Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP DASAR KEPERAWATAN

GERONTIK PADA PASIEN RHEUMATOID ARTHRITIS (REMATIK)

Oleh :
SAMALINA ELIZABETH MANETDE
C1222044

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BINA USADA BALI
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
RHEUMATOID ARTHRITIS (REMATIK)

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. DEFINISI
Menurut jurnal (Imam Ardiansyah, 2019). Artritis Rheumatoid adalah penyakit
inflamasi kronik dan sistematik yang menyebabkan destruksi sendi dan deformasi
serta menyebabkan disability. Penyakit ini sering terjadi dalam 3-4 dekade ini pada
lansia. Penyebab Artritis Rheumatoid tidak diketahui, tetapi mungkin akibat
penyakit autoimun dimulai dari interfalank proksimal metakarpofalenkeal,
pergelangan tangan dan pada tahap lanjut dapat mengenai lutut dan paha (Fatimah,
2010).
Artritis Rheumatoid adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri,
dan kemerahan pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya (Adellia, 2011).
Artritis Rheumatoid (RA) adalah suatu penyakit sistematik yang bersifat
progresif, yang cenderung menjadi kronik dan menyerang sendi serta jaringan lunak.
Artritis Rheumatoid adalah suatu penyakit autoimun dimana secara simetris
persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan sehingga
menyebabkan terjadinya pembengkakan, nyeri, dan sering kali menyebabkan
kerusakan pada bagian dalam sendi . Karakteristik artritis rheumatoid adalah cairan
sendi (sinovitis inflamatior) yang persisten, biasanya menyerang sendi-sendi perifer
dengan penyebaran yang sistematis (Junaidi, 2013).

2. ETIOLOGI
Menurut jurnal (Dylan Trotsek, 2017), penyebab utama penyakit reumatik
masih belum diketahui secara pasti. Biasanya merupakan kombinasi dari faktor
genetik, lingkungan, hormonal dan faktor sistem reproduksi. Namun faktor pencetus
terbesar adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikroplasma dan virus (Lemone &
Burke, 2001).
Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis reumatoid, yaitu:
a. Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.
b. Endokrin
c. Autoimmun
d. Metabolik
e. Faktor genetik serta pemicu lingkungan
Pada saat ini artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan
infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II, faktor infeksi mungkin
disebabkan karena virus dan organisme mikroplasma atau grup difterioid yang
menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita.

3. PATOFISIOLOGI
Pemahaman mengenai anatomi normal dan fisiologis persendian diartrodial atau
sinovial merupakan kunci untuk memahami patofisiologi penyakit rheumatik.
Fungsi persendian sinovial adalah gerakan. Setiap sendi sinovial memiliki kisaran
gerak tertentu kendati masing-masing orang tidak mempunyai kisaran gerak yang
sama pada sendi-sendi yang dapat digerakkan.
Pada sendi sinovial yang normal. Kartilago artikuler membungkus ujung tulang
pada sendi dan menghasilkan permukaan yang licin serta ulet untuk gerakan.
Membran sinovial melapisi dinding dalam kapsula fibrosa dan mensekresikan cairan
kedalam ruang antara-tulang. Cairan sinovial ini berfungsi sebagai peredam kejut
(shock absorber) dan pelumas yang memungkinkan sendi untuk bergerak secara
bebas dalam arah yang tepat.
Sendi merupakan bagian tubuh yang sering terkena inflamasi dan degenerasi
yang terlihat pada penyakit rheumatik. Meskipun memiliki keaneka ragaman mulai
dari kelainan yang terbatas pada satu sendi hingga kelainan multi sistem yang
sistemik, semua penyakit reumatik meliputi inflamasi dan degenerasi dalam derajat
tertentu yang biasa terjadi sekaligus. Inflamasi akan terlihat pada persendian sebagai
sinovitis. Pada penyakit reumatik inflamatori, inflamasi merupakan proses primer
dan degenerasi yang merupakan proses sekunder yang timbul akibat pembentukan
pannus (proliferasi jaringan sinovial). Inflamasi merupakan akibat dari respon imun.
Sebaliknya pada penyakit reumatik degeneratif dapat terjadi proses inflamasi yang
sekunder. Sinovitis ini biasanya lebih ringan serta menggambarkan suatu proses
reaktif, dan lebih besar kemungkinannya untuk terlihat pada penyakit yang lanjut.
Sinovitis dapat berhubungan dengan pelepasan proteoglikan tulang rawan yang
bebas dari karilago artikuler yang mengalami degenerasi kendati faktor-faktor
imunologi dapat pula terlibat. (Dylan Trotsek, 2017).
4. PATHWAY

