Anda di halaman 1dari 24

Nama :POPI SELVIA

Nim :C1814201072

Kelas :2A S1 Keperawatan

Matkul :Keperawatan Medikal Bedah 2

LAPORAN PENDAHULUAN

RHEUMATHOID ARTRITRIS

A. DEFINISI RHEUMATHOID ARTRITRIS


Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit autoimun yang
etiologinya belum diketahui dan ditandai oleh sinovitis erosif yang
simetris dan pada beberapa kasus disertai keterlibatan jaringan
ekstraartikular. Perjalanan penyakit RA ada 3 macam yaitu monosiklik,
polisiklik dan progresif. Sebagian besar kasus perjalananya kronik
kematian dini (Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia,2014).
Kata arthritis berasal dari bahasa Yunani, “arthon” yang berarti
sendi, dan “itis” yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti
radang pada sendi. Sedangkan Rheumatoid Arthritis adalah suatu penyakit
autoimun dimana persendian (biasanya tangan dan kaki) mengalami
peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali
menyebabkan kerusakan pada bagian dalam sendi (Febriana,2015).
Penyakit ini sering menyebabkan kerusakan sendi, kecacatan dan banyak
mengenai penduduk pada usia produktif sehingga memberi dampak sosial
dan ekonomi yang besar. Diagnosis dini sering menghadapai kendala
karena pada masa dini sering belum didapatkan gambaran karakteristik
yang baru akan berkembang sejalan dengan waktu dimana sering sudah
terlambat untuk memulai pengobatan yang adekuat (Febriana,2015).
Artritis Reumatoid atau Rheumatoid arthritis (RA) adalah
penyakit autoimun sistemik (Symmons, 2006). RA merupakan salah satu
kelainan multisistem yang etiologinya belum diketahui secara pasti dan
dikarateristikkan dengan destruksi sinovitis (Helmick, 2008). Penyakit ini
merupakan peradangan sistemik yang paling umum ditandai dengan
keterlibatan sendi yang simetris (Dipiro, 2008). Penyakit RA ini
merupakan kelainan autoimun yang menyebabkan inflamasi sendi yang
berlangsung kronik dan mengenai lebih dari lima sendi (poliartritis)
(Pradana, 2012).
Diperkirakan sekitar dua puluh sampai tiga puluh ribu orang di
Hong Kong menderita berbagai jenis rematik. Menurut statistik Otoritas
Rumah Sakit (HA), ada lebih dari 11.800 kasus tindak lanjut rematik di
Klinik Rawat Jalan Spesialis (SOPC) antara tahun 2004 dan 2006, lebih
dari 40% di antaranya adalah rheumatoid arthritis (RA). RA adalah
penyakit kronis yang tidak hanya mempengaruhi berbagai sendi yang
mengakibatkan pembengkakan, nyeri, kekakuan dan deformasi, tapi juga
merusak organ tubuh termasuk otot, jantung, paru-paru, kulit, pembuluh
darah dan saraf.
Kurangnya perawatan yang tepat akan berakibat pada
kemerosotan bertahap dan bahkan kematian. Menurut statistik HA, risiko
kematian pasien RA adalah tiga sampai empat kali lipat dari orang normal.
Tingkat kematian meningkat sebanding dengan jumlah sendi yang rusak.
Saat ini, tidak ada obat untuk rheumatoid arthritis. Namun, perawatan
yang tepat dan tepat dapat secara efektif meringankan kondisi dan
mengurangi kerusakan pada sendi dan jaringan tubuh, memungkinkan
pasien untuk melanjutkan kehidupan dan pekerjaan sehari-hari

