RHEUMATOID ARTRITIS
A. PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin
meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada
semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem
muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya
beberapa golongan reumatik. Salah satu golongan penyakit reumatik yang sering menyertai
usia lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah reumatoid artritis.
Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia
manusia.
Menguntip pendapat Sjamsuhidajat (1997), artritis reumatoid merupakan penyakit
autoimun dari jaringan ikat terutama sinovial dan kausanya multifaktor. Penyakit ini
ditemukan pada semua sendi dan sarung sendi tendon, tetapi paling sering di tangan. Selain
menyerang sendi tangan, dapat pula menyerang sendi siku, kaki, pergelangan kaki dan lutut.
Artritis kronik yang terjadi pada anak yang menyerang satu sendi atau lebih, dikenal dengan
artitis reumatoid juvenil.
Biasanya reumatoid artritis timbul secara sistemik. Gejala yang timbul berupa nodul
subkutan yang terlihat pada 30% penderita. Nodul sering terdapat di ekstremitas atas dan
tampak sebagai vaskulitis reumatoid, yang merupakan manisfestasi ekstraartikuler. Bila
penyakit ini terjadi bukan pada sendi, seperti bursa, sarung tendon, dan lokasi lainnya
dinamakan reumatoid ektraarikuler.
Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom dan
golongan penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma reumatik cukup banyak, namun
semuanya menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut kesepakatan para ahli di bidang
rematologi, reumatik dapat terungkap sebagai keluhan atau tanda. Dari kesepakatan,
dinyatakan ada tiga keluhan utama pada sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa
kaku) dan kelemahan, serta adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan sendi., kelemahan
otot, dan gangguan gerak. (Soenarto, 1982).
Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari kanak – kanak sampai usia lanjut, atau
sebagai kelanjutan sebelum usia lanjut. Pucak dari reumatoid artritis terjadi pada umur
dekade keempat, dan penyakit ini terdapat pada wanita 3 kali lebih sering dari pada laki- laki.
Terdapat insiden familial ( HLA DR-4 ditemukan pada 70% pasien ).
Untuk itu akan dibahas lebih lanjut pada makalah tentang asuhan keperawatan pada
klien dengan reumatoid artritis.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. PENGERTIAN REUMATOID ARTRITIS
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti sendi. Kedua,
itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi. Sedangkan
rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi
tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan
seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Gordon, 2002).
Artritis reumatoid adalah penyakit inflamasi non-bakterial yang bersifat sistemik,
progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris.
Artritis reumatoid adalah gangguan kronik yang menyerang berbagai sistem organ. Penyakit
ini adalah salah satu dan sekelompok penyakit jaringan penyambung difus yang diperantai
oleh imunitas dan tidak diketahui sebab-sebabnya. Biasanya terjadi destrukti sendi progesif,
walaupun episode peradangan sendi dapat mengalami masa remisi.
Artritis reumatoid merupakan inflamasi kronik yang paling sering ditemukan pada
sendi. Insiden puncak adalah antara usia 40 hingga 60 tahun, lebih sering pada wanita daripada
pria dengan perbandingan 3 : 1. Penyakit ini menyerang sendi-sendi kecil pada tangan,
pergelangan kaki dan sendi-sendi besar dilutut, panggul serta pergelangan tangan. (Muttaqin,
2006)
Arthritis rheumatoid adalah penyakit sistemik dengan gejala ekstra–
artikuler. (Smeltzer, 2001).
Reumatoid Artritis (RA) adalah suatu penyakit inflamasi kronis yang menyebabkan
degenerasi jaringan penyambung. Jaringan penyambung yang biasanya mengalami kerusakan
pertama kali adalah membran sinovial, yang melapisi sendi. Pada RA, inflamasi tidak
berkurang dan menyebar ke struktur sendi disekitarnya, termasuk kartilago artikular dan
kapsul sendi fibrosa. Akhirnya, ligamen dan tendon mengalami. Inflamasi ditandai oleh
akumulasi sel darah putih, aktivasi komplemen, fagositosis ekstensif, dan pembentukan
jaringan parut. Pada inflamasi kronis, membran sinovial mengalami hipertropi dan menebal
sehingga menyumbat aliran darah dan lebih lanjut menstimulasi nekrosis sel dan respon
inflamasi. Sinovium yang menebal menjadi ditutup oleh jaringan granular inflamasi yang
disebut panus. Panus dapat menyebar ke seluruh sendi sehingga menyebabkan inflamasi dan
pembentukan jaringan parut lebih lanjut. Proses ini secara lambat merusak tulang dan
menimbulkan nyeri hebat serta deformitas. (Corwin, 2009).
