Anda di halaman 1dari 20

A.

Pengertian
Istilah rheumatism berasal dari bahasa Yunani, rheumatismos yang berarti mucus,
suatu cairan yang dianggap jahat mengalir dari otak ke sendi dan struktur lain tubuh
sehingga menimbulkan rasa nyeri atau dengan kata lain, setiap kondisi yang disertai
kondisi nyeri dan kaku pada sistem muskuloskeletal disebut reumatik.
Penyakit rematik meliputi cakupan luas dari penyakit yang dikarakteristikkan oleh
kecenderungan yang mempunyai efek ke tulang, sendi, dan jaringan lunak (Soumya,
2011). Penyakit rematik dapat digolongkan dalam 2 bagian, yang pertama rematik
sebagai penyakit jaringan ikat karena mempunyai efek ke rangka pendukung (supporting
framework) tubuh dan organ – organ internalnya. Penyakit yang dapat digolongkan
dalam golongan ini adalah rheumatoid arthritis, gout, dan fibromialgia. Golongan yang
kedua dikenal sebagai penyakit autoimun karena ia terjadi apabila sistem imun yang
biasanya memproteksi tubuh dari infeksi dan penyakit, mulai merusak jaringan - jaringan
tubuh yang sehat. Penyakit yang dapat digolongkan dalam golongan ini adalah
rheumatoid artritis, spondiloartritis, lupus eritematosus sistemik dan skleroderma.
(NIAMS, 2008).

B. Etiologi
Penyebab dari Reumatik hingga saat ini masih belum terungkap, namun beberapa faktor
resiko untuk timbulnya Reumatik antara lain adalah :
1. Umur
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya rheumatoid arthritis, faktor ketuaan adalah
yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan
bertambahnya umur. Rheumatoid arthritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang
pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
2. Jenis Kelamin
Wanita lebih sering terkena rheumatoid arthritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih
sering terkena rheumatoid arthritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi rheumatoid arthritis kurang lebih sama pada
laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi rheumatoid arthritis lebih banyak pada
wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis
rheumatoid arthritis.
3. Genetic
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya rheumatoid arthritis missal, pada ibu
dari seorang wanita dengan rheumatoid arthritis pada sendi-sendi inter falang distal
terdapat dua kali lebih sering rheumatoid arthritis pada sendi-sendi tersebut, dan
anakanaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu
dananak perempuan dari wanita tanpa rheumatoid arthritis.
4. Suku
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada rheumatoid arthritis nampaknya terdapat
perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya rheumatoid arthritis paha
lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia.
5. Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya rheumatoid arthritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan
ternyata tak hanya berkaitan dengan rheumatoid arthritis pada sendi yang
menanggung beban, tapi juga dengan rheumatoid arthritis sendi lain (tangan atau
sternoklavikula).

C. Tanda Dan Gejala


Gejala utama dari rheumatoid arthritis adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena,
terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula terasa
kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dnegan istirahat. Terdapat hambatan
pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi dan perubahan gaya jalan.
Lebih lanjut lagi terdapat pembesaran sendi dan krepitasi.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak menonjol dan timbul belakangan, mungkin
dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat
yang merata dan warna kemerahan, antara lain;
1. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan
dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang
menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan yang lain.
2. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan
bertambahnya rasa nyeri.
3. Kaku pagi
Pada beberapa klien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti duduk dari
kursi, atau setelah bangun dari tidur.
4. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
5. Pembesaran sendi (deformitas)
Klien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan yang
paling sering) secara perlahan-lahan membesar
6. Perubahan gaya berjalan
Hampir semua klien rheumatoid arthritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul
berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang
lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian klien yang umumnya tua
(lansia).

D. Klasifikasi.
Reumatik dapat dikelompokkan atas beberapa golongan, yaitu :
a. Osteoartritis.
Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang
lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri,
deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi – sendi tangan dan
sendi besar yang menanggung beban.
b. Artritis Rematoid.
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan
manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh.
Terlibatnya sendi pada pasien artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini
berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga
menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat lelah.
c. Polimialgia Reumatik.
Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa nyeri dan kekakuan
yang terutama mengenai otot ekstremitas proksimal, leher, bahu dan panggul.
Terutama mengenai usia pertengahan atau usia lanjut sekitar 50 tahun ke atas.
d. Artritis Gout (Pirai).
Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran khusus, yaitu
artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria dari pada wanita. Pada
pria sering mengenai usia pertengahan, sedangkan pada wanita biasanya mendekati
masa menopause.