B. TANDA DAN GEJALARHEUMATHOID ARTRITRIS


Rheumatoid Arthritis tergolong penyakit autoimun. Meski
penyebab kondisi autoimun tersebut belum dapat diketahui secara pasti,
namun diduga kondisi ini dapat terjadi karena faktor genetik.
Penderita rheumatoid arthritis biasanya memiliki riwayat keluarga
dengan penyakit yang sama. Di sisi lain, dokter juga menyangka faktor
lingkungan atau paparan bahan kimia dapat memicu terjadinya kondisi ini.
Ada beberapa keluhan pada sendi yang dirasakan oleh penderita
antara lain:
1. Nyeri sendi
2. Sendi bengkak
3. Sendi kemerahan
4. Terasa hangat dan kaku ( terutama pada pagi hari atau setelah lama
tidak di gerakan.)
Keluhan pada sendi ini biasanya berawal dari sendi di kaki,sehingga dapat
menimbulkan keluhan.
1. Nyeri pada pergelangan kaki saat berjalan di tanjakan.
2. Nyeri pada tumit dan tulang saat berjalan d atas tanah yang tidak rata.
3. Perubahan bentuk telapak kaki sehingga sulit memakai sepatu, serta
bentuk jari kaku dan kuku kaki.
Rheumatoid arthritis merupakan peradangan yang bersifat kronis
atau jangka panjang, dan dapat kambuh kembali setelah menghilang
selama beberapa saat. Selain gejala pada sendi, penderita rheumatoid
arthritis juga dapat merasakan gejala di bagian tubuh yang lain, yaitu pada
mata berupa mata kering, serta pada jantung dan paru-paru berupa nyeri
dada.

C. KLASIFIKASI RHEUMATHOID ARTRITRIS


Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi 4
tipe, yaitu:
1. Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda
dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit
dalam waktu 6 minggu.
2. Rheumatoid arthritis defisit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda
dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit
dalam waktu 6 minggu.
3. Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria
tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling
sedikit dalam waktu 6 minggu.
4. Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda
dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit
dalam waktu 3 bulan.

Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :


1. Stadium sinovitis, pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan
sinovial yang ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat
bergerak maupun istirahat, bengkak dan kekakuan.
2. Stadium destruksi, pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada
jaringan sinovial terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai
adanya kontraksi tendon.
3. Stadium deformitas, pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif
dan berulang kali, deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.

D. ETIOLOGIRHEUMATHOID ARTRITRIS
Penyebab Rheumatoid Arthritis belum diketahui dengan pasti.
Namun, kejadiannya dikorelasikan dengan interaksi yang kompleks antara
faktor genetik dan lingkungan (Suarjana, 2009.)
1. Genetik, berupa hubungan dengan gen HLA-DRB1 dan faktor ini
memiliki angka kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60%
(Suarjana, 2009).
2. Hormon Sex, perubahan profil hormon berupa stimulasi dari Placental
Corticotraonin Releasing Hormone yang mensekresi
dehidropiandrosteron (DHEA), yang merupakan substrat penting
dalam sintesis estrogen plasenta. Dan stimulasi esterogen dan
progesteron pada respon imun humoral (TH2) dan menghambat respon
imun selular (TH1). Pada RA respon TH1 lebih dominan sehingga
estrogen dan progesteron mempunyai efek yang berlawanan terhadap
perkembangan penyakit ini (Suarjana, 2009)
3. Faktor Infeksi, beberapa agen infeksi diduga bisa menginfeksi sel
induk semang (host) dan merubah reaktivitas atau respon sel T
sehingga muncul timbulnya penyakit RA (Suarjana, 2009).
4. Faktor Lingkungan, salah satu contohnya adalah merokok dan
aktifitas yang berat sehari-harinya (Longo, 2012).

E. PATOFISIOLOGI
Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan
sebelumnya) terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis
menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan
memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial
dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang
rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya
permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut
terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan
menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer &
Bare, 2002).
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti
edema, kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular.  Peradangan
yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi
artikular kartilago dari sendi.  Pada persendian ini granulasi membentuk
pannus, atau penutup yang menutupi kartilago.  Pannus masuk ke tulang
sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan
gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis. 
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan
sendi.  Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara
permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). 
Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi
lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. 
Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai
dengan adanya masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada
orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang
lagi. Namun pada sebagian kecil individu terjadi progresif yang cepat
ditandai dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi vaskulitis
yang difus (Long, 1996).
Umur Jenis Kelamin Genetik Suku kegemukan

Kerusakan fokal tulang rawan


pembentukan tulang baru pada
Sendi yang progresif tulang rawan
sendi,dan terapi sendi

Perubahan metabolisme tulang.

Peningkatan aktivitas enzim yang merusak


Makro molekul matriks tulang rawan sendi.

