Anda di halaman 1dari 13

BAB I

KONSEP MEDIS

A. PENGERTIAN

Rheumatoid arthritis (RA) merupakan penyakit inflamasi non-bakterial yang

bersifat sistemik, progresif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat

sendi secara simetris. (Chairuddin, 2003)

Rheumatoid arthritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang

manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga

melibatkan seluruh organ tubuh. (Hidayat, 2006).

Arthritis rheumatoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian

(biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga

terjadi pembengkakan, nyeri dan sering kali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian

dalam sendi. (www.medicastore.com).

B. ETIOLOGI

Hingga kini penyebab Reumatoid Artritis (RA) belum diketahui, tetapi

beberapa hipotesa menunjukkan autoimun (Antigen - Antibody) seperti interaksi

antara IGC dan faktor rematoid.

 Gangguan metabolisme.

 Genetik. bahwa RA dipengaruhi faktor – faktor : Mekanisme

 Faktor lain : nutrisi dan lingkungan (pekerjaan dan psikososial).

C. MANIFESTASI KLINIK

Ada beberapa gambaran / manifestasi klinik yang lazim ditemukan pada

penderita Reumatik. Gambaran klinik ini tidak harus muncul sekaligus pada saat yang

bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinik yang sangat bervariasi.
a. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, kurang nafsu makan, berat badan

menurun dan demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.

b. Poliartritis simetris (peradangan sendi pada sisi kiri dan kanan) terutama pada

sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan

sendi-sendi antara jari-jari tangan dan kaki. Hampir semua sendi diartrodial

(sendi yang dapat digerakan dengan bebas) dapat terserang.

c. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam, dapat bersifat umum tetapi

terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi

pada osteoartritis (peradangan tulang dan sendi), yang biasanya hanya

berlangsung selama beberapa menit dan selama kurang dari 1 jam.

d. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik.

Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan pengikisan ditepi tulang .

e. Deformitas : kerusakan dari struktur penunjang sendi dengan perjalanan

penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, pergeseran sendi pada tulang telapak

tangan dan jari, deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa

deformitas tangan yang sering dijumpai pada penderita. . Pada kaki terdapat

tonjolan kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal.

Sendi-sendi yang besar juga dapat terserang dan mengalami pengurangan

kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerakan ekstensi.

f. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar

sepertiga orang dewasa penderita rematik. Lokasi yang paling sering dari

deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku) atau di sepanjang permukaan

ekstensor dari lengan, walaupun demikian tonjolan) ini dapat juga timbul pada

tempat-tempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya merupakan petunjuk

suatu penyakit yang aktif dan lebih berat.


g. Manifestasi ekstra-artikular (diluar sendi) reumatik juga dapat menyerang organ-

organ lain diluar sendi. Seperti mata: Kerato konjungtivitis sics yang merupakan

sindrom Sjogren, sistem cardiovaskuler dapat menyerupai perikarditis konstriktif

yang berat, lesi inflamatif yang menyerupai nodul rheumatoid dapat dijumpai

pada myocardium dan katup jantung, lesi ini dapat menyebabkan disfungsi katup,

fenomena embolisasi, gangguan konduksi dan kardiomiopati.

D. PATOFISIOLOGI

Cedera mikro vascular dan jumlah sel yang mebatasi dinding sinovium

merupakan lesi paling dini pada sinovisis rematoid. Sifat trauma yang menimbulkan

respon ini masih belum diketahui. Kemudian, tampak peningkatan jumlah sel yang

membatasi dinding sinovium bersama sel mononukleus privaskular. Seiring dengan

perkembangan sinovium edematosa dan menonjol kedalam rongga sendi sebagai

tonjolan – tonjolan vilosa.

Pada penyakit rematoid artritis terdapat 3 stadium yaitu :

a. Stadium sinovisis

Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai

hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun bergerak,

bengkak dan kekakuan.

b. Stadium destruksi

Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada

jaringan sekitarnya yang ditandai dengan adanya kontraksi tendon.

c. Stadium deformitas

Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas

dan gangguan fungsi secara menetap.


E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

 Faktor reumatoid : positif pada 80 – 95% kasus

 Fiksasi lateks : positif pada 75% dari kasus – kasus khas

 Reaksi – reaksi aglutinasi : positif pada lebih dari 50% kasus – kasus yang khas

 LED : umumnya meningkat pesat (80 – 100 mm/h) mungkin kembali normal

sewaktu gejala – gejal meningkat

 Protein C – kreatif : positif selama masa eksaserbasi

 SDP : meningkat pada waktu timbul proses inflamasi

 JDL : umumnya menunjukkan anemia sedang

 Ig (Ig M dan Ig G) : peningkatan besar menunjukkan proses autoimun sebagai

penyebab AR

 Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan yang

lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan awal)

berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan

subluksasio. Perubahan osteoartistik yang terjadi secara bersamaan.

 Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinovium

 Artroskopi langsung : visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas

degenerasi tulang pada sendi

 Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari

normal : buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon inflamasi, produk –

produk pembuangan degeneratif); elevasi SDP dan lekosit, penuruna viskositas

dan komplemen (C3 dan C4)

 Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan

panas
Kriteria diagnostik artritis reumatoid adalah terdapat poli artritis yang simetris

yang mengenai sendi – sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang –

kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi

peri artikuler pada foto rontgen.

Kriteria reumatoid artritis menurut American Reumatism Association (ARA)

adalah :

 Kekuatan sendi jari – jari tangan pada pagi hari (Morning Stiffness)

 Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang – kurangnya pada satu

sendi

 Pembengkakan (oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan) pada salah

satu sendi secara terus – menerus sekurang – kurangnya selama 6 minggu

 Pembengkakan pada salah satu sendi lain sekurang – kurangnya selama 6 minggu

 Pembengkakan sendi yang bersifat simetris

 Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor

 Gambaran foto rontgen yang khas pada reumatoid arthritis

 Uji aglutinasi faktor rheumatoid

 Pengendapan cairan musin yang jelek

 Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia

 Gambaran histologik yang khas pada nodul

Berdasarkan kriteria ini maka disebut :

 Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang – kurangnya 6 minggu

 Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang – kurangnya 6 minggu

 Kemungkinan reumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung sekurang –

kurangnya 4 minggu
F. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan medik pada pasien RA diantaranya :

a. Pendidikan : meliputi tentang pengertian, patofisiologi, penyebab dan prognosis

penyakit ini

b. Istirahat : karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat

c. Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang, ini

bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi pasien

d. Termoterapi

e. Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat

f. Pemberian obat – obatan :

 Anti inflamasi non steroid (NSAID) contoh : aspirin yang diberikan pada dosis

yang telah ditentukan

 Obat – obat untuk reumaoid artritis :

 Acetyl salicylic acid, cholyn salicylate (analgetik, antipyretik, anty

inflamatory)

 Indomethacin / indocin (analgetik, anti inflamatori)

 Ibufropen / motrin (analgetik, anti inflamatori)

 Tolmetin sodium / tolectin (analgetik, anti inflamatori)

 Naproxsen / naprosin (analgetik, anti inflamatori)

 Sulindac / clinoril (analgetik, anti inflamatori)

 Piroxicam / feldene (analgetik, anti inflamatori)


BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan

organ-organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya

eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.

1. Aktivitas/ istirahat

Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada

sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris. Limitasi

fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan,

keletihan.

Tanda : Malaise. Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/

kelaianan pada sendi.

2. Kardiovaskuler

Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat intermitten, sianosis,

kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).

3. Integritas ego

Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan,

ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan. Keputusan dan ketidakberdayaan

( situasi ketidakmampuan ). Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas

pribadi ( misalnya ketergantungan pada orang lain).

4. Makanan/ cairan

Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan

adekuat: mual, anoreksia. Kesulitan untuk mengunyah ( keterlibatan TMJ


Tanda : Penurunan berat badan. Kekeringan pada membran mukosa.

5. Hygiene

Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.

Ketergantungan

6. Neurosensori

Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.

Gejala : Pembengkakan sendi simetris

7. Nyeri/ kenyamanan

Gejala : Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh pembengkakan

jaringan lunak pada sendi ).

8. Keamanan

Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki.

Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga.

Demam ringan menetap Kekeringan pada meta dan membran mukosa.

9. Interaksi social

Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran;

isolasi.

10. Penyuluhan/ pembelajaran

Gejala : Riwayat AR pada keluarga ( pada awitan remaja ). Penggunaan makanan

kesehatan, vitamin, “ penyembuhan “ arthritis tanpa pengujian.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi

cairan / proses inflamasi, destruksi sendi.

Dapat dibuktikan oleh :


keluhan nyeri, ketidaknyamanan, kelelahan, berfokus pada diri sendiri, perilaku

distraksi / respons autonomic, perilaku yang bersifat hati – hati / melindungi.

Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi pasien akan :

 Menunjukkan nyeri hilang / terkontrol

 Terlihat rifleks, dapat tidur / beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai

dengan kemampuan

 Mengikuti program farmakologis yang diresepkan

 Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program

kontrol nyeri

Intervensi dan rasional :

1. Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0 – 10). Catat faktor –

faktor yang mempercepat dan tanda – tanda rasa sakit non verbal.