Bakteri Mikroplasma Virus

Menginfeksi Sendi

Merusak lapisan sendi yaitu membrane synovium

Rheumatoid Arthritis

Reaksi Peradangan
Defisit Pengetahuan

Nyeri Gangguan
Mobilitas Fisik
5. KLASIFIKASI
Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:
a. Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu
6 minggu.
b. Rheumatoid arthritis defisit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu
6 minggu.
c. Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu
6 minggu.
d. Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu
3 bulan.

6. GEJALA KLINIS
Gejala klinis utama rheumatoid arthritis adalah poliarthritis yang mengakibatkan
terjadinya kerusakan pada rawan sendi dan tulang sekitarnya. Kerusakan ini
mengenai sendi perifer pada tangan dan kaki. Gejala rheumatoid arthritis tidak
bermanifestasi dengan jelas (Sekar T.R, 2011).
Menurut American Rheumatoid Arhritis (ARA) (2012) kriteria rheumatoid
arthritis adalah:Kaku pagi hari, arthritis pada persendian tangan, faktor rheumatoid
serum positif, perubahan gambaran radiologi.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut jurnal (Imam Ardiansyah, 2019), pemeriksaan penjungan ini tidak
banyak berperan dalam diagnosis artritis rheumatoid , pemeriksaan laboratorium
mungkin dapat sedikit membantu untuk melihat prognosis pasien , seperti :
a. Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) akan meningkat.
b. Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien artritis reumatoid
terutama bila masih aktif . Sisanya dapat dijumpai pada pasien lepra , TB paru ,
sirosis hepatis , penyakit kolagen dan sarkoidosis .
c. Leukosit normal atau meningkat sedikit
d. Trombosit meningat
e. Kadar albumin serum trurun dan globulin
f. Jumlah sel darah merah dsn komplremen C4 menurun
g. Protein C-reaktif dan antibodi antiukleus (ANA) biasanya positif
h. Laju sedimentasi eritrosit meningkat menunjukan inflamasi
i. Tes aglutinasi lateks menunjukan kadar igC atau igM (faktor mayor dari
rheumatoid ) tinggi . Makin tinggi iter , maka makin berat penyakitnya
j. Pemerikasaan sinar-X dilakukan untuk membantupenegakkan diganosa dan
memantau perjalanan penyakit. Foto rontgen menunjukan erosi tulang yang
khas terjadi kemudian dalam perjalanan penyakit tersebut (Rosyidi, 2013).

8. PENATALAKSANAAN
Menurut jurnal (Imam Ardiansyah, 2019) penatalaksanaan rheumatoid arthritis
dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian, patofisiologi, (perjalanan
penyakit), penyebab dan perkiraan perjalanan (prognosis) penyakit ini,
semua komponen program penatalkansanaan termasuk regimen obat yang
kompleks, sumber bantuan untuk mengatasi penyakit ini dan metode efektif
tentang penatalksanaan yang diberikan oleh tim kesehatan. Proses
pendidikan ini harus di lakukan secara terus-menerus.
2) Istirahat , Merupakan hal penting karena rematik biasanya disertai rasa lelah
yang hebat . Walaupun rasa lelah tersebut dapat saja timbul setiap hari ,
tetapi ada masa dimana penderita merasa lebih baik atau lebih berat.
Penderita harus membagi waktu seharinya menjadi beberapa kali waktu
beraktivitas yang diikuti oleh masa istirahat .
3) Latihan Fisik dan Fisioterapi, Latihan spesifik dapat bermanfaat dalam
memperthankan fungsi sendi. Latihan ini mencakup gerakan aktif dan pasif
pada semua sendi yang sakit, sedikitnya dua kali sehat. Obat untuk
menghilangkan nyeri diperlukan sebelum memulai latihan. Kompres panas
pada sendi yang sakit dan bengkak mungkin dapat mengurangi nyeri.
Latihan yang berlebihan dapat merusak struktur penunjang sendi yang
memang sudah lemah oleh adanya penyakit.