Penurunan kadar proteoglikan


Berkurangnya kadar proteoglikan

Perubahan sifat-sifat kolagen

Berkurangnya kadar air tulang rawan sendi

Permukaan tulang rawan sendi terbelah pecah dengan


robekan

Timbul laserasi

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa terjadi
anemia dan leukositosis, Reumatoid faktor, terjadi 50-90% penderita.
2. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada
jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang
berdekatan ( perubahan awal ) berkembang menjadi formasi kista
tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan
osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
3. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
4. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan
irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi
5. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih
besar dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon
inflamasi, produk-produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan
lekosit, penurunan viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ).
6. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.
7. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle
Aspiration) atau atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena
mengandung banyak leukosit dan kurang kental dibanding cairan
sendi yang normal.
Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis
yang simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki
serta menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan
nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen
Beberapa faktor yang turut dalam memeberikan kontribusi pada
penegakan diagnosis Reumatoid arthritis, yaitu nodul Reumatoid,
inflamasi sendi yang ditemukan pada saat palpasi dan hasil-hasil
pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaaan laboratorium menunjukkan
peninggian laju endap darah dan factor Reumatoid yang positif sekitar
70%; pada awal penyakit faktor ini negatif. Jumlah sel darah merah dan
komplemen C4 menurun. Pemeriksaan C- reaktifprotein (CRP) dan
antibody antinukleus (ANA) dapat menunjukan hasil yang positif.
Artrosentesis akan memperlihatkan cairan sinovial yang keruh, berwarna
mirip susu atau kuning gelap dan mengandung banyak sel inflamasi,
seperti leukosit dan komplemen (Smeltzer & Bare, 2002). Pemeriksaan
sinar-X dilakukan untuk membantu penegakan diagnosis dan memantau
perjalanan penyakitnya. Foto rongen akan memperlihatkan erosi tulang
yang khas dan penyempitan rongga sendi yang terjadi dalam perjalanan
penyakit tersebut (Smeltzer & Bare, 2002).

G. FARMAKOTERAPI

Nama Obat Indikasi Dosis Efek Komposisi Interaksi Obat


Samping Obat
Paracetamol Meredakan 3x500mg Mual, sakit Paracetamol Meningkatkan
nyeri otot, digunakan perut bagian 500mg resiko
sakit kepala, bila perlu atas, gatal- pendarahan, jika
sakit gigi, gatal, digunakan
demam yang kehilangan bersamaan
menyertai nafsu dengan wafarin
flu & paska makan.
vaksinasi
Celecoxib Reaksi alergi 2x10- Gangguan Celecoxib Dapat
pada 200mg pada perut 200mg meningkatkan
sulfonamid, Digunakan seperti diare, kadar lithium
aspirin, bila perlu kembung, dalam darah,
golongan buang angin, dapat
AINS lain, pusing, menurunkan
asma, dan resah, sakit efek obat
urtrikaria. kepala, antihipertensi,
ingusan atau dapat
idung meningkatkan
mampet, efek obat
sakit wafarin.
tenggorokan,
reaksi alergi,
dan ruam
kulit ringan.
Ibuprofen nyeri ringan 3-4 x 400- Sakit perut, Ibuprofen Peningkatan
sampai 800mg, maag, diare, 400mg resiko ulkus
sedang maksimal sembelit, peptikum dan
antara lain 3.2 gram. kembung, peforasi cairan
nyeri pada Digunakan pusing, sakit cerna,
penyakit gigi bila perlu kepala, penurunan
atau gugup, gatal efektifitas obat
pencabutan atau ruam lain,
gigi, nyeri kulit, telinga peningkatan
pasca bedah, berdenging. efek samping
sakit kepala, obat lain.
gejala atritis
reumathoid,
gejala
osteoartritis.
Tramadol Efektif 50-100mg Pusing, sakit Tramadol Interaksi
untuk 4-6 jam kepala, hydrochloride tramadol dapat
pengobatan kantuk, 50mg terjadi ketika
nyeri akut mual, digunakan
dan kronik muntah, dengan obat
yang berat, konstipasi, lain.
termasuk mulut
nyeri pasca kering,
pembedahan berkeringat
, nyeri akibat
tindakan
diagnostik.
Ketorolak Informasi 10mg setiap sakit perut, Keterolac Penggunaan
obat ini 4-6jam mual, 10mg obat keterolak
hanya untuk muntah, dengan obat lain
kalangan diare, dapat
medis. konstipasi, meningkatkan
Terapi pusing, sakit resiko
jangka kepala, pendarahan,
pendek nyeri mengantuk, meningkatkan
sedang berkeringat keracunan
setelah atau telinga methotrexate,hal
operasi. berdengung. usinasi ketika
keterolac
digunakan
bersamaan
dengan obat
psikoaktif.