E. Manifestasi Klinis

Ada beberapa gambaran klinis yang lazim di temukan pada seseorang penderita
Rematoid Artritis. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang
bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klikis yang bervariasi.

1. Gejala – gejala konstitusional

Lelah, anoreksia, BB menurun dan demam terkadang kelelahan dapat demikian


hebatnya.

2. Poliartritis simertis

Terutama pada sendi perifer : termasuk sendi – sendi di tangan, namun biasanya
tidak melibatkan sendi – sendi interfalag distal. Hampir semua sendi diantrodial
dapat terserang.

3. Kekakuan dipagi hari selama lebih dari 1 jam

Dapat bersifat generalisata tetapi terutama menyerang sendi – sendi. Kekakuan


ini berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoarthritis, yang biasanya hanya
berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari 1 jam.

4. Artritis Erosif

Merupakan ciri khas penyakit ii oada gambaran radiologik. Peradangan sendi


yang kronik mengakbatkan erosi ditepi tulang.

5. Deformitas

Kerusakan struktur penunjang sendi meningkat dengan perjalanan penyakit.


Pergeseran ulnar atau devisiasi jari, sublukisasi sendi metakarpofalangeal,
deformitas bautennoiere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang
sering dijumpai. Pada kaki terdapat prostusi (tonjolan) kaput metatarsal. Sendi –
sendi yang besar juga dapat di serang akan mengalami penguragan kemampuan
bergerak terutama dalam melakukan gerakan ekstensi.
6. Nodul – nodul rematoid

Adalah masa subkutan yang di temukan pada sekitar sepertiga orang dewasa
pasien

F. Patofisiologi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti
vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular.  Peradangan yang berkelanjutan, sinovial
menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi.  Pada persendian ini
granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago.  Pannus masuk ke
tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan
pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.  Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).  Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau
dislokasi dari persendian.  Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis
setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya
serangan dan tidak adanya serangan.  Sementara ada orang yang sembuh dari serangan
pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi.  Yang lain. terutama yang mempunyai
faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang
progresif.
G. Pathway
Inflamasi non – bacterial disebabkan oleh infeksi,
endokrin, autoimun, metabolic dan faktor
genetik, serta faktor lingkungan

Artritis Reumatoid

Sinovilis Tenosinovitis Kelainan pd Kelainan pd jaringan Gambaran khas


tulang ekstra - artikular nodul subkutan

Hiperemia & Invasi kolagen


pembengkak Erosi tl. & Miopati Sistemik saraf Kelenjar limfe Inflamasi
an kerusakan keluar ekstra
pd tl. rawan - artikular

Atrofi otot Neuropati


Mk : Nyeri Instabilitas dan Splenomegali perifer
akut deformitas
Nekrosis & Ruptur tendo
kerusakan dlm secara parsial sendi Anemia
Perubahan bentuk tubuh
ruang sendi atau lokal Osteoporosis
pada tl. dan sendi
generalisata
Mk :
Ansietas Mk : Gangguan
Mk : Hambatan Gangguan Kelemahan fisik
Konsep Diri, Citra Diri Perikarditis,
mobilitas fisik mekanis &
fungsional pd miokarditis
sendi dan radang
Mk : Defisit
Gambaran khas katup jantung
Perawatan diri
nodul subkutan
Mk : Risiko
cedera Kegagalan
fungsi jantung
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa terjadi anemia dan
leukositosis, Reumatoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak,
erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal )
berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio.
Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
3. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
4. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi
5. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari
normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-
produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan
komplemen ( C3 dan C4 ).
6. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan
panas.
7. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau
atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan kurang
kental dibanding cairan sendi yang normal.
8. Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris
yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-
kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi
peri-artikuler pada foto rontgen.

I. Komplikasi
1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya prosesgranulasi di
bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
4. Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh
adanya darah yang membeku.
5. Terjadi splenomegali.
6. Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar kemampuannya
untuk menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam
sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan meningkat

J. Penatalaksanaan
a. Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis, oleh
karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk
mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan.
Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan sekaligus
mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses
patologis osteoartritis.
b. Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang
baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian
tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan.
Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio)
c. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus menjadi
program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan seringkali dapat
mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
d. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang
menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin
menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut
memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai
alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.
e. Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada tulang
belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari dokter
karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.
f. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi
pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas yang
sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada
sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai
sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator,
bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran
panas.Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat
otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometric lebih
baik dari pada isotonic karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi
dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya
beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot
periartikularmemegang peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari
beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting.
g. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi
yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang
dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian,
debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan
osteofit.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN RHEUMATOID
ARTHRITIS