R/ : membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan

program

2. Berikan matras atau kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai

kebutuhan.

R/ : matras yang lembut dan empuk, bantal yang besar akan mencegah

pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang

sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang

terinflamasi atau nyeri.

3. Tempatkan atau pantau penggunaan bantal, karung pasir, gulungan trokhanter,

bebat, brace.
R/ : mengistirahatkan sendi – sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral.

Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan dapat mengurangi kerusakan pada

sendi.

4. Dorong untuk sering mengubah posisi, bantu untuk bergerak di tempat tidur,

sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang menyentak.

R/ : mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan

sendi, mengurangi gerakan atau rasa sakit pada sendi.

5. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada pada waktu

bangun atau pada waktu akan tidur. Sediakan waslap hangat untuk mengompres

sendi – sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi

dan sebagainya.

R/ : panas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan

melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan dan

luka dermal dapat disembuhkan.

6. Berikan masase yang lembut.

R/ : meningkatkan relaksasi, menurunkan nyeri.

7. Dorong penggunaan teknik manajemen stress, misalnya relaksasi progresif,

sentuhan terapeutik, biofeed back, visualisasi, pedoman imajinasi, hyonosis diri,

dan pengendalian napas.

R/ : meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol dan mungkin meningkatkan

kemampuan koping.

8. Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu.


R/ : memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi, dan meningkatkan

rasa percaya diri dan perasaan sehat.

2) Kebutuhan pembelajaran mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan / mengingat, kesalahan

interpretasi informasi.

Dapat dibuktikan oleh :

 Pertanyaan / permintaan informasi, pernyataan kesalahan konsep.

 Tidak tepat mengikuti instruksi / terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.

Hasil yang diharapkan / kriteria Evaluasi - Pasien akan :

 Menunjukkan pemahaman tentang kondisi / prognosis, perawatan.

 Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi gaya hidup

yang konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas.

Intervensi dan rasional :

1. Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan.

R/ : memberikan pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan

informasi.

2. Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui diet,

obat-obatan, dan program diet seimbang, latihan dan istirahat.

R/ : tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekan inflamasi sendiri / jaringan lain

untuk mempertahankan fungsi sendi dan mencegah deformitas.

3. Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realistis, istirahat,

perawatan pribadi, pemberian obat-obatan, terapi fisik, dan manajemen stres.

R/ : memberikan struktur dan mengurangi ansietas pada waktu menangani proses

penyakit kronis kompleks.


4. Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapeutik.

R/ : keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung pada ketepatan dosis.

5. Anjurkan mencerna obat-obatan dengan makanan, susu, atau antasida pada waktu

tidur.

R/ : membatasi irigasi gaster, pengurangan nyeri pada HS akan meningkatkan

tidur dan mengurangi kekakuan di pagi hari.

6. Identifikasi efek samping obat-obatan yang merugikan, misalnya tinitus,

perdarahan gastrointestinal, dan ruam purpuruik.

R/ : memperpanjang dan memaksimalkan dosis aspirin dapat mengakibatkan takar

lajak. Tinitus umumnya mengindikasikan kadar terapeutik darah yang tinggi.

7. Tekankan pentingnya membaca label produk dan mengurangi penggunaan obat-

obat yang dijual bebas tanpa persetujuan dokter.

R/ : banyak produk mengandung salisilat tersembunyi yang dapat meningkatkan

risiko takar layak obat / efek samping yang berbahaya.

8. Tinjau pentingnya diet yang seimbang dengan makanan yang banyak mengandung

vitamin, protein dan zat besi.

R/ : meningkatkan perasaan sehat umum dan perbaikan jaringan.

9. Dorong pasien obesitas untuk menurunkan berat badan dan berikan informasi

penurunan berat badan sesuai kebutuhan.

R/ : pengurangan berat badan akan mengurangi tekanan pada sendi, terutama

pinggul, lutut, pergelangan kaki, telapak kaki.

10. Berikan informasi mengenai alat bantu.

R/ : mengurangi paksaan untuk menggunakan sendi dan memungkinkan individu

untuk ikut serta secara lebih nyaman dalam aktivitas yang dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis & NANDA. Yogyakarta : 2013

Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders. In: Tierney LM, McPhee,

Papadakis MA (Eds): Current Medical Diagnosis & Treatment, 34 th ed., Appleton &

Lange, International Edition, Connecticut 2005, 729-32.

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.

Jakarta : EGC. 2002.

www.perawatblogger.com./asuhan_keperawatan_rheumatoid_artritis.html

www.askepnurse.blogspot.com/askep_rheumatoid_artritis.mht

Anda mungkin juga menyukai