H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral),
amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
2. Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial
3. Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
4. Catat bila ada krepitasi
5. Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
6. Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
7. Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
Ukur kekuatan otot
1. Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
2. Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari,
Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang
cukup tinggi apalagi pad pasien yang mengalami deformitas pada sendi-
sendi karean ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan
merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat
melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body
image dan harga diri klien.
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan
keterlibatan organ-organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru,
ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan
bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya. Pengkajian 11 Pola Gordon
1. Pola Persepsi Kesehatan- Pemeliharaan Kesehatan
a. Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi?
b. Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya?
c. Riwayat keluarga dengan RA
d. Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun
e. Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll
2. Pola Nutrisi Metabolik
a. Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan
yang banyak mengandung pospor(zat kapur), vitamin dan
protein)
b. Riwayat gangguan metabolic
3. Pola Eliminasi
a. Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?
4. Pola Aktivitas dan Latihan
b. Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit
c. Jenis aktivitas yang dilakukan
d. Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas
e. Tidak mampu melakukan aktifitas berat
5. Pola Istirahat dan Tidur
a. Apakah ada gangguan tidur?
b. Kebiasaan tidur sehari
c. Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur
d. Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?
6. Pola Persepsi Kognitif
a. Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
b. Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku sendi)?
c. Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya?
8. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
a. Bagaimana hubungan dengan keluarga?
b. Apakah ada perubahan peran pada klien?
9. Pola Reproduksi Seksualitas
a. Adakah gangguan seksualitas?
10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress
b. Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?
11. Pola Sistem Kepercayaan
c. Agama yang dianut?
d. Adakah gangguan beribadah?
e. Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya kepada
Tuhan

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal,
nyeri, penurunan, kekuatan otot.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan
musculoskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu
bergerak, depresi.

J. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
1. Nyeri Setelah dilakukan tindakan - kaji keluhan - Membantu dalam
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam nyeri, catat menentukan
dengan agen diharapkan tidak ada Keluhan lokasi dan kebutuhan
pencedera, nyeri, dengan kriteria : intensitas (skala manajemen nyeri
distensi jaringan 0-10). dan keefektifan
 Menunjukkan nyeri
oleh akumulasi - Catat faktor- program
hilang/ terkontrol
cairan/ proses faktor yang - Matras yang lembut/
 Terlihat rileks, dapat
inflamasi, mempercepat empuk, bantal yang
tidur/beristirahat dan
destruksi sendi dan tanda-tanda besar akan
berpartisipasi dalam
rasa sakit non mencegah
aktivitas sesuai
verbal pemeliharaan
kemampuan.
- Berikan matras/ kesejajaran tubuh
 Mengikuti program
kasur keras, yang tepat,
farmakologis yang
bantal kecil,. menempatkan stress
diresepkan
Tinggikan linen pada sendi yang
 Menggabungkan
tempat tidur sakit. Peninggian
keterampilan relaksasi
sesuai linen tempat tidur
dan aktivitas hiburan ke
kebutuhan menurunkan tekanan
dalam program kontrol
- Tempatkan/ pada sendi yang
nyeri.
pantau terinflamasi/nyeri
penggunaan - Mengistirahatkan
bantl, karung sendi-sendi yang
pasir, gulungan sakit dan
trokhanter, mempertahankan
bebat, brace. posisi netral.
- Dorong untuk Penggunaan brace
sering dapat menurunkan
mengubah nyeri dan dapat
posisi,. Bantu mengurangi
untuk bergerak kerusakan pada
di tempat tidur, sendi
sokong sendi - Mencegah terjadinya
yang sakit di kelelahan umum dan
atas dan bawah, kekakuan sendi.
hindari gerakan Menstabilkan sendi,
yang mengurangi gerakan/
menyentak. rasa sakit pada sendi
- Anjurkan - Panas meningkatkan
pasien untuk relaksasi otot, dan
mandi air mobilitas,
hangat atau menurunkan rasa
mandi pancuran sakit dan
pada waktu melepaskan
bangun kekakuan di pagi
dan/atau pada hari. Sensitivitas
waktu tidur. pada panas dapat
Sediakan dihilangkan dan luka
waslap hangat dermal dapat
untuk disembuhkan
mengompres - Meningkatkan
sendi-sendi relaksasi/
yang sakit mengurangi nyeri
beberapa kali - Meningkatkan
sehari. realaksasi,
- Pantau suhu air mengurangi
kompres, air tegangan otot/
mandi, dan spasme,
sebagainya. memudahkan untuk
- Berikan masase ikut serta dalam
yang lembut terapi
- Ajarkan teknik - Sebagai anti
non inflamasi dan efek
farmakologi analgesik ringan
(relaksasi, dalam mengurangi
distraksi, kekakuan dan
relaksasi meningkatkan
progresif) mobilitas.
- Beri obat - Rasa dingin dapat
sebelum menghilangkan nyeri
aktivitas/ dan bengkak selama
latihan yang periode akut
direncanakan
sesuai petunjuk.
- Kolaborasi:
Berikan obat-
obatan sesuai
petunjuk
(mis:asetil
salisilat)
- Berikan
kompres dingin
jika dibutuhkan
2. Gangguan Setelah dilakukan tindakan - Evaluasi/ lanjutkan - Tingkat aktivitas/
mobilitas fisik keperawatan selama 3x24 jam pemantauan tingkat latihan tergantung dari
berhubungan diharapkan mobilitas fisik baik inflamasi/ rasa sakit perkembangan/ resolusi
dengan dengan kriteria : pada sendi. dari peoses inflamasi
deformitas - Pertahankan - Istirahat sistemik
- Mempertahankan fungsi
skeletal, nyeri, istirahat tirah dianjurkan selama
posisi dengan tidak
penurunan, baring/ duduk jika eksaserbasi akut dan
hadirnya/ pembatasan
kekuatan otot. diperlukan jadwal seluruh fase penyakit
kontraktur.
aktivitas untuk yang penting untuk
-   Mempertahankan ataupun
memberikan mencegah kelelahan
meningkatkan kekuatan
periode istirahat mempertahankan
dan fungsi dari dan/ atau
yang terus menerus kekuatan
kompensasi bagian tubuh
- Mendemonstrasikan dan tidur malam - Mempertahankan/
tehnik/ perilaku yang hari yang tidak meningkatkan fungsi
memungkinkan melakukan terganmggu. sendi, kekuatan otot
aktivitas - ·Bantu dengan dan stamina umum.
rentang gerak Catatan : latihan tidak
aktif/pasif, adekuat menimbulkan
demikiqan juga kekakuan sendi,
latihan resistif dan karenanya aktivitas
isometris jika yang berlebihan dapat
memungkinkan merusak sendi
- Ubah posisi - Menghilangkan
dengan sering tekanan pada jaringan
dengan jumlah dan meningkatkan
personel cukup. sirkulasi.
Demonstrasikan/ - Mempermudah
bantu tehnik perawatan diri dan
pemindahan dan kemandirian pasien.
penggunaan Tehnik pemindahan
bantuan mobilitas, yang tepat dapat
mis, trapeze mencegah robekan
- Posisikan dengan abrasi kulit
bantal, kantung - Meningkatkan
pasir, gulungan stabilitas ( mengurangi
trokanter, bebat, resiko cidera ) dan
brace memerptahankan posisi
- Gunakan bantal sendi yang diperlukan
kecil/tipis di dan kesejajaran tubuh,
bawah leher. mengurangi kontraktor
- Dorong pasien - Mencegah fleksi leher
mempertahankan - Memaksimalkan fungsi
postur tegak dan sendi dan
duduk tinggi, mempertahankan
berdiri, dan mobilitas
berjalan - Menghindari cidera
- Berikan akibat kecelakaan/
lingkungan yang jatuh
aman, misalnya - Berguna dalam
menaikkan kursi, memformulasikan
menggunakan program latihan/
pegangan tangga aktivitas yang
pada toilet, berdasarkan pada
penggunaan kursi kebutuhan individual
roda dan dalam
- Kolaborasi: konsul mengidentifikasikan
dengan fisoterapi. alat
- Kolaborasi: - Menurunkan tekanan
Berikan matras pada jaringan yang
busa/ pengubah mudah pecah untuk
tekanan. mengurangi risiko
- Kolaborasi: imobilitas
berikan obat- - Mungkin dibutuhkan
obatan sesuai untuk menekan sistem
indikasi (steroid). inflamasi akut