Klasifikasi Rheumatoid Arthritis :
Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:
1. Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang
harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
2. Rheumatoid arthritis defisit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang
harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
3. Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi
yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
4. Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi
yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.
2. Keluhan utama
Keluhan klien : Nyeri akut
Riwayat keluhan utama: klien masuk di RS IbnuSina sejak Tgl 07-mei-2018 dengan keluhan
P: Klien mengatakan nyeri
Q: Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk dan hilang timbul
R: pada pergelangan kaki kanan, lutut kanan dan kiri, serta pergelangan tangan kiri
S: Skala nyeri 5 (0-10)
T: Klien mengatakan ngilu pada sendi jika cuaca dingin
Klien mengatakan keluhan ini sudah dialami klien sejak 4 bulan yang lalu dan memberat sejak 1
minggu terakhir
3. Alergi (catatan agen dan reaksi spesifik)
Obat-obatan :-
Makanan :-
Faktor lingkungan :cuaca (bersin-bersin)
4. Penyakit yang diderita
Hipertensi :-
Reumatik : ya
Asma :-
Demensia :-
Jatung :-
Katarak :-
Lai-lain, sebutkan bila ada : maag.
5. Riwayat pekerjaan
Pekerjaan saat ini : Guru
Alamat pekerjaan : Mamuju
Jarak dari rumah : ± 1 km
Alat transportasi : motor
6. Status Kesehatan
Status kesehatan umum selama setahun lalu : tidak ada
Status kesehatan selama 5 tahun yang lalu : riwayat opname dengan keluhan yang sama
D. Pengumpulan Data
Klien mengatakan nyeri pada pergelangan kaki kanan, lutut kanan dan kiri, serta pergelangan
tangan kiri
Klien mengatakan ngilu pada sendi jika cuaca dingin
Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk.
Klien mengatakan nyeri hilang timbul
Skala nyeri 5 (0-10) nyeri sedang.
Foto manus dextra
Kesan: sesuai dengan rheumatoid arthritis manus bilateral
C. Klasifikasi data
DS :
Klien mengatakan nyeri pada pergelangan kaki kanan, lutut kanan dan kiri, serta pergelangan
tangan kiri
Klien mengatakan ngilu pada sendi jika cuaca dingin
Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk.
Klien mengatakan nyeri hilang timbul
DO :
Skala nyeri 5 (0-10) nyeri sedang.
D. Analisa Data
No Data Etiologi problem
1. DS : Stimulasi Nyeri
1. Klien mengatakan nyeri pada antigen
ditusuk-tusuk.
Kompleks imun:
4. Klien mengatakan nyeri hilang
antigen-antibodi
timbul
Reaksi inflamasi
DO :
Pelepasan
1. Skala nyeri 5 (0-10) nyeri sedang. mediator kimia
(Prostaglandin,
bradikinin,
Histamin)
Merangsang
nosiseptor
Diteruskan kesaraf
aferen
Kepintu spinal
cord
Diteruskan
kepusat relai
(Thalamus )
Dipersepsikan
dicortex cerebri
Nyeri
E. Prioritas Masalah
1. Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan atau proses inflamasi destruksi
sendi yang ditandai dengan :
DS :
Klien mengatakan nyeri pada pergelangan kaki kanan, lutut kanan dan kiri, serta pergelangan
tangan kiri
Klien mengatakan ngilu pada sendi jika cuaca dingin
Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk.
Klien mengatakan nyeri hilang timbul
DO :
Skala nyeri 5 (0-10) nyeri sedang.
F. Proses keperawatan
Perencanaan
No Diagnosa kep Implementasi Evaluasi
Tujuan dan KH Intervensi Rasional
1.1. Nyeri berhubungan dengan distensi Setelah dilakukan 1. Kaji 1. Membantu 1. mengkaji keluhan nyeri S:
jaringan oleh akumulasi cairan atau keluhan nyeri, menentukan dengan kualitas sedang,
tindakan Klien
proses inflamasi destruksi sendi yang kualitas, kebutuhan skala nyeri 5 faktor yang
mengatakan
ditandai dengan : keperawatan 1 x 60 lokasi menejemen pendukung timbulnya nyeri
nyeri berkurang
DS : intensitas nyeri dan yaitu udara dingin.
menit, diharapkan .
Klien mengatakan nyeri pada ( skala 0-10) keefektifan
O:
pergelangan kaki kanan, lutut kanan nyeri berkurang dan waktu . program.
Skala nyeri 2
dan kiri, serta pergelangan tangan kiri catat faktor
dengan kriteria
Klien mengatakan ngilu pada sendi yang
jika cuaca dingin hasil : mempercepat
A:
Klien mengatakan nyeri seperti a. Menunjukkan nyeri
dan tanda rasa
ditusuk-tusuk. sakit
hilang/terkontrol Tujuan tercapai
Klien mengatakan nyeri hilang timbul b. Terlihat rileks,
nonverbal 2. Menganjurkan untuk seirng
sebagian
DO : mengubah posisi saat
dapat tidur atau
Skala nyeri 5 (0-10) nyeri sedang. ditempat tidur ( mika-miki &
beristirahat dan
terlentang) serta pada saat
berpartisipasi P:
duduk
dalam aktivitas Pertahankan
2. Anjurkan 2. Penyakit
sesuai kemampuan. intervensi.
sering mengu berat
c. Menggabungkan
bah posisi. /eksaserbasi,
keterampilan
Bantu tirah baring
relaksasi dan
bergerak diperlukan
aktifitas hiburan
ditempat untuk
kedalam program
tidur, sokong membatasi
kontrol/nyeri.
sendi yang nyeri/cedera 20.20
sakit diatas sendi.
dan dibawah,
serta hindari 3. Mengajurkan mandi air
gerakan hangat pada waktu bangun
menyentak. tidur.
3. Anjurkan
mandi air 3.Mencegah
hangat/pancur terjadinya
an pada waktu kelelahan
bangun. umum dan
Sediakan kekakuan
waslap hangat sendi.
untuk Menstabilkan
mengompres sendi serta
sendi yang mengurangi 20.25
sakit beberapa gerakan dan 4. Menganjurkan pasien
kali sehari rasa sakit pada untuk melakukan masase
sendi. yang lembut pada daerah
sendi yang nyeri.
4. Anjurkan 4.Panas
untuk meningkatkan
melakukan relaksasi otot
masase yang dan mobilitas,
lembut pada menurunkan
daerah sendi rasa sakit dan
yang nyeri. kekakuan
dipagi hari.
Sensitivitas
pada panas 20.40
dapat hilang 5. Menganjurkan untuk
dan luka menggunakan teknik
manajemen stress misalnya
dermal dapat dengan sentuhan terapeutik
sembuh. misalnya dengan masase.
5. Anjurkan 5.Meningkatka
untuk n relaksasi atau
menggunakan mengurangi
teknik ketegangan
menejemen otot.
stress, misal,
relaksasi 20.55
progresif dan 6. Melibatkan pasien dalam
distraksi, aktifitas liburan seperti
sentuhan rekreasi di hari minggu.
terapeutik,
biofeetback,
visualisasi,
pedoman
imajinasi,
hipnotis diri,
dan
pengendalian
nafas.
6.Meningkatka
6. Libatkan n relaksasi,
dalam memberikan
aktifitas rasa kontrol,
liburan yang dan
sesuai dengan meningkatkan
situasi kemampuan
individu. koping.
PENUTUP
KESIMPULAN
Artritis reumatoid adalah penyakit inflamasi non-bakterial yang bersifat sistemik,
progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris.
Artritis reumatoid adalah gangguan kronik yang menyerang berbagai sistem organ. Penyakit
ini adalah salah satu dan sekelompok penyakit jaringan penyambung difus yang diperantai
oleh imunitas dan tidak diketahui sebab-sebabnya. Biasanya terjadi destrukti sendi progesif,
walaupun episode peradangan sendi dapat mengalami masa remisi.
Artritis reumatoid merupakan inflamasi kronik yang paling sering ditemukan pada
sendi. Insiden puncak adalah antara usia 40 hingga 60 tahun, lebih sering pada wanita daripada
pria dengan perbandingan 3 : 1. Penyakit ini menyerang sendi-sendi kecil pada tangan,
pergelangan kaki dan sendi-sendi besar dilutut, panggul serta pergelangan
tangan. (Muttaqin, 2006).
Tujuan pengobatan adalah menghasilkan dan mempertahankan remisi atau sedapat
mungkin berusaha menekan aktivitas penyakit tersebut.Tujuan utama dari program terapi
adalah meringankan rasa nyeri dan peradangan, mempertahankan fungsi sendi dan mencegah
dan/atau memeperbaiki deformitas.
DAFTAR PUSTAKA
Bilotta, Kimberly A.J. 2011. Kapita Selekta Penyakit dengan Implikasi Keperawatan Edisi
2. Jakarta: EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3. Jakarta: EGC.
Kusuma, Hardhi dan Amin Huda N. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA NIC-
NOC Edisi Revisi Jilid 2 2013. Yogyakarta: Media hardy.
Lukman dan Nurna Ningsih. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskletal. Jakarta: Salemba Medika.
Muttaqin, arif. 2005. Ringkasan Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Banjarmasin: Unpublished.
Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal BedahEdisi 8.
Jakarta: EGC.
http://en.m.wikipedia.org/wiki/Rheumatoidarthritis