A. Pengkajian
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala :
a. Sendi karena gerakan,
b. Nyeri tekan, memburuk dengan stress pada sendi : Kekakuan pada pagi hari.
c. Keletihan
Tanda :
a. Malaise
b. Keterbatasan rentang gerak ; atrofi otot, kulit : kontraktur atau kelainan pada
sendi dan otot
2. Kardiovaskuler
Gejala :
a. Jantung cepat
b. Tekanan darah menurun
3. Integritas Ego
Gejala :
a. Faktor-faktor stress akut atau kronis, misalnya finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, factor-faktor hubungan
b. Keputusasaan dan ketidak berdayaan
c. Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi misalnya ketergantungan
pada orang lain
4. Makanan Atau Cairan
Gejala :
Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat :
mual.
5. Anoreksia
Gejala :
Kesulitan untuk mengunyah
Tanda : Penurunan berat badan
Kekeringan pada membran mukosa
6. Hygiene
Gejala :
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas pribadi, ketergantungan pada orang
lain.
7. Neurosensori
Gejala :
a. Kebas/kesemutan pada tangan dan kaki
b. Hilangnya sensasi pada jari tangan
Tanda :
Pembengkakan sendi
8. Nyeri / Kenyamanan
Gejala :
a. Fase akut dari nyeri
b. Terasa nyeri kronis dan kekakuan
9. Keamanan
Gejala:
a. Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga
b. Kekeringan pada mata dan membran mukosa
10. Interaksi Sosial
Gejala:
a. Kerusakan interaksi dan keluarga / orang lsin
b. Perubahan peran: isolasi

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh pada tulang dan
sendi
4. Risiko cedera berhubungan dengan kelemahan fisik
5. Ansietas berhubungan dengan proses penyakit
6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi Keperawatan (NIC)
1. Nyeri akut berhubungkan dengan NOC : NIC :
: agen pencedera; distensi - Pain Level, Pain Management
jaringan oleh akumulasi cairan/ - Pain control, - Lakukan pengkajian nyeri secara
proses inflamasi, destruksi sendi. - Comfort level komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
Kriteria Hasil : presipitasi
- Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab -  Observasi reaksi nonverbal dari
nyeri, mampu menggunakan tehnik ketidaknyamanan
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, - Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
mencari bantuan) mengetahui pengalaman nyeri klien
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan - Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
menggunakan manajemen nyeri - Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
- Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, - Evaluasi bersama klien dan tim kesehatan lain
frekuensi dan tanda nyeri) tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri lampau
berkurang - Bantu klien dan keluarga untuk mencari dan
- Tanda vital dalam rentang normal menemukan dukungan
- Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
-  Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan inter
personal)
- Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
intervensi
-  Ajarkan tentang teknik non farmakologi
- Evaluasi keefektifan kontrol nyer
- Tingkatkan istirahatKolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
- Monitor penerimaan klien tentang manajemen
nyeri

Analgesic Administration
- Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum pemberian obat
- Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
- Cek riwayat alerg
- Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
- Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
- Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
- Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
- Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
- Berikan analgesik tepat waktu terutama saat
nyeri hebat
- Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
gejala

2. Gangguan mobilitas fisik NOC : NIC :


berhubungan dengan deformitas - Joint Movement : Active Exercise therapy : ambulation
skeletal - Mobility Level - Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan
- Self care : ADLs dan lihat respon klien saat latihan
- Konsultasikan dengan terapi fisik tentang
- Transfer performance rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
- Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat
Kriteria Hasil : berjalan dan cegah terhadap cedera
- Klien meningkat dalam aktivitas fisik - Ajarkan klien atau tenaga kesehatan lain
- Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas tentang teknik ambulasi
- Memverbalisasikan perasaan dalam - Kaji kemampuan klien dalam mobilisas
meningkatkan kekuatan dan kemampuan - Latih klien dalam pemenuhan kebutuhan
berpindah ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
- Memperagakan penggunaan alat Bantu - Dampingi dan Bantu klien saat mobilisasi dan
untuk mobilisasi (walker) bantu penuhi kebutuhan ADLs ps.
- Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.
- Ajarkan klien bagaimana merubah posisi dan
berikan bantuan jika diperlukan
3 Gangguan citra tubuh NOC NICBody image enhancement
berhubungan dengan perubahan - Body image - Kaji secara verbal dan non verbal respon klien
bentuk tubuh pada tulang. dan - Self esteem terhadap tubuhnya
sendi - Monitor frekuensi mengkritik dirinya
Kriteria Hasil : - Jelaskan tentang pengobatan, perawatan,
- Body image positif kemajuan dan prognosis penyakit
- Mampu mengidentifikasi kekuatan persona - Dorong klien mengungkapkan perasaannya
- Mendiskripsikan secara faktual perubahan - Identifikasi arti pengurangan melalui
fungsi tubuh pemakaian alat bantu
- Mempertahankan interaksi sosial - Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam
kelompok kecil