3. Defisit kegiatan sehari-hari, dengan - Pertahankan - Menyiapkan untuk


perawatan diri criteria hasil: mobilitas, meningkatkan
berhubungan - Melaksanakan aktivitas kontrol kemandirian, yang
dengan perawatan diri pada terhadap nyeri akan meningkatkan
kerusakan tingkat yang konsisten dan program harga diri
musculoskeletal, dengan kemampuan latihan. - Berguna untuk
penurunan individual - Kaji hambatan menentukan alat
kekuatan, - Mendemonstrasikan terhadap bantu untuk
dayatahan, nyeri perubahan teknik/ gaya partisipasi memenuhi
pada waktu hidup untuk memenuhi dalam kebutuhan
bergerak, kebutuhan perawatan perawatan diri. individual. Mis;
depresi. diri. Identifikasi memasang kancing,
- Mengidentifikasi /rencana untuk menggunakan alat
sumber-sumber pribadi/ modifikasi bantu memakai
komunitas yang dapat lingkungan sepatu,
memenuhi kebutuhan - Kolaborasi: menggantungkan
perawatan diri. Konsul dengan pegangan untuk
- ahli terapi mandi pancuran
okupasi. - Mengidentifikasi
- Kolaborasi: masalah-masalah
Atur evaluasi yang mungkin
kesehatan di dihadapi karena
rumah sebelum tingkat kemampuan
pemulangan actual.
dengan evaluasi - ·Mungkin
setelahnya. membutuhkan
- Kolaborasi : berbagai bantuan
atur konsul tambahan untuk
dengan lembaga persiapan situasi di
lainnya, mis: rumah.
pelayanan
perawatan
rumah, ahli
nutrisi.

K. EVALUASI KEPERAWATAN
Hasil asuhan keperawatan yang diharapkan adalah sebagai berikut :
1. Terpenuhnya penurunan dan peningkatan adaptasi nyeri
2. Tercapainya fungsi sendi dan mencegah terjadinya deformitas
3. Tercapainya peningkatan fungsi anggota gerak yang terganggu
4. Tercapainya pemenuhan perawatan diri
5. Tercapainya penatalaksanaan pemeliharaan penyakit degeneratif
jangka panjang
6. Terpenuhnya pendidikan dan latihan dalam rehabilitasi