b. Penatalaksanaan Medis
1) Penggunaan OAINS
Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) umunya diberikan pada
penderita AR sejak dini penyakit yang dimaksudkan untuk mengatasi nyeri
sendi akibat inflamasi yang sering kali dijumpai, walaupun belum terjadi
proliferasi sinovial yang bermakna. Selain dapat mengatasi inflamasi,
OAINS juga memberikan efek analgetik yang sangat baik . OAINS
terutama bekerja menghambat enzim siklooxygenase sehingga menekan
sintesi progtaglandin masih belum jelas apakah hambatan enzim
siklooxygenase juga berperan dalam hal ini , akan tetapi jelas bahwa
OAINS bekerja dengan cara :
a) Memungkinkan stabilitas membran lisosomal.
b) Menghambat pembesaran dan aktivitas mediator imflamasi (histamin,
serotoin, enzim lisosomal dan enzim lainnya).
c) Menghambat migrasi sel ke tempat peradangan
d) Menghambat proliferasi seluler
e) Menetralisirkan radikal oksigen
f) Menekan rasa nyeri
2) Pengunaan DMARD
Terdapat dua cara pendekatan pemberian DMARD pada pengobatan
penderita AR. Cara pertama adalah pemberian DMARD tunggal yang
dimulai dari saat yang sangat dini, pendekatan ini didasarkan pada
pemikiran bahwa destruksi sendi pada AR terjadi pada masa dini penyakit.
Cara pendekatan lain adalah dengan menggunakan dua atau lebih DMARD
secara stimultan atau secara siklik seperti penggunaan obat-obatan
imunosuprensif pada pengobatan penyakit keganasan, digunakan untuk
melindungi rawan sendi dan tulang dari proses estruksi akibat artiris
rheumatoid. Beberapa jenis DMARD yang lazim digunakan untuk
pengobatan AR adalah :
a) Klorokuin : Dosis anjurkan klorokuin fosfat 250mg/hari
hidrosiklorokuin 400mg/hari. Efek samping bergantung pada dosis
harian, berupa penurunan ketajaman penglihatan, dermatitis,
makulopapular, nausea, diare, dan anemia hemolitik.
b) Sulfazalazine : Untuk pengobatan AR sulfazalazine dalam bentuk
euteric coated tabelet digunakan mulai dari dosis 1x500 mg/hari, untuk
kemudian ditingkatkan 500mg setiap minggu sampai mencapai dosis
4x500mg. Setelah remisi tercapai dengan dosis 2g/hari, dosis
diturunkan kembali sehingga mencapai 1g/hari untuk digunakan dalam
jangka panjang sampai remisi sempurna terjadi.
c) Dpeicillamine : Dalam pengobatan AR. DP (Cuprimin 250mg Trolovol
300mg) digunakan dalam dosis 1x250mg sampai 300mg/hari kemudian
dosis ditingkatkan setiap dua sampai 4 minggu sebesar 250 sampai 300
mg/hari untuk mencapai dosis total 4x250 sampai 300mg/hari.
3) Operasi
Jika berbagai cara pengobatan telah dilakukan dan tidak berhasil serta
terdapat alasan yang cukup kuat, dapat dilakukan pengobatan pembedahan.
Jenis pengobatan ini pada pasien AR umumnya bersifat ortopedik, misalnya
sinovektoni, artrodesis, total hip replacement, memperbaiki deviasi ulnar,
dan sebagainya.
9. KOMPLIKASI
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus
peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti imflamasi non
steroid (OAINS) atau obat pengubah jalan penyakit DMARD (disease modifying
antirheumatoid drugs) yang menjadi faktor penyebab mortalitas utama pada artritis
rheumatoid. Komplikasi saraf yang terjadi tidak memberikan gambaran yang jelas,
sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikular dan lesi neuropatik. Umumnya
berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebrata servikal dan
neuropati siskemik vaskulitis. (Imam Ardiansyah, 2019).
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Tahap ini merupakan pengumpulan informasi secara terus menerus terhadap anggota
keluarga yang dibinanya. Data yang dikumpulkan meliputi :
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan
status kesehatan dan pola pertahanan penderita , mengidentifikasikan, kekuatan
dan kebutuhan penderita yang dapt diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan
fisik, pemerikasaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
1) Anamnesa
a) Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk
rumah sakit dan diagnosa medis.
b) Keluhan Utama
Adanya rasa nyeri pada sendi secara berulang.
c) Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan dirasakannya nyeri sendi, penyebab nyeri sendi
serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
d) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit migrainatau penyakit-penyakitlain yang ada
kaitannya dengan sarafserta tindakan medis yang pernah di dapat
maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
e) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah keluarga memiliki riwayat penyakit keturunan atau penyakit
menular lainnya
f) Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga
terhadap penyakit penderita.
2) Pemeriksaan Fisik
a) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat
badan dan tanda – tanda vital.
b) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,
telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran,
lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah,
gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda,
diplopia, lensa mata keruh.
c) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, nyeri dada.
d) Aktivitas / Istirahat
Letih, lelah, malaise, ketegangan mata, insomnia, bangun pada pagi
hari disertai nyeri kepala, aktivitas kerja.
e) Sirkulasi
Riwayat hipertensi, hipertensi, denyutan vaskuler (misl. Di daerah
temporal), pucat, wajah tampak kemerahan.
f) Integritas Ego
Factor-faktor stress emosional, ansietas, perasaan ketidak mampuan.
g) Makanan/Cairan
Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri), penurunan berat badan.
h) Neurosensori
Pening, tidak mampu konsentrasi, riwayat kejang, cedera kepala yang
baru terjadi, trauma, stroke, epistaksis, parestesia, perubahan dalam
pola bicara, papiledema.
i) Nyeri/Kenyamanan
Nyeri yang dirasakan mungkin menyeluruh atau unilateral, kedutan
kuat, mungkin dimulai pada sekeliling mata dan/atau menyebar kedua
mata, pucat pada daerah wajah, gelisah.
j) Keamanan
Riwayat alergi, demam, gangguan cara berjalan, parastesia,paralisis,
drainase nasal purulen.
k) Interaksi social
Perubahan dalam tanggung jawab dan peran.
3) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan untuk menghilangkan penyakit lain (jika ada indikasi) adalah
pencitraan (CT scan dan MRI) dan punksi lumbal.
2. DiAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)
a. Nyeri berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi tentang aktivitas fisik akibat ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit.
c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan.

3. RENCANA KEPERAWATAN
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016) (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2017) (Tim
Pokja SIKI DPP PPNI., 2018)
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil

1 Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen


(D.0077) (L.08066) Nyeri
Nyeri Setelah diberikan (I.08238)
berhubungan intervensi Observasi : 1. Mengeta
dengan agen keperawatan 1. Identifikasi hui skala
pencedera selama ...x.... skala nyeri nyeri
fisik ditandai jam, di pasien
dengan harapkan 2. Identifikasi 2. Mengeta
mengeluh tingkat nyeri faktor yang hui
nyeri, menurun memperberat faktor-
tampak dengan dan faktor
meringis, kriteria memperingan yang
bersikap hasil : nyeri memper
protektif, dan 1. Keluhan nyeri berat
gelisah menurun (skor 5) Terapeutik : dan
2. Meringis 3. Berikan teknik memperi
menurun (skor 5) nonfarmakologi ngan
3. Sikap protektif s untuk nyeri
menurun (skor 5) mengurangi pasien
4. Gelisah menun rasa nyeri 3. Memban
(skor 5) 4. Kontrol tu
lingkungan meredak
yang an rasa
memperberat nyeri
rasa nyeri dengan
Edukasi : teknik
5. Jelaskan non
strategi farnakol
meredakan ogis
nyeri 4. Memper
tahankan
lingkung
6. Ajarkan teknik an yang
nonfarmakologi nyaman
s untuk untuk
mengurangi pasien
rasa nyeri 5. Memban
tu pasien
mengeta
Kolaborasi : hui
7. Kolaborasi bagaima
pemberian na cara
analgetik meredak
an nyeri
6. Memban
tu pasien
untuk
mengeta
hui
teknik
nonfarm
akologi
yang
dapat
digunak
an untuk
meredak
an nyeri
7. Memban
tu
mengura
ngi rasa
nyeri
pasien
2 Gangguan Mobilitas Mobilitas Fisik Dukungan
Fisik (D.0054) (L.05042) Mobilitasi
Gangguan mobilitas Setelah diberikan (I.05173)
fisik intervensi Observasi :
berhubungan keperawatan 1. Identifikasi 1. Mengeta
dengan kekakuan selama ...x.... adanya nyeri hui
sendi ditandai jam, di atau keluhan apakah
dengan enggan harapkan fisik lainnya ada
melakukan mobilitas keluhan
pergerakan, fisik 2. Monitor kondisi nyeri
kekuatan otot meningkat umum selama atau
menurun, dan dengan melakukan keluhan
fisik lemah kriteria mobilisasi fisik
hasil : Terapeutik : lainnya
1. Kekuatan otot 3. Fasilitasi 2. Mengeta
meningkat (skor aktivitas hui
5) mobilisasi kondisi
2. Kaku sendi dengan alat umum
menurun (skor 5) bantu pasien
3. Kelemahan fisik Edukasi :
menurun (skor 5) 4. Anjurkan
melakukan 3. Memba
mobilisasi dini ntu
pasien
melakuk
an
mobilisa
si