4 Risiko cedera berhubungan NOC : Risk Kontrol NIC : Environment Management (Manajemen


dengan kelemahan fisik Kriteria Hasil : lingkungan)
- Klien terbebas dari cedera - Sediakan lingkungan yang aman untuk klien
- Klien mampu menjelaskan cara/metode - Identifikasi kebutuhan keamanan klien, sesuai
untukmencegah injury/ceder dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif  klien
- Klien mampu menjelaskan factor resiko dari dan riwayat penyakit terdahulu klien
lingkungan/perilaku persona - Menghindarkan lingkungan yang berbahaya
- Mampumemodifikasi gaya hidup (misalnya memindahkan perabotan)
untukmencegah injur - Memasang side rail tempat tidur
- Menggunakan fasilitas kesehatan yang ad - Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan
- Mampu mengenali perubahan status bersih
kesehatan - Menempatkan saklar lampu ditempat yang
mudah dijangkau klien.
- Membatasi pengunjung
- Memberikan penerangan yang cukup
- Menganjurkan keluarga untuk menemani
klien.
- Mengontrol lingkungan dari kebisingan
- Memindahkan barang-barang yang dapat
membahayakan
- Berikan penjelasan pada klien dan keluarga
atau pengunjung adanya perubahan status
kesehatan dan penyebab penyakit.

5 Ansietas berhubungan dengan NOC : NIC :


proses penyakit - Anxiety control Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
- Coping - Gunakan pendekatan yang menenangkan
- Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
Kriteria Hasil : pelaku klien
- Klien mampu mengidentifikasi dan -  Jelaskan semua prosedur dan apa yang
mengungkapkan gejala cemas dirasakan selama prosedur
- Mengidentifikasi, mengungkapkan dan - Temani klien untuk memberikan keamanan
menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas dan mengurangi takut
- Vital sign dalam batas normal - Berikan informasi faktual mengenai diagnosis,
- Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh tindakan prognosis
dan tingkat aktivitas menunjukkan - Dorong keluarga untuk menemani anak
berkurangnya kecemasan - Lakukan back / neck rub
- Dengarkan dengan penuh perhatian
- Identifikasi tingkat kecemasan
- Bantu klien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
- Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
- Instruksikan klien menggunakan teknik
relaksasi
- Barikan obat untuk mengurangi kecemasan

6 Defisit perawatan diri NIC :


berhubungan dengan kelemahan NOC : Self Care assistane : ADLs
fisik - Self care : Activity of Daily Living (ADLs) - Monitor kemempuan klien untuk perawatan
diri yang mandiri.
Kriteria Hasil :
- Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu
- Klien terbebas dari bau badan
untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias,
- Menyatakan kenyamanan terhadap
toileting dan makan.
kemampuan untuk melakukan ADLs
- Sediakan bantuan sampai klien mampu secara
- Dapat melakukan ADLS dengan bantuan
utuh untuk melakukan self-care.
- Dorong klien untuk melakukan aktivitas
sehari-hari yang normal sesuai kemampuan
yang dimiliki.
- Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi
beri bantuan ketika klien tidak mampu
melakukannya.
- Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong
kemandirian, untuk memberikan bantuan
hanya jika klien tidak mampu untuk
melakukannya.
- Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai
kemampuan
- Pertimbangkan usia klien jika mendorong
pelaksanaan aktivitas sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Jhonson R. dan Leny R (2010). Keperawatan Keluarga Plus Contoh Askep Keluarga.
Yogyakarta : Nuha Medika.

Lynda, Jual. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. alih bahasa Monica Ester,
Skp.EGC : Jakarta

Mustaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal.
Editor, Eko Karioni. Jakarta : EGC

Prapti Utami dan Tim Lentera. (2003). Tanaman Obat untuk Mengatasi Rematik dan Asam Urat.
Jakarta: Agro Media Pustaka.

Sjaifoellah Noer. (1996). Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Jakarta: FKUI.

Wahyudi Nugroho. (2000). Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai