Anda di halaman 1dari 7

LANSIA DENGAN REUMATOID ARTRITIS

OLEH:

KELOMPOK 2

Andrian Sahid

Aulia Indah

Dendi

Fidalin Hulu

Messy Wulandari

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES PAYUNG NEGERI

PEKANBARU

2021
A. Definisi
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang
berarti sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis
berarti radang sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit
autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami
peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya
menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi. Artritis rheumatoid
merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis yang tidak diketahui
penyebabnya, dikarakteristikkan oleh kerusakan dan proliferasi membrane
synovial yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan
deformitas.
AR adalah suatu penyakit kronis, seistemik, yang secara khas berkembang
perlahan-lahan dan ditandai oleh adanya radang yang sering kambuh pada
sendi-sendi diartrodial dan struktur yang berhubungan. AR sering disertai
dengan nodul-nodul rheumatoid, arthritis, neuropati, skleritis, perikarditis
limfadenopati, dan splenomegali. AR ditandai oleh periode-periode remisi
dan bertambah parahnya penyakit.
B. Etiologi
Penyebab penyakit rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti,
namun faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-
antibodi), faktor metabolik, dan infeksi virus.
Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori yang
dikemukakan mengenai penyebab artritis reumatoid, yaitu :
1. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non-hemolitikus
2. Endokrin
3. Autoimun
4. Metabolik
5. Faktor genetik serta faktor pemicu lainnya.
Pada saat ini, artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun
dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi
mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme mikoplasma atau
grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang
rawan sendi penderita.
C. Patofisiologi
Pada rheumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan
sebelumnya) terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis
menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan
memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial
dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang
rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya
permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut
terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif 
dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot
(Smeltzer & Bare, 2002).
Lamanya rheumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan
adanya masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang
yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi.
Namun pada sebagian kecil individu terjadi progresif yang cepat ditandai
dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi vaskulitis yang
difus (Long, 1996).

D. Manifestasi Klinis
Pada lansia, AR dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok.
a) Kelompok 1 adalah RA klasik. Sendi-sendi kecil pada kaki dan
tangan sebagian besar terlibat. Terdapat faktor rheumatoid, dan
nodula-nodula rheumatoid sering terjadi. Penyakit dalam kelompok
ini dapat mendorong ke arah kerusakan sendi yang progresif.
b) Kelompok 2 termasuk klien yang memenuhi kriteria dari American
Rheumatologic Association untuk AR karena mereka mempunyai
radang sinovitis yang terus-menerus dan simetris, sering
melibatkan pergelangan tangan dan sendi-sendi jari.
c) Kelompok 3, sinovitis terutama memengaruhi bagian proksimal
sendi, bahu, dan penggul. Awitannya mendadak, sering ditandai
dengan kekakuan pada pagi hari. Pergelangan tangan pasien sering
mengalami hal ini, dengan adanya bengkak, nyeri tekan, penurunan
kekuatan genggaman, dan sindrom carpal tunnel. Kelompok ini
mewakili suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri yang dapat
dikendalikan secara baik dengan menggunakan prednisone dosis
rendah atau agens antiinflamasi dan memiliki prognosis yang baik.

Jika tidak diistirahatkan, AR akan berkembang menjadi empat


tahap.
a) Terapat radang sendi dengan pembengkakan membrane synovial
dan kelebihan produksi cairan synovial. Tidak ada perubahan yang
bersifat merusak terlihat pada radiografi. Bukti osteoporosis
mungkin ada.
b) Secara radiologis, keruakan tulang pipih atau tulang rawan dapat
dilihat. Klien mungkin mengalami keterbatasan gerak tetapi tidak
ada deformitas sendi.
c) Jaringan ikat fibrosa yang keras menggantikan pannus, sehingga
mengurangi ruang gerak sendi. Ankilosis fibrosa mengakibatkan
penurunan gerakan sendi, perubahan kesejajaran tubuh, dan
deformitas. Secara radiologis terlihat adanya kerusakan kartilago
dan tulang.
d) Ketika jaringan fibrosa mengalami kalsifikasi, ankilosis tulang
dapat mengakibatkan terjadinya imobilisasi sendi secara total.
Atrofi otot yang meluas dan luka pada jaringan lunak sepewrti
nodula-nodula mungkin terjadi.
E. Komplikasi
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis
dan ulkus peptik yang merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti
inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit
( disease modifying antirhematoid drugs, DMARD ) yang menjadi faktor
penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.
Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas ,
sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik.
Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra
servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.
F. Kriteria Diagnostik
Diagnosis arthritis reumatoid tidak bersandar pada satu karakteristik saja
tetapi berdasar pada evaluasi dari sekelompok tanda dan gejala.

Kriteria diagnostik adalah sebagai berikut:


a) Kekakuan pagi hari (sekurangnya 1 jam)
b) Arthritis pada tiga atau lebih sendi
c) Arthritis sendi-sendi jari-jari tangan
d) Arthritis yang simetris
e) Nodula reumatoid dan Faktor reumatoid dalam serum
f) Perubahan-perubahan radiologik (erosi atau dekalsifikasi tulang)
Diagnosis artritis reumatoid dikatakan positif apabila sekurang-
kurangnya empat dari tujuh kriteria ini terpenuhi. Empat kriteria
yang disebutkan terdahulu harus sudah berlangsung sekurang-
kurangnya 6 minggu.

G. Penatalaksanaan
Penanganan medis bergantung pada tahap penyakit ketika diagnosis dibuat
dan termasuk dalam kelompok mana yang sesuai dengan kondisi tersebut.
Untuk menghilangkan nyeri dengan menggunakan agens antiinflamasi,
obat yang dapat dipilih adalah aspirin. Namun, efek antiinflamasi dari
aspirin tidak terlihat pada dosis kurang dari 12 tablet per hari, yang dapat
menyebabkan gejala system gastrointestinal dan system saraf pusat. Obat
anti-inflamasi non steroid sangat bermanfaat, tetapi dianjurkan untuk
menggunakan dosis yang direkomendasikan oleh pabrik dan pemantauan
efek samping secara hati-hati perlu dilakukan.
Terapi kortikosteroid yang di injeksikan melalui sendi mungkin di
gunakan untuk infeksi di dalam satu atau  dua sendi. Injeksi secara cepat
dihubungkan dengan nekrosis dan penurunan kekuatan tulang. Biasanya,
injeksi yang diberikan ke dalam sendi apapun tidak boleh diulangi lebih
dari tiga kali. Rasa nyeri dan pembengkakan umumnya hilang untuk waktu
1 sampai 6 minggu.
Penatalaksanaan keperawatan menekankan pemahaman klien
tentang sifat alami AR kronis dan kelompok serta tahap-tahap yang
berbeda untuk memantau perkembangan penyakit. Klien harus ingat
bahwa walaupun pengobatan mungkin mengurangi radang dan nyeri
sendi,mereka harus pula mempertahankan pergerakan dan kekuatan untuk
mencegah deformitas sendi. Suatu program aktivitas dan istirahat yang
seimbang sangat penting untuk mencegah peningkatan tekanan pada sendi.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah,Lilik Ma’rifatul.  Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Garaha Ilmu.


Yogyakarta. 2011 http://akhtyo.blogspot.com/2009/04/rheumatoid-
artritis.html.
Askep Muskuloskeletal. dipostkan Tyo di 07.56 PM ( Diakses tanggal 11 April
2012)
Kushariyadi. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Salemba Medika.
Jakarta. 2010
Mubaraq, Chayatin, Santoso. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep Dan Aplikasi.
Salemba Medika. Jakarta. 2011
Stanley, Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Alih Bahasa; Nety Juniarti,
Sari Kurnianingsih. Editor; Eny Meiliya, Monica Ester. Edisi 2. EGC.
Jakarta. 2006
Tamher, S. Noorkasiani. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta. 2011

Anda mungkin juga menyukai