Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN KELUARGA

Konsep Dasar Keluarga

A. Definisi

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama

dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran

masing – masing yang merupakan bagian dari keluarga. (Friedman, 1998)

Keluarga adalah suatu ikatan/persekutuan hidup atas dasar perkawinan

antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang

laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendiriran dengan atau tanpa

anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah

tangga.(Sayekti, 1994)

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-

isteri, atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan

anaknya. (UU No.10 tahun 1992)

B. Tipe Keluarga

Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

1. Keluarga inti (nuclear family)

Keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari

keturunannya atau adopsi atau keduanya.

2. Keluarga besar (extended family)

Keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai

hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi).

Dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa

individualisme, pengelompokan tipe keluarga selain kedua diatas berkembang

menjadi :
1. Keluarga bentukan kembali (dyadic family)

Keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau

kehilangan pasangannya.

2. Orang tua tunggal (single parent family)

Keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat

perceraian atau ditinggal pasangannya.

3. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother).

4. Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa

pernah menikah (the single adult living alone).

5. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non-marital

heterosexual cohabiting family).

6. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay

and lesbian family).

C. Tahap Perkembangan Keluarga

Ada perbedaan pembagian tahap perkembangan menurut Carter dan

McGoldrick (1989) dan Duvall (1985), yaitu sebagai berikut :

Carter dan McGoldrick Duvall

(family therapy perspective, 1989) (sociological perspective, 1985)


1. Keluarga antara : masa bebas Tidak diidentifikasi karena periode

(pacaran) dewasa muda waktu antara dewasa dan menikah tak

dapat ditentukan
2. Terbentuknya keluarga baru melalui 1. Keluarga baru menikah

suatu perkawinan

3. Keluarga yang memiliki anak usia 2. Kelurga dengan anak baru lahir

muda (anak usia bayi sampai usia (usia anak tertua sampai 30 bulan)
sekolah) 3. Kelurga dengan anak prasekolah

(usia anak tertua 2,5 s/d 5 tahun)

4. Keluarga dengan anak usia

sekolah (usia anak tertua 6 – 12

tahun)
4. Keluarga yang memiliki anak 5. Keluarga dengan anak remaja

dewasa (usia anak tertua 13 – 20 tahun)


5. Keluarga yang mulai melepas 6. Keluarga mulai melepas anak

anaknya untuk keluar rumah sebagai dewasa (anak anaknya

mulai meninggalkan rumah)

7. Keluarga yang hanya terdiri dari

orang tua saja / keluarga usia

pertengahan (semua anak

meninggalkan rumah)
6. Keluarga lansia 8. Keluarga Lansia

Berikut ini adalah tugas perkembangan keluarga sesuai tahap

perkembangannya :

Tahap perkembangan Tugas perkembangan (utama)


1. Keluarga baru menikah  Membina hubungan intim

yang memuaskan
 Membina hubungan dengan

keluarga lain, teman, dan

kelompok social

 Mendiskusikan rencana

memiliki anak
2. Keluarga dengan anak baru lahir  Mempersiapkan menjadi

orang tua

 Adaptasi dengan perubahan

adanya anggota keluarga,

interaksi keluarga, hubungan

seksual, dan kegiatan

 Mempertahankan hubungan

dalamrangka memuaskan

pasangannya
3. Keluarga dengan anak usia pra-  Memenuhi kebutuhan

sekolah anggota keluarga

 Membantu anak untuk

bersosialisasi

 Beradaptasi dengan anak

yang baru lahir, kebutuhan

anak yang lain harus

terpenugi

 Mempertahankan hubungan

yang sehat

 Pembagian waktu untuk

individu, pasangan, anak.


 Pembagian tanggungjawab

anggota keluarga

 Merencanakan kegiatan dan

waktu untuk menstimulasi

pertumbuhan dan

perkembangan anak
4. Keluarga dengan anak usia sekolah  Membantu sosialisasi anak

 Mempertahankan keintiman

pasangan

 Memenuhi kebutuhan yang

meningkat
5. Keluarga dengan anak remaja  Memberikan kebebasan yang

seimbang dan bertanggung

jawab

 Mempertahankan hubungan

intim dalam keluarga

 Mempertahankan komunikasi

terbuka

 Mempersiapkan perubahan

sistem peran dan peraturan

anggota keluarga
6. Keluarga mulai melepas anak  Memperluas jaringan

sebagai deasa keluarga

 Mempertahankan keintiman

pasangan

 Membantu anak untuk


mandiri sebagai keluarga baru

di masyarakat

 Penataan kembali peran orang

tua dan kegiatan di rumah


7. Keluarga usia pertengahan  Mempertahankan kesehatan

individu dan pasangan

 Mempertahankan hubungan

yang serasi dan memuaskan

dengan anak-anak dan sebaya

 Meningkatkan kekaraban

pasangan
8. Keluarga usia tua  Mempertahankan suasana

kehidupan rumah tangga yang

saling menyenangkan

pasangannya

 Adaptasi dengan perubahan

yang terjadi : kehilangan

pasangan, kekuatan fisik,

penghasilan keluarga.

 Mempertahankan keakraban

pasangan dan saling merawat

 Melakukan life review masa

lalu

D. Struktur Keluarga
Menurut Parad dan Caplan (1965) yang diadopsi oleh Friedman mengatakan

ada empat elemen struktur keluarga, yaitu :

1. Struktur peran keluarga

Menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam keluarga

sendiri dan perannya di lingkungan masyarakat atau peran formal dan

informal.

2. Nilai atau norma keluarga

Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini oleh

keluarga khususnya yang berhubungan dengan kesehatan.

3. Pola komunikasi keluarga

Menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah ibu, orang

tua dengan anak, anak dengan anak, dan anggota keluarga lain (pada

keluarga besar) dengan keluarga inti.

4. Struktur kekuatan keluarga

Menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan

mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang

mendukung kesehatan.

Berdasarkan keempat elemen dalam struktur keluarga, diasumsikan bahwa :

1. Keluarga merupakan system social yang memiliki fungsi sendiri.

2. Keluarga merupakan system social yang mampu menyelesaikan masalah

individu dan lingkungannya.

3. Keluarga merupakan suatu kelompok kecil yang dapat mempengaruhi

kelompok lain.
4. Perilaku individu yang ditampakkan merupakan gambaran dari nilai dan

norma yang berlaku dalam keluarga.

Di Indonesia keluarga dikelompokan menjadi 5 tahap, yaitu :

1. Keluarga Pra-sejahtera

Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal,

kebutuhan pengajaran agama, pangan, sandang, papan dan kesehatan,

atau keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator

keluarga sejahtera tahap I.

2. Keluarga Sejahtera Tahap I (KS I)

Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal,

tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial

psikologisnya, yaitu kebutuhan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga,

interaksi dengan lingkungan tempat tinggal, dan transportas

Indikator Keluarga Sejahtera Tahap I :


 Melaksanakan ibadah menurut agama masing-masing yang dianut.
 Makan 2x sehari atau lebih.
 Pakaian yang berbeda intuk berbagai keperluan.
 Lantai rumah bukan dari tanah.
 Kesehatan (anak sakit / pasangan usia subur (PUS) ingin ber-KB dibawa
ke sarana / petugas kesehatan).

3. Keluarga Sejahtera Tahap II (KS II)

Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal,

dan dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi


belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, yaitu : kebutuhan

menabung dan memperoleh informasi.

Indikator Keluarga Sejahtera Tahap II :


 Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut
agama masing-masing yang dianut.
 Makan daging / ikan / telur sebagai lauk pauk, paling kurang 1x
dalam seminggu.
 Memperoleh pakaian baru dalam 1 tahun terakhir.
 Luas lantai tiap penghuni rumah 8 M2 perorang.
 Anggota keluarga sehat dalam 3 bulan terakhir sehingga dapat
melaksanakan fungsi masing-masing.
 Keluarga yang berumur 15 tahun ke atas mempunyai penghasilan
tetap.
 Bisa baca tulis latinbagi setiap anggota keluarga dewasa yang
berumur 10 – 60 tahun.
 Anak usia sekolah (7-15 tahun) bersekolah.
 Anak hidup 2 atau lebih, keluarga masih PUS, saat ini memakai
kontrasepsi.

4. Keluarga Sejahtera Tahap III (KS III)

Keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan


Indikator Keluarga Sejahtera Tahap III:
sosial psikologisnya, dan dapat memenuhi kebutuhan pengembangan,
 Upaya keluarga untuk meningkatkan / menambah
tetapipengetahuan
belum dapatagama.
memberikan sumbangan (kontribusi) yang maksimal
 Keluarga mempunyai tabungan.
terhadap masyarakat secara teratur (dalam waktu tertentu) dalam bentuk
 Makan bersama paling kurang sekali sehari.
material dan keuangan untuk social kemasyarakatan, juga berperan serta
 Ikut serta dalam kegiatan masyarakat.
 Rekreasi
secara bersama/penyegaran
aktif dengan paling kurang
menjadi pengurus lembagadalam 6 bulan.
kemasyarakatan atau
 Memperoleh berita dari surat kabar, radio, televise, dan
yayasan social, keagamaan, kesenian, olahraga, pendidikan, dan lain
majalah.
sebagainya.
 Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi.
5. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus (KS III Plus)

Keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, baik yang

bersifat dasar, kebutuhan sosial psikologisnya, maupun

pengembangan,serta telah mampu memberikan sumbangan yang nyata

dan berkelanjutan bagi masyarakat.

Indikator Keluarga Sejahtera Tahap III Plus:


 Memberikan sumbangan secara teratur (waktu tertentu) dan
sukarela dalam bentuk material kepada masyarakat.
 Aktif sebagai pengurus yayasan/panti.

Berdasarkan intruksi Presiden Nomor 3 tahun 1996 tentang Pembangunan

Keluarga Sejahtera Dalam Rangka Peningkatan Penanggulangan Kemiskinan,

Keluarga miskin adalah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera I (KS I).

Tahun 2000 Badan Kesejahteraan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

menetapkan 9 indikator keluarga miskin.


Indikator Keluarga Miskin ;
 Tidak bisa Makan 2x sehari atau lebih.
 Tidak bisa menyediakan daging / ikan / telur sebagai lauk pauk, paling
kurang seminggu sekali.
 Tidak bisa memiliki Pakaian yang berbeda untuk setiap aktivitas.
 Tidak bisa Memperoleh pakaian baru minimal 1 stel setahun sekali.
 Bagian terluas lantai rumah dari tanah.
 Luas lantai rumah kurang dari 8 M2untuk setiap penghuni rumah.
 Tidak ada anggota keluarga berusia 15 tahun mempunyai penghasilan
tetap.
 Bila anak sakit/PUS ingin ber-KB tidak bisa ke fasilitas kesehatan.
 Anak berumur 7-15 tahuntidak bersekolah.

E. Fungsi Keluarga

Secara umum fungsi keluarga (Friedman, 1998) adalah sevagai berikut :

1. Fungsi afektif (the affective function)

Fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu

untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.

Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang

merupakan basis kekuatan keluarga.

Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan

psikososial anggota keluarga.Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif

tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota


keluarga.Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang

positif.Hal tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi

dan hubungan dalam keluarga.Dengan demikian, keluarga yang berhasil

melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat

mengembangkan konsep diri positif.

Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan

fungsi afektif adalah :

 Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling

mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan

dukungan dari anggota yang lain. Maka, kemampuannya untuk

memberikan kasih sayang akan meningkat, yang pada akhirnya

tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan

intim di dalam keluarga merupakan modal dasar dalam memberi

hubungan dengan orang lain diluar keluarga/masyarakat.

 Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan

mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu

mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi afektif akan

tercapai.

 Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan

sepakat memulai hidup baru. Ikatan antar anggota keluarga

dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada

berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus

mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anak-anak

dapat meniru tingkah laku yang positif dari kedua orangtuanya.


Fungsi afektif merupakan “sumber energi” yang menentukan

kebahagiaan keluarga.Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah

keluarga, timbul karena fungsi afektif di dalam keluarga tidak terpenuhi.

2. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social

placement function)

Fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk

berkehidupan social sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan

dengan orang lain di luar rumah.

Soialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang

dilalui individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan

dalam lingkungan sosial (Friedmann 1986).Sosialisasi dimulai sejak

manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar

bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu

dan orang-orang yang disekitarnya. Kemudian beranjak balita dia mulai

belajar bersosialisasi dengan lingkungan sekitar meskipun demikian

keluarga tetap berperan penting dalam bersosialisasi.Keberhasilan

perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau

hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam

sosialisasi.Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma-norma,

budaya, dan perilaku melalui hubungan dan interaksi keluarga.

3. Fungsi reproduksi (the reproductive function)

Fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga

kelangsungan keluarga.

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah

sumber daya manusia.Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah,


selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk

membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan.

4. Fungsi ekonomi (the economic function)

Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara

ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu

meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti

memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal.

Banyak pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan yang tidak

seimbang antara suami dan istri, hal ini menjadikan permasalahan yang

berujung pada perceraian.

5. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan (the health care function)

Fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota

keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.Fungsi ini

dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.

Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan

praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan

kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit.Kemampuan

keluarga dalam mmberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status

kesehatan keluarga.Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan

kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang

dilaksanakan.Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti

sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.

Dengan berubahnya pola hidup agraris menjadi industrialisasi, fungsi

keluarga dikembangkan menjadi :


1. Fungsi ekonomi : keluarga diharapkan menjadi keluarga yang produktif

yang mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi dengan memanfaatkan

sumber daya keluarga.

2. Fungsi mendapatkan status sosial : keluarga yang dapat dilihat dan

dikategorikan strata sosialnya oleh keluarga lain yang berada disekitarnya.

3. Fungsi pendidikan : keluarga yang mempunyai peran dan tanggung jawab

yang besar terhadap pendidikan anak-anaknya untuk menghadapi

kehidupan dewasanya.

4. Fungsi sosialisasi bagi anaknya : orang tua atau keluarga diharapkan

mampu menciptakan kehidupan social yang mirip dengan luar rumah.

5. Fungsi pemenuhan kesehatan : keluarga diharapkan dapat memenuhi

kebutuhan kesehatan yang primer dalam rangka melindungi dan

pencegahan terhadap penyakit yang mungkin dialami keluarga.

6. Fungsi religius : keluarga merupakan tempat belajar tentang agama dan

mengamalkan ajaran keagamaan.

7. Fungsi rekreasi : keluarga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan

yang dapat mengurangi ketegangan akibat berada di luar rumah.

8. Fungsi reproduksi : bukan hanya mengembangkan keturunan, tetapi juga

merupakan tempat mengembangkan fungsi reproduksi secara universal

(menyeluruh), diantaranya : seks yang sehat dan berkualitas pendidikan

seks bagi anak, dan yang lain.

9. Fungsi afeksi : keluarga merupakan tempat yang utama untuk pemenuhan

kebutuhan psikososial sebelum anggota keluarga berada di luar rumah.

F. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan


Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas

dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi :

1. Mengenal masalah kesehatan keluarga.

2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.

3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.

4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.

5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.

G. Keluarga Sebagai Sistem

Sistem secara umum adalah kumpulan dari beberapa bagian fungsional

yang saling berhubungan dan tergantung satu dengan yang lain dalam waktu

tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Alasan keluarga disebut sebagai sistem adalah sebagai berikut:

1. Keluarga mempunyai subsistem; anggota, fungsi, peran aturan, budaya

dan lainnya yang dipelajari dan dipertahankan dalam kehidupan kleuarga.

2. Terdapat saling berhubungan dan ketergantungan antar-subsistem.

3. Merupakan unit (bagian ) terkecil dari masyarakat yang dapat

mempengaruhi supra-sistemnya (masyarakat).

Seperti pada umumnya suatu sistem, keluarga juga mempunyai

komponen-komponen sistem. Komponen dalam sistem keluarga sebagai

berikut :

Lingkungan

Masukan Proses Luaran

Umpan balik
Keterangan :

 Masukan (input), terdiri dari : anggota keluarga, struktur keluarga, fungsi

keluarga, aturan dari lingkungan (masyarakat) sekitar (luas), budaya, agama, dan

sebagainya.

 Proses (throughput) merupakan proses yang terjadi dalam melaksanakan fungsi

keluarga.

 Luaran (output) adalah hasil dari suatu proses yang berbentuk perilaku keluarga :

perilaku social, perilaku kesehatan, perilaku keagamaan, perilaku sebagai warga

Negara, dan yang lain.

 Umpan balik (feedback) adalah sebagai pengontrol dalam masukan dan proses

yang berasal dari perilaku keluarga yang ditampakkan pada

lingkungan/masyarakat di sekitarnya.

Keluarga sebagai sistem mempunyai karakteristik dasar yang dapat

dikelompokkan sebagai berikut :

 Keluarga sebagai sistem terbuka

Suatu sistem yamg mempunyai kesemapatan dan mau menerima atau

memperhatikan lingkungan (masyarakat) sekitarnya.

 Keluarga sebagai sistem tertutup

Suatu sistem yang kurang mempunyai kesempatan, kurang mau

menerima atau memberi perhatian kepada lingkungan (masyarakat)

sekitarnya.

Berikut ini keluarga sebagai sistem memengaruhi suprasistem (masyarakat).

Masyarakat luas
Komunitas

Sistem
yang lain

Sistem Sistem
kesehatan kesehatan

Keluarga dengan
karakteristiknya

Sistem Sistem
kesehatan kesehatan

Karakteristik keluarga sebagai sistem :

Sistem Terbuka Sistem Tertutup


Pola Komunikasi Langsung, jelas, spesifik, Tidak langsung, tidak jelas,

Keluarga tulus, jujur, tanpa hambatan. tidak spesifik, tidak selaras,

sering menyalahkan, kacau,

membingungkan.
Aturan Keluarga  Hasil musyawarah, tak  Ditentukan tanpa

tertinggal zaman, berubah musyawarah, tidak

sesuai kebutuhan keluarga. sesuai perkembangan,

 Bebas mengeluarkan mengikat, tidak sesuai

pendapat kebutuhan.

 Pendapat terbatas
Perilaku Anggota  Sesuai dengan kemampuan  Memiliki sikap

Keluarga keluarga, memiliki melawan, kacau, tidak

kesiapan, mampu siap (selalu tergantung),

berkembang sesuai tidak berkembang.

kondisi.  Harga diri : kurang

 Harga diri, percaya diri percaya diri (ragu-ragu),

meningkat dan mampu kurang mendapat

mengembangkan dirinya. dukungan untuk

mengembangkan diri.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

1. Pengkajian

Pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga

Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan

melalui ppraktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk

menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan

pendekatan proses keperawatan. Secara umum, tujuan asuhan keperawatan keluarga

adalah ditingkatkannya kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah

kesehatannya secara mandiri.

Norma yang digunakan untuk menentukan status kesehatan keluarga adalah :

a. Keadaan kesehatan normal dari setiap anggota keluarga.


b. Keadaan rumah dan lingkungannya yang membawa kepada peningkatan

kesejahteraan keluarga.

c. Sifat keluarga, dinamika dan tingkat kemampuan keluarga yang dapat

membawa kepada perkembangan keluarga dan prilaku sehat.

Yang termasuk dalam tahap ini adalah :

a. Pengumpulan Data

Dapat dilakukan dengan cara :

1) Wawancara, yang berkaitan dengan hal-hal yang perlu diketahui, baik aspek

fisik, mental, sosial budaya, ekonomi, kebiasaan, dan sebagainya.

2) Pengamatan, terhadap hal-hal yang tidak perlu dinyatakan.

3) Study dokumentasi, misalnya yang berkaitan dengan perkembangan

kesehatan anak di antaranya KMS, kartu keluarga dan catatan kesehatan

lainnya.

4) Pemeriksaan fisik, dilakukan terhadap anggota keluarga yang mempunyai

masalah kesehatan dan keperawatan berkaitan dengan keadaan fisik.

Adapun data-data yang dikumpulkan meliputi hal-hal sebagai berikut :

1) Identitas keluarga

2) Riwayat kesehatan keluarga baik yang sedang dialami maupun yang pernah

dialami.

3) Anggota keluarga

4) Jarak antara lokasi dan fasilitas kesehatan masyarakat yang ada

5) Keadaan lingkungan meliputi biologis, psikologis, sosial, kultural, spiritual,

lingkungan, dan data penunjang lainnya.

b. Analisa Data
Di dalam menganalisa data ada 3 norma yang perlu diperhatikan dalam melihat

perkembangan kesehatan keluarga yaitu :

1) Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga

2) Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan yang meliputi rumah, sumber air

minum, jamban keluarga, tempat pembuangan air limbah dan penempatan

penerangan yang ada.

3) Karakteristik keluarga.

c. Perumusan Masalah

Setelah data dianalisis, maka selanjutnya dapat dirumuskan masalah kesehatan

dalam keperawatan keluarga dapat menggambarkan keadaan kesehatan dan status

kesehatan keluarga. Karena merupakan hasil pemikiran dan pertimbangan yang

mendalam tentang situasi kesehatan lingkungan, norma, nilai, kultur yang dianut

oleh keluarga tersebut.

Dalam menyusun masalah kesehatan dan keperawatan keluarga, seorang

perawat selalu mengacu kepada tipologi masalah kesehatan dan keperawatan.

Tipologi masalah keluarga ada 3 kelompok masalah besar yaitu :

1) Ancaman kesehatan

2) Kurang/tidak sehat

3) Situasi krisis

Masalah keperawatan yang dapat muncul yaitu : ketidakmampuan keluarga dalam

melaksanakan tugas-tugas kesehatan dan keperawatan.

1) Ketidaksanggupan mengenal masalah kesehatan keluarga disebabkan karena :

a) Kurang pengetahuan / ketidaktahuan fakta

b) Rasa takut akibat masalah diketahui

c) Sikap dan falsafah hidup


d) Prioritas masalah

e) Menegakkan diagnosa keperawatan

2) Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam mengambil tindakan tepat,

disebabkan karena :

a) Tidak memahami, mengenal sifat berat dan luasnya masalah

b) Masalah tidak begitu menonjol

c) Keluarga tidak sanggup memecahkan masalah karena kurang pengetahuan dan

kurangnya sumber data keluarga

d) Takut dari akibat tindakan, fasilitas kesehatan tidak terjangkau

3) Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit disebabkan karena :

a) Tidak mengetahui keadaan penyakit

b) Tidak mengetahui tentang perkembangan perawatan yang dibutuhkan

c) Kurang / tidak sehat terhadap fasilitas yang diperlukan untuk perawatan

d) Tidak seimbang sumber-sumber yang ada dalam keluarga

4) Ketidaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi

kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga disebabkan karena :

a) Sumber-sumber keluarga tidak cukup di antaranya keluarga, tanggung jawab

dan keadaan fisik rumah yang tidak memenuhi syarat

b) Kurang dapat melihat keuntungan dan pemeliharaan lingkungan rumah

c) Ketidaktahuan tentang pentingnya sanitasi lingkungan

d) Sikap dan pandangan hidup

5) Ketidaktahuan menggunakan sumber di masyarakat guna memelihara kesehatan

disebabkan karena :

a) Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada

b) Tidak memahami keuntungan yang diperoleh


c) Kurang percaya terhadap petugas kesehatan

d) Sikap dan fasilitas hidup

2. Prioritas Masalah

Setelah menentukan masalah atau diagnosa keperawatan, langkah selanjutnya

adalah menentukan prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga. Dalam

menyusun prioritas masalah kesehatan keperawatan keluarga harus disarankan kepada

beberapa kriteria sebagai berikut :

PRIORITAS MASALAH

No. Kriteria
1. Sifat masalah .............................................................................. 1

Skala :

Ancaman kesehatan .................. 3

Tidak / kurang sehat ................... 2

Krisis ........................................... 1

2. Kemungkinan masalah dapat diubah .......................................... 2

Skala :

Dengan mudah ........................... 2

Hanya sebagian .......................... 1

Tidak dapat ................................. 0

3. Potensi masalah untuk diubah ..................................................... 1


Skala :

Tinggi .......................................... 3

Cukup ......................................... 2

Rendah ....................................... 1

4. Menonjolnya masalah .................................................................... 1

Skala :

Masalah berat harus ditangani ... 2

Masalah yang tidak perlu

segera ditangani .......................... 1

Masalah tidak dirasakan .............. 0

skor
Kemudian skoring = × bobot
angka tertinggi

Di mana skor tertinggi adalah 5 dan semua untuk seluruh bobot

3. Perencanaan

Langkah setelah pengkajian adalah menyusun perencanaan keperawatan

kesehatan dan keperawatan keluarga. Rencana keperawatan keluarga adalah

sekumpulan tindakan yang ditentukan perawata untuk dilaksanakan dalam

memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi.

Ciri-ciri rencana keperawatan keluarga yaitu :

a. Berpusat pada tindakan-tindakan yang dapat memecahkan atau meringankan

masalah yang sedang dihadapi.

b. Merupakan hasil dari suatu proses yang sistematis dan telah dipelajari dengan

pikiran yang logis.

c. Rencana keperawatan keluarga berhubungan dengan masa yang akan datang.


d. Berkaitan dengan masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang

diidentifikasi.

e. Rencana perawatan merupakan cara untuk mencapai tujuan.

f. Merupakan suatu proses yang berlangsung secara terus menerus.

Menurut Friedman 1998, intervensi-intervensi yang dapat muncul pada

keperawatan keluarga, yaitu :

a. Memodifikasi perilaku

b. Pembuatan kontrak

c. Manajemen koordinasi kasus

d. Strategi-strategi kolaboratif

e. Konseling termasuk dukungan, penilaian kognitif dan membuat kembali kerangka

f. Memberikan kuasa kepada keluarga lewat partisipasi aktif

g. Modifikasi lingkungan

h. Advokasi keluarga

i. Intervensi krisis keluarga

j. Membuat jaringan kerja termasuk pemakaian

k. Model peran

l. Memberikan informasi dan keahlian teknis

m. Suplementasi peran

n. Pengajaran dari berbagai strategi, termasuk manajemen

o. Stres, modifikasi gaya hidup dan bimbingan antisipasi.

4. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga didasarkan kepada

asuhan keperawatan yang telah disusun.


Kegagalan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan dan kesehatan dalam

memecahkan masalah kesehatan keluarga disebabkan oleh banyak faktor, di

antaranya

a. Kurang pengetahuan dalam bidang kesehatan

b. Informasi yang diperoleh keluarga tidak menyeluruh

c. Mempertahankan suatu pola tingkah laku karena kebiasaan yang melekat

d. Adat istiadat yang berlaku

e. Kegagalan dalam mengaitkan tindakan dengan sasaran

f. Kurang percaya terhadap tindakan yang diusulkan.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi

selalu berkaitan dangan tujuan, apabila dalam evaluasi tidak tercapai maka perlu

dicari penyebabnya dan evaluasi dengan menggunakan SOAP secara optimal.

Tolak ukur yang dipergunakan dalam evaluasi yaitu :

1. Kriteria kebersihan

2. Standar keperawatan

3. Perubahan perilaku

Metode penilaian (evaluasi) adalah :

1. Observasi langsung, mengamati secara langsung perubahan yang terjadi

dalam keluarga.

2. Wawancara, mewawancarai keluarga yang berkaitan dengan perubahan

sikap apakah telah menjalankan anjuran yang diberikan perawat.

3. Memeriksa laporan, dapat dilihat dari rencana asuhan keperawatan yang

dibuat dan tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana.


4. Latihan stimulasi, berguna dalam meentukan perkembangan kesanggupan

melaksanakan asuhan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Keperawatan Keluarga: Konsep Teori, Proses dan

Praktik Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Herdman, T Heather. 2011. Nanda internasional Diagnosis Keperawatan 2009-2011.

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

Anda mungkin juga menyukai