

D. Pengumpulan Data
 Klien mengatakan nyeri pada pergelangan kaki kanan, lutut kanan dan kiri, serta pergelangan
tangan kiri
 Klien mengatakan ngilu pada sendi jika cuaca dingin
 Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk.
 Klien mengatakan nyeri hilang timbul
 Skala nyeri 5 (0-10) nyeri sedang.
 Foto manus dextra
Kesan: sesuai dengan rheumatoid arthritis manus bilateral
C. Klasifikasi data
DS :
 Klien mengatakan nyeri pada pergelangan kaki kanan, lutut kanan dan kiri, serta pergelangan
tangan kiri
 Klien mengatakan ngilu pada sendi jika cuaca dingin
 Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk.
 Klien mengatakan nyeri hilang timbul
DO :
 Skala nyeri 5 (0-10) nyeri sedang.

D. Analisa Data
No Data Etiologi problem
1. DS : Stimulasi Nyeri
1. Klien mengatakan nyeri pada antigen

pergelangan kaki kanan, lutut Sel T Aktif


kanan dan kiri, serta pergelangan
tangan kiri Proliferasi sel T &
Sel B
2. Klien mengatakan ngilu pada sendi
jika cuaca dingin Antibodi/ sel-sel
3. Klien mengatakan nyeri seperti plasma

ditusuk-tusuk.
Kompleks imun:
4. Klien mengatakan nyeri hilang
antigen-antibodi
timbul
Reaksi inflamasi
DO :
Pelepasan
1. Skala nyeri 5 (0-10) nyeri sedang. mediator kimia
(Prostaglandin,
bradikinin,
Histamin)

Merangsang
nosiseptor

Diteruskan kesaraf
aferen

Kepintu spinal
cord

Diteruskan
kepusat relai
(Thalamus )

Dipersepsikan
dicortex cerebri

Nyeri
E. Prioritas Masalah
1. Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan atau proses inflamasi destruksi
sendi yang ditandai dengan :
DS :
 Klien mengatakan nyeri pada pergelangan kaki kanan, lutut kanan dan kiri, serta pergelangan
tangan kiri
 Klien mengatakan ngilu pada sendi jika cuaca dingin
 Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk.
 Klien mengatakan nyeri hilang timbul
DO :
 Skala nyeri 5 (0-10) nyeri sedang.
F. Proses keperawatan
Perencanaan
No Diagnosa kep Implementasi Evaluasi
Tujuan dan KH Intervensi Rasional
1.1. Nyeri berhubungan dengan distensi Setelah dilakukan 1. Kaji 1. Membantu 1. mengkaji keluhan nyeri S:
jaringan oleh akumulasi cairan atau keluhan nyeri, menentukan dengan kualitas sedang,
tindakan Klien
proses inflamasi destruksi sendi yang kualitas, kebutuhan skala nyeri 5 faktor yang
mengatakan
ditandai dengan : keperawatan 1 x 60 lokasi menejemen pendukung timbulnya nyeri
nyeri berkurang
DS : intensitas nyeri dan yaitu udara dingin.
menit, diharapkan .
 Klien mengatakan nyeri pada ( skala 0-10) keefektifan
O:
pergelangan kaki kanan, lutut kanan nyeri berkurang dan waktu . program.
Skala nyeri 2
dan kiri, serta pergelangan tangan kiri catat faktor
dengan kriteria
 Klien mengatakan ngilu pada sendi yang
jika cuaca dingin hasil : mempercepat
A:
 Klien mengatakan nyeri seperti a. Menunjukkan nyeri
dan tanda rasa
ditusuk-tusuk. sakit
hilang/terkontrol Tujuan tercapai
 Klien mengatakan nyeri hilang timbul b. Terlihat rileks,
nonverbal 2. Menganjurkan untuk seirng
sebagian
DO : mengubah posisi saat
dapat tidur atau
 Skala nyeri 5 (0-10) nyeri sedang. ditempat tidur ( mika-miki &
beristirahat dan
terlentang) serta pada saat
berpartisipasi P:
duduk
dalam aktivitas Pertahankan
2. Anjurkan 2. Penyakit
sesuai kemampuan. intervensi.
sering mengu berat
c. Menggabungkan
bah posisi. /eksaserbasi,
keterampilan
Bantu tirah baring
relaksasi dan
bergerak diperlukan
aktifitas hiburan
ditempat untuk
kedalam program
tidur, sokong membatasi
kontrol/nyeri.
sendi yang nyeri/cedera 20.20
sakit diatas sendi.
dan dibawah,
serta hindari 3. Mengajurkan mandi air
gerakan hangat pada waktu bangun
menyentak. tidur.