L. EVIDENCED BASED PRACTICE(JURNAL KEPERAWATAN)


JURNAL 1
PENGARUH TERAPI KOMPLEMENTER MEDITASI TERHADAP
RESPON NYERI PADA PENDERITA RHEUMATHOID ARTHRITIS

A. Populasi Dan Sampel


Populasi penelitian adalah 117 orang yang penderita rheumatoid
arthritis di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura yang berada di desa
Makam Haji Kartasura pada bulan Februari 2018. Sampel penelitian
sebanyak 32 orang yang menderita rheumatoid arthritis yang
ditentukan menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan
data penelitian menggunakan instrument Skala Nyeri Faces Rating
Scale dari : Li-ling Chuang, sedangkan analisis data menggunakan uji
Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil penelitian diperoleh Zhitung
sebesar 4,961 (p-value = 0,000) sehingga H0 ditolak.
B. Intervensi
Penelitian ini merupakan pre-eksperimental dengan pendekatan
pretest and postest group dengan desain descriptive comparative.
Populasi penelitian adalah 117 orang yang penderita rheumatoid
arthritis di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura yang berada di desa
Makam Haji Kartasura pada bulan Februari 2018. Sampel penelitian
sebanyak 32 orang yang menderita rheumatoid arthritis yang
ditentukan menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan
data penelitian menggunakan instrument Skala Nyeri Faces Rating
Scale dari : Li-ling Chuang, sedangkan analisis data menggunakan uji
Wilcoxon Signed Rank Test.
C. Comparison
Dalam penelitian ini menggunakan metode pendekatan pretest and
postest group dengan desain descriptive comparative. Dan Tujuan
dalam analisis jurnal ini yaitu bertujuan untuk mengetahui pengaruh
terapi komplementer meditasi terhadap respon nyeri pada penderita
rheumatoid artritis di komunitas.
Penelitian ini merupakan preeksperimental dengan pendekatan
pretest and postest group dengan desain descriptive comparative.
Populasi penelitian adalah 117 orang yang penderita rheumatoid
arthritis di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura yang berada di desa
Makam Haji Kartasura pada bulan Februari 2018.
Sedangkan metode penelitian dari jurna itu yaitu menggunakan
Terapi Oksigen Hiperbarik untuk mengurangi reaksi inflamasi pada
penderita Rheumatoid Arthritis, bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pemberian terapi HBO tekanan 2,4 ATA selama 3x30 menit 10 hari
berturut-turut.terhadap kadar CReactive Protein (CRP) darah mencit
BALB/c model Rheumatoid Arthritis.
D. Outcome
Karakteristik Responden
Tabel .1. Karakteristik Responden

NO Karakteristik Frek Pres


1 Umur
a. 17- 25 tahun 2 6
b. 26 – 35 tahun 1 3
c. 36 – 45 tahun 5 16
d. 46 – 55 tahun 15 38
e. 56 – 65 tahun 7 22
f. 66 – 75 tahun 4 12
g. 76 – 95 tahun 1 3
Total 32 100
2 Jenis kelamin
a. Perempuan 27 84
b. Laki-laki 5 16
Total 32 100
3 Pendidikan
a. SD 12 38
b. SMP 12 38
c. SMA 8 25
Total 32 100
4 Pekerja
a. Karyawan 4 12
b. IRT 14 44
c. Buruh 10 31
d. Pensiunan 1 3
e. Wiraswata 2 6
f. Pelajar 1 3
Total 32 100
5 Lama menderita
RA
a. ˂ 5 Tahun 4 13
b. 5-10 Tahun 18 56
c. 10 Tahun 10 31
Total 32 100

Hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test diperoleh nilai Zhitung sebesar
4,961 dengan nilai signifikansi (p-value) 0,000. Nilai signifikansi uji ternyata
lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05), maka keputusn uji adalah H0 ditolak,
sehingga disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan pre test tingkat
nyeri dan post test tingkat nyeri .
Selanjutnya untuk mengetahui efektifitas terapi komplementer meditasi
terhadap respon nyeri pada penderita rheumatoid artritis di Desa Makam Haji
Kartasura dilihat dari nilai rata-rata pre test dan post test. Nilai rata-rata post
test ternyata lebih tinggi dari rata-rata post test (1,16> 4,22) sehingga
disimpulkan bahwa pemberian terapi komplementer meditasi efektif terhadap
penurunan respon nyeri pada penderita rheumatoid artritis di Desa Makam
Haji Kartasura.
DAFTAR PUSTAKA
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=pengaruh+terapi+komplementer+meditasi+terhadap+re
spon+nyeri+pada+penderita+rheumtatoid+artritis&btnG (di unduh pada tgl I5
April,pukul 10.00 WIB)
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.academia.edu/35226039/LAPORAN_
PENDAHULUAN_ARTRITIS_REUMATOID&ved=2ahUKEwi19rXQmenoAh
VBAHIKHbKyA5gQFjAAegQIBBAC&usg=AOvVaw18X4loYoe8b1_RqTuER0
tR&cshid=1586911497838 (di unduh pada tgl 16 April , pukul 09.30 WIB).
Berdasarkan NANDA-1. Diagnosa Keperawatan. Definisi dan Klasifikasi , Edisi
11 2018-2020.
Berdasarkan Nursing Outcomes Classification (NOC) Pengukuran Outcomes
Kesehatan Edisi Lima
Berdasarkan Nursing Interventions Classifications (NIC) Edisi Enam

Anda mungkin juga menyukai