Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada
jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
3. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas
dan gangguan fungsi secara menetap.
C. ETIOLOGI ARTRITIS REUMATOID
Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa
hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
1. Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC dan faktor
Reumatoid
2. Gangguan Metabolisme
3. Genetik
4. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)
Penyebab penyakit Reumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun
faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi), faktor
metabolik, dan infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).
Adapun Faktor risiko yang akan meningkatkan risiko terkena nya artritis
reumatoid adalah;
Jenis Kelamin.
Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki. Perbandingannya adalah 23:1.
Umur.
Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun. Namun penyakit
ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (artritis reumatoid juvenil)
Riwayat Keluarga.
Apabila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit artritis Reumatoid
maka anda kemungkinan besar akan terkena juga.
Merokok.
Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid.
turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan
menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer & Bare, 2002).
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti
vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan,
sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada
persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago.
Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang
menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi,
karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan
tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan
subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa
menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan
adanya masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang
sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Namun pada
sebagian kecil individu terjadi progresif yang cepat ditandai dengan kerusakan sendi
yang terus menerus dan terjadi vaskulitis yang difus (Long, 1996).
Pathway Artritis Reumatoid
Nyeri persendian
Bengkak (Reumatoid nodule)
Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
Terbatasnya pergerakan
Sendi-sendi terasa panas
Demam (pireksia)
Anemia
Berat badan menurun
Kekuatan berkurang
Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal
Pasien tampak anemik
Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :
Gerakan menjadi terbatas
Adanya nyeri tekan
Deformitas bertambah pembengkakan
Kelemahan
Depresi
Gejala Extraartikular :
Pada jantung : Reumatoid
lesion
(gangguan
katub),Pericarditis, Myocarditis
Pada mata : Keratokonjungtivitis, Scleritis
Pada lympa : Lhymphadenopathy
Pada thyroid : Lyphocytic thyroiditis
Pada otot : Mycsitis
Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada penderita artritis
reumatoid. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang
bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinis yang sangat bervariasi.
1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan
demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
2. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan,
namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua
sendi diartrodial dapat terserang.
3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat generalisata tatapi
terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi
pada osteoartritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan
selalu kurang dari 1 jam.
4. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik.
Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan ini dapat
dilihat pada radiogram.
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai
hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat,
bengkak dan kekakuan.
2. Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada
jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
3. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas
dan gangguan fungsi secara menetap.
Keterbatasan fungsi sendi dapat terjadi sekalipun stadium pada penyakit
yang dini sebelum terjadi perubahan tulang dan ketika terdapat reaksi inflamasi yang
akut pada sendi-sendi tersebut. Persendian yang teraba panas, membengkak, tidak
mudah digerakkan dan pasien cendrung menjaga atau melinddungi sendi tersebut
dengan imobilisasi. Imobilisasi dalam waktu yang lama dapat menimbulkan
kontraktur sehingga terjadi deformitas jaringan lunak. Deformitas dapat disebabkan
oleh ketidaksejajajran sendi yang terjadi ketika sebuah tulang tergeser terhadap
lainnya dan menghilangkan rongga sendi (Smeltzer & Bare, 2002).
Adapun tanda dan gejala yang umum ditemukan atau sangat serius terjadi
pada lanjut usia menurut Buffer (2010), yaitu: sendi terasa kaku pada pagi hari,
bermula sakit dan kekakuan pada daerah lutut, bahu, siku, pergelangan tangan dan
kaki, juga pada jari-jari, mulai terlihat bengkak setelah beberapa bulan, bila diraba
akan terasa hangat, terjadi kemerahan dan terasa sakit/nyeri, bila sudah tidak
tertahan dapat menyebabkan demam, dapat terjadi berulang
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus
peptik yang merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid
(OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying antirhematoid
drugs, DMARD ) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama
pada arthritis reumatoid.
Komlikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar
dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan
dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik
akibat vaskulitis.
G. KRITERIA DIAGNOSTIK ARTRITIS REUMATOID
Kriteria American Rheumatism Association untuk Artritis Reumatoid, Revisi 1987.
No
Kriteria
Artritis pada
persendian tangan
Definisi
Kekakuan pada pagi hari pada persendian dan
disekitarnya, sekurangnya selama 1 jam
sebelum perbaikan maksimal
Pembengkakan jaringan lunak atau persendian
atau lebih efusi (bukan pertumbuhan tulang)
pada sekurang-kurangnya 3 sendi secara
bersamaan yang diobservasi oleh seorang
dokter. Dalam kriteria ini terdapat 14
persendian yang memenuhi kriteria yaitu PIP,
MCP, pergelangan tangan, siku pergelangan
kaki dan MTP kiri dan kanan.
Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan
satu persendian tangan seperti yang tertera
diatas.
4
Artritis simetris
Keterlibatan sendi yang sama (seperti yang
tertera pada kriteria 2 pada kedua belah sisi,
keterlibatan PIP, MCP atau MTP bilateral dapat
diterima walaupun tidak mutlak bersifat
simetris.
5
Nodul Reumatoid
Nodul subkutan pada penonjolan tulang atau
permukaan ekstensor atau daerah jukstaartrikular yang diobservasi oleh seorang dokter.
6
Faktor Reumatoid
Terdapatnya titer abnormal faktor reumatoid
serum
serum yang diperiksa dengan cara yang
memberikan hasil positif kurang dari 5%
kelompok kontrol yang diperiksa.
7
Perubahan gambaran
Perubahan gambaran radiologis yang radiologis
khas bagi arthritis reumotoid pada periksaan
sinar
X
tangan
posteroanterior
atau
pergelangan tangan yang harus menunjukkan
adanya erosi atau dekalsifikasi tulang yang
berlokalisasi pada sendi atau daerah yang
berdekatan dengan sendi (perubahan akibat
osteoartritis saja tidak memenuhi persyaratan).
Untuk keperluan klasifikasi, seseorang dikatakan menderita artritis
reumatoid jika ia sekurang-kurangnya memenuhi 4 dari 7 kriteria di atas. Kriteria 1
sampai 4 harus terdapat minimal selama 6 minggu. Pasien dengan dua diagnosis
tidak dieksklusikan. Pembagian diagnosis sebagai artritis reumatoid klasik, definit,
probable atau possible tidak perlu dibuat.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG ARTRITIS REUMATOID
1. Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa terjadi anemia dan
leukositosis, Reumatoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak,
erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal )
berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio.
Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
3. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
4. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi
5. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari
normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-
I.
1.
3. Pola Eliminasi
Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?
4.
5.
TUJUAN
tidur/beristirahat
INTERVENSI
Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan Membantu
intensitas (skala 0-10). Catat faktorfaktor yang mempercepat dan
tanda-tanda rasa sakit non verbal
Berikan matras/ kasur keras, bantal
kecil,. Tinggikan linen tempat tidur
sesuai kebutuhan
Tempatkan/ pantau penggunaan
bantl, karung pasir, gulungan
trokhanter, bebat, brace.
Dorong untuk sering mengubah
kebutuhan
keefektifan
Matras yan
yang
be
pemeliharaa
tepat, mene
yang sakit.
tidur menur
yang terinfla
Mengistirah
dan berpartisipasi
dalam
aktivitas
sesuai kemampuan.
Mengikuti program
farmakologis yang
sakit dan
netral. Pe
menurunkan
mengurangi
Mencegah
diresepkan
Menggabungkan
keterampilan
relaksasi
dan
aktivitas hiburan ke
dalam
program
kontrol nyeri.
dan kekak
sendi, meng
pada sendi
Panas me
dan mobilita
dan melepa
Sensitivitas
dihilangkan
disembuhka
Meningkatk
progresif)
nyeri
Beri obat sebelum aktivitas/ latihan Meningkatk
yang direncanakan sesuai petunjuk.
Kolaborasi: Berikan obat-obatan
sesuai petunjuk (mis:asetil salisilat)
Berikan kompres dingin jika
analgesik r
kekakuan d
Rasa ding
dibutuhkan
Gangguan
Setelah dilakukan
mobilitas
fisik tindakan
berhubungan
keperawatan
dengan deformitas selama 3x24 jam
skeletal,
nyeri, diharapkan
penurunan,
mobilitas fisik baik
kekuatan otot.
dengan kriteria :
Mempertahankan
fungsi
posisi
dengan
tidak
hadirnya/
pembatasan
kontraktur.
Mempertahankan
ataupun
meningkatkan
Evaluasi/
tegangan o
untuk ikut se
Sebagai a
lanjutkan
nyeri dan be
pemantauan Tingkat ak
eksaserbas
penyakit yan
kelelahan m
Mempertah
fungsi sen
stamina um
aktif/pasif, demikiqan juga latihan adekuat me
resistif
dan
isometris
jika karenanya
memungkinkan
dapat merus
Ubah posisi dengan sering dengan Menghilang
jumlah
personel
Demonstrasikan/
bantu
pemindahan
dan
penggunaan
bantuan mobilitas, mis, trapeze
Posisikan dengan bantal, kantung
pasir, gulungan trokanter, bebat,
kemandirian
pemindahan
mencegah r
Meningkatk
brace
resiko cider
Gunakan bantal kecil/tipis di bawah posisi sen
yang
leher.
kesejajaran
Dorong pasien mempertahankan kontraktor
memungkinkan
melakukan aktivitas postur tegak dan duduk tinggi, Mencegah f
Memaksima
berdiri, dan berjalan
Berikan lingkungan yang aman, mempertaha
misalnya
menaikkan
kursi, Menghindar
risiko imobil
Mungkin d
sistem inflam
Setelah dilakukan Dorong pengungkapan mengenai Berikan
tindakan
masalah tentang proses penyakit, mengidentif
keperawatan
harapan masa depan.
konsep da
selama 3x24 jam Diskusikan arti dari kehilangan/ langsung
diharapkan
perubahan
pada
pasien/orang Mengidentif
Gangguan
Citra
Tubuh / Perubahan
Penampilan Peran
berhubungan
dengan perubahan
kemampuan untuk gangguan
citra
melaksanakan
tubuh
berkurang
tugas-tugas umum, dengan criteria:
Mengungkapkan
peningkatan
penggunaan
peningkatan
rasa
energi,
percaya diri dalam
ketidakseimbanga kemampuan untuk
n mobilitas.
menghadapi
penyakit, perubahan
pada gaya hidup,
dan kemungkinan
seksual.
Diskusikan
persepsi
mempengar
interaksi d
menentukan
intervensi/ k
Isyarat v
terdekat da
pasienmengenai bagaimana orang mayor
pa
terdekat menerima keterbatasan.
memandang
Akui dan terima perasaan berduka, Nyeri kons
bermusuhan, ketergantungan.
perasaan
Perhatikan perilaku menarik diri, umum terjad
m
penggunaan
menyangkal
atau Dapat
keterbatasan
Menyusun rencana terlalu memperhatikan perubahan
ataupun me
membutuhk
Membantu
yang diperlukan
Berikan bantuan positif bila perlu.
Kolaborasi: Rujuk pada konseling
mendorong
mendorong
Mempertah
senang te
Menguatkan
Meningkatk
Pasien/oran
mempertaha
dapat men
diri
Meningkatk
dapat menin
Memungkin
munculnya
pasien me
koping yang
Setelah dilakukan Diskusikan tingkat fungsi umum (0- Mungkin d
tindakan
4)
sebelum
timbul
awitan/ umum den
keperawatan
eksaserbasi penyakit dan potensial yang diper
selama 3x24 jam perubahan
yang
sekarang saat ini
Mendukung
diharapkan
klien diantisipasi.
dapat
mengatur Pertahankan mobilitas, kontrol fisik/emosio
kegiatan sehari-hari, terhadap nyeri dan program latihan. Menyiapkan
dengan
criteria Kaji hambatan terhadap partisipasi kemandirian
Defisit perawatan
diri berhubungan
dengan kerusakan
musculoskeletal,
penurunan
kekuatan,
daya
tahan, nyeri pada
waktu
bergerak,
depresi.
hasil:
Melaksanakan
aktivitas perawatan
diri pada tingkat
harga diri
Berguna un
untuk meme
Mis;
yang
konsisten terapi okupasi.
menggunak
Kolaborasi:
Atur
evaluasi sepatu, m
dengan
kemampuan
kesehatan di rumah sebelum untuk mand
individual
pemulangan
dengan
evaluasi Mengidentif
Mendemonstrasikan setelahnya.
yang mung
perubahan teknik/ Kolaborasi : atur konsul dengan kemampuan
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2007. BUKU AJAR FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi 11.
Alih bahasa : Irawati, et al. Jakarta : EGC
Harris ED Jr., 1993, Etiology and Pathogenesis of Reumatoid Arthritis. Dalam: Textbook of
Rheumatology.Philadhelpia:Saunders Co
Hirmawan, Sutisna., 1973. PATOLOGI. Jakarta : Bagian Patologi Anatomik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, pp : 437, 1
Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders. In: Tierney LM, McPhee, Papadakis
MA (Eds): Current Medical Diagnosis & Treatment, 34 th ed., Appleton & Lange,
International Edition, Connecticut 2005, 729-32.
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC. 2002.
Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L., 2007. BUKU AJAR PATOLOGI Edisi 7. Jakarta :
EGC
Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, Wahyu I., Setiowulan, W., 2000. KAPITA SELEKTA
KEDOKTERAN Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta : Media Aesculapius
Nasution..1996.Aspek Genetik Penyakit Reumatik dalam Noer S (Editor) Buku Ajar
Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta: Balai penerbit FKUI.
Price, SA. Dan Wilson LM., 1993, Patofisiologi: Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit bag
2. Jakarta: EGC