3. Anjurkan
mandi air 3.Mencegah
hangat/pancur terjadinya
an pada waktu kelelahan
bangun. umum dan
Sediakan kekakuan
waslap hangat sendi.
untuk Menstabilkan
mengompres sendi serta
sendi yang mengurangi 20.25
sakit beberapa gerakan dan 4. Menganjurkan pasien
kali sehari rasa sakit pada untuk melakukan masase
sendi. yang lembut pada daerah
sendi yang nyeri.

4. Anjurkan 4.Panas
untuk meningkatkan
melakukan relaksasi otot
masase yang dan mobilitas,
lembut pada menurunkan
daerah sendi rasa sakit dan
yang nyeri. kekakuan
dipagi hari.
Sensitivitas
pada panas 20.40
dapat hilang 5. Menganjurkan untuk
dan luka menggunakan teknik
manajemen stress misalnya
dermal dapat dengan sentuhan terapeutik
sembuh. misalnya dengan masase.

5. Anjurkan 5.Meningkatka
untuk n relaksasi atau
menggunakan mengurangi
teknik ketegangan
menejemen otot.
stress, misal,
relaksasi 20.55
progresif dan 6. Melibatkan pasien dalam
distraksi, aktifitas liburan seperti
sentuhan rekreasi di hari minggu.
terapeutik,
biofeetback,
visualisasi,
pedoman
imajinasi,
hipnotis diri,
dan
pengendalian
nafas.
6.Meningkatka
6. Libatkan n relaksasi,
dalam memberikan
aktifitas rasa kontrol,
liburan yang dan
sesuai dengan meningkatkan
situasi kemampuan
individu. koping.
PENUTUP
KESIMPULAN
Artritis reumatoid adalah penyakit inflamasi non-bakterial yang bersifat sistemik,
progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris.
Artritis reumatoid adalah gangguan kronik yang menyerang berbagai sistem organ. Penyakit
ini adalah salah satu dan sekelompok penyakit jaringan penyambung difus yang diperantai
oleh imunitas dan tidak diketahui sebab-sebabnya. Biasanya terjadi destrukti sendi progesif,
walaupun episode peradangan sendi dapat mengalami masa remisi.
Artritis reumatoid merupakan inflamasi kronik yang paling sering ditemukan pada
sendi. Insiden puncak adalah antara usia 40 hingga 60 tahun, lebih sering pada wanita daripada
pria dengan perbandingan 3 : 1. Penyakit ini menyerang sendi-sendi kecil pada tangan,
pergelangan kaki dan sendi-sendi besar dilutut, panggul serta pergelangan
tangan. (Muttaqin, 2006).
Tujuan pengobatan adalah menghasilkan dan mempertahankan remisi atau sedapat
mungkin berusaha menekan aktivitas penyakit tersebut.Tujuan utama dari program terapi
adalah meringankan rasa nyeri dan peradangan, mempertahankan fungsi sendi dan mencegah
dan/atau memeperbaiki deformitas.
DAFTAR PUSTAKA

Bilotta, Kimberly A.J. 2011. Kapita Selekta Penyakit dengan Implikasi Keperawatan Edisi
2. Jakarta: EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3. Jakarta: EGC.

Doenges, E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Kusuma, Hardhi dan Amin Huda N. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA NIC-
NOC Edisi Revisi Jilid 2 2013. Yogyakarta: Media hardy.

Lukman dan Nurna Ningsih. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskletal. Jakarta: Salemba Medika.

Mansjoer, arif. Dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media aesculapius.

Muttaqin, arif. 2005. Ringkasan Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Banjarmasin: Unpublished.

Muttaqin, arif. 2006. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem


Muskuloskeletal. Banjarmasin: Unpublished.

Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal BedahEdisi 8.
Jakarta: EGC.

http://en.m.wikipedia.org/wiki/Rheumatoidarthritis

Anda mungkin juga menyukai