4. Memba
ntu
pasien
melakuk
an
mobilisa
si dini
3 Defisit Tingkat Edukasi
Pengetahuan Pengetahua Kesehatan
(D.0111) n (L.12111) (I.12383)
Defisit Setelah diberikan Observasi : 1. Menget
pengetahuan intervensi 1. Identifikasi ahui
berhubungan keperawatan kesiapan dan kesiapa
dengan selama ....x. maka kemampuan n pasien
kurang diharapkan tingkat menerima dalam
terpapar pengetahuan informasi meneri
informasi membaik 2. Identifikasi ma
ditandai faktor-faktor informa
dengan dengan kriteria yang dapat si
menanyakan hasil: meningkatkan
masalah 1. Perilaku dan 2. Menget
yang sesuai anjuran menurunkan ahui
dihadapi verbalisasi minat motivasi faktor-
dalam perilaku hidup faktor
belajar bersih dan yang
meningkat sehat mempe
2. Kemampuan Terapeutik : ngaruhi
menjelaskan 3. Sediakan gaya
pengetahuan materi dan hidup
dalam media pasien
suatu topik pendidikan
meningkat kesehatan
3. Perilaku 4. Jadwalkan
sesuai dengan pendidikan 3. Memper
pengetahuan kesehatan budah
meningkat sesuai melaku
4. Pertanyaan kesepakatan kan
tentang masalah 5. Berikan promosi
yang kesempatan kesehat
dihadapi untuk bertanya an
menurun 4. Member
5. Persepsi Edukasi : ikan
yang keliru 6. Jelaskan faktor pendidi
terhadap resiko yang kan
masalah menurun dapat kesehat
mempengaruhi an
kesehatan secara
7. Ajarkan teratur
perilaku hidup 5. Memba
bersih dan ntu
sehat pasien
lebih
mengert
i
mengen
ai
tindaka
n yang
dilakuk
an
6. Menget
ahui
faktor
resiko
yang
mungki
n timbul

7. Memba
ntu
pasien
melaku
kan
hidup
bersih
dan
sehat

4. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).

4. EVALUASI
Evaluasi adalah proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh
mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak dan perbandingan yang
sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi untuk melihat
kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil
pada tahap perencanaan (Tartowo & Wartonah, 2015). Untuk mempermudah
mengevaluasi perkembangan pasien digunakan komponen SOAP, yaitu :
S : Data Subjektif
Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan
tindakan keperawatan.
O : Data Objektif
Data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara langsung
kepada pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan.
A : Analisa
Merupakan suatu masalah yang masih terjadi atau juga dapat dituliskan suatu
masalah baru yang terjadi akibat perubahan status kesehatan pasien yang
telah teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan objektif.
P : Planning
Perencanaan keperawatan yang dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi atau
ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan
sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Dylan Trotsek (2017) ‘Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Penyakit Rheumatoid


Arthritis’, Journal of Chemical Information and Modeling, 110(9), pp. 1689–1699.
Available at: http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=5031.
Imam Ardiansyah (2019) ‘Laporan Pendahuluan Rheumatoid Arthritis’, Rheumatoid
Arthritis, 4(1), pp. 75–84. Available at: http://repo.stikesperintis.ac.id/833/1/12 LIKA
DWI LUTHFIYAH.pdf.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) ‘Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik’. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI. Available at:
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2250/.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018) ‘Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I). Jakarta.
Retrieved from Http://Www.Inna-Ppni.or.Id.’, Practice Nurse, 49(5), p. Jakarta : DPP
PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2017) Standar Luaran Keperawatan Indonesia, DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai